metode numbered heads together nht) disertai media/metode... · angket sintak pembelajaran, ......
TRANSCRIPT
i
METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI MEDIA
PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA TERHADAP
MATERI BIOLOGI SMP KELAS VII
Oleh:
FAJAR WARJIANTO
X4304009
Pendidikan Biologi
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta,
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Maridi, M. Pd Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M. Pd. NIP.19500724 197606 1 002 NIP. 19470201 197603 2 001
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : ………………..
Tanggal : ………………..
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dra. Sri Widoretno, M.Si ........................
Sekretaris : Joko Ariyanto, S.Si, M.Si ........................
Anggota I : Drs. Maridi, M.Pd ……………....
Anggota II : Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd. ........................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatulloh, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 002
iv
ABSTRAK
Fajar Warjianto. METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA TERHADAP MATERI BIOLOGI SMP KELAS VII. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, April 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penerapan metode Numbered Heads Together disertai media puzzle dapat meningkatkan partisipasi siswa terhadap materi biologi.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) kolaboratif yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan tindakan, observasi, dan refleksi untuk merencanakan tindakan berikutnya. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian adalah penerapan metode Numbered Heads Together disertai media puzzle. Metode Numbered Heads Together merupakan variasi dari diskusi kelompok, dimana setiap siswa mendapatkan nomor yang berbeda dalam satu kelompoknya tetapi memiliki nomor yang sama dengan kelompok lain. Nomor-nomor tersebut akan dipanggil secara acak untuk menjawab hasil diskusi kelompoknya. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta. Data diperoleh melalui observasi, angket sintak pembelajaran, dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Validasi data menggunakan teknik triangulasi metode, yaitu lembar observasi, angket sintak pembelajaran, dan wawancara yang digunakan untuk mengukur partisipasi siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Numbered Heads Together disertai media puzzle dapat meningkatkan meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Partisipasi siswa terlihat lebih menyeluruh. Peningkatan partisipasi siswa terlihat dari peningkatan persentase partisipasi siswa pada prasiklus sebesar 68,5%, selanjutnya meningkat pada siklus I menjadi 76,8%, dan pada siklus II meningkat menjadi 82,5%.
Dari hasil penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode pembelajaran Numbered HeadsTtogether (NHT) Disertai Media Puzzle pada siklus I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) Disertai Media Puzzle dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi.
v
MOTTO
“Allah meninggikan orang-orang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.
(QS. Al-Mujadalah :14)
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”.
(QS.Al-Baqoroh : 286)
Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar.” (Khalifah ‘Umar bin Khattab R.A.)
Hidup adalah perjuangan bukan rekayasa pikiran Agama dijadikan pedoman untuk bekal menghadap Tuhan.
(Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
ALLAH Rabbku Yang Maha Pengasih dan Penyanyang, syukurku untuk
setiap titik rahmat dan ampunan serta kasih sayang-Mu yang senantiasa menyertai
setiap langkahku.
Karya ini dipersembahkan untuk:
¯ Bapak dan Ibuku tercinta (terima kasih atas segalanya, atas segala do’a,
semangat, pengorbanan, cinta dan kasih saying.
¯ Adik-adik ku tersayang (Ria dan Yudi) terima kasih untuk do’a, dukungan
dan semangat yang berikan.
¯ Drs. Maridi, M.Pd dan Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M.Pd., terima kasih atas
bimbingan dan pengarahanya.
¯ Drs. Slamet Santoso, M.Si selaku penasehat akademik saya, yang tak
bosan-bosanya menasehati saya. Makasih bapak.
¯ Bapak dan ibu dosen semuanya yang telah mendidik kami dan mengajari
kami ilmu yang bermanfaat.
¯ Sahabat yang slalu bersamaku (Sigit, Tri, Wawan, Agung, Pargiyanto),
terima kasih telah mewarnai hari-hariku, kalian adalah sahabat sejati ku.
¯ Teman-teman seperjuangan (Bio Education Society ’04), terima kasih atas
kesediaannya menerima saya sebagai teman kalian. Bagi ku kalian lah
yang telah menorehkan tinta emas dalam lembaran hidup ku yang baru ku
buka.
¯ Adik tingkat dan kakak tingkat semuanya. Terima kasih atas keceriaanya
dan canda tawanya.
¯ Almamaterku UNS.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena atas
Rahmat dan Ridho-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan untuk memenuhi
sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak rintangan yang menimbulkan kesulitan dalam pemyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu atas segala bentuk
bantuannya, penulis sampaikan terimakasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi ijin penelitian.
2. Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS Surakarta yang telah menyetujui
permohonan penyusunan skripsi.
3. Ketua Program Pendidikan Biologi Jurusan P.MIPA UNS Surakarta yang
memberikan ijin untuk penulisan skripsi ini.
4. Drs. Maridi, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dan bantuan dalam setiap bagian skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan.
5. Dra. Hj. Alvi Rosyidi, M. Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Pembimbing Akademis Bapak Drs. Slamet Santoso, M.Si atas bimbingan dan
nasehat yang telah diberikan.
7. Kepala SMP N 10 Surakarta yang telah memberi ijin kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di sekolah.
8. Guru Biologi di SMP N 10 Surakarta yang telah membantu kelancaran dalam
penelitian.
9. Siswa Kelas VII E tahun ajaran 2008/2009 atas kerja samanya.
10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari ALLAH
SWT.
viii
Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun
diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga
dunia pragmatika.
Surakarta,
Penulis
ix
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN ABSTRAK iv
HALAMAN MOTTO v
HALAMAN PERSEMBAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
D. Perumusan Masalah 3
E. Tujuan Penelitian 4
F. Manfaat Penelitian 4
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Metode Numbered Heads Together (NHT) Disertai
Media Puzzle 5
2. Partisipasi siswa 11
B. Kerangka Berpikir 14
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian 17
2. Waktu Penelitian 17
B. Bentuk dan Srategi Penelitian 17
C. Sumber Data 18
D. Teknik Pengumpulan Data 18
x
E. Validitas Data 20
F. Analisis Data 21
G. Prosedur Penelitian 22
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian 26
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian 26
C. Temuan Penelitian yang Dihubungkan dengan
Kajian Teori 30
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan pada Siklus I 30
b. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus I 30
c. Observasi Tindakan pada Siklus I 31
d. Refleksi Tindakan pada Siklus I 35
2. Siklus II
a. Perencanaan Tindakan pada Siklus II 40
b. Pelaksanaan Tindakan pada Siklus II 40
c. Observasi Tindakan pada Siklus II 42
d. Refleksi Tindakan pada Siklus II 46
3. Deskripsi Antar Siklus
a. Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran 51
b. Keterlaksanaan Tahap Pembelajaran 54
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan 60
B. Implikasi 60
C. Saran 60
DAFTAR PUSTAKA 61
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 1. Daftar Persentase Target Capaian dari Masing-Masing Variabel yang akan Diukur. 21
Tabel 2. Hasil Penilaian Lembar Observasi Partisipasi Siswa
dalam Pembelajaran Prasiklus 27
Tabel 3. Hasil Penilaian Lembar Observasi Partisipasi Siswa
dalam Pembelajaran Siklus I 32
Tabel 4. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I (Guru) 34
Tabel 5. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I (Siswa) 35
Tabel 6. Hasil Penilaian Lembar Observasi Partisipasi Siswa
dalam Pembelajaran Siklus II 42
Tabel 7. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II (Guru) 45
Tabel 8. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II (Siswa) 45
Tabel 9. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II (Guru) 55
Tabel 10. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II (Siswa) 55
xii
DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran 16
Gambar 2. Skema Triangulasi Metode Penelitian 20
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 25
Gambar 4. Diagram Hasil Penilaian Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Prasiklus 27
Gambar 5. Diagram Hasil Penilaian Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus I 32
Gambar 6. Diagram Hasil Penilaian Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus II 43
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Instrumen Penelitian:
a. Silabus 64
b. Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) Siklus I 66
c. Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP) Siklus II 68
d. Kisi-Kisi Lembar Observasi Partisipasi Siswa 70
e. Lembar Observasi Partisipasi Siswa 71
f. Rubrik Penilaian keterlaksanaan sintak pembelajaran
NHT Disertai Media Puzzle (Guru) 74
g. Rubrik Penilaian keterlaksanaan sintak pembelajaran
NHT Disertai Media Puzzle (Siswa) 76
h. Angket Sintak Pembelajaran NHT Disertai
Media Puzzle (Guru) 78
i. Angket Sintak Pembelajaran NHT Disertai Media
Puzzle (Siswa) 80
j. Pedoman Wawancara Guru 82
k. Pedoman Wawancara Siswa 83
l. Puzzle dan Soal diskusi yang sudah jadi 85
Lampiran 2. Data Hasil Penelitian
a. Daftar Siswa Kelas VII E SMP N 10 SURAKARTA
Tahun Pelajaran 2008/2009 93
b. Daftar Kelompok NHT Kelas VII E yang Disusun
Siswa dengan Campur Tangan Guru 94
c. Hasil Lembar Observasi Partisipasi Siswa Prasiklus 95
d. Hasil Lembar Observasi Partisipasi Siswa Siklus I 98
e. Hasil Lembar Observasi Partisipasi Siswa Siklus II 101
f. Hasil Angket Sintak Pembelajaran NHT
Disertai Media Puzzle (Guru) Siklus I 104
g. Hasil Angkat Sintak Pembelajaran NHT
Disertai Media Puzzle (Siswa) Siklus I 105
xiv
h. Hasil Angket Sintak Pembelajaran NHT
Disertai Media Puzzle (Guru) Siklus II 106
i. Hasil Angkat Sintak Pembelajaran NHT
Disertai Media Puzzle (Siswa) Siklus II 107
j. Hasil Wawancara Guru 108
k. Hasil Wawancara Siswa 109
Lampiran 3. Dokumentasi
a Dokumentasi Pembelajaran Prasiklus
b Dokumentasi Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
Lampiran 4. Perijinan
a Permohonan Observasi
b Permohonan Ijin Researh
c Surat Keterangan Penelitian dari SMP N 10 Surakarta
d Permohonan Ijin Menyusun Skripsi
e Surat Keputusan Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting
bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa. Bangsa yang
mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia saat ini
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, tentunya harus dilakukan suatu
usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Salah satu diantaranya
melakukan evaluasi kualitas sistem pendidikan secara menyeluruh.
Perbaikan pendidikan antara lain ditempuh melalui perbaikan model
pembelajaran yang digunakan guru. Penggunaan model pembelajaran yang tepat
dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam proses belajar mengajar.
Kenyataan di lapangan banyak dijumpai gaya mengajar yang kurang bervariasi
dan belum memanfaatkan kemampuan secara maksimal. Guru kurang
memperhatikan bahwa penggunan metode yang kurang tepat dapat menyebabkan
proses belajar mengajar yang dilaksanakan menjadi tidak efektif dan kurang
optimal. Banyaknya model yang ada, seorang guru dituntut dapat memilih model
yang tepat untuk mengajarkan suatu pokok bahasan tertentu, karena sebenarnya
tidak ada model pembelajaran yang paling baik, setiap model memiliki spesifikasi
masing-masing. Suatu model pembelajaran tertentu mungkin efektif jika
digunakan untuk mengajarkan topik tertentu, bukan berarti model itu efektif juga
digunakan untuk menyampaikan topik lain.
Hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 10 Surakarta tahun
ajaran 2008/2009 pada kelas VII E menunjukkan bahwa dari 40 siswa yang
memperhatikan pelajaran berkisar 70% yaitu sebanyak 28 siswa, siswa yang
berani mengemukakan permasalahanya berkisar 70% yaitu sebanyak 28 siswa,
siswa yang berpartisipasi dalam persiapan, proses dan kelanjutan belajar berkisar
70% yaitu sebanyak 28 siswa, usaha dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran
1
xvi
berkisar 62,5% yaitu sebanyak 25 siswa, kemandirian belajar siswa berkisar 70%
yaitu sebanyak 28 siswa.
Berikut keadaan siswa di kelas VII E secara umum.
1. Perhatian siswa kurang, hal ini ditunjukkan apabila guru berbicara di depan
sebagian anak ada yang berbicara sendiri, kemudian apabila disuruh maju
mencoba sebagian besar anak tidak bisa.
2. Partisipasi anak kurang menyeluruh. Hal ini ditunjukkan bahwa yang sering
merespon pertanyaan hanya anak-anak tertentu saja.
3. Siswa memiliki keaktifan yang cukup baik tetapi belum tersalurkan dengan
baik hal ini dibuktikan siswa selalu maju bila disuruh mengerjakan ke depan
walaupun tidak bisa mengerjakan saat di depan kelas.
4. Siswa menganggap bahwa konsep-konsep pada mata pelajaran biologi
merupakan konsep yang abstrak dan hanya merupakan metode mengajar
konvensional (ceramah) yang banyak menekankan pada pelajaran hafalan saja.
Proses pengajaran biologi di kelas masih banyak menggunakan hafalan
tentang fakta dan konsep sehingga pelajaran menjadi membosankan yang
menyebabkan siswa menjadi kurang tertarik dengan materi yang disampaikan.
Adanya fakta dari hasil observasi yang telah dilakukan SMP Negeri 10
Surakarta tahun ajaran 2008/2009 pada kelas VII E, bahwa guru masih menjadi
pusat dalam kegiatan pembelajaran, menjadikan peserta didik cenderung menjadi
pasif, kurang kreatif dan kurang berpartisipasi dalam pembelajaran. Kenyataan
yang demikian menjadikan murid kurang mandiri dan hanya tergantung pada guru
sebagai sumber untuk mendapatkan materi pembelajaran.
Melihat permasalahan yang muncul dikelas tersebut, untuk meningkatkan
partisipasi siswa, maka pada penelitian ini menggunakan metode pembelajaran
kooperatif Numbered Heads Together (NHT). Metode NHT termasuk salah satu
tipe dari pembelajaran kooperatif. Metode ini, siswa dalam satu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok. Setiap anggota kelompok diberi nomor. Pemberian
nomor dari tiap anggota kelompok tadi, bertujuan jika guru ingin mengetahui
sejauh mana tingkat pemahaman siswa, tinggal menyebutkan salah satu nomor.
Setiap anak dengan nomor tersebut harus dapat menyampaikan aspirasi dari
xvii
kelompoknya, sehingga tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok
sangat diperlukan dalam metode ini. Setiap apa yang diputuskan dalam kelompok
tersebut harus diketahui oleh masing-masing anggota, sehingga tidak ada yang
dirugikan satu sama lain. Pembelajaran kooperatif termasuk metode NHT ini
sasuai bila digunakan untuk mengajar kelas yang siswanya cukup banyak. Adanya
pengelompokan ini, selain siswa mendapat penjelasan dari guru, juga mendapat
penjelasan dari teman sekelompok yang lebih memahami, sehingga kendala siswa
yang cukup banyak dapat diatasi dengan metode kelompok seperti NHT.
Mengingat usia anak SMP yang masih senang bermain maka suasana
pembelajaran dibuat semenarik mungkin yaitu dengan penambahan media
pembelajaran puzzle. Selain suasana pembelajaran menarik, perhatian siswa
terpusat dan partisipasi siswa lebih teraktualisasi dalam kelompoknya.
Melihat latar belakang masalah diharapkan pembelajaran dengan metode
NHT disertai media puzzle dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam mengikuti
pelajaran biologi. Melalui metode NHT disertai media puzzle ini siswa dilatih
untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru pada saat pelajaran
berlangsung dan dapat menjadikan anak lebih berpartisipasi dan kritis terhadap
pelajaran biologi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penggunaan metode
NHT disertai puzzle perlu diujicobakan untuk mengetahui peningkatan partisipasi
siswa kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta dalam suatu penelitian dengan judul
PENERAPAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DISERTAI
MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA
TERHADAP MATERI BIOLOGI SMP KELAS VII.
B. Perumusan Masalah
Apakah pembelajaran biologi dengan menggunakan metode (NHT) disertai
media puzzle dapat meningkatkan partisipasi siswa kelas VII E SMP Negeri 10
Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ?
xviii
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan partisipasi siswa kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta
tahun ajaran 2008/2009 setelah diterapkan metode (NHT) disertai media puzzle.
D. Manfaat Penelitian
Pembelajaran dengan menggunakan hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi siswa
a. Siswa menjadi siap semua dalam menghadapi pertanyaan dari guru
b. Dapat melakukan diskusi secara sungguh–sungguh
c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab pada setiap siswa
d. Semua siswa berpartisipasi
e. Perhatian terpusat
f. Anak lebih kretif untuk menuangkan gagasan dalam diskusi
g. Menumbuhkan suasana menyanangkan dalam pembelajaran
2. Bagi guru
a. Memberi masukan bagi guru mengenai manfaat metode pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) disertai media puzzle dalam
meningkatkan partisipasi siswa dalam matari biologi.
b. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
dan kreatif.
3. Bagi sekolah
a. Sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu
pembelajaran, khususnya mata pelajaran biologi.
4. Bagi peneliti lain
a. Sebagai bahan referensi begi semua pihak yang bermaksud melakukan
penelitian yang sejenis pada pokok bahasan lain dalam upaya
meningkatkan partisipasi atau peran serta siswa dalam proses
pembelajaran.
xix
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Numbered Heads Together (NHT) Disertai Media Puzzle
a. Numbered Heads Together
1) Pengertian Metode Numbered Heads Together
Metode Numbered Heads Together ini merupakan variasi dari diskusi
kelompok, dimana setiap siswa mendapatkan nomor yang berbeda dalam satu
kelompoknya tetapi memiliki nomor yang sama dengan kelompok lain. Nomor-
nomor tersebut akan dipanggil secara acak untuk menjawab hasil diskusi
kelompoknya. Dengan pemanggilan nomor secara acak inilah diharapkan setiap
siswa memahami secara sungguh-sungguh hasil diskusi kelompoknya.
Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif
struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur yang dikembangkan oleh Kagan
tersebut menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-
kelompok kecil secara kooperatif. Ada struktur yang dikembangkan untuk
meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada struktur yang dirancang untuk
mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Salah satu
struktur yang dikenal adalah Numbered Heads Together yang dapat digunakan
guru untuk mengecek sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
sedang disampaikan.
Menurut Muhamad Nur (2005: 78),”Numbered Heads Together pada
dasarnya merupakan varians dari diskusi kelompok, ciri khasnya adalah guru
hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu
terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya itu”. Metode NHT ini
memang merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok. Dengan cara tersebut secara tidak langsung
menuntut semua siswa berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
5
xx
Metode ini sangat cocok untuk materi pelajaran biologi yang umum dan
memiliki keterkaitan materi biologi yang cukup luas antara materi yang satu
dengan materi yang lain. Sehingga siswa dalam berdiskusi menyampaikan
pendapat akan lebih leluasa tetapi penuh perhitungan dalam menyampaikan
pendapatnya. Siswa yang satu dengan yang lain akan selalu mengginggatkan
apabila terdapat pendapat yang salah. Metode ini bukan saja untuk mengetahui
sejauh mana hasil dari diskusi tetapi juga dapat mengetahui kedalaman
pemahaman siswa dengan materi diskusi.
Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikem-bangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua usia anak didik.(Anita lie, 2005 : 59)
Seorang siswa akan lebih merasa bebas berpendapat apabila mereka
dalam keadaan berkelompok dan memiliki tujuan yang sama yaitu untuk
menyelesaikan soal diskusi yang ada. Mereka akan terdorong untuk mengeluarkan
pendapatnya untuk mencapai tujuan kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang
ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, ini juga merupakan
cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas,
yang merupakan salah satu manfaat penting untuk memperluas perkembangan
interpersonal dan keefektifan (Slavin, 2008: 100).
Salah satu pembelajaran yang berbasis sosial yaitu pembelajaran
kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai
tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik
bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan
informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka.
Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak
mengarahkan kelompok kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-
bentuk assesment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil
prosesnya (Agus Suprijono, 2008:54).
xxi
Metode Numbered Heads Together dikembangkan dengan melibatkan
para siswa dalam mereview bahan yang dicakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek atau memeriksa mengenai isi pelajaran tersebut. Arends berpendapat
bahwa dalam metode Numbered Heads Together sebagai pengganti pertanyaan
langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur 4 langkah sebagai
berikut: 1) Penomoran (Numbering) yaitu guru memberikan para siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 sampai 5 orang dan
memberikan mereka nomor sehingga setiap siswa dalam tim tersebut memiliki
nomor berbeda; 2) Pengajuan Pertanyaan (Questioning) yaitu guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa; 3) Berpikir Bersama (Heads Together) yaitu para siswa
berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban tersebut; 4) Pemberian Jawaban (Answering) yaitu guru
menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang
sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas. Berikut
pernyataan Arends (1997:123) :
(...) Instead of directing questions to the whole class, teachers use the following four-step structure : Step 1 : Numbering Teachers divide students into three- to five-member teams and has them number off so each student on a team has a number between one and five. Step 2 : Questioning Teachers ask students a question (...). Step 3 : Students put their head together to figure out and make sure everyone knows the answer. Step 4 : Answering The teacher calls a number and students with that number raise their hands and provide answers to the whole class.
Menurut Agus Suprijono (2008:92) menyatakan bahwa pembelajaran
dengan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering. Guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok harusnya
mampertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik
dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok
berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang.
Tiap-tiap orang dalam tiap kelompok diberi nomor 1-8.
Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap
xxii
kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok
menyatukan kepalanya “heads together” berdiskusi memikirkan jawaban atas
pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki
nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi
jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus
hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing
kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.
Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih
mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu
sebagai pengetahuan yang utuh.
2) Langkah-Langkah Metode Numbered Heads Together Secara Umum
Secara umum NHT ini dapat dilaksanakan dengan langkah–lahkah sebagai
berikut : 1) siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat
nomor; 2) guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakanya;
3) kelompok memutuskan jawaban yang paling benar dan memastikan setiap
anggota mengetahui jawaban ini; 4) guru memanggil salah satu nomor siswa,
siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka. Jadi
dalam metode ini setiap siswa dalam kelompok memiliki satu nomor dan siswa itu
juga mengetahui bahwa hanya seorang siswa yang akan dipanggil pada setiap saat
untuk mewakili kelompoknya. Kesempatan diskusi dan berbagi ide tersebut
merupakan upaya untuk memperoleh berbagai informasi sehingga setiap orang
mengetahui jawabanya. Dengan ini setiap siswa akan menerima sebuah point
tanpa memandang nomor mana yang dipanggil.
Pelaksanaan Metode Numbered Heads Together ini, setiap siswa dalam
kelompok memiliki satu nomor dan siswa itu juga mengetahui bahwa hanya
seorang siswa yang akan dipanggil pada setiap saat untuk mewakili kelompoknya
menjawab pertanyaan dari guru. Kesempatan diskusi dan berbagi ide tersebut
merupakan upaya untuk memperoleh berbagai informasi sehingga setiap orang
mengetahui jawabanya. Dengan ini setiap siswa akan menerima sebuah solusi dari
soal diskusi yang diberikan.
xxiii
3) Kebaikan dan Kelemahan Metode Numbered Heads Together
Metode NHT ini memiliki kelebihan dan juga kelemahan, yaitu: (1)
Kelebihan, a) setiap siswa menjadi siap, b) dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh, c) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang
pandai. (2) Kelemahan, a) kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi
oleh guru b) tidak semua anggota kelompok dipanggil guru.(Muhamad Nur, 2005
:78).
Menurut Susan Bawn dinyatakan bahwa metode NHT lebih efektif
daripada metode tradisional dalam peningkatan pencapaian belajar sosial. Berikut
ini pernyataan Susan Bawn (2007) “Numbered Heads Together was more effective
than traditional methods in raising social studies achievement for third grade low
to middle income students”
Kebaikan NHT menurut Karen M Daniel antara lain : (1) Semua siswa
aktif memikirkan jawaban; (2) Siswa mendapat pengetahuan dari pikiran
temannya; (3) Siswa bekerja sama secara kooperatif; (4) Siswa merasa cukup
percaya diri untuk memberi jawaban ketika dipanggil; (5) meningkatkan
keselarasan kelas. Berikut pernyaataan Karen M Daniel (2005) :
The benefits of numbered Heads Together are : 1. all students are actively thinking of answer 2. students gain knowledge from their peer’s ideas 3. students work together cooperatively 4. students feel confident enough to offer an answer when called upon 5. improves the dynamics of the class.
b. Puzzle
1) Pengertian Puzzle
Permainan puzzle picture adalah suatu permainan penataan potongan-
potongan gambar yang apabila tersusun secara benar akan membentuk suatu
gambar. Dalam permainan ini, koordinasi mata, otak, dan tangan sangat
dibutuhkan. Anak akan lebih konsentrasi dan teliti dalam menyusun potongan
puzzle agar tertata dengan benar. (http: // www.Priatna. Or. Id / 2003 / 09 / 02/
tangran / trackbac. Diakses pada tanggal 9 Februari 2009)
xxiv
Puzzle biasa digunakan oleh orang tua atau guru untuk permainan anak-anak.
Semakin tinggi tingkat kerumitannya maka kepuasan yang didapat ketika sebuah puzzle
terselesaikan menandakan kecerdaran yang tinggi dari penyusunya.
2) Tujuan Pemberian Puzzle
Permainan puzzle dalam pebelajaran ini bertujuan agar perhatian anak
terpusat, siswa dapat membedakan tugas mana yang lebih penting dan harus
diselesaikan, anak tidak mudah frustasi dalam menyelesaikan soal diskusi dan
pikiran anak lebih rilek dalam menghadapi soal diskusi. Seperti yang
dikemukakan oleh Rahmanelli (2008) bahwa ”permainan puzzle ini dapat
menciptakan kreativitas, menyenangkan dan tidak membosankan, melatih anak
berpikir logis, mengembangkan ide anak, membantu anak untuk memahami suatu
persoalan dengan mudah dan cepat”. Hal senada juga dikatakan oleh Pınar Yalcin
Celik & Semra Aydinli (2007) (...) and emphasizes that creating activity can be
learned by experience which leads to creativity. Bahwa usaha siswa dalam
menyusun media puzzle secara benar tersebut dapat membuat siswa belajar dari
pengalaman yang memimpin siswa kedalam kreatifitas.
Siswa lebih kreatif dalam menuangkan gagasan untuk memecahkan soal
diskusi, selain itu permainan puzzle merupakan salah satu cara yang dapat
menimbulkan suasana yang menarik bagi siswa sehingga siswa dapat senang
terlibat dalam suasana pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Donald L.
Williams, EdD (2007) bahwa :
A literature search into this area of word games and puzzles as motivation and review items reveals numerous articles in support of this educational method. A team of researchers in Australia report their fairly extensive review of the use of games and puzzles to stimulate class discussion of study topics.
Partisipasi siswa akan tumbuh dalam pembelajaran biologi dengan adanya
rangsangan motivasi berupa permainan puzzle, dan juga siswa akan mempelajari
lebih banyak banyak topik diskusi. Tertarik akan masalah di atas maka media
puzzle digunakan dalam media pembelajaran ini dengan maksud siswa tertantang,
perhatian terpusat, lebih berkreatif dalam menuangkan gagasan dan berpartisipasi
xxv
aktif dalam pembelajaran. sehingga siswa lebih tertarik dan menimbulkan rasa
menyenangkan dengan pelajaran biologi.
3) Langkah–Langkah Dalam Penyusunan Media Puzzle
Langkah–langkah dalam penyusunan media puzzle yang diikutkan dalam metode
NHT ini disesuaikan dengan metode pembelajaran yang digunakan, langkahnya sebagai
berikut:
a) Media yang berupa jenis gambar pencemaran yang dipotong-potong tidak dipasang
secara benar tetapi dipasang tidak teratur tidak membentuk gambar.
b) Gambar yang terpasang secara tidak teratur tersebut diberikan pada kelompok untuk
menyusunya secara benar sehinga membentuk gambar pencemaran.
c) Setelah terbentuk gambar yang benar sesuai materi maka kelompok
mendiskusikan soal diskusi yang ada pada puzzle tersebut.
c. Langkah-langkah Metode Numbered Heads Together (NHT) disertai Media
puzzle ini sebagai berikut:
1) Siawa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri 5 orang dalam satu
kelompok
2) Memberikan nomor pada setiap anak sehinga anak mendapatkan nomor yang
berbeda-beda dalam satu kelompok.
3) Memberikan media puzzle pada setiap kelompok dan disuruh mendiskusikan
soal diskusi pada media puzzle.
4) Guru menunjuk salah satu nomor secara acak, anak yang memiliki nomor yang
sama akan menggangkat tangannya.
5) Guru menunjuk salah satu anak untuk menjawab soal diskusi tersebut.
6) Guru memberi kesempatan salah satu anak dari kelompok lain untuk
menanggapi jawaban dari temannya tadi.
7) Guru dan siswa menyimpulkan jawaban yang tepat pada soal diskusi tadi.
2. Tinjauan Tentang Partisipasi siswa
Kata partisipasi ini berasal dari Bahasa Inggris Partisipate yang dalam
bahasa Indonesia berarti turut serta, ambil bagian atau keterlibatan. Partisipasi
xxvi
dalam pembahasan ini yang dimaksud adalah partisipasi yang berarti keterlibatan
siswa secara fisik seperti kegiatan membaca, mendengar, menulis, dan meragakan.
Keterlibatan untuk berpikir seperti mengingat kembali isi pelajaran pertemuan
sebelumnya, menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk memecahkan
masalah dan mengaitkan pelajaran yang satu dengan yang lain. Keterlibatan emosi
disini mencakup pengendalian diri untuk dapat menerima pendapat orang lain dan
memahami karakter teman diskusi. Menurut Dimyanti dan Mujiono (1994 : 43)
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama keterlibatan mental emosional, keterlibatan dalam kegiatan kognitif dalam pencapaian dan internalisasi nilai–nilai dalam pembentukan sikap dan nilai dan juga pada saat mengadakan latihan–latihan dalam pembentukan keterampilan.
Kegiatan belajar memang memerlukan keaktifan peserta didik untuk
terlibat secara langsung, tetepi kenyataanya masih ada kecenderungan dalam
kegiatan pembelajaran masih tampak adanya minimalnya keterlibatan siswa pada
proses pembelajaran. Dominansi guru dalam pembelajaran menyababkan siswa
dalam berpartisipasi menjadi pasif. Keadaan ini apabila terus berlanjut akan
menjadikan kemampuan siswa terbatas dan seorang guru akan kesulitan
mengetahui kekurangan dan kelebihan peserta didiknya, sehingga guru tidak bisa
maksimal mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta mengajarkan
perilaku yang baik pada pesrta didik.
Benjamin S. Bloom dalam Suhaenah Suparno (2001: 81) menyatakan
“Partisipasi atau keterlibatan siswa adalah kegiatan dimana subjek yang belajar
ikut serta mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka (overt) maupun secara
tertutup (covert). Jumlah keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar
merupakan indeks yang baik dari kualitas pengajaran”. Menurut Huneryager dan
Heckman (1992) partisipasi adalah “sebagai keterlibatan mental dan emosional
individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberi sumbangan
terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka”.
Dimyati dan Mudjiono (1994: 26) mengemukakan bahwa partisipasi
mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpatisipasi dalam suatu
kegiatan. Berdasarkan pendapat tersebut, partisipasi ini didalamnya telah
xxvii
mencakup aspek perhatian dan partisipasi atau keterlibatan dalam suatu kegiatan
itu sendiri. Kegiatan yang dimaksud tersebut adalah kegiatan siswa dalam proses
pembelajaran.
Seorang siswa akan lebih leluasa dalam menuangkan gagasan atau
pendapatnya apabila mereka dalam keadaan berkelompok. Mereka akan lebih
kreatif dalam mengeluarkan pendapatnya untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada dalam kelompok tersebut. Dalam sebuah kelompok dan memiliki tujuan
yang sama seorang siswa akan terdorong kerelaanya untuk ikut serta dalam
mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut seperti yang disampaikan Moelyarto
Tjokrowinoto dibawah ini:
Pengertian partisipasi menurut Moelyarto Tjokrowinoto (1974: 37) mendefinisikan bahwa partisipasi merupakan penyertaan mental dan emosional seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk mengembangkan daya pikir dan perasan mereka bagi tercapainya tujuan–tujuan, bersama bertanggung jawab terhadap tujuan tersebut.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa partisipaasi
memiliki unsur–unsur sebagai berikut:
a. Keterlibatan dalam kegiatan yang dilaksanakan.
b. Kemauan anggota untuk beinisiatif dan berkreasi dalam kegiatan yang
dilaksanakan.
c. Perhatian dalam kegiatan yang telah dilaksanakan
Adapun sifat dari partisipasi tersebut adalah:
a. Adanya kesadaran saling menghargai baik anggota kelompok mereka sendiri
maupun anggota kelompok yang lain
b. Tidak adanya unsur paksaan
c. Anggota merasa ikut memiliki
Sudjana (1993: 30) dalam E. Mulyasa (2005: 156-157) mengemukakan
”syarat kelas yang efektif jika di dalamnya terdapat keterlibatan, tanggung jawab
dan umpan balik dari peserta didik”. Keterlibatan peserta didik merupakan syarat
pertama dalam kegiatan belajar di kelas. Partisipasi peserta didik dapat
ditumbuhkan dengan berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan
menanggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan pengalaman
xxviii
berstruktur, menggunakan beberapa instrumen, dan menggunakan metode yang
bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. Indikator pembelajaran
partisipatif, sebagaimana yang dikemukakan oleh Knowles (1970) dalam E.
Mulyasa (2005: 156-157) adalah: ”(1) Adanya keterlibatan emosional dan mental
peserta didik; (2) Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi
dalam mencapai tujuan; (3) Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang
menguntungkan peserta didik”.
Aktivitas dan partisipasi siswa dapat ditumbuhkan didalam pembelajaran
Menurut Gagne dan Briggs (1979) dalam Martinis Yamin (2007: 83-84)
untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas meliputi sembilan aspek yaitu diantaranya: (1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran; (2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa; (3) Mengingatkan kompetensi prasarat; (4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep) yang akan dipelajari; (5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya; (6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; (7) Memberikan umpan balik; (8) Melakukan tagihan-tagihan seperti tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur; (9) Menyimpulkan setiap materi diakhir pembelajaran. Suryosubroto (1997: 281-282) mengemukakan manfaat prinsipiil dari
partisipasi yaitu:
(1) Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya sumbangan pikiran; (2) Pengembangan potensi diri dan kreativitas; (3) Adanya penerimaan yang lebih besar terhadap perintah yang diberikan dan adanya perasaan diperlukan; (4) Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun kepentingan bersama.
B. Kerangka Berpikir
Penggunaan metode yang kurang tepat dalam pembelajaran biologi,
dapat mengakibatkan tujuan pembelajaran tidak terpenuhi secara efektif.
Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
faktor intern maupun ekstern. Faktor input atau masukan dan faktor proses.
Apabila input berkualitas namun proses (proses belajar mengajar) tidak
xxix
mendukung, maka outputnya belum tentu berkualitas. Oleh karena itu proses
berperan penting dalam menghasilkan output yang berkualitas.
Guru yang masih terlalu dominan dalam proses pembelajaran menyebab-
kan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar kurang atau dengan kata lain
siswa menjadi pasif. Siswa perlu diberi kesempatan untuk lebih aktif dan lebih
dominan dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena perlu diterapkan model
pembelajaran yang lebih melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga
siswa menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Dalam penelitian ini
digunakan model pembelajaran Numbered Heads Together disertai media puzzle,
dengan penerapan model pembelajaran ini diharapkan akan terjadi interaksi timbal
balik antar siswa secara aktif dalam kelompok untuk dapat menemukan sendiri
konsep pembelajaran sehingga perhatian siswa terfokus dan partisipasi dapat
teraktualisasikan secara merata.
xxx
Manfaat : 1. Siswa menjadi siap semua dalam
menghadapi pertanyaan 2. Dapat melakukan diskusi secara
sungguh–sungguh 3. Semua siswa berpartisipasi 4. Perhatian terpusat 5. Anak lebih kretif untuk menuangkan
gagasan dalam diskusi 6. Menumbuhkan suasana
menyanangkan dalam pembelajaran
OUTPUT
PENERAPAN METODE NHT DISERTAI MEDIA PUZZLE
INPUT
PARTISIPASI SISWA MENINGKAT
PROSES
PROSES BELAJAR MENGAJAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
xxxi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Surakarta Tahun Ajaran
2008/2009 Kelas VII E semester II dengan jumlah siswa 40, yang beralamat di
Jalan Kartini No. 12 Surakarta.
2. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009.
pelaksanaan penelitian dilakukan secara bertahap, secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap penelitian dan tahap penyelesaian.
Tahap persiapan meliputi permohonan ijin observasi sekolah, pengajuan
judul skripsi, penyusunan proposal dan konsultasi pada pembimbing. Observasi
dilakukan pada tanggal 22 Novenber 2008. Pengajuan judul dan penyusunan
proposal dilaksanakan pada bulan Mei 2009.
Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang berlangsung di lapangan,
yaitu uji instrumen penelitian, pengambilan data dan analisis data. Penelitian
dilakukan sebanyak 2 kali tatap muka. Satu kali tatap muka pada siklus 1
sebanyak (2 × 40 menit). Pada siklus 2 satu kali tatap muka sebanyak (2 × 40
menit). Tahap ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2009.
Tahap penyelesaian yang meliputi analisis dari data-data yang telah
terkumpul dan penyusunan laporan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Tahap penyelesaian tersebut dilaksanakan pada bulan Juni 2009
sampai selesai.
xxxii
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) atau Classroom Action Research yang merupakan suatu penelitian yang
mengangkat masalah-masalah yang dihadapi oleh guru di dalam kelas dan
bertujuan untuk memecahkan masalah yang ada dalam kelas dan atau untuk
memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Guru dapat menemukan solusi dari
masalah yang timbul di kelasnya sendiri dengan menerapkan berbagai ragam teori
dan teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif setelah melaksanakan tahap-
tahap PTK. Model penelitian tindakan secara garis besar terdapat empat tahapan,
yaitu : (1) Perencanaan, (2) Pelaksanaan, (3) Pengamatan, dan (4) Refleksi.
Solusi dari permasalahan yang muncul di kelas VII E SMP Negeri 10
Surakarta adalah melalui penerapan metode Numbered Heads Together (NHT)
disertai media puzzle untuk meningkatkan partisipasi siswa terhadap matari
biologi. Penerapan pembelajaran dilaksanakan dalam tindakan berulang atau
beberapa siklus sehingga target tercapai. Setiap siklus menerapkan pembelajaran
yang sama yaitu penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) disertai
media puzzle.
C. Sumber Data
Ada tiga sumber data penting yang disajikan sebagai sasaran
penggambilan dan pengumpulan data serta informasi penelitian ini. Sumber data
tersebut meliputi:
1. Informan, meliputi: guru biologi dan siswa kelas VII E SMP Negeri 10
Surakarta.
2. Tempat dan peristiwa yang menjadi sumber data penelitian, yakni berbagai
kegiatan pembelajaran biologi yang berlangsung di dalam kelas yang dialami
oleh siswa dengan pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) disertai
media puzzle.
3. Dokumentasi atau arsip, yang berupa kurikulum, silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran, buku pelajaran biologi kelas VII semester II, buku penilaian
dan hasil observasi yang telah dilakukan.
17
xxxiii
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk pengambilan data
adalah sebagai berikut:
1. Metode observasi
Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data tentang pribadi
dan tingkah laku setiap individu anak didik. Dalam penelitian ini metode
observasi digunakan untuk memperoleh data tentang partisipasi siswa terhadap
materi yang diajarkan guru.
Lembar observasi yang digunakan akan diisi oleh pengamat berdasarkan
pengamatan yang dilakukan serta item-item pernyataan yang disesuaikan dengan
hal-hal yang akan dinilai. Menurut Likert skor penilaian tiap item pertanyaan
adalah menggunakan skor penilaian 1 dan 0. skor 1 diberikan bila siswa
melakukan seperti pada butir pernyataan dan skor 0 bila siswa tidak melakukan
butir sesuai dengan butir pernyataan. Hal ini peneliti hanya mengamati kegiatan
siswa selama masih dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Metode angket
Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 128) menyatakan bahwa ”angket
atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi, atau hal-
hal yang diketahui”.
Metode angket digunakan untuk menggali data sintak pembelajaran yang
telah dilakukan guru dan siswa dengan menerapkan metode Numbered Heads
Together (NHT) disertai media puzzle. Agket ini hanya diisi oleh guru dan siswa,
yang mana item pertanyaan dari angket ini berisi tentang aktifitas guru dan siswa
yang dianggap perlu digali untuk mendukung kelancaran penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT) disertai media puzzle dalam pembelajaran.
3. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan guru untuk mengadakan informasi balikan
terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan. Wawancara yang dilakukan
adalah wawancara bebas dan dilakukan secara informal kepada guru mata
xxxiv
pelajaran. Waktu dan tempat wawancara tidak ditentukan secara mendetail tetapi
digunakan pada saat yang tepat. Wawancara dilakukan berulang kali untuk
mendapatkan lebih banyak masukan dalam setiap proses pembelajaran yang dapat
dijadikan refleksi untuk perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.
E. Validitas Data
Validitas data yang dilakukan dengan menggunakan teknik trianggulasi
data yang dilakukan untuk memeriksa dan membandingkan kebenaran suatu
hipotesis, konstruk atau analisis yang dilakukan diri sendiri dengan hasil orang
lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama. Trianggulasi yang digunakan
adalah trianggulasi sumber data dan metode.
Teknik trianggulasi sumber data dilakukan pada saat pengumpulan data,
harus menggunakan beragam sumber data yang tersedia, artinya data yang sama
atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data
yang berbeda, sehingga data yang diperoleh dari sumber yang satu bisa lebih teruji
kebenarannya jika dibandingkan dengan data sejenis yang diperoleh dari sumber
lain. Data mengenai partisipasi siswa dalam pembelajaran biologi diperoleh dari
guru dan dua orang observer.
Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis
tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda,
dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama
untuk menguji kemantapan informasinya. Metode pengumpulan data yang
digunakan berupa observasi partisipasi siswa, angket sintak pembelajaran dengan
metode Numbered Heads Together (NHT) disertai media puzzle, dan wawancara
selama proses penelitian.
Skema triangulasi dalam penelitian ini sebagai berikut.
Gambar 2: Triangulasi Metode, Sutopo ( 2002: 81)
Wawancara
Data
Observasi
Siswa Angket
xxxv
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dimulai sejak awal sampai berakhirnya
pengumpulan data. Analisis yang dilakukan berupa penilaian terhadap semua data
kegiatan penelitian yang telah dilakukan di lapangan. Analisis data dari hasil
penelitian di lapangan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Sedangkan
analisis kualitatif mengacu pada model analisis Miles dan Huberman (1992: 16-
19) yang dilakukan dalam 3 komponen berurutan yaitu reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data meliputi penyeleksian data melalui ringkasan atau uraian
singkat dan penggolongan data ke dalam pola yang lebih luas. Penyajian data
dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang merupakan penyusunan
informasi secara sistematik dari hasil reduksi data, dimulai dari perencanaan,
pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada masing-masing siklus.
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan upaya pencarian makna
data, mencatat keteraturan data dan penggolongan data. Data yang terkumpul
disajikan secara sistematis dan bermakna.
Dengan melihat dan mempertimbangkan hasil observasi awal dan
capaian persentase awal dari angket penelitian yang diberikan pada subjek
penelitian, maka dalam penelitian yang dilakukan ini dapat dikatakan berhasil atau
tercapai tujuan yang diharapkan, apabila persentase rata-rata yang diukur sudah
mencapai target yang telah ditetapkan. Berikut daftar persentase target capaian
dari masing-masing variabel yang akan diukur.
Tabel 1. Daftar Persentase Target Capaian dari Masing-Masing Variabel yang akan Diukur.
Variabel Target yang harus dicapai (%) Kategori
Observasi Partisipasi Siswa ≥75 Baik
Angket sintak pembelajaran Baik dari segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan
Baik
xxxvi
Apabila persentase rata-rata dari masing-masing variabel yang diukur
sudah dapat mencapai target yang ditentukan, maka penelitian dapat dikatakan
berhasil dan tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya. Sebaliknya, jika masih
ada persentase rata-rata dari masing-masing variabel yang diukur belum
memenuhi target capaian maka dilakukan tindakan berikutnya untuk mencapai
target yang telah ditetapkan.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan penelitian
mengikuti model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1988) yang
berupa model spiral. Dalam perencanaan Kemmis menggunakan empat komponen
penelitian tindakan yang dimulai dengan rencana, tindakan, pengamatan atau
observasi, dan refleksi, dalam suatu sistem spiral yang saling terkait.
Langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap persiapan, tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, tahap refleksi dan
tahap tindak lanjut. Untuk lebih jelasnya langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah dan Guru SMP Negeri 10
Surakarta.
b. Observasi untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMP Negeri 10
Surakarta secara keseluruhan dan keadaan kegiatan belajar mengajar
biologi kelas VII E khususnya.
c. Mengidentifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar biologi kelas
VII E.
2. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun beberapa instrumen penelitian yang akan
digunakan dalam tindakan dengan menggunakan metode Numbered Heads
Together (NHT). Instrumen penelitian tersebut terdiri dari silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I dan 2, media puzzle siklus 1 dan 2,
xxxvii
lembar observasi partisipasi siswa, angket partisipasi siswa terhadap materi yang
disampaikan guru dan pedoman wawancara terhadap guru dan siswa.
3. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan
yang dilaksanakan dalam bentuk penerapan metode Numbered Heads Together
(NHT) disertai media puzzle yang diwujudkan dalam langkah-langkah
pembelajaran yang sistematis. Pembelajaran ini dimulai dengan pembagian
kelompok siswa yang mana satu kelompok terdiri dari 5 siswa, sehingga dalam
kelas yang berjumlah 40 siswa ini terbentuk 8 kelompok. Pemberian nomor siswa
bersamaan dengan pembagian kelompok siswa, sehingga setiap siswa memiliki
nomor yang berbeda dalam satu kelompok mereka tetapi memiliki nomor yang
sama dengan siswa kelompok lain. Kemudian penyajian materi secara garis besar.
Setelah itu setiap kelompok diberikan media puzzle. Setiap siswa dalam kelompok
diminta untuk ikut serta dalam menyusun puzzle yang berisi soal diskusi.
Kemudian setiap siswa mendiskusikan soal diskusi yang ada dimedia puzzle
tersebut dalam kelompok masing-masing.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pemberian pertayaan oleh guru
terhadap siswa dengan menunjuk nomor siswa, tanpa diberi tahu terlebih dahulu
siapa yang akan ditunjuk. Setelah semua siswa yang memiliki nomor yang sama
menggangkat tangannya guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab
pertanyaan dari guru tersebut. Hal ini bertujuan agar siswa selalu siap untuk
menjawab pertanyaan dari gurunya. Guru menunjuk siswa lain lagi untuk
menanggapi jawaban dari temannya tersebut. Kemudian guru dan siswa
menyimpulkan jawaban yang benar secara bersama-sama.
4. Tahap Observasi
Kegiatan observasi dilakukan selama tindakan sedang berlangsung
terutama ditujukan untuk memantau proses dan dampak perbaikan yang
dilakukan, oleh karena itu yang menjadi sasaran observasi adalah proses dan
dampak yang teramati. Observasi berupa kegiatan pemantauan, pencatatan, serta
pendokumentasian segala kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran Numbered
Heads Together (NHT) disertai media puzzle. Sasaran utama observasi yaitu
xxxviii
partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi yang diamati pada lembar observasi.
Data pendukung observasi yang digunakan adalah data dari hasil angket
partisipasi siswa dalam pembelajaran, wawancara terhadap guru dan siswa. Data
yang diperoleh diinterpretasi guna mengetahui kelebihan dan kekurangan dari
tindakan yang dilakukan.
5. Tahap Refleksi
Pada tahap refleksi dilakukan analisis proses dan dampak terhadap
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan metode Numbered Heads Together
(NHT) disertai media puzzle. Sehingga dapat dijadikan pertimbangan untuk
menarik kesimpulan dari tindakan siklus 1. Pada tahap refleksi juga dilakukan
analisis terhadap hambatan, kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan
pembelajaran dengan metode Numbered Heads Together (NHT) disertai media
puzzle pada siklus1 sehingga dapat dijadikan sebagai pertimbangan pengambilan
keputusan langkah selanjutnya yaitu siklus II serta memberikan jawaban terhadap
permasalahan yang muncul selama pembelajaran dengan metode Numbered
Heads Together (NHT) disertai media puzzle. Setelah dilakukan proses analisis
tersebut, maka dilakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus II sehingga
pelaksanaan pembelajaran tindakan pada siklus II akan lebih optimal.
Jika setelah dilakukan analisis terhadap hasil penelitian dan diketahui
bahwa dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I target keberhasilan belum
tercapai, maka dilakukan siklus kedua dengan memperhatikan refleksi pada siklus
I. Siklus ketiga dilaksanakan apabila target keberhasilan belum tercapai dan
terdapat hal-hal yang kurang berhasil atau membutuhkan adanya perbaikan pada
siklus kedua. Adapun tahapan siklus satu dan siklus berikutnya adalah sama yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
6. Tahap Tindak Lanjut
Setelah kegiatan penelitian ini diharapkan ada tindak lanjut dari guru
bidang studi Biologi tempat penelitian (SMP Negeri 10 Surakarta) untuk
melakukan perbaikan pembelajaran secara terus menerus serta mengembangkan
strategi pembelajaran agar kompetensi pembelajaran dapat tercapai dengan
xxxix
Perencanaan
Penyusunan angket partisipasi siswa, silabus, rencana
pengajaran, media puzzle untuk siklus I, lembar observasi guru dan siswa serta
pedoman wawancara.
Observasi Pengamatan
proses pembelajaran
Pelaksanaan Penerapan
Pembelajaran NHT disertai media puzzle
Pelaksanaan Penerapan
Pembelajaran NHT disertai media
puzzle
Identifikasi Merumuskan permasalahan
dalam pembelajaran
Refleksi Mengemukakan dan menganalisis hasil
temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan I
yang memerlukan perbaikan. Bila target
belum tercapai, dilanjutkan pada siklus II.
Perencanaan Rancangan perbaikan dari refleksi siklus I. Penyusunan silabus, rencana pelaksanaan
pembelajaran dan media Puzzle untuk
siklus II
SIKLUS I
SIKLUS II
Observasi Pengamatan
proses pembelajaran
baik.Secara rinci urutan masing-masing tahap dapat dilihat pada Gambar 3
sebagai berikut :
Refleksi Mengemukakan dan menganalisis hasil
temuan-temuan dari pelaksanaan tindakan II yang memerlukan
perbaikan serta melihat ketercapaian
target
xl
Gambar 3. Skema Prosedur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Kemmis dan Mc Taggart dalam Zainal Aqib, 2006: 23)
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMP Negeri 10 Surakarta merupakan salah satu sekolah di kota
Surakarta yang beralamatkan di Banjarsari Jalan Kartini No.12 Surakarta
letaknya berbatasan dengan SMP N 3 Surakarta di sebelah utara. Sedangkan di
sebelah barat berbatasan dengan Jalan Kartini dan SMP N 3 Surakarta.
Penelitian dilakukan di kelas VII E SMP Negeri 10 Surakarta tahun
pelajaran 2008/2009. Ruang kelas VII E SMP Negeri 10 Surakara terletak di
lantai 2, berukuran 7x9 m2, lantainya masih tegel dengan dinding yang bercat
putih. Ruang kelas tersebut terdapat 1 buah pintu, 8 ventilasi dan 6 kaca di sisi
kanan. Kelas VII E menghadap ke arah barat. Pada deretan meja paling barat
terdapat satu meja guru dan sebuah kursi guru. Pada meja guru selalu dilapisi
taplak meja dan vas bunga lengkap. Di ruang kelas terdapat satu whiteboard.
Tepat di samping whiteboard papan tulis hitam untuk mengisi data siswa.
Jumlah siswa sebayak 40 siswa yang terbagi atas 22 siswa perempuan dan 18
siswa laki-laki. Dalam satu meja terdapat 2 kursi duduk siswa sehingga terdapat
20 meja siswa dan 40 kursi siswa. Tempat duduk siswa berpindah-pindah setiap
harinya sesuai dengan keinginan siswa, yang bertujuan agar siswa tidak merasa
bosan. Suasana belajar di kelas VII E cukup kondusif dengan adanya pencahayaan
dan ventilasi udara yang cukup baik sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Hasil observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 10 Surakarta tahun
ajaran 2008/2009 pada kelas VII E menunjukkan bahwa partisipasi siswa didalam
xli
kelas kurang menyeluruh dan perhatian siswa kurang terpusat pada pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Keadaan tersebut apabila terus berlanjut maka siswa
dalam menyarap pelajaran akan kurang maksimal dan menyeluruh karena yang
berpartisipasi dan perhatiannya terpusat pada pelajaran hanya sebagian anak saja.
Hasil penilaian observasi yang telah dilakukan seperti yang tertera dibawah ini:
Tabel 2. Hasil Penilaian Lembar Observasi Partisipasi Siswa dalam
Pembelajaran Prasiklus
No. Indikator Capaian Prosentase
(%) 1. Memperhatikan pelajaran 70 2. Keberanian mengemukakan permasalahannya. 70 3. Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan 70
4. Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran. 62,5 5. Kemandirian belajar siswa. 70
Rata-rata 68,5
Berdasarkan data hasil observasi yang telah dilakukan pada pra siklus
menunjukkan bahwa dari 40 siswa yang memparhatikan pelajaran berkisar 70%
yaitu sebanyak 28 siswa, siswa yang berani mengemukakan permasalahanya
berkisar 70% yaitu sebanyak 28 siswa, siswa yang berpartisipasi dalam persiapan,
proses dan kelanjutan belajar berkisar 70% yaitu sebanyak 28 siswa, usaha dan
kreativitas siswa dalam pembelajaran berkisar 62,5% yaitu sebanyak 25 siswa,
kemandirian belajar siswa berkisar 70% yaitu sebanyak 28 siswa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat gambar 4 dari hasil observasi siswa di bawah ini:
xlii
58
60
62
64
66
68
70
Pro
se
nta
se
1
Indikator
Hasil Observasi Partisipasi Siswa Prasiklus
Siswa yangmemperhatikanpelajaran
Keberanianmengemukakanpermasalahannya
Berpartisipasi (ikutserta) dalam kegiatanpersiapan, proses dankelanjutan belajar.Usaha dan kreativitassiswa dalampembelajaran
Kemandirian belajarsiswa.
Gambar 4. Diagram Hasil Penilaian Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Prasiklus
Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran
dengan metode ceramah membuat partisipasi siswa VII E dalam pembelajaran
masih rendah. Partisipasi siswa VII E yang rendah dapat terlihat dari masih
sedikitnya siswa yang memperhatikan pelajaran, berani menggemukakan
pendapat, ikut serta dalam persiapan belajar, ikut serta dalam proses dan
kelanjutan belajar, usaha dan kreativitas dalam pembelajaran, kemandirian siswa.
Kebanyakan siswa lebih suka berbincang-bincang dengan temannya, melamun,
menggoda temanya, mengambar sesuatu yang tidak ada kaitanya dengan materi
biologi, ada yang mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Siswa selalu terkejut
apabila ditunjuk gurunya untuk menjawab pertanyaan, sedangkan yang merespon
apersepsi guru dengan stimulus pertanyaan hanya anak-anak tertentu saja. Ada
siswa yang mencoba menjawab pertanyaan dari guru tetapi salah kemudian siswa
yang lain mengejek dan mempermalukan didepan kelas yang dapat membuat
mental siswa menjadi takut lagi untuk menjawab pertanyaan dari guru dan siswa
lain pun yang keberanianya kurang dalam mengemukakan pendapat dimuka
umum, akan menjadi tidak berani berpendapat dimuka umum.
Hasil wawancara dengan guru biologi setempat menunjukkan bahwa
didalam mengajar guru hanya mengunakan metode ceramah saja. Guru tidak
mempunyai waktu untuk memperhatikan partisipasi siswa dalam belajar. Guru
xliii
hanya mengejar waktu untuk menghabiskan materi tepat pada waktunya apalagi
diusianya yang sudah hampir pensiun, guru tersebut dibebani mengajar seluruh
kelas VII yang berjumlah 5 kelas. Kegiatan siswa dikelas hanya mendengarkan
dan mencatat penjelasan dari guru saja. Keadaan tersebut apabila dibiarkan secara
terus menerus maka siswa akan merasa bosan dalam mempelajari materi biologi.
Melihat permasalahan yang muncul dikelas VII E tersebut, untuk
meningkatkan partisipasi siswa, maka pada penelitian ini menggunakan metode
pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together (NHT) disertai media puzzle.
Metode NHT termasuk salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif. Metode ini,
siswa dalam satu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap anggota
kelompok diberi nomor. Pemberian nomor dari tiap anggota kelompok tadi
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa terhadap
materi biologi yang sedang didiskusikan yaitu tinggal menyebutkan salah satu
nomor saja. Langkah penunjukan secara acak inilah yang membuat setiap siswa
tertuntut kesungguhanya dalam menguasai materi biologi. Setiap anak dengan
nomor tersebut harus dapat menyampaikan aspirasi dari kelompoknya, sehingga
tanggung jawab dari masing-masing anggota kelompok sangat diperlukan dalam
metode ini. Setiap apa yang diputuskan dalam kelompok tersebut harus diketahui
oleh masing-masing anggota, sehingga tidak ada yang dirugikan satu sama lain.
Pembelajaran kooperatif termasuk metode NHT ini sasuai digunakan untuk
mengajar kelas VII E yang siswanya cukup banyak dan memiliki kecerdasan yang
heterogen. Adanya pengelompokan ini, selain siswa mendapat penjelasan dari
guru, juga mendapat penjelasan dari teman sekelompok yang lebih memahami,
sehingga kendala siswa yang cukup banyak dapat diatasi dengan metode
kelompok seperti NHT.
Mengingat usia anak SMP yang masih senang bermain maka suasana
pembelajaran dibuat semenarik mungkin yaitu dengan penambahan media
pembelajaran puzzle. Selain suasana pembelajaran menarik, perhatian siswa
terpusat dan partisipasi siswa lebih teraktualisasi dalam kelompoknya.
Melihat masih rendahnya partisipasi siswa VII E SMP Negeri 10
Surakarta memerlukan perbaikan yang dapat dilakukan dengan diterapkannya
xliv
metode NHT disertai media puzzle dalam pembelajaran. Metode tersebut
dilaksanakan melalui dua siklus sehingga target tiap indikatornya dapat tercapai.
Metode NHT disertai media puzzle yang diterapkan di kelas VII E guna
meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi dilakukan melalui
beberapa siklus. Langkah yang dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan
partisipasi siswa dalam setiap siklus yaitu diadakan evaluasi yang dilakukan
melalui pengisian lembar observasi partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi
yang diisi oleh observer, didukung dengan pengisian angket sintak pembelajaran
yang diisi oleh guru dan siswa dan wawancara dengan guru dan siswa.
C. Temuan Penelitian yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
1. Siklus I
a. Perencanaan
Metode NHT disertai media puzzle diterapkan pada Siklus I dilakukan 1
kali pertemuan dengan alokasi waktu (2 × 40 menit). Proses pembelajaran yang
menjadi fokus dalam penelitian ini adalah partisipasi siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Partisipasi siswa yang dimaksud adalah keikutsertaan
dalam bentuk fisik seperti mencatat hasil diskusi, memasang media puzzle.
Keikutsertaan berpikir seperti berpendapat menyelesaikan soal diskusi, mengajari
teman satu kelompok tentang hasil diskusi kepada siswa yang belum paham.
Keikutsertaan secara mental seperti menerima pendapat siswa lain yang dianggap
lebih baik, memberi dorongan siswa untuk mengemukakan pendapat dimuka
umum, tidak mengejek teman lain yang menjawab salah, beriani mengemukakan
pendapat dimuka umum.
Pada tahap perencanaan ini dipersiapkan beberapa instruman yang akan
digunakan dalam penelitian nanti seperti membuat silabus, Rencana Pelaksanaan
xlv
Pembelajaran (RPP) siklus I, media puzzle yang berisi soal diskusi kelompok
(pada siklus I ini puzzle yang digunakan adalah puzzle pencemaran udara, puzzle
pemanasan global, puzzle hujan asam, puzzle pengeroposan lapisan ozon dan
puzzle pencemaran suara), instrumen penelitian meliputi lembar observasi
partisipasi siswa, angket sintak pembelajaran oleh guru dan siswa serta item-item
pertanyaan untuk wawancara guru dan siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus 1 ini merupakan penerapan metode Numbered
Heads Together (NHT) yang dipadukan dengan media puzzle. Pada siklus 1 ini
materi yang disampaikan adalah pencemaran udara dan pencemaran suara. Pada
siklus ini terdapat 1 kali pertemuan atau 2 jam pelajaran yang terdiri dari 40 menit
dalam 1 jam pelajaran.
Pada pertemuan awal ini guru membagi siswa dalam 8 kelompok yang
majemuk, dalam 1 kelompok terdiri dari 5 siswa. kemudian setiap siswa dalam
kelompok diberikan nomor. Satu siswa akan mempunyai nomor yang sama
dengan siswa kelompok yang lain. Selanjutnya guru memberikan materi
pendahuluan pencemaran secara singkat agar siswa dapat memahami materi
pencemaran secara global.
Langkah selanjutnya membagikan puzzle yang berisi soal diskusi kepada
setiap kelompok. Puzzle yang dibagikan dalam keadaan tidak tersusun secara
benar dengan tujuan agar siswa dapat menyusun media tersebut menjadi gambar
yang benar sehingga kreativitas dan imajinasinya dapat terasah dan juga
menumbuhkan suasana yang menyenagkan dalam pembelajaran. Satu kelompok
mendapatkan lima gambar puzzle sehingga setiap anak mendapat tugas menyusun
puzzle secara benar. Setiap siswa harus mendiskusikan soal yang ada dalam media
puzzle tersebut setelah gambar tersusun dengan benar. Setiap siswa wajib
mengetahui hasil diskusi pada kelompok masing-masing agar sewaktu-waktu
ditunjuk untuk menjawab mereka siap.
Selama kegiatan diskusi guru berkeliling kelas untuk memantau keadaan
tiap-tiap kelompok, selain itu juga membimbing siswa dalam berdiskusi,
membantu siswa jika menemui kesulitan-kesulitan selama diskusi berlangsung.
xlvi
b. Observasi
Observasi terhadap partisipasi siswa dilakukan selama proses
pembelajaran. Observasi dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang telah disusun pada tahap perencanaan tindakan I yaitu: lembar observasi
partisipasi siswa, angket sintak pembelajaran dengan metode NHT disertai media
puzzle yang akan diisi oleh guru dan siswa.
Pengamatan yang telah dilakukan sudah mulai terlihat partisipasi siswa
yang membaik dan merata. Siswa pada siklus pertama ini masih merasa canggung
dengan taman kelompoknya. Meskipun demikian, siswa terlihat antusias terhadap
proses pembelajaran yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal tersebut
dapat dilihat dalam hasil observasi partisipasi siswa pada siklus I berikut ini:
Tabel 3. Hasil Penilaian Lembar Observasi Partisipasi Siswa dalam
Pembelajaran Siklus I
No Indikator Jawaban Ya (%)
1 Siswa yang memperhatikan pelajaran 82,5 2 Keberanian mengemukakan permasalahannya. 72,5 3 Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajar. 72,5 4 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran. 77,5 5 Kemandirian belajar siswa. 80.7
Rata-rata 76,8
Berdasarkan data hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus I
menunjukkan bahwa dari 40 siswa yang memparhatikan pelajaran berkisar 82,5%
yaitu sebanyak 33 siswa, siswa yang berani mengemukakan permasalahanya
berkisar 72,5% yaitu sebanyak 29 siswa, siswa yang berpartisipasi dalam
persiapan, proses dan kelanjutan belajar berkisar 72,5% yaitu sebanyak 29 siswa,
usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran berkisar 77,5% yaitu sebanyak 31
xlvii
siswa, kemandirian belajar siswa berkisar 80% yaitu sebanyak 32 siswa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat gambar 5 dari hasil observasi siswa di bawah ini:
6668
70
7274
76
78
80
82
84
Pro
se
nta
se
1
Indikator
Hasil Observasi Partisipasi Siswa Siklus I
Sisw a yang memperhatikanpelajaran
Keberanian mengemukakanpermasalahannya
Berpartisipasi (ikut serta)dalam kegiatan persiapan,proses dan kelanjutan belajar
Usaha dan kreativitas sisw adalam pembelajaran
Kemandirian belajar sisw a
Gambar 5. Diagram Hasil Penilaian Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Siklus I
Hasil observasi pada siklus I ini dapat dilihat bahwa sudah mengalami
peningkatan partisipasi siswa. Data tersebut menunjukkan bahwa setiap indikator
partisipasi siswa mengalami peningkatan bahkan target yang ditentukan sudah
dapat tercapai walaupun masih terdapat beberapa indikator yang belum tercapai,
seperti pada indikator keberanian mengemukakan pendapat, berpartisipasi dalam
kegiatan persiapan, berpartisipasi dalam proses dan kelanjutan belajar, usaha dan
kreativitas siswa dalam pembelajaran. Perhatian siswa pada pembelajaran
mengalami peningkatan hal tersebut dapat terlihat saat siswa lebih
memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru, kemudian siswa lebih serius
dalam berusaha memasang media puzzle sehingga benar dan mendengarkan
jawaban teman lain saat diminta menjawab di muka umum. Usaha dan kreativitas
siswa dalam belajar meningkat hal tersebut terlihat dari semua kelompok
menyelesaikan soal diskusi tepat pada waktunya. Siswa terlihat membuka materi
yang sudah untuk mencari jawaban yang tepat dan menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti terhadap gurunya. Kemandirian siswa dalam belajar juga meningkat
keadaan tersebut dapat terlihat dari kesungguhan setiap siswa untuk mencatat dan
xlviii
meringkas jawaban pertanyaan dari soal diskusi untuk persiapan diri mereka
apabila suatu saat ditunjuk gurunya untuk menjawab.
Siswa dalam berdiskusi masih merasa malu untuk menggemukakan
pendapatnya, keadaan tersebut terlihat dari beberapa kelompok yang masih
terdapat beberapa siswa yang hanya diam saja dan cuma mendengarkan pendapat
dari teman dan mencatat hasil diskusi saja. Terlihat pula beberapa siswa yang
masih gugup dalam mengemukakan pendapatnya dimuka umum. Saat ditanya lagi
hal yang masih berkaitan dengan materi sebagian siswa tidak bisa menjawab.
Pada siklus pertama ini siswa masih merasa bingung dengan model pembelajaran
yang baru diterapkan tersebut. Sebagian siswa dari beberapa kelompok masih
terlihat tidak mengacungkan jarinya saat ditunjuk nomor siswa.
Kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode NHT disertai media
puzzle ini pada sklus I ini dalam awal pelaksanaanya bagi pihak guru memang
baru tetapi kalau untuk metode belajar dengan cara diskusi saja sudah sering
dilaksanakan, sehingga guru tidak begitu bingung untuk menerapkan metode NHT
disertai media puzzle ini. Bagi pihak siswa metode NHT disertai media puzzle ini
memang asing bagi siswa. Silus I siswa masih ada yang tidak mengikuti tahap-
tahap pembelajaran NHT disertai media puzzle dengan tepat. Keadaan tersebut
dapat dilihat pada hasil observasi terhadap keterlaksanaan tahapan pembelajaran
pada siklus I yang didasarkan pada rubrik penilaian keterlaksanaan sintaks
pembelajaran metode NHT disertai media puzzle. Hasil observasi keterlaksanaan
tahapan pembelajaran siklus I dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5 sebagai
berikut:
Tabel 4. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I (Guru)
No. Kegiatan
Keterlaksanaan dalam
Pembelajaran
1. Guru menerangkan metode NHT disertai media puzzle secara benar
Kurang
2. Guru membagi kelompok siswa diskusi, menggatur posisi tempat duduk dan mengendalikan suasana agar tidak
Kurang
xlix
gaduh. 3. Guru memberikan apersepsi dan motivasi di awal
pembelajaran Baik
4. Guru menerangkan materi secara global Baik 5. Guru memberikan media puzzle kepada kelompok diskusi
dan mengarahkan untuk menyusunya menjadi gambar yang benar
Baik
6. Guru membimbing siswa dalam proses diskusi kelompok. Baik
7. Guru mengarahkan siswa untuk saling bertukar pikiran. Baik
8. Guru menunjuk nomor siswa dengan mempertimbangkan keberanian, kemampuan dan kesiapan siswa.
Baik
9. Guru tidak menunjuk siswa yang sama untuk menjawab pertanyaan yang berikutnya.
Baik
10. Guru membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab. Kurang
11. Guru memberikan kesempatan siswa lain bertanya dan mengajukan pendapatnya.
Baik
12. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan jawaban yang tepat tantang soal diskusi yang sedang dibahas.
Kurang
Tabel 5. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I (Siswa)
No Kegiatan Keterlaksanaan
dalam Pembelajaran
1. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.
Baik
2. Siswa mengikuti langkah-langkah metode NHT dengan benar
Kurang
3. Siawa ikut serta menyusun media puzzle Baik 4 Siswa ikut serta menggeluarkan pendapatnya dalam
kegiatan pembahasan setiap item soal diskusi Kurang
5. Siawa mencatat dan merangkum hasil diskusi Baik
6. Siswa mengaitkan materi yang sekarang dengan materi yang sebelumnya
Baik
7. Siswa bertanya baik pada guru dan temanya yang tidak dimengerti yang berkaitan dengan soal diskusi.
Kurang
8. Siswa menjawab dan menjelaskan sesuatu yang tidak dimengerti oleh siswa lain dalam diskusi tersebut.
Baik
9. Siswa tidak memaksakan pendapatnya kepada temanya Baik
l
10 Siswa berani menggemukakan pendapatnya dimuka umum saat ditunjuk guru untuk menjawab soal diskusi
Kurang
11 Siswa memberi dorongan mental kepada temanya saat mengemukakan pendapatnya di muka umum
Kurang
c. Refleksi
Indikator pertama yaitu perhatian siswa, saat proses pembelajaran
berlangsung siswa terlihat lebih memperhatikan pelajaran yang berlangsung.
Siswa lebih memperhatikan penjelasan dari guru dan waktu proses tanya jawab
antara guru dan siswa. Perhatian siswa terpusat pada kegiatan penyusunan media
puzzle dan mendiskusikan jawaban yang tepat pada soal diskusi yang diberikan
pada siswa. Indikator kedua yaitu keberanian mengemukakan pendapat, pada
indikator keberanian mengemukakan pendapat ini mengalami sedikit peningkatan.
Siswa sebagian sudah berani menggeluarkan pendapatnya dalam diskusi
kelompok maupuan keberanian mengemukakan jawaban soal diskusi dimuka
umum saat ditunjuk gurunya, tetapi masih terdapat beberapa siswa yang hanya
diam dan mencatat hasil diskusi saja. Keadaan tersebut dikarena pemilihan
anggota kelompok dilakukan oleh guru sehingga masih ada beberapa siswa yang
merasa tidak cocok dengan teman satu kelompoknya.
Indikator ketiga yaitu berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar ini masih belum mengalami peningkatan,
masih terdapat beberapa siswa yang salah persepsi dengan langkah-langkah
metode NHT yang baru di terapkan pada pembelajaran yang sedang berlangsung.
Terdapat beberapa siswa yang tidak menunjukkan jari saat ditunjuk nomornya,
siswa ada yang berdiri aja, ada yang cuma menghadap kedepan dan duduk saja.
Siswa masih diam saat menyimpulkan jawaban yang tepat bersama guru yang
ditulis di papan tulis. Indikator keempat adalah usaha dan kreativitas siswa dalam
pembelajaran ini mangalami peningkatan dan telah mencapai target. Siswa terlihat
membuka materi yang sudah untuk mencari jawaban yang tepat dan menanyakan
hal-hal yang tidak dimengerti terhadap gurunya. Walaupun tidak berpendapat
li
siswa yang pasif dalam berdiskusi ini kebanyakan mencacat hasil diskusi
temanya.
Indikator terakhir yaitu kemandirian siswa. Kamandirian siswa pada
siklus I ini mengalami peningkatan yang tajam. Siswa berusaha untuk
menyelesaikan pemasangan puzzle dan soal diskusi tepat pada waktunya. Siswa
terpupuk kemandirianya karena dalam metode ini menuntuk siswa untuk
menguasai materi diskusi untuk persiapan masing-masing siswa sewaktu-waktu
ditunjuk gurunya.
Hasil observasi menunjukakan bahwa hanya indikator keberanian
menggemukakan permasalahanya dan berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Siswa merasa kurang nyaman dengan
teman satu kelompok yang disusun oleh gurunya. Ketidaknyamanan itu
menyebabkan siswa malu dan enggan mengeluarkan pendapatnya. Siswa juga
mengaku bahwa masih baru dengan metode pembelajaran NHT disertai media
puzzle yang baru diterapkan, sehingga terdapat beberapa siswa yang salah
menafsirkan langkah NHT disertai media puzzle tersebut.
Pembelajaran dengan menggunakan metode NHT disertai media puzzle
ini secara tidak langsung memang menuntut keberanian, tanggung jawab dan
kamandirian siswa dalam belajar. Memang sangat dini ketiga komponen tersebut
dikembangkan, untuk itu diperlukanya penciptaan suasana pembelajaran yang
gembira dan menyenangkan dengan penambahan media puzzle sehingga anak
dalam menjalankan proses pembelajaran tidak merasa tertekan dan bosan dengan
suasana pembelajaran yang sedang berlangsung. Pembelajaran ini memang
melibatkan aspek perhatian dan aspek partisipasi siswa yang meliputi
keikutsertaan siswa menulis, memasang media puzzle, mengutarakan
pendapatnya, keberanian menggemukakan pendapat dimuka umum, memahami
karakteristik teman dan pengendalian diri untuk tidak memaksakan kehendaknya.
Hasil penelitian (siklus I) menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam
pembelajaran Biologi sudah mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
lii
keadaan prasiklus. Peningkatan partisipasi siswa tersebut dikarenakan adanya
penerapan metode NHT disertai media puzzle. Penerapan metode NHT disertai
media puzzle pada pembelajaran siklus I dilakukan dengan baik oleh guru dan
siswa yang terlihat sejak awal proses pembelajaran siswa lebih memperhatikan
dan berpartisipasi, walaupun masih terdapat beberapa indikator yang belum
tercapai. Untuk target rata-rata partisipasi pada siklus I ini memeng sudah
tercapai.
Hasil observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada siklus I
menunjukkan bahwa secara keseluruhan tahapan pembelajaran sudah terlaksana
dengan baik, guru dalam menerapkan dan menerangkan metode NHT disertai
media puzzle sangat lancar. Pada proses awal pembelajaran guru membari
motivasi dan apersepsi, menyajikan pelajaran secara garis besar, kegiatan inti
yaitu penerapan metode NHT disertai media puzzle hingga kegiatan menutup
pelajaran. Meskipun demikian, pada beberapa tahap masih ada yang belum
terlaksana dengan baik, misalnya pada tahap dimana guru harus membimbing
siswa dalam kegiatan tanya jawab dan membimbing siswa untuk menyimpulkan
jawaban yang tepat tantang soal diskusi yang sedang dibahas. Pada kegiatan
tersebut siswa hanya menjawab soal yang ada dalam soal diskusi tersebut saja,
saat siswa diberi pertanyaan lagi yang masih bersangkutan dengan materi diskusi
siswa hanya diam saja. Beberapa suara siswa dalam menyampaikan jawaban di
muka umum tidak terlalu keras sehingga tidak didengarkan siswa lain yang duduk
agak jauh dari siswa yang menjawab dan guru pun tidak menegur dan
memperjelas jawaban siswa. Pada saat guru menyimpulkan jawaban yang tepat
bersama siswa. Guru tidak membimbing dan mengarahkan siswa untuk bersama-
sama menyimpulkanya. Terlihat siswa lebih sibuk mempersiapkan diri untuk
mempelajari hasil rangkuman jawabanya dan guru pun membiarkanya. Siswa
tidak dibimbing untuk memperhatikan kesimpulan jawaban yang tepat tentang
soal diskusi yang sedang dibahas.
Kegiatan siswa sesuai dengan tahapan pembelajaran belum terlaksana
dengan baik, dalam beberapa tahapan siswa belum melaksanakannya dengan baik,
liii
seperti siswa saat mengikuti langkah-langkah metode NHT disertai media puzzle
berbeda dengan apa yang diterangkan guru. Siswa salah menafsirkan langkah-
langkah metode NHT yang diterapkan, pada tahap mengajungkan jari masih
terdapat beberapa siswa yang cuma berdiri saja dan menengok saja, pada saat
menyimpulkan jawaban yang tepat pada soal diskusi siswa masih ada yang pasif
dan sibuk mempersiapkan jawaban soal diskusi selanjutnya. Saat pembahasan
setiap item soal diskusi masih terdapat beberapa siswa yang pasif berpendapat
karena rasa tidak cocokan dari teman satu kelompok. Siswa hanya berani bertanya
dengan guru saja saat menemui masalah yang berkaitan dengan soal diskusi.
Keberanian siswa menggemukakan pendapatnya dimuka umum saat ditunjuk guru
untuk menjawab soal diskusi masih kurang hal tersebut terlihat beberapa siswa
yang masih gugup dalam menjawab soal diskusi dimuka umum dan saat ditanya
kembali yang masih berkaitan dengan materi kebanyakan siswa tidak bisa. Siswa
masih pasif dalam memberi dorongan mental kepada temanya saat
mengemukakan pendapatnya di muka umum karena tidak cocok pada teman satu
kelompoknya.
Berpijak dari hasil analisis tindakan dari siklus I, dapat ditemukan
beberapa permasalahan akibat adanya penerapan pembelajaran dengan metode
NHT disertai media puzzle yang memerlukan adanya penyelesaian dan perbaikan
pada siklus II sebagai berikut:
a. Pembelajaran dengan metode NHT disertai media puzzle pada siklus I berjalan
kurang begitu lancar, karena masih membutuhkan pengelolaan dan pengaturan
siswa. Karena siswa baru mengenal metode pembelajaran yang digunakan,
maka masih terdapat beberapa siswa yang salah menafsirkan langkah-langkah
metode NHT disertai media puzzle yang baru diterapkan tersebut. Langkah
yang dilakukan guru adalah dengan memberikan pengarahan mengenai
langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metode NHT disertai
media puzzle dengan jelas pada awal pembelajaran dan pengaturan waktu juga
harus diperhatikan, sehingga siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan baik dan kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
liv
b. Masih terdapat beberapa siswa yang keberaniannya kurang dalam
mengemukakan pendapat baik dalam diskusi kelompok dan dimuka umum,
karena penyusunan anggota kelompok diskusi yang semula disusun oleh guru.
Penyusunan kelompok yang hanya dilakukan oleh guru sendiri tersebut
menyebabkan adanya perasaan malu dan keberanian siswa berkurang dalam
menggemukakan pendapat baik dalam diskusi kelompok dan dimuka umum.
Langkah yang dilakukan guru adalah dengan menyerahkan pembagian
kelompok diskusi kepada siswa dengan sedikit bantuan guru yaitu guru
menunjuk beberapa siswa yang sekiranya padai untuk dimasukkan dalam
setiap kelompok diskusi dengan maksud keheterogenan kelompok tetap
terjaga.
Hasil analisis pada setiap indikator dari variabel yang diukur seperti
lembar observasi partisipasi siswa dan angket sintak pembelajaran siswa,
menunjukkan bahwa tidak semua indikator dari partisipasi siswa pada siklus I
mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan. Langkah yang perlu
dilakukan untuk mencapai persentase capaian target yang telah ditentukan adalah
dengan melakukan pembelajaran yang sama yaitu penerapan metode NHT
disertai media puzzle pada siklus berikutnya dengan memperhatikan permasalahan
yang terdapat pada pelaksanaan siklus I.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari tindakan I, menunjukkan
bahwa partisipasi siswa ini mengalami peningkatan dibandingkan keadaan pada
prasiklus meskipun terdapat beberapa indikator yang belum mencapai target.
Berdasarkan refleksi siklus 1, maka diperlukan pembenahan pada tahap
pelaksanaan tindakan NHT, maka perencanaan untuk siklus II adalah sebagai
berikut:
lv
1) Membuat anggota kelompok diskusi siswa sesuai keinginan siswa sendiri
dengan sedikit campur tangan guru yaitu memasukkan salah satu siswa yang
pintar kedalam setiap kelompok.
2) Guru dalam menunjuk untuk menjawab pertanyaan memilih-milih anak yang
sering melamun dan tidak berani mengemukakan pendapat dimuka umum.
3) Kemudian soal diskusi dibuat agar siswa mudah memahaminya.
4) Pada saat diskusi guru berkeliling dan mengarahkan untuk bertukar pikiran dan
memberi dorongan metal kepada siswa lainya.
5) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) siklus 2 dengan materi
pokok pencemaran air dan pencemaran tanah.
6) Membuat media puzzle dan soal diskusi yang lebih mudah dipahami.
7) Penyusunan lembar observasi partisipasi siswa.
8) Penyusunan angket sintak pembelajaran siswa.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan siklus II ini masih menerapankan metode Numbered
Heads Together (NHT) yang dipadukan dengan media puzzle dalam pembelajaran.
Pada siklus II ini materi yang disampaikan adalah pencemaran air dan pencemaran
tanah. Pada siklus ini terdapat 1 kali pertemuan atau 2 jam pelajaran yang terdiri
dari 40 menit dalam 1 jam pelajaran.
Guru memberikan penjelasan mengenai langkah-langkah pembelajaran
yang harus dilaksanakan siswa pada pertemuan tersebut dan memberikan
penjelasan yang berkaitan dengan langkah-langkah metode NHT disertai media
puzzle yang sering salah dilakukan siswa pada siklus I, sehingga siswa benar-
benar memahami langkah-langkah metode NHT disertai media puzzle sehingga
tidak menimbulkan salah penafsiran lagi.
Guru mengarahkan siswa untuk berkumpul membentuk kelompok diskusi
siswa sesuai dengan anggota kelompok yang siswa pilih sediri dengan tujuan agar
siswa merasa lebih leluasa dalam mengeluarkan pendapat baik dimuka umum
lvi
maupun didalam kelompoknya sendiri, selain itu siswa akan mudah mendapat
dorongan mental dari teman satu kelompok yang sudah akrab dengan mereka.
Guru menyampaikan materi secara global dan sedikit mengulas sedikit
materi yang kemarin yang sudah disampaikan. Kemudian membagikan media
puzzle pencemaran air, puzzle penyemprotan insektisida dan puzzle pencemaran
tanah. Setelah media puzzle terpasang dan siswa mulai diskusi, guru berkeliling
untuk mengarahkan siswa agar dalam berdiskusi untuk saling bertukar pikiran dan
memberi dorongan metal saat siswa nanti menjawab pertanyaan dimuka umum.
Sebelum tahap penunjukan dilaksanakan siswa diberi pengarahan tentang
tata cara mereka dalam menjawab dan mengarahkan agar pada saat mulai
menyimpulkan jawaban yang tepat semua siswa berpartisipasi aktif dalam tahap
tersebut, setelah itu guru baru mulai tahap tanya jawab dengan siswa dan
menyimpulkan bersama tentang jawaban yang tepat untuk soal diskusi yang
sedang dibahas. Didalam proses tanya jawab guru dalam menunjuk siswa dengan
memperhatikan kondisi siswa mana yang sekiranya kurang berani dalam
menyampaikan pendapatnya dimuka umum, sering melamun dan anak-anak yang
sering ramai tidak memperhatikan pelajaran.
c. Observasi
Pada siklus II observasi yang dilakukan masih sama seperti pada siklus I
yaitu observasi terhadap partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi. Instrumen
yang digunakan sama dengan instrumen yang digunakan pada siklus I yaitu
lembar observasi partisipasi siswa, angket keterlaksanaan sintaks pembelajaran.
Pada tindakan II sudah terlihat adanya partisipasi siswa dalam aspek
memperhatikan dan berpartisipasi dalam pembelajaran biologi seperti keberanian
mengemukakan permasalahannya, berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar, usaha dan kreativitas siswa dalam
pembelajaran, kemandirian belajar siswa. Pada siklus II, indikator yang belum
tercapai dari siklus I sudah mengalami peningkatan yaitu keberanian
mengemukakan pendapat dan berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajar. Ada beberapa indikator yang semula sudah
mencapai target juga mengalami peningkatan yang tajam. Hasil penelitian proses
lvii
pembelajaran dengan menggunakan metode NHT disertai media puzzle pada
siklus II dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Penilaian Lembar Observasi Partisipasi Siswa dalam
Pembelajaran Siklus II
No Indikator Jawaban Ya (%)
1 Siswa yang memperhatikan pelajaran 87,5 2 Keberanian mengemukakan permasalahannya. 85 3 Berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan,
proses dan kelanjutan belajar. 82,5
4 Usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran. 77,5 5 Kemandirian belajar siswa. 82,5
Rata-rata 83
Berdasarkan data hasil observasi yang telah dilakukan pada siklus II
menunjukkan bahwa dari 40 siswa yang memparhatikan pelajaran berkisar 87,5%
yaitu sebanyak 35 siswa, siswa yang berani mengemukakan permasalahanya
berkisar 85% yaitu sebanyak 34 siswa, siswa yang berpartisipasi dalam persiapan,
proses dan kelanjutan belajar berkisar 82,5% yaitu sebanyak 33 siswa, usaha dan
kreativitas siswa dalam pembelajaran berkisar 77,5% yaitu sebanyak 31 siswa,
kemandirian belajar siswa berkisar 80% yaitu sebanyak 32 siswa. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat gambar 6 dari hasil observasi siswa di bawah ini:
727476
78808284
8688
Pro
se
nta
se
1
Indikator
Hasil Observasi Partisipasi Siswa Siklus II
Sisw a yang memperhatikanpelajaran
Keberanian mengemukakanpermasalahannya
Berpartisipasi (ikut serta)dalam kegiatan persiapan,proses dan kelanjutanbelajar.Usaha dan kreativitassisw a dalam pembelajaran
Kemandirian belajar sisw a
Gambar 6. Diagram Hasil Penilaian Observasi Partisipasi Siswa dalam
Pembelajaran Siklus II
lviii
Observasi yang dilakukan terhadap partisipasi siswa dalam pembelajaran
Biologi pada siklus II diperoleh hasil bahwa secara keseluruhan indikator
partisipasi siswa sudah mengalami peningkatan. Data diatas menunjukkan bahwa
kelima indikator partisipasi sudah mencapai target. Indikator pertama yaitu
memperhatikan, mengalami peningkatan dari siklus I, siswa lebih terfokus
perhatianya dalam memperhatikan penjelasan guru dan proses tanya jawab antara
guru dan siswa secara sungguh-sungguh. Siswa keaktifanya tersalurkan untuk
menyusun media puzzle dan konsentrasi mereka terpusat dalam memecahkan soal
diskusi kelompok. Siswa juga tidak malu-malu lagi untuk bertanya tentang apa
yang siswa tidak pahami baik kepada guru maupun teman satu kelompoknya.
Indikator keberanian dalam mengemukakan permasalahan ini juga
mengalami peningkatan, yang semula pada siklus I indikator ini belum mencapai
target tetapi pada siklus II ini mengalami peningkatan yang tajam. Siswa dalam
berdiskusi sudah tidak malu lagi dalam menggemukakan pendapatnya baik
didalam kelompok dan dimuka umum saat ditunjuk guru untuk menjawab
pertanyaan dari soal diskusi yang sedang dibahas. Siswa juga telah menguasai
materi diskusi, siswa terlihat mampu menjawab pertanyaan guru saat diberikan
pertanyaan kembali secara spontan yang masih berkaitan dengan materi diskusi
yang sedang dibahas.
Indikator berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan, proses dan
kelanjutan belajar juga mengalami peningkatan, yang semula pada siklus I
indikator ini belum mencapai target tetapi pada siklus II mengalami peningkatan
yang tajam. Siswa dalam mengikuti langkah-langkah metode NHT disertai media
puzzle sudah sepenuhnya benar. Siswa dalam menjawab pertanyaan sebelumnya
mengacungkan jari terlebih dahulu kemudian pada saat tahap menyimpulkan
jawaban yang benar pada soal diskusi perhatian siswa tertuju kedepan dan siswa
tidak malu lagi dalam menjawab di muka umum. Pada proses tanya jawab yang
berulang-ulang ini, siswa terlihat sangat tertib dalam mengikuti tahap-tahapnya
dan suasana diskusi menjadi lebih hidup.
Indikator usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran mangalami
peningkatan dan telah mencapai target. Siswa terlihat membuka materi yang
lix
sudah untuk mencari jawaban yang tepat dan menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti terhadap teman satu kelompok dan gurunya. Indikator kamandirian
siswa mengalami peningkatan yang tajam. Siswa berusaha untuk menyelesaikan
pemasangan puzzle dan soal diskusi tepat pada waktunya. Siswa terpupuk
kemandirianya karena dalam metode ini menuntuk siswa untuk menguasai materi
diskusi untuk persiapan masing-masing siswa sewaktu-waktu ditunjuk gurunya.
Hasil observasi partisipasi pada siklus II memang mangalami
peningkatan pada setiap indikatornya. Indikator yang semula belum tercapai pada
siklus I, sekarang pada siklus II sudah mencapai target. Peningkatan tersebut
dikarenakan semua siswa telah menjalankan langkah-langkah metode NHT
disertai media puzzle dengan baik dan benar. Dari segi gurunya pun juga
mengalami perubahan tindakan yaitu secara sadar guru mengarahkan siswa dan
mengelola kelas dengan baik sehingga terlihat partisipasi siswa sudah menyeluruh
dan suasana belajarpun menjadi hidup dan menyenangkan.
Hasil penilaian terhadap keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel 7. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II (Guru)
No. Kegiatan
Keterlaksanaan dalam
Pembelajaran
1. Guru menerangkan metode NHT disertai media puzzle secara benar
Baik
2. Guru membagi kelompok siswa diskusi, menggatur posisi tempat duduk dan mengendalikan suasana agar tidak gaduh.
Baik
3. Guru memberikan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran
Baik
lx
4. Guru menerangkan materi secara global Baik 5. Guru memberikan media puzzle kepada kelompok diskusi
dan mengarahkan untuk menyusunya menjadi gambar yang benar
Baik
6. Guru membimbing siswa dalam proses diskusi kelompok. Baik
7. Guru mengarahkan siswa untuk saling bertukar pikiran. Baik
8. Guru menunjuk nomor siswa dengan mempertimbangkan keberanian, kemampuan dan kesiapan siswa.
Baik
9. Guru tidak menunjuk siswa yang sama untuk menjawab pertanyaan yang berikutnya.
Baik
10. Guru membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab Baik
11. Guru memberikan kesempatan siswa lain bertanya dan mengajukan pendapatnya
Baik
12. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan jawaban yang tepat tantang soal diskusi yang sedang dibahas
Baik
Tabel 8. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus II (Siswa)
No Kegiatan Keterlaksanaan
dalam Pembelajaran
1. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.
Baik
2.
Siswa mengikuti langkah-langkah metode NHT dengan benar
Baik
No
Kegiatan
Keterlaksanaan dalam
Pembelajaran 3. Siawa ikut serta menyusun media puzzle Baik 4. Siswa ikut serta menggeluarkan pendapatnya dalam
kegiatan pembahasan setiap item soal diskusi Baik
5. Siawa mencatat dan merangkum hasil diskusi Baik
6. Siswa mengaitkan materi yang sekarang dengan materi yang sebelumnya
Baik
7. Siswa bertanya baik pada guru dan temanya yang tidak dimengerti yang berkaitan dengan soal diskusi.
Baik
8. Siswa menjawab dan menjelaskan sesuatu yang tidak dimengerti oleh siswa lain dalam diskusi tersebut.
Baik
lxi
9. Siswa tidak memaksakan pendapatnya kepada temanya Baik
10. Siswa berani menggemukakan pendapatnya dimuka umum saat ditunjuk guru untuk menjawab soal diskusi
Baik
11. Siswa memberi dorongan mental kepada temanya saat mengemukakan pendapatnya di muka umum
Baik
c. Refleksi
Observasi partisipasi siswa pada siklus II menunjukkan hasil bahwa
semua indikator partisipasi siswa sudah mencapai target yang telah ditentukan.
Berdasarkan hail observasi pada siklus II diketahui bahwa semua indikator
partisipasi siswa sudah mencapai target yang ditentukan. Dan mengalami
peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I. Pada indikator pertama yaitu
memperhatikan, mengalami peningkatan dari siklus I, siswa lebih terfokus
perhatianya dalam memperhatikan penjelasan guru dan proses tanya jawab antara
guru dan siswa secara sungguh-sungguh. Partisipasi secara fisik siswa tersalurkan
untuk menyusun media puzzle dan konsentrasi mereka terpusat dalam
memecahkan soal diskusi kelompok. Siswa juga tidak malu-malu lagi untuk
bertanya tentang apa yang siswa tidak pahami baik kepada guru maupun teman
satu kelompoknya. Dengan metode NHT disertai media puzzzle ini secara tidak
langsung telah mununtut kesadaran siswa untuk lebih mengutamakan
memperhatikan setiap penjelasan dari guru dan proses tanya jawab agar siswa
lebih bisa menjawab pertanyaan yang sewaktu-waktu ditujukan pada siswa itu
sendiri.
Indikator keberanian dalam mengemukakan permasalahan ini juga
mengalami peningkatan, yang semula pada siklus I indikator ini belum mencapai
target tetapi pada siklus II ini mengalami peningkatan yang tajam. Siswa dalam
berdiskusi sudah tidak malu lagi dalam menggemukakan pendapatnya baik
didalam kelompoknya dan dimuka umum saat ditunjuk guru untuk menjawab
pertanyaan dari soal diskusi yang sedang dibahas. Siswa sudah terlihat menguasai
materi diskusi, apabila siswa ditanya kebanyakan jawabanya sudah tepat dan
apabila diberikan pertanyaan kembali secara spontan yang masih berkaitan dengan
materi diskusi yang sedang dibahas siswa juga bisa menjawabnya. Peningkatan
lxii
tersebut dikarenakan tindakan refleksi dari siklus I dimana siswa diberi kebebasan
untuk menentukan anggota kelompoknya dan guru pun juga mulai mengarahkan
siswa untuk saling bertukar pikiran dan memberi dorongan metal pada teman satu
kelompoknya saat menjawab dimuka umum.
Indikator berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan, proses dan
kelanjutan belajar ini juga mengalami peningkatan, yang semula pada siklus I
indikator ini belum mencapai target tetapi pada siklus II ini mengalami
peningkatan yang tajam. Siswa dalam mengikuti langkah-langkah metode NHT
disertai media puzzle sudah sepenuhnya benar. Siswa dalam menjawab pertanyaan
sebelumnya mengacungkan jari terlebih dahulu kemudian pada saat tahap
menyimpulkan jawaban yang benar pada soal diskusi perhatian siswa tertuju
kedepan dan siswa tidak malu lagi dalam menjawab di muka umum. Pada proses
tanya jawab yang berulang-ulang ini, siswa terlihat sangat tertib dalam mengikuti
tahap-tahapnya dan suasana diskusi menjadi lebih hidup. Peningkatan pada
indikator ini desebabkan adanya perlakuan dari guru menjelaskan lankah-langkah
metode NHT disertai media puzzle sebelum melaksanakan proses pembelajaran.
Selain itu siswa juga sudah terbiasa dengan metode NHT disertai media puzzle
yang telah dilaksanakan pada siklus I yang lalu.
Indikator usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran ini mangalami
peningkatan dan telah mencapai target. Siswa terlihat membuka materi yang
sudah untuk mencari jawaban yang tepat dan menanyakan hal-hal yang tidak
dimengerti terhadap teman satu kelompok dan gurunya. Indikator kamandirian
siswa ini mengalami peningkatan yang tajam. Siswa berusaha untuk
menyelesaikan pemasangan puzzle dan soal diskusi tepat pada waktunya. Siswa
terpupuk kemandirianya karena dalam metode ini menuntuk siswa untuk
menguasai materi diskusi untuk persiapan masing-masing siswa sewaktu-waktu
ditunjuk gurunya. Kedua indikator tersebut telah meningkat baik pada siklus I dan
siklus II. Kedua indikator ini meningkat karena penerapan motode NHT diertai
media puzzle ini dapat memupuk kemandirian siswa dalam belajar dan dapat
menggasah kreativitas siswa.
lxiii
Pada siklus II, persentase capaian indikator secara umum sudah
mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I, masing-masing
indikator partisipasi siswa sudah mecapai target yang ditentukan. Keberhasilan
capaian indikator tersebut disebabkan pada pelaksanaan tindakan II sudah
berdasarkan refleksi tindakan dari siklus I yang dalam hal ini difokuskan pada
indikator keberanian mengemukakan pendapat dan berpartisipasi (ikut serta)
dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar. Pada siklus I maupun II
masing-masing dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan untuk setiap siklusnya
dengan tujuan agar suasaan pembelajaran tidak berubah. Persentase kehadiran
siswa sebesar 100%, dengan kata lain semua siswa hadir dalam setiap pertemuan
dan tidak ada satu pun siswa yang absen.
Mengenai keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada siklus II
menunjukkan bahwa secara keseluruhan tahapan pembelajaran NHT disertai
media puzzle sudah terlaksana dengan baik. Kegiatan pembelajaran ini dapat
dilihat dari dua pihak yaitu pihak guru dan pihak siswa yang masing-masing
melakukan kegiatan pembelajaran yang saling mendukung sehingga suasana
pembelajaran menjadi hidup.
Pada awal pembelajaran guru menerangkan langkah-langkah metode
NHT disertai media puzzle secara benar dan memberi penjelasan tentang
kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan pada siklus I agar tidak terulang lagi
disiklus II yang akan dilaksanakan. Pada saat penataan kelompok diskusi guru
mengendalikan suasana kelas dan siswa pun secara sadar menempatkan posisinya
tanpa ada kegaduhan kelas. Guru memberikan aparsepsi dan motivasi dan
menyampaikan materi secara global dan singkat. Guru memberikan media puzzle
kepada kelompok diskusi dan mengarahkan untuk menyusunya menjadi gambar
yang benar dan mengarahkan siswa agar saling bertukar pendapat, mengajari
temannya yang belum bisa dan saling memberi dorongan mental pada temannya.
Guru menunjuk nomor siswa dengan mempertimbangkan keberanian, kemampuan
dan kesiapan siswa dan tidak menunjuk anak yang sudah ditunjuk untuk
menjawab partanyaan. Kemudian kegiatan tanya jawab dilakukan dengan tertip
lxiv
dan sesuai langkah-langkahnya dengan bimbingan oleh guru. Guru memberikan
kesempatan siswa lain bertanya tentang apa yang dia tidak pahaminya dan
memberi kesempatan mengajukan pendapatnya. Guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan jawaban yang tepat tantang soal diskusi yang sedang dibahas.
Pada kegiatan pembelajaran siswa secara sadar memperhatikan
penjelasan guru dan proses tanya jawab dengan seksama. Setiap tahapan dalam
metode NHT disertai media puzzle pada siklus II ini siswa sudah mulai terbiasa
dan menjalankan setiap tahapnya secara benar dan teratur. Partisipasi siswa secara
fisik sudah terlihat pada keikutsertaan siswa dalam menyusun media puzzle dan
merangkum jawaban yang benar. Partisipasi siswa dalam berpikir pun juga sudah
terlihat dalam keberanian mereka mengemukakan pendapat didalam kelompok
dan dimuka umum. Dengan teman satu kelompok yang telah siswa pilih sendiri
tersebut dapat membuat siswa menjadi lebih leluasan berargumantasi dalam
diskusi. Sedangkan partisipasi secara emosi siswa terlihat pada saat siswa
memberi dorongan mental pada teman satu kelompoknya sehingga temannya
lebih berani berpendapat dimuka umum. Siswa juga tidak terlihat berdebat sacara
emosional dalam menyimpulkan jawaban yang tepat pada soal didkusi yang
sedang dibahas.
Wawancara yang dilaksanakan setelah tindakan I dan II mengenai
penerapan metode NHT disertai media puzzle untuk meningkatkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran Biologi, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
a) Hasil Wawancara Guru
Hasil wawancara dengan guru memberikan informasi mengenai penerapan
metode NHT disertai media puzzle yang sudah dilakukan. Guru menyatakan
bahwa pembelajaran sebelumnya sudah pernah dengan metode kelompok diskusi
tetapi belum sampai pada proses penunjukan siswa seperti pada metode NHT yang
sedang dijalankan. Guru berpendapat bahwa penerapan metode NHT disertai
media puzzle pada karakteristik siswa-siswi seperti kelas VII E di SMP N 10
lxv
SURAKARTA tersebut memang sangat tepat sekali. Guru berpendapat bahwa
setiap siswa lebih terpupuk tanggung jawabnya dalam pembelajaran dan
partisipasi siswa juga telah menyeluruh dalam kelas tersebut.
Penerapan pembelajaran dengan metode NHT disertai media puzzle juga
dapat memberikan suasana baru bagi siswa karena siswa belum pernah mendapat
pengalaman tersebut sebelumnya, sehingga dengan diterapkan metode
pembelajaran tersebut siswa mendapatkan pengalaman baru dan merasa lebih
senang. Walaupun pertama kali penerapan metode NHT disertai media puzzle
pada kelas VII E masih terdapat beberapa anak yang masih bingung, tetapi
partisipasi siswa sudah mulai nampak terlihat. Siswa secara tidak langsung
terpupuk kesadaranya dalam berpartisipasi baik secara fisik, pikiran dan
emosinya.
b) Hasil Wawancara Siswa
Wawancara dengan siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
pengaruh penerapan metode NHT disertai media puzzle terhadap peningkatan
partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi. Informasi yang diperoleh dari hasil
wawancara tersebut secara umum siswa tertuntut kesadaranya untuk berpartisipasi
dalam pembelajaran yang sedang berlangsung dan siswa juga berpendapat bahwa
model pembelajaran diskusi dengan menggunakan media puzzle sangat
menyenangkan dan menantang bagi siswa. Siswa kebanyakan berpendapat bahwa
pembelajaran dengan metode NHT disertai media puzzle itu menuntut siswa untuk
menguasai materi dan memperhatikan langkah-langkah diskusi supaya siswa
tidak malu apabila tidak bisa menjawab pertanyaan dari gurunya dimuka umum.
Siswa kebanyakan berpendapat bahwa metode pembelajaran NHT disertai media
puzzle yang telah diterapkan sangat menyenangkan. Siswa memperhatikan
penjelasan guru dan siswa lain saat proses tanya jawab yang sedang berlangsung
agar siswa siap selalu apabila sewaktu-waktu tiba giliranya untuk menjawab
pertanyaan dari gurunya. Siswa berpendapat bahwa dengan metode NHT disertai
media puzzle tersebut dapat melatih keberanian siswa dalam mengemukakan
pendapatnya baik dimuka umum maupun didalam kelompoknya. Siswa mengaku
lxvi
lebih kreatif dan bebas dalam menuangkan gagasanya untuk memecahkan soal
diskusi.
3. Deskripsi Antar Siklus
Berdasarkan analisis pada siklus I dan siklus II, dapat diketahui bahwa
pada siklus I dan II sudah terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam
pembelajaran Biologi. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada peningkatan aspek-
aspek yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut:
a. Observasi Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran
Observasi prasiklus partisipasi siswa yang dilakukan sebanyak dua kali
dapat diambil rata-rata, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa persentase
capaian setiap indikator partisipasi siswa masih rendah. Rendahnya partisipasi
siswa tersebut dapat ditunjukkan dengan prosentase indikator memperhatikan
pelajaran, keberanian mengemukakan permasalahannya, berpartisipasi (ikut serta)
dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan, usaha dan kreativitas siswa
dalam pembelajaran dan kemandirian belajar siswa ini masih rendah.
Pada siklus I partisipasi siswa mengalami peningkatan bahkan apabila
meninjau target yang ditentukan untuk mencapai partisipasi yang baik ini sudah
memenuhi targetnya dibandingkan pada kondisi prasiklus. Kelima indikator
partisipasi tersebur semua mengalami peningkatan pada siklus I ini, hanya
indikator keberanian mengemukakan permasalahannya dan berpartisipasi (ikut
serta) dalam kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan belajar yang belum
mencapai target yang ditentukan. Peningkatan dari kelima indikator tersebut
dikarenakan pada siklus I telah diterapkan metode NHT disertai media puzzle pada
pembelajaran biologi, akan tetapi masih adanya indikator keberanian
mengemukakan permasalahannya dan berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan
persiapan, proses dan kelanjutan belajar yang belum mencapai target yang
ditentukan ini yang mendorong untuk dilanjutkan kembali penerapan metode NHT
lxvii
disertai media puzzle pada siklu II dengan harapan semua indikator telah
mencapai target yang ditentukan.
Peningkatan partisipasi siswa pada siklus I dikarenakan penerapan metode
NHT disertai media puzzle yang pada dasarnya menuntut tanggung jawab setiap
individu terhadap materi pelajaran yang sedang siswa pelajarai. Dikarenakan
kondisi siswa yang heterogen dengan tingkat kecerdasan siswa yang beragam,
dengan adanya metode NHT disertai media puzzle dapat membuat siswa lebih luas
mencari informasi tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui dan lebih bebas
dalm menuangkan idenya. Metode NHT disertai media puzzle ini juga melatih
siswa untuk lebih berani menggemukakan pendapatnya dimuka umum maupun
didalam kelompoknya. Dengan hadirnya Metode NHT disertai media puzzle ini
juga dapat meningkatkan solidaritas siswa terhadap sesama temannya, siswa akan
membatu temannya yang belum memahami materi yang sedang dibahas dan
memberi dorongan mental dalam menjawab pertanyaan dimuka umum. Siswa
akan lebih merasa rilek dan lebih berkreatif dalam memecahkan soal diskusi yang
sedang dibahas dengan hadirnya media puzzle dalam pembelajaran yang sedang
berlangsung.
Pada siklus II, terjadi peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran
biologi yang lebih baik dibandingkan siklus I yang ditunjukkan dengan prosentase
yang lebih besar pada siklus II dari pada siklus I. Berdasarkan observasi
partisipasi siswa pada siklus II diperoleh dengan setiap indikator partisipasi siswa
yang meliputi indikator memperhatikan pelajaran, keberanian mengemukakan
permasalahannya, berpartisipasi (ikut serta) dalam kegiatan persiapan, proses dan
kelanjutan, usaha dan kreativitas siswa dalam pembelajaran dan kemandirian
belajar siswa sudah mencapai target. Pada siklus II yang semula indikator
keberanian mengemukakan permasalahannya, berpartisipasi (ikut serta) dalam
kegiatan persiapan, proses dan kelanjutan sudah menggalami peningkatan dan
telah mencapai target.
lxviii
Peningkatan prosentase untuk setiap indikator partisipasi siswa dalam
pembelajaran biologi tersebut disebabkan karena penerapan metode NHT disertai
media puzzle yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Pada pembelajaran
biologi yang menerapkan metode NHT disertai media puzzle ini memang
menuntut semua siswa untuk selalu siap saat ditunjuk guru untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan pada siswa, sehingga siswa akan berusaha mengguasai
materi diskusi secara sungguh-sungguh. Dampak pisitif dari penerapan metode
NHT disertai media puzzle tersebut sama dengan pendapat Muhamad Nur (2005
:78) tentang kelebihan dari metode NHT yaitu “setiap siswa menjadi siap”. Siswa
akan lebih sungguh-sungguh dalam berdiskusi dan akan mendapatkan informasi
yang lebih luas yaitu tidak hanya dari gurunya saja tetapi dari temannya juga.
Selain itu siswa juga terlatih lebih berani dalam menggemukakan pendapatnya
dimuka umum maupun didalam kelompoknya. Dampak positif tersebut juga sama
dengan pendapat Karen M Daniel (2005) tentang kelebihan metode NHT yaitu
“students gain knowledge from their peer’s ideas, students work together
cooperatively, students feel confident enough to offer an answer when called
upon”. Solidaritas siswa akan meningkat dengan adanya metode ini, siswa akan
terdorong mengajari temennya yang belum bisa dan memberi dorongan mental
pada temannya demi mencapai tujuan yang sama yaitu dapat menyelesaikan soal
diskusi kelompok. Peningkatan pencapaian belajar sosial pada pembelajaran
tersebut sama dengan pendapat Susan Bawn (2007) yaitu “Numbered Heads
Together was more effective than traditional methods in raising social studies
achievement for third grade low to middle income students”.
Pembelajaran dengan menerapkan metode NHT ini memang menuntut
siswa untuk berdiskusi secara sungguh-sungguh, untuk itu perlu adanya sebuah
permulaan agar otak terasah terlebih dahulu pikiranya sehingga anak lebih kreatif
dan rilek dalam memecahkan masalah didalam soal diskusi kelompok. Hal
tersebut sama dengan pendapat Rahmanelli (2008) bahwa ”permainan puzzle ini
dapat menciptakan kreativitas, menyenangkan dan tidak membosankan, melatih
anak berpikir logis, mengembangkan ide anak, membantu anak untuk memahami
lxix
suatu persoalan dengan mudah dan cepat”. Dengan hadirnya media puzzle tersebut
akan dapat mengasah otak anak dan membuat anak lebih rilek dalam memecahkan
soal diskusi yang sedang siswa hadapi. Selain itu dengan hadirnya permainan
puzzle ini dapat memberi motifasi berupa tumbuhnya suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan menarik perhatian siswa seumuran siswa SMP kelas VII yang
baru saja meninggalkan bangku sekolah dasar. Seperti yang dikemukakan oleh
Gagne dan Briggs (1979) bahwa “untuk menumbuhkan aktivitas dan partisipasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas meliputi sembilan aspek yaitu
diantaranya memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga siswa
berperan aktif dalam pembelajaran (...)”.
Penerapan pembelajaran dengan metode NHT disertai media puzzle ini
dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam pembalajaran. Peran serta siswa dapat
teraktualisasikan secara menyeluruh dengan hadirnya metode NHT disertai media
puzzle ini pada kelas VII E. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Muslimah (2001) tentang Penerapan Metode Numbered Heads
Together dalam Merangsang Konsep Sistem Gerak Pada Siswa Kelas VIII SMP
PGRI 12 Kebakkramat yang memberikan kesimpulan bahwa Penerapan metode
Numbered heads Together dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
berupa peningkatan capaian presentase peran serta siswa pada siklus I sebesar
55,17% dan pada siklus II sebesar 76,15%. Selain itu metode NHT disertai media
puzzle ini juga dapat meningkatkan perhatian siswa saat pembelajaran sedang
berlangsung. Hal ini didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri
Widiastuti (2004) tentang Penerapan Metode Numbered Heads Together (NHT)
untuk Meningkatkan Perhatian Belajar Biologi Siswa Kelas X-I SMA Negeri 7
Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008 menyimpulkan bahwa Penggunaan metode
NHT dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap materi Biologi siswa SMA
kelas X.
b. Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran
lxx
Hasil observasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran NHT disertai
media puzzle siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10 sebagai
berikut:
Tabel 9. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I dan siklus II (Guru)
Keterlaksanaan dalam Pembelajaran No. Kegiatan
Siklus I Siklus II 1. Guru menerangkan metode NHT disertai media
puzzle secara benar Kurang Baik
2. Guru membagi kelompok siswa diskusi, menggatur posisi tempat duduk dan mengendalikan suasana agar tidak gaduh.
Kurang Baik
3. Guru memberikan apersepsi dan motivasi di awal pembelajaran
Baik Baik
4. Guru menerangkan materi secara global Baik Baik 5. Guru memberikan media puzzle kepada kelompok
diskusi dan mengarahkan untuk menyusunya menjadi gambar yang benar
Baik Baik
6. Guru membimbing siswa dalam proses diskusi kelompok.
Baik Baik
7. Guru mengarahkan siswa untuk saling bertukar pikiran.
Baik Baik
8. Guru menunjuk nomor siswa dengan mempertimbangkan keberanian, kemampuan dan kesiapan siswa.
Baik Baik
9. Guru tidak menunjuk siswa yang sama untuk menjawab pertanyaan yang berikutnya.
Baik Baik
10. Guru membimbing siswa dalam kegiatan tanya jawab
Kurang Baik
11. Guru memberikan kesempatan siswa lain bertanya dan mengajukan pendapatnya
Baik Baik
12. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan jawaban yang tepat tantang soal diskusi yang sedang dibahas
Kurang Baik
Tabel 10. Hasil Penilaian Sintak Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Siklus I dan Siklus II (Siswa)
Keterlaksanaan dalam Pembelajaran No. Kegiatan
Siklus I Siklus II
lxxi
1. Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama.
Baik Baik
2. Siswa mengikuti langkah-langkah metode NHT dengan benar
Kurang Baik
3. Siawa ikut serta menyusun media puzzle Baik Baik 4. Siswa ikut serta menggeluarkan pendapatnya dalam
kegiatan pembahasan setiap item soal diskusi Kurang Baik
5. Siawa mencatat dan merangkum hasil diskusi
Baik Baik
Keterlaksanaan dalam Pembelajaran No. Kegiatan
Siklus I Siklus II 6. Siswa mengaitkan materi yang sekarang dengan
materi yang sebelumnya Baik Baik
7. Siswa bertanya baik pada guru dan temanya yang tidak dimengerti yang berkaitan dengan soal diskusi.
Kurang Baik
8. Siswa menjawab dan menjelaskan sesuatu yang tidak dimengerti oleh siswa lain dalam diskusi tersebut.
Baik Baik
9. Siswa tidak memaksakan pendapatnya kepada temanya
Baik Baik
10. Siswa berani menggemukakan pendapatnya dimuka umum saat ditunjuk guru untuk menjawab soal diskusi
Kurang Baik
11. Siswa memberi dorongan mental kepada temanya saat mengemukakan pendapatnya di muka umum
Kurang Baik
1) Siklus I Pada siklus I, penerapan metode NHT disertai media puzzle pada
pembelajaran biologi kurang maksimal karena masih terdapat beberapa langkah
metode NHT disertai media puzzle yang belum dilaksanakan dan salah tabsir
terhadap penjelasan langkah metode NHT disertai media puzzle pada beberapa
siswa.
Awal pembelajaran guru menerangkan metode NHT disertai media
puzzle kepada siswa. Kemudian dilanjutkan pembagian kelompok dan
memberikan sedikit apersepsi dan motivasi pada awal sebelum penyampaian
materi secara global. Kegiatan pembalajaran dilanjutkan sesuai dengan tahap
pembelajaran dengan metode NHT disertai media puzzle, hanya saja pada siklus I
ini sebagian siswa masih sedikit bingung dengan metode NHT disertai media
lxxii
puzzle dan masih terdapat beberapa siswa yang salah menafsirkan langkah metode
NHT disertai media puzzle yang khususnya pada tahap penunjukan dan proses
tanya jawab pada metode tersebut. Siswa pada tahap mengajungkan jari masih
terdapat beberapa siswa yang cuma berdiri saja dan menengok saja. Pada kegiatan
tanya jawab siswa hanya menjawab soal yang ada dalam soal diskusi tersebut saja,
saat siswa diberi pertanyaan lagi yang masih bersangkutan dengan materi diskusi
siswa hanya diam saja. Beberapa suara siswa dalam menyampaikan jawaban di
muka umum tidak terlalu keras sehingga tidak didengarkan siswa lain yang duduk
agak jauh dari siswa yang menjawab dan guru pun tidak menegur dan
memperjelas jawaban siswa. Pada saat guru menyimpulkan jawaban yang tepat
bersama siswa. Guru tidak membimbing dan mengarahkan siswa untuk bersama-
sama menyimpulkanya. Terlihat siswa lebih sibuk mempersiapkan diri untuk
mempelajari hasil rangkuman jawabanya dan guru pun membiarkanya. Siswa
tidak dibimbing untuk memperhatikan kesimpulan jawaban yang tepat tentang
soal diskusi yang sedang dibahas.
Permasalahan lain yang muncul pada siklus I ini adalah kesalahan dari
guru dalam menyusun kelompok diskusi siswa yang disusun olah gurunya sediri.
Siswa tidak diberi wewenang untuk menentukan anggota kelompoknya yang
siswa sukai. Sehingga dalam berdiskusi dan menggemukakan pendapatnya
didalam kelompok maupun dimuka umum siswa masih malu dan kurang berani.
2) Siklus II
Pada kegiatan siklus II, semua tahapan pembelajaran sudah dilaksanakan
dengan baik karena permasalahan yang terdapat pada siklus I sudah diperbaiki
oleh guru. Penyususunan anggota diskusi kelompok diserahakan pada siswa
dengan sidikit campur tangan guru yaitu menggusulkan salah satu siswa yang
dipilih guru untuk dimasukkan dalam setiap kelompok diskusi siswa yang sudah
siswa bentuk. Sehingga siswa dalam berdiskusi tidak lagi malu dan kurang berani
dalam mengeluarkan pendapatnya dan juga siswa lebih berani mengemukakan
jawaban soal diskusi dimuka umum.
lxxiii
Setiap tahapan metode NHT disertai media puzzle telah dilaksanakan
dengan baik, karena guru telah memberi pengarahan tentang kesalahan yang
dilakukan siswa tentang tahap tanya jawab pada siklus I untuk tidak di ulang pada
siklus II. Suasana diskusi dan tanya jawab lebih hidup, karena pada saat
berdiskusi guru berkeliling dan memberi arahan kepada siswa untuk saling
bertukar pendapat dan saling memberi dorongan metal saat menjawab dimuka
umum. Siswa lebih berani dalam berpandapat dimuka umum dan lebih menguasai
materi diskusi saat ditanya balik yang berkaitan dengan materi diskusi. Saat
menyimpulkan jawaban yang tepat pada soal diskusi siswa menjadi terarah dan
secara sadar menjalankan tahap tersebut dengan teratur. Hal tesebut dikarenakan
tindakakan guru delam membimbing siswa dalam proses menyimpulkan jawaban
yang tepat dalam soal diskusi. Berdasarkan proses pembelajaran pada siklus II
juga menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada siklus II lebih efektif
jika dibandingkan dengan siklus I.
Jika ditinjau dari hasil analisis terhadap setiap indikator partisipasi siswa
dalam pembelajaran yang diukur melalui lembar observasi partisipasi siswa yang
didukung dengan angket sintak pelaksanaan pembelajaran dan dengan hasil
wawancara guru dan siswa, dapat diketahui bahwa masing-masing indikator
partisipasi siswa pada siklus II sudah mencapai target yang telah ditentukan. Oleh
karena itu, tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran Biologi melalui penerapan metode NHT disertai media puzzle dapat
diakhiri sampai siklus II dan tidak perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya karena
sudah mencapai target yang ditentukan dan dapat dikatakan sudah berhasil.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah teknik
trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode. Trianggulasi sumber data
merupakan suatu teknik pengumpulan data yang menggunakan beberapa sumber
data yaitu peneliti, guru Biologi dan observer. Trianggulasi metode merupakan
cara mengumpulkan data sejenis yang menggunakan teknik/metode yang berbeda
yaitu observasi, angket dan wawancara. Teknik trianggulasi digunakan untuk
menguji kemantapan dan kebenaran informasi yang diperoleh, sehingga dengan
lxxiv
menggunakan teknik tersebut maka dapat diketahui ketercapaian masing-masing
target untuk setiap indikator partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi yaitu
dengan membandingkan persentase yang diperoleh masing-masing teknik
pengumpulan data.
Analisis data yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa terjadi
peningkatan partisipasi siswa dalam pembelajaran Biologi untuk setiap siklus
yang dapat dilihat dari data tiap teknik pengumpulan data seperti lembar
observasi. Peningkatan prosentase pada setiap indikator yang didukung dengan
angket keterlaksanaan pembelajaran oleh siswa dan guru memberikan arti bahwa
penerapan metode NHT disertai media puzzle mendapatkan tanggapan yang cukup
bagus dari siswa kelas VII E. Hasil wawancara dengan guru maupun siswa juga
menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode NHT disertai media puzzle
memberikan suasana yang menyenangkan dan memberi pengalaman belajar baru
bagi siswa sehingga siswa tertarik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang
akhirnya dapat meningkatkan partisipasi siswa secara menyeluruh dalam
pembelajaran Biologi.
lxxv
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode
pembelajaran Numbered heads together (NHT) Disertai Media Puzzle pada siklus
I dan siklus II dapat ditarik kesimpulan bahwa: Penerapan metode Numbered
heads together (NHT) Disertai Media Puzzle dapat meningkatkan partisipasi siswa
secara menyeluruh dalam pembelajaran biologi.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
referensi penelitian lebih lanjut mengenai upaya meningkatkan partisipasi siswa
dalam pembelajaran di SMP Negeri 10 Surakarta.
2. Implikasi praktis
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan guru untuk
menerapkan pembelajaran Numbered heads together (NHT) dalam proses
lxxvi
pembelajaran untuk meningkatkan partisipasi siswa terhadap pembelajaran
biologi.
C. SARAN
Dari simpulan dan implikasi maka peneliti dapat memberikan beberapa
saran, antara lain:
1. Kepada guru hendaknya dalam proses pembelajaran memperhatikan dan
mempertimbangkan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat, yaitu
model pembelajaran yang melibatkan peran serta dan keaktifan siswa. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah dengan menerapkan
metode pembelajaran Numbered heads together (NHT).
2. Kepada siswa hendaknya meningkatkan partisipasi dan aktivitasnya dalam
mengikuti pembelajaran sehingga terjadi peningkatan kualitas proses
pembelajaran.
3. Hendaknya peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sedapat
mungkin terlebih dahulu menganalisis kembali perangkat pembelajaran yang
telah dibuat oleh peneliti ini disesuaikan penerapannya, terutama hal alokasi
waktu, fasilitas pendukung termasuk media pembelajaran dan karakteristik
siswa yang ada pada sekolah tempat penelitian tersebut, sehingga hasilnya
dapat lebih baik.
4. Pembuatan gambar media puzzle diharapkan sesuai dengan soal diskusi.
5. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pada penelitian
selanjutnya dengan lebih mengorganisasi waktu tahap-tahap pembelajaran
secara tepat waktu, yaitu dengan membimbing siswa dalam berinteraksi dalam
kelompok diskusi dan menyelesaikan pemasangan puzzle dan menjawab soal
diskusi secara tepat waktu.
60
lxxvii
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Suprijono. 2008. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Anita, Lie. 2005. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia
Arends, Richard I. 1997. Classroom Instruction and Management. Veljovic : The Clarinda Company.
Bawn, Susan. 2007. ”The effects of cooperative learning On learning and engagement”. A Project Submitted to the Faculty of The Evergreen State College n Partial Fulfillment of the Requirements For the Degree Master in Teaching 2007. http://archives.evergreen.edu/masterstheses/Accession89-10MIT/Bawn_S%20MITthesis%202007.pdf diakses 12 september 2009.
Dimyati & Mujiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rinaka Cipta.
Donald L. Williams, EdD. 2007. A Unique Review Strategy that Motivates
Student Learning. Student Motivation. Volume 2, Nomor 64. Hal: 64-69.
Karen M Daniel. 2005. ”Cooperative Learning Structures For English Foreign Language Classroom”. Journal of tourism studies. Volume 4, Nomor 143. Hal: 143-149.
Nana, Sujana. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru.
lxxviii
Martinis, Yamin.2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Mulyasa, E. 2000. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Pinar Yalcin Celik & Semra Aydinli. 2007. “Creativity in Design Education:
From Problem-Solving to Puzzle-Solving”. Creativity in Design Education:
From Problem-Solving to Puzzle-Solving. Volume 4. Nomor 2. Hal: 38-51.
Rahmanelli. 2008. “Efektivitas Pemberian Tugas Media Puzzle dalam
Pembelajaran Geografi Regional”. Jurnal Pembelajaran. Volume 30. Nomor
01. Hal: 23-31.
Saktiyono. 2002. IPA BIOLOGI.Jakarta: Erlangga.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS).
Jakarta: Bumi Aksara
Slavin. 2008. Cooperative Learning (Penerjemah Nurulita Yusron). Bandung: Nusa Media
Suhaenah, Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar.Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsini, Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Suharsini, Arikunto. 1980. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sumarto, Hatifah S.J. 2004. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia.
Suryasubroto B.1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Istamar Syamsuri.Dkk. 2007. IPA BIOLOGI. Jakarta: Erlangga (http: // www.Priatna. Or. Id / 2003 / 09 / 02/ tangran / trackbac. Diakses pada
tanggal 9 Februari 2009) Winkel S.J. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Zainal, Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: Yrama
Widya