sindrom polikiastik ovarium

Upload: cox-abee

Post on 13-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

awdawdawd

TRANSCRIPT

Sindrom polikistik ovarium

Tracy L. Setji, MD, MHS, ANN J. Brown, MD, MHS

Abstrak Sindrom polikistik ovarium sudah mnjadi kondisi yang diketahui secara luas dan mempengaruhi sekitar 6% - 25% wanita pada usia produktif, tergantung pada pengertiannya. Sudah melampaui 3 dekade, peneliti sudah memperkenalkan kondisi ini dari suatu kondisi medis yang tidak diketahui menjadi suatu kondisi yang semakin dikenal di kalangan medis. Kondisi ini mempengaruhi berbagai macam system organ, dan membutuhkan persepsi yang komprehensif untuk memberikan penatalaksanaan yang efektif. gangguan metabolic dan komplikasi yang berhubungan seperti resistensi insulin dan diabetes, hyperlipidemia, hipertensi, fatty liver, sindrom metabolic, dan sleep apne. Komplikasi system reproduksi seperti oligo-/amenorrhea, sub-fertilitas, endometrial hyperplasia, dan kanker. Ganggan psikososial seperti depresi dan makan yang tidak teratur. Sebagai tambahan, gangguan kosmetika seperti hirsutism, androgenic alopecia, dan akne. Review ini menjelaskan tentang pedekatan multi sistematis dan mudah diingat dengan MY PCOS dan mendiskusikan evaluasi dan pilihan penatalaksanaan untuk masalah reproduksi, kosmetik, dan komplikasi metabolic dari kondisi ini.Keyword : hirsutism, resistensi insulin; irregular menses; oligomenorrhea;PCOS; sindrom polikistik ovarium; penatalaksannaan

Diagnosis daripada sindrom polikistik ovarium sebenarnya sudah ada sebagai kondisi yang tidak diketahui selama kurang lebih 25 tahun. Hal ini sudah bermula di akhir tahun 1980an dan usaha penelitian untuk mengungkap kondisi yang umum namun kompleks ini juga sudah dilakukan. Pada waktu itu, dan khususnya decade berikutnya, kondisi yang sulit di ketahui ini mulai mengundang perhatian para tenaga medis dan pasien. Hasil menunjukkan bahwa lebih banyak wanita yang terdiagnosis kurang tepat, dan mendapati penatalaksanaan yang kurang tepat masih dievaluasi. Artikel ini akan memberikan sebuah pembaharuan daripada penatalaksanaan wanita dengan sindrom polikistik ovarium. Diskusi ini akan berfokus pada MY PCOS dalam menjelaskan bberbagai permasalahan di berbagai system secara terpisah untuk menangani kondisi ini.

DIAGNOSIS

Terdapat beberapa pedoman diagnosis untuk sindrom polikistik ovarium, meskipun semua memiliki perbedaan, setiap pedoman itu selalu berpegang pada kombinasi dari 3 elemen mayor untuk menegakkan diagnosis yaitu : disfungsi ovulatory, hiperandrogenism (klinikal atau biochemical), dan morfologi ovarium. National Institutes of Health (NIH) dan Androgen Excess Society mengeluarkan kriteria tentang pentingnya kelebihan androgen dalam menegakkan diagnosis, hal ini dapat menunjukkan fenotipe untuk menigkatkan resiko menimbulkan komplikasi metabolik. Sebaliknya, definisi Rotterdam mengungkapkan bahwa fenotipe TIDAK menunjukkan kelebihan androgen: anovulation dan morfologi polikistik ovarium, namun tanpa hirsutism. Karena nama sindrom polikistik ovarium terfokus pada bagian minor dan komponen yang tidak konsisten dari sindrom ini, dalam workshop NIH terakhir tentang sindrom polikistik ovarium diajukan untuk mengganti nama. Terdapat beberapa kendala untuk dipikirkan sebellum mendiagnosis. Morfologi polikistik ovarium, dimana sudah terdefinisi sebelum kriteria Rotterdam, memerlukan ultrasonografi transvaginal, dimana harus menunjukkan 12 atau lebih folikel dengan ukuran 2-9mm dalam diameter di setiap sisi ovarium, atau peningkantan volume ovarium (>10mL) dengan folikel dominan yang tidak tampak >10mm. Pengukuran testoteron seringkali tidak tepat pada wanita normal dan rentang sindrom polikistik ovarium, dan definisi daripada hiperandrogenisme terkadang tidak jelas. Dengan disfungsi ovarium biasanya berakhir dengan oligomenorrhea, kebanyakan wanita dengan siklus ovulasi yang irregular namun memiliki siklus mens yang regular. Namun, riwayat mens yang regular tidak mengeklusi kemungkinan sindrom polikistik ovarium. Alat diagnosis yang baru mungkin sudah hamper tercapai. Anti-Mullerian Hormone (dibuat dari folikel antral, yang jumlahnya banyak pada pilikistik ovarium) dikombinasi dengan luteinizing hormone level memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi untuk sindrom polikistik ovarium.PATHOGENESISPathogenesis daripada sindrom polikistik ovarium belum diketahui, dan etiologi yang berpotensi menyebabkan kondisi ini telah diekplore di review review belakangan ini. Factor gen dan lifestyle sama sama berkontribusi dalam perkembangan fenotip sindrom polikistik ovarium. Beberapa studi telah mengevaluasi contributor yang berpotensi, seperti sekresi gonadotropin yang abnormal , resisten insulin, dan factor ovarian.

ASSESSMENTWanita yang menunjukkan gejala klinis dari sindrom polikistik ovarium, hampir keseluruhannya terdiagnosis sindrom polikistik ovarium. Penyebab lain daripada anovulation kronis dan hiperandrogenisme relative jarang, dan diagnosis sindrom polikistik ovarium dapat ditegakkan dengan kombinasi riwayat pasien dan hasil dari laboratorium. Kunci utama daripada sindrom polikistik ovarium ialah waktu timbulnya gejala. Gejala yang ditimbulkan biasanya kronis, dimulai dari dewasa muda, dan berkembang secara progresif. Beberapa kondisi dapat menimbulkan pola perkembangan gejala yang atipikal. Gampangnya, peningkatan berat badan dapat menimbulkan anovulation dan hirsutism, dan kehilangan berat badan pada pasien kelebihan berat badan atau obesitas dengan sindrom polikistik ovarium dapat meningkatkan frekuensi ovulasi. Kontrasepsi hormone jangka panjang dapat menanggulangi hiperandrogenisme, dan gejala hanya akan muncul pada kontrasepsi oral (OCP) diberhentikan. Meskipun dengan waktu kemunculan yang atipikal, penyebab lain oligo/anovulation dan hiperandrogenisme harus dipikirkan. Hiperprolactinemia dan fungsi tiroid yang abnormal harus sama sama disingkirkan terlebih dahulu karena keduanya dapat mengakibatkan anovulation (meskipun hirsutism jarang terjadi pada kedua kondisi tersebut). 2 penyebab penting, namun jarang daripada oligo/anovulation dan hirsutism termasuk di dalamnya adrenal hyperplasia kongenital non klasik dan sindrom cushing. Ditemukan pada kurang dari 5% wanita dengan hiperandrogenik, adrenal hyperplasia non klasikal dapat disingkirkan dengan 17-hydroxyprogesterone