setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya dapat mengkonstruksi...

4
Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagai metode yang aktif dan konstruktivis. Tentu saja paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif dan konstruktivis ini mengharuskan guru untuk mengubah cara pandang. Dalam persiapan mengajar guru lebih memfokuskan pada penciptaan pengalaman baru bagi siswa yang melalui pengalaman tersebut, siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan. Guru dapat menentukan atau memilih bahan pelajaran yang tepat sehingga dengan pemahaman akan konsep (yang benar) yang dibentuk siswa, memungkinkan mereka dapat menghubungkannya dengan pemahaman sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pemahaman konsep baru. Dengan penciptaan kondisi pemahaman yang demikian maka guru telah memberdayakan para siswanya. Metode mengajar fisika yang dapat membantu siswa aktif dan senang belajar berdasarkan filsafat konstruktisme, teori inteligensi majemuk, tingkat perkembangan kognitif seseorang, relasi guru dan siswa yang lebih dialogis antara lain: (1) Inquiry (penyelidikan), (2) Discovery (penemuan), (3) Eksperimen atau laboratorium, (4) Simulasi-role play, (5) Problem Solving, dan lain-lain dan yang dapat dikembangkan oleh guru. Salah satu contoh yang dapat penulis berikan di sini adalah model inquiry. Inquiry (Penyelidikan) Salah satu metode mengajar yang sangat konstruktivis adalah metode inquiry (penyelidikan). Dalam metode pembelajaran ini siswa dilibatkan dalam proses penemuan melalui pengumpulan data dan tes hipotesis. Yang utama dari metode inquiry adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat pada keaktifan siswa. Meski para ahli menjelaskan secara berbeda-beda model inquiry, tetapi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai model pengajaran yang menggunakan proses berikut (Kindsvater, Wilen, & Ishler, 1996 dalam Suparno, 2007): 1. Identifikasi persoalan 2. Membuat hipotesis 3. Mengumpulkan data 4. Menganalisis data 5. Mengambil kesimpulan

Upload: andriyanis-psicopater

Post on 30-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

knkknknknknknkn

TRANSCRIPT

Setiap metode pembelajaran yang membantu siswa melakukan kegiatan dan akhirnya dapat mengkonstruksi pengetahuan yang mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagai metode yang aktif dan konstruktivis. Tentu saja paradigma baru dalam pembelajaran siswa aktif dan konstruktivis ini mengharuskan guru untuk mengubah cara pandang. Dalam persiapan mengajar guru lebih memfokuskan pada penciptaan pengalaman baru bagi siswa yang melalui pengalaman tersebut, siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan.

Guru dapat menentukan atau memilih bahan pelajaran yang tepat sehingga dengan pemahaman akan konsep (yang benar) yang dibentuk siswa, memungkinkan mereka dapat menghubungkannya dengan pemahaman sebelumnya serta membuka peluang untuk mencari dan menemukan pemahaman konsep baru. Dengan penciptaan kondisi pemahaman yang demikian maka guru telah memberdayakan para siswanya.

Metode mengajar fisika yang dapat membantu siswa aktif dan senang belajar berdasarkan filsafat konstruktisme, teori inteligensi majemuk, tingkat perkembangan kognitif seseorang, relasi guru dan siswa yang lebih dialogis antara lain: (1) Inquiry (penyelidikan), (2) Discovery (penemuan), (3) Eksperimen atau laboratorium, (4) Simulasi-role play, (5) Problem Solving, dan lain-lain dan yang dapat dikembangkan oleh guru. Salah satu contoh yang dapat penulis berikan di sini adalah model inquiry.

Inquiry (Penyelidikan)

Salah satu metode mengajar yang sangat konstruktivis adalah metode inquiry (penyelidikan). Dalam metode pembelajaran ini siswa dilibatkan dalam proses penemuan melalui pengumpulan data dan tes hipotesis. Yang utama dari metode inquiry adalah menggunakan pendekatan induktif dalam menemukan pengetahuan dan berpusat pada keaktifan siswa.

Meski para ahli menjelaskan secara berbeda-beda model inquiry, tetapi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai model pengajaran yang menggunakan proses berikut (Kindsvater, Wilen, & Ishler, 1996 dalam Suparno, 2007):

1. Identifikasi persoalan

2. Membuat hipotesis

3. Mengumpulkan data

4. Menganalisis data

5. Mengambil kesimpulan

Dari langkah-langkah di atas, jelas bahwa model inquiry menggunakan prinsip-prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu prinsip, hukum ataupun teori. Secara umum metode ilmiah ini punya langkah seperti: (1) merumuskan masalah, (2) membuat hipotesis, (3) melakukan percobaan untuk mengumpulkan data, (4) menganalisis data yang diperoleh, dan (5) mengambil kesimpulan apakah hipotesis diterima atau ditolak. Proses di atas adalah proses pendekatan induktif, yaitu dari pengalaman lapangan untuk mencari generalisasi dan konsep umum.

Kindsvater dkk. membedakan antara dua macam inquiry yaitu guided inquiry dan open inquiry (bebas). Guided inquiry adalah inquiry yang banyak dicampuri oleh guru. Guru memberikan persoalan dan siswa disuruh memecahkan persoalan itu dengan prosedur yang tertentu yang diarahkan oleh guru. Siswa dalam menyelesaikan persoalan menyesuaikan dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh guru. Campur tangan guru misalnya dalam pengumpulan data, guru sudah memberikan beberapa data dan siswa tinggal melengkapi. Guru lebih banyak memberikan pertanyaan di sela-sela proses sehingga kesimpulan lebih cepat dan lebih mudah diambil.

Model inquiry terarah ini lebih cocok untuk awal semester dimana siswa belum biasa melakukan inquiry. Dengan model tersebut siswa tidak mudah bingung dan tidak akan gagal karena guru terlibat penuh.

Berikut contoh mengajar dengan inquiry terarah: Benda Padat dalam air.

Persoalan: apakah semua benda padat bila dimasukkan ke dalam air akan tenggelam? Mengapa demikian?

Hipotesis: siswa diminta membuat hipotesis. Misalnya, semua benda padat akan tenggelam dalam air karena massa jenisnya lebih besar dari air.

Pengumpulan data: disediakan banyak macam benda padat dan Waskom air. Siswa diminta memasukkan benda-benda itu dalam air, dan mengamati serta mencatat apakah semuanya akan tenggelam dalam air atau tidak. Kemudian dibuat tabel.

Analisis data: siswa diminta menganalisis data-data yang terkumpul.

Kesimpulan: siswa diminta membuat kesimpulan. Bagaimana kesimpulannya? Apakah semua tenggelam? Mengapa? Apakah hipotesis mereka benar? Siswa disuruh menjelaskan.

Berbeda dengan inquiry terarah, pada open inquiry (inquiry terbuka, bebas) siswa diberi kebebasan dan inisiatif untuk memikirkan bagaimana akan memecahkan persoalan yang dihadapi. Siswa sendiri berpikir, menentukan hipotesis, lalu menentukan peralatan yang akan digunakan, merangkainya, dan mengumpulkan data sendiri. Jadi siswa lebih bertanggung jawab dan lebih mandiri. Guru hanya sebagai fasilitator, membantu sejauh diminta oleh siswa. Guru tidak banyak memberikan arah dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menemukan sendiri. Berikut contoh mengajar dengan inquiry bebas.

Persoalan: Selidikilah apakah suhu es yang dipanaskan sehingga mengalami perubahan wujud terus-menerus naik?

Siswa dalam kelompok bebas melakukan inquiry. Pengembangan pola pembelajaran yang demikian, membutuhkan komitmen total guru fisika untuk selalu:

Aktif mengembangkan bahan pelajaran dan metodenya.

Tidak merasa puas atas keyakinan dan hasil yang dicapainya, serta ingin mengembangkannya menjadi semakin baik. Guru fisika menjadi seorang pemikir dan perancang pembelajaran yang terus-menerus belajar (termasuk belajar dari kesalahan dan kelemahannya).

Kritis (tidak hanya ikut-ikutan) sehingga mampu memilih mana yang paling tepat bagi siswanya (ada inisiatif untuk berbuat).

Bebas berpikir dan mengembangkan pemikirannya termasuk berfantasi terhadap sesuatu yang baik yang menjadi penyemangat karyanya dalam menciptakan siswa fisika yang kreatif dan inovatif untuk massa depannya.

Mampu berefleksi terhadap apa yang dilakukan dan yang akan dilakukan serta implikasinya pada pembentukan pribadi para siswanya (intelektual maupun nilai-nilai humanisme dan spiritual).

Dengan pengelolaan pengajaran yang konstruktivis, maka guru fisika telah mengantarkan siswanya untuk mengetahui bagaimana belajar cara belajar (learning how to learn). Dengan kemampuan ini siswa akan menjadi berdaya dan akan menjadi seorang pembelajar sepanjang hidupnya.

IV. PENUTUP

Pembelajaran fisika dan metode yang konstruktivis telah dikemukakan di atas. Penulis hanya membahas dan memberikan salah satu contoh metode mengajar yaitu inquiry, guru fisika dapat mencari metode-metode lain di internet atau di perpustakaan. Yang penting bagi seorang guru fisika adalah memilih sendiri metode-metode yang sesuai dengan situasi siswa, kelemahan dan kekuatan siswa, situasi sekolah, dan juga apa yang dipunyai. Guru Fisika juga harus memilih metode yang cocok untuk disesuaikan dengan topik yang akan dibahas dan mengembangkan pengetahuan siswa. Dengan demikian guru fisika dituntut untuk kreatif dan inovatif. Apa pun metode mengajarnya tujuannya satu, yaitu membantu siswa untuk semakin memahami dan kompeten dalam bidang fisika yang dipelajari. Maka yang utama dalam mengajar adalah bagaimana siswa menjadi tahu, dan bukan macam-macamnya guru beraksi atau aktif.

http://physicedukasi.blogspot.com/2012/09/konstruktivisme-dan-penerapannya-dalam.html