siklus ovarian-endometrial.pdf
TRANSCRIPT
Siklus Ovarian-Endometrial
Siklus Ovarian
1. Fase Folikuler
Terjadi pada waktu di antara
berakhirnya haid, dan ovulasi
(selama 2 minggu).
Berawal dari folikel primordial,
dengan oosit imatur yang
dipertahankan dalam fase
profase meiosis I oleh sel
granulosa.
Tahap-tahap:
1) Rekruitment folikel
primordial dari pool
yang tidak dipengaruhi
gonadotropin. Tahap ini dikontrol oleh GH lokal yang dihasilkan
oosit.
2) Ovum membesar menjadi 2-3 kali ukuran semula, dan sel
granulosa tmbahan tumbuh, terbentuk folikel primer.
3) Selama beberapa hari pertama setelah dimulainya menstruasi,
FSH dan LH pelan-pelan meningkat. Peningkatan FSH beberapa
hari lebih awal dari peningkatan LH.
Efek awalnya adalah peningkatan proliferasi sel granulosa
dengan cepat.
Sel-sel kumparan yang dihasilkan ovarium (dari stroma
dengan mekanisme yang belum diketahui), berkumpul di
lapisan luar sel granulosa sel theca
4) Cohort (beberapa folikel yang berkembang bersamaan), memulai
fase pertumbuhan semisinkron, yang adalah hasil pematangan.
Folikel yang lebih sensitif terhadap FSH akan berkembang lebih
cepat (folikel dominant) dan mampu menghasilkan estrogen, fase
selection window.
5) Produksi hormon steroid ovarian dengan two-cell-two principles
dimulai.
Akibat pengaruh LH, sel theca menghasilkan
androstenedion, yang kemudian diangkut ke sel granulosa
terdekat untuk diubah menjadi estradiol.
Hasilnya adalah liquor folikuli yang kaya estrogen.
Penghasilan liquor folikuli menyebabkan pembentukan
antrum, di antara massa sel granulosa.
Terbentuk folikel antral.
6) Folikel vesikular terbentuk:
Estrogen disekresi dalam folikel & meningkatkan reseptor
FSH umpan balik positif ke hipotalamus.
FSH + estrogen muncul reseptor LH di sel granulosa.
LH + estrogen peningkatan proliferasi sel theca.
7) Setelah ada reseptor LH, sel granulosa mulai memproduksi
progesteron feedback positif ke pitiutari peningkatan
pelepasan LH peningkatan cepat produksi estrogen.
8) Tambahan kejadian:
LH di akhir fase menstimulasi sel theca untuk
memperoduksi androgen lebih banyak.
Peningkatan sekresi inhibin B oleh sel granulosa sejalan
dengan pematangan folikel feedback negatif FSH di
pituitari
penurunan
kemampuan
pematangan
folikel yang masih
bergantung pada
FSH atresia
folikel
nondominan.
2. Ovulasi
Ovulasi disebabkan oleh lonjakan
sekresi Gonadotropin oleh
peningkatan besar sekresi
estrogen (34-36 jam sebelum
ovulasi).
10 – 12 jam sebelum ovulasi, LH
menstimulasi ovum untuk
menyelesaikan meiosis I dan
melepaskan polar body.
Peningkatan pesat sekresi estrogen dari folikel yang matang,
menghasilkan feedback positif ke pituitari terjadi lonjakan sekresi LH.
Peningkatan sekresi inhibin B pada folikel matang bersamaan dengan
peningkatan sekresi estrogen, menghasilkan feedback negatif dan positif
bersaan terhadap sekresi FSH ke hipotalamus lonjakan sekresi FSH
pada ovulasi tidak sebesar peningkatan sekresi LH.
LH menstimulasi peningkatan progesteron dan prostaglandin oleh sel
kumulus menyebabkan transudasi plasma, dan menstimulasi remodelling
ECM ovarium dan aktivasi protease, yang menyebabkan perlemahan
dinding folikel folikel pecah, ovum keluar.
Folikel postovulasi banyak terisi darah corpus hemorrhagicum.
Sel granlosa & sel theca berproliferasi & gumpalan daraj digantikan sel
luteal kaya lipid corpus luteum menandai dimulainya fase luteal.
3. Fase Luteal
Membran basal yang memisahkan sel granulosa & theca pecah
pembuluh darah masuk ke lapisan granulosa (2 hari post ovulasi).
Sel mengalami hipertrofi, kemampuan untuk sintesis hormon meningkat.
Corpus luteum menjadi sel sekretorik sementara untuk progesteron
(granulosa) dan estrogen (theca granulosa).
Keberadaan corpus luteum dipertahankan oleh adanya rangsangan
LH/hCG pada reseptor di permukaan sel granulosa & theca.
Corpus luteum berdegradasi 4 hari sebelum menstruasi corpus
albikans
Regresi corpus luteum penurunan drastis estrogen & progesteron
penurunan sinyal steroid ke endometrium inisiasi menstruasi.
Siklus Endometrial
Pada masa reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, selaput lendir uterus mengalami
perubahan-perubahan siklik yang berkaitan dengan produksi berulang estrogen dan
progesteron oleh ovarium.
1. Fase Proliferasi (fase intermenstruum atau fase endometrial preovulasi atau fase
estrogen)
Faktor penting pertumbuhan endometrial (epitel, vaskuler, dan stroma)
pascamenstruasi (preovulasi) adalah estradiol.
Fase ini dimulai bahkan sebelum mestruasi selesai (pada hari ke-5, epitel
sudah diperbaiki, dan revaskularisasi dimulai).
Selama fase proliferatif awal/dini:
o Berlangsung selama hari ke-4 sampai hari ke-7.
o Dikenali dengan: Endometrium masih tipis (tebalnya kurang dari 2
mm), dan proliferasi epitel, terutama di mulut kelenjar.
o Kelenjar pada fase ini masih sempit, bentuknya hampir lurus dan
paralel dari lapisan basal ke permukaan cavitas endometrial.
o Gambaran mitotik, terutama pada eitel glandular, dapat
diidentifikasi pada hari ke-5, dan aktifitas mitotik epitel dan stroma
bertahan sampai hari ke-16-17 atau 2-3 hari setelah ovulasi.
o Sebagian endometrium masih memperlihatkan tampakan fase
menstruasi, dengan involusi epitel kuboid kelenjar.
o Nukleus sel stroma relatif besar, karena sitoplasma masih sedikit.
Fase proliferatif madya:
o Berlangsung antara hari ke-8 sampai hari ke-10.
o Merupakan bentuk transisi, dikenali dari epitel permukaan yang
berbentuk torak dan tinggi.
o Kelenjar berkelok-kelok dan berfariasi.
o Sejumlah stroma mengalami edema.
o Tampak banyak mitosis dengan inti berbentuk telanjang (naked
nucleus).
Fase proliferatif akhir
o Berlangsung dari hari ke-11 sampai hari ke-14.
o Endomerium sangat tebal karena hiperplasia glandular dan
peningkatan substansi stoma, yaitu material edema dan protein.
o Pada kelenjar bagian fungsional, stroma lebih longgar, dan kelenjar
lebih terpisah. Pada lapisan basal, kelenjar lebih banyak, dan
stroma lebih padat.
o Pada pertengahan siklus, saat ovulasi mendekat, epitel glandular
lebih tinggi dan pseudostratified.
o Epitel permukaannya memiliki mikrovili, dan silia, yang membantu
pergerakan sekresi endometrial selama fase sekretorik.
Fase proliferasi normalnya dapat berlangsung minimal 5-7 hari, dan
maksimal 21-30 hari.
2. Fase Sekretorik (fase progestasional atau fase endometrial postovulasi)
Terjadi setelah ovulasi, panjang fase biasanya 12-14 hari.
Pada hari ke-17, glikogen terakumulasi di bagian basal epitel glandular,
menghasilkan vakuola subnuklear dan pseudostratifikasi, yang adalah
tanda pertama ovulasi yang dapat dilihat secara histologis.
Pada hari ke-18, vakuola bergerak ke bagian apikal sel sekretorik
nonsilia.
Pada hari ke-19, sel mensekresikan glikoprotein dan mukopolisakarida
ke dalam lumen. Pada hari ini juga, mitosis sel epitel menurun akibat
peningkatan produksi progesteron yang memiliki efek antagonis estrogen
terhadap aktifitas mitotik sel epitel.
Fase sekresi dini:
o Endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya, karena kehilangan
cairan.
o Pada saat ini, dapat dibedakan beberapa lapisan:
Stratum basale, yaitu lapisan endometrium yang
berbatasan langsung dengan lapisan myometrium.
Lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis epitel kelenjar.
Stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk
anyaman seperti spons. Disebabkan oleh banyaknya
kelenjar yang melebar dan berkelok-kelok, dengan hanya
sedikit stroma di antaranya.
Stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat.
Saluran-saluran kelenjar sempit, lumennya berisi sekret,
dan stromanya edema.
Fase sekresi lanjut:
o Terutama perubahan stroma endometrial.
o Saat ini ketebalan endometrium mencapai 5-6 mm.
o Hari ke-21 sampai 24, stroma edema.
o Hari ke-22 sampai 25, sel stromal di sekitar arteri spiral mulai
membesar, dan mitosis stromal sangan terlihat.
o Hari ke-23 sampai 28, karakteristiknya adalah sel predesidual, yang
mengelilingi arteriole spiral.
Tampakan penting dari fase sekretorik, yaitu perubahan pada hari ke-22
sampai 25, yang berhubungan dengan pembentukan sel predesidual pada
2/3 lapisan fungsional. Kelenjar menjadi sangat terpintir, dn sekresi
lumen sangat terlihat.
Window of implantation, yaitu penurunan mikrofili dan cilia, tetapi
muncul tonjolan luminal dari permukaan sel apikal (pinopoda), pada hari
ke-20 sampai 24. Pinopoda ini penting dalam persiapan implantasi
blastokis.
Estrogen dan progesteron meregulasi sintesis protein VGEF, yang
disekresi oleh sel stromal dan epitel glandular, mentrimulasi proliferasi
sel endotel dan peningkatan permeabilitas vaskuler.
3. Fase Deskuamasi (fase menstruasi)
Inisiasi mentruasi terjadi bila produksi progesteron oleh korpus luteum
menurun, akibat luteolisis.
Efek pertamanya adalah penurunan rangsang terhadap sel endometrium
oleh progesteron dan estrogen, yang diikuti oleh involusi endometrium
menjadi 65% dari ketebalan semula.
Proses menstruasi:
24 jam sebelum mentruasi, karena efek involusi yang juga mengeluarkan
bahan-bahan vasokonstriktor, arteriol akan vasokontriksi vasospasme
& hilangnya rangsangan hormonal memulai proses nekrosis pada
endometrium, khususnya pembuluh darah darah akan merembes ke
lapisan vaskular endometrium, daerah perdarahan akan meluas dengan
cepat dalam waktu 24-36 jam lapisan nekrotik bagian luar dari
endometrium terlepas dari uterus pada daerah perdarahan, sampai 48 jam
setelah menstruasi, semua lapisan superfisial endometrium sudah
deskuamasi massa jaringan deskuamasi dan darah dalam kavum uteri,
ditambah efek kontraksi prostaglandin, akan merangsang kontraksi
uterus yang menyebabkan keluarnya isi uterus.
Nekrosis endometrium rekrutmen leukosit (infiltrasi stroma oleh
neutrofil) tampakan pseudoinflamasi dan resistensi uterus yang
ekstrem terhadap infeksi banyak leukosit yang dikeluarkan selama
menstruasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi menstruasi:
o Faktor hormon:
Penurunan tiba-tiba dari rangsangan progesteron dan estrogen
pada akhir fase luteal akibat regresi korpus luteum,
mengebabkan involusi sel epitel endometrium.
o Faktor enzim:
Estrogen mempengaruhi penyimpanan enzim hidrolitik dalam
endometrium, dan merangsang penbentukan glikogen dan
asam mukopolisakarida, yang produksinya mempengaruhi
pertumbuhan endometrium.
Permeabilitas pembuluh darah meningkat di akhir fase luteal
akibat terhentinya sintesis mukopolisakarida, sehingga zat
makanan lebih banyak mengalir ke endometrium sebagai
persiapan inplantasi.
Bila tidak terjadi implantasi, dengan menurunnya kadar
progesteron, enzim hidrolitik dilepaskan dan merusak bagian
sel yang berperan dalam sintesis protein akibatnya, terjadi
gangguan metabolisme endometrium sehingga terjadi regresi
endometrium dan perdarahan.
o Faktor vaskuler:
Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-vena
dan capilary bed, akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan
dengan permukaan hematom, baik dari arteri dan dari vena.
o Faktor prostaglandin:
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2.
Prostaglandin terlepas, yang menyebabkan berkontraksinya
miometrium untuk membatasi perdarahan.