siklus terjadinya kekurangan gizi pada anak
TRANSCRIPT
Dosen : Edy Waliyo, S.Gz, M.Gizi
Oleh :
Eka Widiyastuti Emilia Valentine Firania Rani
Puspitasari Nurjannah
Nyemas Eva Santri Dewi
Tiodo Shintauli Manalu Wahyu Eko Ardiyanto Yulita Yuni
POLTEKKES KEMENKES PONTIANAKJURUSAN GIZI
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
Siklus Terjadinya Kekurangan Gizi Pada Anak
A. Gambaran Umum
Gizi buruk merupakan masalah yang perlu penanganan serius. Berbagai upaya telah
dilakukan pemerintah antara lain melalui revitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan
penimbangan balita, penyuluhan dan pendampingan, pemberian Makanan Pendamping ASI
(MP-ASI) atau Pemberian Makanan Tambahan (PMT), peningkatan akses dan mutu pelayanan
gizi melalui tata laksana gizi buruk di Puskesmas Perawatan dan Rumah Sakit, penanggulangan
penyakit menular dan pemberdayaan masyarakat melalui Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi).
Masalah Gizi buruk tidak dapat diselesaikan sendiri oleh sektor kesehatan. Gizi buruk
merupakan dampak dari berbagai macam penyebab, seperti rendahnya tingkat pendidikan,
kemiskinan, ketersediaan pangan, transportasi, adat istiadat (sosial budaya), dan sebagainya.
Oleh karena itu, pemecahannyapun harus secara komprehensip. Perawatan balita gizi buruk
dilaksanakan di Puskesmas Perawatan atau Rumah Sakit setempat dengan Tim Asuhan Gizi yang
terdiri dari dokter, nutrisionis/dietisien dan perawat, melakukan perawatan balita gizi buruk
dengan menerapkan 10 langkah tata laksana anak gizi buruk meliputi fase stabilisas untuk
mencegah / mengatasi hipoglikemia, hipotermi dan dehidrasi, fase transisi, fase rehabilitasi untuk
tumbuh kejar dan tindak lanjut.
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya
di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini.
Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita). Masalah gizi buruk dan
kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita gizi buruk umumnya adalah
balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi generus bangsa. Dengan alasan tersebut,
masalah ini selalu menjadi program penanganan khusus oleh pemerintah. Upaya pencegahan
yang dilakukan di antaranya dengan selalu meningkatkan sosialisasi, kunjungan langsung ke para
penderita gizi buruk, pelatihan petugas lapangan, pengarahan mengenai pentingnya ASI
eksklusif pada ibu yang memiliki bayi, serta koordinasi lintas sektor terkait pemenuhan pangan
dan gizi.
Banyak faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi gizi buruk. Namun penyebab dasar
terjadinya gizi buruk ada dua hal yaitu sebab langsung dan sebab tidak langsung. Sebab langsung
adalah kurangnya asupan gizi dari makanan dan akibat terjadinya penyakit bawaan yang
mengakibatkan mudah terinfeksi penyakit DBD, HIV/ AIDS, dan lain-lain. Sedangkan
kemiskinan diduga menjadi penyebab utama terjadinya gizi buruk. Kurangnya asupan gizi bisa
disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak
memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yakni kemiskinan.
Selain kemiskinan, faktor lingkungan dan budaya turut andil dalam kasus gizi buruk.
B. Penilaian Status Gizi
Beberapa penilaian status gizi antara lain:
Penilaian status gizi secara antropometri
Penilaian status gizi secara biokimia
Penilaian status gizi secara klinis
Penilaian status gizi secara survey konsumsi pangan
C. Faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah gizi :
Masalah gizi utama di Indonesia masih didominasi oleh masalah Gizi Kurang Energi
Protein (KEP), masalah Anemia Besi, masalah Gangngguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKY) dan masalah kurang Vitamin (KVA). Disamping itu diduga ada masalah gizi mikro
lainnya seperti defisiensi zink yang sampai saat ini belum terungkapkan karena adanya
keterbatasan Iptek Gizi.
Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999, telah merumuskan faktor yang
menyebabkan gizi kurang.
Konsep terjadinya keadaan gizi mempunyai dimensi yang sangat kompleks. Daly, et al.
(1979) membuat model faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gizi yaitu konsumsi makanan
dan tingkat kesehatan. Konsumsi makanan dipengaruhi oleh pendapatan, makanan, dan
tersedianya bahan makanan.
D. Patogenesis Penyakit Gizi
Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi akan habis
dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang yang sudah dapat dikatakan
malnutris, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan pertumbuhan
terhambat.
Dengan meningkatnya defisiensi gizi, maka mucul perubahan biokimia dan rendahnya
zat-zat gizi dalam darah, berupa : rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten.
Dapat pula terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat
pada kekurangan tiamin.
Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti
tanda-tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek, dan lain-lain. Kebanyakan
penderita malnutrisi sampai tahap ini.
Keadaan ini akan berkembang yang diikuti oleh tanda-tanda klasik dari kekurangan gizi
seperti kebutaan dan fotofobia, nyeri lidah pada penderita kekurangan riboflavin, kaku pada kaki
pada defisiensi thiamin. Keadaan ini akan segera diikuti luka pada anatomi seperti xeroftalmia
dan keratomalasia pada kekurangan vitamin A, angular stomatitis pada kekurangan riboflavin,
edema, dan luka kulit pada penderita kwashiorkor.
Faktor lingkungan
Persediaan/cadangan jaringan
Ketidak cukupan
Faktor Manusia
Perubahan anatomi
Malnutrisi yang diperiksa melalui pemeriksaan laboratorium
Kemerosotan jaringan
Perubahan biokimia
Malnutrisi ditandai dengan penurunan BB dan pertumbuhan terhambat (stunting)
Tampak tanda-tanda khas
Muculnya tanda-tanda yang klasikal
Perubahan fungsi
GIZI KURANG
ASUPAN MAKANAN PENYAKIT INFEKSI
PERSEDIAAN MAKANAN DIRUMAH
PELAYANAN KESEHATAN
PERAWATAN ANAK DAN IBU HAMIL
KEMISKINAN, KURANG PENDIDIKAN, KURANG
KETERAMPILAN
KRISIS EKONOMI LANGSUNG
Penyebab Langsung
Penyebab Tidak Langsung
Pokok Masalah
Akar Masalah