shalom pembaca yang budiman. “l · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan...

48
SENANDUNG PAGI Shalom pembaca yang budiman. Redaksi menerima kiriman dokumen (artikel, renungan, liputan, dan lain-lainnya) dari para pembaca, kirimkan ke [email protected]. Tim Redaksi akan mempertimbangkan dan memutuskan dokumen mana yang akan dimuat dalam Majalah GEMA. Penasehat Pdt. Abraham R. Persang Majelis Pendamping Dkn. Leny Salim, Dkn. Januwar Hadi Tim Redaksi Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama, Boaz Y. Wibowo, Jimmy Hng, Yosafat Tri Hanggoro, Angelina Kosasih Tim Layout Albert Wiyono, Jennifer Chandra Webmaster Nicky Sagitta Hiedajat Cetak & Distribusi Ratna Lie e-mail [email protected] website www.gema-gpo.sg “L ama tidak berjumpa!” Begitu kira-kira yang menggambarkan ungkapan kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. Tanpa disadari, Buletin Gema telah cukup lama tidak menyapa jemaat GPO. Pada edisi kali ini, Buletin Gema mencoba untuk mengajak jemaat untuk mempelajari, mengingat, dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ajarkan dalam setengah tahun terakhir, salah satunya adalah tentang pelayanan. Tidak akan ada habisnya membahas pelayanan. Apalagi jika dikaji dari berbagai sudut pandang, konteks, atau pun yang lainnya. Begitu halnya Buletin Gema kali ini tidak mungkin bisa membahas aspek pelayanan secara tuntas. Namun, Tim Redaksi berharap dengan hadirnya Buletin Gema kali ini dapat membantu kita untuk lebih dalam lagi memahami pelayanan seperti yang Tuhan Yesus ajarkan. “Senang bertemu lagi!” Begitu kira-kira yang kita katakan kepada seseorang yang akhirnya bisa bertemu kembali. Begitu halnya dengan Buletin Gema, senang bisa hadir kembali bagi saudara seiman di gereja kita tercinta.

Upload: phungkien

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

SEN

AN

DU

NG

PAG

I

Shalom pembaca yang budiman.

Redaksi menerima kiriman dokumen (artikel, renungan, liputan, dan lain-lainnya) dari para pembaca, kirimkan ke [email protected]. Tim Redaksi akan mempertimbangkan dan

memutuskan dokumen mana yang akan dimuat dalam Majalah GEMA.

Penasehat Pdt. Abraham R. Persang Majelis Pendamping Dkn. Leny Salim, Dkn. Januwar Hadi Tim Redaksi Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama, Boaz Y. Wibowo, Jimmy Hng,

Yosafat Tri Hanggoro, Angelina Kosasih Tim Layout Albert Wiyono, Jennifer Chandra Webmaster Nicky Sagitta Hiedajat Cetak & Distribusi Ratna Lie

e-mail [email protected] website www.gema-gpo.sg

“Lama tidak berjumpa!” Begitu kira-kira yang menggambarkan ungkapan

kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. Tanpa disadari,

Buletin Gema telah cukup lama tidak menyapa jemaat GPO.

Pada edisi kali ini, Buletin Gema mencoba untuk mengajak jemaat untuk

mempelajari, mengingat, dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita

ajarkan dalam setengah tahun terakhir, salah satunya adalah tentang pelayanan.

Tidak akan ada habisnya membahas pelayanan. Apalagi jika dikaji dari

berbagai sudut pandang, konteks, atau pun yang lainnya. Begitu halnya Buletin

Gema kali ini tidak mungkin bisa membahas aspek pelayanan secara tuntas. Namun,

Tim Redaksi berharap dengan hadirnya Buletin Gema kali ini dapat membantu kita

untuk lebih dalam lagi memahami pelayanan seperti yang Tuhan Yesus ajarkan.

“Senang bertemu lagi!” Begitu kira-kira yang kita katakan kepada seseorang

yang akhirnya bisa bertemu kembali. Begitu halnya dengan Buletin Gema, senang

bisa hadir kembali bagi saudara seiman di gereja kita tercinta.

Page 2: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

DA

FTA

R IS

I

ii

JUMPA PENABUHJOHAN HUANG

24GAUNG PERISTIWA

KEBANGKITAN-NYA UNTUK DUNIAOleh : Clement Perdana

SATUKAN KAMI PAKAILAH KAMI

Oleh : Dkn. Oloan Manurung

30

33

SUARA GEMBALAIMITATIO CHRISTI

– MENGHAYATI TELADAN KRISTUS

DARI PERSPEKTIF INJIL MARKUS

Oleh: Pdt. A. R. Persang

DEPAN, TENGAH, BELAKANG?

Oleh: Pdt. A. R. Persang

1

6

PANDU SANGKAKALA

FINISHING WELLOleh : Pnt. Rusmin Satyawijaya

“... AKU DATANG UNTUK MELAYANI, BUKAN DILAYANI...”Oleh : Dkn. Anthon Simangunsong

12

14

GAMBUS & KECAPI

KELUARGA YANG MELAYANIOleh : Willy A. Renandya & Siani Indarwati

40

SESAT PIKIROleh : JUPS

44

SIMFONI KASIH

JUST FOR YOUOleh : Pdt. Artomilka Lia

19ii

Page 3: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

SUA

RA

GE

MB

ALA

1

Ada dua fakta yang menonjol dalam hidup orang Kristen; pertama, fakta bahwa orang

Kristen lebih semarak merayakan Natal daripada Paskah! Kedua, orang Kristen lebih gemar

hidup diberkati dalam arti materi daripada hidup diberkati dalam arti non materi.

Dari fakta ini, dapat dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan kritis: “apakah Paskah

tidak memiliki arti penting dalam kehidupan iman orang Kristen?” dan “apakah hidup

orang Kristen berarti hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan materi saja? Bagaimana

dengan orang Kristen yang setia hidupnya, namun sakit-sakitan dan miskin, apakah orang ini

termasuk yang tidak diberkati?” Dan ‘perkawinan’ dari dua pertanyaan tersebut adalah: “jadi

sebenarnya menjadi Kristen itu seperti apa ya?”

Dalam kesempatan kali ini, kita akan melihat dan memahami pertanyaan-pertanyaan di atas

melalui penuturan Injil Markus.

Mengenali Injil Markus

Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, lebih khusus lagi kitab INJIL-INJIL merupakan

pedoman penting bagi setiap orang Kristen. Mengapa? Karena melalui kitab-kitab Injil,

setiap orang Kristen mendapatkan pengetahuan, pemahaman serta wawasan tentang Kristus

Yesus, yang menjadi pusat iman. Melalui kitab-kitab Injil dipaparkan tentang penggenapan

janji keselamatan dari Allah melalui kehidupan, pelayanan, penderitaan, kematian dan

Oleh: Pdt. A. R. Persang

IMITATIO CHRISTIMenghayati teladan Kristus dari Perspektif Injil Markus

Page 4: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

2

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

karenanya, uraian-uraian di dalam Injil

Markus lebih singkat dan padat serta banyak

menggunakan kalimat langsung.

Injil Markus dalam penuturannya tentang

Kristus bergerak dengan cepat (dengan

menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani

yang diterjemahkan dengan “seketika

itu juga”); Injil Markus dibuka dengan

pernyataan yang sangat jelas dan tegas,

“Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus,

Anak Allah.” (Mrk. 1:1). Kalimat pernyataan

awal ini, terus-menerus ditegaskan ketika Injil

Markus memaparkan banyak kisah mujizat dan

penyembuhan yang Tuhan Yesus lakukan (18

mujizat; 4 perumpamaan). Namun, Injil Markus

tidak mengurai secara detail kisah mujizat dan

sengaja tidak menonjolkannya, karena Injil

Markus cenderung memperlihatkan Tuhan

Yesus yang adalah Allah dan Mesias, adalah

seorang Hamba yang menderita. Dan dalam

pandangan Injil Markus, mujizat terbesar

Tuhan Yesus Kristus adalah penderitaan dan

kematian-Nya; hal ini diungkapkan melalui

kesaksian Kepala Pasukan Tentara Romawi

ketika melihat Tuhan Yesus mati disalib, ia

berkata: “Sungguh, orang ini adalah Anak

kebangkitan Kristus Yesus, Allah yang menjadi

manusia. Dan melalui kitab-kitab Injil, orang

Kristen juga mendapatkan pengajaran akan

kehendak Allah dalam kesaksian hidup

seseharinya serta teladan dari Kristus Yesus

dalam menerapkan segala kehendak-Nya

bagi setiap manusia.

Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes,

adalah empat kitab di dalam Perjanjian Baru

yang disebut sebagai kitab-kitab INJIL. Kata

“Injil” berasal dari istilah Bahasa Yunani

ευαγγελιον (dibaca “yuangelion”); yang

artinya Kabar Sukacita. Kabar Sukacita yang

dimaksud adalah JANJI KESELAMATAN

YANG DIGENAPI OLEH ALLAH. Dengan

digenapi janji keselamatan itu maka

manusia yang merespon anugerah Allah dan

percaya, menerima pengampunan dosa dan

hidup kekal.

Empat Injil dalam Perjanjian Baru dapat

dibagi menjadi Injil-injil Sinoptik (kata sinoptik

berasal dari istilah Bahasa Yunani, yang

artinya melihat bersama): Matius, Markus,

Lukas; dan Injil Yohanes yang tidak termasuk

dalam Injil Sinoptik. Injil-injil Sinoptik adalah

Injil-injil yang memiliki kesamaan pola dalam

menuturkan berita sukacita, yang terfokus

pada diri Kristus Yesus, mulai dari kelahiran-

Nya sampai dengan kebangkitan-Nya.

Sementara Injil Yohanes berbeda dalam

pola penuturannya tentang Kristus Yesus

dan karya-Nya.

Injil Markus, dalam pandangan para Ahli

Biblika, adalah Injil tertua dibandingkan tiga

injil lainnya. Injil Markus kerapkali disebut

sebagai Injil “laporan pandangan mata”;

Page 5: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

3

Allah!” (Mrk. 15:39). Peristiwa Transfigurasi

(pemuliaan) Tuhan Yesus menjadi momen

yang penting, karena setelah itu diungkapkan

identitas serta misi penderitaan-Nya kepada

murid-murid-Nya (Mrk 8:27-9:10). Di Kaisarea,

Tuhan Yesus memberitahukan dengan terus

terang kepada para murid bahwa Dia harus

“menanggung banyak penderitaan dan

ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala

dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan

bangkit sesudah tiga hari” (Mrk. 8:31). Dan

pada banyak bagian, Injil Markus memuat

pernyataan Tuhan Yesus Kristus bahwa

penderitaan adalah harga kemuridan (baca

Mrk. 3:21-22, 30; 8:34-38; 10:33-34, 45; 13:8,11-

13). Gambaran tentang Tuhan Yesus sebagai

Hamba Allah yang sempurna, yang siap

menderita dan menderita bahkan mati demi

misi keselamatan dari Allah, dimunculkan

dalam teks-teks Injil Markus sebanyak 34 kali.

Tuhan Yesus Kristus yang memperlihatkan

sosok yang sungguh-sungguh menghamba,

melayani dan bukan dilayani, diungkapkan

dengan sangat tegas ketika Ia berbicara

kepada murid-murid-Nya (Mrk. 10:45).

Dalam Injil Markus, Kristus digambarkan

sebagai Hamba Allah yang tak pernah

mengenal lelah, yang selalu sibuk dengan

berbagai kegiatan pelayanan, pengajaran

serta berbagai kegiatan lainnya. Hal yang

khas dari Injil Markus, Kristus Yesus juga

diperlihatkan begitu dengan siapapun yang

ada di sekitarnya bahkan begitu ekspresif,

misalnya: bagaimana Tuhan Yesus mengambil

seorang anak kecil lalu memeluknya (Markus

9:36), atau peristiwa Tuhan Yesus tertidur di

dalam perahu ketika taufan yang dahsyat

mengamuk (Markus 4:37-38), Ia berdukacita

karena kedegilan mereka, dan dengan

marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada

mereka (Markus 3:5; 7:34; 8:12).

Imitatio Christi – menyerupai Kristus

Istilah Imitatio Christi dalam sejarah Gereja

mengemuka pada kisaran tahun 1418 sampai

dengan 1650; pada saat itu, gereja-gereja di

Eropa digerakkan lagi untuk membangun

kehidupan dan perilaku yang berbeda

dengan masyarakat pada umumnya, dan

membangun kehidupan dan perilaku hanya

berpedoman pada teladan Kristus. Di dalam

Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, Surat-surat

Paulus sangat jelas memberikan arahan dan

nasehat kepada seluruh jemaat untuk hidup

menyerupai Kristus. Bagaimana rasul Paulus

dapat begitu kuat memberikan dorongan

agar jemaat membangun kehidupan mereka

berpedoman pada teladan Kristus? Tentu

hal ini tidak dapat lepas dari berita Injil

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 6: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

yang pada saat itu sangat dekat dan saat

itu diberitakan oleh para Rasul-rasul Kristus.

Dan secara pribadi, Paulus pun memiliki

relasi yang begitu kuat dengan Kristus Yesus

yang menjumpainya ketika ia sedang dalam

perjalanan menuju Damsyik.

Memperhatikan hal-hal tersebut, dalam

bulan Maret dan April 2015, kita keluarga

besar Jemaat Gereja Presbyterian Orchard

Singapura – Jemaat Berbahasa Indonesia,

secara khusus menerima pemberitaan firman

tentang Teladan Kristus sesuai berita dari

Injil Markus. Bulan Maret dan April dalam

tahun liturgis Gerejawi adalah masa-masa Pra

Paskah, Minggu Palem, Kamis Putih, Jumat

Agung, Sabtu Sunyi dan Minggu Paskah.

Dengan demikian, dalam bulan-bulan

khusus ini, kita belajar dari Injil Markus untuk

meneladani teladan Kristus. Apakah yang kita

dapatkan dari Injil Markus dalam kaitannya

dengan upaya meneladani teladan Kristus?

Pertama, kita belajar tentang komitmen

dan integritas. Injil Markus memperlihatkan

dengan singkat, padat dan jelas tentang

komitmen dan integritas Yesus Kristus, Allah

yang menjadi manusia, yang menggenapi

janji keselamatan-Nya. Dalam situasi tenang,

nyaman atau situasi sebaliknya, Tuhan Yesus

Kristus tetap memperlihatkan keteguhan,

kesungguhan-Nya dalam komitmen dan

menjalankan integritas-Nya, bahkan sampai

mati di Kayu Salib.

Kedua, kita belajar tentang kerendahan dan

ketulusan hati. Dalam berbagai kesempatan

dan berjumpa dengan siapa pun, Tuhan

Yesus memperlihatkan sikap dan tindakan

kerendahan hati dan ketulusan hati.

Tidak ada satu pun tindakan Yesus Kristus

yang memperlihatkan kesombongan atau

keangkuhan atau mungkin kewibawaan-

Nya sebagai Yang Mahakuasa. Ia datang

dan dekat dengan manusia, dengan siapa

saja, dengan orang yang paling dihormati

atau pun yang paling dibenci, dengan orang

yang paling kaya atau pun dengan yang

paling miskin, dengan orang yang paling

berpengaruh atau pun dengan orang yang

paling dianggap hina.

Ketiga, kita belajar tentang kehambaan

dan harga yang harus dibayar sebagai

seorang hamba. Sebagai hamba, Tuhan Yesus

memperlihatkan keutuhan, totalitas serta

ketaatan penuh pada tanggung jawab serta

segala konsekuensi yang harus diemban dan

4

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 7: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

dialami-Nya. Dan ketika dalam perjalanan

tugas tanggung jawab-Nya sebagai

hamba, Tuhan Yesus juga memperlihatkan

ketangguhan-Nya, Ia tidak merengek untuk

diberikan bantuan atau kemudahan; atau

Ia juga tidak menggunakan fasilitas surgawi

atau otoritas ilahi-Nya untuk mempermudah

tugas tanggung jawab-Nya sebagai hamba.

Imitatio Christi – menyerupai Kristus adalah

tindakan yang sangat jelas untuk dilakukan

(khususnya belajar dari panduan yang

diberikan dari Injil Markus). Hidup beriman

kita adalah hidup kehambaan; hamba

Allah, hamba pada kebenaran dan bukan

hamba ilah-ilah zaman ini atau hamba dari

ketidakbenaran. Pertanyaan di awal uraian ini

mestinya sudah terjawab:

Paskah, Kebangkitan Kristus mengalahkan

kuasa maut dan dosa, merupakan hal yang

sangat penting bagi kehidupan iman orang

Kristen! Tanpa Paskah, maka sia-sialah iman

kita kepada Kristus Yesus (lihat. 1 Korintus 15).

Paskah adalah damai sejahtera yang sejati

bagi seluruh manusia dan ciptaan. Paskah

adalah damai dan sukacita besar dari Allah.

Merayakan Paskah mestinya pengakuan

percaya akan dahsyatnya kuasa TUHAN.

Merayakan Paskah berarti mau hidup dalam

kebenaran Allah dan memberitakannya!

Merayakan Paskah berarti sadar sepenuhnya

bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang dapat

membandingi kuasa TUHAN. Merayakan

Paskah berarti merayakan kehidupan

bersama dengan TUHAN yang Mahakuasa

dan menyatakan kehadiran-Nya bagi sesama.

Oleh karena itu, harus kita pahami bahwa

merayakan Natal dengan sensasional dan

fenomenal akan hilang artinya sama sekali

jika tidak ada Paskah, jika Tuhan Yesus Kristus

– Allah yang menjadi manusia, yang lahir di

Betlehem, tidak bangkit dari kematian-Nya!

Hidup beriman dan damai sejahtera yang

sejati tidak dapat diukur dengan limpah materi

atau sebaliknya! Bercermin dari kehambaan

Kristus Yesus sebagaimana disaksikan Injil

Markus, kita dapat memahami bahwa hidup

beriman adalah hidup yang sepenuhnya

berada dalam keyakinan akan Kuasa dan

Kasih Allah. Totalitas dalam kesaksian hidup

beriman bukan bergantung pada situasi

hidup yang kita jalani atau berapa banyak

yang kita punyai! Keutuhan dan ketaatan kita

sebagai hamba-hamba Allah, semestinya

bercermin pada teladan Kristus! Dengan

belajar dan menerapkan teladan Kristus

maka sebenarnya proses menyerupai Kristus

sedang berlangsung dalam hidup kita.

Selamat menghayati teladan Kristus

dalam perjalanan hidup kita masing-masing

dan selamat menghadirkan Kristus dan

karya-karya-Nya melalui kesaksian hidup

kita! Selamat untuk memberitakan ibadah-

ibadah ritual kita pada minggu-minggu Pra

Paskah, Minggu Palem, Kamis Putih, Jumat

Agung, Sabtu Sunyi serta Minggu Paskah,

melalui keutuhan hidup aktual kita. Kiranya

setiap pikir, kata dan perbuatan kita menjadi

selebrasi dari iman kita pada Kristus Yesus

Juruselamat kita. Selamat Jumat Agung dan

Selamat Paskah!

5

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 8: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

DEPAN, TENGAH, BELAKANG?

“Kok pak Pendeta di sini (di pintu masuk

gereja)? Biasanya kan Pendeta duduk di

depan sana.” begitu komentar seorang

anggota jemaat yang baru masuk gedung

gereja. Komentar itu hanyalah satu dari sekian

komentar yang disampaikan oleh jemaat

yang kaget atau terkejut melihat Pendeta

yang berdiri di pintu masuk gedung gereja

menyambut mereka yang baru datang.

Mengapa muncul komentar untuk

seorang Pendeta yang berdiri di pintu masuk

gedung gereja? Ya, karena selama ini sudah

terbentuk pemahaman bagi jemaat bahwa

Pendeta posisinya di depan, di mimbar,

menyampaikan khotbah, berdoa untuk umat.

Jadi kalau berdiri di pintu masuk gereja dan

menyambut jemaat yang datang, menurut

pandangan umum di jemaat, bukanlah

6

SUA

RA

GE

MB

ALA

“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan

persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan

Dia dalam kematian-Nya,” (Filipi 3:10)

tugasnya pendeta. Pendeta sebaiknya jangan

lakukan hal itu, karena tugas dan pelayanan

pendeta di mimbar dan berdoa bagi umat itu

lebih penting daripada berdiri di pintu depan

gereja dan menyambut serta menyalami

jemaat yang datang.

Tidak dapat dihindari bahwa ketika disebut

kata melayani, pelayanan dan pelayan,

maka dengan sendirinya akan muncul begitu

banyak pandangan dan argumen tentang

kata-kata tersebut. Contoh yang disebutkan

di atas, pendeta yang berdiri di pintu masuk

gereja dan menyambut serta menyalami

jemaat yang datang beribadah, untuk

sebagian orang dianggap ‘terlalu ringan atau

remeh’ dilakukan oleh seorang Pendeta;

tidak perlu seorang pendeta melakukan

hal itu, cukuplah seorang anggota Majelis

Oleh: Pdt. A. R. Persang

Page 9: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

7

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Jemaat saja. Contoh ini memperlihatkan

bahwa ada pemahaman tentang pelayanan,

melayani dan pelayan, yang diakui atau tidak,

walaupun secara prinsip jelas meneladani

teladan Kristus, tetapi pada prakteknya

ternyata pelayanan itu sudah diklasifikasikan,

distratifikasikan bahkan sudah diekslusifkan

dan dipersonalisasikan; artinya pada

kenyataannya, pelayanan sudah dikelompok-

kelompokkan, dibuat jenjangnya, bahkan

dibuat menjadi khusus dan seolah-olah

ada pelayanan hanya milik pihak tertentu

dan pihak lain tidak boleh melakukannya.

Pertanyaan sederhana muncul, “Jadi

bagaimana agar antara pemahaman tentang

teladan pelayanan Kristus dapat diresapi

dan diterapkan dalam tindakan pelayanan

yang nyata?” Untuk menjawab hal ini, mari

kita ingat kembali bagaimana Alkitab

menjelaskan tentang pelayanan.

Pelayanan di depan

Perjanjian Lama tidak secara tersurat

membicarakan tentang pelayanan; tetapi

dalam Perjanjian Lama banyak diceritakan

figur-figur pemimpin, yang di dalam

tugasnya terkandung tanggung jawab

pelayanan.

Imam

Imam adalah figur pemimpin umat yang

lebih dahulu muncul dalam kehidupan

umat. Harun, saudara dari Musa, ditunjuk

oleh TUHAN untuk mendampingi Musa,

sekaligus diberi tanggung jawab untuk

memimpin umat dalam kegiatan-kegiatan

peribadahan kepada TUHAN (Kel. 4). Harun

dan keturunannya diberi keistimewaan untuk

mengemban jabatan Imam turun temurun;

suku Lewi, dikhususkan untuk menjadi Imam

dan menjalankan tugas Imam (Kel. 29-31).

Ketika orang Israel bersiap memasuki tanah

Perjanjian, TUHAN memberikan perintah

dan ketetapan-ketetapan-Nya agar umat

Allah hidup di tanah Perjanjian dengan pola

hidup yang baru, yang bermartabat dan lebih

baik di hadapan TUHAN. Untuk memenuhi

perintah dan ketetapan TUHAN, maka para

Imam diberi tanggung jawab khusus dalam

hal peribadahan untuk memeriksa, menjaga

serta mengingatkan, dan bahkan memiliki

otoritas mewakili TUHAN untuk mentahirkan

umat dari kenajisannya (baca isi kitab Imamat).

Apakah seorang Imam menjalankan

tugas pelayanan? Jawabannya adalah “YA”;

seorang Imam diberi tugas dan tanggung

jawab untuk melakukan pelayanan baik

kepada TUHAN maupun di hadapan

umat TUHAN.

Dalam hal apa seorang Imam melakukan

pelayanan? Jawabannya adalah Imam

melakukan pelayanan dalam hal kehidupan

peribadahan umat, bahkan dalam menjaga

kekudusan hidup umat.

Para Imam adalah para pemimpin yang

melakukan tugas pelayanannya di atas dan di

depan umat; kedudukan mereka dihormati

karena wibawa dan otoritas dari TUHAN yang

diberikan pada mereka.

Hakim-hakim dan Raja

Hakim-hakim dan Raja adalah figur-figur

pemimpin yang berikutnya ada di dalam

kehidupan umat Israel. Hakim-hakim dapat

Page 10: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

disebut sebagai pelayan umat, karena

mereka bertugas dan bertanggung jawab

untuk memperhatikan kehidupan umat,

khususnya dalam hal-hal kehidupan sesehari

dan juga menyelesaikan konflik-konflik (baca

kitab Hakim-hakim). Bahkan ada hakim-hakim

yang karena situasi yang dihadapi sukunya, ia

harus memimpin perang melawan suku-suku

yang ada di wilayah Kanaan.

Hakim-hakim tidak mengurusi soal

kehidupan ritual ibadah umat. Hakim-hakim

mengurus hal-hal yang muncul dalam

keseharian kehidupan umat. Berbeda

dengan Imam, hakim-hakim mempunyai

ruang lingkup tugas hanya sebatas sukunya

saja; lokal dan tidak bersifat nasional. Periode

kepemimpinan para hakim tidak terlalu lama;

ketika Israel berada dalam pimpinan Samuel

(1 Sam. 7:15), mereka meminta seorang raja,

seorang pemimpin mereka secara nasional

yang memimpin seluruh suku (1 Sam. 8:4-5).

Raja adalah pemimpin umat yang

mempunyai tanggung jawab lebih luas dari

para hakim; raja adalah pemimpin politis,

bertanggung jawab atas kehidupan Israel

secara menyeluruh sebagai sebuah bangsa

dan kerajaan. Apakah raja juga melayani?

Jawabnya “Iya”; karena seorang raja Israel

menjalani tugas tanggung jawabnya untuk

menjaga keutuhan kehidupan suku-suku

Israel; waktu hidupnya dihabiskan untuk

memikirkan keamanan, kesejahteraan dan

kemajuan bangsa Israel, yang kesemuanya

bermuara pada pertanggungjawabannya

kepada Allah.

Saul, Daud dan Salomo adalah tiga

raja pertama Israel yang mendirikan dan

membangun serta mengembangkan

kerajaan Israel (baca kitab Samuel, Raja-raja

dan Tawarikh). Mereka memiliki kharisma

dan kelebihan masing-masing, dan pada

saat kemudian mereka juga menunjukkan

kelemahan mereka. Setelah Salomo, kerajaan

Israel pecah menjadi Israel di wilayah Utara

dan Yehuda di wilayah Selatan; raja-raja

mereka kebanyakan tidak lagi melayani rakyat,

mereka lebih mementingkan kekuasaan dan

kepentingan sendiri.

Hakim dan raja adalah figur pemimpin

bangsa Israel, yang juga dalam tugasnya

melakukan pelayanan bagi kehidupan

masyarakat dan umat; namun, mereka

melakukan pelayanan di depan rakyat,

mereka dihormati, mereka memiliki jabatan

dan kekuasaan.

Nabi

Nabi adalah figur pemimpin yang keempat

yang ada dalam kehidupan umat Allah di

Perjanjian Lama. Munculnya nabi-nabi seiring

dengan kehidupan umat Allah yang memasuki

zaman kerajaan; atau dapat dikatakan bahwa

para nabi muncul bersamaan waktunya

dengan adanya raja-raja di Israel.

Nabi adalah seorang yang khusus dipilih

dan diutus oleh TUHAN untuk menyampaikan

firman TUHAN yang berisi tentang janji,

penghiburan atau teguran dan hukuman

bagi umat Allah atau bangsa-bangsa lain

yang akan terjadi pada masa yang akan

datang (atau dengan sederhana disebut

8

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 11: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Nubuat). Nabi tidak memiliki komunitas umat

yang secara khusus dipimpinnya, namun

hampir sama dengan para Imam, para nabi

mempunyai kedudukan khusus di hadapan

Umat Allah. Mereka mengemban wibawa

Allah, menyampaikan firman Allah kepada

umat Allah. Nabi-nabi mempunyai tugas

dan tempat tugas yang beragam. Namun

pada dasarnya para nabi ini melakukan

pelayanannya dalam hal menyatakan

apa yang menjadi kehendak TUHAN

bagi umat.

Salah satu pesan nabi, nubuat yang penting

dari Perjanjian Lama adalah nubuat tentang

kedatangan MESIAS, Hamba TUHAN, yang

akan membebaskan umat dari penderitaan

dan memulihkan kehidupan umat menjadi

lebih baik dan berkenan di hadapan Allah

(Yes. 52:13-53:12). Nubuat tentang Mesias,

melahirkan sebuah konsep yang baru dan

tegas, yaitu bahwa Mesias itu adalah ‘eved

Yahweh’ (Bahasa Ibrani, yang artinya Hamba

TUHAN); konsep ini berbeda dengan konsep

pemimpin yang TUHAN pilih bagi umat.

Mesias yang akan datang adalah Pemimpin

dan Pembebas yang adalah Hamba TUHAN!

Mesias adalah pelayan Allah, Ia mengabdi

sepenuhnya kepada Allah.

Pemimpin dalam Perjanjian Lama sangat

jelas diperlihatkan bahwa mereka melakukan

pelayanan bagi umat; namun, mereka

melakukannya sebagai pemimpin yang

di depan, yang dihormati, yang memiliki

kuasa, yang disegani, yang memiliki jabatan

dan sejarah memperlihatkan bahwa banyak

pemimpin dalam Perjanjian Lama yang

terperosok dalam jebakan kekuasaan,

kenikmatan duniawi dan kepentingan pribadi;

dan melupakan pelayanan bagi umat Allah.

Pelayanan: di depan, di tengah,

di belakang

Perjanjian Baru, dengan konteks

masyarakat Yahudi yang dijajah oleh bangsa

Romawi, memperlihatkan bahwa para

pemimpin yang ada kebanyakan sudah

tidak lagi memperhatikan dan melakukan

pelayanan bagi umat.

Tuhan Yesus, Allah yang menjadi manusia,

dalam menggenapi janji keselamatan

bagi manusia, memperlihatkan sikap dan

tindakan-Nya dalam memimpin, menuntun

serta melayani umat Allah. Tidak ada jabatan

normatif yang dikenakan kepada Tuhan

Yesus, namun orang banyak di sekitar Tuhan

Yesus menyebutnya: Guru, Raja, Hakim,

Nabi dan Imam. Mengapa demikian? Karena

Tuhan Yesus menunjukkan tindakan-tindakan

sebagaimana yang dilakukan dalam tugas

sebagai guru, raja, hakim, nabi dan imam.

Tetapi hal yang paling mendasar adalah Tuhan

Yesus melayani dan melakukan pelayanan

dengan seutuh-utuhnya.

• IamenghormatiYohanesPembaptisyang

dipilih dan ditugaskan untuk mendahului-

Nya dan membaptis-Nya; sekalipun

Yohanes Pembaptis berkeberatan

dengan tugas membaptis Tuhan Yesus

(Mat. 3:13-17 dan kisah sejajar di Injil-injil;

Yoh. 3:22-36).

9

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 12: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

• Ia menghormati perempuan Samaria,

Nikodemus, Zakheus dan banyak orang,

serta memperlakukan mereka dengan

hati yang terbuka. Bahkan anak-anak

pun disambut-Nya.

• Ia mengajar, melakukan kunjungan bagi

yang sakit, menyembuhkan yang sakit,

membebaskan yang kerasukan setan,

memberi makan orang banyak, dan

berbagai perbuatan lainnya sebagai

bentuk jawaban nyata atas kebutuhan dari

orang banyak yang berjumpa dengan-

Nya. Ia melakukan semuanya dalam

hari-hari yang sangat padat; namun Ia

melakukannya dengan sungguh-sungguh.

• Ia dikhianati, dicaci, difitnah, dibuat

menderita bahkan mati. Ia melayani

bukan hanya dengan pikiran, tenaga atau

materi saja, tetapi dengan hati yang utuh

dan murni.

Tuhan Yesus adalah Great Model untuk

para pelayan dan untuk pelayanan. Ia

melakukan pelayanan di depan, di tengah

dan di belakang.

• Ia melayani berdasarkan pada tuntunan

firman dan kehendak Allah

• Iamelayanisetiappribadiyangdijumpai-

Nya sebagai Subyek dan bukan obyek

• Iamelayanisesuaidengankebutuhandari

yang dilayani-Nya

• Ia melayani dengan kasih yang utuh dan

ketulusan, sekalipun banyak pengorbanan

yang harus dilakukan.

Dua belas rasul, Yudas Iskariot digantikan

Matias, dan ditambah lagi dengan

Paulus, Timotius dan rekan-rekan pelayan

lainnya, sungguh-sungguh berupaya

untuk menyerupai Kristus (istilah latin

dan teologisnya: Imitatio Christi) dalam

menjalankan tugas dan amanat yang Tuhan

Yesus berikan.

Karenanya bagi kita sebagai gereja

TUHAN, pesan rasul sangat jelas:

“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih,

imamat yang rajani, bangsa yang kudus,

umat kepunyaan Allah sendiri, supaya

kamu memberitakan perbuatan-perbuatan

yang besar dari Dia, yang telah memanggil

kamu keluar dari kegelapan kepada terang-

Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9)

Sebagai Gereja TUHAN, kita adalah

bangsa yang terpilih, kita bukan kelompok

pribadi atau persekutuan yang asal-

asalan. Kita ada karena kita dipanggil dan

dipilih Allah.

Kita adalah Imamat yang rajani, kita dalam

pelayanan bukan berorientasi pada mencari

jabatan atau kekuasaan, melainkan kita

terus-menerus membentuk karakter dan

perikehidupan yang semakin baik secara iman

(imamat) dan juga menjadi teladan dalam

perilaku hidup sesehari (rajani). Pelayanan

yang sungguh-sungguh kita lakukan adalah

pelayanan yang memiliki komitmen tinggi

untuk dewasa dalam iman dan kedewasaan

itu nyata melalui kesaksian hidup sesehari.

10

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 13: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Pelayanan yang kita lakukan semestinya

adalah pelayanan yang menyerupai Kristus

dan pelayanan-Nya. Oleh sebab itu, kita perlu:

• HidupdidalamKristus(Yohanes15:4-8)

• Bertumbuh dan berakar dan berbuah

dalam Kristus (Kolose 2:6-7)

• Memeliharadanmempersembahkanyang

terbaik bagi Kristus (Flp 1:21-22; 3:10-12;

1 Ptr. 2:5)

Kehadiran dan keberadaan kita di

Singapura, terlebih khusus di lingkungan

persekutuan jemaat GPO, bukanlah sebuah

kebetulan. Kita percaya kehadiran dan

keberadaan kita di jemaat GPO adalah

Kairos (kesempatan) dan anugerah dari

Allah, untuk berjumpa dengan sesama, dan

untuk bersama-sama melakukan pelayanan

yang Tuhan Yesus percayakan. Kita melayani

bukan supaya dikenal, dipuji dan disenangi

oleh sesama kita. Kita melayani karena

Tuhan Yesus sudah dan terus-menerus

melayani kita (Mat. 28:20; 1 Yoh. 4:19).

Pelayanan bukan beban. Pelayanan bukan

kewajiban. Pelayanan adalah anugerah,

pelayanan adalah kepercayaan Allah pada

kita, pelayanan adalah kesempatan kita

untuk bersyukur kepada Allah untuk segala

kebaikan-Nya. Pelayanan adalah kerinduan

kita kepada Allah.

Selama waktu masih diberikan kepada

kita, mari kita melayani-Nya dan melakukan

pelayanan yang dipercayakan-Nya. TUHAN

YESUS memberkati kita semua.

11

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 14: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Oleh: Pnt. Rusmin Satiawijaya

Tiga tahun bukanlah waktu yang banyak

jika seseorang harus memulai suatu gerakan

yang bukan saja masih akan bertahan dan

berlangsung, tetapi bahkan masih bertumbuh

2000 tahun kemudian. Bukan sekedar waktu

yang singkat, tetapi tantangan yang perlu

dihadapi berupa penganiayaan, pembunuhan,

dan bahkan melawan seluruh kekaisaran,

tidak dapat memadamkan gerakan tersebut.

Semakin dibabat, semakin merambat.

Sepanjang sejarah pengikut-pengikut

Kristus bukan saja dengan teguh berdiri

mengakui iman mereka, bahkan bersukacita

karena dianggap layak menderita. Tatkala

kematian menatap langsung dan menanti di

hadapan mereka. Tidak sedikit yang justru

menjadi kesaksian dan memenangkan musuh-

musuh mereka.

Keberanian dan iman mereka tentulah

karena sesuatu yang mereka alami, yakini dan

ketahui benar-benar terjadi dan bukan sekedar

dongeng atau kata orang belaka. Sumber

keberanian dan iman mereka adalah seorang

figur yang memulai gerakan tersebut, yaitu

Yesus Kristus. Yang dilahirkan dari seorang

perawan Maria, hidup di tengah-tengah

bangsa Israel mengajar dan melakukan banyak

mujizat selama tiga tahun, sebelum akhirnya

disalibkan, mati, dikuburkan, dan bangkit

kembali pada hari yang ketiga.

Beberapa bulan lalu kita memperingati

kematian dan kebangkitan Yesus. Rangkaian

acara Jumat Agung dan Paskah di GPO

yang lalu mengajak kita untuk melihat dan

meneladani pelayanan dan komitmen tokoh

Yesus Kristus tersebut. Satu hal yang patut kita

12

PAN

DU

SA

NG

KA

KA

LA

FINISHINGWELL

Page 15: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

13

GE

MA

edisi 16/V

III/15

teladani adalah ketaatan dan kesetiaan Yesus

dalam menjalani tugas dan panggilan-Nya.

Yesus sadar bahwa Ia datang ke dunia ini

untuk menyelesaikan tugas yang diemban-Nya

dari Bapa di Sorga (Yoh 17:4). Ia taat dari awal

hingga akhirnya, bahkan sampai kematian-Nya

di atas kayu salib (Fil 2:8).

Banyak dari kita yang mungkin memulai

kehidupan rohani kita dengan semangat

yang menggebu-gebu, tetapi seiring dengan

berjalannya waktu mungkin kita mulai

mendapati bahwa api yang dahulu begitu

berkobar kini mulai redup dan nyaris padam.

Mari kita arahkan pandangan kita kepada

Yesus Kristus sumber kekuatan dan iman kita.

Agar kita pun dapat menyelesaikan tugas yang

Bapa percayakan kepada kita dengan baik.

Agar pada akhirnya kita pun didapati setia.

David Wong di dalam bukunya

“Finishing Well” memberikan dua kunci

untuk menyelesaikan hidup kita dengan baik.

Pertama, untuk menyelesaikan sesuatu kita

harus memulainya. Jadi untuk menyelesaikan

tugas dan panggilan kita dengan baik, kita

harus memulainya sekarang. Jika kita masih

belum mulai terlibat dalam pelayanan,

maka sekaranglah saat yang paling tepat

untuk memulainya.

Kunci kedua untuk menyelesaikan tugas kita

dengan baik, maka kita harus menyelesaikan

setiap tugas yang dipercayakan kepada

kita, sekecil apapun dengan baik. Hidup

dijalani hari demi hari, satu babak demi satu

babak. Sama seperti pertandingan catur,

setiap langkah yang kita buat saat ini akan

memiliki konsekuensi untuk menentukan akhir

pertandingan. Babak akhir bukan ditentukan

di saat terakhir, tetapi di setiap langkah yang

kita lakukan sebelum babak berakhir. Firman

Tuhan mengingatkan kita bahwa barangsiapa

yang setia di dalam perkara-perkara kecil, akan

dipercayakan dengan perkara-perkara yang

lebih besar (Luk 16:10).

Kesetiaan dan ketekunan Yesus nampak

di sepanjang hidup-Nya. Kesetiaan dalam

menjaga hubungan dengan Bapa di Sorga,

di mana setiap pagi Ia tekun berdoa. Kesetian

nampak di dalam komitmen dalam melayani

dan memenuhi kebutuhan orang banyak di

sekitar-Nya hari demi hari.

Mungkin juga ada di antara kita yang

merasa kuatir karena kita tidak memulai hidup

kita dengan baik. Jangan kuatir, karena yang

penting adalah bagaimana kita mengakhiri

babak terakhir dalam kehidupan kita. Tidak

ada kata terlambat di mata Tuhan. Jika kita

mau bertekad untuk memulai hidup dan

panggilan kita dengan baik mulai saat ini,

Tuhan akan menolong kita untuk tetap setia

dan mengakhirinya dengan baik.

Kiranya sama seperti Tuhan Yesus, para

martir dan pengikut-pengikut Kristus yang

setia, kitapun terus dengan setia mengerjakan

tugas dan panggilan pelayanan kita sampai

akhir hidup kita.

Page 16: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Tuhan Yesus menyampaikan pernyataan

di atas ketika merespon permintaan ibu dari

Yohanes dan Yakobus di ayat sebelumnya

(20:20) agar kelak di surga Yohanes dan

Yakobus dapat duduk di sebelah kanan

dan kiri-Nya. Sungguh menyedihkan

melihat kenyataan bahwa menjelang masa

sengsara yang hendak dimasuki oleh Tuhan

Yesus, murid-murid-Nya (secara khusus

Yohanes dan Yakobus) ternyata masih ingin

memperebutkan kedudukan. Walaupun

Tuhan Yesus telah memperlihatkan banyak

teladan melalui kehidupan-Nya, murid-

murid-Nya masih belum memahami bahwa

kebesaran dalam Kerajaan Allah itu diukur

”...AKU DATANG UNTUK MELAYANI, BUKAN DILAYANI...“

Oleh: Dkn. Anthon Simangunsong

14

PAN

DU

SA

NG

KA

KA

LA

“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,

melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya

menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:28)

melalui pelayanan yang dilakukan dan orang

yang lebih dihargai dalam pandangan Allah

adalah orang yang menempatkan diri sebagai

hamba (20:26-27).

Kata yang dipakai di sini untuk pengertian

“melayani” adalah “diakonein”, yang

menggambarkan pelayanan di meja makan.

Sehingga penggambarannya adalah

bagaimana Yesus melayani setiap mereka

yang membutuhkan, dengan penuh kasih

dan tanggung jawab penuh. Hal ini juga

mengingatkan kita akan apa yang dilakukan

Yesus ketika membasuh kaki para murid-Nya.

Guru membasuh kaki murid sungguh tak

lazim dan sangat merendahkan diri guru

Page 17: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

itu sendiri. Ucapan Yesus Kristus ini sangat

tepat sasaran untuk mengoreksi sikap para

murid yang justru berlomba untuk menjadi

yang terbesar. Sikap yang justru mewarnai

kebanyakan para pelayan masa kini, yang

memakai pakaian serba wah, mobil mewah,

bahkan bodyguard, dengan berbagai alasan

diberkati dan lain-lain.

Dengan segera kita bisa mengerti apa

yang dimaksud Yesus dengan melayani, yakni

bukan melayani diri melainkan memberi diri.

Yesus Kristus yang melayani, dengan mencari

orang berdosa, menebus dosa mereka,

bahkan dengan memberikan nyawa-Nya

sendiri disalib. Dia yang tidak berdosa, harus

menanggung banyak dosa manusia berdosa,

sehingga dalam kematian-Nya manusia

dibebaskan, dan dalam kebangkitan-Nya

manusia dimenangkan. Seluruh hidup

Yesus selama 33 tahun ditandai oleh jiwa

melayani. Tujuan hidup-Nya bukanlah untuk

mendapatkan pelayanan, melainkan untuk

memberikan pelayanan. Alkitab tidak

menggambarkan Yesus sebagai Tuhan yang

berjaya atau berkuasa, melainkan sebagai

Tuhan yang melayani dan menghamba.

Hal lain yang juga menarik untuk

kita perhatikan adalah penekanan yang

disampaikan Tuhan Yesus dalam ayat 26

ketika Ia mengatakan “Barang siapa ingin

menjadi besar diantara kamu…” Itu berarti

tidak salah untuk menjadi besar. Tapi yang

Tuhan peringatkan di sini adalah “cara” yang

dilakukan untuk menjadi besar. Apa yang

“besar” dalam konsep kerajaan Allah ternyata

berbeda dengan konsep dunia ini mengejar

untuk menjadi besar. Bila kita atau ketika kita

ingin menjadi besar, maka ada cara tertentu

yang Tuhan sudah tetapkan dan tidak ada

cara lain untuk mencapai kebesaran itu.

Dunia mengajarkan kepada kita

bagaimana cara untuk mencapai sukses

dan besar. Kenyataan memperlihatkan pada

kita, orang sering saling sikut untuk bisa

mencapai kedudukan tertentu, saling fitnah

dan menjatuhkan supaya bisa menduduki

posisi tertentu. Orang harus mencapai

keuntungan yang sebesar-besarnya untuk

mencapai suatu ukuran kesuksesan. Itulah

pembelajaran yang seringkali diberikan oleh

dunia ini. Tetapi Tuhan punya cara sendiri

yang seharus dilakukan oleh warga kerajaan

Allah yang mengejar kebesaran, yaitu: Yang

menjadi besar adalah dia yang melayani.

Menjadi pelayan itu berarti menjadi

hamba, atau dalam tatanan masyarakat pada

waktu itu disebut budak. Budak itu hidupnya

hanya bekerja memberi pelayanan bagi orang

lain tanpa ada kredit sedikitpun diberikan

padanya. Bahkan orang tidak bilang “terima

kasih” pada budak, dan seorang budak tidak

terpikirkan olehnya untuk menuntut apresiasi

15

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 18: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

dari orang yang dia layani. Sekarang Tuhan

mengatakan yang terbesar adalah orang

yang menempatkan dirinya sebagai budak

ditengah sesamanya.

Maksud Tuhan tentu bukan supaya

murid-murid semua menjadi budak dan

dijual ke pasar, karena Tuhan pun hadir

dalam komunitas saat itu dalam format atau

status sebagai guru, bukan budak. Yang

dimaksud di sini adalah, menjadi hamba

yang melayani harus menjadi suatu format

cara pikir kita dalam melakukan apa saja,

sehingga melayani menjadi paradigma

hidup. Apapun profesi yang kita kerjakan,

apapun tanggung jawab yang sedang kita

pegang, seharusnya kita lakukan dengan hati

yang “melayani”. Kita sering berpikir sempit

tentang apa yang disebut “melayani” seakan

hanyalah sebatas aktifitas dan kedudukan di

gereja. Padahal melayani harus menjadi cara

hidup dalam keseluruhan hidup kita. Kalau

saudara seorang karyawan, maka bekerjalah

sebagai seorang yang melayani, yang

memberikan terbaik dari apa yang saudara

bisa lakukan. Dengan cara itulah kita menjadi

orang yang “besar”. Bukankah kalau kita

bekerja sungguh-sungguh, belajar sungguh-

sungguh, dan memberikan yang terbaik ,

maka kita juga akan mendapatkan ”upah”

yang baik juga? Tapi semua upah itu adalah

bonus, bukanlah tujuan atau goal.

Teladan dari rekan sepelayanan

para rasul

Dalam Kisah Para Rasul 1:7-8, kita dapat

belajar dari teladan seorang Epafras. Epafras

meresponi panggilan Tuhan untuk menjadi

mitra Allah dalam melayani di dunia ini

(Kol. 1:7-8). Dia bukan pendeta, melainkan

seorang anggota jemaat seperti seperti

kebanyakan orang, tetapi ia dapat menjadi

mitra Tuhan yang melayani dengan setia.

Kesetiaannya nyata dalam kesehatian dan

kerja sama dengan mitra-mitra Allah lainnya.

Kesetiaannya juga nyata bagi anggota-

anggota jemaat di Kolose. Paulus menyebut

Epafras sebagai “kawan pelayan yang kami

kasihi” (Kol. 1:7a). Bagi jemaat di Kolose

dia adalah “pelayan Kristus yang setia”

(Kol. 1:7b).

Kita pun dipanggil untuk menjadi mitra Allah

dalam melayani sesama. Dipanggil artinya

diundang, dilibatkan dan dikutsertakan.

Panggilan pelayanan bisa datang dari dalam,

yaitu melalui kata hati. Panggilan pelayanan

bisa pula datang dari luar, yaitu melalui

jemaat-Nya. Adakalanya panggilan itu datang

melalui gerakan hati ketika kita membaca

firman Tuhan, mendengarkan khotbah, atau

berdoa. Bisa pula panggilan melayani itu

datang melalui pengumuman pelayanan di

gereja, ajakan dari pendeta, pengurus atau

anggota jemaat yang lain. Panggilan itu

16

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 19: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

akan semakin mantap di hati dan pikiran kita

setelah kita terlibat dalam pelayanan.

Menjadi mitra Allah dalam pelayanan

bukan hanya terjadi di dalam gedung gereja.

Pelayanan dapat dilakukan di mana saja

dan kapan saja. Wujudnya bisa berbentuk

keterlibatan dalam Tubuh Kristus untuk

persekutuan, pelayanan, dan kesaksian. Baik

dalam Kebaktian Umum, Komisi, Wilayah,

maupun Kelompok Kecil. Bisa juga dalam

wujud kesaksian dan pekabaran Injil untuk

membawa orang-orang percaya kepada

Yesus Kristus serta menerima-Nya sebagai

Tuhan dan Juruselamat. Selain itu, dapat pula

berbentuk dedikasi dan sumbangsih yang

positif bagi keluarga, pekerjaan, masyarakat,

dan dunia. Tuhan memanggil orang-orang

percaya untuk menjadi mitra kerja-Nya di

mana pun mereka berada.

Refleksi

Kita mungkin seringkali mengklaim diri

sebagai orang yang sibuk dengan kegiatan

pelayanan. Namun pertanyaannya, apakah

kita berlaku sebagai pelayan? Tanpa kita

sadari, mungkin kita merasa lebih tinggi

daripada yang kita layani. Ironisnya, banyak

dari kita yang semakin dalam memasuki areal

pelayanan gereja, semakin jauh dari perilaku

seorang pelayan. Sebaliknya bergaya

sebagai “petinggi” gereja dengan segala

kekuasaannya. Kenyataan ini yang seringkali

menyulitkan lahirnya pelayan-pelayan baru

dalam gereja.

“Aku lebih berhak ini dan itu daripada

kamu, karena aku sudah sekian puluh tahun

melayani”. Rasanya tidak pantas kalimat-

kalimat itu dikatakan seorang “aktivis

pelayanan”, namun ada saja yang dengan

bangga mengucapkannya. Jika diminta untuk

melakukan sesuatu yang kurang disukai, maka

akan keluar jawaban “Aku ini pelayan Tuhan,

bukan pelayan kamu.” atau “Suruh aja orang

lain, aku sibuk. Atau situ aja yang nganggur.”.

Dalam sebuah Perjamuan Kudus di awal

tahun 1968, Martin Luther King Jr. mengutip

sabda Yesus dalam Matius 10 tentang hal

melayani. Lalu ia berkata, “Setiap orang bisa

menjadi orang besar karena setiap orang bisa

melayani. Anda tidak perlu menjadi seorang

sarjana untuk melayani. Anda tidak harus

pandai berkata-kata untuk bisa melayani.

Anda pun tidak perlu mengenal Plato atau

Aristoteles untuk bisa melayani. Anda hanya

membutuhkan hati yang penuh kasih karunia,

jiwa yang digerakkan oleh kasih.”

Jangan menjadi pelayan yang menuntut

dilayani, mari mengikut teladan Tuhan

Yesus, Marilah kita mempergunakan segala

talenta yang Tuhan berikan kepada kita

untuk melayani-Nya dan sesama. Hendaklah

kita menggunakan setiap kesempatan yang

17

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 20: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

ada dengan baik. Tuhan memanggil kita

menjadi pelayan-Nya yang setia di mana pun

kita berada.

Kita adalah ibarat sebatang lilin. Kita diberi

hidup bukan untuk diri kita sendiri. Kita ada di

tengah-tengah dunia untuk menjadi terang,

KJ 424 – Yesus Menginginkan Daku

Syair: Jesus Wants Me for a Sunbeam, Nettie Talbot,

Terjemahan: Yamuger, 1982,

Lagu: Edwin Othello Excell (1851 – 1921)

1. Yesus menginginkan daku

bersinar bagiNya,

di mana pun ‘ku berada,

‘ku mengenangkanNya.

Refrein:

Bersinar, bersinar;

itulah kehendak Yesus;

bersinar, bersinar,

aku bersinar terus.

2. Yesus menginginkan daku

menolong orang lain,

manis dan sopan selalu,

ketika ‘ku bermain

dan untuk menjadi terang kita harus rela

meleleh. Kiranya pujian Yesus Menginginkan

Daku dapat menjadi doa dan komitmen kita

di hadapan Tuhan untuk semakin bersinar

dipakai bagi pekerjaan-Nya :

3. Ku mohon Yesus menolong

menjaga hatiku.

agar bersih dan bersinar

meniru Tuhanku.

4. Aku pun ingin bersinar

dan melayaniNya,

hingga di sorga ‘ku hidup

senang bersamaNya.

18

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 21: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

19

Oleh: Pdt. Artomilka Lia

Pentas Aksi Anak atau disingkat PAA

adalah waktu dan kesempatan bagi anak-

anak Sekolah Minggu di Komisi Anak

GPO untuk menampilkan aksinya sebagai

ungkapan sukacita dan syukur karena akan

naik kelas. PAA biasa diadakan pada bulan

Februari karena anak akan masuk ke kelas

yang lebih tinggi pada minggu pertama di

bulan Maret.

“Just for You” merupakan tema Pentas Aksi

Anak tahun 2015. Tema ini bertujuan agar saat

anak menampilkan aksinya, anak mengingat

bahwa penampilan itu dipersembahkan

kepada Tuhan, sebagai ungkapan syukur atas

penyertaan Tuhan sepanjang satu tahun yang

sudah dilalui di kelas.

Untuk naskah PAA tahun ini dibuat oleh

Kak Helena Ardiani. Kemudian bersama

dengan BPH KA dan tim kerja PAA yang

dipelopori oleh Kak Vany Hartono, naskah

ini dimatangkan dan dijabarkan kepada para

wali kelas. Tidak sampai di situ, para wali kelas

merancang aksi yang akan ditampilkan anak-

anak dari kelasnya. Tidak semua wali kelas

SIMFO

NI K

ASIH

2 KORINTUS 10:17-18

Page 22: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

mengerjakan bagian ini sendiri. Ada juga

guru-guru yang membantu menjadi pelatih

atau koreografi. Yang menarik terjadi di kelas

Paulus, koreografinya didatangkan khusus

dari Komisi Remaja yaitu Kairos El Varro

dan Eunike Carolina Wungkana. Mereka

membantu Kak Soni Sutandhi (wali kelas

Paulus) menjadi pelatih “adik-adik” mereka.

Persiapan PAA kali ini dilaksanakan

kurang lebih 4 minggu. Memang bukan hal

yang mudah karena para wali kelas, guru

dan anak harus berjibaku untuk menghafal

lagu dan gerakan. Demikian juga dengan

tim kerja harus menyiapkan segala sesuatu

dalam waktu yang tidak panjang. Jadwal

latihan diatur oleh wali kelas dan dilakukan

di kelas setelah Sekolah Minggu. Gladi

kotor dilaksanakan setelah Sekolah Minggu

pada tanggal 1 Februari. Anak dan guru

berkumpul di Dunman Hall A untuk gladi

kotor. Sementara gladi bersih dilaksanakan

hari Sabtu, 7 Februari jam 4.30 PM.

Hari Minggu, 8 Februari 2015, anak masuk

kelas untuk Sekolah Minggu seperti biasa.

Sementara itu tim dekorasi dan penata

ruangan, yang terdiri dari tim kerja PAA dan

guru yang tidak mengajar hari itu, mulai

menyiapkan Dunman Hall. Mulai dengan

membuat panggung boneka, memasang

tulisan tema, menempel nama kelas sebagai

tanda tempat anak duduk, mengatur

kursi untuk orang tua dan menyiapkan

perlengkapan audio visual. Untuk bagian yang

terakhir Kak Jimmy Salim (Komisi Pemuda)

banyak membantu. Setelah selesai sekolah

minggu beberapa kelas menyempatkan diri

untuk latihan di kelasnya yang ditutup dengan

menikmati kue yang sudah disiapkan untuk

mereka. Jam 4.15 PM anak-anak menuju

Dunman Hall dan langsung mengambil

tempat di depan panggung sesuai dengan

pengaturan dari kak Vany dan timnya.

Pentas Aksi Anak di mulai dengan nyanyian

“Our God is A Great Big God” dan “Setinggi-

tingginya Langit”. Dipandu oleh Kak Fenny

Anggraeni Santoso sebagai MC dan 2 singer

yaitu Kak Herlina Mauli Napitupulu dan kak

Amelia Setiawati diiringi oleh permianan

musik dari Kak Lia Lindawati (dari Komisi

Pemuda). Dua lagu ini tidak asing bagi anak

sehingga anak menyanyi dengan semangat

lengkap dengan gerakannya.

Doa Pembukan dan Pengumuman yang

disampaikan oleh Pendeta Lia, dilanjutkan

dengan Graduation atau menampilkan foto

anak-anak yang naik kelas mulai dari kelas

Musa sampai kelas Paulus. Ada 2 kelas yang

memiliki acara khusus, yaitu kelas Yusuf dan

kelas Paulus:

• Untuk Kelas Yusuf ada dua hal penting

yang dilakukan. Pertama, anak-anak

diminta membuang ke tempat sampah

(disiapkan di panggung) sepotong kertas

kecil yang di dalamnya sudah tuliskan

(di rumah) kebiasan buruk yang akan

ditinggalkan. Kedua, orang tua dari anak-

anak naik ke panggung dan menyerahkan

Alkitab (dua bahasa) kepada anak mereka.

Ini menjadi komitmen anak untuk mau

membaca Alkitab dan orang tua untuk

mendampingi anak. Kelas Yusuf mendapat

perlakuan khusus karena mereka dianggap

20

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 23: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

menjadi anak yang lebih besar (di sekolah

formal mereka ada di kelas P1). Acara ini

dipandu oleh Kak Yeny Indriati.

• Kelas Paulus juga mendapatkan perlakukan

khusus karena mereka “lulus” dari sekolah

Minggu (di sekolah formal mereka ada di

kelas S1). Acara kelas Paulus yang dipandu

oleh Kak Anna Theresia Sutardjo adalah

memberi kesempatan kepada orang

tua dari Jeremy Adam Maweru yaitu

Bapak Dolf B. Maweru dan ibu Debora

Situmeang, sebagai perwakilan dari para

orang tua untuk menyampaikan ucapan

terima kasih kepada guru sekolah Minggu

dan pesan-pesan kepada anak-anak yang

lulus. Setelah itu anak-anak diberi sertifikat

tanda kelulusan dan foto bersama dengan

semua orang tua.

Setelah bagian graduation semua

menyanyi lagu tema yaitu “A Gift to You”.

Lagu ini mengingatkan bahwa semua yang

dilakukan merupakan gift kepada Tuhan. Lagu

ini menjadi pengantar masuk performance

anak-anak dan munculnya dua puppet,

yaitu Jolie dan Yuda. Performance dimulai

dengan penampilan kelas Musa. Mereka

dibiarkan bebas bermain dengan “gaya”

masing-masing di atas panggung. Kelas

Musa menggambarkan bagaimana Tuhan

menghadirkan seorang manusia, masing-

masing unik, istimewa. Pesan istimewa

ini, mengingatkan anak tentang pesan

natal tahun 2014 dan lagu temanya. Untuk

menyegarkan ingatan mereka, MC mengajak

bernyanyi lagu “Ku Istimewa”.

Saat menyanyi Jolie (Joy all the time)

seperti namanya ia selalu gembira. Jolie

bernyayi dengan semangat dan mengikuti

gerakan dengan gembira. Berbeda dengan

Yuda (Melayani Tuhan dengan sukacita)

yang pemalu. Yuda tidak ikut bernyanyi dan

menari karena menurutnya suaranya tidak

21

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 24: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

bagus dan ia tidak pandai menari. Jolie

mengingatkan Yuda tentang keistimewaan

tiap anak karenanya ia mengajak Yuda untuk

bersyukur kepada Tuhan. Pernyataan Jolie

ditegaskan dengan penampilan kelas Daniel

yang menari dengan diiringi lagu “If I were

a Butterfly”.

Yuda belum benar-benar yakin. Maka Jolie

memakai contoh dari kelas Samuel dengan

lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya” dan

“O Giranglah”. Medley dilanjutkan dengan

penampilan kelas Benyamin yang bernyayi

dan menari dengan lagu “I Want to be A

Worker for The Lord”. Kelas Yusuf dengan

lagu “Bila Roh Allah ada di dalamku”. Kelas

Daud dan Yonatan dengan lagu “Stand Up!

Stand Up! For Jesus”.

Melihat anak-anak yang menyanyi dan

menari dengan penuh semangat, Yuda

terheran. Jolie menjelaskan, anak-anak

melakukan semua itu karena mereka sayang

pada Tuhan. Jolie mangajak Yuda, anak-anak,

guru, orang tua dan semua yang hadir untuk

memberi yang terbaik bagi Tuhan sebagai

bukti. Ajakan ini diwujudkan dalam nyanyian

dan ensemble music yang ditampilkan oleh

kelas Timotius dalam lagu “Our Best”. Lagu

ini dinyanyikan bait 1 dalam bahasa Inggris

oleh kelas Timotius dan bait 2, 3 dan refrain

dalam bahasa Indonesia oleh anak dan

semua yang hadir.

Akhirnya Yuda sadar, selama ini dia belum

memberi yang terbaik untuk Tuhan, masih

suka malu-malu, malas dan tidak bersungguh-

22

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 25: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

sungguh. Jolie mengingatkan kalau Tuhan

sudah sangat sayang kepada kita dan selalu

memberi yang terbaik bagi setiap kita. Yuda

berjanji melalui doanya, mulai saat itu ia akan

memberi yang terbaik untuk Tuhan. Yuda

mengajak Jolie berdoa bersama kelas Paulus

yang disampaikan lewat lagu “Kids Prayer”.

Kelas Paulus menyanyi sambil berpantomim.

Penutup dari penampilan anak adalah

saat anak-anak kecuali kelas Musa, naik

ke panggung dengan dipandu Kak Fenny.

Kemudian mereka menyanyikan lagu tema,

yaitu “A Gift to You” sebagai lagu tekad

“…. Everything I do is a gift to You… and do

it thankfully…”

Seluruh rangkaian Pentas Aksi Anak

ini diakhiri dengan doa Penutup yang

disampaikan oleh Bapak Pendeta A R

Persang. Namun sebelum berdoa Pendeta

Persang, mengajak semua yang hadir untuk

menyanyi “Happy Birthday” untuk Kak

Erwin Budiono yang berulang tahun hari

itu. Selesai Doa Penutup berarti selesailah

23

GE

MA

edisi 16/V

III/15

seluruh rangkaian acara Pentas Aksi Anak

tahun 2015. Memang masih ada bernyanyi

bersama, masih ada pembagian kue. Masih

ada salam persekutuan dengan BPH KA (Kak

Anna dan kak Vonny), Pembina KA (Pendeta

Lia), Majelis Pendamping KA (Penatua Yahya)

dan Pendeta Persang, tapi semua ini bagian

dari acara penutup.

Setelah orang tua dan anak pulang guru

segera merapikan ruangan. Menyusun

kembali kursi-kursi ke tempatnya. Menyapu

lantai. Membereskan peralatan audio visual.

Setelah semua rapi dan peralatan kembali ke

tempat semula, guru dan semua pendukung

mengambil posisi di panggung untuk foto

bersama yang diabadikan oleh Kak Randy

Renandya (dari Komisi Pemuda). Selesai

berfoto dilanjutkan dengan berdoa bersama

dipimpin oleh Penatua Yahya. Bersyukur

untuk pimpinan Tuhan selama acara.

Untuk guru-guru khususnya tim kerja, PAA

belum benar-benar selesai karena masih

ada evaluasi bersama dan untuk kak Vany

masih membuat laporan kegiatan. Evaluasi

ini mengingatkan guru-guru untuk semakin

maksimal dalam menyiapkan tiap kegiatan

di komisi anak. Seperti slogan yang selalu

diucapkan di Komisi anak “Apa pun juga

yang kamu perbuat, perbuatlah dengan

segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan

bukan untuk manusia” (Kolose 2:23).

Sampai jumpa di acara komisi

anak lainnya….

Page 26: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

JUM

PA P

EN

AB

UH

Johan

1. Johan, mohon perkenalkan diri Anda.

Nama saya Johan Huang, asal dari Pekanbaru. Saya berasal dari keluarga yang pada

awalnya bukan Kristen, tetapi Tuhan memanggil orang tua saya untuk menjadi orang

percaya, saat itu saya berumur 5 tahun. Semua itu bukan kebetulan, melainkan karunia

Tuhan lewat pelayanan misionaris di kampung halaman saya, Sinaboy. Beliau selalu

mengabarkan injil ketika mengobati orang. Beliau selalu mendoakan pasien sebelum

diberi obat maupun suntikan. Dan misionaris itu sangat persisten sekali mengabarkan

berita keselamatan setiap pasien yang pernah dia obati.

2. Bagaimanakah akhirnya Anda menetap di Singapura?

Saya datang ke Singapura pada awalnya untuk kuliah. Saya sudah mendaftar di

Nanyang Technological University (NTU) untuk jurusan Master of Computer Networking.

Tapi saat yang bersamaan, saya melamar pekerjaan lewat internet di beberapa

24

huangJohan Huang, sosok yang ramah dan supel ini adalah salah satu aktifis gereja kita.

Ya, dia sangat aktif terlibat di berbagai kegiatan gereja. Johan Huang yang akhir-

akhir ini telah kembali ke tanah air Indonesia, ternyata punya segudang pengalaman

dalam terlibat di pelayanan GPO. Ada baiknya kita belajar dari Johan mengenai

masa-masa dia berjemaat dan berpelayanan di GPO. Mari kita simak wawancara

Tim Gema dengan Johan Huang.

Page 27: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

perusahaan di Singapura. Saat itu Tuhan membiarkan saya memilih di antara dua

peluang tersebut. Saya benar-benar bergumul, apakah berbelok dari tujuan awal saya

dengan bekerja, atau tetap maju dengan rencana studi. Saya akhirnya memutuskan

bekerja. Hingga sampai saat ini sudah lebih dari 7 tahun di perusahaan yang sama. Saya

percaya, keberadaan saya di sini masih dalam konteks rencana Tuhan untuk saya, baik

di lingkungan kerja ataupun lingkungan sosial di mana saya ditempatkan.

3. Mohon ceritakan bagaimana Anda berjemaat di Gereja Presbyterian Orchard?

Awal saya mengenal GPO, adalah dari pendeta Gereja Kristen Kalam Kudus, gereja saya

ketika berada di Pekanbaru. Sebelum saya berangkat ke Singapura, beliau memberikan

saya nomor telepon Pendeta Johnny Silas, yang pada saat itu masih menjadi gembala di

GPO. Saat saya sampai di Singapura, saya langsung menghubungi beliau. Kebetulan waktu

itu hari Sabtu, Pak Johnny mengajak saya untuk ikut persekutuan Komisi Pemuda (KP).

Kesan pertama saya mengikuti KP, sangat jauh berbeda dari persekutuan pemuda

lainnya. KP sangat hidup, hangat, dan sangat bersahabat. Saya disambut dengan perhatian

yang sangat akrab dari teman-teman KP, bahkan dalam waktu yang singkat, saya sudah

dilibatkan dalam pelayanan di KP. Saya merasa tidak sendirian di Singapura, tetapi ada

keluarga kedua di sini. Saya merasa KP dan GPO menjadi bagian dari hidup saya selama

di Singapura.

4. Bisa diceritakan apa saja pelayanan Anda di GPO baik yang lalu dan saat ini?

Pelayanan saya yang pertama kali saat bergabung dengan KP di GPO adalah sebagai

pemusik. Namun seiring dengan waktu, saya juga melihat, ada bagian-bagian lain dari

sebuah pelayanan yang kekurangan orang, atapun yang tidak ter-cover oleh aktivis

yang lainnya. Saya pun masuk ke sana untuk membantu. Selain pelayanan yang bersifat

teknis seperti di IT ministry, fotografi/videografi, dan Tim Audio Visual (AV), saya juga

mengikuti pelayanan mission trip.

Setiap pelayanan itu mempunyai tantangan dan tingkat kesulitan yang berbeda.

Namun semua kesulitan itu tidak saya anggap sebagai hambatan bagi saya, melainkan

sebuah tantangan. Saya harus semakin menunduk di dalam kuasa Tuhan, merendahkan

diri dalam Tuhan, dan menyerahkan kekhawatiran kepada Tuhan

5. Bagaimana pandangan Anda mengenai keahlian teknis yang Anda punya,

kaitannya dengan pelayanan di gereja?

Keahlian teknis saya, dalam pelayanan di IT Ministry, maupun tim Audio Visual,

bukanlah bagian dari pekerjaan utama saya sebagai Network Engineer. Namun, saya

sangat senang jika sedikit dari kemampuan dan keterampilan saya dalam bidang

25

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 28: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

teknis maupun non-teknis, bisa dipakai oleh Tuhan untuk kemuliaan-Nya. Sama seperti

seorang anak kecil, yang hanya punya lima roti dan dua ekor ikan, apa yang saya miliki

yang mungkin tidak seberapa, saya pakai untuk membangun gereja Tuhan.

Bagi rekan-rekan jemaat lainnya, yang memiliki skill dalam bidang-bidang tertentu,

persembahkanlah itu untuk Tuhan. Sebaliknya juga, jangan khawatir tentang kemampuan

Anda yang tidak seberapa. Karena saat Anda memutuskan untuk melayani, Tuhan juga

akan memperlengkapi dan menempatkan dalam pelayanan yang sesuai dengan Tuhan

inginkan, dan itu bukan sebuah beban bagi Anda.

6. Anda cukup terlibat di banyak kegiatan dan komisi. Mohon diceritakan

keterlibatan dan pelayanan di GPO?

Pelayanan saya di GPO yang saya fokuskan saat ini adalah di Tim AV. Awalnya saya

juga selalu aktif di KP, tetapi karena tuntutan pekerjaan yang sangat menuntut tenaga

dan waktu untuk lembur di Sabtu subuh, saya mulai non-aktif di sana. Tapi dalam

beberapa waktu, saya juga mewakili KP untuk menjadi kolektan dan penyambutan di

ibadah umum.

Jika saya sering terlihat saya di banyak komisi, sebetulnya bukan di komisinya, tapi

peran kami sebagai tim AV, selalu roaming ke mana-mana. Dibutuhkan oleh Komisi

Pelaut, Komisi Maria Marta, kadang Komisi Anak juga. Prinsip saya, di mana saya

melayani, di situ juga saya bergaul dengan orang-orang yang saya temukan dalam

masa pelayanan.

Di samping pelayanan sebagai tim AV, saya suka juga ikut kegiatan yang dilakukan

oleh GPO di luar aktivitas gereja. Misalnya mission trip, dan mengajar computer.

Pelayanan di dalam maupun di luar gereja, sama-sama dipakai Tuhan untuk banyak

mengasah kepribadian saya. Dan semua itu masih terus berlanjut untuk terus diasah

dan dibentuk.

Dalam pelayanan, keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan saya, tidak jarang

membuat saya sendiri kecewa. Saya sangat tidak menyukai itu dan saya terus berdoa

agar Tuhan terus mengubahkan saya. Saya tidak mau kelemahan dan kekurangan itu

mencoreng dan merusak. Jangan sampai jadi batu sandungan. Saya sangat menyesal jika

hal itu terjadi. Namun tidak pernah menyurutkan saya untuk tetap semangat melayani,

dan sambil terus membenah diri. Prinsip saya, pelayanan adalah untuk menyenangkan

hati Tuhan, jangan sampai pelayanan untuk mencari ketenaran diri.

26

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 29: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

7. Anda lumayan sociable dan cukup mengenal banyak jemaat GPO yang lumayan

beragam. Bagaimana kesan Anda?

GPO sangat unik, mewakili Nusantara di Singapura. Bisa dikatakan, GPO adalah little

Indonesia-nya Singapura. Orang dari Sabang sampai Merauke ada di GPO. Keunikan

ini bisa menjadi nilai plus bagi GPO. Karena kita sebagai jemaat dihadapkan dengan

keberagaman suku dan profesi, dan jemaat GPO sangat kaya dengan sumber daya

dalam hal ini. Lihat saja, ketika ada fund raising, ataupun acara makan-makan, anda

akan mendapatkan menu makanan yang sangat beragam yang ada di Nusantara.

Kangen dengan Indonesia bisa ter-obati ketika kita ada di GPO. Dahulu saya tidak tahu

orang Manado, Ambon, Subang, itu seperti apa, sekarang sudah punya banyak teman

Manado, dari Ambon, dari Jawa, Subang, Toraja, Batak, dan lain sebagainya.

Dari segi profesi jemaatnya, GPO juga tergolong unik. Bukan hanya semua profesi

boleh beribadah bersama tetapi semua bisa terlibat dalam pelayanan yang sama tanpa

melihat apa profesinya. Misalnya ada pemuda, ibu rumah tangga, pelaut, dan PLRT,

yang bisa sama-sama menjadi majelis, bisa berpelayanan di ibadah minggu seperti

liturgos. Semua dapat duduk bersama di bangku gereja untuk beribadah bersama,

ataupun semeja dalam pelayanan yang sama.

Satu sisi lain, dari keunikan GPO, bisa menjadi “kanker” juga bagi kehidupan bergereja

kita, jika tidak dibina dengan baik, terutama komunikasi antar jemaat. Kenapa? Di saat

orang mulai kumpul sesama suku, sesama profesi nya, ataupun sesama range usia, dan

tidak mau berbaur dengan yang lain, di situ akan muncul gap atau celah komunikasi.

Gap komunikasi ini bisa sangat berbahaya dan sangat rentan. Sebaiknya kita tetap saling

menjaga komunikasi dan saling menghargai satu sama lain, saling berbaur, bersahabat,

“baku sapa” satu sama lainnya, dan “baku tolong-menolong” (red: baku sapa – saling

bersapa). “Torang basudara di dalam Tuhan Yesus”.

8. Anda punya banyak teman yang beragam di luar lingkup gereja. Bagaimana

Anda dapat membina hubungan baik dengan mereka?

Saya memiliki beragam teman di Singapura. Kalau tadi GPO adalah little Indonesia

di Singapura, kalau Singapura, adalah hub atau sentral yang menjadi berkumpulnya

banyak suku bangsa di sini. Saya sudah menjalin persahabatan dengan orang dari

banyak negara.

27

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 30: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Semua diawali dengan murah senyum dan mau membantu orang. Sering kali saya

menjumpai orang tersasar naik MRT, orang kebingungan mau ke mana, dan kadang

menemukan orang yang bertanya tentang obyek wisata. Dari situ diteruskan dengan

mengajak mereka kenalan, dan memperkenalkan diri saya. Dengan sesuatu yang

sederhana, bisa diteruskan hingga masuk bergaul dengan mereka. Puji Tuhan, saya

bisa cepat beradaptasi dengan berbagai orang dan dengan bergaul. Kita juga bisa

mendapatkan kesempatan untuk bercerita tentang iman kita kepada mereka.

Tidak semua pergaulan cepat mendapatkan kesempatan untuk berbagi tentang iman.

Kadang saya juga harus mengorbankan waktu dan tenaga untuk membantu mereka,

serperti contohnya install ulang computer mereka, troubleshoot HP mereka, perbaiki

sesuatu yang salah dari gadget mereka, dan dari bantuan-bantuan kecil itu, lama-lama

mereka merasa nyaman dengan saya. Ketika Tuhan membuka kan saya kesempatan

berbagi tentang iman, saya akan masuk ke sana.

Satu pengalaman yang tidak terlupakan, yang pernah saya bagikan di ibadah penutup

tahun di GPO, saya membantu seorang teman dari negara lain dan mengajaknya

berdoa. Dia mau saya ajak berdoa karena dia sendiri sudah putus asa. Karena dengan

berdoa pada waktu itu, akhirnya dia sendiri bilang kepada saya “Your Jesus is Amazing!

Very Good! He answered our prayer!”

Seorang teman dari negara lain terheran, kenapa saya selalu aktif di gereja, dia

melihat banyak foto-foto pelayanan dari profil Facebook saya, dan di sana saya terbuka

kesempatan menceritakan iman saya. Yang membuat saya paling bersyukur, saya bisa

katakan kepada dia “My God is a caring God! He is not far away. He comes to redeem

us, and gives us hope. So, if you see that I’m so busy with all this service for people,

I am not doing it to gain something, instead, I am doing it to say thanks to my God.

Even though, I have a lot to do and I have to spend a lot of resources from myself, but

I still feel it’s not enough to say thanks because of His love and all things He had given

to me.”

9. Bagaimana menurut Anda seharusnya kita membagikan apa yang kita imani

kepada sesama kita, tanpa melihat batasan identitas kita (suku, profesi, dll)?

Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan kepada kita, sebelum Dia naik ke surga,

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam

nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu

yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa

sampai kepada akhir zaman.” – Matius 28:19. Ini bukan sekedar perintah biasa, tapi

perintah yang harus kita kerjakan.

28

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 31: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Dalam perintah ini, kita harus menyampaikan kepada siapa saja yang kita temui. Dan

yang lebih ekstrim, kita harus keluar dari tempat kita untuk mengabarkan injil – dalam

ruang lingkup yang besar. Sebagian orang dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk

pergi ke pelosok, ke daerah yang memang susah dijangkau oleh penginjilan.

Tapi saya melihat satu hal yang menjadi keistimewaan kita yang tinggal di Singapura.

Kita bisa berbagi tentang iman kita ke orang dari berbagai suku dan bangsa tanpa

harus jauh-jauh ke negeri orang, ataupun ke pelosok dan pedalaman untuk menginjili.

Banyak orang yang datang ke mari untuk belajar, bekerja, dan berbisnis. Di mana Tuhan

bukakan kita jalan dan peluang, raihlah itu untuk menginjili. Dan peluang itu bukan

hanya ditunggu, melainkan diusahakan juga. Kalau kita selalu pendiam, penyendiri,

pemalu, judes, sombong, maka peluang itu tidak pernah akan ada. Kita harus bersikap

luwes untuk berkomunikasi dengan orang dan ramah terhadap mereka. Maka ketika

sudah terjalin persahabatan, kita sudah bisa masuk untuk menginjili mereka. Dan ingat,

selalu berdoa ketika kita diberikan kesempatan itu.

10. Bagaimana keberagaman Jemaat GPO ini dapat menjadi salah satu kekuatan

utama gereja dalam menjalanan misi Tuhan di dunia?

GPO ada di Singapura – dengan keberagaman jemaat, dengan keberagaman

masyarakatnya – adalah sangat strategis. Setiap kita yang sudah diselamatkan, jangan

malu untuk menginjili. Mulai dari orang-orang dalam gereja kita. Saya pernah kenal

dengan seorang rekan dari Maria Marta. Dia berasal dari daerah Jawa Barat, dan

kampung halamannya susah dijangkau oleh penginjilan. tetapi oleh karena ajakan

majikan untuk datang ke gereja sambil menjaga anaknya yang masih bayi, lama-lama

dia jadi sering dengar injil dari sekolah minggu. Ada juga anggota KMM kita yang belum

percaya Kristus menjadi percaya dan dibaptiskan, karena ajakan teman-temannya untuk

ikut persekutuan.

Bagi yang merasa lebih tertantang untuk berbagi iman di market place, bisa dimulai

dari tempat kerja. Mulai dengan disiplin kerja yang baik, integritas kerja yang terbukti,

dan dari sana teman-teman kerja akan menanyakan tentang kepribadian kalian, dan

menanyakan value apa yang kita miliki.

Jangan pernah malu membagikan iman kita kepada orang lain. Selalu berdoa agar

Tuhan jaga dan pelihara kita, dan bantu kita saat kesempatan dibukakan. Jadilah garam

dan terang yang bisa terlihat, agar injil Tuhan bisa diterima.

29

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 32: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Masih ingatkah Anda, ketika Anda

melalukan kesalahan dan orang tua Anda

memarahi Anda waktu masih kecil? Atau

pernahkah Anda berpikir bagaimana

perasaan anak-anak ketika orang tuanya

memarahi anak itu? Ada banyak perasaan

yang bercampur aduk di pikiran anak itu.

Mulai dari rasa takut karena akan mendapat

hukuman, bingung, kaget, merasa bersalah,

malu, semuanya itu bercamput aduk di

dalam pikiran.

Kemudian kita bayangkan kembali bila

salah satu dari orang tua mereka datang dan

membela anak itu, atau mungkin nenek atau

kakek mereka, atau saudara mereka. Akan

timbul suatu perasaan lega di hati anak-anak

itu karena adanya harapan dari orang lain yang

akan meniadakan hukuman bagi mereka.

Di hari paskah ini, Komisi Anak GPO ingin

menceritakan pengorbanan Yesus dari sudut

pandang anak-anak yang masih berhati tulus

dan murni. Lagu-lagu yang sederhana akan

30

GA

UN

G P

ER

ISTI

WA

Oleh: Clement Perdana

Kebangkitan-Nyauntuk Dunia

Page 33: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

31

terjalin harmonis dengan perbincangan

polos anak-anak sekolah minggu dengan

teman baru mereka yang belum mengenal

Yesus. Sedikit demi sedikit teman baru

mereka akan mengenal siapa Yesus itu dan

apa yang sudah Dia perbuat sehingga anak-

anak sekolah minggu memuji-Nya.

Lagi-lagi dengan cara pandang anak-

anak, musikal Paskah ini mengajak jemaat

untuk refleksi. Mengajak melihat kembali ke

dalam diri masing-masing dan merendahkan

diri untuk menyadari bahwa betapa

tidak layaknya manusia untuk menerima

pengorbanan Kristus demi menghapus dosa

manusia karena semua orang telah berbuat

dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah

(Roma 3:23). Namun, hanya dengan percaya

dan mengakui bahwa Kristus Tuhan adalah

juru selamat manusia, kehidupan di surga

dapat dicapai oleh setiap umat manusia.

Sebagaimana anak-anak kecil yang akan

dihukum karena kesalahan mereka, yang

kemudian digantikan oleh sang penyelamat

yang rela berkorban untuk mereka, sudah

sepatutnyalah kita semua bersyukur akan

pengorbanan Yesus di kayu salib. Sebab,

barangsiapa yang berseru kepada nama

Tuhan, akan diselamatkan. (Roma 10:13)

Musikal ini berpuncak ketika teman-teman

baru mereka percaya dan menerima Yesus

sebagai juru selamat mereka dan kemudian

bernyanyi bersama dalam paduan suara.

Bukan hanya itu saja, mereka juga mengajak

orang tua dan teman-teman mereka untuk

GE

MA

edisi 15/X

I/14

31

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 34: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

bergabung dan memuji Tuhan bersama-

sama. Karena seperti judul musikal ini,

kebangkitan-Nya bukan hanya untuk orang-

orang tertentu tapi juga untuk seluruh

dunia tanpa memandang golongan dan

latar belakang mereka. Kitapun wajib untuk

menyebarkan kabar baik ini dan memberi

pengertian kepada orang-orang bahwa

Kristus datang bukan hanya untuk dirayakan

di hari Natal dengan hiasan-hiasan yang

meriah dan hadiah-hadiah yang menarik,

tetapi Dia datang untuk mati di kayu salib

demi menebus dosa manusia.

32

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Karena itu pergilah, jadikanlah semua

bangsa murid-Nya dan baptiskanlah

mereka dalam nama Bapa dan Anak dan

Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan

segala sesuatu yang telah Yesus perintahkan

kepadamu. Dan ketahuilah, Tuhan menyertai

kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman

(Matius 28:19-20).

Selamat Paskah! Haleluya!

Page 35: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

33

GA

UN

G P

ER

ISTIWA

SATUKAN KAMI PAKAILAH KAMI

Suatu hari saya melihat sebuah wawancara

di TV yang dilakukan terhadap salah

seorang tokoh sepak bola dunia yaitu

Michael Platini. Bagi yang kurang berminat

terhadap sepakbola, beliau adalah mantan

pesebakbola tersohor dari Perancis di tahun

80-an dan termasuk di dalam kategori pemain

terbaik dunia di masa itu. Beliau banyak

memenangkan piala dan penghargaan di

zamannya. Setelah pensiun sebagai pemain

profesional, beliau melanjutkan karir di

bidang sepakbola sebagai pengurus asosiasi

sepakbola di Eropa. Penampilan beliau

terlihat biasa saja pada saat interview tersebut

seperti selayaknya penampilan seseorang di

depan kamera TV dengan setelan jas dan

penampilan yang rapi. Yang membuat saya

terkejut adalah kondisi fisik beliau sekarang

yang sangat jauh dibanding pada saat zaman

beliau sebagai pemain profesional. Tadinya

bentuk tubuh beliau sangat atletis, tetapi

sekarang sudah terlihat jauh lebih gemuk.

Tadinya rambutnya gondrong dan panjang,

sekarang sudah menipis. Wajah yang

tadinya sangat tampan dan muda, sekarang

kelihatan sudah penuh dengan raut karena

pertambahan usia. Beliau begitu gagah dan

terlihat sangat mumpuni di masa mudanya

sampai sampai saya dulu selalu menganggap

bahwa orang orang seperti beliau akan selalu

seperti itu selamanya. Ternyata kenyataannya

berbeda. Pengaruh pertambahan usia tidak

bisa ditutupi dari kehidupan beliau dan juga

semua orang. Perubahan di dalam kehidupan

Oleh: Dkn. Oloan Manurung

Page 36: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

menjadi suatu kenyataan yang tidak bisa

kita hindari.

Demikian juga kisah bangsa Israel,

bangsa pilihan Tuhan yang terus dituntun

Tuhan dengan sangat hebatnya dari zaman

Abraham sampai pada zaman Musa dan

seterusnya. Bangsa yang terpilih yang

ternyata tidak seterusnya mendengarkan

suara Tuhan dan berubah sikap dan

ketaatan dengan berubahnya waktu. Mereka

berpaling dari Tuhan dan justru mengikuti

allah-allah lain. Dan akibatnya, bangsa

yang hebat ini dijajah dan masyarakatnya

dibuang menjadi budak di Babilonia. Kondisi

inilah yang menjadi awal pembahasan dan

perenungan di dalam Camp Jemaat 2015

yang dipimpin oleh Pendeta Mangapul

Sagala, dengan mengangkat kisah Nehemia

yang memimpin bangsa Israel untuk bangkit

kembali dari keterpurukan akibat penjajahan.

Kisah Nehemia ini dipakai untuk menggugah

jemaat GPO untuk berefleksi dan melihat

kondisi hubungan pribadi dengan Tuhan

pada saat ini dan selanjutnya membangun

serta terus mempererat hubungan pribadi

dengan Tuhan. Selanjutnya dengan dasar

hubungan yang erat, bersatu antara satu

dengan yang lain untuk dipakai Tuhan

melakukan pekerjaan-Nya. Hal ini juga sesuai

dengan ayat yang menjadi tema camp sesuai

dengan yang ditegaskan oleh rasul Petrus di

dalam 1 Petrus 2:5 “Dan biarlah kamu juga

dipergunakan sebagai batu hidup untuk

pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu

imamat kudus, untuk mempersembahkan

persembahan rohani yang karena Yesus

Kristus berkenan kepada Allah”.

Titik Awal Untuk Memulihkan dan

Membangun Hubungan Dengan Tuhan

Mari kita membayangkan suatu keadaan

apabila kita berada di tempat yang jauh

dari kampung halaman atau tempat tinggal

kita dan menerima kabar bahwa keadaan

kampung halaman kita ternyata dalam

keadaan yang porak-poranda, tidak terurus

dan terbakar. Saya yakin apabila kita masih

memiliki ikatan emosional yang tinggi

dengan kampung halaman kita, kita pasti

akan panik dan ingin secepatnya kembali

34

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 37: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

membangun hubungan kita dengan Tuhan

di dalam perenungan di Camp Jemaat.

Sikap inilah yang menjadi titik awal untuk

yang pertama merefleksikan hubungan

pribadi kita dengan Tuhan pada saat ini:

Apakah kita tunduk dan taat kepada Tuhan,

atau apakah kita mengakui dosa-dosa kita

selama ini? Dan yang kedua menyampaikan

isi hati kita untuk terus membangun dan

ikut di dalam pekerjaan Tahun. Apabila kita

berdosa atau melakukan sesuatu yang tidak

seharusnya kita lakukan dan berada di dalam

pergumulan, tekanan dan keputusasaan yang

mengganggu pikiran kita serta menjauhkan

kita dari Tuhan, langkah awal yang kita

lakukan adalah berseru kepadaNya dengan

sikap yang tunduk dan taat kepada Tuhan

yang berkuasa atas kehidupan kita.

Tuhan Mengatasi Segalanya Bahkan Hal

Yang Mustahil Sekalipun

Di zaman Nehemia, seorang juru minum

adalah seorang yang terhormat dan

merupakan salah satu dari orang yang

paling dipercaya oleh raja. Posisi ini juga

memiliki tanggung jawab yang besar untuk

melindungi raja dari maksud maksud jahat.

Tentunya dengan posisi yang terhormat dan

kepercayaan yang tinggi ini, Nehemia juga

menikmati segala kemuliaan yang berlimpah

pada saat itu sesuai dengan jabatannya.

Pekerjaan ini juga menuntut kedekatan yang

lebih dengan raja dalam kehidupan sehari hari.

Salah satu aspek dari hubungan dengan raja

adalah seorang yang dekat dengan raja harus

memiliki sikap dan penampilan yang sesuai

seperti yang diharapkan raja. Apabila terlihat

untuk melihat keadan yang sebenarnya dan

bahkan untuk melakukan sesuatu. Demikian

juga yang dialami Nehemia yang adalah

seorang juru minum raja di pembuangan di

Babilonia atau tepatnya di Puri Susan dan

mendengarkan kabar keterpurukan Israel

dari saudara-saudaranya (Nehemia 1: 1-3).

Sebegitu dalamnya rasa keterikatan Nehemia

dengan kampung halamannya sehingga

dia mengalami kesedihan yang mendalam

sampai berkabung dan berpuasa. Hal yang

dicatat dilakukannya adalah dia berseru

kepada Tuhan. Di dalam seruannya, yang

pertama dia katakan adalah ketaatan dan

pengakuan bahwa dia tunduk kepada Tuhan

(Nehemia 1:5), yang kedua adalah mengakui

segala dosa-dosa bangsa Israel (Nehemia 1:6-

7) dan yang terakhir adalah meminta Tuhan

untuk memulihkan bangsa Israel (Nehemia

1:8-9). Nehemia menyampaikan isi hatinya

untuk memulihkan bangsa Israel kepada

Tuhan dengan mengutarakan perkataan

Tuhan kepada nabi Musa seperti dijelaskan di

dalam Nehemia 1:8-9 “Ingatlah akan firman

yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu

itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu

akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-

bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-

Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku

serta melakukannya, maka sekalipun orang-

orang buanganmu ada di ujung langit, akan

Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa

ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat

nama-Ku diam di sana”.

Sikap berseru kepada Tuhan sebagai

langkah awal adalah sikap yang ditekankan

oleh Pendeta Mangapul Sagala untuk

35

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 38: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

sikap dan penampilan yang tidak sesuai

dengan keinginannya, dengan kuasa raja

yang bagitu besar, raja bisa memerintahkan

untuk pada saat itu juga menghukum orang

tersebut dengan seberat-beratnya. Aspek lain

dari seorang raja di zaman dulu adalah bahwa

kehadiran seseorang termasuk permaisuri

raja haruslah sesuai dengan aturan protokol

yang ada. Permaisuri tidak bisa setiap saat

selalu dekat dengan raja atau disamping

raja. Permaisuri akan datang sesuai dengan

waktu yang ditentukan oleh raja. Tentunya

kita bisa membayangkan bahwa waktu yang

ditentukan tersebut adalah waktu pribadi

antara raja dengan permaisuri.

Kedua aspek di atas melatarbelakangi

pembahasan perenungan Camp Jemaat

selanjutnya. Nehemia 2: 1-6 menjelaskan

kondisi di waktu raja sedang bersama dengan

permaisuri (dan ini adalah waktu yang khusus

ditentukan), dan pada saat itu juga, Nehemia

dengan kesedihan yang mendalam selama

berbulan-bulan, tidak bisa menyembunyikan

rasa sedih yang dia alami. Walaupun dia

pasti berusaha untuk menyembunyikannya,

kesedihan itu tampak dari luar dan tampak

juga oleh raja Artahsasta. Hal ini mendorong

raja untuk menyakan perihal kesedihan

Nehemia. Ini adalah saat saat genting bagi

Nehemia yang mana raja sedang bersama

dengan permaisuri dan penampilan dia

dipertanyakan oleh raja. Di dalam kondisi

ini, raja yang merasa terganggu di dalam

waktu pribadi dengan permaisuri bisa saja

menjatuhkan hukuman yang berat. Tetapi

di masa masa genting inilah kuasa Tuhan

ditunjukkan dengan begitu hebatnya.

Nehemia menjelaskan peristiwa dan

kesedihan yang dialami dan juga dengan

keberanian yang hebat yang berasal dari

kuasa Tuhan menjelaskan maksud dia untuk

kembali ke Israel dan kebutuhan yang dia

perlukan. Di saat-saat seperti ini, mustahil

bagi seorang raja untuk memikirkan perkara

kecil apalagi dari seorang pelayannya

dan tidak ada hubungannya dengan raja

(dan permaisuri). Tetapi apa yang terjadi

selanjutnya adalah sungguh di luar perkiraan

normal yang mana raja yang digerakkan

oleh Tuhan memberikan sesuai dengan

permintaan Nehemia. Bukankah Tuhan kita

adalah Tuhan yang hebat, yang dengan

kuasanya menolong kita di saat genting

dan sesuai dengan kehendak-Nya bahkan

menggerakkan raja dunia untuk tunduk.

Pendeta Mangapul Sagala menjelaskan

bagaimana apabila kita melakukan sesuai

kehendak Tuhan, Tuhan pasti akan bekerja

dengan kuasa-Nya.

Perencanaan Dalam Pekerjaan Tuhan

Mari kita lihat kembali bahwa di bagian

sebelumnya kita melihat bahwa hal pertama

yang dilakukan oleh Nehemia pada saat

menerima kabar buruk di kampung halaman

adalah berseru kepada Tuhan. Karakter yang

berseru kepada Tuhan dengan sikap hati yang

tunduk dan taat serta mengakui dosa-dosa

kita adalah salah satu karakter pelayan yang

harus terbangun di dalam kehidupan kita.

Untuk selanjutnya, di dalam Nehemia 2: 11-

13 dijelaskan pula bahwa “Maka tibalah aku

(yaitu Nehemia) di Yerusalem. Sesudah tiga

hari aku disana, bangunlah aku pada malam

36

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 39: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

hari bersama-sama beberapa orang saja yang

menyertai aku. Aku tidak beritahukan kepada

siapapun rencana yang akan kulakukan untuk

Yerusalem, yang diberikan Allahku dalam

hatiku. Juga tak ada lain binatang kepadaku

kecuali yang kutunggangi. Demikian pada

malam hari aku keluar melalui pintu gerbang

Lebak, ke jurusan mata air Ular Naga dan pintu

gerbang Sampah. Aku menyelidiki dengan

seksama tembok-tembok Yerusalem yang

telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya

yang habis dimakan api”. Kita bisa melihat

bahwa Nehemia tidak gegabah dengan

begitu saja langsung bekerja. Hal yang

pertama dia lakukan begitu tiba di Yerusalem

adalah mengenal medan dan kondisi yang

ada untuk mematangkan perencanaan.

Nehemia melakukan usaha yang tidak kecil

untuk mengelilingi dan melihat satu persatu

kondisi masing-masing bagian dari tembok

Yerusalem yang runtuh sebelum memulai

pekerjaan yang ada. Pendeta Mangapul

Sagala menjelaskan bahwa karakter

selanjutnya dari seorang pelayan adalah

mengerti bahwa di dalam segala pekerjaan

yang dilakukan, tidak dengan begitu saja

bertindak, tetapi tetap harus melihat situasi

dan kondisi yang ada dan merencanakan

dengan baik sebelum melakukan pekerjaan.

Pembangunan kemudian dimulai dengan

pengaturan yang khusus sesuai dengan

situasi medan dan kondisi yang ada. Masing-

masing keluarga/penguasa wilayah Israel

memiliki tanggung jawab untuk membangun

tembok sesuai dengan daerah masing-

masing sesuai dengan penjelasan di Nehemia

3. Masing-masing bagian saling melengkapi

dan digabungkan membentuk lingkaran

tembok. Di sini juga kita diajarkan sebagai

umat Tuhan untuk bekerja di dalam bagian

masing-masing sesuai kehendak Tuhan yang

akan membentuk suatu bagian utuh.

Ancaman dan Kewaspadaan yang Teguh

Dalam Pekerjaan Tuhan

Seperti di dalam segala pekerjaan baik

yang kita lakukan, ancaman tidak bisa

dihindari. Di dalam pembangunan tembok

Yerusalem, ancaman pertama yang dihadapi

adalah ancaman yang berasal dari luar yaitu

dari Sanballat yang adalah gubernur Samaria

(dari bekas kerajaan utara), Tobia yang adalah

orang Amon dan Gesyem orang Arab yang

bertetangga dengan Israel secara geografis.

Mereka tidak ingin tembok Yerusalem

dibangun dan bangsa Israel bangkit dari

keterpurukan. Mereka ingin keadaan tetap

status-quo sehingga bangsa bangsa di sekitar

Israel akan tetap bisa menekan daerah Israel.

Mereka begitu marah dan sakit hati melihat

37

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 40: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

proses pembangunan tembok tetap berjalan

dan mengolok-olok bangsa Israel. Ancaman

ini terus menerus ada dengan intensitas

yang semakin tinggi bahkan sampai pada

tahapan di mana musuh-musuh Israel pada

saat itu mengumpulkan pasukan yang siap

untuk menyerang Yerusalem. Sikap Nehemia

melihat ancaman ini adalah sama seperti

yang selalu dia lakukan yaitu berseru kepada

Tuhan, seperti tertulis di dalam Nehemia 4:4-

5 “Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami

dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa

kepala mereka sendiri dan serahkanlah

mereka menjadi jarahan di tanah tempat

tawanan. Jangan Kaututupi kesalahan

mereka, dan dosa mereka jangan Kauhapus

dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti

hati-Mu dengan sikap mereka terhadap

orang-orang yang sedang membangun.”

Selain itu Nehemia menempatkan rakyat

Israel menurut kaum keluarganya dengan

pedang, tombak dan panah di bagian-

bagian yang paling rendah dari tempat itu,

di belakang tembok, di tempat-tempat yang

terbuka. Bahkan di dalam Nehemia 4:16-18

dijelaskan bahwa “Sejak hari itu sebagian

dari pada anak buahku melakukan pekerjaan,

dan sebagian yang lain memegang tombak,

perisai dan panah dan mengenakan baju zirah,

sedang para pemimpin berdiri di belakang

segenap kaum Yehuda yang membangun

di tembok. Orang-orang yang memikul

dan mengangkut melakukan pekerjaannya

dengan satu tangan dan dengan tangan

yang lain mereka memegang senjata. Setiap

orang yang membangun bekerja dengan

berikatkan pedang pada pinggangnya, dan

di sampingku berdiri peniup sangkakala.”

Kita bisa melihat bagaimana tegangnya

situasi yang ada pada saat itu, tetapi Tuhan

dengan kuasa-Nya yang hebat meluputkan

bangsa Israel dari bahaya.

Ancaman yang kedua adalah dari bangsa

Israel itu sendiri sesuai dengan yang dijelaskan

di dalam Nehemia 5:1-5, Maka terdengarlah

keluhan yang keras dari rakyat dan juga dari

pihak para isteri terhadap sesama orang

Yahudi. Ada yang berteriak: “Anak laki-laki

dan anak perempuan kami banyak dan kami

harus mendapat gandum, supaya kami dapat

makan dan hidup.” Dan ada yang berteriak:

“Ladang dan kebun anggur dan rumah kami

gadaikan untuk mendapat gandum pada

waktu kelaparan.” Juga ada yang berteriak:

“Kami harus meminjam uang untuk membayar

pajak yang dikenakan raja atas ladang dan

kebun anggur kami. Sekarang, walaupun

kami ini sedarah sedaging dengan saudara-

38

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 41: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

saudara sebangsa kami dan anak-anak kami

sama dengan anak-anak mereka, namun

kami terpaksa membiarkan anak-anak lelaki

dan anak-anak perempuan kami menjadi

budak dan sudah beberapa anak perempuan

kami harus membiarkan diri dimiliki orang.

Kami tidak dapat berbuat apa-apa, karena

ladang dan kebun anggur kami sudah di

tangan orang lain.” Bangsa Israel mengeluh

terhadap perlakuan pemimpin bangsa Israel

itu sendiri yang telah berlaku semena-mena

terhadap sesama bangsanya. Nehemia

mendengar keluhan keluhan ini langsung

marah dan menggugat para pemimpin

dan pemuka bangsa yang telah menindas

bangsa sendiri. Nehemia menuntut semua

pemimpin untuk mengembalikan segala

sesuatu yang telah diambil, menghapuskan

segala utang. Tuntutan ini dipenuhi oleh

para penguasa yang ada beserta dengan

ancaman apabila tidak ditepati. Di dalam

pelayanan dan persekutuan kita, sering sekali

masalah yang dihadapi bukan hanya berasal

dari luar tetapi juga dari dalam, yang mana

kepentingan pribadi seringkali menjadi lebih

penting daripada pekerjaan Tuhan itu sendiri.

Untuk itu sungguh kita harus tetap waspada

untuk tetap teguh di dalam pekerjaan

Tuhan dan tidak membiarkan ambisi atau

kepentingan pribadi untuk menghalangi. Kita

juga harus saling megingatkan satu dengan

yang lain untuk tetap bersatu hati di dalam

pelayanan Tuhan.

Satukan Kami Pakailah Kami

Dari pengalaman Nehemia, kita bisa

belajar bagaimana kita harus berefleksi dan

39

GE

MA

edisi 16/V

III/15

melihat terus kondisi hubungan kita dengan

Tuhan agar bisa dipakai untuk pekerjaan

Tuhan. Karakter Nehemia sebagai seorang

pelayanan sungguh suatu teladan yang

bisa kita pakai di dalam kehidupan kita,

di antaranya;

• SelaluberserukepadaTuhandalamsikap

hati yang tunduk dan taat kepada Tuhan

• Mengakui segala dosa dan kesalahan

sebagai dasar untuk memulai dan

membangun hubungan pribadi

dengan Tuhan

• Percaya akan campur tangan Tuhan di

dalam pekerjaan Tuhan walaupun berada

di dalam keadaan yang mustahil sekalipun

• Tetap waspada akan ancaman-ancaman

yang dihadapi dengan selalu dekat dengan

Tuhan dan percaya akan perlindungan-Nya

Apabila setiap anak Tuhan memiliki

karakter yang berlandaskan sikap hati yang

percaya sepenuhnya akan perlindungan

Tuhan, setiap anak Tuhan akan memiliki

hati dan kerinduan yang menyatu untuk

melakukan yang terbaik bagi pekerjaan

Tuhan. Kesatuan hati ini menjadi dasar

yang penting sehingga masing-masing

orang akan dapat berkontribusi dan bisa

dipakai secara hebat untuk kemuliaan nama

Tuhan. “Satukan Kami, Pakailah Kami” pada

akhirnya bukan hanya sebagai slogan camp

jemaat, tetapi menjadi tekad setiap jemaat

GPO untuk tunduk kepada Tuhan dan terus

menerus memperbaharui hubungan dengan

Tuhan, sehingga memiliki kesatuan hati untuk

melayani Tuhan di dalam kehidupan masing-

masing sesuai dengan karunia dan talenta

yang diberikan.

Page 42: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Keluarga yang

40

GA

MB

US

& K

EC

AP

I

Beberapa waktu yang lalu, ada jemaat yang

menyapa kami dan berkata, “Wah senang

sekali melihat kalian sekeluarga melayani

di GPO. Apa rahasianya?” Kami hanya

membalas dengan senyum karena kami pikir,

ini hanya sekedar komplimen ringan yang

tidak membutuhkan jawaban panjang-lebar.

Maka kami-pun hanya menjawab seadanya,

“Ah biasa saja, tidak ada rahasianya kok.

Keluarga lain juga melayani seperti kami.”

Ketika kami diminta menulis untuk Buletin

Gema, kami mulai merenung, membaca

MELAYANIOleh: Willy A. Renandya & Siani Indarwati

tulisan-tulisan mengenai keluarga Kristen dan

juga bagian di Alkitab yang membicarakan

arti sebuah keluarga, peran dan tugas serta

tanggung jawab orang tua dalam mendidik

anak. Ternyata Alkitab mencatat banyak

sekali mengenai anak dan bagaimana kita

mesti bersikap dan memperlakukan anak,

baik anak kita sendiri maupun anak-anak

yang dilahirkan di dunia pada umumnya.

Begitu banyak Firman yang menjelaskan

betapa berharganya anak di mata Tuhan,

seperti yang tertulis di ayat-ayat berikut:

Page 43: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

Anak adalah inisiatif dan karya Allah

(Kejadian 17:6)

Aku akan membuat engkau beranak cucu

sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi

bangsa-bangsa, dan dari padamu akan

berasal raja-raja.

Anak adalah pewaris kerajaan surga

(Markus 10: 13-14)

Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada

Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi

murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.

Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan

berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak

itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-

halangi mereka, sebab orang-orang yang

seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya

barangsiapa tidak menyambut Kerajaan

Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan

masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-

anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya

atas mereka Ia memberkati mereka.

Adalah tugas kita untuk mengarahkan anak

ke jalan yang benar (Matius 18: 6)

Tetapi barangsiapa menyesatkan salah

satu dari anak-anak kecil ini yang percaya

kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah

batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia

ditenggelamkan ke dalam laut.

41

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Takut akan Tuhan (Ulangan 6:1-2)

Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan,

yang aku ajarkan kepadamu atas perintah

TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri,

ke mana kamu pergi untuk mendudukinya,

supaya seumur hidupmu engkau dan anak

cucumu takut akan TUHAN Allahmu, dan

berpegang pada segala ketetapan dan

perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu,

dan supaya lanjut umurmu.

Catatan di bawah ini adalah hasil renungan

kami. Semoga dapat menjadi bahan renungan

untuk kita semua.

1. Anak itu berkat dari Tuhan, pemberian

Tuhan, titipan dari Tuhan selama kita ada

di dunia ini. Atas campur tangan dan

inisiatif-Nya kita dikaruniai anak dalam

keluarga. Artinya baik anak maupun

orang tua adalah pihak yang menerima

pemberian ini; anak tidak bisa memilih

siapa orang tuanya dan demikian pula

orang tua tidak dapat memilih anaknya.

Karena anak adalah pemberian Tuhan,

dan kita tahu bahwa Tuhan itu baik dan

mempunyai rencana yang indah dalam

hidup kita, sudah semestinya orang tua

membesarkan, menjaga, memelihara,

melindungi, mendidik, dan yang terlebih

penting adalah mendekatkan anak-anak

kepada Dia. Kita mengajar mereka berdoa,

mengajak mereka ke sekolah minggu,

Page 44: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

mengajak mereka terlibat dalam kegiatan

gereja lainnya seperti outing, retreat, camp

dll. Ini semua untuk membuat mereka lebih

dekat dengan Tuhan.

2. Apakah cukup hal-hal yang kita lakukan di

atas? Tentu tidak. Setelah mereka mendekat

dan mengenal Tuhan dan sadar bahwa

Dia begitu baik dan sumber segala berkat

dalam kehidupan kita, sudah semestinya

kita mengajar anak-anak untuk melayani

Tuhan di rumah-Nya sesuai dengan talenta

dan passion mereka. Mereka bisa melayani

sebagai pengurus komisi, panitia acara

Paskah atau Natal, pemusik, pengurus

sound system, menyanyi di paduan suara

dan lain-lain. Perlu selalu kita ingatkan

kepada anak-anak bahwa pelayanan

bukan untuk self-glorification, tapi untuk

memuliakan Dia dan hanya demi Dia saja.

Melayani bukan untuk mengharap imbalan

dari Dia. Melayani itu sendiri sudah

merupakan imbalan bagi kita, sungguh

sebuah blessing bahwa kita layak dan

berharga untuk melayani-Nya.

3. Melayani di luar Gereja. Kalau kita dan

anak-anak hanya melayani di gereja

rasanya belum cukup karena di luar

sana terdapat begitu banyak anak-anak

Tuhan yang lain yang juga harus dilayani.

Mungkin anak-anak kita akan bertanya

bagaimana caranya melayani di luar

gereja. Apakah harus menjadi penginjil,

memberitakan kabar baik, membagi-

bagikan alkitab, dan seterusnya? Mungkin

ini pertanyaan-pertanyaan yang sering

muncul dibenak mereka dan memang

itu tugas kita untuk memberitakan Injil

seperti yang diperintahkan oleh-Nya dan

dicatat di Injil Matius (Matius 28:19). Tapi

mungkin untuk anak-anak yang masih

belia, sepertinya lebih mudah dipahami

jika kita mengajar mereka untuk berbuat

baik kepada sesama dan menjadi contoh

bagi mereka bagaimana kita sebagai

orang tua menunjukan arti kasih dengan

mengasihi orang lain, mengasihi tetangga

kita yang membutuhkan uluran kasih.

Bukankah Tuhan Yesus mengajar kita untuk

memberi minum kepada mereka yang

haus, memberi makan kepada mereka

yang lapar, merawat mereka yang sakit,

memberi pakaian kepada mereka yang

papa? (Matius 25).

4. Mengajar dengan kata atau perbuatan?

Ayat-ayat di dalam Matius 25 juga berkata

banyak mengenai cara kita mendidik anak

untuk takut akan Tuhan dan untuk melayani-

Nya: yaitu dengan contoh dan tauladan.

Tauladan yang terbaik adalah dengan

perbuatan nyata yang kasat mata dan dapat

dilihat langsung oleh anak-anak. Jika kita

melayani di gereja dengan sukacita (tidak

dengan bersungut-sungut), anak-anak

42

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5

Page 45: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

akan dengan mudah mengasosiasikan

pelayanan dengan perbuatan yang

menyenangkan. Dan merekapun akan

dengan bersukacita mencontoh pelayanan

kita dan melakukannya dengan sukacita.

Tentu saja memberi suri tauladan kepada

anak-anak bukan satu-satunya cara untuk

mendidik anak. Alkitab (Amsal 13:24)

mencatat bahwa adakalanya kita perlu

menghukum anak agar mereka lebih disiplin

(Spare the rod, spoil the child). Ulangan

(6:7) juga mencatat “haruslah engkau

mengajarkannya berulang-ulang kepada

anak-anakmu dan membicarakannya

apabila engkau duduk di rumahmu, apabila

engkau sedang dalam perjalanan, apabila

engkau berbaring dan apabila engkau

bangun”. Setiap keluarga punya cara yang

pas untuk mendidik anak-anak mereka.

Tugas kita adalah mencari cara yang pas,

yang paling efektif untuk menuntun anak-

anak agar mengerti apa yang diinginkan

Tuhan dalam hidup mereka.

Sebagai penutup, kami ingin mengutip

sebuah ungkapan yang diucapkan oleh

bapak bangsa Singapura, Mr Lee Kuan Yew:

You can’t plant a tree and then walk away.

Di dalam konteks mendidik anak di keluarga

kita masing-masing, ungkapan ini menjadi

sangat bermakna. Mungkin kita tidak secara

literal walk away, tapi tekanan dan tuntutan

hidup dan pekerjaan kadang membuat

kita lupa untuk meluangkan waktu cukup

untuk menyirami “tanaman” kecil di rumah

kita yang adalah pemberian Tuhan yang

paling berharga.

Willy A Renandya & Siani Indarwati,

Lakeside Singapura

Sumber Referensi:

http://www.gkimy.or.id/main/kolom-bina-

jemaat/47-pendidikan-dalam-keluarga-

kristen

http://www.gkimy.or.id/main/kolom-bina-

jemaat/45-anak-dan-pendidikan

43

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 46: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

44

GA

MB

US

& K

EC

AP

I

Tulisan ini terinspirasi dari salah satu

penulis di Kompasiana, yang saya suka

baca tulisannya, karena di dalam setiap

tulisannya banyak memaparkan kesalahan

atau kesesatan di dalam cara berpikir atau

logika. Saya mendapat masukan dan banyak

belajar melalui tulisannya itu. Sejak membaca

beberapa tulisannya itu, saya mulai berhati-

hati di dalam berkata-kata, supaya jangan

mengeluarkan statement sesat pikir.

Sesat pikir ini bisa kita temukan di dalam

kehidupan sehari-hari, di rumah, di kantor,

bahkan di gereja sekalipun tidak terkecuali.

Sesat pikir juga tidak memandang usia,

status, gelar dan jabatan, setiap orang

bisa melakukannya disadari atau tanpa

disadari. Saya malah melihat orang yang

mempunyai jabatan sering mengeluarkan

statement sesat pikir untuk mengalihkan

atau menjadikan sebuah alasan untuk

pembenaran, hanya mungkin kita tidak

menyadarinya atau mungkin (lebih buruknya)

kita sudah memakluminya dan menerimanya

dengan wajar.

Melalui tulisan ini saya mencoba

memaparkan beberapa macam sesat pikir

yang saya temukan di dalam gereja

1. Appeal to Sincerity atau istilah

populernya “Yang Penting Hatinya”

Kita sering mendengar kalimat ini

di gereja, misalnya datang beribadah

terlambat, ataupun datang dengan pakaian

ala kadarnya, celana pendek, sandal jepit

dll. Hal-hal seperti ini bukan sebuah masalah

serius, yang penting hati kita tulus dan rindu

Sesat PikirOleh: JUPS

Page 47: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

untuk datang beribadah. Lebih baik datang

daripada tidak datang sama sekali. Bagi yang

punya pola pikir seperti ini, cobalah terapkan

hal yang sama dengan pergi ke tempat lain.

Tidak usah jauh-jauh ke istana president,

cukup pergi ke undangan pesta pernikahan,

apakah anda berani? Contoh lainnya di

dalam persembahan, tidak penting jumlah

nilainya, yang penting hatinya rela tulus

memberikan persembahan, kan yang dilihat

Tuhan adalah hatinya. Coba renungkan

sekali lagi, apa benar-benar tulus atau hanya

mencari alat untuk pembenaran saja untuk

memberikan sedikit.

2. You too Fallacy atau istilah kerennya

“Kamu Juga Begitu Kok”

Argumen ini paling sering saya dengar

di rumah. Jika saya sedang memarahi salah

satu anak saya, misalnya memarahi anak

yang sulung, maka dia akan mengeluarkan

perkataan “Dede juga begitu.” Sebaliknya

kalau anak yang bungsu, maka dia akan bilang

“Koko juga begitu.” Atau yang lebih parah

lagi kadang mereka bisa balik menyalahkan

saya dengan berkata “Papa juga begitu.” Hal

yang sama bisa juga terjadi di dalam gereja.

Pada saat kita berbuat suatu kesalahan, tanpa

sadar kita sering mengatakan “Tidak apa-

apa, yang lain juga begitu kok.” Pernyataan

ini adalah sesat pikir karena tidak membahas

kesalahan tersebut, tetapi sebaliknya

menunding kesalahan pihak lain sebagai

pembenaran, bahkan lebih jeleknya lagi

kadang mengalihkan isu utamanya.

3. Appeal To Guilt atau sering dibilang

“Tidak Punya Kasih”

Di dalam gereja sangat jarang ditemukan

orang yang bisa marah dan bersikap tegas.

Orang seperti ini menjadi spesies yang

langka di gereja. Biasanya di gereja orang-

orangnya baik, sabar dan murah hati. Karena

itu di gereja mudah sekali terjebak ke dalam

sesat pikir jenis ini. Karena alasan harus

mengasihi sesama manusia, tanpa sadar

kita memaklumi perbuatan dosa. Inilah yang

terjadi dengan isu pernikahan pasangan

sejenis yang semakin hangat sekarang ini,

di mana sebagian gereja sudah menerima

dan memberkati pernikahan sejenis. Padahal

mengasihi manusia tidak berarti gereja/

kita harus membenarkan atau kompromi

menerima perbuatan dosanya

4. Appeal to Motive atau istilah mudahnya

“Ah Kamu Sentimen Dengan Dia”

Sesat pikir favorit yang sering terjadi di

sekitar kita adalah argumen yang didasarkan

kepada motif dari lawan bicara. Contoh yang

sering terjadi “Kamu tidak setuju kan karena

kamu sentimen dengan dia.” Dengan kalimat

ini mengalihkan isu dari masalah yang dibahas

kepada motif orang tersebut. Padahal motif

lawan bicara salah belum tentu argumennya

menjadi salah juga. Dengan menyerang

45

GE

MA

edisi 16/V

III/15

Page 48: Shalom pembaca yang budiman. “L · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita ... Dkn. Oloan Manurung 30 33

motif pribadi seseorang, otomatis sesat pikir

seperti ini juga menjadi bagian dari sesat pikir

“Argumentum Ad Hominem”, argumen yang

ditujukan menyerang pribadi lawan bicara

dan juga bagian dari sesat pikir mengalihkan

isu. Istilah kerennya adalah “Poisoning The

Well Fallacy”, sesat pikir yang memberikan

label negatif kepada lawan bicara tanpa

membahas argumennya sama sekali.

5. Generalisation Fallacy atau mudahnya

disebut “Semuanya Sama Saja”

Sesat pikir ini juga sesat pikir favorit dan

sering dilakukan/dikatakan oleh kita. Contoh

gampangnya “Kan Allah Maha Tahu, jadi

untuk apa kita berdoa lagi.” Atau yang

lainnya dengan mencomot salah satu ayat

Alkitab untuk diaplikasi ke semua situasi,

misalnya “Di mana ada dua atau tiga orang

berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada

di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20).

Dengan memakai ayat ini kita bisa bilang

“Hari minggu tidak perlu datang beribadah

ke gereja, tidak perlu datang persekutuan

doa di gereja, pemberkatan atau baptisan

tidak perlu dilakukan di gereja, di mana saja

sama asalkan Tuhan hadir di sana.” Tuhan itu

Maha Ada, tapi apakah benar begitu? Jikalau

benar mengapa Tuhan memerintahkan

bangsa Israel untuk membangun Bait Allah,

bahkan dibangun dengan bahan dan ukuran

yang serba spesifik dan begitu detailnya

(1 Raja-Raja 6)? Bahkan jauh sebelum itu,

sewaktu bangsa Israel di padang gurun,

Tuhan memerintahkan mereka mendirikan

Kemah Suci dengan bahan dan ukuran yang

begitu spesifik dan begitu detailnya juga

(Keluaran 25). Jangan karena Tuhan Maha

Tahu, Maha Hadir, akhirnya kita mengeneralisir

dan menganggap semuanya sama saja, itu

namanya mau gampangnya aja.

Ada masih banyak lagi macamnya logical

fallacy (sesat pikir) yang tidak disebutkan,

saya hanya menuliskan beberapa sesuai

dengan apa yang saya lihat terjadi di dalam

gereja, semoga setelah membaca tulisan ini,

kita menjadi lebih berhati-hati lagi dalam

berkata-kata, agar tidak mengeluarkan

kalimat yang mengandung sesat pikir.

46

GE

MA

ed

isi 1

6/V

III/1

5