sintak berbagai model pembelajaran

75
Sintak model pembelajaran Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran 1. Sintaks Model Pembelajaran kooperatif Fase Perilaku Guru Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siwa Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase 3 Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok belajar dan bekerja Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. 1. Sintaks Perbandingan dari Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok Pendekatam Struktural Tujuan Kogniti f Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat Informasi akademik sederhana

Upload: restya21

Post on 22-Jun-2015

6.122 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

Model Pembelajaran

TRANSCRIPT

Page 1: Sintak berbagai model pembelajaran

Sintak model pembelajaran

Sintaks (Tahapan) Model-model Pembelajaran

1. Sintaks Model Pembelajaran kooperatif

Fase Perilaku GuruFase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siwa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok belajar dan bekerja

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

1. Sintaks Perbandingan dari Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Aspek Tipe STAD Tipe Jigsaw Investigasi Kelompok

Pendekatam Struktural

Tujuan Kognitif

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik sederhana

Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri

Informasi akademik sederhana

Tujuan Sosial

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerja kelompok dan kerja sama

Kerjasama dalam kelompok kompleks

Keterampilan kelompok dan keterampilan social

Struktur tim

Kelompok heterogen dengan 4-5 anggota

Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 anggota menggunakan pola kelompok

Kelompok belajar dengan 5-6 anggota heterogen

Bervariasi, berdua, bertiga, berkelompok dengan 4-6 anggota

Page 2: Sintak berbagai model pembelajaran

asal dan kelompok ahli

Pemilihan topic pelajaran

Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru

Tugas utama

Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menutaskan materi belajarnya

Siswa mempelajari materi dalam kelompok ahli kemudian membantu kelompok asal mempelajari materi itu

Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks

Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan social dan kognitif

Penilaian Tes mingguan Bervariasi dapat berupa tes mingguan

Menyelesaikan proyek dan menulis laporan, dapat menggunakan tes esai

Bervariasi

Pengakuan Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Publikasi lain Lembar pengetahuan dan publikasi lain

Bervariasi

1. Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri (Penemuan)

Tahap Tingkah Laku GuruTahap 1

Observasi untuk menemukan masalah

Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang memungkinkan siswa menemukan masalah

Tahap 2

Merumuskan masalah

Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang disajikannya

Tahap 3

Mengajukan hipotesis

Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis terhadap masalah yang telah dirumuskannya

Tahap 4

Merencanakan pemecahan masalah (melalui eksperimen atau cara lain)

Guru membimbing siswa untuk merencanakan pemecahan masalh, membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja yang tepat

Tahap 5

Melaksanakan eksperimen (atau cara pemecahan masalh yang lain)

Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memfasilitasi

Tahap 6

Melakukan pengamatan dan pengumpulan data

Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang penting dan membantu mengumpilkan dan mengorganisasi data

Tahap 7

Analisis data

Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu konsep

Page 3: Sintak berbagai model pembelajaran

Tahap 8

Penarikan kesimpulan dan penemuan

Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.

1. Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Tahap Tingkah Laku GuruTahap 1

Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, memotivasi siswa untuk terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya

Tahap 2

Mengorganisasi siwa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar tugas belajar yang berhubungan dengan masalh tersebut

Tahap 3

Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan dan pemecahanmasalah

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

Tahap 5

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka atau proses-proses yang mereka gunakan

1. Sintak Model Pembelajaran Langsung

Tahap Peran GuruMenyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar

Mendemonstrasikan keterampilann (pengetahuan procedural) atau mempresentasikan pengetahuan (deklaratif)

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan member bimbingan pelatihan

Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

Guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik

Memberukan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari

Page 4: Sintak berbagai model pembelajaran

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Sehingga model

pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru-guru yang baru memulai menggunakan pendekatan

pembelajaran kooperatif. Perencanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD disusun berdasarkan siklus

yang tetap pada pengajarannya (Slavin, 2000: 269).

1. Siklus Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

STAD terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang tetap sebagai berikut:

Mengajar : mempresentasikan pelajaran.

Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka dengan menggunakan Lembar

Kegiatan Siswa untuk menuntaskan materi pelajaran.

Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara individual.

Pengahargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor peningkatan anggota tim, sertifikat,

laporan berkala kelas, atau papan pengumuman digunakan untuk memberi penghargaan

kepada tim yang berhasil mencetak skor tertinggi.

Pada dasarnya siklus pembelajaran kooperatif tipe STAD, mengacu pada sintaks

pembelajarankooperatif dengan menggabungkan fase 1 dan fase 2 ke dalam kegiatan mengajar, dan

fase 3 dan fase 4 ke dalam kegiatan belajar dalam tim. Sedangkan fase 5 dan fase 6 pada

pembelajarankooperatif masuk pada kegiatan tes dan penghargaan kelompok pada

pembelajaran kooperatif tipeSTAD.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe STAD

Slavin (dalam Nur, 1998: 24) menguraikan langkah-langkah mengantar siswa kepada STAD adalah

sebagai berikut:

1. Bagilah siswa ke dalam kelompok masing-masing terdiri dari empat atau lima anggota.

Pastikan bahwa kelompok yang terbentuk itu berimbang dalam hal kinerja akademik, jenis

kelamin dan asal suku.

2. Buatlah Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan kuis pendek untuk pelajaran yang anda

rencanakan untuk diajarkan.

3.  Pada saat anda menjelaskan STAD kepada kelas anda, bacakan tugas-tugas yang harus

dikerjakan tim.

4. Bila tiba saatnya memberikan kuis, bagikan kuis atau bentuk evaluasi yang lain, dan berikan

waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes itu.

5. Pengakuan kepada prestasi tim, segera setelah anda menghitung poin untuk siswa dan

menhitung skor tim.

Adapun penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin (1995), STAD terdiri dari lima

komponen utama yaitu, presentasi kelas, kelompok, kuis (tes), skor peningkatan individual dan

penghargaan kelompok. Masing-masing komponen akan diuraikan sebagai berikut:

1. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD disampaikan pada presentasi kelas. Presentasi kelas ini biasanya menggunakan

pengajaran langsung (direct instruction) atau ceramah, dilakukan oleh guru. Presentasi kelas dapat

pula menggunakan audiovisual. Presentasi kelas ini meliputi tiga komponen, yakni pendahuluan,

pengembangan dan praktek terkendali.

Page 5: Sintak berbagai model pembelajaran

2. Kelompok

Kelompok terbentuk terdiri dari empat atau lima siswa, dengan memperhatikan perbedaan

kemampuan, jenis kelamin dan ras atau etnis. Fungsi utama kelompok adalah memastikan bahwa

semua anggota kelompok terlibat dalam kegiatan belajar, dan lebih khusus adalah mempersiapkan

anggota kelompok agar dapat menjawab kuis (tes) dengan baik. Termasuk belajar dalam kelompok

adalah mendiskusikan masalah, membandingkan jawaban dan meluruskan jika ada anggota kelompok

yang mengalami kesalahan konsep.

3. Kuis (tes)

Setelah beberapa periode presentasi kelas dan kerja kelompok, siswa diberikan kuis individual. Siswa

tidak diperkenankan saling membantu pada saat kuis berlangsung.

4. Skor Peningkatan Individual

Penilaian kelompok berdasarkan skor peningkatan individu, sedangkan skor peningkatan tidak

didasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-

rata skor sebelumnya. Setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin maksimum pada kelompoknya

dalam sistem skor kelompok. Siswa memperoleh skor untuk kelompoknya didasarkan pada skor kuis

mereka melampaui skor dasar mereka.

5. Penghargaan Kelompok

Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau hadiah jika rata-rata skornya melampaui kriteria tertentu.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD pada penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan 5 fase, adapun fase-fase kegiatan itu sebagai berikut:

Fase 1:

Menyampaikan indikator pencapaian hasil belajar dan memotivasi siswa. Guru menyampaikan

indikator pencapaian hasil belajar yang ingin dicapai dalam materi pelajaran secara lisan dan

memotivasi siswa untuk mempelajari materi yang diajarkan dan memberikan informasi keuntungan

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD secara lisan.

Fase 2

Menyajikan materi, guru menyampaikan dan menyajikan materi yang dipelajari secara klasikal yang

terdapat di dalam lembar kegiatan siswa (LKS). Dan siswa diberikan kesempatan untuk menanyakan

penjelasan guru apabila ada materi yang kurang dimengerti.

Fase 3:

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok dan membimbing kelompok bekerja dan

belajar. Adapun kegiatan-kegiatan dalam fase ini diantaranya adalah sebagai berikut:

Membentuk kelompok-kelompok kecil (terdiri 4 – 5 siswa) secara heterogen yang telah ditentukan oleh

guru. Menginformasikan pada siswa untuk mengerjakan tugas secara berkelompok dan setiap anggota

kelompok bertanggungjawab pada kelompok masing-masing dan terhadap diri sendiri.

Menyuruh siswa mengerjakan soal dalam LKS secara berkelompok. Dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya siswa mengerjakan secara mandiri atau berpasangan dan selanjutnya dicocokkan dan

didiskusikan ketepatan jawabannya dengan teman sekelompok. Dan jika ada anggota kelompok yang

belum memahami, maka teman sekelompoknya yang sudah faham menjelaskan, sebelum meminta

bantuan kepada guru. Selama siswa dalam kegiatan kelompok, guru? bertindak sebagai fasilitator

yang mengawasi dan mengamati setiap kegiatan kelompok.

Menyuruh beberapa siswa untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan kelompok yang lain

menanggapi.?

Fase 4:

Penghargaan kelompok, penghargaan kelompok dilakukan dalam dua tahap perhitungan, yaitu:

1) Menghitung skor individu dan skor kelompok

Cara pemberian skor pada pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat berperan untuk memotivasi

siswa bekerja sama dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran yang diberikan. Setelah

siswa mempelajari materi secara berkelompok, setiap siswa mengerjakan kuis secara individual dan

Page 6: Sintak berbagai model pembelajaran

memperoleh skor kuis serta nilai perkembangan. Nilai perkembangan bergantung pada kemajuan yang

dicapai siswa dengan memperhatikan skor kuis atau skor dasar siswa. Skor dasar siswa adalah rata-

rata skor siswa yang bersangkutan untuk kuis-kuis terdahulu, dengan syarat materi yang diujikan pada

kuis-kuis tersebut masih berada dalam satu topik. Jika belum pernah diadakan kuis untuk topik

tersebut, maka skor dasar siswa adalah skor tes awal. 

Selanjutnya untuk menghitung skor kelompok, Slavin (1995: 80) mengungkapkan bahwa untuk

menghitung skor kelompok, catatlah masing-masing poin kemajuan anggota kelompok di atas lembar

rekapitulasi kelompok dan bagilah jumlah poin kemajuan anggota kelompok dengan banyak anggota

kelompok yang hadir dan bulatkan pecahannya.

2) Menghargai prestasi kelompok

Kemudian berkaitan dengan banyaknya tingkat penghargaan kelompok, menurut Slavin (1995: 80) ada

tiga tingkat penghargaan yang disediakan didasarkan pada skor rata-rata kelompok, seperti tertera

pada tabel berikut.

Apa yang Disebut dengan PAKEMSesuai dengan huruf yang menyusun namanya, pembelajaran PAKEM adalah salah satu contoh pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.1. Aktif: pengembang pembelajaran ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses aktif merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat di dalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Di dalam implementasinya, seorang guru harus merancang dan melaksanakan kegiatan-kegiatan atau strategi-strategi yang memotivasi siswa berperan secara aktif di dalam proses pembelajaran. Mengapa pembelajaran harus mengaktifkan siswa? Hasil penelitian menunjukkan bahwa kita belajar 10% dari yang kita baca, 20% dari yang kita dengar, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita ucapkan, dan 90% dari yang kita ucapkan dan kerjakan serta 95% dari apa yang kita ajarkan kepada orang lain (Dryden & Voss, 2000). Artinya belajar paling efektif jika dilakukan secara aktif oleh individu tersebut.2. Kreatif: pembelajaran PAKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Pembela haruslah memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri seorang pebelajar yang mandiri adalah: (a) mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya; (b) mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya; (c) memonitor keefektivan strategi tersebut; dan (d) termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalahnya terselesaikan.3. Efektif: menyiratkan bahwa pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai semua hasil belajar yang telah dirumuskan. Karena hasil belajar itu beragam, karkteristik efektif dari pembelajaran ini mengacu kepada penggunaan berbagai strategi yang relevan dengan hasil belajarnya. Banyak orang beranggapan bahwa berbagai strategi pembelajaran inovatif termasuk PAKEM seringkali tidak efisien (memakan waktu) lebih lama dibandingka dengan pembelajaran tradisional/konvensional. Hal tersebut tentu amat mudah dipahami, dalam

Page 7: Sintak berbagai model pembelajaran

pembelajaran PAKEM banyak hasil belajar yang dicapai sehingga memerlukan waktu yang lama, sementara pada pembelajaran tradisional hasil belajar yang dicapai hanya pada tataran kognitif saja.4. Menyenangkan: pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Mengapa pembelajaran harus menyenangkan? Dryden dan Voss (2000) mengatakan bahwa belajar akan efektif jika suasana pembelajarannya menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi untuk belajar. Anak-anak pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Menurut penelitian, anak-anak menjadi berminat untuk belajar jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Yang dimaksudkan adalah bahwa pokok bahasannya dikaitkan dengan pengalaman siswa sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka dan bukan dunia guru sebagai orang dewasa. Apa lagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka dalam belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAKEM sebenarnya juga pembelajaran kontekstual.PAKEM merupakan pembelajaran yang tidak hanya terpaku menggunakan satu pendekatan saja, tetapi dengan menggunakan berbagai pendekatan dan model. Berikut adalah ciri-ciri PAIKEM.

Guru Kegiatan Belajar Mengajar1. Guru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar mengggunakan cara yang beragam, misalnya:• Percobaan• Diskusi kelompok• Memecahkan masalah• Mencari informasi• Menulis laporan/cerita/puisi• Berkunjung keluar kelas2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Sesuai mata pelajaran, guru menggunakan, misal:• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri• Gambar• Studi kasus• Nara sumber• Lingkungan3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan. Siswa:• Melakukan percobaan, pengamatan, eksperimen atau wawancara• Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri• Menarik kesimpulan• Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya

Page 8: Sintak berbagai model pembelajaran

sendiri secara lisan atau tulisan. Melalui:• Diskusi• Lebih banyak pertanyaan terbuka• Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa. • Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut.• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan6.Guru mengaitkan KBM dengan pengalaman siswa sehari-hari. • Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri.• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari7. Menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus. • Guru memantau kerja siswa• Guru memberikan umpan balik

Apa itu PAKEM?PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukaan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memeberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kretaif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya (”time on task”) tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlagsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan meyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bemain biasa.Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut:• Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.• Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.• Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ’pojok baca’.• Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.• Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu

Page 9: Sintak berbagai model pembelajaran

masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.

D. Bagaimana pelaksanaan PAKEM?

Komponen Pembelajaran Hal Baru Yang Berbeda DenganKebiasaan Pembelajaran Selama IniGuru merancang dan mengelola KBM yang mendorong siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Guru melaksanakan KBM dalam kegiatan yang beragam, misalnya :- percobaan- Diskusi Kelompok- Memecahkan masalah- Mencari informasi- Menulis laporan/cerita/puisi- Berkunjung keluar kelasGuru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam. Semua mata pelajaran, guru menggunakan, misal:• Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri.• Gambar• Studi kasus• Nara sumber• LingkunganGuru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan Siswa:• Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara• Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri• Menarik kesimpulan• Memecahkan masalah, mencari rumus sendiri• Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiriGuru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan Melalui :• Diskusi• Lebih banyak pertanyaan terbuka hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiriGuru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa • Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)• Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut• Tugas perbaikan atau pengayaan diberikanGuru mengaitkan KBM dalam pengalaman siswa sehari-hari • Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalaman sendirinya.• Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hariMenilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus • Guru memantau kerja siswa• Guru memberikan umpan balik

E. Apa yang harus diperhatikan dalam melaksanaka pakem?1. Memahami sifat yang dimiliki anak

Page 10: Sintak berbagai model pembelajaran

Pada dasarnya anak memiliki sifat : rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajran yang ditunjukkan oleh guru memuji anak karena hasil karyanya,guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru mendorong anak untuk melakukan percobaan, nisalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud.2. Mengenal anak secara peroranganPara siswa berasal dari lingkungan yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAKEM (Pembelajaran Aktif, Efektif, dan Menyenangkan) perbedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Semua anak dalam kelas tidak selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan berbeda sesuai dengan dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya bila mendapat kesulitan sehingga anak tersebut belajar secara optimal.3. memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajarSebagai makhluk social, anak sejak kecil secara alami bermain berpasangan atau berkelompok dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka unuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4.Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuanmemecahkan masalahPada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal tersebut memerlukan kemampuan untuk berpikir kritis dan kreatif, kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan alternative pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering-seringnya memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika….” Lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan,” yang umumnya tertutup hanya ada satu jawaban yang benar).5. Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarikRuang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sabaiknya dipajangkan untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan

Page 11: Sintak berbagai model pembelajaran

baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika mambahas suatu masalah.6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarLingkungan (fisik,social, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga dipakai sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber beajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak harus keluar kelas. Bahkan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.7. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajarMutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas-tugas belajar selanjutnya. Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.8. Membedakan antara aktif fisik dan akif mentalBanyak guru yang sudah merasa puas bila menyaksikan para siswa keliahatan sibuk bekerja dan bergerak. Apalagi jika bangku dan meja diatur berkelompok serta siswa duduk saling berhadapan, Keadaan tersebut bukanlah ciri yang sebenarnya dari PAKEM. Aktif mental lebih diinginkan daripada aktif fisik. Sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, dan mengungkapkan gagasan merupakan tanda-tanda aktif mental. Syarat perkembangannya aktif mental adalah tumbuhnya perasaan tidak takut : takut ditertawakan, takut disepelekan, atau takut dimarahi jika salah.Oleh karena itu, guru hendaknya menghilangkan penyebab rasa takut tersebut, baik yang datang dari guru itu sendiri maupun dari temannya. Berkembangnya rasa takut sangat bertentangan pada ’PAKEM’.F. PENDEKATAN BELAJAR AKTIFSetelah memahami pengertian dan gambaran PAKEM, maka perlu membuktikan pemahaman itu melalui pembuatan persiapan PAKEM dan melaksanakan dengan baik, dalam sekolah dalam mengembangkan PAKEM ini, masih perlu tentang pendekatan belajar aktif.1. Apa Pendekatan Belajar Aktif ?Pedekatan Belajar Aktif adalah cara pandang yang menganggap belajar sebagai kegiatan membangun makna/pengertian terhadap pengalaman dan informasi, yang dilakukan oleh si pembelajar, bukan oleh si pengajar; serta menganggap mengajar sebagai kegiatan menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif dan tanggung jawab belajar si pembelajar sehingga berkeinginan terus untuk belajar selama hidupnya, dan tidak tergantung kepada guru/orang laian bila mereka mempelajari hal-hal yang baru. Jadi belajar itu menganggap guru lebih sebagai tukang kebun yang memelihara tanaman, dan bukan guru sebagai penuang air ke dalam gelas kosong. Menganggap siswa lebih sebagai tanaman yang memiliki kemampuan untuk tumbuh sendiri daripada sebagai gelas kosong yang hanya dapat penuh bila ada yang

Page 12: Sintak berbagai model pembelajaran

mengisi.2. Mengapa Perlu Belajar Aktif ?Paling sedikit ada tiga alasan mengapa Belajar Aktif perlu dterakana. Karateristik anakb. Hakekat belajarc. Karakteristik lulusan yang dikehendakia. Karakteristik anakPada dasarnya anak dilahirkan dengan memiliki sifat ingin tahu dan imajinasi. Anak desa, anak kota anak orang miskin, anak orang kaya, anak Indonesia, an anak bukan Indonesia semuanya selama normal mereka memiliki kedua hal tersebut. Sifat ngin tahu merupakan modal dasar bagi perkembangnya sikap kritis,dan imajinasi bagi prilaku kreatif.

PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

{ June 6, 2010 @ 8:34 am } · { PENDIDIKAN }

PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :

1. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.

Page 13: Sintak berbagai model pembelajaran

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.

Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.

2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.

4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.

Page 14: Sintak berbagai model pembelajaran

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Sementara taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni (kiat).

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya), masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan

Page 15: Sintak berbagai model pembelajaran

unik. Sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.

Sumber:

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.

Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Beda Strategi, Model, Pendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran (http://smacepiring.wordpress.com/)

Strategi Pembelajaran

Tags: artikel, berita, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, pembelajaran, pendekatan, pendidikan, umum

Dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Kompetensi, E. Mulyasa (2003) mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual

Page 16: Sintak berbagai model pembelajaran

Teaching Learning); (2) Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction). Sementara itu, Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran inkuiri (inquiry).

Di bawah ini akan diuraikan secara singkat dari masing-masing model pembelajaran tersebut.

A. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.

Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :

Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik

Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus)

Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.

Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari.

Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

B. Bermain Peran (Role Playing)

Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.

Page 17: Sintak berbagai model pembelajaran

Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian

Melalui bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.

Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5) menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi pengalaman dan pengambilan keputusan.

C. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)

Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.

Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:

Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.

Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan

Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.

Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.

Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.

Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.

D. Belajar Tuntas (Mastery Learning)

Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam

Page 18: Sintak berbagai model pembelajaran

mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar, bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal (belajar tuntas).

Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas dalam hal berikut : (1) pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test); (2) peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan; dan (3) pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif).

Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (1) mengidentifikasi pra-kondisi; (2) mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar; dan (3c) implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi : (1) corrective technique yaitu semacam pengajaran remedial, yang dilakukan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; dan (2) memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas).

Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar tuntas mencapai hasil yang optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik hardware maupun software, termasuk penggunaan komputer (internet) untuk mengefektifkan proses belajar.

E. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)

Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.

Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:

Page 19: Sintak berbagai model pembelajaran

Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.

Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.

Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi.

Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.

Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban.

Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai beriku:

Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.

Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan.

Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut.

Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus, diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar yang dicapainya.

Page 20: Sintak berbagai model pembelajaran

Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.

Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul

Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain : (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif; (2) membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas; (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.

F. Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.

Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.

Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.

Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa, terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (b) menyusun data, terdiri dari : mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan keteraturan.

Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan

Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Page 21: Sintak berbagai model pembelajaran

Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor, konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.

Sumber :

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia

E. Mulyasa.2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep; Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

_________. 2004. Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Pembelajaran KBK. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.

Udin S. Winataputra, dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

W. Gulo. 2005. Strategi Belajar Mengajar Jakarta :. Grasindo.

PROSEDUR PEMBELAJARAN

Secara umum, prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3 tahapan yaitu : (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3) kegiatan akhir dan tindak lanjut :

A. Pendahuluan

Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan pendahuluan, yaitu :

Menciptakan Kondisi Awal Pembelajaran; meliputi: membina keakraban, menciptakan kesiapan belajar peserta didik dan menciptakan suasana belajar yang demokratis.

Apersepsi/Pre test; meliputi : kegiatan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan materi sebelumnya, memberikan komentar atas jawaban yang diberikan peserta didik dan membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan bahwa dalam kegiatan pendahuluan, perlu dilakukan pemanasan dan apersepsi, didalamnya mencakup: (a) bahwa pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (b) motivasi peserta didik ditumbuhkan dengan bahan ajar yang menarik dan berguna bagi peserta didik; dan (c) peserta didik didorong agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.

B. Kegiatan Inti

Page 22: Sintak berbagai model pembelajaran

Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan inti, yaitu :

Menyampaikan tujuan yang ingin dicapai, baik secara lisan maupun tulisan.

Menyampaikan alternatif kegiatan belajar yang akan ditempuh

Membahas Materi

Depdiknas (2003) membagi kegiatan inti ke dalam tiga tahap kegiatan yaitu: (1) eksplorasi; (2) konsolidasi pembelajaran, dan (3) pembentukan sikap dan perilaku.

Kegiatan eksplorasi merupakan usaha memperoleh atau mencari informasi baru. Yang perlu diperhatikan dalam kegiatan eksplorasi, yaitu: (a) memperkenalkan materi/keterampilan baru; (b) mengaitkan materi dengan pengetahuan yang sudah ada pada peserta didik; (c) mencari metodologi yang paling tepat dalam meningkatkan penerimaaan peserta didik akan materi baru tersebut.

Konsolidasi merupakan merupakan negosiasi dalam rangka mencapai pengetahuan baru. Dalam kegiatan konsolidasi pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah : (a) melibatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajar baru; (b) melibatkan peserta didik secara aktif dalam pemecahan masalah; (c) meletakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi pelajaran yang baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan di dalam lingkungan; dan (d) mencari metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.

Pembentukan sikap dan perilaku merupakan pemrosesan pengetahuan menjadi nilai, sikap dan perilaku. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan sikap dan perilaku, adalah : (a) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep atau pengertian yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari; (b) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (c) cari metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan sikap dan perilaku peserta didik.

C. Kegiatan Akhir dan Tindak Lanjut Pembelajaran

Udin S. Winataputra, dkk. (2003) mengemukakan hal-hal yang dilakukan dalam kegiatan akhir dan tindak lanjut pembelajaran , yaitu : (a) penilaian akhir; (b) analisis hasil penilaian akhir; (c) tindak lanjut; (d) mengemukakan topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang; dan (e) menutup kegiatan pembelajaran.

Mulyasa (2003) mengemukakan dua kegiatan pokok pada akhir pembelajaran, yaitu : (a) pemberian tugas dan (b) post tes. Sementara itu, Depdiknas (2003) mengemukakan dalam kegiatan akhir perlu dilakukan penilaian formatif, dengan memperhatikan hal-hal berikut: (a) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (b) gunakan hasil penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru;

Page 23: Sintak berbagai model pembelajaran

dan (c) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Untuk lebih jelasnya, di bawah ini disajikan bagan prosedur pembelajaran bermakna seperti yang dikehendaki dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Model Pembelajaran Inovatif (1)

Tags: artikel, berita, inovasi, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, pembelajaran, pendekatan, pendidikan, umum

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/19/model-pembelajaran-inovatif/

A. Model Examples Non Examples

Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi Dasar

Langkah-langkah :

Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran

Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP/In Focus

Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar

Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas

Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya

Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai

Kesimpulan

B. Picture And Picture

Langkah-langkah :

Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Menyajikan materi sebagai pengantar

Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi

Page 24: Sintak berbagai model pembelajaran

Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis

Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai

Kesimpulan/rangkuman

C. Numbered Heads Together

Langkah-langkah :

Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor

Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya

Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya

Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka

Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain

Kesimpulan

D. Cooperative Script

Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Langkah-langkah :

Guru membagi siswa untuk berpasangan

Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan

Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar

Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar : (a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap; (b) Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya

Page 25: Sintak berbagai model pembelajaran

Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.

Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan guru

Penutup

E. Kepala Bernomor Struktur

Langkah-langkah :

Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor

Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai. Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya

->Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka

Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain

Kesimpulan

F. Student Teams-Achievement Divisions (Stad)/Tim Siswa Kelompok Prestasi (Slavin, 1995)

Langkah-langkah :

Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)

Guru menyajikan pelajaran

Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu

Memberi evaluasi

Kesimpulan

G. Jigsaw (Model Tim Ahli)/(Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, And Snapp, 1978)

Page 26: Sintak berbagai model pembelajaran

Langkah-langkah :

Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim

Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka

Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh

Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

Guru memberi evaluasi

Penutup

H. Problem Based Introductuon (PBI)/(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)

Langkah-langkah :

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

I. Artikulasi

Langkah-langkah :

Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

Guru menyajikan materi sebagaimana biasa

Page 27: Sintak berbagai model pembelajaran

Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang

Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya

Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya

Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa

Kesimpulan/penutup

J. Mind Mapping

Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban

Langkah-langkah :

Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban

Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang

Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi

Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru

Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru

K. Make – A Match (Mencari Pasangan) (Lorna Curran, 1994)

Langkah-langkah :

Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban

Setiap siswa mendapat satu buah kartu

Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang

Page 28: Sintak berbagai model pembelajaran

Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)

Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin

Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya

Demikian seterusnya

Kesimpulan/penutup

L. Think Pair And Share (Frank Lyman, 1985)

Langkah-langkah :

Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai

Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru

Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing

Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya

Berawal dari kegiatan tersebutmengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa

Guru memberi kesimpulan

Penutup

M. Debat

Langkah-langkah :

Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yg lainnya kontra

Guru memberikan tugas untuk membaca materiyang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas

Setelah selesai membaca materi. Guru menunjuk salah satu anggotanya kelompok pro untuk berbicara saat itu ditanggapi atau dibalas oleh kelompok kontra demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.

Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan di papan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi

Page 29: Sintak berbagai model pembelajaran

Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap

Dari data-data di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

Sumber : Bahan Pelatihan LPMP Jawa Barat

Model Pembelajaran Inovatif (2)

Diterbitkan 19 Januari 2008 kurikulum dan pembelajaran 54 Comments

Tags: artikel, berita, inovasi, KTSP, kurikulum, makalah, metode, opini, pembelajaran, pendekatan, pendidikan, umum

A. Role Playing

Langkah-langkah :

Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum KBM

Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan

Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan

Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai lembar kerja untuk membahas

Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

Guru memberikan kesimpulan secara umum

Evaluasi

Penutup

B. Group Investigation (Sharan, 1992)

Langkah-langkah :

Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen

Page 30: Sintak berbagai model pembelajaran

Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok

Guru memanggil ketua-ketua untuk satu materi tugas sehingga satu kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain

Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif berisi penemuan

Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara, ketua menyampaikan hasil pembahasan kelompok

Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan

Evaluasi

Penutup

C.Talking Stick

Langkah-langkah :

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat

2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

5. Guru memberikan kesimpulan

6. Evaluasi

7. Penutup

D. Bertukar Pasangan

Langkah-langkah :

1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru biasa menunjukkan pasangannya atau siswa menunjukkan pasangannya

Page 31: Sintak berbagai model pembelajaran

2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya

3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain

4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan masing-masing pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka

5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula

E. Snawball Throwing

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit

6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian

7. Evaluasi

8. Penutup

F. Facilitator And Explaining

Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya

Langkah-langkah :

2. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

3. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

Page 32: Sintak berbagai model pembelajaran

4. Memberikan kesempatan siswa/peserta untuk menjelaskan kepada peserta untuk menjelaskan kepada peserta lainnya baik melalui bagan/peta konsep maupun yang lainnya

5. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa

6. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu

7. Penutup

G. Course Review Horay

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi

3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab

4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan seler masing-masing siswa

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salan diisi tanda silang (x)

6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya

7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh

8. Penutup

H. Demonstration

(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)

Langkah-langkah :

1. Guru menyampaikan TPK

2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan dismpaikan

3. Siapkan bahan atau alat yang diperlukan

4. Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan

Page 33: Sintak berbagai model pembelajaran

5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa

6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan

7. Guru membuat kesimpulan

I. Explicit Intruction/Pengajaran Langsung(Rosenshina & Stevens, 1986)

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedur dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangklah

Langkah-langkah :

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa

2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan

3. Membimbing pelatihan

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

J. Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)/Kooperatif Terpadu Membaca Dan Menulis(Steven & Slavin, 1995)

Langkah-langkah :

1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen

2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran

3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas

4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

5. Guru membuat kesimpulan bersama

6. Penutup

K. Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar (Spencer Kagan)

“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”

Page 34: Sintak berbagai model pembelajaran

Langkah-langkah :

1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar

2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam

3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan

4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.

5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya

L Tebak Kata

Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.

Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan ditelinga.

Langkah-langkah :

1. Jelaskan TPK atau materi ± 45 menit

2. Suruhlah siswa berdiri didepan kelas dan berpasangan

3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.

4. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.

5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.

Dan seterusnya

CONTOH KARTU

Page 35: Sintak berbagai model pembelajaran

Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas

Dimiliki oleh 1 orang

Struktur organisasinya tidak resmi

Bila untung dimiliki,diambil sendiri

NAH … SIAPA … AKU ?

JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN

M. Word Square

MEDIA : Buat kotak sesuai keperluan dan buat soal sesuai TPK

Langkah-langkah :

Sampaikan materi sesuai TPK

Bagikan lembaran kegiatan sesuai contoh

Siswa disuruh menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban

Berikan poin setiap jawaban dalam kotak :

CONTOH SOAL

Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara …….

……. Digunakan sebagai alat pembayaran yang sah

Uang ……. Saat ini banyak di palsukan

Nilai bahan pembuatan uang disebut …….

Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai …….

Nilai perbandingan uang dalam negara dengan mata uang asing disebut …….

Nilai yang tertulis pada mata uang disebut nilai …….

Dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut motif …….

Perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening ke bank untuk membayar sejumlah uang disebut …….

Page 36: Sintak berbagai model pembelajaran

T Y E N I O K N

R A U A N K U O

A B A R T E R M

N A N I R R S I

S D G I I T G N

A O N L S A I A

K L A A I S R L

S A C E K B O S

I R I N G G I T

Sumber : LPMP Jawa Barat

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

{ June 6, 2010 @ 8:09 am } · { PENDIDIKAN }

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIABAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangContextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan fakta dalam kehidupan siswa. CTL lebih menekankan pada rencana kegiatan kelas yang dirancang guru. Rencana kegiatan tersebut berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajari. Pembelajaran kontekstual lebih mementingkan strategi belajar bukan hasil belajar. Pembelajaran kontekstual mengharapkan siswa untuk memperoleh materi pelajaran meskipun sedikit tetapi mendalam bukan banyak tetapi dangkal.Pembelajaran kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari. Komponen dalam pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Apabila sebuah kelas menerapkan ketujuh komponen di atas dalam proses pembelajaran, maka kelas tersebut telah menggunakan model pembelajaran kontekstual.

Page 37: Sintak berbagai model pembelajaran

Penggunaan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di kelas dapat menarik perhatian siswa karena CTL memiliki berbagai komponen sehinggapembelajaran tidak membosankan. Menurut Suyanto (2003:1) CTL dapat membuat siswa terlibat dalam kegiatan yang bermakna yang diharapkan dapat membantu mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan konteks situasi kehidupan nyata. Pembelajaran dengan peran serta lingkungan secara alami akan memantapkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Belajar akan lebih bermanfaat dan bermakna jika seorang siswa mengalami apa yang dipelajarinya bukan hanya sekedar mengetahui. Belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi siswa harus dapat mengonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan cara mengaplikasikan pengetahuan yang dimiliki pada realita kehidupan sehari-hari. Dengan demikian pengembangan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis baik dari segi berbahasa maupun bersastra akan membuat pembelajaran lebih bervariasi.Dalam proses belajar di kelas, siswa dibiasakan untuk saling membantu dan berbagi pengalaman dalam kelompok masyarakat belajar (learning community). Dalam proses belajar, guru perlu membiasakan anak untuk mengalami proses belajar dengan melakukan penemuan dengan melakukan pengamatan, bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data analisis data, dan menarik kesimpulan (inquiry). Seluruh proses dan hasil belajar diukur dengan berbagai cara dan diamati dengan indikator yang jelas (outhentic assessment). Setiap selesai pembelajaran guru wajib melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran (refleksion).Berdasarkan paparan di atas CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif diterapkan pada proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dikelas. Oleh karena itu, topik penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia perlu dipaparkan lebih lanjut.B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.(1) Apa pengertian pendekatan kontekstual (CTL)?(2) Apa karakteristik Contextual Teaching and Learning?(3) Apa saja komponen Contextual Teaching and Learning?(4) Bagaimana penerapan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia?C. TujuanBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.(1) Menjelaskan pengertian pendekatan kontekstual (CTL).(2) Menjelaskan karakteristik Contextual Teaching and Learning.(3) Menjelaskan komponen-komponen Contextual Teaching and Learning.(4) Menjelaskan penerapan Contextual Teaching and Learning dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.BAB IIPENDEKATAN KONTEKSTUAL(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)Pendekatan kontekstual merupakan suatu pendekatan yang membantu guru mengaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas, dan

Page 38: Sintak berbagai model pembelajaran

penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, serta sebagai anggota masyarakat.A. Pengertian Pendekatan Kontekstual (CTL)CTL adalah salah satu strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh The Washington State Consortium for Contextual Teaching and Learning, yang melibatkan 11 perguruan tinggi, 20 sekolah, dan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang pendidikan di Amerika Serikat. Salah satu kegiatan dari konsorsium tersebut adalah melatih dan memberi kesempatan kepada para guru dari enam propinsi di Indonesia untuk mempelajari pendekatan kontekstual di Amerika Serikat (Priyatni, 2002:1).Pendekatan kontekstual (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuhkomponen utama pembelajaran afektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya (Nurhadi, 2002:5).Johnson (dalam Nurhadi, 2002:12) merumuskan pengertian CTL sebagai suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL, akan menuntun siswa ke semua komponen utama CTL, yaitu melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan penilaian sebenarnya.Pendekatan CTL menurut Suyanto (2003:2) merupakan suatu pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dalam berbagai macam mata pelajaran baik di sekolah maupun di luar sekolah.Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar pada saat guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sehari-hari.B. Karakteristik Contextual Teaching and LearningMenurut Johnson (dalam Nurhadi, 2002:14) terdapat delapan utama yang menjadi karakteristik pembelajaran kontekstual, yaitu (1) melakukan hubungan yang bermakna, (2) mengerjakan pekerjaan yang berarti, (3) mengatur cara belajar sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) mengasuh atau memelihara pribadi siswa, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian sebenarnya.Nurhadi (2003:20) menyebutkan dalam kontekstual mempunyai sebelas karakteristik antara lain yaitu (1) kerja sama, (2) saling menunjang, (3) menyenangkan, (4) belajar dengan bergairah, (5) pembelajaran terintegrasi, (6) menggunakan berbagai sumber, (7) siswa aktif, (8) sharing dengan teman, (9) siswa aktif, guru kreatif, (10) dinding

Page 39: Sintak berbagai model pembelajaran

kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain, serta (11) laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.Priyatni (2002:2) menyatakan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan CTL memiliki karakteristik sebagai berikut.(1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik, artinya pembelajaran diarahkan agar siswa memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dalamkonteks nyata atau pembelajaran diupayakan dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting).(2) Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).(3) Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa melalui proses mengalami (learning by doing).(4) Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi (learning in a group).(5) Kebersamaan, kerja sama saling memahami dengan yang lain secara mendalam merupakan aspek penting untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (learning to knot each other deeply).(6) Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, kreatif, dan mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquiry, to York together).(7) Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan (learning as an enjoy activity).C. Komponen Contextual Teaching and LearningPembelajaran kontekstual (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu sebagai berikut.(1) Konstruktivisme (construktivism)Konstruktivisme merupakan landasan filosofi pendekatan CTL yang menyatakan bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit dan tidak sekonyong-konyong). Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mengingat pengetahuan. Konsep konstruktivisme menuntut siswa untuk dapat membangun arti dari pengalaman baru pada pengetahuan tertentu.Priyatni (2002:2) menyebutkan bahwa pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif dari pengalaman atau pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.(2) Inkuiri (inquiry)Menemukan merupakan strategi belajar dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apa pun materinya.Inkuiri adalah siklus proses dalam membangun pengetahuan yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Inkuiri diawali dengan pengamatan untuk memahami konsep atau fenomena dan dilanjutkan dengan melaksanakan kegiatan bermakna untuk

Page 40: Sintak berbagai model pembelajaran

menghasilkan temuan. Priyatni (2002:2) menjelaskan bahwa inkiri dimulai dari kegiatan mengamati, bertanya, mengajukan dugaan sementara (hipotesis), mengumpulkan data, dan merumuskan teori sebagai kegiatan terakhir.(3) Bertanya (questioning)Bertanya merupakan keahlian dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiri, yaitu menggali informasi, mengonfirmasikan apa yang sudah diketahuinya, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.Konsep ini berhubungan dengan kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan sebagai wujud pengetahuan yang dimiliki. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas.(4) Masyarakat belajar (learning commnunity)Masyarakat belajar merupakan penciptaan lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual (CTL). Masyarakat belajar adalah kelompok belajar yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Aplikasinya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, atau belajar dengan teman-teman lainnya. Belajar bersama dengan orang lain lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari berbagi pengalaman antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang tidak tahu. Pembelajaran kontekstual dilaksanakan dalam kelompok-kelompok belajar yang anggotanya heterogen sehingga sehingga akan terjadi kerja sama antara siswa yang pandai dengan siswa yang lambat. Kegiatan masyarakat belajar difokuskan pada aktivitas berbicaradan berbagai pengalaman dengan orang lain. Priyatni (2002:3) menyebutkan bahwa aspek kerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik adalah tujuan pembelajaran yang menerapkan learning community.(5) Pemodelan (modelling)Model merupakan acuan pencapaian kompetensi dalam pembelajaran kontekstual. Konsep ini berhubungan dengan kegiatan mendemonstrasikan suatu materi pelajaran agar siswa dapat mencontoh atau agar dapat ditiru, belajar atau melakukan dengan model yang diberikan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model, siswa juga dapat berperan aktif dalam mencoba menghasilkan model.Priyatni (2002:3) menyatakan bahwa kegiatan pemberian model bertujuan untuk membahasakan gagasan yang kita pikirkan, mendemonstrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar, atau melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya.(6) Refleksi (reflction)Refleksi merupakan langkah akhir dari belajar dalam pembelajaran kontruktivisme. Konsep ini merupakan proses berpikir tentang apa yang telah dipelajari. Proses telaah terhadap kejadian, aktivitas, dan pengalaman yang dihubungkan dengan apa yang telah dipelajari siswa, dan memotivasi munculnya ide-ide baru. Refleksi berarti melihat kembali suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman dengan tujuan untuk mengidentifikasi hal yang telah diketahui, dan hal yang belum diketahui.

Page 41: Sintak berbagai model pembelajaran

Realisasinya adalah pertanyaan langsung tentang apa-apa yangdiperolehnya hari itu, catatan di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu.Priyatni (2002:3) menjelaskan bahwa kegiatan refleksi adalah kegiatan memikirkan apa yang telah kita pelajari, menelaah, dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, dan memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan.(7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)Penilaian yang sebenarnya merupakan proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian ditekankan pada proses pembelajarannya, maka data dan informasi yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajarannya.Penilaian yang sebenarnya merupakan tindakan menilai kompetensi siswa secara nyata dengan menggunakan berbagai alat dan berbagai teknik tes, portofolio, lembar observasi, unjuk kerja, dan sebagainya. Prosedur penilaian yang menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap siswa secara nyata. Penilaian yang sebenarnya ditekankan pada pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agara mamapu mempelajari sesuatu, bukan hanya memperoleh informasi pada akhir periode. Kemajuan belajar siswa dinilai bukan hanya yang berkaitan dengan nilai tetapi lebih pada proses belajarnya.D. Penerapan Contextual Teaching and Learning dalam PembelajaranBahasa dan Sastra IndonesiaPembelajaran bahasa Indonesia bertujuan menanamkan bekal keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia bukan hanya memberikan pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia harus dibuat semenarik mungkin agar siswa antusias mengikuti proses belajar mengajar. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia menghendaki sebuah proses pragmatik, bukan teoritik belaka. Pembelajaran yang memanfaatkan CTL sangat diperlukan.Menurut Endraswara (2003:58) pendekatan kontekstual memang cukup strategis karena menghendaki (1) terhayati fakta yang dipelajari, (2) permasalahan yang akan dipelajari harus jelas, terarah, rinci, (3) pragmatika materi harus mengacu pada kebermanfaatan secara konkret, dan (4) memerlukan belajar kooperatif dan mandiri.Penerapan CTL dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia pada aspek membaca, berbicara, mendengarkan, dan menulis baik dari segi berbahasa maupun bersastra dipaparkan sebagai berikut.(1) Penerapan CTL dalam Pembelajaran MembacaMembaca menurut Komaruddin (2005:21) adalah mengeja atau melafalkan apa yang tertulis atau melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati). Membaca merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Kegiatan membaca tersusun dari empat komponen, yaitu strategi, kelancaran, pembaca, dan teks.Dalam pembelajaran membaca, guru dapat menciptakan masyarakat belajar di kelas. Masyarakat belajar berfungsi sebagai wadah bertukar pikiran, bertukarinformasi, tanya jawab tentang berbagai permasalahan belajar yang dihadapi, dan pada akhirnya dicari solusi tentang permasalahan tersebut.Guru seharusnya menjadi model yang mendemonstrasikan teknik membaca yang baik di kelas. Guru juga harus memonitor pemahaman siswa. Memonitor

Page 42: Sintak berbagai model pembelajaran

pemahaman penting untuk mencapai sukses membaca. Salah satu hal yang terkait dalam proses memonitor ini adalah kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan guru. Guru harus seimbang baik posisinya sebagai pendamping siswa maupun pengembang keterampilan siswa dalam pemahaman bacaan.(2) Penerapan CTL dalam Pembelajaran BerbicaraBerbicara merupakan salah satu kompetensi dasar yang berusaha mengungkapkan gagasan melalui bahasa lisan. Berbicara merupakan kegiatan menghubungkan antara semata dengan kepercayaan diri untuk tampil mengungkapkan gagasan. Suasana kelas memiliki peran dalam pembelajaran berbicara.Pembelajaran di kelas dapat menggunakan teknik belajar dalam konteks interaksi kelompok (cooperating). Guru membuat suatu kelompok belajara (learning community). Dalam komunitas tersebut siswa berusaha untuk mengutarakan pikirannya, berdiskusi dengan teman. Konsep dasar dalam teknik ini adalah menyatukan pengalaman-pengalamn dari masing-masing individu. Teknik ini memacu siswa untuk berkomentar, mengungkapkan gagasannya dalam komunitas belajar. Tahap pertama, siswa diberikan peluang untuk berbicara. Apabila terdapatkesalahan penggunaan bahasa, guru dapat memberikan pembenaran selanjutnya. Menumbuhkan keterampilan berbicara, dimulai dengan menumbuhkan kepercayaan diri pada diri siswa.Prinsip CTL memuat konsep kesalingbergantungan para pendidik, siswa, masyarakat, dan lingkungan. Prinsip tersebut memacu siswa untuk turut mengutarakan pendapat dalam memecahkan masalah. Prinsip diferensiasi dalam CTL membebaskan siswa untuk menjelajahi bakat pribadi, membebaskan siswa untuk belajar dengan cara mereka sendiri. CTL merupakan salah satu alternatif pembelajaran inovatif, kreatif, dan efektif.Keterampilan berbicara menggunakan bentuk penilaian berupa unjuk kerja. Siswa diberikan instrumen yang dapat membuatnya berbicara atau berkomentar. Berpidato, menceritakan kembali, berkomentar, bertanya merupakan salah satu kegiatan dalam berbicara. Penilaian yang dilakukan guru harus sesuai dengan fakta di kelas. Siswa yang pandai berbicara layak mendapatkan nilai tinggi dalam kompetensi berbicara dibandingkan siswa yang frekuensi berbicaranya rendah.(3) Penerapan CTL dalam Pembelajaran MendengarkanMendengarkan adalah proses menangkap pesan atau gagasan yang disampaikan melalui ujaran. Keterampilan mendengarkan membutuhkan daya konsentrasi lebih tinggi dibanding membaca, berbicara, dan menulis. Ciri-ciri mendengarkan adalah aktif reseptif, konsentratif, kreatif, dan kritis. Pembelajaran mendengarkan dalam CTL mengharuskan guru untuk membiasakan siswanya untukmendengarkan. Mendengarkan dapat melalui tuturan langsung maupun rekaman. Kemudian siswa diberikan instrumen untuk menjawab beberapa pertanyaan.Teknik-teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui perkembangan siswa pada keterampilan mendengarkan dapat menggunakan teknik observasi. Observasi dilakukan guru dengan melihat dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan menyimak siswa. Proses perekaman dapat dilakukan guru menggunakan buku atau lembar observasi untuk siswa. Rekaman observasi ini berisi perilaku siswa saat pembelajaran menyimak berlangsung dan pembelajaran keterampilan yang lain.Teknik kedua adalah dengan portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa

Page 43: Sintak berbagai model pembelajaran

dalam satu periode waktu tertentu, misalnya satu semester yang menggambarkan perkembangan siswa dalam keterampilan menyimak. Data yang didapat dari portofolio digunakan untuk mengetahui perkembangan belajar menyimak siswa.Teknik ketiga adalah jurnal dalam mendengarkan. Jurnal digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipahami, perasaan siswa terhadap pembelajaran menyimak, kesulitan yang dialami atau keberhasilan siswa dalam mencapai kompetensi yang dipelajari. Jurnal dapat berupa diary, atau catatan siswa yang lain.(4) Penerapan CTL dalam Pembelajaran MenulisMenulis merupakan penyampaian gagasan dalam bentuk bahasa tulis. Salah satu keterampilan pembelajaran menulis adalah pembelajaran menulis kreatif.Keterampilan menulis kreatif bukan hanya berpusat pada guru sebagai informan melainkan siswa sendiri yang harus berperan aktif dalam pembelajaran. Guru hanya memberikan instruksi kepada siswa untuk membuat karangan kreatif tanpa ada penguatan sebelumnya.Salah satu tujuan pembelajaran kontekstual adalah mempertemukan konsep-konsep yang dipelajari di dalam ruang kelas dengan kenyataan aktual yang dapat dipahami dengan konsep-konsep teoretis itu dalam kenyataan lingkungan terdekatnya. Guru seharusnya dapat memberikan ruang bebas untuk siswa agar dapat mengungkapkan gagasannya, tanpa perlu dibatasi. Komponen CTL berwujud refleksi adalah berusaha untuk menghubungkan apa yang telah dipelajari dengan realitas sehari-hari siswa. Instrumen yang diberikan guru dapat berupa pemberian tugas menuliskan kegiatan sehari-hari dalam sebuah diary yang pada nantinya dapat dijadikan sebuah dokumen portofolio. Isi diary adalah tentang apa yang dipelajari hari itu, permasalahan apa yang dihadapi, serta proses pencarian jawaban tentang permasalahan tersebut. Setelah siswa menulis diary dalam periode tertentu, guru dapat melakukan penilaian tentang tulisan siswa tersebut dan pada akhirnya ditentukan keputusan siswa tersebut telah dapat memenuhi kompetensi atau belum.Seorang guru yang memiliki kompetensi memadai seharusnya dapat melakukan penilaian secara autentik tentang kegiatan menulis siswanya. Penilaian yang sebenarnya adalah penilaian berbasis siswa. Penilaian guru tentang kegiatan menulis siswa harus sesuai dengan kompetensi siswa yang sesungguhnya. Guru harus membuat rubrik penilaian yang dapat mencakup semua aspek yang akan dinilai. Sebelum membuat rubrik, guru harus dapat membuat instrumen yang mudahdimengerti oleh siswa, dan instrumen yang dapat membuat siswa berpikir kritis dan kreatif. Instrumen menulis yang dibuat guru harus dapat memfasilitasi siwa untuk menulis kreatif.BAB IIIPENUTUPContextual Teaching and Learning (CTL) atau pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan realitas dunia siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya. Pembelajaran bahasa bukan hanya memberikan pemahaman berupa definisi melainkan siswa dituntut untuk dapat menemukan pengetahuannya sendiri. Guru harus memiliki strategi yang memacu siswa untuk dapat berpikir kritis dan kreatif.Implementasi CTL pada pembelajaran membaca, berbicara, menulis, dan mendengarkan dapat membuat pembelajaran lebih kreatif, dan menuntut siswa untuk

Page 44: Sintak berbagai model pembelajaran

lebih berpikir kritis. Artinya siswa dipacu untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Guru harus dapat menjadi model pada kompetensi tertentu, sehingga siswa mendapatkan contoh atau model untuk mengambangkan konsep yang didapat.Pembelajaran bahasa Indonesia dengan metode CTL akan membuat pembelajaran semakin menarik dan kreatif tanpa menghilangkan tujuan pembelajaran. Guru seharusnya dapat menciptakan berbagai strategi pembelajaran yang inovatif sehingga siswa semakin berantusias mengikuti pembelajaran. Kerjasama yang baik antara para pelaksana pendidikan dengan masyarakat akan memperlancar proses pendidikan.DAFTAR RUJUKANEndraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, mengajarkan Sastra. Yogyakarta: Kota Kembang.Komaruddin, Erien. 2005. Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor: Yudhistira.Nurhadi, dkk. 2002. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.Priyatni, Endah Tri. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Konteksual. Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di SMAN 2 Jombang. Malang: Universitas Negeri Malang.Priyatni, Endah Tri. 2002. Penerapan Konsep dan Prinsip Pengajaran dan Pembelajaran dan Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Kumpulan Materi TOT CTL Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Lanjutan Tingkat pertama. Jakarta: Depdiknas.Suyanto, Kasihani E. 2003. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. Makalah disajikan dalam Penataran Terintegrasi, AA dalam CTL. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pembelajaran Terpadu

{ June 8, 2010 @ 6:56 am } · { PENDIDIKAN, Uncategorized }

oleh Nurul Ayni

S1 2007 PGSD UNESA

Arti pembelajaran terpadu

Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran

Manfaat pembelajaran terpadu

1. Topik yang tertuang mempunyai keterkaitan konsep yang dipelajari siswa2. Siswa memanfaatkan ketrampilannya3. Siswa mampu memproses informasi4. Membantu siswa memecahkan masalah dan berpikir kritis5. Meningkatkan daya ingat siswa

Page 45: Sintak berbagai model pembelajaran

6. Dekat dengan situasi kehidupan nyata

KELEBIHAN PEMBELAJARAN TERPADU

1. Relevan dengan tingkat perkembangan anak2. Sesuai dengan minat dan kebutuhan anak3. Bermakna bagi anak4. Ketrampilan berpikir anak berkembang5. Kegiatan belajar bersifat pragmatis6. Ketrampilan sosial anak berkembang

• Kelebihan-Kelebihan Pembelajaran Terpadu

1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangannya

2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik

3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama

4. Menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan sosial peserta didik5. Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan

yang sering ditemui dalam kehidupan atau lingkungan peserta didik6. Dapat meningkatkan kerjasama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan

peserta didik, peserta didik dengan peserta didik,peserta didik/guru dengan narasumber

7. Melatih siswa untuk semakin banyak membuat hubungan inter dan antarpelajaran

8. Transfer pembelajaran dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata

• Kekurangan Pembelajaran Terpadu

Ditinjau dari :

1. Aspek Guru2. Aspek Peserta Didik3. Aspek Sarana dan Sumber Pembelajaran4. Aspek Kurikulum5. Aspek Penilaian6. Aspek Suasana Pembelajaran

1o Model Pembelajaran Terpadu

What the meaning of 10 models from 10 models?

Menurut Fogarty dalam bukunya How to Integrate the Curricula , ada 10 macam model pembelajaran terpadu, seperti :

Page 46: Sintak berbagai model pembelajaran

1. The connected model (model terhubung)2. The webbed model (model jaring laba-laba)3. The integrated model ( model integrasi)4. The nested model (model tersarang)5. The fragmented model ( model fragmen)6. The sequenced model ( model terurut)7. The shared model ( model terbagi)8. The threaded model (model pasang benang)9. The immersed model (model terbenam)10. The networked model (model jaringan)

Menurut Prabowo (2000:3), dari kesepuluh model tersebut, ada 3 model yang dipandang layak untuk dikembangkan dan mudah dilaksanakan pada pendidikan formal (sekolah dasar). Ketiga model itu adalah the connected model (model terhubung), the webbed model (model jaring laba-laba), dan the integrated model ( model integrasi).  Selain itu juga, hanya 3 model tersebut yang digunakan pada kurikulum PGSD.

Model yang sesuai untuk pembelajaran SD adalah model yang disesuaikan oleh kondisi dan situasi saat itu. Semua model akan berjalan dengan baik dan mulus asalkan cocok dengan kondisi saat itu. Dan semua model itu adalah baik untuk pembelajaran.

Setelah mengetahui bahasan dari 3 model pembelajaran terpadu yang menjadi kurikulum PGSD, Berikut ini adalah makna yang terkandung dalam 7 model dari 10 model pembelajaran terpadu.

1. A. The Nested Model (Model Tersarang)

Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berfikir dan keterampilan mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan keterpaduan beberapa aspek pada  kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan lain. model ini dapat digunakan bila guru mempunyai tujuan selain menanamkan konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan. Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap melalui aktivitas yang telah terstruktur.

Contoh : pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terdapat aspek membaca, menulis, berbicara, menyimak. Keempat aspek tersebut menjadi satu keterpaduan yang menghasilkan ketrampilan berbahasa.

Keunggulan model sarang antara lain : kemampuan siswa lebih diperkaya lagi karena selain memperdalam materi juga aspek keterampilan seperti berfikir dan mengorganisasi. Setiap mata pelajaran mempunyai dimensi ganda yang berguna kelak untuk kehidupan siswa mendatang.

Page 47: Sintak berbagai model pembelajaran

Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek keterampilan dapat mengacaukan pola pikir siswa. Pada mulanya tujuan utama pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada keterampilan.

1. B. The Fragmented Model ( Model Fragmen)

Model Penggalan (Fragmented) adalah model pembelajaran konvensional (umumnya) yang terpisah secara mata pelajaran. Hal ini dipelajari siswa tanpa menghubungkan kebermaknaan dan keterkaitan antara satu pelajaran dengan pelajaran lainnya. Setiap mata pelajaran diajarkan oleh guru yang berbeda dan mungkin pula ruang yang berbeda. Setiap mata pelajaran memiliki ranahnya tersendiri dan tidak ada usaha untuk mempersatukannya. Setiap mata pelajaran berlangsung terpisah dengan pengorganisasian dan cara mengajar yang berbeda dari setiap guru.

Contoh: dalam satu pelajaran, terdapat materi perambatan cahaya (content), prediksi (thinking skill), dan peta konsep (organizing skill).  Yang merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep ketrampilan berpikir, dan ketramplan mengorganisir.

Kelemahan model ini : siswa tidak dapat mengintegrasikan konsep-konsep yang sama, keterampilan serta sikap yang ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

Keunggulan model ini antara lain : guru dapat menyiapkan bahan ajar sesuai dengan bidang keahliannya dan dengan mudah menentukan ruang lingkup bahasan yang diprioritaskan dalam setiap pengajaran.

1. C. The Sequenced Model ( Model Terurut)

Model Pengurutan (Sequenced) adalah model pembelajaran yang topic atau unit yang disusun kembali dan diurutkan sehingga bertepatan pembahasannya satu dengan yang lainnya. Misalnya dua mata pelajaran yang berhubungan diurutkan sehingga materi pelajaran dari keduanya dapat diajarkan secara paralel. Dengan mengurutkan urutan topic-topik yang diajarkan, tiap kegiatan akan dapat saling mengutamakan karena tiap subjek saling mendukung.

Contoh: pada mata pelajaran IPA dan matematika tentang pengukuran. Pelajaran IPA= suhu(Kelvin, derajat, Fahrenheit, Reamur. Pelajaran matematika= cara pengolahan data. Dengan cara penambahan, pengurangan,  pembagian, dan perkalian.

Keunggulan model ini adalah dalam penyusunan urutan topic, guru memiliki keleluasaan untuk menentukan sendiri berdasarkan prioritas dan tidak dibatasi oleh apa yang sudah tercantum dalam kurikulum. Sedangkan dari sudut pandang siswa, pengurutan topic yang berhubungan dari disiplin yang berbeda akan membantu mereka untuk memahami isi dari mata pelajaran tersebut.

Page 48: Sintak berbagai model pembelajaran

Kelemahan model pengurutan antara lain perlu adanya kerjasama antara guru-guru bidang studi agar dapat mengurutkan materi, sehingga ada kesesuaian antara konsep yang ssatu dengan konsep yang lainnya

1. D. The Shared Model ( Model Terbagi)

Model Irisan (Shared) adalah model pembelajaran terpadu yang merupakan gabungan atau keterpaduan antara dua mata pelajaran yang saling melengkapi dan di dalam perencanaan atau pengajarannya menciptakan satu focus pada konsep, keterampilan serta sikap. Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema. Model ini berbeda dengan model sarang, dimana tema memayungi dua mata pelajaran, aspek konsep, keterampilan dan sikap menjadi kesatuan yang utuh. Sedangkan pada model sarang, sebuah tema hanya memayungi satu pelajaran saja.

Contoh: menggabungkan 2 mata pelajaran atau lebih dalam satu tema.

Keunggulan model ini antara lain adalah dalam hal mentransfer konsep secara lebih dalam, siswa menjadi lebih mudah melakukannya. Misalnya dengan alat bantu media film untuk menanamkan konsep dari dua mata pelajaran dalam waktu yang bersamaan.

Kelemahan model ini antara lain adalah untuk menyususn rencana model pembelajaran ini diperlukan kerjasama guru dari mata pelajaran yang berbeda, sehingga perlu waktu ekstra untuk mendiskusikannya.

1. E. The Threaded Model (Model Pasang Benang)

Model Bergalur (Threaded) adalah model pembelajaran yang memfokuskan pada metakurikulum yang menggantikan atau yang berpotongan dengan inti materi subjek. Misalnya untuk melatih keterampilan berfikir (problem solving) dari beberapa mata pelajaran dicari materi yang merupakan bagian dari problem solving. Seperti komponen memprediksi, meramalkan kejadian yang sedang berlangsung, mengantisipasi sebuag bacaan, hipotesis laboratorium dan sebagainya. Keterampilan-keterampilan ini merupakan dasar yang saling berkaitan. Keterampilan yang digunakan dalam model ini disesuaikan pula dengan perkembangan usia siswa sehingga tidak tumpang tindih.

Contoh: disuatu mata pelajaran, membutuhkan pemecahan masalah dari mata pelajaran lainnya.

Keunggulan model ini antara lain : konsep berputar sekitar metakurikulum yang menekankan pada perilaku metakognitif. Model ini membuat siswa dapat belajar bagaimana seharusnya belajar di masa yang akan dating sesuai dengan laju perkembangan era globalisasi. Niali lebih dari model ini adalah materi untuk tiap mata pelajaran tetap murni sehingga siswa yang mempunyai tingkat pemikiran superordinat memiliki kekuatan transfer pada keterampilan hidup.

Page 49: Sintak berbagai model pembelajaran

Kelemahan model ini antara lain : Hubungan isi antar materi pelajaran tidak terlalu ditunjukkan sehingga secara eksplisit sehingga siswa kurang dapat memahami keterkaitan konten antara mata pelajaran satu dengan yang lainnya. Guru perlu memahami keterampilan dan strategi yang digunakan siswa agar dapat mengembangkan dirinya.

1. F. The Immersed Model (Model Terbenam)

Model Terbenam (Immersed) adalah model pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu proyek. Misalnya seorang mahasiswa yang memperdalam ilmu kedokteran maka selain Biologi, Kimia, Komputer, juga harus mempelajari fisika dan setiap mata pelajaran tersebut ada kesatuannya. Model ini dapat pula diterapkan pada siswa SD, SMP, maupun SMU dalam bentuk proyek di akhir semester.

Keunggulan model ini adalah ; setiap siswa mempunyai ketertarikan mata pelajaran yang berbeda maka secara tidak langsung siswa yang lain akan belajar dari siswa lainnya. Mereka terpacu untuk dpat menghubungkan mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya. Mata pelajaran menjadi lebih terfokus dan siswa akan selalu mencari tahu apa yang menjadi pertanyaan baginya, sehingga pengalamannya menjadi lebih luas. Model ini melatih kreatifitas berfikir siswa secara bertahap dari jenjang SD hingga SMU. Bagi siswa kelas 4 SD model ini dapat dilaksanakan pada hari HUT RI. Misalnya merancang sebuah pesawat terbang yang seimbang lalu dipamerkan.

Kelemahan model ini antara lain : siswa yang tidak senang membaca akan mendapat kesulitan utnuk mengerjakan proyek ini, sehingga siswa menjadi kehilangan minat belajar. Guru perlu waktu untuk mengorganisir semua kegiatan proyek yang dilaksanakan oleh siswa yang tersususn secara baik dan terencana sebelumnya.

1. G. The Networked Model (Model Jaringan)

Model Jaringan Kerja (Networking) adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.

Keunggulan model ini : siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran secara mendalam dan sempit sararannya. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja selama proses pembelajaran di kelas sedeng berlangsung.

Kelemahan model ini adalah : kemnkinan motivasi siswa akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari sumber.

Page 50: Sintak berbagai model pembelajaran

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Belajar merupakan sebuah keharusan. Bagi manusia pada umumnya. Minimal untuk pembelajaran diri sendiri. Ketika sebuah proses pembelajaran dimulai. Ada beberapa hal terkait yang harus senantiasa terpadu keberadaannya. Sebagaimana pembelajaran yang dilakukan siswa didik. Keterpaduan beberapa aspek senantiasa menjadi permulaan untuk memulai. Keluarga sudah pasti menjadi penentu keberhasilan awal bagi anak untuk belajar atas segala hal yang mereka akan hadapi. Keluarga pulalah yang menjadi pilar utama puncak keberhasilan proses pembelajaran anak. setelah kondisi keluarga mendukung pada proses. Tentunya yang tidak kalah penting, Sekolah secara formal atau tidak formal menjadi tuntutan berikutnya. Betapa banyak para orang tua berusaha mencari lembaga/sekolah sebagai pilihan bagi putra-putrinya. Bahkan tidak jarang kita temui di sebagian orang harus mengorbankan sebagian harta miliknya untuk mendapatkan fasilitas sekolah yang menjadi pilihannya. Yang tidak kalah penting yang menjadi salah satu aspek keterpaduan sebuah proses pembelajaran adalah lingkungan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

¨  Depdiknas. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD Dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdiknas.

¨  Trianto ,S.pd.,M.pd. 2007. Model Pembelajaran Terpadu Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: prestasi pustaka publisher

A. Langkah- Langkah pembelajaran Terpadu Secara umum

1. Menganalisis Standar Isi2. Menyusun bahan ajar, yang mengacu kepada standar isi pendidikan3. Merancang Pembelajaran Terpadu,

Langkah-langkah yang ditempuh dalam membuat rencana pembelajaran terpadu tersebut adalah: (a) menetapkan tema sentral pembelajaran yang akan berfungsi sebagai alat pengait pembelajaran, (b) merumuskan kompetensi atau tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik, (c) mengidentifikasi konsep-konsep yang memiliki sifat keterkaitan baik yang terdapat dalam intra maupun antar mata pelajaran yang akan diintegrasikan, (d) merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan,   (e) menetapkan alat evaluasi yang akan digunakan.

1. Penerapan Konsep

Page 51: Sintak berbagai model pembelajaran

• B.  Langkah- Langkah Pembelajaran Terpadu Berdasarkan Modelnya

Ada tiga model pembelajaran terpadu, yaitu model webbed, model connected dan model integrated.

1. Pembelajaran Terpadu Model Connected

yaitu pembelajaran yang memadukan konsep antara konsep yang satu dengan konsep yang lain  dalam satu mata pelajaran saja.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran keterhubungan sebagai berikut :

• Guru menentukan salah satu topik dalam satu mata pelajaran tertentu

• Guru mengaitkan salah satu konsep pembelajaran dengan konsep yang dalam satu mata pelajaran

• Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang berisi aktivitas siswa yang  dilakukan dalam pembelajaran

• Guru dan siswa bersama-sama memberikan kesimpulan, penegasan dari pembelajaran yang telah dilakukan.

• Guru bisa melakukan evaluasi baik proses maupun hasil yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

1. Pembelajaran Terpadu Model Webbed

Pembelajaran terpadu model webbed merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam model pembelajaran jaring laba-laba sebagai berikut.:

• Guru menentukan tema utama dan tema lain yang telah dipilih dari beberapa standar kompetensi lintas mata pelajaran/bidang Studi, tema ini bisa dinegosiasi atau didiskusikan antara guru dan siswa.

• Guru menyiapkan tema-tema yang telah terpilih, misalnya tema matematika, kesenian, bahasa dan IPS yang sesuai dengan tema utama ,

• Guru menjelaskan tema-tema yang terkait sehingga materinya lebih luas,

• Guru memilih konsep atau informasi yang bisa mendorong belajar siswa dengan pertimbangan lain yang memang sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran terpadu.

Page 52: Sintak berbagai model pembelajaran

• Dari tema yang telah terpilih maka dikembangkan  aktivitas belajar yang akan dilakukan oleh siswa.

• 3.  Model Pembelajaran Terpadu (Integrate).

Model integrated yaitu pembelajaran yang menggabungkan bidang studi dengan cara menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling berhubungan di dalam  beberapa bidang studi.  Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antar bidang studi.

Langkah-langkah pembelajaran terpadu model integrated sebagai berikut:

• Guru mencari konsep atau keterampilan yang memiliki keterkaitan erat dengan  mata pelajaran lain.

• Guru menyusun RPP yang terdiri dari gabungan konsep-konsep beberapa mata-pelajaran,

• Guru menentukan alokasi waktu karena untuk pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu lebih dari satu kali pertemuan.

Sintak Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)

Sintak Pembelajaran Contextual Teaching And LearningNo Aktivitas Guru No Aktivitas Siswa 1 Guru mengarahkan siswa agar mereka

bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan kemampuannya

1 Siswa bekerja sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan kemampuannya

2 Guru memotivasi siswa agar mereka menemukan sendiri pengetahuan dan ketrampilannya yang akan dipelajari

2 Siswa menemukan sendiri pengetahuan dan ketrampilannya

3 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami oleh siswa dalam pembelajaran.

3 Siswa bertanya kepada guru tentang hal-hal yang belum dipahami dalam pembelajaran

4 Guru menyuruh siswa untuk membentuk kelompok belajar yang anggotanya heterogen

4 Siswa bergabung untuk membentuk kelompok

5 Guru menghadirkan model sebagai media pembelajaran

5 Siswa menunjukan contoh yang ada disekitar lingkungan sekolah

6 Guru membimbing siswa untuk melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan

6 Siswa membuat hubungan tentang pelajaran yang telah dilakukan dengan kehidupan nyata siswa

7 Guru melakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa untuk mengetahui hasil belajar masing-masing siswa.

7 Siswa mengerjakan soal-soal

8 ================>> 8 (Wina Sanjaya, 2005 yang telah

Page 53: Sintak berbagai model pembelajaran

dimodifikasi).