sindrom nefrotik

53
PERAN PROTEIN PADA SINDROM NEFROTIK (F4) Disusun oleh : dr. Merry Susanti Anggota : dr. Oktania Putri Kusnawan dr. Rizki Trya Permata dr. Astri Kania dr. Syifa Andini S. Pendamping : dr. Dorlina Panjaitan KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA INTERNSHIP DOKTER INDONESIA

Upload: oktania-putri-kusnawan

Post on 23-Nov-2015

122 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

sindrom nefrotik

TRANSCRIPT

PERAN PROTEIN PADA SINDROM NEFROTIK(F4)

Disusun oleh :dr. Merry SusantiAnggota :dr. Oktania Putri Kusnawandr. Rizki Trya Permatadr. Astri Kaniadr. Syifa Andini S.

Pendamping :dr. Dorlina Panjaitan

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAINTERNSHIP DOKTER INDONESIA2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI1BAB I PENDAHULUAN1BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN32.15 Data Administrasi Pasien342.16 Data Demografis342.17 Data Biologik342.18 Data Klinis34BAB III PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI393.1.Metode Penyuluhan393.2.Intervensi39BAB IV PELAKSANAAN40BAB V MONITORING DAN EVALUASI43DAFTAR PUSTAKA44

BAB I PENDAHULUAN

Sindrom nefrotik merupakan kumpulan manifestasi klinis yang ditandai dengan hilangnya protein urin secara masif (albuminuria) diikuti dengan hipoproteinemia (hipoalbuminemia) dan akhirnya mengakibatkan edema. Dan hal ini berkaitan dengan timbulnya hiperlipidemia, hiperkolesterolemia dan lipiduria.SN dapat terjadi pada anak, tetapi banyak terjadi pada usia 1-2 tahun dan 8 tahun. Pada anak-anak yang onsetnya dibawah usia 8 tahun, rasio antara anak laki-laki dan perempuan bervariasi dari 2:1 hingga 3 : 2. Pada anak yang lebih tua, remaja dan dewasa, prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama. Data dari International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) menunjukkan bahwa 60% pasien dengan minimal change nefhrotic syndrome (MCNS) dan focal segmental glomerulosclerosis (FSGS) adalah laki-laki dan untuk membranoproliverative glomerulonephritis (MPGN) 65% nya adalah perempuan.Di USA, SN merupakan suatu kondisi yang jarang terjadi. Di seluruh pengalaman praktek, ahli pediatrik hanya menemukan 1-3 pasien dengan kondisi seperti ini. Dilaporkan angka kejadian tahunan rata-rata 2-5 per 100.000 anak dibawah usia 16 tahun. Prevalensi kumulatif rata-rata adalah kira-kira 15.5 per 100.000 individu.SN bukan merupakan penyakit yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu penyakit awal adanya pada unit filtrasi darah terkecil (glomerulus) pada ginjal, dimana urine dibentuk. Sekitar 20% anak dengan SN dari hasil biopsi ginjalnya menunjukkan adanya skar atau deposit pada glomerulus. Dua macam penyakit yang paling sering mengakibatkan kerusakan pada unit filtrasi adalah Glomerulosclerosis Focal Segmental (GSFS) dan Glomerulonefritis membaranoproliveratif (GNMP). Seorang anak yang lahir dengan kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya Sindrom Nefrotik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

2.1.DefinisiSindrom nefrotik (SN) adalah suatu sindrom yang mengenai glomerulus, ditandai dengan :a. Edema, b. Proteinuria masif >40 mg/m2/jam atau >3,5 g/24 jam (kuantitatif) rasio protein/kreatinin pada urin >2 mg/mg dipstick >2+ (kualitatif)c. Hipoalbuminemia (200 mg/dl) atau hiperlipidemia. Beberapa definisi atau batasan yang dipakai pada SN, yaitu:a. RemisiProteinuria (-) atau trace (proteinuria 0.5 mg/kgbb/alternating, tetapi 0,5 mg/kg ALT prednison > 1 mg/kg ALTAtau efek samping steroid (2)

Levanisol 2,5 mg/kg ALT CPA 2-3 mg/kgBB(4-12 bulan) 9-12 minggu(3)Relaps prednison standarRelaps pada prednison > 0,5 mg/kg ALT

Siklosporin 5 mg/kg/hariSelama 1 tahun

Gambar 2.4. Skema pengobatan prednison jangka panjang

Keterangan :(1) Langsung diberi CPA (+ prednison ALT)(2) Sesudah prednison jangka panjang dilanjutkan dengan CPA(3) Sesudah prednison jangka panjang + levamison, dilanjutkan dengan CPA

Bila pasien : 1. relaps pada dosis rumat >1 mg/kgbb/alternating, atau2. meskipun dosis rumat 50% yaitu 67%-93% pada tahun pertama dan 36%-66% selama 5 tahun. Oleh APN dilaporkan pemberian 12 minggu dapat mempertahankan remisi lebih lama daripada 8 minggu yaitu 67% dibandingkan 30%, tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasi oleh peneliti lain.Pemberian CPA dalam mempertahankan remisi lebih baik pada SN relaps sering (70%) daripada dependen steroid (30%). Efek samping sitostika adalah depresi sumsum tulang, alopesia, sistitis hemoragik, azospermia dan jangka panjang keganasan. Oleh karena itu perlu pemantauan dengan pemeriksaan darah tepi: Hb, lekosit, trombosit 1-2 x seminggu. Bila jumlah lekosit < 3000/ul, Hb