shalom pembaca yang budiman. “l · kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. ... dan...
TRANSCRIPT
SEN
AN
DU
NG
PAG
I
Shalom pembaca yang budiman.
Redaksi menerima kiriman dokumen (artikel, renungan, liputan, dan lain-lainnya) dari para pembaca, kirimkan ke [email protected]. Tim Redaksi akan mempertimbangkan dan
memutuskan dokumen mana yang akan dimuat dalam Majalah GEMA.
Penasehat Pdt. Abraham R. Persang Majelis Pendamping Dkn. Leny Salim, Dkn. Januwar Hadi Tim Redaksi Pnt. Jahja Udjaja Sutjiutama, Boaz Y. Wibowo, Jimmy Hng,
Yosafat Tri Hanggoro, Angelina Kosasih Tim Layout Albert Wiyono, Jennifer Chandra Webmaster Nicky Sagitta Hiedajat Cetak & Distribusi Ratna Lie
e-mail [email protected] website www.gema-gpo.sg
“Lama tidak berjumpa!” Begitu kira-kira yang menggambarkan ungkapan
kita dengan seseorang yang sudah lama tidak bertemu. Tanpa disadari,
Buletin Gema telah cukup lama tidak menyapa jemaat GPO.
Pada edisi kali ini, Buletin Gema mencoba untuk mengajak jemaat untuk
mempelajari, mengingat, dan merenungkan kembali apa yang telah gereja kita
ajarkan dalam setengah tahun terakhir, salah satunya adalah tentang pelayanan.
Tidak akan ada habisnya membahas pelayanan. Apalagi jika dikaji dari
berbagai sudut pandang, konteks, atau pun yang lainnya. Begitu halnya Buletin
Gema kali ini tidak mungkin bisa membahas aspek pelayanan secara tuntas. Namun,
Tim Redaksi berharap dengan hadirnya Buletin Gema kali ini dapat membantu kita
untuk lebih dalam lagi memahami pelayanan seperti yang Tuhan Yesus ajarkan.
“Senang bertemu lagi!” Begitu kira-kira yang kita katakan kepada seseorang
yang akhirnya bisa bertemu kembali. Begitu halnya dengan Buletin Gema, senang
bisa hadir kembali bagi saudara seiman di gereja kita tercinta.
DA
FTA
R IS
I
ii
JUMPA PENABUHJOHAN HUANG
24GAUNG PERISTIWA
KEBANGKITAN-NYA UNTUK DUNIAOleh : Clement Perdana
SATUKAN KAMI PAKAILAH KAMI
Oleh : Dkn. Oloan Manurung
30
33
SUARA GEMBALAIMITATIO CHRISTI
– MENGHAYATI TELADAN KRISTUS
DARI PERSPEKTIF INJIL MARKUS
Oleh: Pdt. A. R. Persang
DEPAN, TENGAH, BELAKANG?
Oleh: Pdt. A. R. Persang
1
6
PANDU SANGKAKALA
FINISHING WELLOleh : Pnt. Rusmin Satyawijaya
“... AKU DATANG UNTUK MELAYANI, BUKAN DILAYANI...”Oleh : Dkn. Anthon Simangunsong
12
14
GAMBUS & KECAPI
KELUARGA YANG MELAYANIOleh : Willy A. Renandya & Siani Indarwati
40
SESAT PIKIROleh : JUPS
44
SIMFONI KASIH
JUST FOR YOUOleh : Pdt. Artomilka Lia
19ii
SUA
RA
GE
MB
ALA
1
Ada dua fakta yang menonjol dalam hidup orang Kristen; pertama, fakta bahwa orang
Kristen lebih semarak merayakan Natal daripada Paskah! Kedua, orang Kristen lebih gemar
hidup diberkati dalam arti materi daripada hidup diberkati dalam arti non materi.
Dari fakta ini, dapat dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan kritis: “apakah Paskah
tidak memiliki arti penting dalam kehidupan iman orang Kristen?” dan “apakah hidup
orang Kristen berarti hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan materi saja? Bagaimana
dengan orang Kristen yang setia hidupnya, namun sakit-sakitan dan miskin, apakah orang ini
termasuk yang tidak diberkati?” Dan ‘perkawinan’ dari dua pertanyaan tersebut adalah: “jadi
sebenarnya menjadi Kristen itu seperti apa ya?”
Dalam kesempatan kali ini, kita akan melihat dan memahami pertanyaan-pertanyaan di atas
melalui penuturan Injil Markus.
Mengenali Injil Markus
Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, lebih khusus lagi kitab INJIL-INJIL merupakan
pedoman penting bagi setiap orang Kristen. Mengapa? Karena melalui kitab-kitab Injil,
setiap orang Kristen mendapatkan pengetahuan, pemahaman serta wawasan tentang Kristus
Yesus, yang menjadi pusat iman. Melalui kitab-kitab Injil dipaparkan tentang penggenapan
janji keselamatan dari Allah melalui kehidupan, pelayanan, penderitaan, kematian dan
Oleh: Pdt. A. R. Persang
IMITATIO CHRISTIMenghayati teladan Kristus dari Perspektif Injil Markus
2
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
karenanya, uraian-uraian di dalam Injil
Markus lebih singkat dan padat serta banyak
menggunakan kalimat langsung.
Injil Markus dalam penuturannya tentang
Kristus bergerak dengan cepat (dengan
menggunakan 42 kali kata keterangan Yunani
yang diterjemahkan dengan “seketika
itu juga”); Injil Markus dibuka dengan
pernyataan yang sangat jelas dan tegas,
“Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus,
Anak Allah.” (Mrk. 1:1). Kalimat pernyataan
awal ini, terus-menerus ditegaskan ketika Injil
Markus memaparkan banyak kisah mujizat dan
penyembuhan yang Tuhan Yesus lakukan (18
mujizat; 4 perumpamaan). Namun, Injil Markus
tidak mengurai secara detail kisah mujizat dan
sengaja tidak menonjolkannya, karena Injil
Markus cenderung memperlihatkan Tuhan
Yesus yang adalah Allah dan Mesias, adalah
seorang Hamba yang menderita. Dan dalam
pandangan Injil Markus, mujizat terbesar
Tuhan Yesus Kristus adalah penderitaan dan
kematian-Nya; hal ini diungkapkan melalui
kesaksian Kepala Pasukan Tentara Romawi
ketika melihat Tuhan Yesus mati disalib, ia
berkata: “Sungguh, orang ini adalah Anak
kebangkitan Kristus Yesus, Allah yang menjadi
manusia. Dan melalui kitab-kitab Injil, orang
Kristen juga mendapatkan pengajaran akan
kehendak Allah dalam kesaksian hidup
seseharinya serta teladan dari Kristus Yesus
dalam menerapkan segala kehendak-Nya
bagi setiap manusia.
Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes,
adalah empat kitab di dalam Perjanjian Baru
yang disebut sebagai kitab-kitab INJIL. Kata
“Injil” berasal dari istilah Bahasa Yunani
ευαγγελιον (dibaca “yuangelion”); yang
artinya Kabar Sukacita. Kabar Sukacita yang
dimaksud adalah JANJI KESELAMATAN
YANG DIGENAPI OLEH ALLAH. Dengan
digenapi janji keselamatan itu maka
manusia yang merespon anugerah Allah dan
percaya, menerima pengampunan dosa dan
hidup kekal.
Empat Injil dalam Perjanjian Baru dapat
dibagi menjadi Injil-injil Sinoptik (kata sinoptik
berasal dari istilah Bahasa Yunani, yang
artinya melihat bersama): Matius, Markus,
Lukas; dan Injil Yohanes yang tidak termasuk
dalam Injil Sinoptik. Injil-injil Sinoptik adalah
Injil-injil yang memiliki kesamaan pola dalam
menuturkan berita sukacita, yang terfokus
pada diri Kristus Yesus, mulai dari kelahiran-
Nya sampai dengan kebangkitan-Nya.
Sementara Injil Yohanes berbeda dalam
pola penuturannya tentang Kristus Yesus
dan karya-Nya.
Injil Markus, dalam pandangan para Ahli
Biblika, adalah Injil tertua dibandingkan tiga
injil lainnya. Injil Markus kerapkali disebut
sebagai Injil “laporan pandangan mata”;
3
Allah!” (Mrk. 15:39). Peristiwa Transfigurasi
(pemuliaan) Tuhan Yesus menjadi momen
yang penting, karena setelah itu diungkapkan
identitas serta misi penderitaan-Nya kepada
murid-murid-Nya (Mrk 8:27-9:10). Di Kaisarea,
Tuhan Yesus memberitahukan dengan terus
terang kepada para murid bahwa Dia harus
“menanggung banyak penderitaan dan
ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala
dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan
bangkit sesudah tiga hari” (Mrk. 8:31). Dan
pada banyak bagian, Injil Markus memuat
pernyataan Tuhan Yesus Kristus bahwa
penderitaan adalah harga kemuridan (baca
Mrk. 3:21-22, 30; 8:34-38; 10:33-34, 45; 13:8,11-
13). Gambaran tentang Tuhan Yesus sebagai
Hamba Allah yang sempurna, yang siap
menderita dan menderita bahkan mati demi
misi keselamatan dari Allah, dimunculkan
dalam teks-teks Injil Markus sebanyak 34 kali.
Tuhan Yesus Kristus yang memperlihatkan
sosok yang sungguh-sungguh menghamba,
melayani dan bukan dilayani, diungkapkan
dengan sangat tegas ketika Ia berbicara
kepada murid-murid-Nya (Mrk. 10:45).
Dalam Injil Markus, Kristus digambarkan
sebagai Hamba Allah yang tak pernah
mengenal lelah, yang selalu sibuk dengan
berbagai kegiatan pelayanan, pengajaran
serta berbagai kegiatan lainnya. Hal yang
khas dari Injil Markus, Kristus Yesus juga
diperlihatkan begitu dengan siapapun yang
ada di sekitarnya bahkan begitu ekspresif,
misalnya: bagaimana Tuhan Yesus mengambil
seorang anak kecil lalu memeluknya (Markus
9:36), atau peristiwa Tuhan Yesus tertidur di
dalam perahu ketika taufan yang dahsyat
mengamuk (Markus 4:37-38), Ia berdukacita
karena kedegilan mereka, dan dengan
marah Ia memandang sekeliling-Nya kepada
mereka (Markus 3:5; 7:34; 8:12).
Imitatio Christi – menyerupai Kristus
Istilah Imitatio Christi dalam sejarah Gereja
mengemuka pada kisaran tahun 1418 sampai
dengan 1650; pada saat itu, gereja-gereja di
Eropa digerakkan lagi untuk membangun
kehidupan dan perilaku yang berbeda
dengan masyarakat pada umumnya, dan
membangun kehidupan dan perilaku hanya
berpedoman pada teladan Kristus. Di dalam
Alkitab, khususnya Perjanjian Baru, Surat-surat
Paulus sangat jelas memberikan arahan dan
nasehat kepada seluruh jemaat untuk hidup
menyerupai Kristus. Bagaimana rasul Paulus
dapat begitu kuat memberikan dorongan
agar jemaat membangun kehidupan mereka
berpedoman pada teladan Kristus? Tentu
hal ini tidak dapat lepas dari berita Injil
GE
MA
edisi 16/V
III/15
yang pada saat itu sangat dekat dan saat
itu diberitakan oleh para Rasul-rasul Kristus.
Dan secara pribadi, Paulus pun memiliki
relasi yang begitu kuat dengan Kristus Yesus
yang menjumpainya ketika ia sedang dalam
perjalanan menuju Damsyik.
Memperhatikan hal-hal tersebut, dalam
bulan Maret dan April 2015, kita keluarga
besar Jemaat Gereja Presbyterian Orchard
Singapura – Jemaat Berbahasa Indonesia,
secara khusus menerima pemberitaan firman
tentang Teladan Kristus sesuai berita dari
Injil Markus. Bulan Maret dan April dalam
tahun liturgis Gerejawi adalah masa-masa Pra
Paskah, Minggu Palem, Kamis Putih, Jumat
Agung, Sabtu Sunyi dan Minggu Paskah.
Dengan demikian, dalam bulan-bulan
khusus ini, kita belajar dari Injil Markus untuk
meneladani teladan Kristus. Apakah yang kita
dapatkan dari Injil Markus dalam kaitannya
dengan upaya meneladani teladan Kristus?
Pertama, kita belajar tentang komitmen
dan integritas. Injil Markus memperlihatkan
dengan singkat, padat dan jelas tentang
komitmen dan integritas Yesus Kristus, Allah
yang menjadi manusia, yang menggenapi
janji keselamatan-Nya. Dalam situasi tenang,
nyaman atau situasi sebaliknya, Tuhan Yesus
Kristus tetap memperlihatkan keteguhan,
kesungguhan-Nya dalam komitmen dan
menjalankan integritas-Nya, bahkan sampai
mati di Kayu Salib.
Kedua, kita belajar tentang kerendahan dan
ketulusan hati. Dalam berbagai kesempatan
dan berjumpa dengan siapa pun, Tuhan
Yesus memperlihatkan sikap dan tindakan
kerendahan hati dan ketulusan hati.
Tidak ada satu pun tindakan Yesus Kristus
yang memperlihatkan kesombongan atau
keangkuhan atau mungkin kewibawaan-
Nya sebagai Yang Mahakuasa. Ia datang
dan dekat dengan manusia, dengan siapa
saja, dengan orang yang paling dihormati
atau pun yang paling dibenci, dengan orang
yang paling kaya atau pun dengan yang
paling miskin, dengan orang yang paling
berpengaruh atau pun dengan orang yang
paling dianggap hina.
Ketiga, kita belajar tentang kehambaan
dan harga yang harus dibayar sebagai
seorang hamba. Sebagai hamba, Tuhan Yesus
memperlihatkan keutuhan, totalitas serta
ketaatan penuh pada tanggung jawab serta
segala konsekuensi yang harus diemban dan
4
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
dialami-Nya. Dan ketika dalam perjalanan
tugas tanggung jawab-Nya sebagai
hamba, Tuhan Yesus juga memperlihatkan
ketangguhan-Nya, Ia tidak merengek untuk
diberikan bantuan atau kemudahan; atau
Ia juga tidak menggunakan fasilitas surgawi
atau otoritas ilahi-Nya untuk mempermudah
tugas tanggung jawab-Nya sebagai hamba.
Imitatio Christi – menyerupai Kristus adalah
tindakan yang sangat jelas untuk dilakukan
(khususnya belajar dari panduan yang
diberikan dari Injil Markus). Hidup beriman
kita adalah hidup kehambaan; hamba
Allah, hamba pada kebenaran dan bukan
hamba ilah-ilah zaman ini atau hamba dari
ketidakbenaran. Pertanyaan di awal uraian ini
mestinya sudah terjawab:
Paskah, Kebangkitan Kristus mengalahkan
kuasa maut dan dosa, merupakan hal yang
sangat penting bagi kehidupan iman orang
Kristen! Tanpa Paskah, maka sia-sialah iman
kita kepada Kristus Yesus (lihat. 1 Korintus 15).
Paskah adalah damai sejahtera yang sejati
bagi seluruh manusia dan ciptaan. Paskah
adalah damai dan sukacita besar dari Allah.
Merayakan Paskah mestinya pengakuan
percaya akan dahsyatnya kuasa TUHAN.
Merayakan Paskah berarti mau hidup dalam
kebenaran Allah dan memberitakannya!
Merayakan Paskah berarti sadar sepenuhnya
bahwa tidak ada kekuatan apa pun yang dapat
membandingi kuasa TUHAN. Merayakan
Paskah berarti merayakan kehidupan
bersama dengan TUHAN yang Mahakuasa
dan menyatakan kehadiran-Nya bagi sesama.
Oleh karena itu, harus kita pahami bahwa
merayakan Natal dengan sensasional dan
fenomenal akan hilang artinya sama sekali
jika tidak ada Paskah, jika Tuhan Yesus Kristus
– Allah yang menjadi manusia, yang lahir di
Betlehem, tidak bangkit dari kematian-Nya!
Hidup beriman dan damai sejahtera yang
sejati tidak dapat diukur dengan limpah materi
atau sebaliknya! Bercermin dari kehambaan
Kristus Yesus sebagaimana disaksikan Injil
Markus, kita dapat memahami bahwa hidup
beriman adalah hidup yang sepenuhnya
berada dalam keyakinan akan Kuasa dan
Kasih Allah. Totalitas dalam kesaksian hidup
beriman bukan bergantung pada situasi
hidup yang kita jalani atau berapa banyak
yang kita punyai! Keutuhan dan ketaatan kita
sebagai hamba-hamba Allah, semestinya
bercermin pada teladan Kristus! Dengan
belajar dan menerapkan teladan Kristus
maka sebenarnya proses menyerupai Kristus
sedang berlangsung dalam hidup kita.
Selamat menghayati teladan Kristus
dalam perjalanan hidup kita masing-masing
dan selamat menghadirkan Kristus dan
karya-karya-Nya melalui kesaksian hidup
kita! Selamat untuk memberitakan ibadah-
ibadah ritual kita pada minggu-minggu Pra
Paskah, Minggu Palem, Kamis Putih, Jumat
Agung, Sabtu Sunyi serta Minggu Paskah,
melalui keutuhan hidup aktual kita. Kiranya
setiap pikir, kata dan perbuatan kita menjadi
selebrasi dari iman kita pada Kristus Yesus
Juruselamat kita. Selamat Jumat Agung dan
Selamat Paskah!
5
GE
MA
edisi 16/V
III/15
DEPAN, TENGAH, BELAKANG?
“Kok pak Pendeta di sini (di pintu masuk
gereja)? Biasanya kan Pendeta duduk di
depan sana.” begitu komentar seorang
anggota jemaat yang baru masuk gedung
gereja. Komentar itu hanyalah satu dari sekian
komentar yang disampaikan oleh jemaat
yang kaget atau terkejut melihat Pendeta
yang berdiri di pintu masuk gedung gereja
menyambut mereka yang baru datang.
Mengapa muncul komentar untuk
seorang Pendeta yang berdiri di pintu masuk
gedung gereja? Ya, karena selama ini sudah
terbentuk pemahaman bagi jemaat bahwa
Pendeta posisinya di depan, di mimbar,
menyampaikan khotbah, berdoa untuk umat.
Jadi kalau berdiri di pintu masuk gereja dan
menyambut jemaat yang datang, menurut
pandangan umum di jemaat, bukanlah
6
SUA
RA
GE
MB
ALA
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan
persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan
Dia dalam kematian-Nya,” (Filipi 3:10)
tugasnya pendeta. Pendeta sebaiknya jangan
lakukan hal itu, karena tugas dan pelayanan
pendeta di mimbar dan berdoa bagi umat itu
lebih penting daripada berdiri di pintu depan
gereja dan menyambut serta menyalami
jemaat yang datang.
Tidak dapat dihindari bahwa ketika disebut
kata melayani, pelayanan dan pelayan,
maka dengan sendirinya akan muncul begitu
banyak pandangan dan argumen tentang
kata-kata tersebut. Contoh yang disebutkan
di atas, pendeta yang berdiri di pintu masuk
gereja dan menyambut serta menyalami
jemaat yang datang beribadah, untuk
sebagian orang dianggap ‘terlalu ringan atau
remeh’ dilakukan oleh seorang Pendeta;
tidak perlu seorang pendeta melakukan
hal itu, cukuplah seorang anggota Majelis
Oleh: Pdt. A. R. Persang
7
GE
MA
edisi 16/V
III/15
Jemaat saja. Contoh ini memperlihatkan
bahwa ada pemahaman tentang pelayanan,
melayani dan pelayan, yang diakui atau tidak,
walaupun secara prinsip jelas meneladani
teladan Kristus, tetapi pada prakteknya
ternyata pelayanan itu sudah diklasifikasikan,
distratifikasikan bahkan sudah diekslusifkan
dan dipersonalisasikan; artinya pada
kenyataannya, pelayanan sudah dikelompok-
kelompokkan, dibuat jenjangnya, bahkan
dibuat menjadi khusus dan seolah-olah
ada pelayanan hanya milik pihak tertentu
dan pihak lain tidak boleh melakukannya.
Pertanyaan sederhana muncul, “Jadi
bagaimana agar antara pemahaman tentang
teladan pelayanan Kristus dapat diresapi
dan diterapkan dalam tindakan pelayanan
yang nyata?” Untuk menjawab hal ini, mari
kita ingat kembali bagaimana Alkitab
menjelaskan tentang pelayanan.
Pelayanan di depan
Perjanjian Lama tidak secara tersurat
membicarakan tentang pelayanan; tetapi
dalam Perjanjian Lama banyak diceritakan
figur-figur pemimpin, yang di dalam
tugasnya terkandung tanggung jawab
pelayanan.
Imam
Imam adalah figur pemimpin umat yang
lebih dahulu muncul dalam kehidupan
umat. Harun, saudara dari Musa, ditunjuk
oleh TUHAN untuk mendampingi Musa,
sekaligus diberi tanggung jawab untuk
memimpin umat dalam kegiatan-kegiatan
peribadahan kepada TUHAN (Kel. 4). Harun
dan keturunannya diberi keistimewaan untuk
mengemban jabatan Imam turun temurun;
suku Lewi, dikhususkan untuk menjadi Imam
dan menjalankan tugas Imam (Kel. 29-31).
Ketika orang Israel bersiap memasuki tanah
Perjanjian, TUHAN memberikan perintah
dan ketetapan-ketetapan-Nya agar umat
Allah hidup di tanah Perjanjian dengan pola
hidup yang baru, yang bermartabat dan lebih
baik di hadapan TUHAN. Untuk memenuhi
perintah dan ketetapan TUHAN, maka para
Imam diberi tanggung jawab khusus dalam
hal peribadahan untuk memeriksa, menjaga
serta mengingatkan, dan bahkan memiliki
otoritas mewakili TUHAN untuk mentahirkan
umat dari kenajisannya (baca isi kitab Imamat).
Apakah seorang Imam menjalankan
tugas pelayanan? Jawabannya adalah “YA”;
seorang Imam diberi tugas dan tanggung
jawab untuk melakukan pelayanan baik
kepada TUHAN maupun di hadapan
umat TUHAN.
Dalam hal apa seorang Imam melakukan
pelayanan? Jawabannya adalah Imam
melakukan pelayanan dalam hal kehidupan
peribadahan umat, bahkan dalam menjaga
kekudusan hidup umat.
Para Imam adalah para pemimpin yang
melakukan tugas pelayanannya di atas dan di
depan umat; kedudukan mereka dihormati
karena wibawa dan otoritas dari TUHAN yang
diberikan pada mereka.
Hakim-hakim dan Raja
Hakim-hakim dan Raja adalah figur-figur
pemimpin yang berikutnya ada di dalam
kehidupan umat Israel. Hakim-hakim dapat
disebut sebagai pelayan umat, karena
mereka bertugas dan bertanggung jawab
untuk memperhatikan kehidupan umat,
khususnya dalam hal-hal kehidupan sesehari
dan juga menyelesaikan konflik-konflik (baca
kitab Hakim-hakim). Bahkan ada hakim-hakim
yang karena situasi yang dihadapi sukunya, ia
harus memimpin perang melawan suku-suku
yang ada di wilayah Kanaan.
Hakim-hakim tidak mengurusi soal
kehidupan ritual ibadah umat. Hakim-hakim
mengurus hal-hal yang muncul dalam
keseharian kehidupan umat. Berbeda
dengan Imam, hakim-hakim mempunyai
ruang lingkup tugas hanya sebatas sukunya
saja; lokal dan tidak bersifat nasional. Periode
kepemimpinan para hakim tidak terlalu lama;
ketika Israel berada dalam pimpinan Samuel
(1 Sam. 7:15), mereka meminta seorang raja,
seorang pemimpin mereka secara nasional
yang memimpin seluruh suku (1 Sam. 8:4-5).
Raja adalah pemimpin umat yang
mempunyai tanggung jawab lebih luas dari
para hakim; raja adalah pemimpin politis,
bertanggung jawab atas kehidupan Israel
secara menyeluruh sebagai sebuah bangsa
dan kerajaan. Apakah raja juga melayani?
Jawabnya “Iya”; karena seorang raja Israel
menjalani tugas tanggung jawabnya untuk
menjaga keutuhan kehidupan suku-suku
Israel; waktu hidupnya dihabiskan untuk
memikirkan keamanan, kesejahteraan dan
kemajuan bangsa Israel, yang kesemuanya
bermuara pada pertanggungjawabannya
kepada Allah.
Saul, Daud dan Salomo adalah tiga
raja pertama Israel yang mendirikan dan
membangun serta mengembangkan
kerajaan Israel (baca kitab Samuel, Raja-raja
dan Tawarikh). Mereka memiliki kharisma
dan kelebihan masing-masing, dan pada
saat kemudian mereka juga menunjukkan
kelemahan mereka. Setelah Salomo, kerajaan
Israel pecah menjadi Israel di wilayah Utara
dan Yehuda di wilayah Selatan; raja-raja
mereka kebanyakan tidak lagi melayani rakyat,
mereka lebih mementingkan kekuasaan dan
kepentingan sendiri.
Hakim dan raja adalah figur pemimpin
bangsa Israel, yang juga dalam tugasnya
melakukan pelayanan bagi kehidupan
masyarakat dan umat; namun, mereka
melakukan pelayanan di depan rakyat,
mereka dihormati, mereka memiliki jabatan
dan kekuasaan.
Nabi
Nabi adalah figur pemimpin yang keempat
yang ada dalam kehidupan umat Allah di
Perjanjian Lama. Munculnya nabi-nabi seiring
dengan kehidupan umat Allah yang memasuki
zaman kerajaan; atau dapat dikatakan bahwa
para nabi muncul bersamaan waktunya
dengan adanya raja-raja di Israel.
Nabi adalah seorang yang khusus dipilih
dan diutus oleh TUHAN untuk menyampaikan
firman TUHAN yang berisi tentang janji,
penghiburan atau teguran dan hukuman
bagi umat Allah atau bangsa-bangsa lain
yang akan terjadi pada masa yang akan
datang (atau dengan sederhana disebut
8
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
Nubuat). Nabi tidak memiliki komunitas umat
yang secara khusus dipimpinnya, namun
hampir sama dengan para Imam, para nabi
mempunyai kedudukan khusus di hadapan
Umat Allah. Mereka mengemban wibawa
Allah, menyampaikan firman Allah kepada
umat Allah. Nabi-nabi mempunyai tugas
dan tempat tugas yang beragam. Namun
pada dasarnya para nabi ini melakukan
pelayanannya dalam hal menyatakan
apa yang menjadi kehendak TUHAN
bagi umat.
Salah satu pesan nabi, nubuat yang penting
dari Perjanjian Lama adalah nubuat tentang
kedatangan MESIAS, Hamba TUHAN, yang
akan membebaskan umat dari penderitaan
dan memulihkan kehidupan umat menjadi
lebih baik dan berkenan di hadapan Allah
(Yes. 52:13-53:12). Nubuat tentang Mesias,
melahirkan sebuah konsep yang baru dan
tegas, yaitu bahwa Mesias itu adalah ‘eved
Yahweh’ (Bahasa Ibrani, yang artinya Hamba
TUHAN); konsep ini berbeda dengan konsep
pemimpin yang TUHAN pilih bagi umat.
Mesias yang akan datang adalah Pemimpin
dan Pembebas yang adalah Hamba TUHAN!
Mesias adalah pelayan Allah, Ia mengabdi
sepenuhnya kepada Allah.
Pemimpin dalam Perjanjian Lama sangat
jelas diperlihatkan bahwa mereka melakukan
pelayanan bagi umat; namun, mereka
melakukannya sebagai pemimpin yang
di depan, yang dihormati, yang memiliki
kuasa, yang disegani, yang memiliki jabatan
dan sejarah memperlihatkan bahwa banyak
pemimpin dalam Perjanjian Lama yang
terperosok dalam jebakan kekuasaan,
kenikmatan duniawi dan kepentingan pribadi;
dan melupakan pelayanan bagi umat Allah.
Pelayanan: di depan, di tengah,
di belakang
Perjanjian Baru, dengan konteks
masyarakat Yahudi yang dijajah oleh bangsa
Romawi, memperlihatkan bahwa para
pemimpin yang ada kebanyakan sudah
tidak lagi memperhatikan dan melakukan
pelayanan bagi umat.
Tuhan Yesus, Allah yang menjadi manusia,
dalam menggenapi janji keselamatan
bagi manusia, memperlihatkan sikap dan
tindakan-Nya dalam memimpin, menuntun
serta melayani umat Allah. Tidak ada jabatan
normatif yang dikenakan kepada Tuhan
Yesus, namun orang banyak di sekitar Tuhan
Yesus menyebutnya: Guru, Raja, Hakim,
Nabi dan Imam. Mengapa demikian? Karena
Tuhan Yesus menunjukkan tindakan-tindakan
sebagaimana yang dilakukan dalam tugas
sebagai guru, raja, hakim, nabi dan imam.
Tetapi hal yang paling mendasar adalah Tuhan
Yesus melayani dan melakukan pelayanan
dengan seutuh-utuhnya.
• IamenghormatiYohanesPembaptisyang
dipilih dan ditugaskan untuk mendahului-
Nya dan membaptis-Nya; sekalipun
Yohanes Pembaptis berkeberatan
dengan tugas membaptis Tuhan Yesus
(Mat. 3:13-17 dan kisah sejajar di Injil-injil;
Yoh. 3:22-36).
9
GE
MA
edisi 16/V
III/15
• Ia menghormati perempuan Samaria,
Nikodemus, Zakheus dan banyak orang,
serta memperlakukan mereka dengan
hati yang terbuka. Bahkan anak-anak
pun disambut-Nya.
• Ia mengajar, melakukan kunjungan bagi
yang sakit, menyembuhkan yang sakit,
membebaskan yang kerasukan setan,
memberi makan orang banyak, dan
berbagai perbuatan lainnya sebagai
bentuk jawaban nyata atas kebutuhan dari
orang banyak yang berjumpa dengan-
Nya. Ia melakukan semuanya dalam
hari-hari yang sangat padat; namun Ia
melakukannya dengan sungguh-sungguh.
• Ia dikhianati, dicaci, difitnah, dibuat
menderita bahkan mati. Ia melayani
bukan hanya dengan pikiran, tenaga atau
materi saja, tetapi dengan hati yang utuh
dan murni.
Tuhan Yesus adalah Great Model untuk
para pelayan dan untuk pelayanan. Ia
melakukan pelayanan di depan, di tengah
dan di belakang.
• Ia melayani berdasarkan pada tuntunan
firman dan kehendak Allah
• Iamelayanisetiappribadiyangdijumpai-
Nya sebagai Subyek dan bukan obyek
• Iamelayanisesuaidengankebutuhandari
yang dilayani-Nya
• Ia melayani dengan kasih yang utuh dan
ketulusan, sekalipun banyak pengorbanan
yang harus dilakukan.
Dua belas rasul, Yudas Iskariot digantikan
Matias, dan ditambah lagi dengan
Paulus, Timotius dan rekan-rekan pelayan
lainnya, sungguh-sungguh berupaya
untuk menyerupai Kristus (istilah latin
dan teologisnya: Imitatio Christi) dalam
menjalankan tugas dan amanat yang Tuhan
Yesus berikan.
Karenanya bagi kita sebagai gereja
TUHAN, pesan rasul sangat jelas:
“Tetapi kamulah bangsa yang terpilih,
imamat yang rajani, bangsa yang kudus,
umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatan-perbuatan
yang besar dari Dia, yang telah memanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terang-
Nya yang ajaib.” (1 Petrus 2:9)
Sebagai Gereja TUHAN, kita adalah
bangsa yang terpilih, kita bukan kelompok
pribadi atau persekutuan yang asal-
asalan. Kita ada karena kita dipanggil dan
dipilih Allah.
Kita adalah Imamat yang rajani, kita dalam
pelayanan bukan berorientasi pada mencari
jabatan atau kekuasaan, melainkan kita
terus-menerus membentuk karakter dan
perikehidupan yang semakin baik secara iman
(imamat) dan juga menjadi teladan dalam
perilaku hidup sesehari (rajani). Pelayanan
yang sungguh-sungguh kita lakukan adalah
pelayanan yang memiliki komitmen tinggi
untuk dewasa dalam iman dan kedewasaan
itu nyata melalui kesaksian hidup sesehari.
10
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
Pelayanan yang kita lakukan semestinya
adalah pelayanan yang menyerupai Kristus
dan pelayanan-Nya. Oleh sebab itu, kita perlu:
• HidupdidalamKristus(Yohanes15:4-8)
• Bertumbuh dan berakar dan berbuah
dalam Kristus (Kolose 2:6-7)
• Memeliharadanmempersembahkanyang
terbaik bagi Kristus (Flp 1:21-22; 3:10-12;
1 Ptr. 2:5)
Kehadiran dan keberadaan kita di
Singapura, terlebih khusus di lingkungan
persekutuan jemaat GPO, bukanlah sebuah
kebetulan. Kita percaya kehadiran dan
keberadaan kita di jemaat GPO adalah
Kairos (kesempatan) dan anugerah dari
Allah, untuk berjumpa dengan sesama, dan
untuk bersama-sama melakukan pelayanan
yang Tuhan Yesus percayakan. Kita melayani
bukan supaya dikenal, dipuji dan disenangi
oleh sesama kita. Kita melayani karena
Tuhan Yesus sudah dan terus-menerus
melayani kita (Mat. 28:20; 1 Yoh. 4:19).
Pelayanan bukan beban. Pelayanan bukan
kewajiban. Pelayanan adalah anugerah,
pelayanan adalah kepercayaan Allah pada
kita, pelayanan adalah kesempatan kita
untuk bersyukur kepada Allah untuk segala
kebaikan-Nya. Pelayanan adalah kerinduan
kita kepada Allah.
Selama waktu masih diberikan kepada
kita, mari kita melayani-Nya dan melakukan
pelayanan yang dipercayakan-Nya. TUHAN
YESUS memberkati kita semua.
11
GE
MA
edisi 16/V
III/15
Oleh: Pnt. Rusmin Satiawijaya
Tiga tahun bukanlah waktu yang banyak
jika seseorang harus memulai suatu gerakan
yang bukan saja masih akan bertahan dan
berlangsung, tetapi bahkan masih bertumbuh
2000 tahun kemudian. Bukan sekedar waktu
yang singkat, tetapi tantangan yang perlu
dihadapi berupa penganiayaan, pembunuhan,
dan bahkan melawan seluruh kekaisaran,
tidak dapat memadamkan gerakan tersebut.
Semakin dibabat, semakin merambat.
Sepanjang sejarah pengikut-pengikut
Kristus bukan saja dengan teguh berdiri
mengakui iman mereka, bahkan bersukacita
karena dianggap layak menderita. Tatkala
kematian menatap langsung dan menanti di
hadapan mereka. Tidak sedikit yang justru
menjadi kesaksian dan memenangkan musuh-
musuh mereka.
Keberanian dan iman mereka tentulah
karena sesuatu yang mereka alami, yakini dan
ketahui benar-benar terjadi dan bukan sekedar
dongeng atau kata orang belaka. Sumber
keberanian dan iman mereka adalah seorang
figur yang memulai gerakan tersebut, yaitu
Yesus Kristus. Yang dilahirkan dari seorang
perawan Maria, hidup di tengah-tengah
bangsa Israel mengajar dan melakukan banyak
mujizat selama tiga tahun, sebelum akhirnya
disalibkan, mati, dikuburkan, dan bangkit
kembali pada hari yang ketiga.
Beberapa bulan lalu kita memperingati
kematian dan kebangkitan Yesus. Rangkaian
acara Jumat Agung dan Paskah di GPO
yang lalu mengajak kita untuk melihat dan
meneladani pelayanan dan komitmen tokoh
Yesus Kristus tersebut. Satu hal yang patut kita
12
PAN
DU
SA
NG
KA
KA
LA
FINISHINGWELL
13
GE
MA
edisi 16/V
III/15
teladani adalah ketaatan dan kesetiaan Yesus
dalam menjalani tugas dan panggilan-Nya.
Yesus sadar bahwa Ia datang ke dunia ini
untuk menyelesaikan tugas yang diemban-Nya
dari Bapa di Sorga (Yoh 17:4). Ia taat dari awal
hingga akhirnya, bahkan sampai kematian-Nya
di atas kayu salib (Fil 2:8).
Banyak dari kita yang mungkin memulai
kehidupan rohani kita dengan semangat
yang menggebu-gebu, tetapi seiring dengan
berjalannya waktu mungkin kita mulai
mendapati bahwa api yang dahulu begitu
berkobar kini mulai redup dan nyaris padam.
Mari kita arahkan pandangan kita kepada
Yesus Kristus sumber kekuatan dan iman kita.
Agar kita pun dapat menyelesaikan tugas yang
Bapa percayakan kepada kita dengan baik.
Agar pada akhirnya kita pun didapati setia.
David Wong di dalam bukunya
“Finishing Well” memberikan dua kunci
untuk menyelesaikan hidup kita dengan baik.
Pertama, untuk menyelesaikan sesuatu kita
harus memulainya. Jadi untuk menyelesaikan
tugas dan panggilan kita dengan baik, kita
harus memulainya sekarang. Jika kita masih
belum mulai terlibat dalam pelayanan,
maka sekaranglah saat yang paling tepat
untuk memulainya.
Kunci kedua untuk menyelesaikan tugas kita
dengan baik, maka kita harus menyelesaikan
setiap tugas yang dipercayakan kepada
kita, sekecil apapun dengan baik. Hidup
dijalani hari demi hari, satu babak demi satu
babak. Sama seperti pertandingan catur,
setiap langkah yang kita buat saat ini akan
memiliki konsekuensi untuk menentukan akhir
pertandingan. Babak akhir bukan ditentukan
di saat terakhir, tetapi di setiap langkah yang
kita lakukan sebelum babak berakhir. Firman
Tuhan mengingatkan kita bahwa barangsiapa
yang setia di dalam perkara-perkara kecil, akan
dipercayakan dengan perkara-perkara yang
lebih besar (Luk 16:10).
Kesetiaan dan ketekunan Yesus nampak
di sepanjang hidup-Nya. Kesetiaan dalam
menjaga hubungan dengan Bapa di Sorga,
di mana setiap pagi Ia tekun berdoa. Kesetian
nampak di dalam komitmen dalam melayani
dan memenuhi kebutuhan orang banyak di
sekitar-Nya hari demi hari.
Mungkin juga ada di antara kita yang
merasa kuatir karena kita tidak memulai hidup
kita dengan baik. Jangan kuatir, karena yang
penting adalah bagaimana kita mengakhiri
babak terakhir dalam kehidupan kita. Tidak
ada kata terlambat di mata Tuhan. Jika kita
mau bertekad untuk memulai hidup dan
panggilan kita dengan baik mulai saat ini,
Tuhan akan menolong kita untuk tetap setia
dan mengakhirinya dengan baik.
Kiranya sama seperti Tuhan Yesus, para
martir dan pengikut-pengikut Kristus yang
setia, kitapun terus dengan setia mengerjakan
tugas dan panggilan pelayanan kita sampai
akhir hidup kita.
Tuhan Yesus menyampaikan pernyataan
di atas ketika merespon permintaan ibu dari
Yohanes dan Yakobus di ayat sebelumnya
(20:20) agar kelak di surga Yohanes dan
Yakobus dapat duduk di sebelah kanan
dan kiri-Nya. Sungguh menyedihkan
melihat kenyataan bahwa menjelang masa
sengsara yang hendak dimasuki oleh Tuhan
Yesus, murid-murid-Nya (secara khusus
Yohanes dan Yakobus) ternyata masih ingin
memperebutkan kedudukan. Walaupun
Tuhan Yesus telah memperlihatkan banyak
teladan melalui kehidupan-Nya, murid-
murid-Nya masih belum memahami bahwa
kebesaran dalam Kerajaan Allah itu diukur
”...AKU DATANG UNTUK MELAYANI, BUKAN DILAYANI...“
Oleh: Dkn. Anthon Simangunsong
14
PAN
DU
SA
NG
KA
KA
LA
“Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani,
melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya
menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Matius 20:28)
melalui pelayanan yang dilakukan dan orang
yang lebih dihargai dalam pandangan Allah
adalah orang yang menempatkan diri sebagai
hamba (20:26-27).
Kata yang dipakai di sini untuk pengertian
“melayani” adalah “diakonein”, yang
menggambarkan pelayanan di meja makan.
Sehingga penggambarannya adalah
bagaimana Yesus melayani setiap mereka
yang membutuhkan, dengan penuh kasih
dan tanggung jawab penuh. Hal ini juga
mengingatkan kita akan apa yang dilakukan
Yesus ketika membasuh kaki para murid-Nya.
Guru membasuh kaki murid sungguh tak
lazim dan sangat merendahkan diri guru
itu sendiri. Ucapan Yesus Kristus ini sangat
tepat sasaran untuk mengoreksi sikap para
murid yang justru berlomba untuk menjadi
yang terbesar. Sikap yang justru mewarnai
kebanyakan para pelayan masa kini, yang
memakai pakaian serba wah, mobil mewah,
bahkan bodyguard, dengan berbagai alasan
diberkati dan lain-lain.
Dengan segera kita bisa mengerti apa
yang dimaksud Yesus dengan melayani, yakni
bukan melayani diri melainkan memberi diri.
Yesus Kristus yang melayani, dengan mencari
orang berdosa, menebus dosa mereka,
bahkan dengan memberikan nyawa-Nya
sendiri disalib. Dia yang tidak berdosa, harus
menanggung banyak dosa manusia berdosa,
sehingga dalam kematian-Nya manusia
dibebaskan, dan dalam kebangkitan-Nya
manusia dimenangkan. Seluruh hidup
Yesus selama 33 tahun ditandai oleh jiwa
melayani. Tujuan hidup-Nya bukanlah untuk
mendapatkan pelayanan, melainkan untuk
memberikan pelayanan. Alkitab tidak
menggambarkan Yesus sebagai Tuhan yang
berjaya atau berkuasa, melainkan sebagai
Tuhan yang melayani dan menghamba.
Hal lain yang juga menarik untuk
kita perhatikan adalah penekanan yang
disampaikan Tuhan Yesus dalam ayat 26
ketika Ia mengatakan “Barang siapa ingin
menjadi besar diantara kamu…” Itu berarti
tidak salah untuk menjadi besar. Tapi yang
Tuhan peringatkan di sini adalah “cara” yang
dilakukan untuk menjadi besar. Apa yang
“besar” dalam konsep kerajaan Allah ternyata
berbeda dengan konsep dunia ini mengejar
untuk menjadi besar. Bila kita atau ketika kita
ingin menjadi besar, maka ada cara tertentu
yang Tuhan sudah tetapkan dan tidak ada
cara lain untuk mencapai kebesaran itu.
Dunia mengajarkan kepada kita
bagaimana cara untuk mencapai sukses
dan besar. Kenyataan memperlihatkan pada
kita, orang sering saling sikut untuk bisa
mencapai kedudukan tertentu, saling fitnah
dan menjatuhkan supaya bisa menduduki
posisi tertentu. Orang harus mencapai
keuntungan yang sebesar-besarnya untuk
mencapai suatu ukuran kesuksesan. Itulah
pembelajaran yang seringkali diberikan oleh
dunia ini. Tetapi Tuhan punya cara sendiri
yang seharus dilakukan oleh warga kerajaan
Allah yang mengejar kebesaran, yaitu: Yang
menjadi besar adalah dia yang melayani.
Menjadi pelayan itu berarti menjadi
hamba, atau dalam tatanan masyarakat pada
waktu itu disebut budak. Budak itu hidupnya
hanya bekerja memberi pelayanan bagi orang
lain tanpa ada kredit sedikitpun diberikan
padanya. Bahkan orang tidak bilang “terima
kasih” pada budak, dan seorang budak tidak
terpikirkan olehnya untuk menuntut apresiasi
15
GE
MA
edisi 16/V
III/15
dari orang yang dia layani. Sekarang Tuhan
mengatakan yang terbesar adalah orang
yang menempatkan dirinya sebagai budak
ditengah sesamanya.
Maksud Tuhan tentu bukan supaya
murid-murid semua menjadi budak dan
dijual ke pasar, karena Tuhan pun hadir
dalam komunitas saat itu dalam format atau
status sebagai guru, bukan budak. Yang
dimaksud di sini adalah, menjadi hamba
yang melayani harus menjadi suatu format
cara pikir kita dalam melakukan apa saja,
sehingga melayani menjadi paradigma
hidup. Apapun profesi yang kita kerjakan,
apapun tanggung jawab yang sedang kita
pegang, seharusnya kita lakukan dengan hati
yang “melayani”. Kita sering berpikir sempit
tentang apa yang disebut “melayani” seakan
hanyalah sebatas aktifitas dan kedudukan di
gereja. Padahal melayani harus menjadi cara
hidup dalam keseluruhan hidup kita. Kalau
saudara seorang karyawan, maka bekerjalah
sebagai seorang yang melayani, yang
memberikan terbaik dari apa yang saudara
bisa lakukan. Dengan cara itulah kita menjadi
orang yang “besar”. Bukankah kalau kita
bekerja sungguh-sungguh, belajar sungguh-
sungguh, dan memberikan yang terbaik ,
maka kita juga akan mendapatkan ”upah”
yang baik juga? Tapi semua upah itu adalah
bonus, bukanlah tujuan atau goal.
Teladan dari rekan sepelayanan
para rasul
Dalam Kisah Para Rasul 1:7-8, kita dapat
belajar dari teladan seorang Epafras. Epafras
meresponi panggilan Tuhan untuk menjadi
mitra Allah dalam melayani di dunia ini
(Kol. 1:7-8). Dia bukan pendeta, melainkan
seorang anggota jemaat seperti seperti
kebanyakan orang, tetapi ia dapat menjadi
mitra Tuhan yang melayani dengan setia.
Kesetiaannya nyata dalam kesehatian dan
kerja sama dengan mitra-mitra Allah lainnya.
Kesetiaannya juga nyata bagi anggota-
anggota jemaat di Kolose. Paulus menyebut
Epafras sebagai “kawan pelayan yang kami
kasihi” (Kol. 1:7a). Bagi jemaat di Kolose
dia adalah “pelayan Kristus yang setia”
(Kol. 1:7b).
Kita pun dipanggil untuk menjadi mitra Allah
dalam melayani sesama. Dipanggil artinya
diundang, dilibatkan dan dikutsertakan.
Panggilan pelayanan bisa datang dari dalam,
yaitu melalui kata hati. Panggilan pelayanan
bisa pula datang dari luar, yaitu melalui
jemaat-Nya. Adakalanya panggilan itu datang
melalui gerakan hati ketika kita membaca
firman Tuhan, mendengarkan khotbah, atau
berdoa. Bisa pula panggilan melayani itu
datang melalui pengumuman pelayanan di
gereja, ajakan dari pendeta, pengurus atau
anggota jemaat yang lain. Panggilan itu
16
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
akan semakin mantap di hati dan pikiran kita
setelah kita terlibat dalam pelayanan.
Menjadi mitra Allah dalam pelayanan
bukan hanya terjadi di dalam gedung gereja.
Pelayanan dapat dilakukan di mana saja
dan kapan saja. Wujudnya bisa berbentuk
keterlibatan dalam Tubuh Kristus untuk
persekutuan, pelayanan, dan kesaksian. Baik
dalam Kebaktian Umum, Komisi, Wilayah,
maupun Kelompok Kecil. Bisa juga dalam
wujud kesaksian dan pekabaran Injil untuk
membawa orang-orang percaya kepada
Yesus Kristus serta menerima-Nya sebagai
Tuhan dan Juruselamat. Selain itu, dapat pula
berbentuk dedikasi dan sumbangsih yang
positif bagi keluarga, pekerjaan, masyarakat,
dan dunia. Tuhan memanggil orang-orang
percaya untuk menjadi mitra kerja-Nya di
mana pun mereka berada.
Refleksi
Kita mungkin seringkali mengklaim diri
sebagai orang yang sibuk dengan kegiatan
pelayanan. Namun pertanyaannya, apakah
kita berlaku sebagai pelayan? Tanpa kita
sadari, mungkin kita merasa lebih tinggi
daripada yang kita layani. Ironisnya, banyak
dari kita yang semakin dalam memasuki areal
pelayanan gereja, semakin jauh dari perilaku
seorang pelayan. Sebaliknya bergaya
sebagai “petinggi” gereja dengan segala
kekuasaannya. Kenyataan ini yang seringkali
menyulitkan lahirnya pelayan-pelayan baru
dalam gereja.
“Aku lebih berhak ini dan itu daripada
kamu, karena aku sudah sekian puluh tahun
melayani”. Rasanya tidak pantas kalimat-
kalimat itu dikatakan seorang “aktivis
pelayanan”, namun ada saja yang dengan
bangga mengucapkannya. Jika diminta untuk
melakukan sesuatu yang kurang disukai, maka
akan keluar jawaban “Aku ini pelayan Tuhan,
bukan pelayan kamu.” atau “Suruh aja orang
lain, aku sibuk. Atau situ aja yang nganggur.”.
Dalam sebuah Perjamuan Kudus di awal
tahun 1968, Martin Luther King Jr. mengutip
sabda Yesus dalam Matius 10 tentang hal
melayani. Lalu ia berkata, “Setiap orang bisa
menjadi orang besar karena setiap orang bisa
melayani. Anda tidak perlu menjadi seorang
sarjana untuk melayani. Anda tidak harus
pandai berkata-kata untuk bisa melayani.
Anda pun tidak perlu mengenal Plato atau
Aristoteles untuk bisa melayani. Anda hanya
membutuhkan hati yang penuh kasih karunia,
jiwa yang digerakkan oleh kasih.”
Jangan menjadi pelayan yang menuntut
dilayani, mari mengikut teladan Tuhan
Yesus, Marilah kita mempergunakan segala
talenta yang Tuhan berikan kepada kita
untuk melayani-Nya dan sesama. Hendaklah
kita menggunakan setiap kesempatan yang
17
GE
MA
edisi 16/V
III/15
ada dengan baik. Tuhan memanggil kita
menjadi pelayan-Nya yang setia di mana pun
kita berada.
Kita adalah ibarat sebatang lilin. Kita diberi
hidup bukan untuk diri kita sendiri. Kita ada di
tengah-tengah dunia untuk menjadi terang,
KJ 424 – Yesus Menginginkan Daku
Syair: Jesus Wants Me for a Sunbeam, Nettie Talbot,
Terjemahan: Yamuger, 1982,
Lagu: Edwin Othello Excell (1851 – 1921)
1. Yesus menginginkan daku
bersinar bagiNya,
di mana pun ‘ku berada,
‘ku mengenangkanNya.
Refrein:
Bersinar, bersinar;
itulah kehendak Yesus;
bersinar, bersinar,
aku bersinar terus.
2. Yesus menginginkan daku
menolong orang lain,
manis dan sopan selalu,
ketika ‘ku bermain
dan untuk menjadi terang kita harus rela
meleleh. Kiranya pujian Yesus Menginginkan
Daku dapat menjadi doa dan komitmen kita
di hadapan Tuhan untuk semakin bersinar
dipakai bagi pekerjaan-Nya :
3. Ku mohon Yesus menolong
menjaga hatiku.
agar bersih dan bersinar
meniru Tuhanku.
4. Aku pun ingin bersinar
dan melayaniNya,
hingga di sorga ‘ku hidup
senang bersamaNya.
18
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
19
Oleh: Pdt. Artomilka Lia
Pentas Aksi Anak atau disingkat PAA
adalah waktu dan kesempatan bagi anak-
anak Sekolah Minggu di Komisi Anak
GPO untuk menampilkan aksinya sebagai
ungkapan sukacita dan syukur karena akan
naik kelas. PAA biasa diadakan pada bulan
Februari karena anak akan masuk ke kelas
yang lebih tinggi pada minggu pertama di
bulan Maret.
“Just for You” merupakan tema Pentas Aksi
Anak tahun 2015. Tema ini bertujuan agar saat
anak menampilkan aksinya, anak mengingat
bahwa penampilan itu dipersembahkan
kepada Tuhan, sebagai ungkapan syukur atas
penyertaan Tuhan sepanjang satu tahun yang
sudah dilalui di kelas.
Untuk naskah PAA tahun ini dibuat oleh
Kak Helena Ardiani. Kemudian bersama
dengan BPH KA dan tim kerja PAA yang
dipelopori oleh Kak Vany Hartono, naskah
ini dimatangkan dan dijabarkan kepada para
wali kelas. Tidak sampai di situ, para wali kelas
merancang aksi yang akan ditampilkan anak-
anak dari kelasnya. Tidak semua wali kelas
SIMFO
NI K
ASIH
2 KORINTUS 10:17-18
mengerjakan bagian ini sendiri. Ada juga
guru-guru yang membantu menjadi pelatih
atau koreografi. Yang menarik terjadi di kelas
Paulus, koreografinya didatangkan khusus
dari Komisi Remaja yaitu Kairos El Varro
dan Eunike Carolina Wungkana. Mereka
membantu Kak Soni Sutandhi (wali kelas
Paulus) menjadi pelatih “adik-adik” mereka.
Persiapan PAA kali ini dilaksanakan
kurang lebih 4 minggu. Memang bukan hal
yang mudah karena para wali kelas, guru
dan anak harus berjibaku untuk menghafal
lagu dan gerakan. Demikian juga dengan
tim kerja harus menyiapkan segala sesuatu
dalam waktu yang tidak panjang. Jadwal
latihan diatur oleh wali kelas dan dilakukan
di kelas setelah Sekolah Minggu. Gladi
kotor dilaksanakan setelah Sekolah Minggu
pada tanggal 1 Februari. Anak dan guru
berkumpul di Dunman Hall A untuk gladi
kotor. Sementara gladi bersih dilaksanakan
hari Sabtu, 7 Februari jam 4.30 PM.
Hari Minggu, 8 Februari 2015, anak masuk
kelas untuk Sekolah Minggu seperti biasa.
Sementara itu tim dekorasi dan penata
ruangan, yang terdiri dari tim kerja PAA dan
guru yang tidak mengajar hari itu, mulai
menyiapkan Dunman Hall. Mulai dengan
membuat panggung boneka, memasang
tulisan tema, menempel nama kelas sebagai
tanda tempat anak duduk, mengatur
kursi untuk orang tua dan menyiapkan
perlengkapan audio visual. Untuk bagian yang
terakhir Kak Jimmy Salim (Komisi Pemuda)
banyak membantu. Setelah selesai sekolah
minggu beberapa kelas menyempatkan diri
untuk latihan di kelasnya yang ditutup dengan
menikmati kue yang sudah disiapkan untuk
mereka. Jam 4.15 PM anak-anak menuju
Dunman Hall dan langsung mengambil
tempat di depan panggung sesuai dengan
pengaturan dari kak Vany dan timnya.
Pentas Aksi Anak di mulai dengan nyanyian
“Our God is A Great Big God” dan “Setinggi-
tingginya Langit”. Dipandu oleh Kak Fenny
Anggraeni Santoso sebagai MC dan 2 singer
yaitu Kak Herlina Mauli Napitupulu dan kak
Amelia Setiawati diiringi oleh permianan
musik dari Kak Lia Lindawati (dari Komisi
Pemuda). Dua lagu ini tidak asing bagi anak
sehingga anak menyanyi dengan semangat
lengkap dengan gerakannya.
Doa Pembukan dan Pengumuman yang
disampaikan oleh Pendeta Lia, dilanjutkan
dengan Graduation atau menampilkan foto
anak-anak yang naik kelas mulai dari kelas
Musa sampai kelas Paulus. Ada 2 kelas yang
memiliki acara khusus, yaitu kelas Yusuf dan
kelas Paulus:
• Untuk Kelas Yusuf ada dua hal penting
yang dilakukan. Pertama, anak-anak
diminta membuang ke tempat sampah
(disiapkan di panggung) sepotong kertas
kecil yang di dalamnya sudah tuliskan
(di rumah) kebiasan buruk yang akan
ditinggalkan. Kedua, orang tua dari anak-
anak naik ke panggung dan menyerahkan
Alkitab (dua bahasa) kepada anak mereka.
Ini menjadi komitmen anak untuk mau
membaca Alkitab dan orang tua untuk
mendampingi anak. Kelas Yusuf mendapat
perlakuan khusus karena mereka dianggap
20
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
menjadi anak yang lebih besar (di sekolah
formal mereka ada di kelas P1). Acara ini
dipandu oleh Kak Yeny Indriati.
• Kelas Paulus juga mendapatkan perlakukan
khusus karena mereka “lulus” dari sekolah
Minggu (di sekolah formal mereka ada di
kelas S1). Acara kelas Paulus yang dipandu
oleh Kak Anna Theresia Sutardjo adalah
memberi kesempatan kepada orang
tua dari Jeremy Adam Maweru yaitu
Bapak Dolf B. Maweru dan ibu Debora
Situmeang, sebagai perwakilan dari para
orang tua untuk menyampaikan ucapan
terima kasih kepada guru sekolah Minggu
dan pesan-pesan kepada anak-anak yang
lulus. Setelah itu anak-anak diberi sertifikat
tanda kelulusan dan foto bersama dengan
semua orang tua.
Setelah bagian graduation semua
menyanyi lagu tema yaitu “A Gift to You”.
Lagu ini mengingatkan bahwa semua yang
dilakukan merupakan gift kepada Tuhan. Lagu
ini menjadi pengantar masuk performance
anak-anak dan munculnya dua puppet,
yaitu Jolie dan Yuda. Performance dimulai
dengan penampilan kelas Musa. Mereka
dibiarkan bebas bermain dengan “gaya”
masing-masing di atas panggung. Kelas
Musa menggambarkan bagaimana Tuhan
menghadirkan seorang manusia, masing-
masing unik, istimewa. Pesan istimewa
ini, mengingatkan anak tentang pesan
natal tahun 2014 dan lagu temanya. Untuk
menyegarkan ingatan mereka, MC mengajak
bernyanyi lagu “Ku Istimewa”.
Saat menyanyi Jolie (Joy all the time)
seperti namanya ia selalu gembira. Jolie
bernyayi dengan semangat dan mengikuti
gerakan dengan gembira. Berbeda dengan
Yuda (Melayani Tuhan dengan sukacita)
yang pemalu. Yuda tidak ikut bernyanyi dan
menari karena menurutnya suaranya tidak
21
GE
MA
edisi 16/V
III/15
bagus dan ia tidak pandai menari. Jolie
mengingatkan Yuda tentang keistimewaan
tiap anak karenanya ia mengajak Yuda untuk
bersyukur kepada Tuhan. Pernyataan Jolie
ditegaskan dengan penampilan kelas Daniel
yang menari dengan diiringi lagu “If I were
a Butterfly”.
Yuda belum benar-benar yakin. Maka Jolie
memakai contoh dari kelas Samuel dengan
lagu “Dengar Dia Panggil Nama Saya” dan
“O Giranglah”. Medley dilanjutkan dengan
penampilan kelas Benyamin yang bernyayi
dan menari dengan lagu “I Want to be A
Worker for The Lord”. Kelas Yusuf dengan
lagu “Bila Roh Allah ada di dalamku”. Kelas
Daud dan Yonatan dengan lagu “Stand Up!
Stand Up! For Jesus”.
Melihat anak-anak yang menyanyi dan
menari dengan penuh semangat, Yuda
terheran. Jolie menjelaskan, anak-anak
melakukan semua itu karena mereka sayang
pada Tuhan. Jolie mangajak Yuda, anak-anak,
guru, orang tua dan semua yang hadir untuk
memberi yang terbaik bagi Tuhan sebagai
bukti. Ajakan ini diwujudkan dalam nyanyian
dan ensemble music yang ditampilkan oleh
kelas Timotius dalam lagu “Our Best”. Lagu
ini dinyanyikan bait 1 dalam bahasa Inggris
oleh kelas Timotius dan bait 2, 3 dan refrain
dalam bahasa Indonesia oleh anak dan
semua yang hadir.
Akhirnya Yuda sadar, selama ini dia belum
memberi yang terbaik untuk Tuhan, masih
suka malu-malu, malas dan tidak bersungguh-
22
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
sungguh. Jolie mengingatkan kalau Tuhan
sudah sangat sayang kepada kita dan selalu
memberi yang terbaik bagi setiap kita. Yuda
berjanji melalui doanya, mulai saat itu ia akan
memberi yang terbaik untuk Tuhan. Yuda
mengajak Jolie berdoa bersama kelas Paulus
yang disampaikan lewat lagu “Kids Prayer”.
Kelas Paulus menyanyi sambil berpantomim.
Penutup dari penampilan anak adalah
saat anak-anak kecuali kelas Musa, naik
ke panggung dengan dipandu Kak Fenny.
Kemudian mereka menyanyikan lagu tema,
yaitu “A Gift to You” sebagai lagu tekad
“…. Everything I do is a gift to You… and do
it thankfully…”
Seluruh rangkaian Pentas Aksi Anak
ini diakhiri dengan doa Penutup yang
disampaikan oleh Bapak Pendeta A R
Persang. Namun sebelum berdoa Pendeta
Persang, mengajak semua yang hadir untuk
menyanyi “Happy Birthday” untuk Kak
Erwin Budiono yang berulang tahun hari
itu. Selesai Doa Penutup berarti selesailah
23
GE
MA
edisi 16/V
III/15
seluruh rangkaian acara Pentas Aksi Anak
tahun 2015. Memang masih ada bernyanyi
bersama, masih ada pembagian kue. Masih
ada salam persekutuan dengan BPH KA (Kak
Anna dan kak Vonny), Pembina KA (Pendeta
Lia), Majelis Pendamping KA (Penatua Yahya)
dan Pendeta Persang, tapi semua ini bagian
dari acara penutup.
Setelah orang tua dan anak pulang guru
segera merapikan ruangan. Menyusun
kembali kursi-kursi ke tempatnya. Menyapu
lantai. Membereskan peralatan audio visual.
Setelah semua rapi dan peralatan kembali ke
tempat semula, guru dan semua pendukung
mengambil posisi di panggung untuk foto
bersama yang diabadikan oleh Kak Randy
Renandya (dari Komisi Pemuda). Selesai
berfoto dilanjutkan dengan berdoa bersama
dipimpin oleh Penatua Yahya. Bersyukur
untuk pimpinan Tuhan selama acara.
Untuk guru-guru khususnya tim kerja, PAA
belum benar-benar selesai karena masih
ada evaluasi bersama dan untuk kak Vany
masih membuat laporan kegiatan. Evaluasi
ini mengingatkan guru-guru untuk semakin
maksimal dalam menyiapkan tiap kegiatan
di komisi anak. Seperti slogan yang selalu
diucapkan di Komisi anak “Apa pun juga
yang kamu perbuat, perbuatlah dengan
segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia” (Kolose 2:23).
Sampai jumpa di acara komisi
anak lainnya….
JUM
PA P
EN
AB
UH
Johan
1. Johan, mohon perkenalkan diri Anda.
Nama saya Johan Huang, asal dari Pekanbaru. Saya berasal dari keluarga yang pada
awalnya bukan Kristen, tetapi Tuhan memanggil orang tua saya untuk menjadi orang
percaya, saat itu saya berumur 5 tahun. Semua itu bukan kebetulan, melainkan karunia
Tuhan lewat pelayanan misionaris di kampung halaman saya, Sinaboy. Beliau selalu
mengabarkan injil ketika mengobati orang. Beliau selalu mendoakan pasien sebelum
diberi obat maupun suntikan. Dan misionaris itu sangat persisten sekali mengabarkan
berita keselamatan setiap pasien yang pernah dia obati.
2. Bagaimanakah akhirnya Anda menetap di Singapura?
Saya datang ke Singapura pada awalnya untuk kuliah. Saya sudah mendaftar di
Nanyang Technological University (NTU) untuk jurusan Master of Computer Networking.
Tapi saat yang bersamaan, saya melamar pekerjaan lewat internet di beberapa
24
huangJohan Huang, sosok yang ramah dan supel ini adalah salah satu aktifis gereja kita.
Ya, dia sangat aktif terlibat di berbagai kegiatan gereja. Johan Huang yang akhir-
akhir ini telah kembali ke tanah air Indonesia, ternyata punya segudang pengalaman
dalam terlibat di pelayanan GPO. Ada baiknya kita belajar dari Johan mengenai
masa-masa dia berjemaat dan berpelayanan di GPO. Mari kita simak wawancara
Tim Gema dengan Johan Huang.
perusahaan di Singapura. Saat itu Tuhan membiarkan saya memilih di antara dua
peluang tersebut. Saya benar-benar bergumul, apakah berbelok dari tujuan awal saya
dengan bekerja, atau tetap maju dengan rencana studi. Saya akhirnya memutuskan
bekerja. Hingga sampai saat ini sudah lebih dari 7 tahun di perusahaan yang sama. Saya
percaya, keberadaan saya di sini masih dalam konteks rencana Tuhan untuk saya, baik
di lingkungan kerja ataupun lingkungan sosial di mana saya ditempatkan.
3. Mohon ceritakan bagaimana Anda berjemaat di Gereja Presbyterian Orchard?
Awal saya mengenal GPO, adalah dari pendeta Gereja Kristen Kalam Kudus, gereja saya
ketika berada di Pekanbaru. Sebelum saya berangkat ke Singapura, beliau memberikan
saya nomor telepon Pendeta Johnny Silas, yang pada saat itu masih menjadi gembala di
GPO. Saat saya sampai di Singapura, saya langsung menghubungi beliau. Kebetulan waktu
itu hari Sabtu, Pak Johnny mengajak saya untuk ikut persekutuan Komisi Pemuda (KP).
Kesan pertama saya mengikuti KP, sangat jauh berbeda dari persekutuan pemuda
lainnya. KP sangat hidup, hangat, dan sangat bersahabat. Saya disambut dengan perhatian
yang sangat akrab dari teman-teman KP, bahkan dalam waktu yang singkat, saya sudah
dilibatkan dalam pelayanan di KP. Saya merasa tidak sendirian di Singapura, tetapi ada
keluarga kedua di sini. Saya merasa KP dan GPO menjadi bagian dari hidup saya selama
di Singapura.
4. Bisa diceritakan apa saja pelayanan Anda di GPO baik yang lalu dan saat ini?
Pelayanan saya yang pertama kali saat bergabung dengan KP di GPO adalah sebagai
pemusik. Namun seiring dengan waktu, saya juga melihat, ada bagian-bagian lain dari
sebuah pelayanan yang kekurangan orang, atapun yang tidak ter-cover oleh aktivis
yang lainnya. Saya pun masuk ke sana untuk membantu. Selain pelayanan yang bersifat
teknis seperti di IT ministry, fotografi/videografi, dan Tim Audio Visual (AV), saya juga
mengikuti pelayanan mission trip.
Setiap pelayanan itu mempunyai tantangan dan tingkat kesulitan yang berbeda.
Namun semua kesulitan itu tidak saya anggap sebagai hambatan bagi saya, melainkan
sebuah tantangan. Saya harus semakin menunduk di dalam kuasa Tuhan, merendahkan
diri dalam Tuhan, dan menyerahkan kekhawatiran kepada Tuhan
5. Bagaimana pandangan Anda mengenai keahlian teknis yang Anda punya,
kaitannya dengan pelayanan di gereja?
Keahlian teknis saya, dalam pelayanan di IT Ministry, maupun tim Audio Visual,
bukanlah bagian dari pekerjaan utama saya sebagai Network Engineer. Namun, saya
sangat senang jika sedikit dari kemampuan dan keterampilan saya dalam bidang
25
GE
MA
edisi 16/V
III/15
teknis maupun non-teknis, bisa dipakai oleh Tuhan untuk kemuliaan-Nya. Sama seperti
seorang anak kecil, yang hanya punya lima roti dan dua ekor ikan, apa yang saya miliki
yang mungkin tidak seberapa, saya pakai untuk membangun gereja Tuhan.
Bagi rekan-rekan jemaat lainnya, yang memiliki skill dalam bidang-bidang tertentu,
persembahkanlah itu untuk Tuhan. Sebaliknya juga, jangan khawatir tentang kemampuan
Anda yang tidak seberapa. Karena saat Anda memutuskan untuk melayani, Tuhan juga
akan memperlengkapi dan menempatkan dalam pelayanan yang sesuai dengan Tuhan
inginkan, dan itu bukan sebuah beban bagi Anda.
6. Anda cukup terlibat di banyak kegiatan dan komisi. Mohon diceritakan
keterlibatan dan pelayanan di GPO?
Pelayanan saya di GPO yang saya fokuskan saat ini adalah di Tim AV. Awalnya saya
juga selalu aktif di KP, tetapi karena tuntutan pekerjaan yang sangat menuntut tenaga
dan waktu untuk lembur di Sabtu subuh, saya mulai non-aktif di sana. Tapi dalam
beberapa waktu, saya juga mewakili KP untuk menjadi kolektan dan penyambutan di
ibadah umum.
Jika saya sering terlihat saya di banyak komisi, sebetulnya bukan di komisinya, tapi
peran kami sebagai tim AV, selalu roaming ke mana-mana. Dibutuhkan oleh Komisi
Pelaut, Komisi Maria Marta, kadang Komisi Anak juga. Prinsip saya, di mana saya
melayani, di situ juga saya bergaul dengan orang-orang yang saya temukan dalam
masa pelayanan.
Di samping pelayanan sebagai tim AV, saya suka juga ikut kegiatan yang dilakukan
oleh GPO di luar aktivitas gereja. Misalnya mission trip, dan mengajar computer.
Pelayanan di dalam maupun di luar gereja, sama-sama dipakai Tuhan untuk banyak
mengasah kepribadian saya. Dan semua itu masih terus berlanjut untuk terus diasah
dan dibentuk.
Dalam pelayanan, keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan saya, tidak jarang
membuat saya sendiri kecewa. Saya sangat tidak menyukai itu dan saya terus berdoa
agar Tuhan terus mengubahkan saya. Saya tidak mau kelemahan dan kekurangan itu
mencoreng dan merusak. Jangan sampai jadi batu sandungan. Saya sangat menyesal jika
hal itu terjadi. Namun tidak pernah menyurutkan saya untuk tetap semangat melayani,
dan sambil terus membenah diri. Prinsip saya, pelayanan adalah untuk menyenangkan
hati Tuhan, jangan sampai pelayanan untuk mencari ketenaran diri.
26
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
7. Anda lumayan sociable dan cukup mengenal banyak jemaat GPO yang lumayan
beragam. Bagaimana kesan Anda?
GPO sangat unik, mewakili Nusantara di Singapura. Bisa dikatakan, GPO adalah little
Indonesia-nya Singapura. Orang dari Sabang sampai Merauke ada di GPO. Keunikan
ini bisa menjadi nilai plus bagi GPO. Karena kita sebagai jemaat dihadapkan dengan
keberagaman suku dan profesi, dan jemaat GPO sangat kaya dengan sumber daya
dalam hal ini. Lihat saja, ketika ada fund raising, ataupun acara makan-makan, anda
akan mendapatkan menu makanan yang sangat beragam yang ada di Nusantara.
Kangen dengan Indonesia bisa ter-obati ketika kita ada di GPO. Dahulu saya tidak tahu
orang Manado, Ambon, Subang, itu seperti apa, sekarang sudah punya banyak teman
Manado, dari Ambon, dari Jawa, Subang, Toraja, Batak, dan lain sebagainya.
Dari segi profesi jemaatnya, GPO juga tergolong unik. Bukan hanya semua profesi
boleh beribadah bersama tetapi semua bisa terlibat dalam pelayanan yang sama tanpa
melihat apa profesinya. Misalnya ada pemuda, ibu rumah tangga, pelaut, dan PLRT,
yang bisa sama-sama menjadi majelis, bisa berpelayanan di ibadah minggu seperti
liturgos. Semua dapat duduk bersama di bangku gereja untuk beribadah bersama,
ataupun semeja dalam pelayanan yang sama.
Satu sisi lain, dari keunikan GPO, bisa menjadi “kanker” juga bagi kehidupan bergereja
kita, jika tidak dibina dengan baik, terutama komunikasi antar jemaat. Kenapa? Di saat
orang mulai kumpul sesama suku, sesama profesi nya, ataupun sesama range usia, dan
tidak mau berbaur dengan yang lain, di situ akan muncul gap atau celah komunikasi.
Gap komunikasi ini bisa sangat berbahaya dan sangat rentan. Sebaiknya kita tetap saling
menjaga komunikasi dan saling menghargai satu sama lain, saling berbaur, bersahabat,
“baku sapa” satu sama lainnya, dan “baku tolong-menolong” (red: baku sapa – saling
bersapa). “Torang basudara di dalam Tuhan Yesus”.
8. Anda punya banyak teman yang beragam di luar lingkup gereja. Bagaimana
Anda dapat membina hubungan baik dengan mereka?
Saya memiliki beragam teman di Singapura. Kalau tadi GPO adalah little Indonesia
di Singapura, kalau Singapura, adalah hub atau sentral yang menjadi berkumpulnya
banyak suku bangsa di sini. Saya sudah menjalin persahabatan dengan orang dari
banyak negara.
27
GE
MA
edisi 16/V
III/15
Semua diawali dengan murah senyum dan mau membantu orang. Sering kali saya
menjumpai orang tersasar naik MRT, orang kebingungan mau ke mana, dan kadang
menemukan orang yang bertanya tentang obyek wisata. Dari situ diteruskan dengan
mengajak mereka kenalan, dan memperkenalkan diri saya. Dengan sesuatu yang
sederhana, bisa diteruskan hingga masuk bergaul dengan mereka. Puji Tuhan, saya
bisa cepat beradaptasi dengan berbagai orang dan dengan bergaul. Kita juga bisa
mendapatkan kesempatan untuk bercerita tentang iman kita kepada mereka.
Tidak semua pergaulan cepat mendapatkan kesempatan untuk berbagi tentang iman.
Kadang saya juga harus mengorbankan waktu dan tenaga untuk membantu mereka,
serperti contohnya install ulang computer mereka, troubleshoot HP mereka, perbaiki
sesuatu yang salah dari gadget mereka, dan dari bantuan-bantuan kecil itu, lama-lama
mereka merasa nyaman dengan saya. Ketika Tuhan membuka kan saya kesempatan
berbagi tentang iman, saya akan masuk ke sana.
Satu pengalaman yang tidak terlupakan, yang pernah saya bagikan di ibadah penutup
tahun di GPO, saya membantu seorang teman dari negara lain dan mengajaknya
berdoa. Dia mau saya ajak berdoa karena dia sendiri sudah putus asa. Karena dengan
berdoa pada waktu itu, akhirnya dia sendiri bilang kepada saya “Your Jesus is Amazing!
Very Good! He answered our prayer!”
Seorang teman dari negara lain terheran, kenapa saya selalu aktif di gereja, dia
melihat banyak foto-foto pelayanan dari profil Facebook saya, dan di sana saya terbuka
kesempatan menceritakan iman saya. Yang membuat saya paling bersyukur, saya bisa
katakan kepada dia “My God is a caring God! He is not far away. He comes to redeem
us, and gives us hope. So, if you see that I’m so busy with all this service for people,
I am not doing it to gain something, instead, I am doing it to say thanks to my God.
Even though, I have a lot to do and I have to spend a lot of resources from myself, but
I still feel it’s not enough to say thanks because of His love and all things He had given
to me.”
9. Bagaimana menurut Anda seharusnya kita membagikan apa yang kita imani
kepada sesama kita, tanpa melihat batasan identitas kita (suku, profesi, dll)?
Amanat Agung yang Tuhan Yesus berikan kepada kita, sebelum Dia naik ke surga,
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam
nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman.” – Matius 28:19. Ini bukan sekedar perintah biasa, tapi
perintah yang harus kita kerjakan.
28
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
Dalam perintah ini, kita harus menyampaikan kepada siapa saja yang kita temui. Dan
yang lebih ekstrim, kita harus keluar dari tempat kita untuk mengabarkan injil – dalam
ruang lingkup yang besar. Sebagian orang dipanggil secara khusus oleh Tuhan untuk
pergi ke pelosok, ke daerah yang memang susah dijangkau oleh penginjilan.
Tapi saya melihat satu hal yang menjadi keistimewaan kita yang tinggal di Singapura.
Kita bisa berbagi tentang iman kita ke orang dari berbagai suku dan bangsa tanpa
harus jauh-jauh ke negeri orang, ataupun ke pelosok dan pedalaman untuk menginjili.
Banyak orang yang datang ke mari untuk belajar, bekerja, dan berbisnis. Di mana Tuhan
bukakan kita jalan dan peluang, raihlah itu untuk menginjili. Dan peluang itu bukan
hanya ditunggu, melainkan diusahakan juga. Kalau kita selalu pendiam, penyendiri,
pemalu, judes, sombong, maka peluang itu tidak pernah akan ada. Kita harus bersikap
luwes untuk berkomunikasi dengan orang dan ramah terhadap mereka. Maka ketika
sudah terjalin persahabatan, kita sudah bisa masuk untuk menginjili mereka. Dan ingat,
selalu berdoa ketika kita diberikan kesempatan itu.
10. Bagaimana keberagaman Jemaat GPO ini dapat menjadi salah satu kekuatan
utama gereja dalam menjalanan misi Tuhan di dunia?
GPO ada di Singapura – dengan keberagaman jemaat, dengan keberagaman
masyarakatnya – adalah sangat strategis. Setiap kita yang sudah diselamatkan, jangan
malu untuk menginjili. Mulai dari orang-orang dalam gereja kita. Saya pernah kenal
dengan seorang rekan dari Maria Marta. Dia berasal dari daerah Jawa Barat, dan
kampung halamannya susah dijangkau oleh penginjilan. tetapi oleh karena ajakan
majikan untuk datang ke gereja sambil menjaga anaknya yang masih bayi, lama-lama
dia jadi sering dengar injil dari sekolah minggu. Ada juga anggota KMM kita yang belum
percaya Kristus menjadi percaya dan dibaptiskan, karena ajakan teman-temannya untuk
ikut persekutuan.
Bagi yang merasa lebih tertantang untuk berbagi iman di market place, bisa dimulai
dari tempat kerja. Mulai dengan disiplin kerja yang baik, integritas kerja yang terbukti,
dan dari sana teman-teman kerja akan menanyakan tentang kepribadian kalian, dan
menanyakan value apa yang kita miliki.
Jangan pernah malu membagikan iman kita kepada orang lain. Selalu berdoa agar
Tuhan jaga dan pelihara kita, dan bantu kita saat kesempatan dibukakan. Jadilah garam
dan terang yang bisa terlihat, agar injil Tuhan bisa diterima.
29
GE
MA
edisi 16/V
III/15
Masih ingatkah Anda, ketika Anda
melalukan kesalahan dan orang tua Anda
memarahi Anda waktu masih kecil? Atau
pernahkah Anda berpikir bagaimana
perasaan anak-anak ketika orang tuanya
memarahi anak itu? Ada banyak perasaan
yang bercampur aduk di pikiran anak itu.
Mulai dari rasa takut karena akan mendapat
hukuman, bingung, kaget, merasa bersalah,
malu, semuanya itu bercamput aduk di
dalam pikiran.
Kemudian kita bayangkan kembali bila
salah satu dari orang tua mereka datang dan
membela anak itu, atau mungkin nenek atau
kakek mereka, atau saudara mereka. Akan
timbul suatu perasaan lega di hati anak-anak
itu karena adanya harapan dari orang lain yang
akan meniadakan hukuman bagi mereka.
Di hari paskah ini, Komisi Anak GPO ingin
menceritakan pengorbanan Yesus dari sudut
pandang anak-anak yang masih berhati tulus
dan murni. Lagu-lagu yang sederhana akan
30
GA
UN
G P
ER
ISTI
WA
Oleh: Clement Perdana
Kebangkitan-Nyauntuk Dunia
31
terjalin harmonis dengan perbincangan
polos anak-anak sekolah minggu dengan
teman baru mereka yang belum mengenal
Yesus. Sedikit demi sedikit teman baru
mereka akan mengenal siapa Yesus itu dan
apa yang sudah Dia perbuat sehingga anak-
anak sekolah minggu memuji-Nya.
Lagi-lagi dengan cara pandang anak-
anak, musikal Paskah ini mengajak jemaat
untuk refleksi. Mengajak melihat kembali ke
dalam diri masing-masing dan merendahkan
diri untuk menyadari bahwa betapa
tidak layaknya manusia untuk menerima
pengorbanan Kristus demi menghapus dosa
manusia karena semua orang telah berbuat
dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah
(Roma 3:23). Namun, hanya dengan percaya
dan mengakui bahwa Kristus Tuhan adalah
juru selamat manusia, kehidupan di surga
dapat dicapai oleh setiap umat manusia.
Sebagaimana anak-anak kecil yang akan
dihukum karena kesalahan mereka, yang
kemudian digantikan oleh sang penyelamat
yang rela berkorban untuk mereka, sudah
sepatutnyalah kita semua bersyukur akan
pengorbanan Yesus di kayu salib. Sebab,
barangsiapa yang berseru kepada nama
Tuhan, akan diselamatkan. (Roma 10:13)
Musikal ini berpuncak ketika teman-teman
baru mereka percaya dan menerima Yesus
sebagai juru selamat mereka dan kemudian
bernyanyi bersama dalam paduan suara.
Bukan hanya itu saja, mereka juga mengajak
orang tua dan teman-teman mereka untuk
GE
MA
edisi 15/X
I/14
31
GE
MA
edisi 16/V
III/15
bergabung dan memuji Tuhan bersama-
sama. Karena seperti judul musikal ini,
kebangkitan-Nya bukan hanya untuk orang-
orang tertentu tapi juga untuk seluruh
dunia tanpa memandang golongan dan
latar belakang mereka. Kitapun wajib untuk
menyebarkan kabar baik ini dan memberi
pengertian kepada orang-orang bahwa
Kristus datang bukan hanya untuk dirayakan
di hari Natal dengan hiasan-hiasan yang
meriah dan hadiah-hadiah yang menarik,
tetapi Dia datang untuk mati di kayu salib
demi menebus dosa manusia.
32
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Nya dan baptiskanlah
mereka dalam nama Bapa dan Anak dan
Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Yesus perintahkan
kepadamu. Dan ketahuilah, Tuhan menyertai
kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman
(Matius 28:19-20).
Selamat Paskah! Haleluya!
33
GA
UN
G P
ER
ISTIWA
SATUKAN KAMI PAKAILAH KAMI
Suatu hari saya melihat sebuah wawancara
di TV yang dilakukan terhadap salah
seorang tokoh sepak bola dunia yaitu
Michael Platini. Bagi yang kurang berminat
terhadap sepakbola, beliau adalah mantan
pesebakbola tersohor dari Perancis di tahun
80-an dan termasuk di dalam kategori pemain
terbaik dunia di masa itu. Beliau banyak
memenangkan piala dan penghargaan di
zamannya. Setelah pensiun sebagai pemain
profesional, beliau melanjutkan karir di
bidang sepakbola sebagai pengurus asosiasi
sepakbola di Eropa. Penampilan beliau
terlihat biasa saja pada saat interview tersebut
seperti selayaknya penampilan seseorang di
depan kamera TV dengan setelan jas dan
penampilan yang rapi. Yang membuat saya
terkejut adalah kondisi fisik beliau sekarang
yang sangat jauh dibanding pada saat zaman
beliau sebagai pemain profesional. Tadinya
bentuk tubuh beliau sangat atletis, tetapi
sekarang sudah terlihat jauh lebih gemuk.
Tadinya rambutnya gondrong dan panjang,
sekarang sudah menipis. Wajah yang
tadinya sangat tampan dan muda, sekarang
kelihatan sudah penuh dengan raut karena
pertambahan usia. Beliau begitu gagah dan
terlihat sangat mumpuni di masa mudanya
sampai sampai saya dulu selalu menganggap
bahwa orang orang seperti beliau akan selalu
seperti itu selamanya. Ternyata kenyataannya
berbeda. Pengaruh pertambahan usia tidak
bisa ditutupi dari kehidupan beliau dan juga
semua orang. Perubahan di dalam kehidupan
Oleh: Dkn. Oloan Manurung
menjadi suatu kenyataan yang tidak bisa
kita hindari.
Demikian juga kisah bangsa Israel,
bangsa pilihan Tuhan yang terus dituntun
Tuhan dengan sangat hebatnya dari zaman
Abraham sampai pada zaman Musa dan
seterusnya. Bangsa yang terpilih yang
ternyata tidak seterusnya mendengarkan
suara Tuhan dan berubah sikap dan
ketaatan dengan berubahnya waktu. Mereka
berpaling dari Tuhan dan justru mengikuti
allah-allah lain. Dan akibatnya, bangsa
yang hebat ini dijajah dan masyarakatnya
dibuang menjadi budak di Babilonia. Kondisi
inilah yang menjadi awal pembahasan dan
perenungan di dalam Camp Jemaat 2015
yang dipimpin oleh Pendeta Mangapul
Sagala, dengan mengangkat kisah Nehemia
yang memimpin bangsa Israel untuk bangkit
kembali dari keterpurukan akibat penjajahan.
Kisah Nehemia ini dipakai untuk menggugah
jemaat GPO untuk berefleksi dan melihat
kondisi hubungan pribadi dengan Tuhan
pada saat ini dan selanjutnya membangun
serta terus mempererat hubungan pribadi
dengan Tuhan. Selanjutnya dengan dasar
hubungan yang erat, bersatu antara satu
dengan yang lain untuk dipakai Tuhan
melakukan pekerjaan-Nya. Hal ini juga sesuai
dengan ayat yang menjadi tema camp sesuai
dengan yang ditegaskan oleh rasul Petrus di
dalam 1 Petrus 2:5 “Dan biarlah kamu juga
dipergunakan sebagai batu hidup untuk
pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu
imamat kudus, untuk mempersembahkan
persembahan rohani yang karena Yesus
Kristus berkenan kepada Allah”.
Titik Awal Untuk Memulihkan dan
Membangun Hubungan Dengan Tuhan
Mari kita membayangkan suatu keadaan
apabila kita berada di tempat yang jauh
dari kampung halaman atau tempat tinggal
kita dan menerima kabar bahwa keadaan
kampung halaman kita ternyata dalam
keadaan yang porak-poranda, tidak terurus
dan terbakar. Saya yakin apabila kita masih
memiliki ikatan emosional yang tinggi
dengan kampung halaman kita, kita pasti
akan panik dan ingin secepatnya kembali
34
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
membangun hubungan kita dengan Tuhan
di dalam perenungan di Camp Jemaat.
Sikap inilah yang menjadi titik awal untuk
yang pertama merefleksikan hubungan
pribadi kita dengan Tuhan pada saat ini:
Apakah kita tunduk dan taat kepada Tuhan,
atau apakah kita mengakui dosa-dosa kita
selama ini? Dan yang kedua menyampaikan
isi hati kita untuk terus membangun dan
ikut di dalam pekerjaan Tahun. Apabila kita
berdosa atau melakukan sesuatu yang tidak
seharusnya kita lakukan dan berada di dalam
pergumulan, tekanan dan keputusasaan yang
mengganggu pikiran kita serta menjauhkan
kita dari Tuhan, langkah awal yang kita
lakukan adalah berseru kepadaNya dengan
sikap yang tunduk dan taat kepada Tuhan
yang berkuasa atas kehidupan kita.
Tuhan Mengatasi Segalanya Bahkan Hal
Yang Mustahil Sekalipun
Di zaman Nehemia, seorang juru minum
adalah seorang yang terhormat dan
merupakan salah satu dari orang yang
paling dipercaya oleh raja. Posisi ini juga
memiliki tanggung jawab yang besar untuk
melindungi raja dari maksud maksud jahat.
Tentunya dengan posisi yang terhormat dan
kepercayaan yang tinggi ini, Nehemia juga
menikmati segala kemuliaan yang berlimpah
pada saat itu sesuai dengan jabatannya.
Pekerjaan ini juga menuntut kedekatan yang
lebih dengan raja dalam kehidupan sehari hari.
Salah satu aspek dari hubungan dengan raja
adalah seorang yang dekat dengan raja harus
memiliki sikap dan penampilan yang sesuai
seperti yang diharapkan raja. Apabila terlihat
untuk melihat keadan yang sebenarnya dan
bahkan untuk melakukan sesuatu. Demikian
juga yang dialami Nehemia yang adalah
seorang juru minum raja di pembuangan di
Babilonia atau tepatnya di Puri Susan dan
mendengarkan kabar keterpurukan Israel
dari saudara-saudaranya (Nehemia 1: 1-3).
Sebegitu dalamnya rasa keterikatan Nehemia
dengan kampung halamannya sehingga
dia mengalami kesedihan yang mendalam
sampai berkabung dan berpuasa. Hal yang
dicatat dilakukannya adalah dia berseru
kepada Tuhan. Di dalam seruannya, yang
pertama dia katakan adalah ketaatan dan
pengakuan bahwa dia tunduk kepada Tuhan
(Nehemia 1:5), yang kedua adalah mengakui
segala dosa-dosa bangsa Israel (Nehemia 1:6-
7) dan yang terakhir adalah meminta Tuhan
untuk memulihkan bangsa Israel (Nehemia
1:8-9). Nehemia menyampaikan isi hatinya
untuk memulihkan bangsa Israel kepada
Tuhan dengan mengutarakan perkataan
Tuhan kepada nabi Musa seperti dijelaskan di
dalam Nehemia 1:8-9 “Ingatlah akan firman
yang Kaupesan kepada Musa, hamba-Mu
itu, yakni: Bila kamu berubah setia, kamu
akan Kucerai-beraikan di antara bangsa-
bangsa. Tetapi, bila kamu berbalik kepada-
Ku dan tetap mengikuti perintah-perintah-Ku
serta melakukannya, maka sekalipun orang-
orang buanganmu ada di ujung langit, akan
Kukumpulkan mereka kembali dan Kubawa
ke tempat yang telah Kupilih untuk membuat
nama-Ku diam di sana”.
Sikap berseru kepada Tuhan sebagai
langkah awal adalah sikap yang ditekankan
oleh Pendeta Mangapul Sagala untuk
35
GE
MA
edisi 16/V
III/15
sikap dan penampilan yang tidak sesuai
dengan keinginannya, dengan kuasa raja
yang bagitu besar, raja bisa memerintahkan
untuk pada saat itu juga menghukum orang
tersebut dengan seberat-beratnya. Aspek lain
dari seorang raja di zaman dulu adalah bahwa
kehadiran seseorang termasuk permaisuri
raja haruslah sesuai dengan aturan protokol
yang ada. Permaisuri tidak bisa setiap saat
selalu dekat dengan raja atau disamping
raja. Permaisuri akan datang sesuai dengan
waktu yang ditentukan oleh raja. Tentunya
kita bisa membayangkan bahwa waktu yang
ditentukan tersebut adalah waktu pribadi
antara raja dengan permaisuri.
Kedua aspek di atas melatarbelakangi
pembahasan perenungan Camp Jemaat
selanjutnya. Nehemia 2: 1-6 menjelaskan
kondisi di waktu raja sedang bersama dengan
permaisuri (dan ini adalah waktu yang khusus
ditentukan), dan pada saat itu juga, Nehemia
dengan kesedihan yang mendalam selama
berbulan-bulan, tidak bisa menyembunyikan
rasa sedih yang dia alami. Walaupun dia
pasti berusaha untuk menyembunyikannya,
kesedihan itu tampak dari luar dan tampak
juga oleh raja Artahsasta. Hal ini mendorong
raja untuk menyakan perihal kesedihan
Nehemia. Ini adalah saat saat genting bagi
Nehemia yang mana raja sedang bersama
dengan permaisuri dan penampilan dia
dipertanyakan oleh raja. Di dalam kondisi
ini, raja yang merasa terganggu di dalam
waktu pribadi dengan permaisuri bisa saja
menjatuhkan hukuman yang berat. Tetapi
di masa masa genting inilah kuasa Tuhan
ditunjukkan dengan begitu hebatnya.
Nehemia menjelaskan peristiwa dan
kesedihan yang dialami dan juga dengan
keberanian yang hebat yang berasal dari
kuasa Tuhan menjelaskan maksud dia untuk
kembali ke Israel dan kebutuhan yang dia
perlukan. Di saat-saat seperti ini, mustahil
bagi seorang raja untuk memikirkan perkara
kecil apalagi dari seorang pelayannya
dan tidak ada hubungannya dengan raja
(dan permaisuri). Tetapi apa yang terjadi
selanjutnya adalah sungguh di luar perkiraan
normal yang mana raja yang digerakkan
oleh Tuhan memberikan sesuai dengan
permintaan Nehemia. Bukankah Tuhan kita
adalah Tuhan yang hebat, yang dengan
kuasanya menolong kita di saat genting
dan sesuai dengan kehendak-Nya bahkan
menggerakkan raja dunia untuk tunduk.
Pendeta Mangapul Sagala menjelaskan
bagaimana apabila kita melakukan sesuai
kehendak Tuhan, Tuhan pasti akan bekerja
dengan kuasa-Nya.
Perencanaan Dalam Pekerjaan Tuhan
Mari kita lihat kembali bahwa di bagian
sebelumnya kita melihat bahwa hal pertama
yang dilakukan oleh Nehemia pada saat
menerima kabar buruk di kampung halaman
adalah berseru kepada Tuhan. Karakter yang
berseru kepada Tuhan dengan sikap hati yang
tunduk dan taat serta mengakui dosa-dosa
kita adalah salah satu karakter pelayan yang
harus terbangun di dalam kehidupan kita.
Untuk selanjutnya, di dalam Nehemia 2: 11-
13 dijelaskan pula bahwa “Maka tibalah aku
(yaitu Nehemia) di Yerusalem. Sesudah tiga
hari aku disana, bangunlah aku pada malam
36
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
hari bersama-sama beberapa orang saja yang
menyertai aku. Aku tidak beritahukan kepada
siapapun rencana yang akan kulakukan untuk
Yerusalem, yang diberikan Allahku dalam
hatiku. Juga tak ada lain binatang kepadaku
kecuali yang kutunggangi. Demikian pada
malam hari aku keluar melalui pintu gerbang
Lebak, ke jurusan mata air Ular Naga dan pintu
gerbang Sampah. Aku menyelidiki dengan
seksama tembok-tembok Yerusalem yang
telah terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya
yang habis dimakan api”. Kita bisa melihat
bahwa Nehemia tidak gegabah dengan
begitu saja langsung bekerja. Hal yang
pertama dia lakukan begitu tiba di Yerusalem
adalah mengenal medan dan kondisi yang
ada untuk mematangkan perencanaan.
Nehemia melakukan usaha yang tidak kecil
untuk mengelilingi dan melihat satu persatu
kondisi masing-masing bagian dari tembok
Yerusalem yang runtuh sebelum memulai
pekerjaan yang ada. Pendeta Mangapul
Sagala menjelaskan bahwa karakter
selanjutnya dari seorang pelayan adalah
mengerti bahwa di dalam segala pekerjaan
yang dilakukan, tidak dengan begitu saja
bertindak, tetapi tetap harus melihat situasi
dan kondisi yang ada dan merencanakan
dengan baik sebelum melakukan pekerjaan.
Pembangunan kemudian dimulai dengan
pengaturan yang khusus sesuai dengan
situasi medan dan kondisi yang ada. Masing-
masing keluarga/penguasa wilayah Israel
memiliki tanggung jawab untuk membangun
tembok sesuai dengan daerah masing-
masing sesuai dengan penjelasan di Nehemia
3. Masing-masing bagian saling melengkapi
dan digabungkan membentuk lingkaran
tembok. Di sini juga kita diajarkan sebagai
umat Tuhan untuk bekerja di dalam bagian
masing-masing sesuai kehendak Tuhan yang
akan membentuk suatu bagian utuh.
Ancaman dan Kewaspadaan yang Teguh
Dalam Pekerjaan Tuhan
Seperti di dalam segala pekerjaan baik
yang kita lakukan, ancaman tidak bisa
dihindari. Di dalam pembangunan tembok
Yerusalem, ancaman pertama yang dihadapi
adalah ancaman yang berasal dari luar yaitu
dari Sanballat yang adalah gubernur Samaria
(dari bekas kerajaan utara), Tobia yang adalah
orang Amon dan Gesyem orang Arab yang
bertetangga dengan Israel secara geografis.
Mereka tidak ingin tembok Yerusalem
dibangun dan bangsa Israel bangkit dari
keterpurukan. Mereka ingin keadaan tetap
status-quo sehingga bangsa bangsa di sekitar
Israel akan tetap bisa menekan daerah Israel.
Mereka begitu marah dan sakit hati melihat
37
GE
MA
edisi 16/V
III/15
proses pembangunan tembok tetap berjalan
dan mengolok-olok bangsa Israel. Ancaman
ini terus menerus ada dengan intensitas
yang semakin tinggi bahkan sampai pada
tahapan di mana musuh-musuh Israel pada
saat itu mengumpulkan pasukan yang siap
untuk menyerang Yerusalem. Sikap Nehemia
melihat ancaman ini adalah sama seperti
yang selalu dia lakukan yaitu berseru kepada
Tuhan, seperti tertulis di dalam Nehemia 4:4-
5 “Ya, Allah kami, dengarlah bagaimana kami
dihina. Balikkanlah cercaan mereka menimpa
kepala mereka sendiri dan serahkanlah
mereka menjadi jarahan di tanah tempat
tawanan. Jangan Kaututupi kesalahan
mereka, dan dosa mereka jangan Kauhapus
dari hadapan-Mu, karena mereka menyakiti
hati-Mu dengan sikap mereka terhadap
orang-orang yang sedang membangun.”
Selain itu Nehemia menempatkan rakyat
Israel menurut kaum keluarganya dengan
pedang, tombak dan panah di bagian-
bagian yang paling rendah dari tempat itu,
di belakang tembok, di tempat-tempat yang
terbuka. Bahkan di dalam Nehemia 4:16-18
dijelaskan bahwa “Sejak hari itu sebagian
dari pada anak buahku melakukan pekerjaan,
dan sebagian yang lain memegang tombak,
perisai dan panah dan mengenakan baju zirah,
sedang para pemimpin berdiri di belakang
segenap kaum Yehuda yang membangun
di tembok. Orang-orang yang memikul
dan mengangkut melakukan pekerjaannya
dengan satu tangan dan dengan tangan
yang lain mereka memegang senjata. Setiap
orang yang membangun bekerja dengan
berikatkan pedang pada pinggangnya, dan
di sampingku berdiri peniup sangkakala.”
Kita bisa melihat bagaimana tegangnya
situasi yang ada pada saat itu, tetapi Tuhan
dengan kuasa-Nya yang hebat meluputkan
bangsa Israel dari bahaya.
Ancaman yang kedua adalah dari bangsa
Israel itu sendiri sesuai dengan yang dijelaskan
di dalam Nehemia 5:1-5, Maka terdengarlah
keluhan yang keras dari rakyat dan juga dari
pihak para isteri terhadap sesama orang
Yahudi. Ada yang berteriak: “Anak laki-laki
dan anak perempuan kami banyak dan kami
harus mendapat gandum, supaya kami dapat
makan dan hidup.” Dan ada yang berteriak:
“Ladang dan kebun anggur dan rumah kami
gadaikan untuk mendapat gandum pada
waktu kelaparan.” Juga ada yang berteriak:
“Kami harus meminjam uang untuk membayar
pajak yang dikenakan raja atas ladang dan
kebun anggur kami. Sekarang, walaupun
kami ini sedarah sedaging dengan saudara-
38
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
saudara sebangsa kami dan anak-anak kami
sama dengan anak-anak mereka, namun
kami terpaksa membiarkan anak-anak lelaki
dan anak-anak perempuan kami menjadi
budak dan sudah beberapa anak perempuan
kami harus membiarkan diri dimiliki orang.
Kami tidak dapat berbuat apa-apa, karena
ladang dan kebun anggur kami sudah di
tangan orang lain.” Bangsa Israel mengeluh
terhadap perlakuan pemimpin bangsa Israel
itu sendiri yang telah berlaku semena-mena
terhadap sesama bangsanya. Nehemia
mendengar keluhan keluhan ini langsung
marah dan menggugat para pemimpin
dan pemuka bangsa yang telah menindas
bangsa sendiri. Nehemia menuntut semua
pemimpin untuk mengembalikan segala
sesuatu yang telah diambil, menghapuskan
segala utang. Tuntutan ini dipenuhi oleh
para penguasa yang ada beserta dengan
ancaman apabila tidak ditepati. Di dalam
pelayanan dan persekutuan kita, sering sekali
masalah yang dihadapi bukan hanya berasal
dari luar tetapi juga dari dalam, yang mana
kepentingan pribadi seringkali menjadi lebih
penting daripada pekerjaan Tuhan itu sendiri.
Untuk itu sungguh kita harus tetap waspada
untuk tetap teguh di dalam pekerjaan
Tuhan dan tidak membiarkan ambisi atau
kepentingan pribadi untuk menghalangi. Kita
juga harus saling megingatkan satu dengan
yang lain untuk tetap bersatu hati di dalam
pelayanan Tuhan.
Satukan Kami Pakailah Kami
Dari pengalaman Nehemia, kita bisa
belajar bagaimana kita harus berefleksi dan
39
GE
MA
edisi 16/V
III/15
melihat terus kondisi hubungan kita dengan
Tuhan agar bisa dipakai untuk pekerjaan
Tuhan. Karakter Nehemia sebagai seorang
pelayanan sungguh suatu teladan yang
bisa kita pakai di dalam kehidupan kita,
di antaranya;
• SelaluberserukepadaTuhandalamsikap
hati yang tunduk dan taat kepada Tuhan
• Mengakui segala dosa dan kesalahan
sebagai dasar untuk memulai dan
membangun hubungan pribadi
dengan Tuhan
• Percaya akan campur tangan Tuhan di
dalam pekerjaan Tuhan walaupun berada
di dalam keadaan yang mustahil sekalipun
• Tetap waspada akan ancaman-ancaman
yang dihadapi dengan selalu dekat dengan
Tuhan dan percaya akan perlindungan-Nya
Apabila setiap anak Tuhan memiliki
karakter yang berlandaskan sikap hati yang
percaya sepenuhnya akan perlindungan
Tuhan, setiap anak Tuhan akan memiliki
hati dan kerinduan yang menyatu untuk
melakukan yang terbaik bagi pekerjaan
Tuhan. Kesatuan hati ini menjadi dasar
yang penting sehingga masing-masing
orang akan dapat berkontribusi dan bisa
dipakai secara hebat untuk kemuliaan nama
Tuhan. “Satukan Kami, Pakailah Kami” pada
akhirnya bukan hanya sebagai slogan camp
jemaat, tetapi menjadi tekad setiap jemaat
GPO untuk tunduk kepada Tuhan dan terus
menerus memperbaharui hubungan dengan
Tuhan, sehingga memiliki kesatuan hati untuk
melayani Tuhan di dalam kehidupan masing-
masing sesuai dengan karunia dan talenta
yang diberikan.
Keluarga yang
40
GA
MB
US
& K
EC
AP
I
Beberapa waktu yang lalu, ada jemaat yang
menyapa kami dan berkata, “Wah senang
sekali melihat kalian sekeluarga melayani
di GPO. Apa rahasianya?” Kami hanya
membalas dengan senyum karena kami pikir,
ini hanya sekedar komplimen ringan yang
tidak membutuhkan jawaban panjang-lebar.
Maka kami-pun hanya menjawab seadanya,
“Ah biasa saja, tidak ada rahasianya kok.
Keluarga lain juga melayani seperti kami.”
Ketika kami diminta menulis untuk Buletin
Gema, kami mulai merenung, membaca
MELAYANIOleh: Willy A. Renandya & Siani Indarwati
tulisan-tulisan mengenai keluarga Kristen dan
juga bagian di Alkitab yang membicarakan
arti sebuah keluarga, peran dan tugas serta
tanggung jawab orang tua dalam mendidik
anak. Ternyata Alkitab mencatat banyak
sekali mengenai anak dan bagaimana kita
mesti bersikap dan memperlakukan anak,
baik anak kita sendiri maupun anak-anak
yang dilahirkan di dunia pada umumnya.
Begitu banyak Firman yang menjelaskan
betapa berharganya anak di mata Tuhan,
seperti yang tertulis di ayat-ayat berikut:
Anak adalah inisiatif dan karya Allah
(Kejadian 17:6)
Aku akan membuat engkau beranak cucu
sangat banyak; engkau akan Kubuat menjadi
bangsa-bangsa, dan dari padamu akan
berasal raja-raja.
Anak adalah pewaris kerajaan surga
(Markus 10: 13-14)
Lalu orang membawa anak-anak kecil kepada
Yesus, supaya Ia menjamah mereka; akan tetapi
murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan
berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak
itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-
halangi mereka, sebab orang-orang yang
seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa tidak menyambut Kerajaan
Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan
masuk ke dalamnya.” Lalu Ia memeluk anak-
anak itu dan sambil meletakkan tangan-Nya
atas mereka Ia memberkati mereka.
Adalah tugas kita untuk mengarahkan anak
ke jalan yang benar (Matius 18: 6)
Tetapi barangsiapa menyesatkan salah
satu dari anak-anak kecil ini yang percaya
kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah
batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia
ditenggelamkan ke dalam laut.
41
GE
MA
edisi 16/V
III/15
Takut akan Tuhan (Ulangan 6:1-2)
Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan,
yang aku ajarkan kepadamu atas perintah
TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri,
ke mana kamu pergi untuk mendudukinya,
supaya seumur hidupmu engkau dan anak
cucumu takut akan TUHAN Allahmu, dan
berpegang pada segala ketetapan dan
perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu,
dan supaya lanjut umurmu.
Catatan di bawah ini adalah hasil renungan
kami. Semoga dapat menjadi bahan renungan
untuk kita semua.
1. Anak itu berkat dari Tuhan, pemberian
Tuhan, titipan dari Tuhan selama kita ada
di dunia ini. Atas campur tangan dan
inisiatif-Nya kita dikaruniai anak dalam
keluarga. Artinya baik anak maupun
orang tua adalah pihak yang menerima
pemberian ini; anak tidak bisa memilih
siapa orang tuanya dan demikian pula
orang tua tidak dapat memilih anaknya.
Karena anak adalah pemberian Tuhan,
dan kita tahu bahwa Tuhan itu baik dan
mempunyai rencana yang indah dalam
hidup kita, sudah semestinya orang tua
membesarkan, menjaga, memelihara,
melindungi, mendidik, dan yang terlebih
penting adalah mendekatkan anak-anak
kepada Dia. Kita mengajar mereka berdoa,
mengajak mereka ke sekolah minggu,
mengajak mereka terlibat dalam kegiatan
gereja lainnya seperti outing, retreat, camp
dll. Ini semua untuk membuat mereka lebih
dekat dengan Tuhan.
2. Apakah cukup hal-hal yang kita lakukan di
atas? Tentu tidak. Setelah mereka mendekat
dan mengenal Tuhan dan sadar bahwa
Dia begitu baik dan sumber segala berkat
dalam kehidupan kita, sudah semestinya
kita mengajar anak-anak untuk melayani
Tuhan di rumah-Nya sesuai dengan talenta
dan passion mereka. Mereka bisa melayani
sebagai pengurus komisi, panitia acara
Paskah atau Natal, pemusik, pengurus
sound system, menyanyi di paduan suara
dan lain-lain. Perlu selalu kita ingatkan
kepada anak-anak bahwa pelayanan
bukan untuk self-glorification, tapi untuk
memuliakan Dia dan hanya demi Dia saja.
Melayani bukan untuk mengharap imbalan
dari Dia. Melayani itu sendiri sudah
merupakan imbalan bagi kita, sungguh
sebuah blessing bahwa kita layak dan
berharga untuk melayani-Nya.
3. Melayani di luar Gereja. Kalau kita dan
anak-anak hanya melayani di gereja
rasanya belum cukup karena di luar
sana terdapat begitu banyak anak-anak
Tuhan yang lain yang juga harus dilayani.
Mungkin anak-anak kita akan bertanya
bagaimana caranya melayani di luar
gereja. Apakah harus menjadi penginjil,
memberitakan kabar baik, membagi-
bagikan alkitab, dan seterusnya? Mungkin
ini pertanyaan-pertanyaan yang sering
muncul dibenak mereka dan memang
itu tugas kita untuk memberitakan Injil
seperti yang diperintahkan oleh-Nya dan
dicatat di Injil Matius (Matius 28:19). Tapi
mungkin untuk anak-anak yang masih
belia, sepertinya lebih mudah dipahami
jika kita mengajar mereka untuk berbuat
baik kepada sesama dan menjadi contoh
bagi mereka bagaimana kita sebagai
orang tua menunjukan arti kasih dengan
mengasihi orang lain, mengasihi tetangga
kita yang membutuhkan uluran kasih.
Bukankah Tuhan Yesus mengajar kita untuk
memberi minum kepada mereka yang
haus, memberi makan kepada mereka
yang lapar, merawat mereka yang sakit,
memberi pakaian kepada mereka yang
papa? (Matius 25).
4. Mengajar dengan kata atau perbuatan?
Ayat-ayat di dalam Matius 25 juga berkata
banyak mengenai cara kita mendidik anak
untuk takut akan Tuhan dan untuk melayani-
Nya: yaitu dengan contoh dan tauladan.
Tauladan yang terbaik adalah dengan
perbuatan nyata yang kasat mata dan dapat
dilihat langsung oleh anak-anak. Jika kita
melayani di gereja dengan sukacita (tidak
dengan bersungut-sungut), anak-anak
42
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5
akan dengan mudah mengasosiasikan
pelayanan dengan perbuatan yang
menyenangkan. Dan merekapun akan
dengan bersukacita mencontoh pelayanan
kita dan melakukannya dengan sukacita.
Tentu saja memberi suri tauladan kepada
anak-anak bukan satu-satunya cara untuk
mendidik anak. Alkitab (Amsal 13:24)
mencatat bahwa adakalanya kita perlu
menghukum anak agar mereka lebih disiplin
(Spare the rod, spoil the child). Ulangan
(6:7) juga mencatat “haruslah engkau
mengajarkannya berulang-ulang kepada
anak-anakmu dan membicarakannya
apabila engkau duduk di rumahmu, apabila
engkau sedang dalam perjalanan, apabila
engkau berbaring dan apabila engkau
bangun”. Setiap keluarga punya cara yang
pas untuk mendidik anak-anak mereka.
Tugas kita adalah mencari cara yang pas,
yang paling efektif untuk menuntun anak-
anak agar mengerti apa yang diinginkan
Tuhan dalam hidup mereka.
Sebagai penutup, kami ingin mengutip
sebuah ungkapan yang diucapkan oleh
bapak bangsa Singapura, Mr Lee Kuan Yew:
You can’t plant a tree and then walk away.
Di dalam konteks mendidik anak di keluarga
kita masing-masing, ungkapan ini menjadi
sangat bermakna. Mungkin kita tidak secara
literal walk away, tapi tekanan dan tuntutan
hidup dan pekerjaan kadang membuat
kita lupa untuk meluangkan waktu cukup
untuk menyirami “tanaman” kecil di rumah
kita yang adalah pemberian Tuhan yang
paling berharga.
Willy A Renandya & Siani Indarwati,
Lakeside Singapura
Sumber Referensi:
http://www.gkimy.or.id/main/kolom-bina-
jemaat/47-pendidikan-dalam-keluarga-
kristen
http://www.gkimy.or.id/main/kolom-bina-
jemaat/45-anak-dan-pendidikan
43
GE
MA
edisi 16/V
III/15
44
GA
MB
US
& K
EC
AP
I
Tulisan ini terinspirasi dari salah satu
penulis di Kompasiana, yang saya suka
baca tulisannya, karena di dalam setiap
tulisannya banyak memaparkan kesalahan
atau kesesatan di dalam cara berpikir atau
logika. Saya mendapat masukan dan banyak
belajar melalui tulisannya itu. Sejak membaca
beberapa tulisannya itu, saya mulai berhati-
hati di dalam berkata-kata, supaya jangan
mengeluarkan statement sesat pikir.
Sesat pikir ini bisa kita temukan di dalam
kehidupan sehari-hari, di rumah, di kantor,
bahkan di gereja sekalipun tidak terkecuali.
Sesat pikir juga tidak memandang usia,
status, gelar dan jabatan, setiap orang
bisa melakukannya disadari atau tanpa
disadari. Saya malah melihat orang yang
mempunyai jabatan sering mengeluarkan
statement sesat pikir untuk mengalihkan
atau menjadikan sebuah alasan untuk
pembenaran, hanya mungkin kita tidak
menyadarinya atau mungkin (lebih buruknya)
kita sudah memakluminya dan menerimanya
dengan wajar.
Melalui tulisan ini saya mencoba
memaparkan beberapa macam sesat pikir
yang saya temukan di dalam gereja
1. Appeal to Sincerity atau istilah
populernya “Yang Penting Hatinya”
Kita sering mendengar kalimat ini
di gereja, misalnya datang beribadah
terlambat, ataupun datang dengan pakaian
ala kadarnya, celana pendek, sandal jepit
dll. Hal-hal seperti ini bukan sebuah masalah
serius, yang penting hati kita tulus dan rindu
Sesat PikirOleh: JUPS
untuk datang beribadah. Lebih baik datang
daripada tidak datang sama sekali. Bagi yang
punya pola pikir seperti ini, cobalah terapkan
hal yang sama dengan pergi ke tempat lain.
Tidak usah jauh-jauh ke istana president,
cukup pergi ke undangan pesta pernikahan,
apakah anda berani? Contoh lainnya di
dalam persembahan, tidak penting jumlah
nilainya, yang penting hatinya rela tulus
memberikan persembahan, kan yang dilihat
Tuhan adalah hatinya. Coba renungkan
sekali lagi, apa benar-benar tulus atau hanya
mencari alat untuk pembenaran saja untuk
memberikan sedikit.
2. You too Fallacy atau istilah kerennya
“Kamu Juga Begitu Kok”
Argumen ini paling sering saya dengar
di rumah. Jika saya sedang memarahi salah
satu anak saya, misalnya memarahi anak
yang sulung, maka dia akan mengeluarkan
perkataan “Dede juga begitu.” Sebaliknya
kalau anak yang bungsu, maka dia akan bilang
“Koko juga begitu.” Atau yang lebih parah
lagi kadang mereka bisa balik menyalahkan
saya dengan berkata “Papa juga begitu.” Hal
yang sama bisa juga terjadi di dalam gereja.
Pada saat kita berbuat suatu kesalahan, tanpa
sadar kita sering mengatakan “Tidak apa-
apa, yang lain juga begitu kok.” Pernyataan
ini adalah sesat pikir karena tidak membahas
kesalahan tersebut, tetapi sebaliknya
menunding kesalahan pihak lain sebagai
pembenaran, bahkan lebih jeleknya lagi
kadang mengalihkan isu utamanya.
3. Appeal To Guilt atau sering dibilang
“Tidak Punya Kasih”
Di dalam gereja sangat jarang ditemukan
orang yang bisa marah dan bersikap tegas.
Orang seperti ini menjadi spesies yang
langka di gereja. Biasanya di gereja orang-
orangnya baik, sabar dan murah hati. Karena
itu di gereja mudah sekali terjebak ke dalam
sesat pikir jenis ini. Karena alasan harus
mengasihi sesama manusia, tanpa sadar
kita memaklumi perbuatan dosa. Inilah yang
terjadi dengan isu pernikahan pasangan
sejenis yang semakin hangat sekarang ini,
di mana sebagian gereja sudah menerima
dan memberkati pernikahan sejenis. Padahal
mengasihi manusia tidak berarti gereja/
kita harus membenarkan atau kompromi
menerima perbuatan dosanya
4. Appeal to Motive atau istilah mudahnya
“Ah Kamu Sentimen Dengan Dia”
Sesat pikir favorit yang sering terjadi di
sekitar kita adalah argumen yang didasarkan
kepada motif dari lawan bicara. Contoh yang
sering terjadi “Kamu tidak setuju kan karena
kamu sentimen dengan dia.” Dengan kalimat
ini mengalihkan isu dari masalah yang dibahas
kepada motif orang tersebut. Padahal motif
lawan bicara salah belum tentu argumennya
menjadi salah juga. Dengan menyerang
45
GE
MA
edisi 16/V
III/15
motif pribadi seseorang, otomatis sesat pikir
seperti ini juga menjadi bagian dari sesat pikir
“Argumentum Ad Hominem”, argumen yang
ditujukan menyerang pribadi lawan bicara
dan juga bagian dari sesat pikir mengalihkan
isu. Istilah kerennya adalah “Poisoning The
Well Fallacy”, sesat pikir yang memberikan
label negatif kepada lawan bicara tanpa
membahas argumennya sama sekali.
5. Generalisation Fallacy atau mudahnya
disebut “Semuanya Sama Saja”
Sesat pikir ini juga sesat pikir favorit dan
sering dilakukan/dikatakan oleh kita. Contoh
gampangnya “Kan Allah Maha Tahu, jadi
untuk apa kita berdoa lagi.” Atau yang
lainnya dengan mencomot salah satu ayat
Alkitab untuk diaplikasi ke semua situasi,
misalnya “Di mana ada dua atau tiga orang
berkumpul dalam NamaKu, di situ Aku ada
di tengah-tengah mereka” (Mat 18:20).
Dengan memakai ayat ini kita bisa bilang
“Hari minggu tidak perlu datang beribadah
ke gereja, tidak perlu datang persekutuan
doa di gereja, pemberkatan atau baptisan
tidak perlu dilakukan di gereja, di mana saja
sama asalkan Tuhan hadir di sana.” Tuhan itu
Maha Ada, tapi apakah benar begitu? Jikalau
benar mengapa Tuhan memerintahkan
bangsa Israel untuk membangun Bait Allah,
bahkan dibangun dengan bahan dan ukuran
yang serba spesifik dan begitu detailnya
(1 Raja-Raja 6)? Bahkan jauh sebelum itu,
sewaktu bangsa Israel di padang gurun,
Tuhan memerintahkan mereka mendirikan
Kemah Suci dengan bahan dan ukuran yang
begitu spesifik dan begitu detailnya juga
(Keluaran 25). Jangan karena Tuhan Maha
Tahu, Maha Hadir, akhirnya kita mengeneralisir
dan menganggap semuanya sama saja, itu
namanya mau gampangnya aja.
Ada masih banyak lagi macamnya logical
fallacy (sesat pikir) yang tidak disebutkan,
saya hanya menuliskan beberapa sesuai
dengan apa yang saya lihat terjadi di dalam
gereja, semoga setelah membaca tulisan ini,
kita menjadi lebih berhati-hati lagi dalam
berkata-kata, agar tidak mengeluarkan
kalimat yang mengandung sesat pikir.
46
GE
MA
ed
isi 1
6/V
III/1
5