sindrom koroner akut - fer
TRANSCRIPT
-
7/29/2019 Sindrom Koroner Akut - Fer
1/5
SINDROM KORONER AKUT
Istilah Sindrom Koroner Akut (SKA) banyak digunakan saat ini untuk menggambarkan kejadian
kegawatan pada pembuluh darah koroner. Alasan rasional menyatukan semua penyakit itu dalam satu
sindrom adalah karena mekanisme patofisiologi yang sama. SKA disebabkan oleh terlepasnya plak
yang merangsang terjadinya agregasi trombosit dan trombosis, sehingga pada akhirnya akan
menimbulkan stenosis berat atau oklusi pada arteri koroner dengan atau tanpa emboli.
DEFINISI
Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah gabungan gejala klinik yang menandakan iskemia miokard akut,
terdiri dari infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (ST segment elevation myocardial
infarction = STEMI), infark miokard akut tanpa elevasi segment ST (non ST segemnt elevation
myocardial infarction = NSTEMI), dan angina pektoris tidak stabil (unstable angina pectoris = UAP).
EPIDEMIOLOGI
The American Heart Association memperkirakan bahwa lebih dari 6 juta penduduk Amerika,
menderita penyakit jantung koroner (PJK) dan lebih dari 1 juta orang yang diperkirakan mengalami
serangan infark miokardium setiap tahun. Kejadiannya lebih sering pada pria dengan umur antara 45
sampai 65 tahun, dan tidak ada perbedaan dengan wanita setelah umur 65 tahun.46 Penyakit jantung
koroner juga merupakan penyebab kematian utama (20%) penduduk Amerika.
Di Indonesia data lengkap PJK belum ada. Pada survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1992,
kematian akibat penyakit kardiovaskuler menempati urutan pertama (16%) untuk umur di atas 40
tahun. SKRT pada tahun 1995 di Pulau Jawa dan Pulau Bali didapatkan kematian akibat penyakit
kardiovaskuler tetap menempati urutan pertama dan persentasenya semakin meningkat (25%)
dibandingkan dengan SKRT tahun 1992. Di Makassar, didasari data yang dikumpulkan oleh Alkatiri7
diempat rumah sakit (RS) selama 5 tahun (1985 sampai 1989), ternyata penyakit kardiovaskuler
menempati urutan
ke 5 sampai 6 dengan persentase berkisar antara 7,5 sampai 8,6%. PJK terus-menerus menempati
urutan pertama di antara jenis penyakit jantung lainnya. dan angka kesakitannya berkisar antara 30
sampai 36,1%.7
PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya trombus dimulai dengan gangguan pada salah satu dari Trias Virchow. Antara lain
akibat kelainan pada pembuluh darah, gangguan endotel, serta aliran darah terganggu. Selanjutnya
proses koagulasi berlangsung diawali dengan aterosklerosis, inflamasi, terjadi ruptur/fissura dan
akhirnya menimbulkan trombus yang akan menghambat pembuluh darah.
1
-
7/29/2019 Sindrom Koroner Akut - Fer
2/5
Sedangkan letak perbedaan antara angina tak stabil, infark Non-elevasi ST dan dengan elevasi ST
adalah dari jenis trombus yang menyertainya. Angina tak stabil dengan trombus mural, Non-elevasi
ST dengan thrombus inkomplet/nonklusif, sedangkan pada elevasi ST adalah trombus
komplet/oklusif.
Apabila pembuluh darah tersumbat 100% maka terjadi infark miokard dengan elevasi ST segmen.
Namun bila sumbatan tidak total, tidak terjadi infark, hanya unstable angina atau infark jantung akut
tanpa elevasi segmen ST.
FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor risiko terjadinya SKA dapat dibagi menjadi dua yaitu : risiko mayor :
hiperkolesterolemia, hipertensi, merokok, diabetes mellitus dan genetic. Sedangkan risiko minor
antara lain obesitas, stress, kurang olah raga, laki-laki, perempuan menopause.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Nyeri dada tipikal (angina) berupa nyeri dada substernal, retrosternal, dan prekordial. Nyeri seperti
ditekan, ditindih benda berat, rasa terbakar, seperti ditusuk, rasa diperas dan dipelintir. Nyeri menjalar
ke leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung / interskapula, dan dapat juga ke lengan kanan.
Kadang- kadang nyeri dapat dirasakan di daerah epigastrium dan terjadi salah diagnosis dengan
dispepsia. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat, atau tidak menghilang. Nyeri
dicetuskan oleh latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah makan. Dapat disertai gejala
mual, muntah, sulit bernapas, keringat dingin, pusing seperti melayang, sinkop dan lemas.
Elektrokardiogram
Angina pektoris tidak stabil : depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi gelombang T, kadang
elevasi segmen ST sewaktu ada nyeri, tidak dijumpai gelombang Q. Infark miokard ST elevasi : hiperakut T, elevasi segmen ST, gelombang Q inversi gelombang T.
Infark miokard non ST elevasi : depresi segmen ST, inversi gelombang T dalam.
Penanda Biokimia
CK, CK-MB, Troponin T.
Enzim meningkat minimal 2x batas atas nilai normal.
DIAGNOSIS BANDING
Berbagai diagnosa banding sindrom koroner akut antara lain:
a. Mengancam jiwa dan perlu penanganan segera: diseksi aorta, perforasi ulkus peptikum atau
saluran cerna, emboli paru, dan tension pneumothorax.
2
-
7/29/2019 Sindrom Koroner Akut - Fer
3/5
b. Non iskemik: miokarditis, perikarditis, kardiomyopati hipertropik, sindrom Brugada, sindrom
wolf-Parkinson-White.
c. Non kardiak: nyeri bilier, ulkus peptikum, ulkus duadenum, pleuritis, GERD, nyeri otot
dinding dada, serangan panik dan gangguan psikogenik.
TERAPI
Keberhasilan terapi SKA bergantung pada pengenalan dini gejala dan transfer pasien segera ke
unit/instalasi gawat darurat. Terapi awal untuk semua SKA, yang diberikan oleh tenaga medik
ataupun pada unit/instalasi gawat darurat sebenarnya sama. Manifestasi unstable angina dan MI akut
seringkali berbeda. Umumnya, gejala MI akut bersifat parah dan mendadak, sedangkan infark
miokard nonST elevasi (NSTEMI) atau unstableanginaberkembang dalam 2472 jam atau lebih.
Pada kedua kasus tersebut tujuan awal terapi adalah untuk menstabilkan kondisi, mengurangi rasa
nyeri dan kecemasan pasien. Stabilisasi akan tercapai dengan berbagai tindakan. Oksigen diberikan
untuk menjaga kadar saturasi dan memperbaiki oksigen yang sampai ke miokard.
Tata Laksana Pra Rumah Sakit
a. Bagi orang awam mengenali gejala serangan jantung dan segera mengantar pasien mencari
pertolongan ke Rumah sakit atau menelpon RS terdekat meminta dikirimkan ambulan beserta
petugas kesehatan terlatih.
b. Petugas kesehatan atau dokter umum di klinik:
- mengenali gejala SKA dan pemeriksaan EKG bila ada
- Tirah baring dan pemberian oksigen 2-4 L/menit
- Berikan aspirin 160- 325 mg tablet kunyah bila tidak ada riwayat alergi aspirin.
- Berikan preparat nitrat sublingual misalnya isosorbid dinitrat 5 mg dapat diulang setiap 5-15
menit sampai 3 kali.
- Bila memungkinkan pasang infus.
- Segera kirim ke RS terdekat dengan fasilitas ICCU yang memadai dengan pemasangan
selang oksigen dan didampingi dokter/paramedik yang terlatih.
Tata Laksana Di Unit Gawat Darurat
- Tirah baring
- Pemberian oksigen 2-4 L/menit untuk mempertahankan saturasi oksigen > 95%.
3
-
7/29/2019 Sindrom Koroner Akut - Fer
4/5
- Pasang infus dan pasang monitor.
- Pemberian aspirin 150-325 mg tablet kunyah bila belum diberikan sebelumnya dan tidak ada
riwayat alergi aspirin.
- Pemberian nitrat: bisa diberikan nitrat oral sublingual yaitu isosorbid dinitrat 5 mg dapat diulang
setiap 5 menit sampai 3 kali untuk mengatasi nyeri dada.
- Klopidogrel dosis awal 300 mg, kemudian dilanjutkan 75 mg/ hari
- Segera pindahkan ke ICCU.
Tata Laksana Di ICCU
- Pasang monitor 24 jam
- Tirah baring
- pemberian oksigen 3-5 L/menit
- Pemberian nitrat, bila nyeri belum berkurang dapat diberikan nitrogliserin drip intravena secara
titrasi sesuai respon tekanan darah, dimulai 5-10 mikrogram/menit dan dosis dapat ditingkatkan
5-20 mikrogram/menit sampai nyeri berkurang atau Mean Arterial Pressure (MAP) menurun
10% pada normotensi dan 30% pada hipertensi, tetapi tekanan darah sistolik harus > 90 mmHg.
- Penyekat Beta bila tidak ada kontraindikasi terutama pada pasien SKA dengan hipertensi dan
takiaritmia yaitu bisoprolol mulai 2,5-5mg atau metoprolol 25-50mg atau atenolo 25-50mg.
- ACE inhibitor, diberikan pada pasien infark anterior, kongesti paru atau fungsi ventrikel kiri
yang rendah dengan EF 100mmHg.
- Pemberian ARB bila pasien intoleran dengan ACE inhibitor.
- Atasi nyeri dengan morfin sulfat IV 2-4 mg dengan interval 5-15 menit bila nyeri belum teratasi.
- Pemberian Laksantif untuk memperlancar defekasi.
- Anti ansietas: diazepam 2x5mg atau alprazolam 2x0,25mg
- Heparinisasi pada kondisi: infark anterior luas, fungsi ventrikel buruk, resiko tinggi trmbosis,
fibrilasi atrial, trombus intra kardiak dan onset nyeri dada >12 jam tanpa tindakan
revaskularisasi.
- Terapi perfusi: fibrinolitik dan intervensi koroner perkutan (PCI).
4
-
7/29/2019 Sindrom Koroner Akut - Fer
5/5
Atasi komplikasi :
Fibrilasi atrium, Fibrilasi ventrikel, Takikardia ventrikel, Bradiaritmia & blok, Perikarditis.
Gagal jantung akut, edema paru, syok kardiogenik diterapi sesuai standar pelayanan medis.
Komplikasi mekanik : ruptur m. Papillaris, ruptur septum ventrikel, ruptur dinding ventrikelditatalaksana dengan operasi.
KOMPLIKASI
Angina pektoris tidak stabil : payah jantung, syok kardiogenik, aritmia, infark miokard akut
Infark miokard akut (dengan atau tanpa ST elevasi) : gagal jantung, syok kardiogenik, ruptur korda,
ruptur septum, ruptur dinding bebas, aritmia gangguan hantaran, aritmia gangguan pembentukkan
rangsang, perikarditis, sindrom Dresler, emboli paru.
PROGNOSIS
Prognosis tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada tidaknya komplikasi.
5