sig konsep penentuan lokasi sekolah menengah kejuruan (smk) di kab. sampang
DESCRIPTION
Konsep SIG Penentuan Lokasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kab. Sampang (Citra Nurmalita,S.Pd)TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampang adalah sebuah kabupaten di Madura yang ada di sebelah utara bagian
timur dari pulau Jawa. Kabupaten Sampang secara administrasi terletak dalam
wilayah Propinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di antara 113o 08’ -
113o 39’ Bujur Timur dan 6o 05’ - 7o 13’ Lintang Selatan. Kabupaten Sampang
terletak ± 100 Km dari Surabaya, dapat dengan melalui Jembatan Suramadu kira-
kira 1,5 jam atau dengan perjalanan laut kurang lebih 45 menit dilanjutkan dengan
perjalanan darat ± 2 jam.
Pembangunan di daerah kabupaten Sampang memberikan dampak perubahan
yang begitu baik bagi masyarakat Sampang,dengan dibuktikan adanya Bandara
Udara berupa SLH Heliport di Shorebase Camplong,Terminal,Rumah Sakit,
Tempat Pelelangan Ikan, Pengadilan Negeri, Lembaga Permasyarakatan,
Bank,Pasar Kota dan Kecamatan yang dapat menjadikan daerah ini begitu baik
dibandingkan sejajar dengan kabupaten lainnya di Pulau Madura. Perkembangan
yang pesat tersebut khususnya dibidang kemasyarakatan dan meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang baik tidak di imbangi dengan banyaknya sekolah yang
berkualitas baik khususnya di bidang pendidikan menengah kejuruan. Begitu
banyaknya perusahaan swasta dan BUMN di kabupaten Sampang harusnya menjadi
kesempatan emas untuk kabupaten Sampang menjadi daerah yang sukses
mengembangkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang terampil,kreatif dan
inovatif sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan. Dengan begitu
2
secara tidak langsung masyarakat Sampang akan dapat mengembangkan daerahnya
sendiri dengan sebaik-baiknya serta mensejajarkan daerahnya sama dengan
kabupaten yang maju di Provinsi Jawa Timur.
Kebutuhan sekolah mengengah kejuruan (SMK) di kabupaten Sampang untuk
kepentingan pendidikan dan peningkatan sumber daya manusia yang baik untuk
daerah Sampang sangat dibutuhkan di daerah ini. Menurut BPS Kabupaten
Sampang tercatat bahwa dari tahun 2008 hingga tahun 2012 jumlah unit usaha yang
ada di daerah kabupaten Sampang dari tahun ke tahun semakin meningkat dari
jumlah unit 539 unit di tahun 2008 hingga data terakhir menunjukkan 629 unit
usaha di tahun 2012 dengan jumlah tenaga kerja 4.834 dengan jumlah nilai
produksi 253.441 juta ditahun 2012. Data ini menunjukkan bahwa keterampilan di
sekolah menengah kejuruan yang tidak hanya memberikan kemampuan nilai
akademik saja namun nilai kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara
yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi
pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia, akan
memberikan banyak kesempatan untuk para lulusan SMK dari Kabupaten Sampang
menjadi tenaga yang ahli untuk daerahnya.
Dari paparan di atas disimpulkan bahwa kebutuhan tenaga kerja yang terampil
dengan kualifikasi memiliki kemampuan nilai akademik saja namun nilai
kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia sangat dibutuhkan
untuk kemajuan daerah Kabupaten Sampang, oleh karena itu penambahan SMK
yang mempunyai kualitas baik serta letak SMK yang baik akan sangat bermanfaat
3
untuk meningkatkan minat belajar masyarakat untuk memilih SMK sebagai
pendidikan menengah yang berkualitas di Kabupaten Sampang.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada dari penelitian dengan judul “ Penentuan Lokasi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Kab.Sampang” adalah :
1. Bagaimana letak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang strategis di
Kab.Sampang ?
2. Apakah diperlukan kebutuhan bangunan SMK yang baru atau hanya
penambahan Program Studi di Kab. Sampang ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dengan judul “ Penentuan Lokasi Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) di Kab.Sampang” adalah :
1. Mendeskripsikan letak SMK yang strategis di Kab.Sampang.
2. Mendeskripsikan kebutuhan SMK di Kab. Sampang
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dengan judul “ Penentuan Lokasi Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) di Kab.Sampang” adalah :
1. Sebagai referensi untuk menentukan lokasi SMK yang memiliki letak georafis
yang baik di Kab.Sampang.
2. Sebagai tambahan kepustakaan untuk pembaca.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Lokasi Sekolah Menengah Kejuruan
Suatu inovasi tentang sekolah sebagai tempat terbaik untuk belajar merujuk
pada penciptaan sekolah hijau yaitu sekolah sebagai tempat yang asri dan
menyenangkan yang berdampak pada peningkatan gairah belajar siswa,
menciptakan iklim akademis yang kondusif dan meningkatkan citra sekolah. Coba
kita rasakan perbedaannya tinggal di kampus yang gersang, kering tanpa
pepohonan, berdebu dan tak sedikitpun asesoris keindahan di dalamnya dengan
berada pada situasi sekolah yang rindang, tumbuh pepohonan yang melindungi dan
tertata estetik ditambah aroma kesegaran dari bunga-bunga alam yang mempesona
serta lingkungan yang tertata apik dan rapih membuat orang segan dan tak rela
membuang sampah permen sekalipun. Tentu situasi yang kedua jauh membuat
orang betah tinggal berlama-lama dan kondisi ini sangat mendukung bagi
berkembangnya situasi belajar mengajar yang diinginkan.
Tampilan fisik sekolah ditata secara ekologis sehingga menjadi wahana
pembelajaran bagi seluruh warga sekolah untuk bersikap arif dan berprilaku ramah
lingkungan. Program pendidikan dikemas secara partisipatif penuh, percaya pada
kekuatan kelompok, mengaktifkan dan menyeimbangkan feeling, acting, dan
thinking, sehingga tiap individu bisa merasakan nilai keagungan inisiasinya. Bahwa
sebenarnya memahami makna green school yang seharusnya adalah “berbuat untuk
menciptakan kualitas lingkungan sekolah yang kondusif, ekologis, lestari secara
5
nyata dan berkelanjutan, tentunya dengan cara-cara yang simpatik, kreatif, inovatif
dengan menganut nilai-nilai dan kearifan budaya lokal”.(Sugeng Paryadi, 2008).
1. Manajemen Tata Lingkungan yang Kondusif
Dalam analisis strategi lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif, hal-hal
yang perlu dicermati dan ditelaah oleh penyusun rencana kerja sekolah/madrasah
adalah lingkungan strategis sekolah/madrasah, yang meliputi lingkungan sosial
ekonomi baik masyarakat sekitar sekolah/madrasah maupun orangtua siswa di
sekolah/madrasah tersebut, budaya masyarakat, regulasi pemerintah daerah yang
memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi
perkembangan dan peningkatan mutu sekolah/madrasah. Karena itu, setelah
menelaah analisis kondisi lingkungan pada masing-masing sekolah/madrasah perlu
dijabarkan hal-hal dan implikasinya bagi perkembangan sekolah/madrasah.
a. Manajemen Tata Lingkungan Sekolah
Salah satu strategi yang dapat diterapkan dalam tata lingkungan disekolah
adalah Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Untuk menciptakan lingkungan
sekolah yang baik maka sekolah harus membuat manajemen lingkungan sekolah
berbasis pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) ini
dapat diterapkan disekolah dalam kurikulum pelajaran. Sehingga lebih terintegrasi
dan bisa dijalankan dan dievaluasi. Sistem/standar pengelolaan PLH pada
pendidikan dasar dan menengah pada hakekatnya belum ada. Hal ini dapat
diketahui berdasarkan hasil observasi langsung pada sekolah, implementasi PLH di
sekolah dapat dibuat untuk membentuk pola pengembangan PLH pada pendidikan
dasar dan menengah dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan. Hal ini
dapat dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut berikut : Manajemen PLH di
6
sekolah dapat dilakukan dengan mengacu pada prinsip dan elemen ISO 14.001
yang meliputi Plan, Do, Check, dan Action. Hal ini juga sejalan dengan
peningkatan pengelolaan sekolah (School Based Manajemen) dalam meningkatkan
mutu pengelolaan sekolah secara mandiri. Sedangkan prinsip dan elemen
pelaksanaan pengelolaan PLH di sekolah dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut:
Kebijakan PLH di sekolah
Menurut SML – ISO 14001, kebijakan lingkungan adalah pernyataan oleh
organisasi tentang keinginan dan prinsip-prinsipnya berkaitan dengan kinerja
lingkungan secara keseluruhan yang memberikan kerangka untuk tindakan dan
untuk penentuan sasaran dan target (objectives and targets). Manjemen puncak,
dalam hal ini kepala sekolah, menetapkan kebijakan pendidikan lingkungan hidup
sekolah, struktur dan tanggung jawab.
Perencanaan (plan)
Dalam melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan di sekolah diperlukan
identifikasi aspek lingkungan, identifikasi peraturan perundang-undangan,
penetapan tujuan dan sasaran lingkungan sekolah serta penetapan program
lingkungan untuk pencapaiannya.
Pelaksanaan (do)
Untuk menerapkan (do) PLH pada sistem ini, organisasi mengembangkan
kemampuan dan mekanisme yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan,
dan sasaran PLH di sekolah. Mekanisme prinsip penerapan yang dibangun seperti
disyaratkan, terdiri dari tujuh elemen, yaitu: (1) struktur dan tanggungjawab; (2)
7
pelatihan, kepedulian dan kompetensi, (3) komunikasi; (4) dokumentasi dan
pengendaliannya; (5) kesiagaan dan tanggap darurat.
Pemeriksaan dan Tindakan Perbaikan
Pemeriksaan dan tindakan koreksi dilaksanakan oleh organisasi untuk
mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja lingkungan sekolah. Kinerja PLH
di sekolah dapat diukur melalui pengintegrasian materi lingkungan hidup dalam
kegiatan:
Kurikulum
Pengintegrasian PLH dalam kegiatan kurikuler mempunyai arti bahwa PLH
tidak merupakan suatu mata pelajaran/bidang keahlian baru tetapi materi
lingkungan hidup terintegrasi ke dalam mata pelajaran atau program yang relevan
atau sesuai. Cara mengintegrasikan PLH dalam kegiatan kurikuler dimulai dari
menganalisis kemampuan/sub kemampuan setiap bidang keahlian/program keahlian
sampai menghasilkan suatu materi kejuruan yang berkaitan dengan materi
lingkungan hidup. Kegiatan ini dilakukan agar siswa mempunyai kompetensi atau
sikap profesional sesuai bidang keahlian yang dimilikinya dan sejalan dengan
tuntutan pembangunan yang berkelanjutan.
Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler seperti 7 K yang mencakup keamanan, ketertiban,
kebersihan, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan merupakan suatu
wadah yang dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan materi lingkungan kepada
siswa dalam kegiatan konkret. Kegiatan konkret tersebut dapat dilakukan pada
perayaan hari internasional, nasional, dan lokal dengan membahas masalah
lingkungan global, nasional dan lokal yang sedang terjadi, gerakan kebersihan
8
lingkungan sekolah, pasar, perumahan, gerakan penggunaan sepeda, jalan kaki, bus
umum, lomba karya ilmia, kampanye lingkungan, dan lain sebagainya sesuai
kebutuhan dan kondisi lingkungan sekolah dan masyarakat. Pelaksanaan
pengintegrasian materi lingkungan hidup pada kegiatan ektrakurikuler dapat
memilih metode dan media sesuai dengan kondisi lapangan. Kegiatan ini diarahkan
untuk membentuk sikap dan perilaku siswa dalam mewujudkan pembangunan yang
berkelanjutan.
Penampilan Sekolah
Dalam mewujudkan sekolah berbudaya lingkungan (sekolah yang
menanamkan nilai-nilai lingkungan hidup kepada seluruh warga dan masyarakat
sekitarnya) dapat dikembangkan untuk mengantisipasi berbagai macam persoalan
lingkungan, khususnya kegiatan yang memiliki dampak atau akibat aktivitas
kegiatan belajar mengajar yang ada di sekolah. Penampilan sekolah berbudaya
lingkungan secara umum dapat dinilai dari adanya : 1) Penerapan hemat energi 2)
Manajemen/ pengelolaan pemisahan sampah 3) Pengelolaan air bersih dan kotor 4)
Pengelolaan emisi/ gas buang 5) Penghijauan 6) dan lain-lain.
Sikap dan perilaku warga sekolah
Sikap dan perilaku warga sekolah terhadap lingkungan hidup merupakan nilai
yang paling penting dalam mewujudkan Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL).
Pelaksanaan PLH di sekolah mempunyai sasaran meningkatkan kepedulian seluruh
warga sekolah (kepala dan wakil sekolah, tenaga administrasi, guru, dan siswa)
terhadap lingkungan. Standar penilaian dapat dibuat sesuai kebutuhan sekolah.
Sebagai contoh untuk menilai sikap dan perilaku siswa dengan kategori baik atau
jelek dapat dilihat dari penampilan kelasnya. Jika kelas siswa kelihatan kotor,
9
apakah akibat banyak kertas berserakan dan banyak coretan di dinding, kelasnya
dapat dinilai bahwa siswa tersebut belum memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Demikian juga bagi guru, tenaga administrasi, dan kepala sekolah dapat dinilai dari
ruang kerja masing-masing unit. Sedangkan mengukur keberhasilan (sikap dan
perilaku) sekolah dalam mewujudkan SBL dapat dinilai seluruh unsur (warga) yang
ada di sekolah.
Tinjauan Ulang Manajemen
Hasil dari proses pemeriksaan dan tindakan koreksi tersebut dijadikan masukan
bagi manajemen dalam menerapkan prinsip pengkajian dan penyempurnaan, yaitu
berupa kajian ulang manajemen yang dilaksanakan organisasi setiap enam
bulan/satu tahun sekali, atau bila dianggap perlu.
Berikut ini adalah gambaran pengelolaan PLH. Pengolahan lingkungan sekolah
dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan siswa dalam
pengelolaan air, sampah, energi dan halaman sekolah dan tata ruang kelas.
b. Pengelolaan Air di Sekolah
Kita dapat membayangkan apabila di sekolah kekurangan air bersih! Tentunya
sekolah menjadi kotor karena jarang atau tidak pernah dibersihkan, kamar mandi
mengeluarkan bau yang tidak sedap, dan merasa tidak nyaman atau kesulitan bila
kita hendak ke WC. Akibatnya lingkungan sekolah menjadi tidak sehat sehingga
dapat mengganggu kenyamanan belajar.
Ketersediaan air bersih disekolah sangat diperlukan dalam jumlah yang relatif
banyak. Hal ini mengingat jumlah warga sekolah yang terdiri dari siswa, guru, dan
karyawan dapat mencapai ratusan orang. Sehinga kebutuhan air bersih akan lebih
10
banyak lagi. Jenis kebutuhan air di sekolah adalah untuk minum, membersihkan
lantai, membersihkan WC, mencuci peralatan laboratorium dan menyiram tanaman.
Sumber air bersih yang digunakan bagi pemenuhan kebutuhan warga sekolah
dapat berasal dari air PDAM, sumur gali, sumur pompa, atau sumber mata air yang
dialirkan bagi sekolah-sekolah yang terletak di pegunungan. Untuk mengurangi
keterbatasan air bersih disekolah, dapat dilakukan dengan upaya penghematan
melalui penentuan prioritas. Misalnya, air bersih hanya digunakan untuk minum
dan mengisi bak mandi, sedangkan untuk keperluan lainnya seperti membersihkan
WC, membersihkan lantai dan menyiram tanaman gunakanlah air yang berasal dari
bak-bak penampungan air hujan.
Karena itu sekolah perlu menyediakan bak-bak penampungan air hujan, baik
berupa kolam maupun sumur-sumur resapan. Sumber air yang mengisi kolam
maupun sumur resapan sebaiknya berasal dari air hujan yang jatuh dari atap
bangunan sekolah atau dari air bekas wudhu dan cuci tangan. Kemudian dialirkan
melalui saluran pipa-pipa yang menuju kolam maupun sumur resapan, sehingga
airnya masih bersih belum bercampur lumpur.
Sekolah-sekolah yang berada di negara-negara maju umumnya sudah memiliki
teknologi pengelolaan air limbah. Sehingga air bersih yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan sekolah tidak berasal dari sumbernya, akan tetapi
menggunakan kembali air yang sudah dipakai melalui teknologi air limbah.
Teknologi pengolahan air limbah yang digunakan tentu sangat mahal harganya.
Negara kita belum mampu memenuhi hal itu, apalagi diadakan di sekolah-sekolah
yang jumlahnya sangat banyak. Ada caranya sebenarnya lebih murah untuk
mengatasi keterbatasan air bersih di sekolah yang dapat kalian lakukan. Cara
11
tersebut adalah dengan melakukan penghematan air saat pamakaian dan selalu
menutup kran air apabila terlihat terbuka sehingga air tidak terbuang percuma.
c. Pengelolaan Sampah di Sekolah
Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang
diinginkan, maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti cara-cara
yang baik dan benar. Apa pentingnya pengelolaan sampah di sekolah? Pada
prinsipnya semakin sedikit dan semakin dekat sampah dikelola dari sumbernya,
maka pengelolaannya akan semakin mudah dan baik, serta lingkungan yang terkena
dampak juga semakin sedikit. Tahapan-tahapan pengelolaan sampah di sekolah
adalah :
Pencegahan dan pengurangan sampah dari sumbernya. Kegiatan ini dimulai
dengan kegiatan pemilahan atau pemisahan organik dan anorganik dengan
menyediakan tempat sampah organik dan anorganik di setiap kawasan sekolah.
Pemanfaatan kembali sampah terdiri atas :
Pemanfaatan sampah organik.
Seperti komposting (pengomposan) sampah yang mudah membusuk dapat
diubah manjadi pupuk kompos yang ramah lingkungan untuk melestarikan
fungsi kawasan sekolah. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dengan melakukan
kegiatan composting sampah organik yang komposisinya mencapai 70 % dapat
direduksi hingga mencapai 25 %.
Pemanfaatan sampah anorganik.
Pemanfaatan sampah organik baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan kembali secara langsung, misalnya pembuatan kerajinan yang
berbahan baku dari barang bekas, atau kertas daur ulang. Sedangakan
12
pemanfaatan kembali secara tidak langsung, misalnya menjual barang bekas
seperti kertas, plastik, kaleng, koran bekas, botol, gelas dan botol air minum
dalam kemasan.
Tempat pembuangan sampah akhir.
Sisa sampah yang tidak dapat dimanfaatkan secara ekonomis baik dari
kegiatan komposting maupun pemanfaatan sampah anorganik, jumlahnya
mencapai + 10 % harus dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir $28TPA)
di sekolah.
Selain itu untuk menciptakan suatu kondisi sekolah yang sehat, sekolah harus
memenuhi kriteria, antara lain kebersihan dan ventilasi ruangan, kebersihan
kantin, WC, kamar mandi, tempat cuci tangan, melaksanakan pelayanan
kesehatan, pendidikan kesehatan, bimbingan konseling dan manajemen peran
serta masyarakat.
Pengelolaan Energi di Sekolah
Penggunaan energi di sekolah sangat penting agar proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik. Penggunaan energi di sekolah biasanya untuk menerangi
ruangan-ruangan, menyalakan barang-barang eletronik seperti komputer dan
media pembelajaran, mengalirkan pompa air, dll.
Terhadap fasilitas umum seperti sekolah, hendaknya kita bersama-sama
bertanggung jawab untuk memelihara dan menghemat pada saat pemakaiannya.
Banyak cara yang dapat kalian lakukan dalam rangka pengelolaan energi
disekolah, misalnya melalui penggunaan cahaya matahari untuk menerangi
ruangan-ruangan belajar di kelas, perpustakaan, laboratorium, dll. Menghemat
pemakaian air karena dialirkan menggunakan listrik, mematikan lampu-lampu
13
yang masih menyala saat siang hari. Mematikan alat-alat elektronik seperti
komputer dan televisi saat sedang tidak digunakan.
Pengelolaan Ruang Kelas
Penyusunan dan pengaturan ruang belajar hendaknya memungkinkan anak
duduk berkelompok dan memudahkan guru bergerak leluasa untuk membantu
siswa dalam belajar. Dalam masalah penataan ruang kelas ini beberapa hal yang
perlu mendapatkan pembahasan adalah masalah pengaturan tempat duduk,
pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan dan kebersihan kelas, dan
ventilasi serta cahaya
Pengelolaan Halaman Sekolah
Sekolah sebagai tempat belajar perlu memiliki lingkungan yang bersih dan
sehat agar tercipta suasana belajar yang nyaman. Kita bisa membayangkan
apabila sekolah kita kotor dan tidak sehat, tentu sangat mengganggu kegiatan
belajar mengajar. Pastikan ruangan kelas kalian bersih dari sampah, debu dan
bau yang tidak sedap. Bahkan kalian bisa menambahkannya dengan wangi-
wangian dan tanaman hidup dalam pot.
Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat tidak hanya di dalam kelas tetapi
juga diluar kelas, seperti di halaman. Halaman sekolah selain di tata
keindahannya, juga perlu memperhatikan persyaratan kesehatan. Halaman
sekolah yang tidak sehat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit sehingga
menimbulkan rasa tidak nyaman bagi semua warga sekolah.
2. Manajemen Keamanan Sekolah
Menciptakan sekolah yang aman, nyaman, dan disiplin sangatlah penting agar
siswa dapat mencapai prestasi yang terbaik dan guru dapat menampilkan kinerja
14
yang terbaik Untuk mewujudkan sekolah yang aman perlu dilakukan beberapa
langkah. Pertama, sekolah harus membentuk komite yang terdiri dari berbagai
stakeholders, yaitu masyarakat sekitar sekolah, orang tua, guru, kepala sekolah
komite sekolah dan siswa. Dengan melibatkan semua fihak diharapkan komite
dapat memperjatam pemahaman dan kesepakatan tentang apa yang perlu dilakukan.
Melibatkan keahlian yang terdapat di masyarakat, seperti anggota kepolisian atau
ABRI sangatlah penting. Keterlibatan orang tua juga sangat penting agar hal-hal
yang menjadi keprihatinan siswa dapat didengar dan diselesaikan. Selain itu
stakeholders yang lain perlu dilibatkan agar dapat didengar bagaimana pengalaman
mereka sehubungan dengan mewujudkan sekolah yang aman.
Tugas pertama dari komite ini adalah melakukan needs assessment mengenai
keadaan sekolah saat ini ditinjau dari segi keamanan. Berdasarkan penilaian awal
ini, komite dapat memperoleh pengetahuan mengenai kekuatan dan kelemahan
sekolah dalam hal keamanan.
Kedua, untuk meningkatkan keamanan sekolah, upaya harus difokuskan pada
bangunan fisik sekolah, tata letak dan kebijakan dan prosedur yang ada untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari dan menyelesaikan masalah yang mungkin
timbul. Bangunan sekolah, kelas, ruang lab, kantor, perpustakaan, lapangan olah
raga dan halaman sekolah harus direview. Selain itu, berbagai kebijakan dan
prosedur juga akses masuk sekolah harus dinilai kembali. Penggunaan teknologi
untuk mencegah orang masuk penyusup masuk dari luar seperti alarm, pagar, teralis
harus dipertimbangkan. Pencegahan ini harus distandarkan oleh sekolah dan
standar-standar lain untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan harus dibuat
seperti membawa benda-benda tajam atau benda-benda lain yang berbahaya. Jalur
15
komunikasi dan prosedur yang harus diikuti bila terjadi kejadian pencurian atau
pelanggaran lainnya harus dibuat.
Usaha lain adalah adanya penjaga sekolah (satpam), pembentukan Patroli
Keamanan Sekolah (PKS), Menwa (Resimen Mahasiswa) di tingkat perguruan
tinggi, atau yang sejenisnya.
Hubungan manusiawi yang diwujudkan dalam sikap menghormati, saling
membantu, bekerja sama atau saling bersedia melakukan pendekatan adalah sikap
yang tidak saja diperlukan bagi kegiatan belajar bersama tetapi juga berguna bagi
kehidupan bersama di masyarakat sekarang dan masa yang akan datang.
3. Ciri-ciri Lingkungan Sekolah yang Kondusif
Adapun ciri-ciri untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif yaitu
dengan memperhatikan beberapa aspek berikut :
Tata ruang kelas lebih lapang
Dalam artian jumlah siswa dalam kelas yang tidak melebihi kapasitas standar
kelas kurang lebih 30 siswa.
Kebersihan kelas dan sarana interior kelas yang memadai.
Sarana dalam kegiatan belajar mengajar yang cukup nyaman akan menjadikan
para siswa lebih jonsentrasi untuk menerima pelajaran.
Cara mengajar guru yang lebih mengacu pada kurikulum.
Maksudnya adalah guru lebih memperhatikan kebiasaan para siswa dan dapat
menambah minat belajar siswa. Mungkin dengan siapa memberikan tugas-
tugas yang berbeda-beda pada setiap siswa atau memberikan permainan-
permainan kecil saat proses pelajaran.
16
Dengan cara pengelolaan sekolah dari kepala sekolah itu sendiri.
Maksudnya apakah kepala sekolah akan mengambil tindakan tegas bagi setiap
tindakan di sekolah atau tidak. Maupun dari cara berpikir seorang pemimpin,
controlling, monitoring, dan leading sekolah itu dengan baik.
(alsymponie.2012:3)
Sesuai dengan paparan kajian di atas maka dapat di simpulkan bahwa
pengembangan sekolah khususnya SMK pada bahasan penelitian ini, sangat
diperlukan suasana atau lingkungan yang kondusif dan memnuhi standar yang telah
ditetapkan oleh sistem pendidikan nasional, dengan menyesuaikan dengan prinsip
tata ruang sekolah yang baik maka sekolah akan menjadi tempat yang dapat
memberikan motivasi dan semangat belajar untuk peserta didik. Pengembangan
sekolah yang memberikan motivasi dan semangat belajar yang baik belum
seluruhnya terpenuhi di Kabupaten Sampang- Madura, banyaknnya sekolah
khususnya SMK di wilayah tersebut masih belum menjadi daya tarik oleh peserta
didik ataupun peserta didik. Berbeda dengan SMA Negeri yang ada di Kab.
Sampang, sudah banyak menjadi sekolah yang mempunyai manajemen sekolah,
lingkungan dan tata ruang yang baik, sehingga menarik minat lulusan siswa SMP.
B. Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
1. Orientasi Program pada Sekolah Menengah Kejuruan
Pada hakekatnya, program dan kegiatan pembangunan pendidikan kejuruan
diorientasikan pada tujuan strategis pembangunan pendidikan menengah kejuruan
yang mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional, yaitu
“ tersedianya dan terjangkaunya layanan pendidikan menengah kejuruan yang
bermutu, relevan, dan berkesetaraan di semua provinsi, kabupaten, dan kota”
17
untuk keperluan pengukuran ketercapaian tujuan strategis pembangunan pendidikan
menengah kejuruan tersebut diperlukan sejumlah sasaran strategis yang
menggambarkan kondisi yang harus dicapai pada tahun 2014. Sasaran strategis dari
tujuan strategis tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. APK SMK nasional melampaui 40%;
2. 70% SMK memiliki sarana prasarana sesuai SNP;
3. 60% Kabupaten/Kota memiliki SMK Unggul/Model/Rujukan/Berprestasi;
4. 90 % SMK menerapkan Pembelajaran Berbasis SMK;
5. 85% SMK menyediakan layanan pembinaan pengembangan kewirausahaan;
6. Seluruh SMK menerapkan pembelajaran yang membangun karakter.
Salah satu implementasi dalam mencapai sasaran APK Sekolah menengah
secara nasional melampaui 40% pada tahun 2014, Direktorat Pembinaan SMK
mengalokasikan anggaran untukBantuan Pembangunan USB-SMK; Bantuan
Pembangunan Unit Sekolah Baru (USB) SM, Bantuan Pembangunan Ruang Kelas
Baru (RKB) SMK; Bantuan Pengembangan SMK di Papua dan Papua
Barat;Beasiswa Siswa Miskin (BSM); Beasiswa SMK Pertanian dan Beasiswa
Program Keahlian Khusus.
Sedangkan upaya untuk mencapai sasaran 70% SMK memiliki sarana
prasarana sesuai SNP diarahkan pada Bantuan Pengembangan SMK Pusat Layanan
TIK; Bantuan Pembelajaran Pengembangan TUK dan Sertifikasi Internasional;
Bantuan Pembelajaran Interaktif Pengadaan Sarana; Bantuan Pembangunan Ruang
Praktek Siswa (RPS) SMK; Bantuan Pembangunan Kolam Praktik Perikanan;
Bantuan Pembangunan Ruang Praktik Perhotelan; Bantuan Pembangunan Ruang
Kesenian dan Kebudayaan SMK; Bantuan Peralatan Praktik SMK; Rintisan BOS
18
SMK/BOS SM; Beasiswa Prestasi; Bantuan Pemasaran Tamatan (Job Matching)
dan Penggandaan UN.
. Upaya untuk mencapai 60% Kabupaten/Kota memiliki SMK
Unggul/Model/Rujukan/Berprestasi diarahkan pada Bantuan SMK dalam rangka
Pemberdayaan Masyarakat; Bantuan SMK Berprestasi; Bantuan Pengembangan
SMK Berbasis Komunitas/Pesantren; Bantuan Pengembangan SMK Rujukan.
Upaya untuk mencapai sasaran Sekurang -kurangnya 90% SMK melaksanakan
Pembelajaran berbasis TIK diarahkan pada Bantuan Pengembangan SMK Pusat
Layanan TIK. Dalam mencapai sasaran 85% SMK menyediakan Layanan
pembinaan pengembangan kewirausahaan diarahkan pada; Bantuan Pengembangan
Kewirausahaan.Selain berorientasi pada tujuan strategis tersebut, isu-isu strategis
lain perlu mendapat perhatian dalam mendukung strategi pelaksanaan program dan
kegiatan Direktorat Pembinaan SMK. Isu-isu tersebut antara lain kemajuan
pengetahuan dan teknologi, aspek efisiensi dan efektivitas pengelolaan, upaya
mendukung pengentasan kemiskinan, dan pemberian bantuan dana untuk SMK
yang efisien dan efektif.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat adalah
sebuah keniscayaan yang harus pula direspon secara tepat oleh pendidikan
kejuruan, oleh karenanya Teknologi Informasi dan Komunikasi serta berbagai
program inovasi lainnya harus diprogramkan baik dalam bentuk muatan materi
pembelajaran maupun penyiapan infrastrukturnya.
Pada aspek efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan pendidikan,
penyempurnaan mekanisme, tata kerja, prosedur penyaluran bantuan, implementasi
19
program, monitoring dan evaluasi kegiatan juga menjadi perhatian agar setiap
sasaran yang telah ditetapkan dapat dicapai dengan kualitas yang baik
dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kebijakan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan dalam
pengelolaan, upaya pengentasan kemiskinan, dan pemberian bantuan untuk SMK
secara efektif dan efisien diharapkan menjadi langkah strategis untuk mempercepat
tercapainya sasaran strategis secara bertahap dan berkelanjutan.
Mengacu pada sasaran tujuan dari Garis-Garis Besar Program Pembinaan SMK
2013 pada poin ketiga dipaparkan jelas bahwa 60% Kabupaten/Kota memiliki SMK
Unggul/Model/Rujukan/Berprestasi, dengan acuan ini maka di Kab. Sampang perlu
adanya pengembangan SMK yang memiliki tingkat kualitas sekolah yang unggul,
berprestasi, dan dapat menjadi tempat rujukan ataupun model Sekolah Menengah
Kejuruan yang dapat di pandang lebih baik oleh wali murid dan calon peserta didik.
Harapannya adalah jika SMK di Kab. Sampang dapat berkembang dengan baik
maka Kab. Sampang ikut turut mendukung kemajuan pengetahuan dan teknologi,
aspek efisiensi dan efektivitas pengelolaan, dan upaya mendukung pengentasan
kemiskinan, dan pemberian bantuan dana untuk SMK yang efisien dan efektif.
(Direktorat Pembinaan SMK,2013:4-10)
C. Peran Sistem Informasi Geografis (SIG) di Bidang Pendidikan
Lima puluh tahun yang lalu, kebanyakan orang memiliki hubungan atau
interaksi dengan dunia nyata lewat informasi geografis yang divisualisasikan
hampir seluruhnya hanya dengan dengan peta. Penggunaan peta pun relatif terbatas.
sebuah peta biasanya hanya ada pada edisi terbaru majalah Geografi Nasional atau
ditempel pada dinding kelas.
20
Namun dalam dekade terakhir, penggunaan informasi geografis telah
berkembang secara eksponensial. Saat ini penggunaan SIG telah sangat terintegrasi
ke dalam kehidupan sehari-hari Teknologi geospasial yang bekerja di belakang
layar berbagai program seperti peningkatan energi, produksi pertanian, dan
mengetahui neraca air. Pemetaan adalah fitur yang diharapkan dari aplikasi ponsel
dan situs web. Teknologi SIG memungkinkan kita mencapai tujuan, membantu
kondisi darurat dalam menemukan lokasi penyelamatan , dan semakin memberi kita
pandangan yang lebih luas dari dunia kita
Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG atau GIS) adalah sistem berbasis
komputer bak perangkat keras, lunak dan prosedur) yang dapat digunakan untuk
menyimpan, memanipulasi informasi geografi (Stand Aronof, 1993).
Saat ini penggunaan SIG telah sangat geospasial yangbekerja di belakang
layar, telah membantu berbagai proyek dan program pemerintah. Fitur peta saat ini
tersedia hampir disetiap sistem informasi. Mulai dari pelayanan informasi (service)
hingga kebutuhan pencarian alamat, sesuatu hal yang sulit terjadi pada era tahun
1980-an di Indonesia.
Perkembangan pelayanan online berup telah menggeser kehidupan sosial
masyarakat dari budaya tanya kepada budaya peta. Sistem web berbasis SIG dan
ponsel semakin diiminati menjadi bagian dari pengambilan keputu Hardware dan
software GIS yang makin populer dan tidak terhindarkan menjadikan Software GIS
semakin mudah (user friendly).
1. Bekerja semakin efisien in desktop : menggambar meningkatkan proses
kepemilikan data
2. Mampu mendesain dan skect peta secara interactive
21
3. Mengelola dan membuat data lebih mudah
4. Menyediakan fitur untuk aplikasi webGIS dan mobile phone
5. Interperobel dengan format lain Geodatabase
Saat ini penggunaan SIG telah sangat terintegrasi menyatu dalam kehidupan
sehari bekerja di belakang layar, telah membantu baik langsung atau tidak langsung
berbagai proyek dan program pemerintah. Fitur peta saat ini tersedia hampir
disetiap sistem informasi. Mulai dari pelayanan informasi (service) hingga
kebutuhan pencarian alamat, sesuatu hal yang sulit terjadi pada era tahun 1980-an
di Indonesia.
Perkembangan pelayanan online berupa google map dan google earth yang
makin populer telah menggeser kehidupan sosial masyarakat dari budaya tanya
kepada budaya peta. Sistem web berbasis SIG dan ponsel semakin diiminati dan
dicari masyarakat, SIG telah menjadi bagian dari pengambilan keputusan di
berbagai lapisan masyarakat. Hardware dan software GIS yang makin populer dan
tidak terhindarkan menjadikan Software GIS semakin mudah (user friendly). Trend
kedepan sistem SIG mencirikan
1. Bekerja semakin efisien in desktop : menggambar lebih cepat dan responsive
meningkatkan proses kepemilikan data
2. Mampu mendesain dan skect peta secara interactive
3. Mengelola dan membuat data lebih mudah Menyediakan fitur untuk aplikasi
webGIS dan mobile phone
4. Interperobel dengan format lain
Tujuan standarisasi peta tematik yaitu mengurangi duplikasi produk antar
lembaga, meingkatkan kualitas dan mengurangi biaya yang berkaitan dengan
22
penyajian informasi tematik, membuat data lebih mudah diakses oleh publik, untuk
meningkatkan manfaat data yang tersedia dan untuk membangun kemitraan serta
meningkatkan ketersediaan data.
Berdasarkan tujuan dari SIG, SIG sangat diperlukan sebagai media untuk
memudahkan suatu lembaga untuk memperjelas semua data dan fakta yang terkait
dengan lokasi di permukaan bumi. Di bidang pendidikan fungsi dari SIG yang
dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai media untuk membantu menentukan
suatu lokasi Sekolah Menengah Kejuruan di Kab. Sampang. Dengan harapan
pemanfaatan SIG untuk penentuan lokasi sekolah dapat membantu untuk
memenuhi kebutuhan SMK di Kab. Sampang, dan membantu untuk
mendeskripsikan kebutuhan Prodi yang diminati oleh peserta didik di Kab.
Sampang.
Gambar 1. Tempat Penelitian
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Desember 2013. Lokasi Penelitian terletak
pada empat belas kelurahan di Kab. Sampang yang terdiri dari :
No. Kelurahan Jumlah Desa
1 Banyuates 202 Camplong 143 Jrengik 144 Karang Penang 75 Kedundung 186 Ketapang 147 Omben 208 Pangarengan 69 Robatal 910 Sampang 1811 Sokobanah 1212 Sreseh 1213 Tambelangan 1014 Torjun 12
Tidak
Tidak
24
B. Rancangan Penelitian
Secara garis besar rancangan pelaksanaan penelitian dengan konsep Sistem
Informasi Geografis (SIG) secara manual dengan mengikuti diagram alur seperti
tersaji pada gambar 2.
Basis data
OK
Gambar 2. Diagram Pelaksanaan Penelitian
Basis data
OK
Penyimpanan basis data spasial
Penyimpanan basis data non-spasialJOIN ITEM
Visualisasi Analisis
PENGUMPULAN DATA
Data Spasial :
Peta Administrasi
Peta Wilayah Sekolah SMK
Peta Wilayah SMP
Peta Aksesbilitas
Peta Daerah Rawan Banjir
Data Non-Spasial :
Data Daftar Sekolah
Data Jumlah Desa
Data Jumlah Penduduk
Data Jumlah Lulusan SMP
Data Laju Pertumbuhan
Penduduk
Data Letak Geografis
Data Luas Wilayah
Data Indikator PendidikanPenyusunan basis data spasial
Penyusunan basis data non-spasial
25
C. Klasifikasi Parameter Lokasi SMK
Penetuan Lokasi SMK dilakukan dengan menngunakan penilaian tingkat
kestrategisan wilayah untuk lokasi SMK, berikut ini adalah parameter dari
penentuan lokasi SMK di wilayah Kab. Sampang :
1. Aksebilitas
Aksesbilitas pada parameter ini diartikan sebagai kemudahan keterjangkauan
lokasi sekolah dengan jalan raya, pertokoan,moda transportasi untuk kenyamanan
siswa dan keamanan siswa. Sekolah yang mempunyai kemudahan aksesbilitas
akan mengundang minat peserta didik dan wali siswa.
Rasionalisasi : Semakin mempunyai kemudahan aksesbilitas maka sekolah akan
berkembang jauh lebih baik dibandingkan dengan sekolah yang memiliki
aksesbilitas yang jauh dari aksesbilitas.
2. Bentuk Lahan
Bentuk lahan merupakan kenampakan medan yang terbentuk oleh proses
alami, tersusun oleh material tertentu, mempunyai sifat fisikal dan fisual dengan
julat tertentu dimanapun kenampakan obyek tersebut berada. Bentuk lahan dapat
dikenali secara langsung pada foto citra satelit.
Pengharkatan bentuk lahan di dasarkan hubungan bentuk lahan dengan banjir
(genangan) ditinjau dari bentuk lahan masing-masing diantaranya: pegunungan,
perbukitan, lereng kaki, dataran tinggi.
Rasionalisasi: Semakin ke arah bentuk pegunungan maka lahan sekolah yang akan
digunakan akan berpotensi lebih baik karena lingkungan yang kondusif dan
tenang, dan semakin ke arah bentuk dataran rendah atau datar maka
26
kecenderungan banjir akan semakin tinggi dan mengakibatkan sekolah
berkemungkinan untuk banjir potensinya lebih besar.
3. Peta Banjir
Peta banjir diartikan bahwa sekolah yang akan dikembangkan jauh dari daerah
yang rawan bencana banjir yang nantinya akan menghambat kegiatan belajar
mengajar serta membuat siswa beserta orang tua merasatidak nyaman. Peralatan
dan mesin praktikum dari siswa kejuruan juga harus dilindungi dari bencana
banjir karena jika sekolah di kembangkan di daerah rawan banjir akan
mengancam kerusakan dari peraatan sekolah.
4. Jumlah Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs)
Banyaknya jumlah SMP sangat penting untuk menjadi parameter penentuan
lokasi SMK di Kabupaten Sampang, karena dengan jumlah SMP yang banyak
maka akan mempengaruhi banyaknya kebutuhan sekolah menengah atas untuk
kelanjutan pendidikan siswa SMP/MTs.
5. Jumlah Kelulusan Siswa SMP
Pengaruh jumlah kelulusan siswa SMP di Kabupaten Sampang mempengaruhi
jumlah siswa yang akan mendaftarkan diri ke SMA/SMK/MAK. Sebelum
mengembangkan sebuah sekolah SMA/SMK/MAK terlebih dahulu menganalisis
dari SMP di daerah Kabupaten Sampang untuk tiap tahun berapa siswa yang lulus
atau akan lulus. Dengan menganalisis jumlah kelulusan SMP maka sekolah yang
akan dikembangkan akan dapat memprediksi berapa siswa yang akan mendaftar.
27
6. Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK)
Banyaknya jumlah Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (SMK/MAK) di Kabupaten Sampang, Kab. Bangkalan dan Kab.
Pamekasan akan mempengaruhi banyaknya siswa yang akan daftar ke SMK yang
dikembangkan. Karena dengan jumlah SMK,dan MAK yang sudah
melimpah,maka tidak seharusnya mengembangkan sekolah menegah atas di
daerah tersebut, karena jika tetap dikembangkan sekolah menengah atas maka itu
akan percuma karena tidak akan ada siswa yang daftar di sekolah yang
dikembangkan,kecuali sekolah yang akan dikembangkan memang sungguh-
sungguh berkualitas dari SMK/MAK yang lainnyadi daerah lokasi pengembangan
sekolah.
7. Jumlah Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah Negeri (SMA/MAN)
Banyaknya jumlah Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah Negeri
(SMA/MAN) di Kabupaten Sampang, Kab. Bangkalan dan Kab. Pamekasan akan
mempengaruhi banyaknya siswa yang akan daftar ke SMK yang dikembangkan.
Karena dengan jumlah SMA, dan MAN yang sudah melimpah,maka tidak
seharusnya mengembangkan sekolah menegah atas di daerah tersebut, karena jika
tetap dikembangkan sekolah menengah atas maka itu akan percuma karena tidak
akan ada siswa yang daftar di sekolah yang dikembangkan,kecuali sekolah yang
akan dikembangkan memang sungguh-sungguh berkualitas dari SMA/MAN yang
lainnyadi daerah lokasi pengembangan sekolah.
28
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Cara Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian “Konsep Penentuan Lokasi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Sampang, Madura” ini meliputi :
1. Foto hasil Citra Satelit dari Google Map dengan skla 1 : 100.000 tahun 2014,
untuk mendukung data foto udara, kenampakan pemukiman, dan pemakaian
lahan secara keseluruhan.
2. Peta Administrasi Kab. Sampang tahun 2014, untuk mendukung data
administrasi wilayah Kab. Sampang (Data Kecamatan)
3. Peta Administrasi Kab. Bangkalan tahun 2014, untuk mendukung data
administrasi wilayah Kab. Bangkalan (Data Kecamatan)
4. Peta Administrasi Kab. Pamekasan tahun 2014, untuk mendukung data
administrasi wilayah Kab. Pamekasan (Data Kecamatan)
5. Peta Infrastruktur Kab. Sampang tahun 2012 (data PU), unutk mendukung
data penempatan infrastruktur di Kab. Sampang.
6. Peta Prasarana Kab. Sampang tahun 2014, untuk mendukung data aksesbilitas
dari wilayah Kab. Sampang
7. Peta Banjir Kab. Sampang tahun 2012, untuk mendukung data kelayakan
wilayah Kab. Sampang untuk dipergunakan sebagai lahan sekolah.
8. Data jumlah kelulusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri/Swasta di Kab. Sampang tahun 2013, sebagai data yang utama.
29
9. Data jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri/Swasta di Kab.
Sampang tahun 2013, sebagai data sekunder.
10. Data jumlah Sekolah, Program Studi (Prodi), dan jumlah siswa pada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri/Swasta di Kab. Sampang tahun 2013
sebagai data sekunder..
11. Data jumlah Sekolah, Program Studi (Prodi), dan jumlah siswa pada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri/Swasta di Kab. Bangkalan tahun 2013
sebagai data sekunder..
12. Data jumlah Sekolah, Program Studi (Prodi), dan jumlah siswa pada Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri/Swasta di Kab. Pamekasan tahun 2013
sebagai data sekunder..
13. Data jumlah Sekolah, dan jumlah siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri/Swasta di Kab. Sampang tahun 2013 sebagai data sekunder..
14. Data jumlah Sekolah, dan jumlah siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri/Swasta di Kab. Bangkalan tahun 2013 sebagai data sekunder..
15. Data jumlah Sekolah, dan jumlah siswa pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri/Swasta di Kab. Pamekasan tahun 2013 sebagai data sekunder..
16. Data daftar Akreditasi SMK dan SMA di wilayah Kab. Sampang tahun 2013
sebagai data sekunder..
17. Data daftar Akreditasi SMK dan SMA di wilayah Kab. Bangkalan tahun 2013
sebagai data sekunder..
18. Data daftar Akreditasi SMK dan SMA di wilayah Kab. Pamekasan tahun
2013 sebagai data sekunder.
30
19. Data Rekapitulasi jumlah siswa SMP Negeri/Swasta wilayah Kab. Sampang
tahun 2013 sebagai data sekunder.
20. Data Rekapitulasi jumlah siswa SMK, dan SMA Negeri/Swasta Kab.
Sampang, Bangkalan dan Pamekasan sebagai data sekunder.
B. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
1. Notebook HP Atom Mini dengan menggunakan program Microsoft Excel
2007 untuk membantu memproses, dan menganalisis data.
2. Printer berwarna Canon IP 2770, untuk mencetak hasil analisa.
3. Google Searching , untuk mencari data sekunder yang dibutuhkan.
4. Kertas Mika plastik bening, untuk menggambarkan hasil analisis data.
5. Spidol Snowman permanent for O.H.P , untuk menggambar di mika plastik
6. Kertas Milimeter, untuk menggambar overlay 1.
C. Jalan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan interpretasi
peta administasi dan pengolahan data grafis menggunakan sistem informasi
geografis dalam pelaksanaannya dibagi menjadi tiga tahap : (1) Pengumpulan
data, (2) Pemrosesan data, dan (3) Interpretasi Data. Secara keseluruhan langkah
operasi penelitian dan alur diagram penelitian dapat di interpretasikan pada flow
chart di bawah ini dan akan di deskripsikan sesuai dengan alur diagram penelitian
dibawah ini pada gambar 3.1 :
31
Gambar 3.1
Diagram Flowchart Alur Penelitian Konsep Penentuan Lokasi SMK
1. Pengumpulan Data
Tahap ini merupakan tahapan awal dari penelitian ini, yaitu pengumpulan
data utama ataupun data sekunder. Tahap ini dilakukan studi literatur dan laporan
terdahulu yang terkait dengan topik penelitian yaitu “Konsep Penentuan Lokasi
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kab. Sampang”. Pada tahapan ini akan
dikumpulkan sejumlah data-data utama ataupun data sekunder yang mendukung
hasil rekapitulasi SIG untuk penentuan lokasi SMK di Kab. Sampang.
Pengumpulan data dengan cara observasi dan pencarian data via internet untuk
memudahkan pencarian data sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya.
START
INPUT
END
INPUT
PROSES
Pengumpulan Data
Pemrosesan Data
Interpretasi Data
32
2. Pemrosesan Data
Tahapan ini adalah tahapan pengolahan untuk menganalisis seluruh data dari
hasil pengumpulan data yang telah di analisis. Data tersebut akan di breakdown
kemudian akan menghasilkan data rekapitulasi dan di analisa agar menjadi data
yang siap untuk di interpretasikan menjadi data yang bisa dibaca dalam bentuk
gambar.
3. Interpretasi Data
Tahapan interpretasi data adalah tahapan yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan data yang telah di olah dan yang telah di rekapitulasi, kemudian
akan di gambarkan dengan menggambarkan peta Kab. Sampang, Kab. Bangkalan,
dan Kab. Pamekasan. Penggambaran dari data hasil observasi akan di overlay dari
tahap per-tahap untuk memperoleh sebuah gambaran nyata.
D. Pengharkatan
Dari paremeter yang telah dijelaskan dalan klasifikasi parameter penelitian ini dapat
dibaca dalam tabel klasifikasi parameter pada Tabel 4.1 dibawah ini :
No Parameter yang di HarkatSkor
Minimum Maksimum
1 Aksesbilitas 10 100
2 Bentuk Lahan 10 60
3 Peta Banjir 10 60
4 Jumlah SMP 10 100
5 Jumlah Kelulusan SMP 20 100
6 Jumlah SMA/MAN 10 100
7 Jumlah SMK/MAK 10 100
33
E. Hasil Penelitian
Sesuai dengan analisis data dari beberapa data, dihasilkan data rekapitulasi yang
telah di dapatkan dari kombinasi dari beberapa data hasil observasi dan pencarian di
internet. Rekapitulasi data dapat di lihat pada Tabel 4.2 beikut ini :
REKAPITULASI JUMLAH SEKOLAH SMP,SMK,SMA /SEDERAJAT DI KAB. SAMPANG TAHUN 2013
No. KecamatanJml
Desa
JumlahKET
SMPSMA/MA SMK/MAK
Negeri Swasta Negeri Swasta1 Banyuates 20 23 0 4 0 3 2 Camplong 14 24 1 3 0 4 3 Jrengik 14 10 0 6 0 1 4 Karang Penang 7 14 0 3 0 2 5 Kedundung 18 25 1 2 0 2 6 Ketapang 14 30 1 4 0 1 7 Omben 20 25 0 3 0 2 8 Pangarengan 6 13 0 6 0 1 9 Robatal 9 17 0 4 1 0
10 Sampang 18 30 10 12 4 3 11 Sokobanah 12 19 0 3 0 0 12 Sreseh 12 13 1 2 0 1 13 Tambelangan 10 10 0 6 1 1 14 Torjun 12 6 1 4 0 1
Jumlah 186 259 15 62 6 22
Tabel 4.2
Rekapitulasi Jumlah Sekolah SMP, SMK,SMA sederajat di Kab. Sampang
Berdasarkan tabel 4.2 dijelaskan bahwa jumlah SMP di Kab. Sampang
sebanyak 259 bangunan sekolah SMP, 15 SMA Negeri dan 62 Swasta, dan 6
SMK Negeri dan 22 swasta, maka dengan jumlah SMK yang cenderung lebih
sedkit di bandingkan SMA, perlu adanya penambahan SMK di Kab. Sampang
yang tentunya harus memenuhi standarisasi yang telah ditentukan oleh program
pembinaan SMK tahun 2013 yaitu SMK yang memiliki sarana prasarana sesuai
34
Sistem Nasional Pendidikan (SNP), SMK yang memiliki karakteristik di
Kabupaten/Kota memiliki SMK Unggul/Model/Rujukan/Berprestasi, SMK yang
dapat menerapkan Pembelajaran Berbasis SMK, SMK yang menyediakan layanan
pembinaan pengembangan kewirausahaan, dan SMK yang dapat menerapkan
pembelajaran yang membangun karakter.
Sekolah yang memenuhi standarisasi dari pembinaan direktorat SMK lebih
cenderung ada di luar Kab. Sampang, seperti di Kab. Pamekasan yang memiliki
akreditasi yang memuaskan dibandingkan dengan sekolah lain di Bangkalan dan
Sampang.
Berdasarkan banyaknya SMP di Kab. Sampang juga mempengaruhi latar
belakang dari inisiatif untuk mendirikan atau mengembangkan SMK yang unggul
di Kab. Sampang. Berdasarkan analisis data, SMP di di Kab. Sampang memiliki
jumlah siswa terbanyak dibandingkan dengan Bangkalan dan Pamekasan. Daya
Tampung siswa untuk pendidikan yang lebih tinggi tidak memenuhi untuk
sekolah yang berkualitas, maka sisa dari siswa yang tidak diterima di sekolah
lanjut atau SMK akhirnya memiliki SMK Swasta yang kualitasnya dibawah
Standar dari Sistem Pendidikan Nasional.
Tingkat kelulusan di Kab.Sampang pada tahun 2013 masuk pada tingkata
kedua setelah Kab. Pamekasan. Berdasarkan www.madura
terkini.com/Bangkalan/Hanya 19 Siswa tidak lulus/ dijelaskan bahwa urutan
tingkat kelulusan di Pulau Madura Pertama Kab.Sumenep dari 6.435 Siswa
peserta UNAS 2 orang tidak lulus, Pamekasan dari 6.639 yang tidak lulus 9 orang,
Sampang dari 15.573 siswa yang tidak lulus 8 orang siswa, dan Bangkalan dari
6.850 yang mengikuti UNAS hampir keseluruhan lulus 100 %.
35
Dibawah ini merupaka tabel 4.3, tabel yang menjelaskan detail dari peserta
UNAS 2013 di setiap kecamatan di Kab. Sampang dan jumlah kelulusan.
Parameter (SMP) Jumlah TotalSiswa Peserta UNAS Lulus Tdk Lulus
Jumlah Siswa 15573Jumlah Peserta UNAS 15573Jumlah Siswa Lulus 15565
Jumlah Siswa Tidak Lulus
Break Down :
8
Banyuates 1128 1128 1126 2Camplong 1398 1398 1398 0Jrengik 526 526 525 1Karang Penang 674 674 674 0Kedundung 684 684 684 0Ketapang 1306 1306 1306 0Omben 673 673 670 3Pengarengan 575 575 574 1Robatal 608 608 608 0Sampang 3158 3158 3157 1Sokobanah 812 812 812 0Sreseh 942 942 942 0Tambelangan 791 791 791 0Torjun 1041 1041 1041 0Lain-Lain 1257 1257 1257 0
Jumlah 15573 15573 15565 8
Tabel 4.3
Rekapitulasi Jumlah Peserta dan Jumlah Kelulusan SMP di Kab. Sampang
KETSMP Siswa SMA/MAN Siswa SMA/MA Siswa
1 Banyuates 20 23 1128 4 521 3 1832 Camplong 14 24 1398 5 588 3 2733 Jrengik 14 10 526 3 432 1 1154 Karang Penang 7 14 674 6 632 2 955 Kedundung 18 25 684 6 441 2 2186 Ketapang 14 30 1306 5 439 1 937 Omben 20 25 673 7 478 2 1958 Pangarengan 6 13 575 6 575 1 1009 Robatal 9 17 608 7 521 1 201
10 Sampang 18 30 3158 10 904 6 178211 Sokobanah 12 19 812 2 250 0 012 Sreseh 12 13 942 8 433 1 2413 Tambelangan 10 10 791 3 259 2 18114 Torjun 12 6 1041 5 374 1 10015 Lain-Lain 0 0 1257 0 0 1 145 P. Mandangin
Jumlah 186 259 15573 77 6847 27 3705
JumlahNo. Kecamatan Jml Desa
REKAPITULASI JUMLAH PESERTA DIDIK DI KAB. SAMPANG TAHUN 2013
Tabel 4.4
Rekapitulasi Jumlah Peserta Didik SMP, SMK, dan SMA di Kab. Sampang
36
Berdasarkan tabel 4.4 dan tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa kebutuhan SMK
di Kab. Sampang yang unggul menjadi harapan bagi para peserta didik yang ingin
melanjutkan ke pendidikan wajib 12 tahun, dengan bekal keahlian yang di
sesuaikan dengan keinginan dan potensi peserta didik. Jika, SMK di Kab.
Sampang yang unggul dapat dikembangkan dengan baik dengan memiliki
program studi yang berpotensi untuk mengembangkan daerah lokal maka sangat
diharapkan untuk segera dikembangkan SMK. Tujuannya yaitu agar putra daerah
tidak memilih sekolah SMK yang jauh dari tempat tinggalnya untuk mengejar
bersekolah di SMK yang unggul di Kabupaten tetangga, yaitu Kab. Bangkalan
dan Kab. Pamekasan yang memiliki jarak tempuh 30 menit sampai 1 jam untuk
menuju sekolah favorit di daerah lain.
Dibawah ini adalah tabel 4.5 yaitu tabel analisis jumlah peserta didik yang
berdomisili Kab. Sampang yang bersekolah di beberapa SMK di Kab. Bangkalan
dan Kab. Pamekasan.
No Kabupaten L P Jml Siswa1 Bangkalan 38 77 70332 Pamekasan 58 95 7369
JUMLAH 96 172
Tabel 4.5
Rekapitulasi Jumlah Peserta didik di wilayah Kab. Bangkalan dan Kab.
Pamekasan yang berdomisili Kab. Sampang
Dari Tabel di atas dapat disimpulkan bahwa masih ada peserta didik yang
bersekolah di luar Kabupaten Sampang untuk mengejar sekolah dan jurusan yang
mereka inginkan (Lihat lampiran Rekapitulasi Daftar Peserta Didik Di Kab.
Pamekasan Dengan Domisili Kab.Sampang).
37
Sebagai bahan pendukung tabel 4.6 berikut ini akan memaparkan beberapa
sekolah yang menjadi sekolah favorit untuk didatangi oleh peserta didik dari Kab.
Sampang.
No Kabupaten Nama Sekolah Prodi L P Jml SiswaTek. Sepeda Motor 13 0 13Tek. Komputer Jaringan 9 25 34Akuntansi 0 17 17
SMKN 1 Kamal Kecantikan Kulit 0 4 4Akomodasi Perhotelan 14 3 17Administrasi Perkantoran 2 6 8Kecantikan Kulit 0 2 2
SMKN 1 Tanjung Bumi Busana Butik 0 14 14SMKN 3 Bangkalan Tek. Komputer Jaringan 6 12 18SMK Farmasi Yannas Husada Farmasi 6 3 9
Tek. Elektronika 143 11 154Pemasaran 100 96 186Tek. Gambar Bangunan 145 41 186Tek. Komputer Jaringan 100 90 190
SMKN 3 Sampang Akuntansi 119 26 145SMK Al- Asy'Ari Tek. Komputer Jaringan 45 75 120SMKN 2 Sampang Pemesinan 121 0 121SMK Darul Ikhtijad Tek. Sepeda Motor 109 0 109SMK Darus Salam Tek. Sepeda Motor 100 0 100
Akuntansi 0 1 1Manajemen Bisnis 2 4 6Sekretaris 0 3 3Multimedia 3 0 3Akomodasi Perhotelan 1 4 5Jasa Boga 0 6 6 Busana Butik 0 24 24Tek. Gambar Bangunan 9 2 11Tek. Sepeda Motor 6 0 6Konstruksi Beton 2 0 2Tek. Komputer Jaringan 5 2 7
SMK Miftahul Ulum Lesong Busana Butik 0 12 12SMK As-Salafiyah Busana Butik 0 12 12
Busana Butik 2 1 3Jasa Boga 0 5 5Tek. Kendaraan Ringan 1 0 1Farmasi 1 1 2Analisis Kesehatan 1 1 2
REKAPITULASI JUMLAH PRODI YANG DIMINATI PESERTA DIDIK
Sampang3
Bangkalan1
SMKN 1 Blega
SMKN 1 Bangkalan
SMKN 1 Sampang
SMKN 1 Pamekasan
2 Pamekasan
SMKN 3 Pamekasan
SMKN 2 Pamekasan
SMK Mambaul Ulum Bata-Bata
SMK Kesehatan Nusantara
Tabel 4.6
Rekapitulasi Sekolah dan Prodi yang di inginkan siswa ada di Kab.Sampang
38
Berdasarkan data hasil analisa di atas dapat di simpulkan bahwa Kab.
Sampang membutuhkan SMK yang unggul dan berpotensi sebagai orientasi awal
dari terciptanya Sumber Daya Manusia yang terampil, kreatif dan inovatif dengan
harapan nantinya Kab. Sampang dapat menjadi Kabupaten yang unggul karena
memiliki putra daerah yang memiliki keahlian yang dapat di andalkan untuk
menciptakan dan membentuk kehidupan yang lebih baik.
F. Lokasi Sekolah
Berdasarkan data hasil analisa dan observasi di Kab. Sampang, maka dapat
di lihat pada lampiran tabel, diketahui bahwa wilayah Kec. Torjun merupakan
tempat yang baik untuk di jadikan lokasi pengembangan SMK, dikarenakan di
wilayah tersebut masih memiliki lingkungan yang kondusif serta nyaman untuk
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Kec. Torjun merupakan lokasi yang strategis untuk dikembangkan SMK
dikarenakan wilayah tersebut dekat dengan wilayah pendidikan SMK dan
Perguruan Tinggi STKIP Sampang, dan memiliki bentuk lahan yang baik dan
memiliki aksesbilitas yang cukup mudah. Wilayah Kec. Torjun jauh dari
keramaian namun hanya memerlukan waktu 5 menit untuk ke Kota Sampang.
G. Program Studi
Berdasarkan hasil analisa data, dapat di deskripsikan bahwa Prodi yang
harus dikembangkan sesuai dengan minat peserta didik dan juga keahlian yang
akan dikembangkan dapat memenuhi kebutuhan dunia usaha dan dunia industri
adalah jurusan Teknik Gambar Bangunan, Teknik Furniture, Teknik Surveyor dan
Pemetaan, Teknik Sepeda Motor, Teknik Pemesianan, Teknik Komputer Jaringan,
39
Teknik Elektronika, Akomodasi Pehotelan, Busan Butik, Tata Boga, dan Tata
Busana. Jurusan-jurusan yang telah disebutkan adalah jurusan yang di favoritkan
oleh lulusan SMP dan jurusan-jurusan tersebut merupakan jurusan yang saat ini
dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri tanpa meninggalkan dunia usaha
lokal di Kab. Sampang.
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perlu adanya penambahan SMK di Kabupaten Sampang dengan lokasi di
Kec. Torjun. Karena Kec. Torjun memiliki Aksesibilitas yang baik,mudah
dan lancar, memiliki struktur bentuk lahan yang tidak berpotensi untuk banjir,
memiliki tata lingkungan yang kondusif dan di Kec. Torjun masih minim
SMK, dan sebaliknya untuk jumlah sekolah tingkat SMP di Kec. Torjun
cukup banyak sehingga dapat berpotensi untuk mengembangkan SMK di
daerah tersbut.
2. Dibutuhkan SMK yang unggul, berprestasi dan dapat menjadi sekolah yang
memiliki Standar Sistem Nasional Pendidikan yang baik.
B. Saran
1. Penelitian ini masih dibutuhkan penelitian yang lebih lanjut untuk meng-
update setiap informasi yang baru agar tetap menjadi informasi yang dapat di
manfaatkan sebaik-baiknya. Seperti contoh untuk data kelulusan dan jumlah
sekolah yang ada di Kab. Sampang perlu selalu diperbaharui.
41
DAFTAR PUSTAKA
Marno, dkk. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Bandung :
PT Refika Aditama.
Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta : CV
Haji Masagung.
Muhaimin, dkk. 2010. “Manajemen Pendidikan” Aplikasinya dalam Penyusunan
Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah. Jakarta : Kencana.
Effendi, Moehtar. 1996. Manajemen Suatu pendekatan Berdasarkan Ajaran
Islam. Jakarta : Bhatara.
Direktorat Pembinaan SMK. 2013. http://www.ditpsmk.net/juknis/00_Garis-
Garis_Besar_Program_Pembinaan_SMK_2013.pdf . diakses tanggal 18
Januari 2014
alsymphonie. 2012. http://alsymphonie.blogspot.com/2012/01/manajemen-tata-
lingkungan-sekolah-yang.html. diakses tanggal 18 Januari 2014
Bakosurtal. 2013. http://www.bakosurtanal.go.id/artikel/show/sistem-informasi-
geografi-sig-dan-standarisasi-pemetaan-tematik. diakses tanggal 18 Januari
2014