simpatik oftalmia bab 2

12
BAB I PENDAHULUAN Sympathetic ophthalmia (SO) adalah suatu kondisi peradangan yang mempengaruhi kedua mata. Penyakit ini ditemukan oleh Hippocrates 2000 tahun yang lalu. Istilah symphatetic ophthalmia mulai digunakan pada tahun 1840 oleh William MacKenzie dimana dia menemukan 6 kasus trauma tembus pada salah satu mata yang berkembang menjadi peradangan pada mata yang lain dalam waktu 3 minggu. Pada tahun 1905 Ernest Fuchs menejelaskan tentang gambaran mikroskopis yang ditemukan pada symphatetic ophthalmia. Sejak saat itu penyakit ini mulai dikenal di bidang ophthalmology. Sympathetic ophthalmia (SO) terjadi setelah terjadinya suatu trauma pada salah satu mata. Trauma pada mata dalam keadaan ini dapat disebabkan oleh suatu trauma tembus atau pembedahan. Sebuah penelitian menyebutkan insiden terjadinya SO sekitar 2% pada orang yang mengalami trauma pada salah satu mata. Pada tahun 1980 dilaporkan SO terjadi pada 1 sampai 2 orang dari 1000 orang yang mengalami trauma pada salah satu mata. Penelitian yang dilakukan di United Kingdom pada tahun 2000 disebutkan angka kejadian SO tiga dari sepuluh juta kasus trauma mata baik yang disebabkan oleh trauma tembus ataupun pembedahan. 1

Upload: semara4

Post on 22-Jun-2015

1.016 views

Category:

Documents


25 download

TRANSCRIPT

Page 1: Simpatik Oftalmia Bab 2

BAB I

PENDAHULUAN

Sympathetic ophthalmia (SO) adalah suatu kondisi peradangan yang mempengaruhi

kedua mata. Penyakit ini ditemukan oleh Hippocrates 2000 tahun yang lalu. Istilah symphatetic

ophthalmia mulai digunakan pada tahun 1840 oleh William MacKenzie dimana dia menemukan

6 kasus trauma tembus pada salah satu mata yang berkembang menjadi peradangan pada mata

yang lain dalam waktu 3 minggu. Pada tahun 1905 Ernest Fuchs menejelaskan tentang gambaran

mikroskopis yang ditemukan pada symphatetic ophthalmia. Sejak saat itu penyakit ini mulai

dikenal di bidang ophthalmology.

Sympathetic ophthalmia (SO) terjadi setelah terjadinya suatu trauma pada salah satu

mata. Trauma pada mata dalam keadaan ini dapat disebabkan oleh suatu trauma tembus atau

pembedahan. Sebuah penelitian menyebutkan insiden terjadinya SO sekitar 2% pada orang yang

mengalami trauma pada salah satu mata. Pada tahun 1980 dilaporkan SO terjadi pada 1 sampai 2

orang dari 1000 orang yang mengalami trauma pada salah satu mata. Penelitian yang dilakukan

di United Kingdom pada tahun 2000 disebutkan angka kejadian SO tiga dari sepuluh juta kasus

trauma mata baik yang disebabkan oleh trauma tembus ataupun pembedahan.

1

Page 2: Simpatik Oftalmia Bab 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Uvea

Uvea terdiri dari tiga bagian, iris, badan siliaris, dan koroid. Bagian ini adalah lapisan

vaskular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera, bagian ini mensuplai darah ke

retina. Uvea dibagi menjadi 3 bagian : Iris dibagian anterior , badan silier di tengah dan koroid

diposterior1-3.

Perdarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang doperdarahi oleh 2 buah arteri siliar

posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf

optikdan 7 buah arteri siliar anterior,yang terdapat 2 pada setiap otot superior,medial inferior,satu

pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu

membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar. Uvea posterior mendapat perdarahan dari

15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf

optik1,2,6.

Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata dengan otot

rektus lateral,1 cm di depan foramen optik yang meneriam 3 akar saraf yaitu: saraf sensoris, saraf

simpatis, dan akar saraf motor. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu

longitudinal,radiar,dan sirkular.3,4

Gambar 1.Anatomi Uvea

2

Page 3: Simpatik Oftalmia Bab 2

Iris terdiri dari 3 lapisan yaitu :1,3

a) Lapisan anterior iris terdiri dari fibroblast, melanosit, dan kolagen

b) Lapisan tengah iris (stroma) merupakan bagian paling besar dari iris terdiri dari sel berpigmen

dan non pigmen, matrik kolagen, mukopolisakarida, pembuluh darah, saraf, otot spingter pupil

c) Bagian posterior : otot dilatator pupil dan sel berpigmen

Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis msuknya sinar ke dalam bola

mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan

parasimpatis (miosis) pupil.1,5

Badan Silier terletak anta iris pada bagian anterior dan oraserata pada bagian posterior.

Bagian anterior sekitar 25 mm dari dari pars plica ( corona siliaris) yang terdiri dari 70- -80

bagian badan yang memproduksi aquos humor. Pada corpus siliaris terdapat otot soliarui yang

yang terdiri dari 3 bagian porsi longitudinal , obliq dan sirkular yang mengatur akomodasi

dengan mengatur ketegangan dari zonular dan outflow cairan aquos dengan mengatur tegangan

antara trabekula dan skleral spur. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan

mempunyai sistem ekskresi di belakang limbus. Radang badan siliar akan mengakibatkan

melebarnya pembuluh darah di daerah limbus,yang akan mengakibatkan mata merah yang

merupakan gambaran karakteristik peradangan intraokular.1,2,4

Koroid merupakan bagian posterior dari uvea yang terletak antara retina dan sklera.

Terdapat tiga lapisan vaskuler koroid, yaitu vaskuler besar, sedang, dan kecil. Pada bagian

interna koroid dibatasi oleh membran Bruch, sedangkan di bagian luar terdapat suprakoroidal.3,4

2.2 Definisi

Simpatik Oftalmia adalah suatu kondisi pada mata yang jarang terjadi, dimana pada mata

yang semula sehat (sympathetic eye), terjadi suatu peradangan pada jaringan uvea setelah cedera

penetrasi pada salah satu mata (exciting eye) oleh karena trauma atau pembedahan. Gejala-gejala

dari peradangan pada mata yang tidak mengalami trauma akan terlihat biasanya dalam waktu 2

minggu setelah cedera, tetapi dapat juga berkembang dari hari sampai beberapa tahun

kemudian.4,5

Peradangan pada mata muncul dalam bentuk pan uveitis granulomatosa yang bilateral.

Biasanya exciting eye ini tidak pernah sembuh total dan tetap meradang pasca trauma, baik

3

Page 4: Simpatik Oftalmia Bab 2

trauma tembus akibat kecelakaan ataupun trauma karena pembedahan mata. Peradangan yang

berlanjut pada exciting eye tampak berkurang dengan penggunan steroid tetapi pada prinsipnya

proses peradangan jaringan uvea masih tetap jalan terus. Tanda awal dari mata yang bersimpati

adalah hilangnya daya akomodasi serta terdapatnya sel radang di belakang lensa. Gejala ini akan

diikuti oleh iridosiklitis subakut, serbukan sel radang dalam vitreous dan eksudat putih

kekuningan pada jaringan di bawah retina.4-6

2.3 Etiologi

Belum diketahui secara pasti penyebab dari simpatik oftalmia, namun sering

dihubungankan dengan beberapa factor predisposisi, yaitu :2,4,5

1. Selalu mengikuti suatu trauma tembus.

2. Cenderung terjadi oleh luka yang mengenai daerah siliaris bola mata (dangerous zone).

3. Luka dengan inkarserata(?) pada iris, silia, badan silia dan kapsul lensa, lebih rentan

terjadi simpatik oftalmia.

4. Lebih sering pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.

5. Pada mata yang mengalami trauma, jika pada luka terbentuk pus, maka tidak akan

berkembang menjadi simpatik oftalmia.

2.4 Pathogenesis

Berbagai macam teori telah dicetuskan, namun yang paling diterima adalah teori alergi,

yang menyebutkan bahwa pigmen yang berasal dari uvea mata yang mengalami trauma

bertindak sebagai allergen yang memicu terjadinya uveitis pada mata yang sebelahnya.5,6

Pada simpatik oftalmia, terjadi agregasi nodul limfosit, sel plasma, sel epitel, dan sel

raksasa disekitar system uvea. Proliferasi dari pigmen epithelium (iris, badan siliar, dan koroid)

yang diikuti dengan invasi dari limfosit dan sel epiteloid membentuk suatu nodul yang disebut

dengan Dalen-fuchs’ nodules (gambar 2) yang dapat dilihat pada lapisan koroid. Oleh karena

reaksi yang terjadi pada simpatik oftalmia, maka akan terbentuk suatu deposit di lapisan kornea

yang disebut dengan mutton-fat keratic precipitates (gambar 3). Retina menunjukkan suatu

infiltrasi seluler perivaskular (simpatetik perivaskulitis).4,6

4

Page 5: Simpatik Oftalmia Bab 2

(gambar 2. Dallen-fuchs nodules) (gambar 3. Mutton-fat keratic precipitates)

2.5 Gambaran Klinis

Gambaran klinis simpatik oftalmia dibagi menjadi dua, yaitu pada mata yang mengalami

trauma (exciting eye), dan mata yang lain yang semula sehat (symphatizing eye).

1. Exciting Eye (mata yang mengalami trauma)

Terlihat tanda-tanda uveitis, yang meliputi kongesti siliar, lakrimasi, dan nyeri tekan,

serta pada pemeriksaan kornea akan terlihat suatu gambaran keratic precipitat dibagian

posterior kornea.3,5

2. Sympathizing Eye (mata yang semula sehat)

Gejala biasanya muncul dalam jangka waktu 4 sampai 8 mingg setelah trauma pada mata

yang lain. Pernah dilaporkan terjadinya simpatik oftalmia dalam waktu 9 hari setelah

terjadinya trauma. Mata yang mengalami simpatik oftalmia akan bermanifestasi dalam

bentuk iridocyclitis akut, namun kadang dapat berkembang menjadi neuroretinitis dan

koroiditis. Gambaran klinis dari iridosiklitis pada sympathizing eye dibagi menjadi 2

tahap, yaitu :5,6

a. Stadium Prodormal

Pada stadium ini akan didapatkan keluhan antara lain : sensitive terhadap cahaya

(photofobia), gangguan sementara dalam melihat objek yang dekat karena

melemahnya kemampuan mata untuk berakomodasi. Pada pemeriksaan mata

ditemukan kongesti siliar yang sedang, nyeri tekan pada bola mata, Keratic

precipitat pada kornea dengan jumlah yang sedikit, serta pada funduscopy

tampak kekeruhan pada badan kaca dan edema diskus.2,5,6

b. Stadium Lanjut

Pada stadium ini, gejala yang muncul menyerupai gejala yang terdapat pada

iridocyclitis akut.4-6

5

Page 6: Simpatik Oftalmia Bab 2

2.6 Diagnosis Banding

1. Vogt-Koynanagi Harada Syndrome

Salah satu bentuk uveitis granulomatosa yang jarang terjadi. Dengan gambaran klinis:

uveitis yang mengenai semua jaringan uvea,kelainan pada kulit,dan terdapat gejala saraf

pusat.5,6

2. Ocular Syphilis

Penyakit ini mempunyai manifestasi klinis: anterior uveitis granulomatosa,dan yang khas

pada ocular syphilis adalah adanya pupil Argyll-Robertson.4,6

3. Sarcoidosis

Penyakit yang mengenai jaringan lymphoid dimana memiliki gejala nyeri pada bola

mata,photophobia,mata merah, uveitis granulomatosa atau dapat terjadi non

garanulomatosa,terbentuk mutton fat keratic precipitate,terdapat Busacca nodules pada

stroma iris dan Koeppe nodules pada pinggir pupil.3,5

2.7 Penatalaksanaan

Sympathetic opthalmia adalah suatu keadaan yang serius walaupun jarang terjadi yang

dapat menimbulkan kerusakan penglihatan jika tidak diobati. Pengobatan yang cepat dan tepat

dapat memberikan hsil yang optiiml dalam mengontrol reaksi inflamaasi yang terjadi.

Pengobatan pada penyakit ini dapat dibagi menjdi 2 yaitu medikamentosa dan pembedahan.1,3,6

1. Medikamentosa:1,6

- Kortikosteroid dosis tinggi dan diturunkan secara perlahan-lahan saat inflamasi mulai

berkurang.

- Imunosupresive terapi: dimana disini terdapat dua agen yaitu

(1) Antimetabolites: obat anti kanker yang menghambat sel untuk tumbuh dan

membelah diri. Obat ini dapat membantu menghambat proses peradangan yang

terjadi pada sympathetic opthalmia.

(2) T-cell Inhibitors : obat ini menghambat limfosit T yang berperan dalam sistem

imun dan memberikan kontribusi pada penyakit autoimun.

2. Pembedahan

Dapat dilakukan enukleasi pada mata yang terjadi trauma sebelaum terjadinya

sympathetic reaction. Enukleasi dilakukn hanya jika mata yang terkena trauma tidak

mempunyai kesempatan potensial untuk sembuh.2,5,6

6

Page 7: Simpatik Oftalmia Bab 2

2.7 Progonosis

Penyakit ini mempunyai prognosis yang buruk jika tidak segera dilakukan pengobatan

dimana dapat terjadi penurunan penglihatan yang tajam hingga terjadinya kebutaan. Tetapi

ketika dilakukan pengoabatan yang tepat serta diagnosis yang tepat maka pasien dapat

mempunyai kesempatan untuk sembuh dan tidak terjadi penurunan visus.1,3,5,6

2.8 Komplikasi

Komplikasi dari penyakit ini adalah dapat timbulnya kebutaan.2,5,6

7

Page 8: Simpatik Oftalmia Bab 2

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas Sidarta H. 2007. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

2. Vaugan D, Taylor Asbury, Paul Riordan-Eva. 2000. General ophtalmology. Jakarta:

Widya Medika.

3. Seal, G N.1987. Text Book of Ophtalmology. India: Current Books International.

4. Branley,M. 2001. Sympathetic Ophtalmia.Available at: http://northeye.com.

Accessed :June,16 2010

5. Chan,C.2003. Sympathetic Ophtalmia.Available at: http://americanuveitis.com. Accessed

:June,16 2010

6. Lang,GK.2000.Short Textbook Opthalmology. New York: Thieme Stuggart.

8