sesi 5_implementasi kebijakan publik
DESCRIPTION
Implementasi Kebijakan PublikTRANSCRIPT
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 1/21
20
PENGIMPLEMENTASIAN KEBIJAKAN PUBLIK
OLEH
ENDANG TRI PRATIWI
NIM: 146020300111012
RINGKASAN MATERIDisusun Unu! M"#"nu$i Tu%&s P&'& M&& !u(i&$ K")i*&!&n S"!+, Pu)(i!
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI
-AKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNI.ERSITAS BRAWIJA/A
MALANG
201
PENGIMPLEMENTASIAN KEBIJAKAN PUBLIK
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 2/21
20
Helga Pülzl and Oliver Treib
A. PENDAHULUAN
Studi implementasi dapat ditemukan pada pertautan administrasi publik, teori
organisasi, penelitian manajemen publik, dan studi ilmu politik (Schofield dan
Sausman 2004, 235). alam arti !ang luas, hal tersebut dapat dicirikan sebagai
studi perubahan kebijakan ("enkins #$%&, 203).
'oggin dan rekanrekann!a (#$$0) mengidentifikasi baha terdapat tiga
generasi pada riset implementasi. Studi *mplementasi muncul pada tahun #$%0an
di +merika Serikat, sebagai reaksi atas keprihatinan pada efektiitas program
reformasi secara luas. Sampai akhir tahun #$-0an, hal tersebut dapat diperoleh
begitu saja sebagai mandat politik !ang jelas, dan administrator dianggap
menerapkan kebijakan sesuai dengan niat pengambil keputusan (ill dan upe
2002, 42). /roses menerjemahkan kebijakan ke dalam tindakan (1arrett 2004,
25#) menarik perhatian lebih, seperti kebijakan tampakn!a jauh tertinggal pada
apa !ang disebut sebagai harapan dari kebijakan. 'enerasi pertama dari studi
implementasi, !ang mendominasi sebagian besar tahun #$%0an, ditandai dengan
sebutan pessimistic undertone”. /esimisme ini dipicu oleh sejumlah studi kasus
!ang meakili praktik cemerlang dari kegagalan implementasi. Studi dari
erthick (#$%2), /ressman dan ildask! (#$%3), dan 1ardach (#$%%) adalah rute
paling populer. ar!a /ressman dan ildask! (#$%3) memiliki dampak !ang
menentukan pada pengembangan riset implementasi, karena membantu untuk
merangsang meningkatn!a pertumbuhan badan kepustakaan. eskipun, hal ini
bukan berarti baha tidak ada riset implementasi !ang dilakukan sebelumn!a,
seperti argroe (#$%5) men!arankan ketika menulis tentang penemuan missing
link dalam mempelajari proses kebijakan. ill dan upe (2002, #&2&)menunjukkan baha riset penelitian dilakukan pada tema !ang berbeda sebelum
tahun #$%0an. 6amun demikian, pencapaian paling penting dari generasi pertama
dari para peneliti implementasi adalah untuk meningkatkan kesadaran masalah
dalam mas!arakat ilmiah !ang lebih luas dan mas!arakat umum.
Sedangkan pembangunan teori itu bukan inti dari generasi pertama studi
implementasi, generasi kedua mulai mengajukan berbagai macam kerangka
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 3/21
20
teoritis dan hipotesis. /eriode ini ditandai dengan perdebatan antara apa !ang
kemudian dijuluki sebagai pendekatan top-down dan bottom-up dalam riset
implementasi. /endekatan top-down, diakili misaln!a oleh para cendekiaan
seperti 7an eter dan 7an orn (#$%5), 6akamura dan Smallood (#$&0) atau
a8manian dan Sabatier (#$&3), !ang menggagas implementasi sebagai eksekusi
hirarkis pada intensi kebijakan !ang didefinisikan terpusat. 9endekiaan !ang
tergabung dalam kelompok pendekatan bottom-up, seperti :ipsk! (#$%#, #$&0),
*ngram (#$%%), ;lmore (#$&0), atau jern dan ull (#$&2) tidak menekankan
baha implementasi terdiri dari strategi pemecahan masalah seharihari pada
leel birokrat (:ipsk! #$&0).
'enerasi ketiga dari riset implementasi mencoba untuk menjembatani
kesenjangan antara pendekatan top-down dan bottom-up dengan memasukkan
aasan kedua kubu dalam model teoritis mereka. /ada kondisi !ang sama,
tujuan dari penelitian generasi ketiga adalah untuk menjadi lebih ilmiah
dibandingkan dengan dua sebelumn!a dalam pendekatan untuk mempelajari
implementasi ('oggin et al. #$$0, #&, penekanan dalam aslin!a). Sehingga para
ahli generasi ketiga menekankan ban!ak penekanan pada bagaimana menentukan
hipotesis !ang jelas, menemukan operasionalisasi !ang tepat dan bagaimana
menghasilkan pengamatan empiris !ang memadai untuk menguji hipotesis.
6amun, catatan pengamat seperti de:eon (#$$$, 3#&) dan <=>oole (2000, 2-&)
men!atakan baha han!a beberapa studi !ang sejauh ini mengikuti alur tersebut.
+dapun bagian terbesar dari riset implementasi !ang berasal dari +merika
Serikat, generasi kedua juga terutama ditandai dengan kontribusi teoritis penting
dari penulis ;ropa seperti 1arrett, anf, indhoff?ritier, jern, a!nt8, atau
Scharpf. i ;ropa juga sebagai aal munculn!a sebuah untai baru tentangkepustakaan !ang berfokus pada isu implementasi dalam konteks studi integrasi
;ropa.
B. PENGIMPLEMENTASIAN PADA HYBRID THEORY TOP-DOWN
DAN BOTTOM-UP
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 4/21
20
>iga generasi dari riset implementasi !ang disajikan sebelumn!a dapat dibagi
menjadi tiga pendekatan teoritis !ang berbeda untuk mempelajari
pengimplemetasian kebijakan !akni@
#. odel top-down, !ang menekankan pada kemampuan pengambil keputusan
=untuk menghasilkan tujuan kebijakan !ang tegas dan mengendalikan tahap
implementasi.
2. odel bottom-up, melihat birokrat lokal sebagai pelaku utama dalam
pendistribusian kebijakan dan memahami implementasi sebagai proses
negosiasi dalam jaringan pelaksana.
3. Hybrid theory, mencoba untuk mengatasi kesenjangan antara dua pendekatan
lain dengan memasukkan unsur top-down, bottom-up dan model teoritis
lainn!a.
1 TOP-DOWN THEORIE!
>eori top-down dimulai dari asumsi baha implementasi kebijakan dimulai
dengan keputusan !ang dibuat oleh pemerintah pusat. /arsons (#$$5, 4-3)
menunjukkan baha studi ini didasarkan pada Black Box Model dari proses
kebijakan !ang terinspirasi oleh analisis sistem. +dan!a anggapan baha
hubungan sebab akibat langsung antara kebijakan dan mengamati hasil cenderung
mengabaikan dampak pelaksanaan pelimpahan kebijakan. Downers pada dasarn!a
mengikuti pendekatan preskriptif !ang menafsirkan baha kebijakan sebagai
masukan dan implementasi sebagai faktor output. arena penekanan mereka pada
keputusan pembuat kebijakan pusat, de:eon (200#, 2) menjelaskan baha
pendekatan top-down sebagai !ang mengelola fenomena elit. /ara penulis top-
down klasik berikut@ /ressman dan ildask! (#$%3), 7an eter dan 7an orn
(#$%5), 1ardach (#$%%), serta Sabatier dan a8manian (#$%$, #$&0, lihat juga
a8manian dan Sabatier #$&3).
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 5/21
20
ar!a asli /ressman dan ildask! ini mengikuti model pendekatan rasional
!ang beraal dari asumsi baha tujuan kebijakan !ang ditetapkan oleh pembuat
kebijakan pusat. alam pandangan ini, riset penelitian dengan bagian !ang tersisa
menganalisis kesulitan dalam mencapai tujuan tersebut. <leh karena itu, mereka
memandang implementasi sebagai interaksi antara pengaturan tujuan dan
tindakan !ang diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut (/ressman dan
ildask! #$%3, A). /ara penulis menggarisbaahi hubungan linear antara
tujuan kebijakan !ang disepakati dan pelaksanaann!a. <leh karena itu,
implementasi tersirat dalam pembentukan prosedur birokrasi !ang memadai untuk
memastikan baha kebijakan !ang dijalankan seakurat mungkin. Bntuk tujuan
ini, lembaga pelaksana harus memiliki sumber da!a !ang cukup, dan perlu ada
sistem tanggung jaab !ang jelas serta kontrol hirarkis untuk mengaasi tindakan
pelaksana. alam buku /ressman dan ildask!, studi tentang pelaksanaan
program federal pembangunan ekonomi di <akland, 9alifornia, men!oroti
pentingn!a jumlah lembaga !ang terlibat dalam pelimpahan kebijakan. ereka
berpendapat baha pelaksanaan !ang efektif menjadi semakin sulit, jika suatu
program harus meleati ban!ak ii! iin. Seperti pengaturan implementasi di
+merika Serikat, adalah jenis dari multiaktor, dalam hal ini penekanan analisis
cenderung agak skeptis baha apakah pelaksanaan bisa dijalankan secara
keseluruhan.
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 6/21
20
9endekiaan +merika, 7an eter dan 7an orn (#$%5) menaarkan model
teoritis !ang lebih rumit. eskipun, titik aal mereka sangat mirip dengan salah
satu model /ressman dan ildask!. odel teoritis tersebut berkaitan dengan
studi apakah hasil pengimplementasian berhubungan dengan tujuan !ang
ditetapkan dalam keputusan kebijakan aal. odel tersebut termasuk enam
ariabel !ang membentuk hubungan antara kebijakan dan kinerja. 1an!ak dari
faktorfaktor ini harus dilakukan dengan kapasitas organisasi dan kontrol hirarkis,
penulis juga men!oroti dua ariabel !ang sedikit berangkat dari pendekatan top-
down !ang mainstream@ ereka berpendapat baha tingkat perubahan
kebijakan memiliki dampak penting pada kemungkinan baha
pengimplementasian !ang efektif dan tingkat konsensus pada tujuan !ang penting.
<leh karena itu, perubahan kebijakan !ang signifikan han!a mungkin jika
konsensus tujuan antar pelaku tinggi. >idak seperti perakilan lain dari
cendekiaan pendekatan top-down, model 7an eter dan 7an orn kurang peduli
terhadap keberhasilan pembuat kebijakan pelaksanaan sukses tetapi dengan
memberikan dasar !ang kuat untuk analisis ilmiah.
1uku 1ardach !ang berjudul The Implementation ame !ang diterbitkan pada
tahun #$%%, memberikan metafora klasik untuk proses implementasi. *a mengakui
baha adan!a karakter politik dari proses implementasi dan karena itu
dipromosikan ide dalam menggunakan permainan alat teori untuk menjelaskan
implementasi kebijakan. Sehingga 1ardach memberikan ideide !ang juga
dipengaruhi oleh cendekiaan dalam pendekatan bottom-up. 6amun, keas!ikan
dengan memberikan masukan kepada pembuat kebijakan tentang bagaimana
meningkatkan pengimplementasian membuatn!a menjadi jelas sebagai pengikut
dari pendekatan top-down. Cekomendasi intin!a adalah untuk memberikan perhatian pada proses /enulisan skenario, !ang berarti baha keberhasilan
pengimolementasian kebijakan adalah mungkin jika pembuat kebijakan berhasil
dalam penataan game pengimplentasian !ang serius.
Sabatier dan a8manian (#$%$, #$&0, lihat juga a8manian dan Sabatier
#$&3) adalah salah satu penulis inti dari pendekatan top-down. Seperti 7an eter
dan 7an orn (#$%5), Sabatier dan a8manian memulai analisis mereka dengan
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 7/21
20
keputusan kebijakan !ang dibuat oleh perakilan pemerintah. <leh karena itu,
mereka menganggap adan!a pemisahan !ang jelas antara pembentukan kebijakan
dan implementasi kebijakan. odel tersebut terdiri atas enam kriteria untuk
pengimplementasian !ang efektif, !akni@ (#) tujuan kebijakan !ang jelas dan
konsisten, (2) program didasarkan pada teori kausal !ang alid, (3) proses
pelaksanaan terstruktur dan memadai, (4) pejabat pelaksana berkomitmen atas
tujuan program, (5) kelompok kepentingan dan penguasa (eksekutif dan legislatif)
!ang mendukung, dan (-) tidak ada perubahan !ang merugikan dalam kondisi
kerangka sosial ekonomi. eskipun Sabatier dan a8manian (#$%$, 4&$$2, 503
4) mengakui baha kontrol hirarkis !ang sempurna selama proses implementasi
sulit untuk dicapai dalam praktek dan baha kondisi !ang tidak menguntungkan
dapat men!ebabkan kegagalan implementasi, mereka berpendapat baha pembuat
kebijakan dapat memastikan baha pengimplementasian !ang efektif melalui
rancangan program !ang memadai dan strukturasi hebat dari proses implementasi.
" BOTTOM-UP THEORIE!
/ada akhir tahun #$%0an dan aal #$&0an, teori bottom-up muncul sebagai
tanggapan kritis terhadap cendekiaan top-down. 1eberapa penelitian
menunjukkan baha hasil politik tidak selalu cukup berhubungan dengan tujuan
kebijakan asli dan baha hubungan sebab akibat !ang diasumsikan demikian
dipertan!akan. >eori men!arankan untuk mempelajari apa !ang sebenarn!a terjadi
pada tingkat penerima dan menganalisis pen!ebab n!ata !ang mempengaruhi
tindakan di lapangan. Studi penelitian ini biasan!a dimulai dari baah dengan
mengidentifikasi jaringan pelaku !ang terlibat dalam pelimpahan kebijakan !ang
sebenarn!a. ereka menolak gagasan baha kebijakan didefinisikan pada tingkat pusat dan pelaksana perlu menempel tujuan tersebut serapi mungkin. Sebalikn!a,
ketersediaan kebijaksanaan pada tahap pelimpahan kebijakan muncul sebagai
faktor !ang menguntungkan sebagai birokrat lokal terlihat jauh lebih dekat ke
masalah n!ata dari para pembuat kebijakan pusat. /ara peneliti bottom-up klasik
adalah@ para peneliti +merika :ipsk! (#$%#, #$&0) dan ;lmore (#$&0) serta
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 8/21
20
cendekiaan Sedia jern (#$&2), juga bekerja sama dengan penulis lain seperti
/orter dan ull.
:ipsk! (#$%#, #$&0) menganalisis perilaku pekerja pela!anan publik
(misaln!a, guru, pekerja sosial, polisi, dokter), !ang ia sebut street-le!el
bureaucrats. alam artikel seminal, !ang diterbitkan pada tahun #$%#, :ipsk!
berpendapat baha kebijakan analis sangat dibutuhkan untuk mempertimbangkan
interaksi langsung antara pekerja sosial dan arga negara. udson (#$&$)
berpendapat baha kekuatan !ang dimiliki oleh street-le!el bureaucrats
mengendalikan lebih jauh kontrol perilaku mas!arakat. "treet-le!el bureaucrats
juga dianggap memiliki otonomi !ang cukup dari organisasi !ang mempekerjakan
mereka. Sumber utama kekuatan otonom mereka berasal dari sejumlah besar
kebijaksanaan !ang mereka miliki.
enurut ill dan upe (2002, 5253), kar!a :ipsk! telah ban!ak
disalahartikan karena ia tidak han!a menggarisbaahi kesulitan dalam
mengendalikan perilaku street-le!el bureaucrats . asih lebih penting, :ipsk!
menunjukkan baha pembuatan kebijakan le!el street disusun berdasarkan
praktik !ang memungkinkan pekerja publik untuk mengatasi masalah !ang
dihadapi dalam pekerjaan seharihari mereka. /entingn!a kar!a :ipsk! terletak
pada ken!ataan baha pendekatann!a adalah di satu sisi, digunakan sebagai
pembenaran terhadap strategi metodologis !ang berfokus pada street-le!el
bureaucrats. i sisi lain, itu menunjukkan baha pendekatan top-down gagal
memperhitungkan baha rantai hirarki komando dan tujuan kebijakan !ang
terdefinisi dengan baik tidak cukup untuk menjamin keberhasilan pelaksanaan.
/erhatian utama dari ;lmore (#$&0) adalah pertan!aan tentang bagaimana
untuk memahami pengimplementasian. aripada mengasumsikan baha para pembuat kebijakan dapat mengontrol pelaksanaan secara efektif, konsep
Backward Mapping men!arankan baha analisis harus dimulai dengan masalah
kebijakan tertentu dan kemudian memeriksa tindakan lembaga lokal untuk
memecahkan masalah !ang ada.
*lmuan Sedia jern, bekerjasama dengan rekanrekan seperti /orter dan
ull, mengembangkan metodologi jaringan empiris untuk mempelajari proses
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 9/21
20
implementasi (jern #$&2D jern dan /orter #$&#D jern dan ull #$&2). alam
pandangan mereka, hal itu penting bagi peneliti untuk mengakui multiaktor dan
karakter antarorganisasi pelimpahan kebijakan. <leh karena itu, mereka
men!arankan baha analisis implementasi harus dimulai dengan identifikasi
jaringan pelaku dari semua instansi terkait kerja sama dalam pengimplementasian
dan kemudian memeriksa cara mereka mencoba untuk memecahkan masalah.
enurut Sabatier (#$&-a), pendekatan ini menaarkan alat !ang berguna untuk
menggambarkan struktur implementasi (jern dan /orter #$&#) di mana
eksekusi kebijakan berlangsung. 6amun, ia juga mengkritik kurangn!a hipotesis
kausal pada hubungan antara faktorfaktor hukum dan ekonomi dan perilaku
indiidu.
# $OMPARATI%E DI!$U!!ION
+da beberapa karakteristik teoriteori top-down dan bottom-up !ang
menjelaskan jurang lebar !ang memisahkan dua aliran pemikiran dalam teori
implementasi. al tersebut ditandai dengan persaingan strategi penelitian, kontras
tujuan analisis, model penentangan dari proses kebijakan, pemahaman !ang tidak
konsisten dari proses implementasi, dan model bertentangan demokrasi (lihat
>abel %.#).
al tersebut disebabkan karena strategi penelitian !ang kontras, !ang
kemudian dikenal sebagai pendekatan top down dan bottom-up. Top-Downers
biasan!a beraal dari keputusan kebijakan dari sistem politik dan bekerja dengan
cara don ke pelaksana. Sebalikn!a, Bottom-uppers di mulai dengan
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 10/21
20
mengidentifikasi aktor !ang terlibat dalam pelimpahan kebijakan konkrit di
baah dari sistem politik administratif. +nalisis kemudian bergerak ke atas
dan samping untuk mengidentifikasi jaringan dalam menerapkan aktor dan
strategi pemecahan masalah.
>ujuan dari analisis top-down adalah untuk mencapai teori umum dalam
pengimplementasian. >eori ini cukup pelit untuk memungkinkan prediksi apakah
kemungkinan seorang indiidu legislasi akan dilaksanakan secara efektif. Selain
itu, teori ini harus memungkinkan para ahli untuk mendapatkan rekomendasi bagi
para pembuat kebijakan dengan tujuan untuk meningkatkan implementasi. >ujuan
dari penelitian bottom-up agak kontras !akni untuk memberikan deskripsi empiris
!ang akurat dan penjelasan tentang interaksi dan strategi pemecahan masalah dari
aktor !ang terlibat dalam pelimpahan kebijakan. 9atatan kritis Sabatier (#$&-b,
3#5), ban!ak studi bottom-up tidak cukup memadai untuk men!ediakan akun
deskriptif dalam jumlah besar terhadap kebijaksanaan !ang tersedia untuk
pelaksana. 6amun, beberapa dari studi tersebut benarbenar mencoba untuk
melampaui lingkup deskripsi. al ini mengakibatkan model heuristik lebih
kompleks dari struktur jaringan atau struktur implementasi (jern dan /orter
#$&#) di mana implementasi berlangsung.
edua aliran pemikiran bersandar pada model kontras dari proses kebijakan.
Top-Downers sangat dipengaruhi oleh apa !ang telah disebut konsepsi textbook
pada proses kebijakan (6akamura #$&%, #42). al ini adalah model stagiest
!ang mengasumsikan baha siklus kebijakan dapat dibagi menjadi beberapa fase
!ang jelas. Sehingga analisis Top-down tidak fokus pada proses kebijakan secara
keseluruhan, tetapi han!a pada apa !ang terjadi setelah tagihan menjadi hukum
(1ardach #$%%). Sebalikn!a, pendekatan bottom-up berpendapat bahaimplementasi kebijakan tidak dapat dipisahkan dari perumusan kebijakan.
enurut model fusionist, pembuatan kebijakan berlanjut sepanjang proses
kebijakan secara keseluruhan. <leh karena itu, para cendekiaan bottom-up tidak
han!a memperhatikan satu tahap tertentu dari siklus kebijakan. Sebalikn!a,
mereka tertarik pada seluruh proses bagaimana kebijakan !ang ditetapkan,
terbentuk, dilaksanakan dan mungkin didefinisikan ulang.
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 11/21
20
edua pendekatan berisi pandangan !ang sangat berbeda pada karakter dari
proses implementasi. Top-Downers memahami implementasi sebagai
melaksanakan keputusan kebijakan dasar (a8manian dan Sabatier #$&3, 20).
alam pandangan ini, implementasi adalah proses administrasi apolitis.
ekuasaan pada akhirn!a bersandar pada pengambil keputusan pusat !ang
menentukan tujuan kebijakan !ang jelas dan mampu membimbing proses
hierarkis dalam menempatkan tujuan tersebut dalam praktekn!a. 9endekiaan
bottom-up menolak gagasan bimbingan hirarkis. alam pandangan mereka, tidak
mungkin untuk merumuskan BndangBndang dengan tujuan kebijakan tegas dan
mengontrol proses implementasi dari atas ke baah. Sebalikn!a, model
menunjukkan baha pelaksana selalu memiliki sejumlah besar kebijaksanaan.
aripada mempertimbangkan pelaksanaan proses apolitis dari mengikuti perintah
dari atas,bottom-uppersE berpendapat baha proses implementasi adalah
kebijakan dan politik n!ata bahkan berbentuk sampai batas !ang menentukan
pada tingkat ini. <leh karena itu, kebijakan tidak begitu ban!ak ditentukan oleh
BndangBndang !ang berasal dari pemerintah dan parlemen tetapi sebagian besar
secara otonom berasal dari keputusan politik dari para pelaku !ang terlibat
langsung dalam pelimpahan kebijakan. Fokusn!a demikian terletak pada
pemecahan masalah desentral dari aktor lokal daripada bimbingan hirarkis.
+khirn!a, dua pendekatan didasarkan pada model demokrasi !ang berbeda
secara fundamental. /endekatan top-down !ang berakar secara tradisional, !akni
konsepsi elitis perakilan demokrasi. alam pandangan ini, akilakil terpilih
adalah satusatun!a aktor dalam mas!arakat !ang dilegitimasi untuk mengambil
keputusan kolektif !ang mengikat atas nama seluruh arga. engan demikian
masalah pemerintahan !ang demokratis !ang tepat untuk memastikan bahakeputusan ini dilakukan seakurat mungkin. engan kata lain, setiap
pen!impangan dari tujuan kebijakan !ang ditetapkan pusat dipandang sebagai
pelanggaran standar demokratis. /endekatan Bottom-up adalah model demokrasi.
/endekatan ini menekankan baha birokrat lokal dipengaruh kelompok sasaran
dan pelaku sasta !ang memiliki keprihatinan !ang sah untuk diperhitungkan
juga. alam pendekatan ini, model elitis mengabaikan masalah ini !ang
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 12/21
20
men!ebabkan keputusan tidak sah. en!impang dari tujuan kebijakan !ang
ditetapkan pusat sehingga tidak bertentangan dengan prinsipprinsip demokrasi.
ilihat dari sudut ini, pemerintahan !ang demokratis !ang sah han!a mungkin
dalam model partisipatif demokrasi !ang mencakup mereka !ang terkena dampak
keputusan tertentu (tingkat rendah aktor administrasi, kelompok kepentingan,
pelaku sasta, dan lainlain) dalam pembentukan kebijakan.
/erbandingan antara kedua pendekatan menunjukkan baha perdebatan
cendekiaan antara top-down dan bottom-up berfokus pada lebih dari deskripsi
empiris !ang tepat dari kekuatan pendorong di belakang implementasi. emang
benar baha ini adalah salah satu dimensi penting dari sengketa. >etapi jika aspek
ini telah menjadi satusatun!a rebutan, perdebatan memang akan menjadi steril
karena beberapa pengamat tampakn!a telah merasakan itu (<=>oole 2000, 2-%).
emang benar baha kedua belah pihak membesarbesarkan posisi mereka
masingmasing sehingga perlu disederhanakan dalam proses implementasi !ang
kompleks (/arsons #$$5, 4%#).
& HYBRID THEORIE!
Sebagai reaksi terhadap adan!a kegelisahan dengan perdebatan sengit antara
Top-Downers dan Bottom-#ppers, peneliti seperti ;lmore (#$&5), Sabatier
(#$&-a), dan 'oggin dkk (#$$0) mencoba untuk mensintesis kedua pendekatan
tersebut. odelmodel baru !ang disajikan oleh para cendekiaan ini
dikombinasikan dengan unsur dari kedua belah pihak untuk menghindari
kelemahan konseptual pendekatan top-down dan bottom-up. ontribusi penting
lainn!a !ang dibuat oleh para cendekiaan seperti Scharpf (#$%&), indhoff
?ritier (#$&0), Ciple! dan Franklin (#$&2), dan inter (#$$0) meletakkankekhaatiran pada Downers dalam implementasi kebijakan !ang efektif sebagai
titik aal, dipadukan beberapa elemen dari perspektif bottom-up dan teoriteori
lainn!a ke dalam model tersebut. *nilah sebabn!a mengapa kita perlu membahas
kelompok ahli dalam Hybrid Theory.
;lmore, sebelumn!a dibahas sebagai anggota dari pendekatan bottom-up,
!ang dalam kar!an!a (#$&5) mengkombinasikan konsep Backward Mapping
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 13/21
20
dengan ide $orward Mapping . ia berargumen baha keberhasilan program ini
bergantung pada kedua elemen !ang saling berkaitan (Sabatier #$&-a). <leh
karena itu para pembuat kebijakan harus dimulai dengan pertimbangan instrumen
kebijakan dan sumber da!a !ang tersedia untuk perubahan kebijakan ( $orward
Mapping ). Selain itu, mereka harus mengidentifikasi struktur insentif pelaksana
dan kelompok sasaran ( Backward Mapping ).
ontribusi teoritis sebelumn!a bersamasama dengan a8manian, Sabatier
(#$&-a) memberikan penjelasan tentang pendekatan teoritis !ang berbeda untuk
implementasi kebijakan. alam artikel seminal pada riset implementasi, ia
berpendapat baha tidak membedakan antara pembentukan kebijakan dan
implementasi akan mendiskualifikasi studi perubahan kebijakan dan ealuasi riset.
ia mengemukakan kerangka koalisi adokasi !ang ia dikembangkan lebih
lanjut dalam kar!an!a bersama dengan "enkinsSmith (#$$3). erangka koalisi
adokasi menolak tahap heuristik dari proses kebijakan dan bertujuan secara
empiris menjelaskan perubahan kebijakan secara keseluruhan. onsepsi ini
memiliki beberapa kemiripan dengan pendekatan bottom-up sebagai analisis
dimulai dari masalah kebijakan dan hasil dalam merekonstruksi strategi aktor
!ang relean untuk memecahkan masalah. Selain itu, menekankan peran
pembelajaran kebijakan dan mengakui pentingn!a kondisi sosial dan ekonomi
asing !ang dapat berdampak pada pembuatan kebijakan. 6amun, pendekatan
koalisi adokasi tampakn!a mengabaikan konteks sosial dan historis di mana
perubahan terjadi. asalah ini ditangani oleh analis acana, !ang berpendapat
baha acana membentuk persepsi dan dengan demikian dapat mempengaruhi
interpretasi aktor elit politik kegiatan sosial (untuk diskusi lebih lanjut, lihat
Fischer 2003, $$).ildask!, perakilan tokoh lain dari pendekatan top-down, juga berbalik
pada pendekatan linier !ang ditandai pada kontribusi sebelumn!a. 1ersama
dengan ajone (ajone dan ildask! #$%&), ia men!ajikan sebuah model !ang
menunjuk ke arah !ang sama seperti kerangka koalisi adokasi. +rgumen inti
adalah baha proses implementasi eolusi di mana program terusmenerus
mengubah bentuk dan didefinisikan ulang. Sehingga konsepsi dimulai dari input
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 14/21
20
kebijakan !ang ditetapkan oleh pembuat kebijakan pusat. /ada saat !ang sama, ia
juga memeluk gagasan baha masukan ini akan hampir pasti akan berubah dalam
perjalanan eksekusi.
inter (#$$0) memberikan kontribusi untuk mengatasi pemisahan
pembentukan kebijakan dan implementasi. asih merangkul model stagiest dari
proses kebijakan, ia menunjuk ke efek dari proses perumusan implementasi
kebijakan. eskipun tidak seperti top-downers, ia tidak tertarik dalam desain
kebijakan itu sendiri tetapi melihat bagaimana karakteristik proses perumusan
kebijakan (seperti tingkat konflik atau tingkat perhatian dari para pendukung)
berdampak pada implementasi.
'oggin, 1oman, :ester, dan <=>oole (#$$0), pendiri dari generasi ketiga
pada riset implementasi mencoba untuk menjembatani kesenjangan antara
pendekatan top-down dan bottom up. Seperti top-downers, mereka terus menerima
perspektif keputusan kebijakan !ang ditetapkan pusat untuk dilaksanakan oleh
aktortingkat !ang lebih rendah. >ujuann!a adalah untuk mengembangkan teori
umum pelaksanaan atas dasar metode ketat !ang juga ban!ak dalam perspektif
top-down. 6amun, konsepsi mereka tentang proses pelaksanaan memeluk
ken!ataan baha pelaksana adalah aktor politik di kanan mereka sendiri dan
baha hasil dari upa!a ini mens!aratkan proses negosiasi !ang rumit antara
pelaksana dan pemerintah pusat. igambarkan pada studi kasus empiris !ang
melibatkan pelaksanaan program federal oleh otoritas negara di +merika Serikat,
mereka mengembangkan model komunikatif implementasi antar pemerintah. ill
dan upe (2002, ---&) menunjukkan fokus khusus pada interaksi antara lapisan
federal dan negara pemerintah dalam federalisme +merika menimbulkan
keraguan tentang penerapan model umum.Scharpf (#$%&) adalah salah satu penulis paling aal !ang mencoba
mendamaikan ide rekonsiliasi politik oleh pemerintah pusat dengan dalil
cendekiaan bottom-up baha transformasi tujuan kebijakan dalam tindakan
tergantung pada interaksi dari ban!ak aktor dengan kepentingan terpisah dan
strategi. emperkenalkan konsep jaringan kebijakan untuk riset implementasi, ia
men!arankan memberikan bobot lebih untuk proses koordinasi dan kolaborasi
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 15/21
20
antar aktor !ang terpisah tetapi saling bergantungan. onsep jaringan kebijakan
kemudian menjadi pendekatan utama untuk mempelajari perubahan kebijakan
secara keseluruhan (lihat misaln!a, arin dan a!nt8 #$$#).
Singkatn!a, pendekatan ini diringkas menjadi Hybrid Theory !ang
membaa dua inoasi penting untuk teori implementasi. /ertama, teori ini
mencoba untuk mengatasi kelemahan konseptual perdebatan terpolarisasi antara
cendekiaan bottom-up dan top-down. engesampingkan aspek normatif dari
kontroersi, teori ini berfokus han!a pada argumen empiris tentang
konseptualisasi !ang tepat dari proses implementasi dan dipadukan secara
pragmatis argumen ekstrim kedua belah pihak menjadi model !ang merangkul
arahan pusat dan otonomi daerah. edua, beberapa teori h!brid menunjukkan
faktor penting !ang sampai sekarang mendapat sedikit perhatian.
9endekiaan seperti Sabatier atau inter memberikan ke!akinan baha
implementasi tidak dapat dianalisis tanpa melihat proses perumusan kebijakan.
Sabatier menekankan perlun!a untuk melihat proses implementasi (atau proses
perubahan kebijakan secara umum) tidak dalam hal !ang sempit. Sebalikn!a,
kerangka koalisi adokasi mengakui baha faktorfaktor luar seperti
perkembangan ekonomi eksternal atau pengaruh dari bidang kebijakan lain harus
diperhitungkan juga. +khirn!a, Ciple! dan Franklin, indhoff?ritier dan lain
lain mengis!aratkan dampak jenis kebijakan !ang berbeda pada cara kebijakan
!ang dijalankan.
$. NEW DE%E'OPMENT! IN IMP'EMENTATION ANA'Y!I!
1 IMP'EMENTATION IN AN INTERNATIONA' $ONTE(T) NEW!
*ROM EUROPEAN INTE+RATION !TUDIE!
'elombang pertama dari studi menangani isuisu implementasi dalam konteks
integrasi ;ropa dimulai dengan sebagian besar akun deskriptif kegagalan
implementasi. /elaksanaan BndangBndang domestic ;ropa digambarkan sebagai
proses !ang agak apolitis !ang sukses terutama bergantung pada ketentuan !ang
jelas, organisasi administrasi !ang efektif dan prosedur legislatif efisien di tingkat
nasional (Siedentopf dan Giller #$&&D Schar8e et al #$$0D. Schar8e et al #$$#. ,
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 16/21
20
#$$3). asalah dalam pengimplementasian kebijakan tidak meletakkan resistensi
politik dengan pelaku implementasi dalam negeri, tetapi untuk teknis parameter
seperti sumber da!a administrasi !ang tidak memadai, masalah koordinasi antar
organisasi atau prosedur legislatif atau administratif rumit di tingkat domestik.
Sejauh perspektif analitis umum !ang bersangkutan, sebagian besar penelitian
tentang pengimplementasian BndangBndang Bni ;ropa terus ditandai dengan
pandangan top-down. /roses implementasi biasan!a didekati dari perspektif !ang
meminta pemenuhan tujuan kebijakan !ang ditetapkan pusat. Setiap
pen!impangan dari tujuan aslin!a dipandang sebagai masalah implementasi
menghalangi bahkan pengimplementasian kebijakan tingkat ;ropa daripada
strategi pemecahan masalah !ang sah dari street-le!el bureaucrats”% eskipun
!ang diubah dari aktu ke aktu adalah meningkatn!a ke!akinan dari kalangan
cendekiaan baha implementasi merupakan proses politik dan baha
pelaksanaan kebijakan terhalang cukup sering oleh resistensi politik dari aktor
domestik. Sehingga riset implementasi Bni ;ropa berpindah arah pada apa !ang
disebut Hybrid Theory.
arakter politik proses implementasi dirangkul oleh gelombang kedua studi
implementasi !ang berkembang pada tahun #$$0an. Sebagian besar studi dari
gelombang kedua ini difokuskan pada kebijakan lingkungan ;ropa, salah satu
daerah di mana kesenjangan implementasi kebijakan menjadi sangat terlihat.
Bntaian sastra dalam inoasi teoritis ini adalah penggabungan kerangka kerja dan
argumen dari politik komparatif. Satu baris !ang sangat menonjol dari argumen
ini didasarkan pada asumsi institusionalis sejarah tentang tradisi kebijakan
nasional tertanam penuh dan rutinitas administrasi, !ang menimbulkan hambatan
besar untuk reformasi bertujuan untuk mengubah pengaturan ini. ulai dari pengamatan baha ban!ak pemerintah negara anggota berjuang untuk
mengupload model kebijakan mereka sendiri untuk tingkat ;ropa (?ritier et al.
#$$-), ini han!a cara singkat !ang men!atakan baha proses download& menjadi
bermasalah jika strategi kebijakan ekspor ini harus gagal (1Hr8el 2002).
engan demikian, para peneliti semakin diakui baha analisis implementasi
harus memperhatikan ban!akn!a jaringan aktor dalam negeri termasuk beraneka
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 17/21
20
ragamn!a preferensi dan sifat kelembagaan jaringan ini. Seperti !ang disarankan
oleh beberapa pendekatan Hybrid Theory di atas, cendekiaan sekarang mulai
memperhitungkan kompleksitas implementation game !ang dimainkan pada
tingkat domestik, dan mereka sepenuhn!a memeluk karakter politik membaa
BndangBndang Bni ;ropa dalam praktek. Sekali lagi membangun teori dari
bidang perbandingan politik, proses pengimplementasian domestik terlihat
sebagai bentuk !ang tidak han!a cocok dengan arisan kebijakan !ang ada, tetapi
juga oleh faktorfaktor seperti jumlah pemain eto, ada atau tidak adan!a
keputusan konsensus berorientasi buda!a, atau dukungan atau oposisi kelompok
kepentingan (9oles et al 200#D. ?ritier et al, 200#.).
Singkatn!a, cendekiaan Bni ;ropa diperka!a studi proses implementasi oleh
dua inoasi penting. /ertama, mereka mengadopsi strategi metodologis baru.
1erbeda dengan riset implementasi nasional, di mana pen!elidikan lintas
nasional !ang solid masih jarang (<=>oole 2000, 2-&), pengaturan khusus dari Bni
;ropa mendorong pendekatan !ang jauh lebih komparatif pada lingkungan.
+kibatn!a, perbandingan lintas negara untuk sementara menjadi pendekatan
metodologis standar dalam bidang studi ini. >idak seperti peneliti pelaksanaan
tradisional, cendekiaan Bni ;ropa sehingga semakin men!adari perbedaan
kelembagaan dan buda!a !ang sistematis dalam ga!a pelaksanaan khas berbagai
negara.
*noasi kedua adalah baha riset implementasi Bni ;ropa bukan mencari
untuk mendirikan sebuah teori implementasiE tertentu menjadi unggul
melainkan lebih mudah menerima teoriteori umum, terutama dari bidang politik
komparatif. al ini merupakan perkembangan penting karena penggabungan
konsep dari institusionalisme sejarah, ame Theory atau pendekatan buda!amemfasilitasi komunikasi dengan bidangbidang studi dan dengan demikian dapat
meningkatkan isibilitas riset implementasi dalam komunitas ilmiah !ang lebih
luas.
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 18/21
20
" THE INTERPRETATI%E APPROA$H TO PO'I$Y IMP'EMENTATION
/endekatan interpretatif untuk implementasi kebijakan berangkat dari sikap
ontologis !ang berbeda dari kontribusi teoritis dibahas sebelumn!a. al ini
mempertimbangkan perbedaan tegas antara fakta dan nilainilai !ang mendasari
filsafat ilmu positiis !ang tidak dapat dipertahankan, dan kemungkinan
menantang pengamatan !ang netral dan berbobot. alam katakata Iano (iA,
2000) men!atakan baha ... analisis kebijakan interpretatif JimplementasiK
menggeser diskusi dari nilainilai sebagai satu set bia!a, manfaat, dan poin pilihan
untuk fokus pada nilainilai, ke!akinan, dan perasaan sebagai seperangkat makna,
dan dari pandangan perilaku manusia, instrumental dan teknis rasional untuk
tindakan manusia !ang ekspresif (makna).
/endekatan interpretatif tidak mengambil esensi masalah faktual sebagai titik
utama dari referensi, tetapi menunjukkan baha beberapa dan kadangkadang
ambigu dan bertentangan makna serta berbagai interpretasi !ang tumbuh
berdampingan secara paralel. Sedangkan analisis tradisional berfokus pada
memberikan penjelasan terhadap kesenjangan implementasi antara niat kebijakan
dan hasil, analisis interpretatif berfokus pada analisis bagaimana cara
pengimplementasian kebijakan (Iano #$$-). al ini juga menolak asumsi
baha implementasi kebijakan dapat dipelajari tanpa melihat proses pembentukan
kebijakan. Sebalikn!a, ia menganggap baha perdebatan sebelum dan makna
kebijakan berdampak pada pelaksanaan kebijakan karena mereka mempengaruhi
pemahaman pelaksana =dari masalah kebijakan. +ktor pelaksana juga dihadapkan
dengan beberapa arti kebijakan sebagai pembentukan kebijakan sering melibatkan
akomodasi dari kepentingan !ang bertentangan. Selain itu, konten kebijakan !ang
ditulis han!a mungkin mencerminkan tujuan !ang din!atakan secara terbuka,sedangkan lembaga pelaksana juga dihadapkan dengan kebutuhan pelaksanaan
!ang disebut 'erboten oals (Iano #$$-, 205) !ang han!a diamdiam
dikomunikasikan. alam hal ini, analisis interpretatif mempelajari definisi dari
masalah atau, dengan kata lain, mengkaji perjuangan untuk penentuan makna
(Iano #$$-, #$) dan mendalami bagaimana makna tersebut dikomunikasikan
(Iano #$$-, 222 ).
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 19/21
20
D. TIGA PULUH TAHUN RISET IMPLEMENTASI: A& /&n% D&& Ki&
P"(&*&,i
:ebih dari tiga puluh tahun pasca dipublikasikann!a studi pelopor kar!a
/ressman dan ildask!, tampakn!a tepat untuk mengambil stok pelajaran !ang
kita pelajari dari riset implementasi. +pa !ang diajarkan dari riset implementasi
kepada kita tentang kekuatan dibelakang proses implementasiL +dapun lima hal
berikut ini dapat menguraikan hal tersebut, antara lain sebagai berikut@
#. Setelah bertahuntahun perdebatan antara cendekiaan top-down dan bottom-
up, kedua belah pihak tampakn!a setuju baha implementasi kebijakan adalah
kontinum !ang terletak antara bimbingan pusat dan otonomi daerah.
/referensi street-le!el bureaucrats dan negosiasi dalam jaringan implementasi
harus diperhitungkan pada tingkat !ang sama sebagai tujuan kebijakan
didefinisikan terpusat dan upa!a kontrol hirarkis. /osisi !ang sebenarn!a dari
proses implementasi indiidu pada kontinum ini adalah empiris daripada
pertan!aan teoritis.
2. 9endekiaan Bottom-uppers telah berhasil me!akinkan mas!arakat luas
tentang implementasi baha implementasi lebih dari eksekusi teknis tatanan
politik dari atas. al ini sendiri merupakan proses politik dalam perjalanan
kebijakan !ang sering mengubah bentuk, didefinisikan ulang atau bahkan
benarbenar terbalik.
3. +pa !ang disarankan oleh para cendekiaan bottom-up sejak lama telah
menjadi lebih unggul dan lebih diterima juga di antara para pendukung
hybrid theory atau teori sintesis baha implementasi dan perumusan
kebijakan adalah proses !ang bergantungan.
4. ar!a Sabatier telah memberitahu kita beberapa fakta baha proses
implementasi (dan proses perubahan kebijakan !ang lebih umum) tidak harusdilihat secara terpisah. Sebalikn!a, pengaruh eksogen dari bidang kebijakan
lain atau perkembangan ekonomi eksternal perlu diperhitungkan.
5. +nalisis implementasi Bni ;ropa terbaru telah men!oroti baha negara
negara !ang berbeda tampakn!a memiliki berbagai macam ga!a
implementasi. Bntuk mempelajari lebih lanjut tentang logika kontras
implementasi dalam pengaturan negara !ang berbeda, penelitian lebih lanjut
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 20/21
20
dengan perbandingan fokus eksplisit pada lintas negara (nasional, regional dan
lokal studi) sangat diperlukan. Selain itu, alur ini dari literatur menunjukkan
baha bukan mencari teori implementasi !ang unik, namun argumen teoritis
dari politik komparatif, seperti pemutar eto teorema atau aasan dari
institutionalisms sejarah, dapat memberikan penerangan baru tentang proses
implementasi.
:ebih lanjut untuk pandangan !ang mendorong proses menempatkan
kebijakan dalam praktek, riset penelitian juga telah memberikan kontribusi
terhadap tiga perdebatan !ang lebih luas dalam analisis kebijakan dan ilmu
politik.
/ertama, riset penelitian memiliki kontribusi tegas untuk perdebatan dalam
administrasi publik dan teori organisasi tentang karakter birokrasi modern. /ara
cendekiaan bottom-up terusmenerus mengatakan baha pelaku administrasi
sering tidak cukup dikontrol ketat oleh politisi dan memiliki beberapa otonomi
dalam menentukan bagaimana kebijakan !ang benarbenar dijalankan, hal ini
merupakan teguran serius terhadap ke!akinan baha administrasi publik modern
!ang men!erupai model eberian dari hirarki birokrasi terorganisir dan
teknokratis adalah baahan dari otoritas pemimpin politik.
edua, perdebatan !ang lebih luas pada kemudi politik dan pemerintahan,
!ang telah sangat ramai di ;ropa, khususn!a di "erman, mengambil ban!ak
aasan cendekiaan implementasi (untuk gambaran, lihat a!nt8 #$$-, 2004).
/ada tahun #$-0 dan aal #$%0an, pandangan dominan dalam perdebatan ini
ditandai dengan pendekatan perencanaan politik (a!nt8 dan Scharpf #$%3).
/endekatan ini dimulai dari asumsi hubungan hirarkis sederhana antara keadaan
aktif dan pasif mas!arakat. alam pandangan ini, kemampuan para pemimpin politik untuk membentuk mas!arakat sesuai dengan tujuan !ang ditetapkan secara
politik menemukan batasbatasn!a han!a dalam ketersediaan pengetahuan ilmiah
tentang masalah !ang paling mendesak !ang harus diselesaikan dan dalam
efektiitas mesin negara untuk merancang strategi politik !ang tepat untuk
mengatasin!a. 1aik pelaksanaan aktual dari kebijakan oleh pemerintah maupun
reaksi oleh kelompok sasaran dipandang sebagai masalah besar. >emuan
7/21/2019 Sesi 5_implementasi Kebijakan Publik
http://slidepdf.com/reader/full/sesi-5implementasi-kebijakan-publik 21/21
20
pelaksanaan cendekiaan tentang kompleksitas dan masalah eksekusi kebijakan
berarti kemunduran serius untuk model ini.
etiga, cendekiaan implementasi, terutama !ang berasal dari pendekatan
bottom-up, termasuk di antara mereka !ang men!uarakan keprihatinan serius
mengenai apakah teori demokrasi liberal klasik masih sesuai untuk sebuah dunia
di mana tidak han!a akil !ang dipilih, tetapi juga aktor administratif dan
kelompok kepentingan memiliki hak dalam menentukan, membentuk dan
memberikan kebijakan. <leh karena itu, analisis pelaksanaan memberi dorongan
penting bagi pengembangan alternatif model demokrasi perakilan.
DA-TAR PUSTAKA
Fischer, Frank, 'errald ". iller, dan ara S. Sidne!. 200%. Handbook o( )ublic
)olicy *nalysis@ Theory, )olitics, and Methods. Bniterd States of +merica@
9C9 /ress.