simptomatologi penyakit jantung

Upload: frans-herrin-rengirit

Post on 10-Oct-2015

30 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

REFERAT KARDIOLOGI

SIMPTOMATOLOGI JANTUNG

Oleh :Frans Herrin11-2013-042

Pembimbing :Dr. Zainuddin Sp.JP

REFERAT KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM (JANTUNG) RSUD TARAKANFAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDAAGUSTUS 2014BAB IPENDAHULUANPenyakit jantung merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Di Indonesia angka kematian yang disebabkan serangan jantung mencapai 26 hingga 30 persen. Faktor risiko penyakit jantung koroner adalah kebiasaan merokok, stres, kurang olah raga, kencing manis atau diabetes, obesitas, hipertensi serta hiperlipidemia atau kelebihan lemak dalam darah, keturunan, usia, dan jenis kelamin. Penyakit jantung merupakan pembunuh yang paling berbahaya saat ini.Penderitanya tidak mengenal kalangan, dapat berasal dari kalangan ekonomi tinggi sampai orang dari kalangan ekonomi lemah.Penyakit jantung merujuk pada penyakit yang menyerang jantung dan sistem pembuluh darah. Jantung adalah organ strategis dalam tubuh seseorang karena peranannya sebagai pemompa darah.Ada banyak penyebab penyakit jantung seperti pola hidup, kelainan bawaan sejak lahir, dan pola makan yang tidak sehat. Serangan jantung merupakan akibat mematikan dari penyakit jantung koroner yang menjadi pembunuh wanita dan pria paling banyak di Amerika.Faktanya, penyakit jantung tak hanya menyerang orang lanjut usia. Dewasa ini, banyak anak muda yang telah mengidap berbagai penyakit jantung. Bahkan bayi yang baru lahir bisa mengidap kelainan pada jantung.Ada 50 lebih jenis penyakit jantung yang mengintai mereka yang memiliki pola hidup dan makan yang tidak sehat. Meskipun sudah ada beragam cara untuk menangani sakit jantung, dari medis hingga herbal, mencegah tetap lebih baik dari mengobati.

BAB IIPEMBAHASAN1. Nyeri dadaJika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemia), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan menyebabkan kram atau kejang.Angina merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia). Jika darah yang mengalir ke otot yang lainnya (terutama otot betis) terlalu sedikit, biasanya penderita akan merasakan nyeri otot yang menyesakkan dan melelahkan selama melakukan aktivitas (klaudikasio).Perikarditis (peradangan atau cedera pada kantong yang mengelilingi jantung) menyebabkan nyeri yang akan semakin memburuk ketika penderita berbaring dan akan membaik jika penderita duduk dan membungkukkan badannya ke depan. Aktivitas fisik tidak menyebabkan nyeri bertambah buruk. Jika menarik nafas atau menghembuskan nafas menyebabkan nyeri semakin membaik atau semakin memburuk, maka kemungkinan juga telah terjadi pleuritis (peradangan pada selaput yang membungkus paru-paru). Jika sebuah arteri robek atau pecah, penderita bisa merasakan nyeri tajam yang hilang-timbul dengan cepat dan tidak berhubungan dengan aktivitas fisik. Kadang arteri utama (terutama aorta) mengalami kerusakan. Suatu aneurisma (penonjolan aorta) bisa secara mendadak mengalami kebocoran atau lapisannya mengalami robekan kecil, sehingga darah menyusup di antara lapisan-lapisan aorta (diseksi aorta). Hal ini secara tiba-tiba menyebabkan nyeri hebat yang hilang-timbul karena terjadi kerusakan yang lebih lanjut (robeknya aorta) atau berpindahnya darah dari saluran asalnya. Nyeri dari aorta seringkali dirasakan di leher bagian belakang, diantara bahu, punggung sebelah bawah atau di perut. Katup di antara atrium kiri dan ventrikel kiri bisa menonjol ke dalam atrium kiri pada saat ventrikel kiri berkontraksi (prolaps katup mitralis). Penderita kadang merasakan nyeri seperti ditikam atau ditusuk jarum. Biasanya nyeri terpusat di bawah payudara kiri dan tidak dipengaruhi oleh posisi maupun aktivitas fisik. Nyeri dada adalah salah satu keluhan yang paling sering yang mendorong pasien mencari perhatian medis; keuntungan (atau kerugian) yang potensial yang disebabkan karena penilaian dan pengelolaan pasien dengan keluhan ini yang tepat (atau tidak tepat) adalah banyak sekali. Kegagalan mengenali suatu gangguan yang serius, seperti penyakit jantung iskemik, dapat mengakibatkan tertundanya pengobatan yang sangat dibutuhkan, sedangkan suatu diagnosis yang salah dari suatu keadaan yang secara potensial berbahaya seperti angina pektoris mungkin mempunyai akibat-akibat psikologis dan ekonomik yang merugikan dan dapat menyebabkan kateterisasi jantung yang tidak diperlukan. Terdapat sedikit hubungan antara hebatnya nyeri dada dan gawatnya penyebabnya. Maka suatu problem yang frekuen pada para pasien yang mengeluh dadanya terasa tidak enak atau nyeri ialah membedakan keluhan ringan akibat penyakit arteri koroner dan gangguan serius lainnya (Tabel 1).

Tabel 1. Beberapa penyebab nyeri dada

I Kardial A Penyakit jantung koroner B stenosis aorta C kardiomiopati hipertrofi D Perikarditis

II Vaskuler A Diseksi aorta B Emboli paru C Hipertensi pulmoner D Ketegangan ventrikel kanan

2. Sesak nafas (dyspnea)Sesak nafas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner). Pada stadium awal dari gagal jantung, penderita merasakan sesak nafas hanya selama melakukan aktivitas fisik. Sejalan dengan memburuknya penyakit, sesak akan terjadi ketika penderita melakukan aktivitas yang ringan, bahkan ketika penderita sedang beristirahat (tidak melakukan aktivitas). Sebagian besar penderita merasakan sesak nafas ketika sedang berada dalam posisi berbaring karena cairan mengalir ke jaringan paru-paru. Jika duduk, gaya gravitasi menyebabkan cairan terkumpul di dasar paru-paru dan sesak akan berkurang. Sesak nafas pada malam hari (nokturnal dispneu) adalah sesak yang terjadi pada saat penderita berbaring di malam hari dan akan hilang jika penderita duduk tegak. Sesak nafas tidak hanya terjadi pada penyakit jantung; penderita penyakit paru-paru, penyakit otot-otot pernafasan atau penyakit sistem saraf yang berperan dalam proses pernafasan juga bisa mengalami sesak nafas. Setiap penyakit yang mengganggu keseimbangan antara persediaan dan permintaan oksigen bisa menyebabkan sesak nafas (misalnya gangguan fungsi pengangkutan oksigen oleh darah pada anemia atau meningkatnya metabolisme tubuh pada hipertiroidisme) Pada pasien penyakit jantung, dyspnea deffort (dyspnea waktu kerja) paling sering terjadi sebagai akibat dari kenaikan tekanan kapilaris pulmoner; di luar penyebab yang tidak lazim seperti penyakit obstruktif kongenital atau dapatan pada pembuluh vena pulmonalis, hipertensi kapilaris pulmoner merupakan akibat dari hipertensi atrium kiri yang pada gilirannya dapat disebabkan oleh disfungsi ventrikel kiri, berkurangnya kelenturan ventrikel kiri dan stenosis mitralis. Kenaikan tekanan hidrostatik pada pulmonary vascular bed cenderung mengganggu keseimbangan Starling dengan mengakibatkan transudasi cairan ke dalam rongga interstitial yang akan mengurangi kelenturan paru dan merangsang reseptor J (jukstakapilaris) dalam rongga interstitial alveoli. Kalau berlangsung lama, hipertensi vena pulmonalis akan mengakibatkan penebalan dinding pembuluh darah pulmonalis yang kecil dan peningkatan sel-sel serta jaringan fibrosa perivaskuler sehingga terjadi penurunan lebih lanjut pada kelunturan jaringan paru.Pada pasien penyakit jantung berat, biasanya yang mengenai elevasi tekanan vena sistemik dan paru, dapat timbul hidrotoraks, selanjutnya mengganggu fungsi paru dan meningkatkan dyspnea. Pada pasien gagal jantung dan curah jantung yang sangat menurun, dyspnea juga dapat dikaitkan dengan kelelahan otot respiratori sebagai akibat perfusinya yang menurun. Dyspnea kardiak biasanya dimulai sebagai sesak nafas ketika melakukan aktivitas jasmani yang agak berat dan dalam waktu beberapa bulan atau beberapa tahun, gejala ini terus berlanjut sampai pasien merasa sesak sampai dalam keadaan istirahat sekalipun. Dyspnea dapat juga dihubungkan dengan hipoksia serebal dan sistemik yang berat, dan terjadi selama melakukan kegiatan pada pasien dengan penyakit jantung kongenital dan pintas kanan-kiri. Ortopnea, yaitu gejala dyspnea dalam posisi telentang dan dispnea nocturnal, yaitu serangan sesak nafas yang biasanya timbul di malam hari serta membuat pasien terbangun dari tidurnya. Ortopnea terjadi akibat perubahan gaya gravitasi ketika keadaan pasien berbaring. Penambahan volume darah intratorakal ini menaikkan tekanan vena dan kapiler pulmonalis yang kemudian meningkatkan volume penutupan pulmonalis (pulmonary closing volume) serta menurunkan kapasitas vital. Faktor tambahan yang menyertai posisi berbaring adalah elevasi diafragma yang membuat end-expiratory lung volume menjadi lebih rendah. Kombinasi peningkatan pulmonary closing volume dan end-expiratory lung volume mengakibatkan perubahan yang berarti pada pertukaran gas alveoli-kapiler.

3. Palpitasi Palpitasi adalah perasaan (sensasi) yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh perubahan irama jantung atau kecepatan denyut jantung atau karena bertambahnya gangguan tertentu; dan sebenarnya palpitasi sering bukan merupakan tanda dari suatu gangguan fisis primer tetapi lebih karena gangguan psikologis. Palpitasi dapat dilukiskan oleh pasien dalam istilah seperti menggedebak, menggelepar, berkelepak dan melompat-lompat dan pada kebanyakan kasus itu ialah menjadi nyata bahwa keluhan itu adaah suatu sensasi dari denyut jantung yang terganggu. Palpitasi terutama menonjol jika penyebab yang menimbulkan kecepatan janutng dan kontraktilitas atau aritmia yang meningkat adalah batu, sepintas lalu dan episodic. Pada keadaan biasa, denyut jantung yang ritmik (teratur) tidak terasa oleh orang sehat yang tenang bahkan bertemperamen rata-rata. Palpitasi dapat dialami oleh orang normal yang sibuk dalam upaya fisis yang berat atau yang timbul secara emosional atau seksual. Palpitasi ini bersifat fisiologik dan menggambarkan kesadaran normal suatu jantung yang terlalu aktif yakni, jantung yang berdenyut cepat dengan suatu kontraktilitas yang bertambah. Palpitasi akibat jantung terlalu aktif juga mungkin terdapat pada keadaan-keadaan patologik tertentu, misalnya, demam, anemia akut atau berat atau tirotoksikosis.Bila hebat dan teratur, palpitasi biasanya disebabkan oleh volume sekuncup (stroke volume) yang bertambah besar. Keadaan patologik, seperti regurgitasi aorta atau berbagai keadaan peredaran darah yang hiperkinetik (misalnya anemia, fistula arteriovenosa dan tirotoksikosis) harus dipertimbangkan, demikian pula sindroma jantung hiperkinetik idiopatik. Palpitasi juga dapat terjadi segera setelah mulainya perlambatan irama jantung, seperti jika terjadi perkembangan mendadak atrioventrikular block total, atau pada konversi dari fibrilasi atrial ke ritme sinus. Gerakan jantung yang tidak biasa di dalam toraks juga sering merupakan mekanisme palpitasi. Jadi, denyut ektopik dan/atau pause kompensatori dapat dimengerti, karena keduanya berhubungan dengan perubahan dalam gerakan jantung.Biasanya seseorang tidak memperhatikan denyut jantungnya. Tetapi pada keadaan tertentu (misalnya jika seseorang yang sehat melakukan olah raga berat atau mengalami hal yang dramatis), dia bisa merasakan denyut jantungnya. Jantungnya berdenyut dengan sangat kuat atau sangat cepat atau tidak teratur. Dokter bisa memperkuat gejala ini dengan meraba denyut nadi dan mendengarkan denyut jantung melalui stetoskop. Palpitasi yang timbul bersamaan dengan gejala lainnya (sesak nafas, nyeri, kelelahan, kepenatan atau pingsan) kemungkinan merupakan akibat dari irama jantung yang abnormal atau penyakit jantung yang serius.

4. Pusing & pingsanPenurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa menyebabkan pusing dan pingsan. Gejala ini juga bisa disebabkan oleh penyakit otak atau saraf tulang belakang, atau bisa tanpa penyebab yang serius. Emosi yang kuat atau nyeri (yang mengaktifkan sebagian dari sistem saraf), juga bisa menyebabkan pingsan.Sinkop kardiak terjadi akibat penurunan curah jantung yang mendadak dan paling sering disebabkan oleh aritmia jantung. Perubahan frekuensi denyut jantung yang berada di luar batas normal dapat mengganggu sirkulasi dan fungsi serebral. Postur tegak, penyakit serebrovaskuler, anemia dan penyakit coroner, miokard atau valvuler, semua ini akan menurunkan toleransi pasien terhadap perubahan frekuensi denyut jantung.Blok atrioventrikuler derajat tinggi merupakan salah satu bentuk aritmia yang paling sering ditemukan dan menimbulkan keadaan mau pingsan; serangan sinkop yang menyertai bentuk aritmia ini disebut sindroma Stokes-Adams-Morgagni. Serangan Stokes-Adams-Morgagni tidak lebih dari perasaan lemas yang terjadi sementara dan pasien secara tiba-tiba kehilangan kesadarannya. Setelah jantung diam sejenak lebih dari beberapa detik, pasien mulai pucat, jatuh pingsan dan seperti halnya tipe pingsan lain, dapat memperlihatkan gerakan klonik. Serangan Stokes-Adams dapat dikertahui secara klinis dengan durasinya lebih lama, dan sifat denyut jantung yang menetap, adanya bunyi sinkron yang dapat didengar dengan kontraksi atrial, dengan gelombang kontraksi atrial (A) pada pulsasi vena jugularis dan dengan berbagai intensitas bunyi jantung pertama yang nyata. Pada periode asistol yang lebih lama, warna pucat kelabu tersebut akan berubah menjadi sianosis, pernafasan berat, pupil terfiksasi, timbul inkotinensia dan terlihat tanda Babinski bilateral. Lemah jantung dari tipe ini dapat berulang beberapa kali sehari. Pada beberapa pasien, takikardia ventrikuler atau fibrilasi terjadi setelah periode asistol, menyebabkan sinkop atau kematian tiba-tiba. Gangguan automatisitas nodus sinus atau konduksi sinoatrial juga menyebabkan asistol atau bradikardia yang cukup berat sehingga menyebabkan prasinkop atau sinkop. Takiaritmia paroksismal rekuren juga dapat menimbulkan prasinkop dan sinkop sebagai akibat dari penurunan mendadak curah jantung. Intensitas keadaan hipotensi yang ditimbulkan oleh takikardia tergantung pada kecepatan dan mekanisme terjadinya takikardia, tipe dan beratnya penyakit jantung yang mendasarinya, posisi pasien serta tingkat aktivitas pada saat timbul takikardia, sensitivitas takikardia terhadap obat golongan katekolamin dan keutuhan reflek autonomy yang mengimbanginya. Meskipun tidak ada penyakit jantung structural, kombinasi denyut jantung yang sangat cepat dan hilangnya transport atrial dapat mengganggu pengisian dan keluaran jantung yang cukup untuk menyebabkan hilangnya kesadaran. Takikardia ventrikuler paroksismal merupakan penyebab sinkop yang relative sering ditemukan, khususnya pada pasien penyakit jantung organic. Secara khas, takikardia berlangsung cepat dan disertai dengan kehilangan kesadaran yang mendadak tanpa tanda yang mendahuluinya. Timbulnya sinkop yang tidak bisa dijelaskan sebabnya pada seorang pasien penyakit jantung organic merupakan gambaran yang potensial berbahaya dan mengharuskan evaluasi yang cermat. Bentuk-bentuk penyakit jantung lain seperti kardiomiopati hipertrofik dan dilatasi, dysplasia ventrikel kanan dan sindroma interval QT yang panjang, sering berkaitan dengan takikardia ventrikuler paroksismal dan gejala sinkop. Sinkop kardiak dapat terjadi akibat infark miokard akut yang masif khususnya kalau keadaan ini disertai dengan syok kardiogenik. Stenosis aorta sering menjadi dasar untuk timbulnya sinkop exertional yang terjadi dengan membatasi curah jantung dalam menghadapi vasodilatasi perifer. Akibat peristiwa ini, akan terjadi iskemia miokard serta serebral dan kadang-kadang aritmia. Stenosis subaorta hipetrofik idiopatik juga dapat menyebabkan sinkop exertional karena bertambahnya obstruksi dan/atau aritmia ventrikel. Pada hipertensi pulmonalis primer, curah jantung yang relative tetap dan serangan gagal jantung kanan yang akut dapat disertai dengan sinkop. Tetralogy Fallot merupakan malformasi kongenital jantung yang paling sering menjadi penyebab timbulnya sinkop. Pada keadaan ini, vasodilatasi sistemik yang mungkin berkaitan dengan spasme infundibuler, sangat meningkatkan aliran pintas (shunt) kanan ke kiri dan menimbulkan hipoksia arterial yang menyebabkan sinkop.Hilangnya kesadaran pada setiap jenis sinkop disebabkan oleh penurunan oksigenasi pada bagian otak yang merupakan bagian kesadaran. Iskemia yang lama mengakibatkan nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari arteri serebralis major.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanPenyakit jantung merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena menyerang organ vital dari tubuh manusia. Oleh karena itu ia harus segera ditangani, apabila tidak segera ditangani maka akan dapat menyebabkan kematian bagi si penderita.

5. 6. Palpitasi (jantung berdebar-debar)Palpitasi adalah perasaan (sensasi) yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh perubahan irama jantung atau kecepatan denyut jantung atau karena bertambahnya gangguan tertentu; dan sebenarnya palpitasi sering bukan merupakan tanda dari suatu gangguan fisis primer tetapi lebih karena gangguan psikologis. BAB IPENDAHULUANPenyakit jantung merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Di Indonesia angka kematian yang disebabkan serangan jantung mencapai 26 hingga 30 persen. Faktor risiko penyakit jantung koroner adalah kebiasaan merokok, stres, kurang olah raga, kencing manis atau diabetes, obesitas, hipertensi serta hiperlipidemia atau kelebihan lemak dalam darah, keturunan, usia, dan jenis kelamin. Penyakit jantung merupakan pembunuh yang paling berbahaya saat ini.Penderitanya tidak mengenal kalangan, dapat berasal dari kalangan ekonomi tinggi sampai orang dari kalangan ekonomi lemah.Penyakit jantung merujuk pada penyakit yang menyerang jantung dan sistem pembuluh darah. Jantung adalah organ strategis dalam tubuh seseorang karena peranannya sebagai pemompa darah.Ada banyak penyebab penyakit jantung seperti pola hidup, kelainan bawaan sejak lahir, dan pola makan yang tidak sehat. Serangan jantung merupakan akibat mematikan dari penyakit jantung koroner yang menjadi pembunuh wanita dan pria paling banyak di Amerika.Faktanya, penyakit jantung tak hanya menyerang orang lanjut usia. Dewasa ini, banyak anak muda yang telah mengidap berbagai penyakit jantung. Bahkan bayi yang baru lahir bisa mengidap kelainan pada jantung.Ada 50 lebih jenis penyakit jantung yang mengintai mereka yang memiliki pola hidup dan makan yang tidak sehat. Meskipun sudah ada beragam cara untuk menangani sakit jantung, dari medis hingga herbal, mencegah tetap lebih baik dari mengobati.

BAB IIIPENUTUP

KesimpulanPenyakit jantung merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena menyerang organ vital dari tubuh manusia. Oleh karena itu ia harus segera ditangani, apabila tidak segera ditangani maka akan dapat menyebabkan kematian bagi si penderita.

Daftar Pustaka1. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Lecture Note Kardiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002. p.2-3.2. Palupi SEE. Kumpulan Kuliah Kardiologi. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti; 2007.3. Lily IR. Penyakit Jantung Koroner. In: Lily IR, editor. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004.p.159-165.4. Edward KC. Penyakit Jantung Koroner Aterosklerotik. In: Edward KC, editor. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskular , 3rd ed. Jakarta: EGC;1995.p.1-22.5. Gray HH, Dawkins KD, Morgan JM, Simpson IA. Penyakit Jantung Koroner. In: Oemar H, editor. Lecture Notes Kardiologi, 4th ed. Jakarta: Erlangga; 2005.p.107-50.6. Satyanegara S. Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. In: Satyanegara S, editor. Hati-Hati Dengan Nyeri Dada 1st ed. Jakarta: Arcan; 2006.p.51-83.