sintesis dan karakterisasi campuran asam 2-(stearoiloksi
TRANSCRIPT
1
Sintesis Dan Karakterisasi Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan
Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat secara Kromatografi Gas Cair
Lydia Trisna Wibowo, Harmita, Hayun
Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia
Abstrak
Senyawa ester asam lemak dibutuhkan pada industri kosmetika sebagai emulsifier. Ester asam lemak
disintesis dengan mereaksikan asam lemak dengan asam hidroksi karboksilat dengan bantuan katalis. Indonesia
mempunyai sumber asam lemak yang melimpah dan pemanfaatannya perlu dioptimalkan. Penelitian ini
bertujuan untuk mensintesis campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat dari
asam laktat dan asam stearat. Sintesis dilakukan melalui 3 tahap. Tahap 1: sintesis asetil laktat dengan
mereaksikan asam laktat dengan anhidrida asetat dengan katalis asam klorida pekat, direfluks pada suhu 100-
1100C selama 4 jam. Tahap 2: sintesis metil stearat dengan mereaksikan asam stearat dengan metanol dalam
pelarut benzena dan katalis asam sulfat pekat, direfluks pada suhu 800C selama 7 jam. Tahap 3: sintesis
campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat dengan mereaksikan asetil laktat
dengan metil stearat dengan katalis natrium metoksida. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas cair
dengan kolom VB-wax yang dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala. Kondisi suhu kolom 1700C, suhu
injektor 2300C, dan suhu detektor 2500C. Laju alir gas (He) diatur 1,0 ml/menit. Senyawa ini muncul pada waktu
retensi 39,7 menit. Produk yang dihasilkan berupa cairan kental berwarna kekuningan dengan rendemen 76,97%,
memiliki bilangan asam sebesar 212,8, dan nilai HLB sebesar 3,1 yang menunjukkan dapat digunakan sebagai
emulsifier untuk sediaan air dalam minyak.
Kata kunci : asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi) propanoat; ester asam lemak;
esterifikasi; HLB; kromatografi gas cair.
Synthesis and Characterization of 2-(Stearoyloxy)propanoic Acid and 2-
(Palmitoyloxy)propanoic Acid Composite by Gas-Liquid Chromatography
Abstract
Fatty acid esters are needed in the cosmetic industries as an emulsifier. Fatty acid esters were
synthesized by reaction of fatty acids with hydroxy carboxylic acid with the aid of a catalyst. Indonesia has
abundant source of fatty acids and its utilization should be optimized, such as to make fatty acid esters. This
study aims to synthesize 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2-(palmitoyloxy)propanoic acid composite from
lactic acid and stearic acid. Synthesis was done through 3 steps, i.e (1) synthesis of acetyl lactate by reacting
lactic acid with acetic anhydride and hydrochloric acid as catalyst, refluxed at 100-1100C for 4 hours, (2)
synthesis of methyl stearate by reacting stearic acid with methanol in solvent benzene and concentrated sulfuric
acid as catalyst, refluxed at 800C for 7 hours, (3) synthesis of 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2-
(palmitoyloxy)propanoic acid composite by reacting acetyl lactate with methyl stearate with sodium methoxide
as catalyst. Analysis was performed using gas-liquid chromatography with VB-wax column equipped with a
flame ionization detector. The temperature of the column was set at 1700C, injector at 2300C, and detector at
2500 with air flow rate (He) 1.0 ml/min. The retention time was 39.7 minutes. The result is yellowish viscous
liquid with yield 76.97%, has acid value 212.8, and HLB value 3.1 which shows can be used as an emulsifier for
water-in-oil emulsions.
Key words : 2-(stearoyloxy)propanoic acid and 2-(palmitoyloxy)propanoic acid, esterification, esters of
fatty acid, gas-liquid chromatography, HLB.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
2
Pendahuluan
Asam lemak merupakan zat kimia yang banyak dikembangkan saat ini karena sifatnya
yang berdaya guna dan memiliki nilai jual yang sangat tinggi. Asam lemak dan turunannya,
seperti ester asam lemak, digunakan di beberapa industri sebagai salah satu komponen dari
berbagai macam produk. Asam lemak ini dapat dihasilkan dari pengolahan minyak, terutama
minyak nabati yang merupakan alternatif yang baik karena sifatnya yang lebih mudah
diuraikan oleh alam, tidak beracun, dan sumbernya yang melimpah di Indonesia (Rakhma dan
Ningtyas, 2010). Salah satu tanaman penghasil minyak nabati adalah kelapa sawit yang sangat
melimpah di tanah air. Minyak kelapa sawit mengandung banyak asam lemak, seperti asam
laurat, miristat, palmitat, stearat, dan oleat yang dapat menjadi senyawa ester asam lemak
melalui proses esterifikasi.
Proses esterifikasi sangat banyak digunakan dalam bidang industri. Banyak bahan
kimia yang penting dalam industri farmasi diproduksi dengan cara tersebut. Salah satunya
adalah ester asam lemak yang umumnya merupakan reaksi esterifikasi antara asam
karboksilat rantai panjang dengan alkohol dengan bantuan katalis. Seiring dengan
bertambahnya permintaan konsumen akan produk dari ester asam lemak, penelitian-penelitian
mengenai cara mensintesisnya pun berkembang.
Pada perkembangannya, ester asam lemak dapat juga dihasilkan dari proses
esterifikasi antara asam lemak dengan asam hidroksi karboksilat. Salah satu ester asam lemak
yang telah disintesis dari asam lemak dengan asam hidroksi karboksilat adalah stearoyl-2-
lactylic acid yang berfungsi sebagai agen pengemulsi. Senyawa ini disintesis dari asam laktat
yang merupakan asam hidroksi karboksilat dan asam stearat sebagai asam lemaknya.
Senyawa ester asam lemak dibutuhkan pada industri kosmetika dan pangan (Hilyati,
Wuryaningsih, dan Irawan, 2003). Penggunaannya adalah sebagai emulsifier dan
penggunaannya terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir ini (Hasenhuettl, 2008).
Kekayaan Indonesia akan asam palmitat dan asam stearat memungkinkan pembuatan
ester palmitat dan stearat lainnya, sehingga perlu dilakukan penelitian pembuatan campuran
asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat. Senyawa ini berasal dari
reaksi esterifikasi antara asam laktat dengan campuran asam stearat serta asam palmitat
dengan bantuan katalis natrium metoksida. Produk akan dikarakterisasi dengan penentuan
bilangan asam serta perhitungan HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance) dan dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif menggunakan kromatografi gas cair.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
3
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah memperoleh senyawa serta metode
optimum sintesis campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat dari asam laktat dan campuran asam stearat dan asam palmitat
kemudian memperoleh kondisi dalam analisis senyawa ester yang terbentuk secara
kromatografi gas cair dan mengkarakterisasi hasil produk dengan penentuan bilangan asam
dan HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance).
Tinjauan Teoritis
Asam Laktat
Rumus struktur:
H 3 C
O H
O
O H
Gambar 1. Rumus struktur asam laktat (Sumber: chemspider.com, telah diolah kembali)
Asam laktat dikenal sebagai asam alfa hidroksi atau alpha hydroxy acid (AHA)
(Vijayakumar, Aravindan, dan Viruthagiri, 2008). Asam laktat merupakan senyawa
bifungsional dimana memiliki bagian hidroksil dan bagian karboksilat (Hasenhuettl, 2008).
Asam laktat dapat teresterifikasi dengan 2 cara, yaitu melalui gugus –COOH dapat
membentuk alkil laktat dan dari gugus –OH dapat membentuk laktil alkanoat. Kedua jenis
ester ini digunakan secara komersial. Ketika gugus –OH dari asam laktat bereaksi dengan
asam lemak, senyawa ester asam lemak akan terbentuk. Contohnya adalah stearoyl lactylic
acid yang dapat berfungsi sebagai surfaktan non-ionik dan jika bereaksi dengan natrium
hidroksida atau kalsium hidroksida dapat membentuk sodium atau calcium stearoyl lactylate
yang berfungsi sebagai surfaktan anionik (Hasenhuettl, 2008).
Asam Stearat, C18H36O2
Rumus struktur:
H 3C O H
O
Gambar 2. Rumus struktur asam stearat (Sumber: chemspider.com, telah diolah kembali)
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
4
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak,
sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat/asam stearat dan asam heksadekanoat/asam
palmitat (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Asam stearat digunakan luas
dalam formulasi farmasi secara oral dan topikal. Dalam formulasi topikal, asam stearat
digunakan sebagai emulsier dan agen penstabil (Rowe, Sheskey, dan Owen, 2006).
Asam Palmitat, C16H32O2
Rumus struktur:
OH
O
Gambar 3. Rumus struktur asam palmitat (Sumber: chemspider.com, telah diolah kembali)
Sintesis asam palmitat diperoleh dari reaksi pemanasan setil alkohol dengan air soda
limau pada suhu 2700C atau menggabungkan asam oleat dan kalium hidrat (Rowe, Sheskey,
dan Owen, 2006).
Esterifikasi
Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –COOR, R dapat berupa alkil
maupun aril (Fessenden dan Fessenden, 1997). Metode yang paling umum dalam membuat
ester adalah dengan memanaskan asam karboksilat, R-CO-OH dengan alkohol R’-OH. Pada
umumnya, satu mol asam akan bereaksi dengan satu mol alkohol untuk membentuk satu mol
ester dan pada saat yang bersamaan satu mol air dilepaskan. Esterifikasi dapat berjalan
dengan atau tanpa katalis. Namun, pada kondisi atmosfer, esterifikasi tanpa katalis berjalan
sangat lambat. Maka, esterifikasi umumnya menggunakan katalis tambahan, seperti katalis
kimiawi atau biologi.
Laju pembentukan ester tergantung dari struktur dan faktor sterik asam karboksilat
dan alkohol yang bereaksi. Kecepatan alkohol primer > alkohol sekunder > alkohol tersier.
Laju reaksi berkurang dengan bertambahnya massa molekul. Asam karboksilat dengan rantai
lurus lebih cepat bereaksi daripada rantai bercabang; khususnya, bercabang di posisi alfa
menurunkan laju esterifikasi. Peningkatan substituen yang besar (bulky) pada posisi α dan β
dari asam dapat mengurangi kecepatan reaksi.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
5
Reaksi esterifikasi digunakan secara luas dalam oleokimia untuk menghasilkan
berbagai turunan ester asam lemak yang banyak digunakan sebagai surfaktan, pelumas dan
sebagainya (Fessenden dan Fessenden, 1997).
Emulsifier
Emulsifier atau emulgator merupakan komponen yang berfungsi menstabilkan proses
penguraian fase internal yang terjadi pada fase eksternal. Emulsifier terdiri dari bagian larut
air (hidrofilik) dan larut minyak (lipofilik). Ketika emulsifier ditambahkan ke campuran yang
tidak dapat saling bercampur (contohnya air dan minyak), emulsifier tersebut diatur pada
antarmuka, ada bagian yang mengarah ke air (bagian hidrofilik) dimana bagian lainnya
mengarah ke minyak (lipofilik) dan membentuk struktur sferis yang disebut misel.
Hydrophilic-Lipophilic Balance (HLB)
Metode yang banyak digunakan untuk memilih emulsifier adalah HLB. Aturan dalam
teknologi emulsi adalah jika emulsifier yang terlarut dalam air cenderung memberikan emulsi
o/w dan emulsifier yang terlarut dalam minyak memberikan emulsi w/o. Konsep ini dikenal
sebagai rumus Bancroft. Konsep angka HLB Griffin kemudian diperluas oleh Davies, yang
memperkenalkan perhitungan HLB dari gugus fungsional surfaktan.
Tabel 1. Penentuan angka HLB berdasarkan Davies
1. Angka Grup Hidrofilik
-SO4Na 35.7
-CO2K 21.1
-CO2Na 19.1
-N (amin tersier) 9.4
Ester (cincin sorbitan) 6.3
Ester (bebas) 2.4
-CO2H 2.1
-OH (bebas) 1.9
-O- 1.3
-OH (cincin sorbitan) 0.5
2. Angka Grup Lipofilik
-CF3 atau -CF2- -0.870
-CH3 -0.475
-CH -0.475
HLB = 7 + �(angka grup hidrofilik) + �(angka grup lipofilik)
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
6
Bilangan Asam
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah mg kalium hidroksida yang
diperlukan untuk menetralkan asam bebas yang terdapat dalam 1 gram zat (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Penetapan bilangan asam ini dilakukan sebelum dan
sesudah reaksi. Pada proses esterifikasi, senyawa awalnya memiliki gugus karboksilat dan
memiliki bilangan asam yang tinggi karena dibutuhkan banyak kalium hidroksida untuk
menetralkan asam bebas (COOH), namun setelah bereaksi bilangan asam ini akan turun
secara signifikan.
Kromatografi Gas
Kromatografi adalah metode pemisahan dan deteksi suatu campuran yang mudah
menguap menjadi komponen-komponennya yang didasarkan pada distribusi komponen
tersebut di antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak yang berada pada sistem
keseimbangan yang dinamis. Kromatografi gas adalah jenis kromatografi yang menggunakan
gas sebagai fase gerak dan fase diamnya berupa cairan atau padatan. Dalam kromatografi gas,
zat terlarut terpisah sebagai uap. (Gandjar dan Rohman, 2007). Kromatografi gas digunakan
dalam bidang industri, lingkungan, farmasi, minyak, dan kimia.
Keuntungan dari kromatografi gas adalah proses analisis cepat, efisien, resolusi tinggi,
sensitif, akurasi tinggi, umumnya memerlukan sampel dalam jumlah kecil, handal, dan relatif
sederhana. Kerugiannya adalah terbatas pada sampel-sampel yang mudah menguap, tidak
sesuai untuk sampel yang termolabil, dibutuhkan derivatisasi untuk mengubahnya menjadi
bentuk yang dapat dianalisis, dan cukup sulit untuk preparasi sampel dalam jumlah besar.
Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Terdapat
tiga pendekatan untuk analisis kualitatif, yaitu perbandingan antara data waktu retensi
senyawa yang tidak diketahui dengan baku pada kondisi yang sama, dengan cara spiking, dan
menggabungkan alat KG dengan spektrofotometer massa. Analisis kuantitatif dilakukan
dengan perhitungan relatif dari tinggi atau luas puncak kromatogram sampel zat terhadap
baku pembanding (standar). Metode yang biasa dipakai adalah dengan metode baku luar
(external standard) atau baku dalam (internal standard) (Gandjar dan Rohman, 2007). Cara
lain dalam analisis kuantitatif menggunakan kromatografi gas adalah dengan penormalan luas
(metode 100%). Maksud dari penormalan adalah menghitung susunan dalam % dengan
mengukur luas setiap puncak dan membagi masing-masing luas puncak dengan luas
keseluruhan. Jika kita menganalisis komponen campuran yang terdiri atas deret homolog yang
titik didihnya tidak berbeda jauh, cara ini dapat dipakai untuk menghitung % bobot. Dalam
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
7
hal ini kita menganggap semua puncak terelusi dan masing-masing senyawa mempunyai
tanggapan detektor yang sama (McNair dan Bonelli, 1988).
Derivatisasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah suatu senyawa menjadi
senyawa lain yang mempunyai sifat-sifat yang sesuai untuk dilakukan analisis menggunakan
kromatografi gas. Alasan dilakukannya derivatisasi adalah senyawa-senyawa tersebut tidak
memungkinkan dilakukan analisis terkait dengan volatilitas dan stabilitasnya serta untuk
meningkatkan batas deteksi dan bentuk kromatogram. Derivatisasi dapat dilakukan dengan
esterifikasi, asilasi, alkilasi, kondensasi, siklisasi, dan sililasi.
Metode Sintesis Ester Asam Lemak
Sejumlah ester asam lemak telah disintesis oleh peneliti-peneliti sebelumnya, antara
lain:
1. Ester asam lemak dengan alkohol sekunder, melalui esterifikasi antara asam lemak dan
isopropil alkohol dengan perbandingan (1:2) b/b dengan katalis asam sulfat pekat 4% b/b
asam lemak pada suhu 800C dengan kecepatan pengadukkan 250 rpm selama 4 jam.
2. Ester polietilen glikol, melalui esterifikasi antara PEG dan asam oleat dengan
perbandingan molar 1:1,8 dengan katalis asam sulfat pekat sebanyak 3% pada suhu
1300C selama 6 jam.
3. Ester stearoyl-2-lactylic acid, melalui 4 tahapan reaksi, yaitu pembuatan laktida dengan
memanaskan asam laktat, pembuatan benzyl lactylate dengan mereaksikan laktida dan
benzil alkohol dan PTSA serta dioksan kering, pembuatan benzyl stearoyl-2-lactylate
dengan mereaksikan piridin, benzyl lactylate, dan stearoil klorida pada suhu 950C, dan
pembuatan stearoyl 2-lactylic acid dengan mereaksikan benzyl stearoyl 2-lactylate
dengan etanol dan agen pereduksi Pd/C 5%.
4. Ester 2-stearoil trimetil sitrat, melalui 3 tahapan reaksi, yaitu pembuatan 1,2,3-trimetil
sitrat dengan mereaksikan asam sitrat dan benzena kering dengan katalis asam sulfat
pekat lalu ditambahkan metanol pada suhu 800C selama 20 jam, pembuatan stearoil
klorida dengan mereaksikan asam stearat dan kloroform dan PCl3 pada suhu 650C selama
2 jam, dan pembuatan 2-stearoil-1,2,3-trimetil sitrat dengan mereaksikan stearoil klorida
dan dietil eter dan trietil amin kemudian trimetil stirat pada suhu 350C selama 2 jam.
5. Ester selulosa kaproat, melalui 3 tahapan reaksi, yaitu pembuatan selulosa asetat dengan
mereaksikan selulosa dengan asam asetat glasial dan asam sulfat pekat pada suhu 500C
selama 2 jam, pembuatan metil kaproat dengna mereaksikan asam kaproat, metanol, dan
benzena dengan katalis asam sulfat pekat direfluks selama 5 jam, dan pembuatan selulosa
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
8
kaproat dengan mereaksikan selulosa asetat dan metanol kering serta natrium metoksida
dan ditambahkan metil kaproat.
6. Ester 2-kapriosoil propana, dengan 3 tahapan reaksi, yaitu pembuatan asetil sitrat dengan
mereaksikan asam sitrat dan asam asetat dengan perbandingan mol 1:2 pada suhu 1100C
selama 5 jam, pembuatan metil kaprat dengan mereaksikan asam kaprat, metanol, dan
benzena dengan katalis asam sulfat pekat, dan pembuatan 2-kapriosoil propana 1,2,3-
trioat dengan mereaksikan asetil sitrat dan metil kaprat dengan perbandingan mol 1:1
dengan katalis natrium metoksida sebanyak 0,1% selama 3 jam.
Metode Penelitian
Bahan
Asam laktat 88% (Saffire Blue); asam stearat (Edenor); asam sulfat pekat (Merck);
anhidrida asetat (Ajax Chemicals); indikator fenolftalein (Ajax Chemicals); natrium sulfat
(Merck); kalium hidroksida (Merck); kalsium klorida (Wakopure Chemical); dan pereaksi-
pereaksi proanalisis yang berasal dari Mallinckrodt, antara lain: metanol p.a; benzena; n-
heksana; asam klorida pekat; etanol 95% P; eter P; dan natrium hidroksida.
Alat
Kromatografi gas Shimadzu model GC-17A yang dilengkapi detektor ionisasi nyala,
kolom kapiler dengan panjang 60 m, diameter dalam 0,32 mm, dengan fase diam VB-wax,
gas helium, nitrogen, dan hidrogen; pemroses data Class GC Solution; integrator CBM-102;
microsyringe 5 µl (Hamilton Co.Nevada); rotary evaporator; pipet mikro 10-100 µl
(Thermoscientific); neraca analitik; alat refluks; lemari asam; dan alat-alat gelas yang
umum digunakan dalam sintesis dan analisa kuantitatif.
Cara Kerja
1. Sintesis dan Karakterisasi Asetil Laktat
a. Sintesis Asetil Laktat
Ditimbang secara seksama lebih kurang 10,2 gram asam laktat 88% (0,1 mol) dan
dimasukkan ke dalam labu leher dua dan ditambahkan anhidrida asetat sebanyak 19,0 ml (0,2
mol) diikuti dengan penambahan katalis HCl(p) sebanyak 0,2 ml. Kemudian ditambahkan
molecular sieves berupa silika gel dan direfluks pada suhu 100-110°C menggunakan
penangas minyak selama 4 jam, kemudian disaring dan diuapkan sisa senyawa yang tidak
bereaksi menggunakan alat rotary evaporator vakum.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
9
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Asetil Laktat
Sebanyak 1,0 µl larutan asetil laktat dan standar asetil laktat dengan konsentrasi 1000
ppm disuntikkan ke dalam alat kromatografi gas. Analisis dilakukan pada suhu kolom 170oC,
suhu injektor 2300C, dan suhu detektor 250oC. Laju alir gas helium diatur 1,0 ml/menit.
Dicatat waktu retensinya dan dibandingkan area antara larutan asam laktat dan standar asam
laktat.
c. Karakterisasi Senyawa Asetil Laktat dengan Penentuan Bilangan Asam
Ditimbang seksama masing-masing sebanyak 50 mg zat uji dalam erlenmeyer 50 ml,
ditambahkan 0,25 ml campuran etanol (95%) P dan 0,25 ml eter P yang telah dinetralkan
dengan natrium hidroksida 0,1 M menggunakan indikator 1 ml larutan fenolftalein P (larutan
akan berubah warna menjadi merah muda tipis). Kemudian dititrasi dengan kalium hidroksida
0,1 N (yang sebelumnya telah dibakukan terlebih dahulu menurut metode pada Farmakope
Indonesia edisi III), sambil terus-menerus dikocok hingga terjadi warna merah jambu yang
mantap selama 15 detik. Titrasi dilakukan terhadap senyawa asam laktat, anhidrida asetat,
asetil laktat, dan asam asetat.
2. Sintesis dan Karakterisasi Metil Stearat dan Metil Palmitat
a. Sintesis Metil Stearat dan Metil Palmitat
Ditimbang secara seksama lebih kurang 11,2 gram (0,04 mol) asam stearat yang masih
mengandung asam palmitat dan dimasukkan ke dalam labu leher dua kemudian ditambahkan
40,0 ml benzena dan 20,0 ml metanol. Labu dihubungkan dengan kondensor yang ujungnya
dihubungkan dengan tabung CaCl2. Disekeliling labu ditambahkan es. Dalam keadaan dingin
dan sambil diaduk dimasukkan asam sulfat pekat sebanyak 0,8 ml. Campuran direfluks
selama 7 jam pada suhu 80°C. Kemudian sisa pelarut diuapkan menggunakan alat rotary
evaporator vakum dan residu dilarutkan dengan 20 ml n-heksana serta dicuci tiga kali dengan
air masing-masing sebanyak 10 ml. Air yang tertinggal dikeringkan dengan Na2SO4 anhidrat
lalu disaring. Filtrat didiamkan selama 24 jam.
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat
Sebanyak 1,0 µl larutan metil stearat dan metil palmitat dengan konsentrasi 2700 ppm
disuntikkan ke dalam alat kromatografi gas. Analisis dilakukan dengan kondisi yang sama
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
10
seperti poin 1b. Dicatat waktu retensinya dan dihitung kandungan metil stearat dan metil
palmitat dalam senyawa.
c. Karakterisasi Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat dengan Penentuan Bilangan
Asam
Dilakukan metode yang sama seperti poin 1c. Titrasi dilakukan terhadap senyawa
asam stearat yang mengandung asam palmitat serta metil stearat dan metil palmitat.
3. Sintesis dan Karakterisasi Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam
2-(palmitoiloksi)propanoat
a. Sintesis Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat
Dalam labu leher dua dimasukkan asetil laktat sebanyak 1,4 gram dan campuran metil
stearat serta metil palmitat sebanyak 3,0 gram dengan perbandingan 1:1 (mol:mol). Kemudian
dimasukkan natrium metoksida sebanyak 50 µl dan dilakukan pengadukkan dengan kecepatan
3000 rpm dengan variasi suhu dan waktu reaksi, yaitu suhu kamar (250C), 300C, 400C, dan
500C serta variasi waktu pengadukkan yaitu selama 3, 4, 5, dan 6 jam. Senyawa yang tidak
bereaksi atau sisa diuapkan sampai produk menjadi pekat menggunakan alat rotary
evaporator vakum.
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Campuran Asam 2-(stearoiloksi)
propanoat dan Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat
Sebanyak 1,0 µl larutan campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat dengan konsentrasi 4660 ppm disuntikkan ke dalam alat
kromatografi gas. Analisis dilakukan dengan kondisi yang sama dengan poin 1b. Dicatat
waktu retensinya dan dibandingkan areanya dengan senyawa mula, yaitu asetil laktat.
c. Karakterisasi Senyawa Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat dengan Penentuan Bilangan Asam
Dilakukan metode yang sama seperti poin 1c.
4. Perhitungan HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance)
Dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Davies: HLB = 7 + Σ (angka
gugus hidrofilik) + Σ (angka gugus lipofilik).
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
11
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Sintesis dan Karakterisasi Asetil Laktat
a. Sintesis Asetil Laktat
Hasil reaksi asetilasi antara 10,2 g (0,1 mol) asam laktat 88% dengan 19,0 ml (0,2
mol) anhidrida asetat dalam suasana asam dengan bantuan katalis asam klorida pekat
menghasilkan cairan kental berwarna putih kekuningan. Skema reaksi:
HO
OH
O
CH3
H3C O CH3
O O
HCl
100-1100CH3C O
O CH3
OH
O
Asam laktat Anhidrida asetat Asetil laktat Asam asetat
CH3COOH
Gambar 4. Skema reaksi asetilasi asam laktat
Asam laktat merupakan senyawa bifungsional yang memiliki bagian hidroksil dan
bagian karboksilat (Hasenhuettl, 2008). Sebagai suatu alkohol, gugus hidroksil pada asam
laktat sulit mengalami esterifikasi secara langsung dengan asam karboksilat karena posisi
hidroksilnya yaitu pada posisi α. Esterifikasi tetap dapat dilakukan dengan jalan mengubah
asam laktat menjadi derivatnya, yaitu dengan penambahan anhidrida (Fessenden dan
Fessenden, 1997).
Mekanisme asetilasi diawali dengan protonasi pada atom oksigen pada gugus
karbonil. Terjadinya protonasi oksigen pada gugus karbonil menyebabkan atom tersebut
bersifat sebagai elektrofil karena memiliki muatan parsial positif. Gugus –OH dari asam laktat
yang bersifat sebagai nukleofil menyerang karbon positif dan menghasilkan ester (Misdawati,
2005). Pada tahap pertama reaksi, dilakukan modifikasi dengan mengganti pereaksi dari asam
asetat menjadi anhidrida asetat. Alasannya adalah karena reaksi asetilasi menggunakan asam
asetat akan menghasilkan air sebagai produk samping. Dalam reaksi esterifikasi, air dapat
menghambat reaksi karena air dapat menghidrolisis ester yang terbentuk (Dharsono dan
Oktari, 2013). Selain itu, air juga dapat berperilaku sebagai nukleofil dan bersaing dengan
gugus –OH dari asam laktat. Untuk menghindari reaksi dari air, ditambahkanlah molecular
sieves berupa silika gel untuk menyerap air yang mungkin terbentuk dan juga alat sintesis
dilengkapi dengan tabung CaCl2 untuk menyerap air dari luar agar tidak masuk ke dalam labu
reaksi. Jumlah mol anhidrida asetat yang dipakai dua kali jumlah mol senyawa asam laktat.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
12
Hal ini dimaksudkan agar asam laktat dijadikan pereaksi pembatas sehingga rendemen produk
sintesis dapat maksimal. Selain itu, jumlah mol senyawa anhidrida asetat dilebihkan karena
dalam suasana mengandung air, anhidrida asetat akan terhidrolisis menghasilkan asam asetat.
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Asetil Laktat
Dari hasil analisis ini tampak bahwa asetil laktat muncul pada waktu retensi 9,0 menit.
Rendemen asetil laktat 96,82% dihitung dari perbandingan dengan larutan standar asetil laktat
1000 ppm.
c. Karakterisasi Senyawa Asetil Laktat dengan Penentuan Bilangan Asam
Dilakukan titrasi dengan menggunakan titran kalium hidroksida 0,0837 N yang
sebelumnya telah dibakukan terlebih dahulu. Bilangan asam sebelum reaksi (asam laktat dan
anhidrida asetat) adalah 731,4 dan bilangan asam setelah reaksi (asetil laktat dan asam asetat)
turun menjadi 633,6. Bilangan asam yang turun tidak terlalu signifikan karena senyawa asetil
laktat masih memiliki gugus –COOH yang bersifat asam. Namun bilangan asam tetap turun
karena senyawa asetil laktat memiliki atom karbon yang lebih banyak, dimana kekuatan asam
berkurang dengan semakin bertambahnya atom karbon. Selain itu kekuatan asam karboksilat
juga dipengaruhi oleh efek induktif dari resonansi kestabilan ion COOH-. Semakin stabil ion
COOH-, maka kekuatan asam karboksilat semakin tinggi. Gugus –OH dapat meningkatkan
kestabilan anion ion karboksilat, sehingga kekuatan asam dari asam laktat lebih tinggi
dibandingkan dengan asetil laktat karena gugus –OH pada asetil laktat sudah berikatan
(Fessenden dan Fessenden, 1997).
2. Sintesis dan Karakterisasi Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat
a. Sintesis Metil Stearat dan Metil Palmitat
Bahan baku asam lemak yang digunakan dalam tahap ini adalah asam stearat yang
tidak murni, dimana terkandung asam palmitat di dalamnya dalam jumlah yang cukup besar.
Sesuai dengan definisi asam stearat menurut Farmakope Indonesia edisi III yaitu asam stearat
adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari
asam oktadekanoat dan asam heksadekanoat. Menurut sertifikat analisis dari asam stearat
merk Edenor, dituliskan bahwa asam stearat mengandung asam palmitat (C16) sebesar 62,3%
dan asam stearat (C18) sebesar 36,3%. Oleh karena itu, reaksi metilasi pun akan menghasilkan
campuran kedua metil asam lemak, yaitu metil stearat dan metil palmitat.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
13
Hasil reaksi metilasi antara 11,2 g (0,04 mol) campuran asam stearat dan asam
palmitat dengan 20,0 ml metanol dan 40,0 ml benzena dalam suasana asam dengan bantuan
katalis asam sulfat pekat menghasilkan padatan kristal berwarna putih. Skema reaksi:
H3C CH214
OH
O
H3C OH
BenzenaH3C CH2
14
O
OCH3
H2 O
Asam palmitat Metanol Metil palmitat Air
H2 SO4
H3C CH2 16
O
OH
H3C OH
Asam stearat Metanol
BenzenaH3C CH2 16
O
OCH3
H2O
Metil stearat Air
H2SO4
Gambar 5. Skema reaksi metilasi campuran asam stearat dan asam palmitat
Mekanisme reaksi metilasi dari asam stearat dan asam palmitat bermula dengan
penyerangan gugus nukleofil (OH) yang terdapat dalam metanol pada gugus karbonil dari
asam stearat dan asam palmitat menghasilkan intermediet berupa metil stearat dan metil
palmitat terprotonasi dan ion metiloksonium. Pada pembentukan metil stearat dan metil
palmitat, terbentuk molekul air sebagai hasil samping dari keberadaan katalis asam sulfat
pekat (H+) yang mengikat gugus hidroksi (OH-) dari gugus karboksilat pada asam stearat dan
asam palmitat. Air disini dapat menimbulkan hidrolisis ester.
Pada tahap kedua reaksi, mula-mula campuran asam stearat dan asam palmitat
direaksikan dahulu dalam benzena sampai larut. Setelah itu barulah ditambahkan metanol dan
asam sulfat pekat. Pada penambahan asam sulfat pekat, reaksi dilakukan pada keadaan dingin
dengan menambahkan es pada sekeliling labu. Hal ini dikarenakan reaksi bersifat eksotermis,
sehingga dikhawatirkan akan merusak asam lemak. Perangkat sintesis tahap ini perlu
dilengkapi tabung yang berisi CaCl2 untuk menyerap air dari luar karena semakin banyaknya
air, reaksi kesetimbangan bergeser ke kiri atau ke arah senyawa awal sehingga produk yang
dihasilkan berkurang dan juga dapat menghidrolisis ester yang terbentuk (Dharsono dan
Oktari, 2013).
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
14
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat
Dari hasil analisis ini terdapat dua buah puncak yang muncul pada waktu retensi 8,2
dan 13,0 menit. Kedua puncak ini adalah metil stearat dan metil palmitat, dimana metil
palmitat memiliki waktu retensi yang lebih awal dibandingkan metil stearat. Kedua asam
lemak, yaitu asam stearat dan asam palmitat akan termetilasi sehingga terbentuklah dua buah
puncak pada kromatogram. Kandungan metil stearat sebesar 32,00% dan metil palmitat
sebesar 68,00% dihitung dari perbandingan area masing-masing metil asam lemak dengan
area total (metode 100%).
c. Karakterisasi Senyawa Metil Stearat dan Metil Palmitat dengan Penentuan Bilangan
Asam
Bilangan asam sebelum reaksi (asam lemak) adalah 194,4 dan bilangan asam setelah
reaksi (metil asam lemak) turun menjadi 1,95. Hal ini membuktikan bahwa metil stearat dan
metil palmitat telah terbentuk karena gugus –COOH pada asam lemak telah tergantikan
menjadi bentuk ester –COOCH3 sehingga bilangan asam setelah reaksi menurun secara
signifikan.
3. Sintesis dan Karakterisasi Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat
a. Sintesis Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat
Sesuai dengan yang tercantum pada sub bab 4.2., dikarenakan bahan baku asam
stearat yang tidak murni maka dihasilkanlah senyawa campuran metil stearat dan metil
palmitat. Maka dari itu, tahap terakhir dari sintesis ini pun bukanlah sebuah senyawa tunggal,
melainkan senyawa campuran dari reaksi asetil laktat dengan metil stearat dan asetil laktat
dengan metil palmitat. Senyawa hasil reaksi antara asetil laktat dan metil stearat memiliki
nama IUPAC asam 2-(stearoiloksi)propanoat, sedangkan senyawa hasil reaksi antara asetil
laktat dan metil palmitat memiliki nama IUPAC asam 2-(palmitoiloksi)propanoat.
Hasil reaksi interesterifikasi antara 1,4 gram (0,01 mol) asetil laktat dengan 3,0 gram
(0,01 mol) campuran metil stearat dan metil palmitat dengan bantuan katalis natrium
metoksida menghasilkan cairan kental kekuningan.
Dalam reaksi interesterifikasi ini, adanya katalis NaOCH3 akan mengakibatkan gugus
asetil (-CO-CH3) dari asetil laktat segera bereaksi dengan gugus metoksi (-OCH3) dari metil
asam lemak membentuk metil asetat. Selanjutnya gugus alkoksi dari asetil laktat akan
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
15
bereaksi dengan gugus stearosil dan palmitoil membentuk senyawa campuran asam 2-
(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat. Skema reaksi:
H3C CH216
O
OCH3
Metil stearat
H3C O
O
OH
O
CH3
Asetil laktat
H3C CH2 16
O
O
H3C
HO
O
1-karboksietil stearat
H3C OCH3
O
Metil asetat
CH3 ONa
H3C O
O CH3
OH
O
H3C CH214
O
OCH3
H3C CH214
O
O
H3C
HO
O
H3C OCH3
O
Asetil laktat Metil palmitat Metil asetat
Asam 2-(Palmitoiloksi) Propanoat
CH3ONa
Gambar 6. Skema reaksi interesterifikasi asetil laktat dan campuran metil stearat dan metil palmitat
Pada tahap terakhir ini dilakukan pengadukan dengan variasi suhu dan waktu, antara
lain pada suhu kamar, 300C, 400C, dan 500C selama 3 jam. Dari hasil ini didapat suhu mana
yang terbaik lalu dilanjutkan dengan memvariasikan waktu pengadukkan sampai terbentuk
kurva yang menurun yang menunjukkan produk semakin sedikit dihasilkan.
Sesuai dengan teori yang berlaku, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
reaksi esterifikasi. Salah satunya adalah suhu reaksi. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa semakin tinggi suhu reaksi, konversi yang dihasilkan menurun. Hal ini disebabkan
reaksi interesterifikasi menggunakan katalis natrium metoksida merupakan reaksi eksotermis,
sehingga penambahan suhu mengakibatkan kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga produk
semakin sedikit dihasilkan (Hikmah dan Zuliyana, 2010). Suhu optimum didapat pada
pengadukkan di suhu kamar.
Asam 2-(stearoiloksi)propanoat
Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
16
Gambar 7. Grafik hubungan antara suhu dan area dengan waktu pengadukkan selama 3 jam
Faktor lain yang dapat mempengaruhi reaksi esterifikasi adalah waktu reaksi. Semakin
lama waktu reaksi maka kontak antar zat akan semakin besar sehingga menghasilkan konversi
produk yang besar. Namun, jika kesetimbangan sudah tercapai, maka penambahan waktu
reaksi tidak lagi memperbesar hasil, malah dapat menurunkan hasil. Hal ini disebabkan
karena reaksi esterifikasi merupakan reaksi bolak-balik atau reversible. Apabila sudah terjadi
kesetimbangan, reaksi akan bergeser ke kiri dan akan memperkecil produk yang diperoleh
(Hikmah dan Zuliyana, 2010). Dari percobaan yang dilakukan, produk optimum dihasilkan
dengan pengadukkan pada suhu kamar selama 5 jam.
Gambar 8. Grafik hubungan antara waktu reaksi dan area pada suhu kamar (250C)
27979822
22477999
17783438
14984103
0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
0 10 20 30 40 50 60
Res
po
n D
etek
tor
(µv
/s)
Suhu Reaksi (0C)
Grafik Hubungan Antara Suhu
Reaksi dengan Area
27979822
30783526
36359920
26425500
0
10000000
20000000
30000000
40000000
0 1 2 3 4 5 6 7
Res
po
n D
etek
tor (
µv
/s)
Waktu Reaksi (jam)
Grafik Hubungan Antara
Waktu Reaksi dengan Area
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
17
b. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Senyawa Campuran Asam 2-
(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-(palmitoiloksi)propanoat
Dari hasil analisis ini tampak bahwa senyawa campuran asam 2-
(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat muncul pada waktu retensi 39,7
menit (lihat gambar). Rendemen senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam
2-(palmitoiloksi)propanoat sebesar 76,97% dihitung dari perbandingan area sisa asetil laktat
dengan area asetil laktat mula-mula.
Gambar 9. Kromatogram senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat (D) 4660 ppm
Keterangan: A = sisa asetil laktat; B = sisa metil palmitat; D = campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan
asam 2-(palmitoiloksi)propanoat.
c. Karakterisasi Senyawa Campuran Asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan Asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat dengan Penentuan Bilangan Asam
Bilangan asam campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat adalah 212,8. Bilangan asam ini dibandingkan dengan bilangan
asam senyawa pemula, yaitu asetil laktat dan metil stearat serta metil palmitat. Asetil laktat
memiliki bilangan asam sebesar 383,7 sedangkan metil stearat dan metil palmitat sebesar
1,95. Senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat
memiliki bilangan asam yang lebih tinggi dari metil stearat dan metil palmitat, namun lebih
rendah dibandingkan senyawa asetil laktat.
4. Perhitungan Hydrophilic-Lipophilic Balance
Nilai HLB senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat adalah 3,1 dihitung berdasarkan metode Davies dan berdasarkan
A
B
D
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
18
persentase kandungan metil stearat dan metil palmitat di dalamnya. Aplikasi terbaik dari
senyawa dengan nilai HLB demikian adalah untuk emulsi air dalam minyak.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan, yaitu :
1. Diperoleh senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat berbentuk cairan kental berwarna kekuningan dengan rendemen
76,97%. Senyawa diperoleh melalui tiga tahap antara lain : (1) sintesis asetil laktat, (2)
sintesis metil stearat dan metil palmitat, (3) sintesis campuran asam 2-
(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-(palmitoiloksi)propanoat dengan mereaksikan asetil
laktat dan campuran metil stearat dan metil palmitat dengan perbandingan 1:1 mol dengan
bantuan katalis natrium metoksida sebanyak 10% dengan kecepatan pengadukkan 3000
rpm pada suhu kamar selama 5 jam.
2. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas dengan kondisi suhu kolom 1700C,
suhu injektor 2300C, dan suhu detektor 2500C dengan laju alir 1,0 ml/menit. Senyawa
muncul pada waktu retensi 39,7 menit.
3. Karakterisasi senyawa campuran asam 2-(stearoiloksi)propanoat dan asam 2-
(palmitoiloksi)propanoat meliputi penentuan bilangan asam, yakni 212,8 dan perhitungan
angka HLB yaitu 3,1.
Saran
Perlu digunakan bahan baku asam stearat yang murni dan dilakukan studi lanjutan untuk
membandingkan kemampuan mengemulsi antara senyawa campuran yang terbentuk dengan
senyawa tunggalnya, yaitu asam 2-(stearoiloksi)propanoat. Jika tidak ditemukan asam stearat
murni, maka perlu dicari kondisi analisis untuk memisahkan kedua senyawa yang terbentuk.
Selanjutnya, dicari prosedur pemurnian, yaitu dapat dicoba dengan pencucian atau ekstraksi
kemudian dilakukan elusidasi struktur menggunakan FT-IR atau H-NMR. Juga perlu dicari
perbandingan mol yang optimum agar produk yang dihasilkan lebih maksimal. Tahap
selanjutnya, hasil sintesis perlu diuji kemampuan mengemulsinya dengan memasukkannya ke
dalam formula sediaan.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
19
KEPUSTAKAAN
Brahmana, H. R. (2005). Sintesis 2-Kaprilosoil Propane Yang Diturunkan dari Asam Sitrat
dan Asam Kaprilat. Artikel Jurnal Departemen Kimia FMIPA USU 9(3), 1-2.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Dharsono, W., dan Oktari, Y.S. (2013). Proses Pembuatan Biodiesel dari Dedak dan Metanol
dengan Esterifikasi in Situ. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2(2), 33-39.
Elliger, C.A. (1979). A Convenient Preparation of Pure Stearoyl-2-lactylic Acid. J. Agric.
Food Chem, 27(3), 527-528.
Fessenden,R. J dan Fessenden, J. (1997). Kimia Organik (Jilid 1 Edisi 3). Terjemahan
Aloysius Handyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, I. G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Gunawan, Ginting, Surbakti. (2005). Sintesis 2-Stearoil Trimetil Sitrat Yang Diturunkan dari
Asam Sitrat dan Asam Stearat. Jurnal Komunikasi Penelitian Universitas Sumatera
Utara Fakultas MIPA. 1975, 17(2), 37-45.
Hasenhuettl, G.L. (2008). Synthesis and Commercial Preparation of Food Emulsifiers. Food
Emulsifiers and Their Application 2, 11-37.
Hikmah, M.N dan Zuliyana. (2010). Pembuatan Metil Ester dari Minyak Dedak dan Metanol
dengan Proses Esterifikasi dan Transesterifikasi. (Skripsi Sarjana, Universitas
Diponegoro Semarang, 2010).
Hilyati, Wuryaningsih, dan Irawan, Y. (2003). Sintesa Ester Asam Lemak dengan Alkohol
Sekunder sebagai Emollient. Bandung: Pusat Penelitian Kimia-LIPI.
McNair, H. M. dan Miller, J. M. (1998). Basic Gas Chromatography. New York: John Willey
& Sons.
Misdawati. (2005). Sintesis selulosa kaproat melalui reaksi interesterifikasi antara selulosa
asetat dengan metil kaproat. (Tesis, Universitas Sumatera Utara, 2008).
Rakhma, L.M., dan Ningtyas, Y.A. (2010). Pabrik Asam Lemak dari Biji Bunga Matahari
dengan Proses Hidrolisis Continuous Countercurrent. Surabaya: Institut Teknologi
Sepuluh November.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. (2006). Handbook of Pharmaceutical Excipients
(Fifth Edition). USA: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013
20
Thu, T.T.M., Tan, P.M., dan Khanh, N.V. (2009). Synthesis of Non-Ionic, Polyethylene
Glycol Ester Based Surfactant as Emulsifier for Water-in-Oil Systems. AUN/SEED-Net
2nd Regional Conference on Global Environment.
Vijayakumar, J., Aravindan, R., dan Viruthagiri, T. (2008). Recent Trends in the Production,
Purification, and Application of Lactic Acid. Chem. Biochem. Eng. Q, 22(2), 245-264.
Sintesis dan karakterisasi ..., Lydia Trisna Wibowo, FMIPA UI, 2013