simplisiadan-ekstrak
DESCRIPTION
simplisiaTRANSCRIPT
1
SIMPLISIA DAN EKSTRAK
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kucuali dinhyatakan lain simplista
merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia babati,
simplista hewani, dan simplista pelikan atau mineral.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman
atau eksudat tanaman. Yang dimaksud eksudat tanaman ialah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya,
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan
atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum
berupa zat kimia murni.
TATA NAMA
Kebanyakan simplisia berasal dari tumbuhan. Penamaan dari simplisia
menggunakan bahasa Latin. Penamaan Latin secara umum menandai adanya
simplisia dari bagian tanaman yang diperoleh. Terminologi yang digunakan untuk
menandai adanya bagian dari tumbuhan terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Terminologi Penamaan SimplisiaNo. Nama Latin Keterangan
1. Radix Akar, suatu simplisia disebut radix kadang-kadang berisi rhizoma.
2. Rhizoma Merupakan batang yang berada di bawah tanah, tumbuh mendatar, secara umum membawa akar lateral/cabang samping.
3. Tuber Suatu umbi atau badan yang tebal di dalam tanah, meupkana jaringan penyimpanan parenkhimalous dan sedikit ada unsur kayu.
4. Bulbus Bawang, seperti batang di dalam tanah yang dikelilingi oleh nutrisi daun yang.
5. Lignum Kayu, termasuk pula di sini selaput kayu yang tipis, yang
2
jumlah kayunya sangat kecil.6. Cortex Kulit kayu. 7. Folium Daun.8. Flos Bunga9. Fructus Buah.10. Pericarpium Kulit buah.11. Semen Benih atau biji.12. Herba Semua bagian tanaman meliputi batang, daun, bunga, dan
buah, bila ada.
GARIS-GARIS BESAR PEDOMAN PANEN
1. Biji,saat buah belum pecah (misal Ricinus communis, kedawung). Caranya:
buah dikeringkan, diambil bijinya. Biji dikumpulkan dan dicuci, selanjutnya
dapat dikeringkan lagi.
2. Buah, dipanen saat tingkat masak. Tingkat masak suatu buah dapat dengan
parameter yang berbeda-beda, misal: perubahan tingkat kekerasan (misal
Cucurbita moschata), perubahan warna (misal melinjo, asam, dll), perubahan
bentuk (misal pare, mentimun), perubahan kadar air (misal belimbing wuluh,
jeruk nipis).
3. Pucuk daun, dipanen pada saat perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke
generatif terjadi penumpukan metabolit sekunder, yaitu pada saat berbunga.
4. Daun tua, diambil pada saat daun sudah membuka sempurna dan di bagian
cabang yang menerima sinar matahari langsung sehingga asimilasi sempurna.
5. Umbi lapis dipanen jika besarnya maksimal dan tumbuhnya di atas tanah
berhenti.
6. Rimpang, diambil pada musim kering dan saat bagian tanaman di atas tanah
mengering.
7. Kulit batang dipanen menjelang kemarau.
Aturan yang ditetapkan dalam pemanenan dan pengumpulan tanaman obat,
bertujuan untuk mendapatkan kadar zat aktif yang maksimal. Pemanenan dilakukan
pada dasarnya saat kadar zat aktif paling tinggi. Metode pemanenan disesuaikan
dengan sifat zat aktif tanaman. Ada yang bisa dipanen dengan mesin dan ada yang
harus menggunakan tangan.
3
BAHAN BAKU
Bahan baku jamu biasa berasal dari tumbuhan, yang sangat diperngaruhi oleh
faktor luar maupun dalam diri tumbuhan tersebut. Faktor luar antara lain adalah
tempat tumbuh, iklim, ketinggian tanah, pupuk, dll. Faktor dalam meliputi genetik
yang terdapat dalam tumbuhan tersebut. Hal ini mengakibatkan variasi kandungan
kimia yang cukup tinggi. Kandungan kimia juga berbeda-beda jika dipanen pada
saat yang berbeda.
Ada berbagai cara yang dapat ditempuh untuk mengembangbiakkan tanaman
sebagai sumber simplisia. Pengembangan tersebut dapat dilakukan dengan cara: (1)
dengan benih, yang digunakan untuk pembibitan tanaman, (2) dengan bagian
tanaman yang bersifat tumbuh seperti batang. Contoh tanaman yang
dikembangbiakkan dengan cara ini adalah Rheum palmatum, Qentiana lulea, (3)
Pengembangan pembuahan silang dan mutasi, tujuannya untuk mendapatkan bibit
unggul.
Kandungan kimia bahan baku dapat berupa glikosida, alkaloid, minyak
atsiri, karbohidrat, dll. Bahan tersebut mudah terurai karena berbagai hal seperti
suhu, keasaman, sinar matahari, kelembaban, dll. Adanya masalah tersebut maka
standardisasi sangat diperlukan agar produk yang dihasilkan seragam dari waktu ke
waktu.
Bentuk bahan baku mempengaruhi proses ekstraksi. Bentuk kayu dan akar
umumnya keras, cara pengerjannya lain dengan bentuk bunga, daun, rimpang, dan
daun buah yang lunak. Umumnya bahan tersebut dipotong tipis-tipis ataur diserbuk
kasar, tergantung cara masing-masing industri. Ukuran bahan baku mempnegaruhi
proses pembuatan ekstrak. Ukuran tersebut harus disesuaikan dengan bahannya,
proses ekstraksi,cairan penyari, dan lain-lain. Dalam Farmakope kadang-kadang
dicantumkan nomor mesh yang dianjurkan tetapi pada prakteknya tergantung pada
industri masing-masing.
4
PROSES PEMBUATAN EKSTRAK
1. Pembuatan Serbuk Simplisia
Untuk mendapatkan ekstrak yang bermutu, dipengaruhi salah satunya adalah
tahapan pembuatan serbuk simplisia (penyerbukan). Serbuk dibuat dengan alat yang
sesuai dan derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak
dengan dasar beberapa hal berikut:
Makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif / efisien karena luas
permukaan yang kontak dengan pelarut makin besar. Namun demikian, makin halus
serbuk, maka makin rumit seara teknologi peralatan unuk tahapan filtrasi.
Selama penggunaan peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi
dengan benda keras (logam) maka akan timbul panas (kalori) yang dapat
berpengaruh pada kandungan senyawa.
2. Cairan Pelarut
Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik
(optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif. Dengan
demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari senyawa
kandungan yang diinginkan.
3. Separasi dan pemurnian
Tujuan dari tahapan ini adalah menghilangkan (memisahkan) senyawa yang
tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa pengaruh pada senyawa kandungan
yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni.
4. Pemekatan / Penguapan (evaporasi)
Pemekatan berarti peningkatan jumlah parsial solute (senyawa terlarut secara
penguapan pelarut).
5. Pengeringan ekstrak.
Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga
menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung dari proses dan peralatan yang
digunakan Ada beberapa proses pengeringan ekstrak yaitu dengan cara:
pengeringan evaprasi, sublimasi, konveksi, kontak, radiasi, dan dielektrik.
5
6. Rendemen
Rendemen terhadap simplisia adalah perbandingan antara ekstrak yang
diperoleh dengan bobot simplisia awal. Rendemen dapat dihitung atas dasar bobot
basah, maupun bobot isolat terhadap bobot ekstrak.
METODE EKSTRAKSI
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstraksian simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu (terus menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
(ekhaustive extraction) pad umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses
terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan / penampungan ekstrak), tersu menerus sampai diperoleh
perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
3. Penyarian dengan Alat Soxhlet
Metode penyarian dengan alat Soxhlet adalahpenyarian atau ekstaksi
menggunakan pelarut yang selalu baru yang dilakukan dengan alat khusus sehingga
terjadi eketraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
4. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumna dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
6
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengaduk kontinu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan
pada temperatur 40-50oC.
6. Infundasi
Infundasi adalah ekstaksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infusa tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90oC)
selama waktu tertentu (15 menit).
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nababi dengan air pada suhu 90oC. Pembuatan campur simplisia dengan derajat
halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air
selama 15 menit mulai suhu 90oC sambil sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas
melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga
diperoleh volume infus yang dikehendaki.
7. Dekokta
Dekokta adalah infundasi pada waktu yang lebih lama (30 menit). Hal ini
dilakukan untuk memperoleh kandungan senyawa yang lebih banyak dalam sari.
8. Destilasi uap
Destilasi uap adlah ekstraski senyawa kandungan menguap (minyak atsiri)
dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan
parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secar kontinu
sampai sempurna dan diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran (senyawa
kandungan menguap ikut terdestilasi) menjadi destilat air bersama senyawa
kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.
Destilasi uap, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau sebagaian air
mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut terdestilasi.