serial dewi ular parit kematian - novelmu.com · adalah niko madawi, (baca serial dewi ular dalam...

35
Serial Dewi Ular Parit Kematian Tara Zagita http://www.rajaebookgratis.com 1 GERIMIS turun rintik-rintik bukan penghalang bagi Kumala Dewi. Kesunyian malam yang serupa dengar hang kubur juga tak membuatnya berubah niat. Dengan sedan mewahnya berwarna hijau giok, Kumala Dewi tetap meluncur menuju kawasan Puncak, didampngi sopir kesayangannya: Sandhi. Sebuah villa bergaya arsitektur Eropa menjadi sasaran kunjungannya malam itu. Villa berlantai dua dengar balkon menghadap ke arah Jakarta memang bukan milik Kumala. Ia belum berminat untuk membeli sebuah villa, meski pun ia cukup mampu untuk membeli sekaligus dua buah. "Pakai saja villa itu. Berapa lama kau mau memakainya, terserah. Yang penting, jangan sampai rubuh atau hancur akibat kesaktianmu." "Terima kasih atas bantuanmu, Nik."

Upload: truongdien

Post on 07-Jul-2019

234 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

Serial Dewi Ular

Parit Kematian

Tara Zagita

http://www.rajaebookgratis.com

1 GERIMIS turun rintik-rintik bukan penghalang bagi Kumala Dewi. Kesunyian malam yang serupa dengar hang kubur juga tak membuatnya berubah niat. Dengan sedan mewahnya berwarna hijau giok, Kumala Dewi tetap meluncur menuju kawasan Puncak, didampngi sopir kesayangannya: Sandhi. Sebuah villa bergaya arsitektur Eropa menjadi sasaran kunjungannya malam itu. Villa berlantai dua dengar balkon menghadap ke arah Jakarta memang bukan milik Kumala. Ia belum berminat untuk membeli sebuah villa, meski pun ia cukup mampu untuk membeli sekaligus dua buah.

"Pakai saja villa itu. Berapa lama kau mau memakainya, terserah. Yang penting, jangan sampai rubuh atau hancur akibat kesaktianmu."

"Terima kasih atas bantuanmu, Nik."

Page 2: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

"Udahlah, nggak usah basa-basi begitu. selamatkan dulu cowokmu itu, dan tangani masalah mu sampai tuntas."? Begitu kata si pemilik villa yang sekarang sudah menjadi selebritis terkenal, pembawa acara termahal untuk masa kini.

Dia sukses besar melalui sebuah acara tayangan televisi yang bernuansa mistik: Lorong Gaib. Berkat bantuan Kumala Dewi juga kesuksesan itu diraihnya hingga sekarang. Padahal ia dulu mantan pacarnya Kumala. Tapi hubungan cinta mereka belum terlalu dalam, dan sudah harus berakhir karena ketulusan hatinya ternoda oleh bujukan mesum seorang paranormal wanita. Meski demikian, hingga sekarang ia belum berminat untuk hidup berumah tangga.

Hubungannya dengan Kumala justru semakin akrab, hingga seperti saudara sendiri. Cowok muda bergaya trendy dan sering bertingkah konyol itu tak lain adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR").

Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya sang Dewi Ular alias Kumala Dewi. Cukup banyak yang diketahui Niko tentang putri tunggal Dewa Pèrrnana dan Dewi Nagadini yang dibuang ke bumi akibat kasus skandal di Kahyangan sana. Maka, wajar saja kalau hubungannya dengan Kumala sudah seperti saudara kandung sendiri, saling curhat dan saling membantu adalah hal yang sering mereka lakukan. Dulu, Niko pernah mati, tapi dihidupkan kembali oleh Kumala Dewi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "PEMBURU TUMBAL ASMARA").

Tapi tanpa disengaja Niko pun pernah menyelamatkan nyawa Kumala dari ancaman maut Nini Cupangayu, (Baca serial Dewi Ular dalam episode:. "TEROR DARI NERAKA").

Jadi, praktis tali persaudaraan mereka semakin erat semakin dekat, sehingga Kumala dewi taak segan-segan meminta bantuan Niko untuk meminjamkan villanya. "Aku butuh tempat yang terasing, untuk menyembunyikan Rayo Pasca," begitu awal pembicaraannya dengan Niko.

"Ada apa dengan cowokmu? Kok sampai mau disembunyikan? Apakah dia terancam bahaya? Apakah kamu nggak bisa melumpuhkan bahaya itu, Dewi?"

"Ini bukan soal bahaya. Tapi soal harga diri." Niko menatap dengan heran. "Harga diri?! Maksudmu...?"

"Pokoknya aku butuh tempat untuk menyembunyikan Rayo dari pandangan siapa saja, Nik. Kalau nggak begitu, Rayo akan menderita malu sekali dan harga dirinya sebagai lelaki akan hilang dimata masyarakat awam, terutama di mata orang-orang yang mengenal siapa dia sebenarnya." Waktu itu Niko menarik napas panjang karena masih bingung dengan penjelasan Kumala. "Okey, jelasnya bagaimana? Inti masalahnya saja, apa?!"

Dengan nada berat Kumala pun menjawab pelan. "Rayo hamil." "Hahh... ??!" Niko hampir terlonjak dari duduknya. Matanya terbelalak, badannya jadi tegak. Luar biasa kagetnya mendengar jawaban Kumala yang tampak serius. Wajah cantik jelita itu sedikit murung yang membuat Niko yakin apa yang dikatakan Kumala bukan sesuatu yang bersifat main-main. "Cowokmu? Ganteng dan

Page 3: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

gagah kayak gitu? Kalem tapi romantis begitu? Bisa hamil? Hamil, maksudmu mengandung?"

"Ya. Dan, pertumbuhan janin yang dikandungnya nggak wajar. Cukup pesat. Cepat menjadi besar. Dalam waktu relatif singkat dia akan melahirkan." "O000h, my God ..?!" Niko menepak keningnya sendiri.

"Fenomena apa lagi yang kau alami ini, Dewi?!"

"Jangan coba-coba mengexpose kasus ini ... !" tegas Kumala dengan sorot pandangan mata yang tajam dan menciutkan nyali siapa pun orang yang dipandangnya. "Ya, ya... aku paham maksudmu. Aku akan merahasiakan fenomena ini sekali pun harganya sangat mahal untuk sebuah infotaiment. Tenang, Dewi. tenang, aku nggak akan memanfaatkan keadaan kalian untuk sebuah berita, walau pun itu sebenarnya tugasku. Tapi... tolong jelaskan agak detil, kenapa cowokmu itu bisa hamil? Boleh tahu kan?" Dewi Ular diam agak lama. Menerawang. "Biar gue nggak mati penasaran, Dewi," desaknya dengan sangat mengharap. Dewi Ular mulai menatap tak setajam tadi.

"Dewa-dewa pejabat Kahyangan. ingin mengadakan sidang, dan mereka minta aku datang ke Kahyangan. Maka, mereka mengirim utusan terhormat untuk menjemputku, yaitu Dewa Bahakara, seringjuga disebut Dewa Jenaka..." Sang dewa utusan itu sudah memprediksikan bahwa Kumala pasti akan menolakUndangan tersebut, mengingat bidadari cantik

jelita itu pernah dikecewakan oleh pihak Kahyangan, yaitu dibuang ke bumi semasa masih bayi, dan tidak boleh masuk Kahyangan sebelum menemukan cinta sejatinya. Dewa Bahakara tahu betul riwayat hidup Dewi Ular, karena kedua orang tua Kumala adalah sohibnya. Bahkan yang menjadi comblang percintaan ayah dan ibunya Kumala adalah ilia sendiri: si Dewa Jenaka itu. Tetapi dalam mengemban misi dari Kahyangan ini ia seharusnya tidak boleh mempertimbangkan hal itu. Dengan cara kasar pun harus ditempuhnya demi tugas utama, yaitu membawa Dewi Ular dari bumi ke Kahyangan. Sudah terbayang di benak Dewa Penabur Tawa itu bahwa pembangkangan Kuamala akan menimbulkan bentrok fisik atau adu kesaktian dengannya. Dewa Jenaka tak menghendaki bentrokan itu terjadi, karena bagaimana pun Kumala Dewi adalah putri tunggal teman karibnya. Untuk itu ia menggunakan siasat dengan cara rnemindahkan janin dalam kandungan seseorang ke dalam perut Rayo Pasca, sang kekasih pujaan Kumala. Jika pada akhirnya Kumala memilih bentrok fisik adu kesaktian dan seandainya ia menang, maka ia akan menanggung persoalan berat, yaitu mengatasi kehamilan ,dalam perut Rayo. Kandungan itu dibuat sedemikian rupa, sehingga jika Dewa Jenaka dihajar oleh Kumala, maka semakin sering dihajar semakin mempercepat tumbuhnya kehamilan dalam perut Rayo. Dan, kandungan itu tidak akan ada yang bisa merusak atau menyingkirkan karena telah dibubuhi mantera sakti. Semakin dirusak dapat mengakibatkan kematian bagi Rayo, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: ("MISTERI. SANTET IBLIS" ).

Singkat cerita , Dewi ular tak akan bisa mengusik kandungan dalam perut Rayo Pasca. Mau tidak mau ia harus memenuhi undangan. Pihak Kahyangan, dan menerima jemputan Dewa Jenaka. Semakin cepat semakin baik, karena jika

Page 4: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

misi itu terlalu lama selesainya, maka Rayo akan melahirkan seorang bayi, entah bagaimana

caranya. Dan, tentu saja hal itu sangat memalukan bagi Rayo Pasca. Sebagai pria jantan sejati akan hancur predikat kejantanannya jika sampai ia terbukti melahirkan bayi dari kandungannya. Tapi dalam perjalanannya menuju Kahyangan bersama dewa Jenaka, sang bidadari cantik bertubuh sangat sexy itu justru terpisah dari Dewa Jenaka. Insiden itu terjadi ketika Kumala membantu Dewa Jenaka dalam menghadapi keganasan si Penguasa Langit Gaib. Pertarungan itu membuat-Kumala terpental masuk ke alam dimensi lain yang disebut-sebut sebagai ruang hampa gaib. Insiden itulah yang membuat perjalanannya ke Kahyangan tertunda, karena ketika Kumala bisa lobos dari alam tersebut, ia punya masalah baru yang tidak bisa ditinggal pergi begitu saja, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "LORONG TEMBUS KUBUR"). Penjelasan itu membuat Niko Madawi prihatin dan iba hati kepada mantan pacarnya. Itulah sebabnya ia merelakan villanya dipakai untuk menyembunyikan Rayo Pasca, karena pembengkakan pada perut Rayo Pasca sudah mulai tampak jelas. Rasa mual, pegal di pinggang, dan hal-hal lain yang biasa dialami wanita hamil, kali ini sedang dialami oleh Rayo Pasca. "Aku nggak bisa menjawab apa-apa kalau pihak keluargaku menanyakan tentang perutku ini, Lala," keluh Rayo dalam kebingungannya. Kumala Dewi sangat sedih dan cemas sekali. Maka, diputuskan untuk menyembunyikan Rayo di villanya Niko. "„Bersabarlah sesaat, ya Sayang...," ujar Kumala dengan menyembunyikan kesedihan hatinya. "Aku harus selesaikan dulu urusanku dengan pihak Kahyangan. Setelah itu akan kudesak Dewa Bahakara untuk mengembalikan kandungan itu pada pemilik sebenarnya." "Tapi perutku ini makin bertambah hari semakin bertambah besar. Cepat sekali prosesnya, Lala."

"Ya, ya... aku tahu," Kumala mengusap-usap kening

sang kekasih sebagai usapan kasih sayang dan berharap penuh kesabaran. la berkata lagi, "Besok aku akan berangkat sendiri ke Kahyangan, meski pun tanpa paman Dewa." "Percuma saja kau selesaikan urusan dengan pihak Kahyangan kalau kau tak bisa bertemu dengan paman Dewa. Sebab, dialah kunci persoalan memalukan ini, Lala. Kau harus bisa cari dia dulu sampai ketemu, baru ke Kahyangan." "Hmmm, ya, ya... benar juga perhitunganmu." "Dan, kalau perlu berangkatlah hari ini juga, supaya nggak makan waktu lama. Sebab, makin lama waktu yang kau butuhkan makin besar kandunganku ini, Lala." "Aku nggak bisa pergi sebelum ada pihak yang mau merawat Barbie. Kalau aku pergi begitu saja, dan meninggalkan Barbie di rumah, maka anak itu bisa bikin ulah yang semakin parah." Rayo Pasca tarik napas panjang. Memang serba salah bagi Kumala, dan Rayo menyadari persoalan dilematis yang dihadapi kekasih nya. Ia tak bisa mendesak Kumala sekehendak hatinya, mengingat Kumala punya beban lain. Beban itu adalah masalah kecil tapi sangat menjengkelkan dan bisa membahayakan pihak lain jika tidak segera diatasi. Seperti yang terjadi tadi siang, hampir saja Kumala marah melihat Buron hidungnya mengucurkan darah segar tiada hentinya. Buron adalah asistennya Kumala khusus untuk urusan gaib. Dia adalah jelmaan dari Jin Layon yang kesaktiannya pernah dilumpuhkan oleh Kumala, sehingga kini ia

Page 5: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

mengabdi kepada sang putri tunggal Dewa Permana itu. Sama halnya dengan Sandhi, Buron pun sudah dianggap seperti saudara sendiri oleh Kumala. Maka? ketika Buron muncul dari belakang menghampiri Kumala yang sedang bicara lewat telepon dengan seseorang emosi Kumala sempat meletup melihat Buron berlumuran darah.

Dari hidungnya keluar darah yang mengucur pelan tapi sukar dihentikan. "Kenapa kamu, Ron? !" "Uhhk, uuhk... Ueehi, uehi..." Makin berkerut dahi si cantik Dewi Ular mendengar Buron bicara dengan kata-kata tak jelas. "Kamu ngomong apa sih?!" Dewi Ular buru-buru memegang kening Buron dengan telapak kirinya. Hawa sakti disalurkan ke dalam. kepala Buron. Beberapa saat kemudian kucuran darahnya, berhenti. "Ueehi, uuhk... haiiik, haik...." Sandhi yang baru keluar dari kamarnya merasa heran juga mendengar Buron bicara tak jelas. "Lu kenapa jadi kayak babi mau disembelih begitu, Ron? Haik, haik... ngomong apaan sih?" Kumala menatapnya sambil menurunkan letupan emosinya. Buron sibuk mengusap sisa kucuran darah dari hidung memakai tissue gulungan yang baru saja diberikan oleh Sandhi. "Lu mimisan apa miskram sih?" Sandhi masih bicara dengan konyol, karena memang ia sulit bersikap serius jika Buron sedang dalam masalah. Maklum, kesehariannya Buron juga sering berulah konyol dan usil kepada Sandhi, sehingga Sandhi pun selalu memanfaatkan kelemahan Buron untuk membalas kekonyolannya. ."Auhk, uiih, uuhg, uug.. !" kata Buron sambil tangannya bergerak-gerak menunjuk ke arah ruang belakang. "Kok jadi kayak orang gagu dia?" ujar Sandhi kepada Kumala. "Ada yang menotok pita suaranya, sehingga jadi kusut," kata Kumala dengan suara pelan dan merasa sangat prihatin. Tangan kanannya segera memegang leher Buron, seperti mau mencekik, namun dilakukan dengan lemah lembut. Leher itu diusapnya tiga kali dari atas ke bawah.

Buron sempat kelojotan seperti orang dicekik. Namun, pada usapan ketiga ia bisa mengerang dan menghembuskan napas panjang. Lega sekali. Lalu, is dapat bicara dengan normal kembali. "Barbie benar-benar anak celaka! Brengsek banget tuh anak!" "Barbie lagi!" geram Kumala. "Mana anak itu sekarang?" Buron belum sempat menjawab, Sandhi sudah bertanya. "Memangnya kenapa?" "Dia nggak mau kubujuk untuk makan. Kata Kumala, paksain aja kalau tuh anak nggak mau makan. Eeh, giliran gue paksain, gue dilempar permen karet yang sedang dikunyahnya. Pluuk... ! Nempel di tulang hidung gue, sakitnya, seperti dihantam pakai kayu balok. Tenggorokkan gue juga sakit, seperti disumbat karet busa dengan paksa. Gue jadi nggak bisa ngomong dan... mimisan terus." "Waah, emang gawat tuh anak," ujar Sandhi kepada Kumala. "Dan sejak kedatangannya selalu bikin ulah, selalu merepotkan kami, dan... kalau boleh aku usul, jangan ditaruh sini deh anak temuanmu itu, Kumala. Kami kewalahan." "Kusarankan," timpal Buron, "...kalau kamu jadi berangkat lagi ke Kahyangan, bawalah anak itu. Jangan bebankan dia kepada kami di sini. Aku nggak sanggup ngatasin anak itu. Makin lama makin kayak bocah liar!" Kumala berseru, "Barbie ...!! Baarrbbiiie ..!!!" sambil melangkah sampai di perbatasan ruangan makan dengan ruang keluarga. Namun yang didengar Kumala justru suara Mak Bariah, pelayannya untuk

Page 6: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

urusan dapur. "Non Malaaa... ! Tolongin saya ! Tolongiiin....!!! " Sandhi tersentak kaget, "Wah, kenapa tuh Mak Bariah?!"

"Pasti si bocah setan itu lagi!" geram Buron sambil melangkah terburu-buru menghampiri suara Mak Bariah, sementara Sandhi sudah lebih dulu berlari menemui Mak

Bariah. Gadis cilik berwajah mungil cantik bak boneka Barbie tertawa-tawa kecil kegirangan. Ia berdiri di atas sehelai daun talas hias yang berbintik-bintik merah kuning. Ia menertawakan Mak Bariah yang berbadan agak gemuk itu sedang kebingungan karena tak dapat mengangkat kakinya. Kedua kaki Mak Bariah seperti merekat kuat pada batu taman yang datar dan berwarna hitam itu. Jangankan mengangkat kaki, menggeser telapak kakinya pun tak bisa. Telapak kakinya seolah-olah telah menjadi satu dengan batu tersebut. Setiap kakinya disentakkan agar terangkat lepas dari batu, Mak Bariah justru jatuh terhempas dalam posisi duduk. Atau terpelanting miring. Hal itu terjadi setelah Mak Bariah menegur si Barbie yang tadi membuat hidung Buron berdarah. Mak Bariah juga memaksa Barbie agar segera masuk, menemui Kumala dan meminta maaf pada Buron. Namun, gadis berusia sekitar 6 tahun yang memiliki rambut panjang halus lembut dengan bagian depan diponi rata itu menolak ajakan Mak Bariah. la kesal ketika Mak Bariah menarik lengannya sedikit kasar. Dengan tatapan mata beningnya yang tajam si kecil Barbie berkata menyentak galak. "Aku nggak mau! iihh... !" seraya telunjuknya menuding ke arah kedua kaki Mak Bariah, dan, sejak saat itu Mak Bariah tak bisa mengangkat kakinya, bahkan tak mampu menggeser sedikit pun. Upaya untuk bisa mengangkat kaki justru membuat Mak Bariah jatuh berkali-kali, dan keadaan itu membuat kejengkelan si Barbie bagaikan sirna. Berganti tawa geli dan kegirangan, sehingga ia melompat-lompat lalu hinggap di atas sehelai daun talas hias.

Dewi Ular bertolak pinggang sambil geleng-geleng kepala. Pandangan matanya tertuju pada Barbie dengan tajam. Tawa gadis kecil itu perlahan-lahan surut. Namun bukan berarti anak itu merasa takut. Hanya tampak segan

dan sungkan melihat Kumala menatapnya dengan penuh wibawa. "Apa yang kamu lakukan, Barbie?" Gadis kecil itu berlagak tidak mendengar, memandang ke arah lain seraya tangannya mempermainkan ujung rambut panjangnya. "Ayo, turun!" Barbie melompat dari atas daun talas hias. Jatuhnya kaki ke tanah tak menimbulkan suara sedikit pun, padahal daun talas hias itu tingginya sekitar 70 centimeter, bertangkai kecil, basah, mudah patah. Jika bocah biasa, tak akan mampu berdiri .di atas daun selunak itu. Jika tak memiliki keistimewaan ia pun tak mungkin dapat membuat kedua kaki Mak Bariah terpatri di tempatnya berdiri. Juga, ia tak akan bisa membuat hidung Buron bercucuran darah dengan lemparan permen karet seandainya si Barbie tak memiliki kesaktian yang cukup tinggi. "Buron itu kan jelmaan jin, yang kesaktiannya bukan kesaktian kelas teri, tapi dia dibuat tak berkutik oleh bocah setan itu. Bayangkan saja, seberapa tinggi sebenarnya kesaktian yang dimiliki anak itu?!" kata Sandhi kepada Mak Bariah, setelah perempuan itu terbebas dari pengaruh gaibnya Barbie. Bukan anak itu yang membebaskan. Ia tak mau membebaskan kaki Mak Bariah. Maka, Kumala Dewi segera menepuk punggung Mak Bariah. Tepukan tangan pelan itu membuat kedua kaki Mak Bariah seperti terlepas dari belenggu yang

Page 7: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

menjeratnya kuat-kuat itu. Kumala Dewi memberi isyarat dengan mata agar Mak Bariah dan yang lain meninggalkan tempat itu. Lalu,Kumala pun mendekati Barbie yang memetik bunga-bunga kecil di tepian kolarn bias. "Barbie,kamu sudah nggak suka ikut kakak lagi,ya?” "Suka. Aku masih betah tinggal bersama Kak Mala." "Kalau masih betah kenapa kamu bikin jengkel kakak terus?"

"Enggak kok, aku cuma bikin jengkel Mak Bariah dan Bang Buron." "Itu sama saja memancing kakak untuk marah!" Barbie menundukkan kepala, bibir indahnya meruncing lucu. "Kan kakak udah bilang berkali-kali, Barbie nggak boleh bandel. Harus nurut sama orang yang lebih tua. Kenapa Barbie nggak mau turuti nasihat kakak sih?" "Nggg... nggg... habis, mereka bikin kesel aku sih. Orang aku nggak mau makan dipaksa, nggak mau ke dalam dipaksa... Aku kan nggak suka dipaksapaksa begitu, Kak." "Kamu bisa jelaskan pada mereka, tapi tidak perlu harus usil, jahil, dan pamer kesaktian kayak tadi. Nggak boleh takabur. Orang yang takabur akan jatuh oleh ulahnya sendiri. Ngerti?" Barbie mengangguk pendek. Ia tak berani pergi dari hadapan Kumala Dewi yang dianggap sebagai kakaknya sendiri. Padahal mereka bukan kakak beradik. Bahkan Kumala sendiri tidak tahu siapa orang tua anak itu. Namanya pun tidak tahu, sebab ketika ia menemukan Barbie di alam lain yang disebut ruang hampa gaib, keadaan anak itu menyedihkan sekali. la juga terperosok ke situ dan mengalami amnesia akibat terbentur-bentur kepalanya, sehingga ia tak ingat jati dirinya lagi . Anehnya, kesaktian teropong gaibnya Kurnala tidak dapat untuk menembus kehidupan anak itu sebelumnya. Kumala juga gagal mengembalikan ingatan anak itu. Yang dapat dicapai oleh teropong gaibnya Kumala hanya sebagian batas kesaktian anak tersebut. Hanya sebagian. Kumala tidak dapat mengukur secara keseluruhan potensi gaib yang dimiliki Barbie. Nama Barbie itu sendiri diberikan oleh Kumala sebagai ganti nama yang sama sekali tak diingatnya. Wajah anak itu cantik mungil seperti wajah boneka, sehingga Kumala menamainya Barbie.

Dan, peristiwa terjebak dalam ruang hampa gaib merupakan kejadian yang menyimpan sejarah sendiri bagi Kumala, sehingga ia tak dapat melupakan Barbie begitu saja. Hanya Barbie-lah satu-satunya teman Kumala yang bisa diajak bicara dan bisa diajak mencari jalan keluar dari alam tersebut. Di tambah lagi, secara tak sadar mereka berdua sudah saling jatuh hati, sehingga Kumala merasa punya kewajiban melindungi dan mengembalikan kehidupan Barbie yang sebenamya. Andai saja Kumala. tidak sedang berhadapan dengan kasus kehamilan Rayo, maka ia akan berusaha mempertemukan Barbie dengan orang tua kandungnya. Sebab ia yakin, Barbie akan lebih bahagia jika hidup bersama kedua keluarganya sendiri.- Tetapi persoalannya sekarang menjadi tambah runyam, karena Barbie selalu bikin ulah menjengkelkan di depan siapa saja. Tidak ada orang yang ia takuti, selain Kumala. Tidak ada perintah yang ia patuhi, selain perintahnya Dewi Ular. Barbie sering menggunakan kesaktiannya untuk ngerjain' orang lain, tanpa mempedulikan keselamatan jiwa orang tersebut. Kenakalan Barbie inilah yang membuat Kumala pusing tujuh keliling. Ia harus berangkat ke Kahyangan , Barbie tak mungkin dibawanya. Tapi jika anak itu ditinggal, siapa yang bersedia mengasuh dan merawatnya? Tidak ada. Sandhi tidak sanggup. Buron mengaku akan kewalahan menghadapi anak misterius itu, begitu pula halnya dengan Mak Bariah. Semua menyatakan

Page 8: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

menyerah. Mereka takut celaka sendiri. "Gue bisa mati nganggur kalau harus mengasuh dia!" ujar Buron terang-terangan menolak. "Anak itu punya kesaktian yang nggak jelas sumbernya tapi kayaknya udah pasti melebihi gue."

Baru sekarang mereka menolak perintah Kumala. Dan, Kumala sendiri tidak marah, karena sangat memaklumi keadaan yang memaksa mereka

terangterangan menolak perintahnya. "Saranku, pulangkan saja ke tempat asalnya”! bisik Sandhi. "Saran yang bego," ujar Mak Bariah yang ikut dalam pembicaraan tersebut. "Sudah jelas-jelas Non Mala nggak tahu darimana asal anak itu, eeh pake lu saranin begitu?" "Maksudku... kembalikan saja ke alam gaib sana, tempat is ditemukan." "Itu nggak mungkin," kata Kumala menarik napas dalam-dalam, mencoba mencari ketenangan dalam kebingungannya. "Tapi kalau kamu menunda-nunda keberangkatanmu ke Kahyangan, nanti perut Rayo keburu makin besar. Ingat, dia bisa melahirkan dalam hitungan hari!!" sahut Buron mengingatkan. "Ya, aku hgerti. Aku juga mempertimbangkan hal itu,,Ron." Semua diam. Semua berpikir dengan serius. Kumala dalam kebimbangan yang menyiksa batinnya. "Dititipkan pada Bang Pram, bagaimana?" usul Sandhi dengan menyebutkan nama Pramuda yang dikenalnya sebagai kakak angkatKumala Dewi sekaligus boss utama di perusahaan tempat Kumala bekerja. Maka, dalam benak Kumala terbayang kehidupan Pramuda dengan seorang istri dan seorang anak, di mana hampir tiada hari tanpa kesibukan bagi mereka. Kumala Dewi pun menggeleng. "Nggak bisa.Barbie hanya akan merepotkan atau bahkan mengacaukan suasana rumah tangganya Pramuda dan Emmafie." "Titipkan ke yayasan Yatim Piatu saja?" bisik Buron seperti orang menggerutu. Setelah termenung sesaat, Kumala menggelengkan kepala lagi. "Barbie justru semakin liar jika hidup di sana, karena nggak ada orang yang bisa melarang dan mencegah kenakalannya."

Beban pikiran Kumala Dewi tanpa disadari telah

membuat rona kecantikannya tak memancarkan keindahan pesona sejati. Mirip sebuah cermin yang keruh akibat hembusan angin berdebu. Senyumnya tampak hambar. Tanpa getaran yang biasanya dapat membuat jantung, berdesir dan hati berbunga-bunga. Kedatangan Kumala Dewi pada malam itu membuat Rayo Pasca sering menatap penuh curiga. Kumala sengaja menyembunyikan beban pikiran yang menyiksa jiwa itu. Ia tak ingin kekasihnya ikut merasakan siksaan batin tersebut. Namun, agaknya Rayo segera dapat menerjemahkan makna senyuman hambar Kumala, sehingga ia berkata dengan tenang dan tetap romantis. "Sayang, berangkatlah memenuhi undangan itu. Barbie biar bersamaku di sini." Wajah cantik berbibir ranum sensual itu mulai terangkat. Ada sedikit kejutan lembut di hati Kumala begitu mendengar ucapan Rayo. Ia tak menyangka akan ada penawaran seperti itu dan sang kekasih. Padahal sebelumnya Rayo pernah mengatakan bahwa kenakalan Barbie yang didengarnya dari cerita Sandhi dan Buron, adalah bukan kenakalan biasa. Tapi kenakalan yang cukup berbahaya clan mengandung resiko bagi siapa pun pengasuhnya. " Kenapa kamu tiba-tiba punya ide begitu, Ray?" Rayo tersenyum kalem. "Kamu mungkin belum tahu, Barbie sering mainan telepon rumah. Dia sering telepon kemari, mengajakku

Page 9: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

main tebak-tebakan, atau memintaku mendongeng walau sebentar. Sehari bisa sepuluh kali ia meneleponku meski cuma sekedar ingin menertawakan kebodohatiku, ketika ikut gagal menjawab tebakannya." "Tapi hanya sekali dia kepergok sedang mainan telepon, yaitu ketika ia belum tahu kegunaan telepone Sejak itu, Sandhi selalu mengunci telepon supaya nomornya nggak bisa dipencet-pencet lagi oleh Barbie."

"Bukankah kamu ,pernah bilang bahwa Barbie punya kesaktian yang unik dan cukup tinggi? Apakah

menurutmu ia tidak bisa menelepon tanpa harus memegang gagang teleponnya, seperti yang sering kamu lakukan dari kamar tidurmu?" Dewi Ular menarik napas panjang: Ia mengakui hal itu bisa saja dilakukan Barbie karena memang pada diri gadis kecil itu ditemukan sebentuk kesaktian serupa dengan kesaktian yang ia miliki, yaitu menyentuh sesuatu dari jarak jauh. "Jadi menurutku, biarlah dia bersamaku di sini selama kau menyelesaikan urusan dengan pihak Kahyangan." "Kau belum tahu seberapa tinggi kenakalan anak itu Ray." "Setidaknya aku bisa belajar bagaimana mengatasi kenakalan seorang bocah. Kita kelak juga akan memiliki anak „,seusia dia juga, kan? Jadi.... Kenapa tidak, Lala?" Dewi Ular hanya bisa tertegun memandangi kekasihnya. Keharuan yang indah melintas di hatinya manakala is mendengar Rayo Pasca sudah berkhayal tentang anak-anak mereka kelak. Tetapi persoalan yang mengganjal di hati Kumala bukan karena khayalan Rayo, melainkan tawaran Rayo yang masih diragukan itu. Kenakalan Barbie dapat membuat kondisi kandungan Rayo mengalami gangguan, atau bahkan rusak dan membahayakan jiwa pemuda bermata teduh itu. Jika hal itu sampai terjadi, siapa yang akan bertanggung jawab? Padahal janin yang dikandung Rayo bukanlah janinnya sendiri, tapi janin titipan yang diambil entah dari dalam kandungan wanita mana. Sampai sepuluh menit lamanya Kumala belum menyatakan setuju dengan usul dan saran kekasihnya itu. ***

2 BULAN sabit menerawang di balik mega. Wajah. malam tak terlalu kelam. Samar-samar terlihat bayangan pohon jatuh ke tanah kering. Tanda-tanda kehidupan masih terlihat di beberapa tempat. Termasuk didalam sebuah rumah bercorak bangunan lama, namun tak terlalu tua. Masih kelihatan sinar lampu di dalamnya yang berwama pucat. Bukan dari jenis neon, tapi dari bohlam biasa. Sederhana. Begitulah kesan penampilan rumah yang halaman depannya cukup luas itu. Memiliki beberapa pohon buah yang tumbuh di tempat-tempat tertentu. Daunnya yang lebat, dahan-dahannya yang mengembang menyerupai payung, telah membuat rumah itu tampak teduh, namun jugs misterius. Temaramnya cahaya bulan sabit seperti malam ini , membuat rumah itu seakan-akan memancarkan pesona klasik berbau mistik. Rumah itu memiliki ruang tamu tak terlalu lebar. Di ruang tamu itu terdapat pintu setinggi 3 meter. Pintu tersebut menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah. Lagi-lagi ruang tengahnya juga tidak terlalu lebar. Ada lemari hitam berukir dengan kaca agak buram. Lemari itu diletakkan di tengahjalan masuk, sehingga ,keberadaan ruang tengah tak dapat dilihat dengan bebas dan ruang tamu. Di balik almari berisi barang pecah belah model lama itu terdapat meja marmer bundar dengan empat kursi kayu merigelilinginya. 'Perabot yang ada, itu semuanya tergolong barang kuno dan antik. Di meja marmer tanpa taplak itulah terjadi pembicaraan

Page 10: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

serius yang dilakukan oleh dua orang. Masing-masing duduk di kursi berseberangan meja.

"Yang sangat kusayangkän adalah keterlambatanmu. Kenapa baru tadi siang kamu.dan istrimu datang meminta bantuanku? Seharusnya saat itu, atau paling tidak kemarin kalian datang ke mari. Jadi, aku

bisa melacaknya dengan mudah." "Yaaah, maklum sajalah, Mak... saya dan istri saya sama-sama panik. Mak Ayu bisa bayangkan sendiri, kayak apa bingungnya kami setelah tahu keadaan yang sebenarnya. Ranni, istri saya itu, cuma bisa nangis dan ketakutan. Saya sendiri, sibuk menenangkan dia. Nggak ngerti mesti bagaimana." "Hmmmmmm... ," perempuan yang dipanggil Mak Ayu itu manggut-manggut dalam gumam panjangnya yang lirih. Matanya menatap nanap wajah lelaki di depannya. "Apa ada bedanya datang sekarang dengan kemarin, Mak?" "O, ya beda sekali dong! Kalau kalian datang kemarin, berarti belum lewat dari tiga hari. Kalau sekarang kan sudah lewat dari tiga hari. Peristiwa gaib yang terjadi lebih dari tiga hari, maka bekas hawa gaibnya sudah hilang tuntas. Bersih. Tapi kalau sebelum lewat dari tiga hari, maka bekas hawa gaibnya masih tertinggal dan rnudah, dilacak siapa pelakunya Mau ke mana perginya." Kini ganti lelaki berusia 32 tahun itu yang menggumam dan manggut-manggut. Raut wajahnya menggambarkan penyesalan hati yang masih terbungkus kesedihan. Pria berkulit coklat yang masih tampak muda dan memiliki ciri ketampanan pria Timur Tengah itu kembali merasa berdebar-debar lagi. Debar-debar kali ini adalah debar-debar aneh yang ketiga kalinya ia rasakan sejak bicara empat mata dengan Mak Ayu. "Kenapa jadi deg-degan lagi sih? Tadi udah nggak, sekarang deg-degan pikirnya dengan heran. Tak lama kemudian debar-debar yang ia rasakan itu hilang. Normal kembali. Bertepatan dengan terdengarnya suara Mak Ayu berkata padanya.

"Kata Astin, teman istrimu yang tadi siang ikut mengantar kalian kemari itu, sudah sarankan berkalikali agar kalian segera datang kemari. Dia bilang, sejak peristiwa malang itu menimpa istrimu, dia sudah kasih

tahu tentang keberadaanku dan kemampuanku di dunia gaib. Tapi kalian nggak tanggapi saran itu, ya? Kalian meragukan kemampuanku, kan?" "Jujur saja, bukan kemampuan Mak Ayu yang kami ragukan, melainkan keseriusan Astin yang kami ragukan. Soalnya Astin.suka becanda " . "Fardan...," potong Mak Ayu. "Aku lebih bertoleransi pada orang yang berani mengakui kesalahan atau kelemahannya, daripada orang yang berbelit-belit cuma mau cari alasan buat menutupi kebodohannya." Pria berambut agak ikal itu akhirnya tersenyum malu."Maafkan kami, Mak Ayu. kalau toh waktu itu saya dan Ranni menyangsikan kemampu an Mak Ayu, saya rasa itu hal yang wajar. Karena saya dan Ranni belum pernah kenal Mak Ayu dan informasi tentang Mak Ayu hanya kami dapatkan dari Astin." "Karena aku pernah .membantu Astin mendapatkan sesuatu yang diimpikan dalam hidupnya. Tanpa bantuanku, Astin nggak akan kawin dengan anak pengusaha besar yang sekarang jadi suaminya itu." Fardan menggumam dalam hatinya, "O000 rupanya begitulah rahasia perkawinan Astin dengan anak pengusaha kaya itu? Jadi... Rangga mengawini Astin bukan karena cinta, tapi karena dipelet oleh Astin melalui kemampuannya mak Ayu?" Pikiran itu segera disingkirkan dari benak Fardan. Ia datang ke

Page 11: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

rumah itu bukan untuk mengungkap rahasia perkawinan Astin dengan Rangga, tapi untuk suatu kepentingan nasib rumah tangganya dengan Ranni. " Sekali, lagi, saya dan istri saya mohon maaf kalau sempat meragukan Mak Ayu," ulang Fardan dengan merendah, dan agaknya hal itu disukai Mak Ayu yang manggut-manggui lagi sambil melepaskan napasnya. "Kembali ke masalah saya, Mak Ayu... kata Fardan lagi. "Jadi, seperti yang Mak Ayu bilang tadi siang, bahwa kandungan istri saya bukannya hilang tapi memang ada yang mencurinya, begitu kan?"

"Ya. Dan, kalau kalian datang sebelum tiga hari dari hilangnya kandungan istrimu, maka aku bisa dengan mudah melacak di mana sebenarnya janin dalam kandungan istrimu herada, dan siapa pelakunya pun bisa kulihat dengan mudah." "Saya paham, Mak Ayu. Sekarang keadaan sudah begini, Sudah lebih dari tiga hari kandungan istri saya hilang. Apakah berarti kami nggak bisa dapatkan kembali janin keturunan kami itu, Mak Ayu?" "Sulit, Far..." „Kalau memang nggak bisa, lalu untuk apa Mak Ayu tadi siang suruh saya datang lagi pada malam ini? Kenapa saya harus datang, tanpa membawa istri saya, dan tanpa diantar oleh Astin?" Lelaki berkumis tipis dan sedikit bercambang itu menatap dengan kesan protes. Rasa jengkel mulai tumbuh dalam hatinya. Tadi siang ia datang bersama istrinya, diantar oleh Astin. Keluhannya sudah disampaikan, dan Mak Ayu sudah menjelaskan dengan sangat meyakinkan, bahwa hilangnya kandungan Ranni adalah akibat kejahatan gaib, yaitu ada pihak yang mencuri kandungan itu dengan tujuan yang belum jelas. Tadi siang Mak Ayu menyatakan akan berusaha membantu mengembalikan kandungan Ranni, tapi ia minta Fardan datang lagi pada malam harinya untuk pembicaraan lebih lanjut. Dan, sekarang Fardan sudah datang tapi Mak Ayu justru terkesan semakin menghancurkan harapan Fardan bersama istrinya. Protes kecil itu ditanggapi Mak Ayu dengan tenang. "Secara perhitungan waktu, kandungan istrimu yang hilang itu memang sudah tidak bisa dilacak lagi keberadaannya. Tetapi masih ada satu cara lagi yang bisa kulakukan untuk mendapatkan kembali kandungan istrimu itu."

Wajah kesal Fardan mulai mengendur. Lama-lama wajah itu memancarkan keceriaan. Seolah-olah tunas- tunas harapan mulai tumbuh lagi di ladang hati Fardan. Semangatnya untuk merebut kembali calon anak

pertamanya itu terlihat mulai berkobar lagi. "Terima kasih, Mak... terima kasih sekali kalau Mak Ayu masih mau membantu saya mendapatkan kembali kandungan istri saya, rnelalui cara lain yang Mak Ayu katakan itu. Sampai kapan pun saya tetap penasaran dan akan berusaha dengan berbagai cara. untuk mendapatkan kembali kandungan istri saya. Sebab yang ada dalam kandungannya itu adalah anak pertama kami, Mak Ayu. Saya tidak mau kehilangan .anak pertama! Karena saya masih berpegang pada adat kepercayaan dari leluhur yang menyebutkan, bahwa.. anak pertama adalah mahkota bagi keluarga." Adat kepercayaan itulah yang membuat Fardan nyaris pingsan ketika mendapat penjelasan dari dokter yang memeriksa kandungan Ranni, bahwa janin yang dikandung Ranni hilang tak berbekas. Bahkan hasil pemeriksaan lebih lanjut menyebutkan, perangkat kehamilan dalam perut Ranni juga ikut hilang. Ranni tak ubahnya seperti kaum laki, tanpa perangkat kehamilan di dalam perutnya. Secara medis hal itu sulit dijelaskan. Tetapi

Page 12: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

secara magis peristiwa itu mudah dijelaskan oleh Mak Ayu. Menurutnya ada pihak yang punya kepentingan dengan kandungan Ranni. Ia mencurinya dan menyembunyikan di suatu tempat yang tidak mudah dilacak oleh siapa pun, selain oleh mereka yang memiliki kekuatan gaib kelas atas atau kesaktian tingkat tinggi. Maka, begitu rnendengar Mak Ayu masih punya satu caralagi untuk mengembalikan kandungan Ranni, Fardan mulai berdebar-debar penuh harap. Senyum harapan ceria mulai membayang diwajah bercambang halus dan tipis. Ia menunggu Mak Ayu melanjutkan penjelasannya, tapi yang ditunggu justru tak segera bicara. Mak Ayu menatap Fardan dengan tatapan mata yang makin lama dirasakan Fardan semakin aneh.

"Kenapa dia memandangku begitu?" pikir fardan mulai salah tingkah. Ia coba untuk menenangkan sikapnya.

Namun hati tetap berkecamuk bagaikan berbisik di telinganya sendiri. "Sorot pandangan matanya menjadi sayu. Senyum kecil yang tersungging di sudut bibirnya seperti mengandung maksud tertentu? Wah, gawat! Kenapa jadi begini ya?" Fardan tak mungkin memungkiri pendapat hatinya yang mengatakan, bahwa Mak Ayu memang sosok perempuan yang ayu. Ia masih muda, sekitar 35 tahun. Sebenarnya belum pantas dipanggil Mak. Tapi mungkin panggilan itu punya makna sendiri, sehingga menjadi pantas apabila ia dipanggil: Mak Ayu. Dari tadi Fardan terganggu kecantikan Mak Ayu yang bertubuh sekal, padat berisi, dengan sepasang dada yang montok. Mengundang selera lelaki untuk melamun jorok. Dengan alis yang tebal namun tersusun rapi, dan rambut ikal yang panjang selewat bahu, Mak Ayu sering membuat jantung Fardan berdetak-detak dan hati berdesir-desir. Tatapan mata yang agak besar namun melentur. sayu itu bagaikan pisau asmara yang siap merobek hati lawan jenisnya dengan rintihan mesra. "Dan tadi tatapan matanya sering membuatku merasa melambung dan melayang-layang dalam keindahan. Jangan-jangan tatapan matanya itu mengandung kekuatan magis? aku harus hati-hati nih. Jangan sampai kena ilmu peletnya dia," bisik hati Fardan untuk mengingatkan dirinya sendiri. Tetapi yang dirasakannya semakin lama semakin jelas, bahwa hasrat kejantanannya bertambah besar. Nyaris mengalahkan kesadaran batinnya. Fardan pun merasakan kegelisahan yang kian menjadi-jadi dalam hatinya. Apalagi sekarang suara Mak Ayu tidak setegas tadi, tapi terdengar lebih lembut, lebih mendayu, dan lebih sering disertai desahan napas tipis. "Dari sorot matamu, aku menemukan bayangan 'keberhasilan.. Keberhasilan mendapatkan kembali anak pertamamu." "Oh, ya? Benarkah?" Fardan semakin berseri-seri.

"Tapi aku harus gunakan cara yang sangat berat. Maksudku, berat dikerjakannya, dan berat syaratnya. Mungkin kamu nggak sanggup memenuhi syarat itu. Padahal syarat itu adalah maharnya. Mahar ini tebusan."- Kata-kata yang diucapkan dengan pelan, lirih, dan bercampur sedikit desah napas itu membuat Fardan tertegun menatap tak berkedip. Bukan hanya kata-kata Mak Ayu yang diperhatikan Fardan, tapi gerakan bibirnya juga sangat diperhatikan. Bibir yang sedikit tebal tapi sangat sensual itu setiap kali bergerak bagaikan ajakan mesra menuju ranjang cinta. "Mau tambah minumanmu?" Fardan menggeragap. Ia tidak lagi terlena. "Hmm, eeh... nggak usah, Mak. Ini kan masih ada..." "Pelayanku tadi ke mana, ya? Udah tidur kali?" Mak Ayu bangkit

Page 13: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

dari duduknya. Ia pergi ke belakang. Mencari pelayannya, tapi agaknya si pelayan sudah tidur, sehingga ia kembali lagi ke tempat semula. Namun kali ini is tidak duduk di kursi yang tadi. Ia berdiri di samping Fardan, agak menyandarkan pinggulnya di tepian meja. Fardan beiusaha tetap tenang, tapi sebenarnya darahnya mengalir deras akibat mencium aroma wangi, parfum yang dipakai Mak Ayu. Wewangian itu semakin membius jiwa. Sulit dijinakkan. Agar tak ketahuan salah tingkahnya, Fardan menutupinya dengan sebuah pertanyaan yang bernada series. "Apa, syarat yang harus saya penuhi, Mak?" "Aku sangsi, apa kau sanggup memenuhinya." "Demi mendapatkan kembali janin anak pertama saya, seberat apapun syaratnya, saya akan berusaha memenuhinya, Mak." Dalam keadaan masih berdiri santai kurang dari satu jangkauan Fardan, Mak Ayu menyunggingkan senyuman tipis yang lebih terkesan seperti senyum pembangkit gairah. "Benar, kau akan memenuhi syarat itu?"

Fardan menatap sambil mengangguk. "Ya, akan

saya penuhi. Katakan saja, apa syarat atau maharnya?" Mereka beradu pandang dalam kebisuan selama lima detik. Kemudian terdengar suara Mak Ayu menjawab pertanyaan tadi. "Bercinta." Seperti tersundut puntung rokok hati Fardan. Tersentak jantungnya, lalu bergemuruh suara detaknya di dalam dada. Jawaban itu sebenarnya didengar dengan jelas, namun Fardan berlagak sangsi dengan pendengarannya sendiri. la kerutkan dahi tanda tak jelas dengan jawaban Mak Ayu. "Tak ada mahar lain yang dapat menggantikannya. Karena, di puncak kepuasan bercintaku itulah kudapatkan kekuatan untuk menembus lapisan dimensi gaib, dan mencari kandungan istrimu di sana. Bahkan akan kutangkap pencurinya dan kuhancurkan dia di depan matamu. Jadi, kau harus bisa memuaskan hasrat cintaku, Fardan. Apakah kau keberatan?" Fardan sungguh sulit melontarkan kata. Kerongkongannya terasa kering. Sekujur tubuhnya terasa gemetar. Maka, yang dapat is lakukan hanya tersenyum-senyum tak jelas maksudnya. Mak Ayu sedikit membungkuk agar lebih dekat lagi. "Atau kau tak mampu memuaskan gairahku?" "Hmm, eehh . kalau... kalau soal itu sih... hmm saya ragu.. ." Karena ia menundukkan wajah, maka Mak Ayu meraih dagunya, kemudian mengangkatnya hingga saling beradu pandang. Jarak wajah keduanya sangat dekat. Mak Ayu tidak perlu bersuara keras. Cukup dengan berbisik mendesah sudah pasti dapat didengar oleh telinga Fardan. "Buktikan kalau kau memang mampu memuaskan hasratku... Terbangkan aku di puncak kepuasanku, maka akan kucari janin anak pertamamu yang hilang itu..." "Mak...." Fardan pun bersuara desah. "Lakukan... Fardan..."

Gemuruh jantung Fardan semakin kuat, setelah ia

tahu bahwa ternyata Mak Ayu hanya mengenakan gaun itu, tanpa selembar kain lagi di dalamnya. Mungkin kain yang harusnya ada di balik gaun sudah ia lepaskan ketika ia berlagak mencari pelayannya tadi. Fardan dapat merasakan apa yang selama ini ditutupi oleh gaun itu, sehingga sentuhannya semakin membuat Mak Ayu mendesah dan mengerang berkali-kali. Meja bundar tak seberapa besar. Namun permukaan meja itu masih bisa digunakan Mak Ayu untuk membaringkan badannya setelah semua pakaian dibuangnya ke lantai.

Page 14: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

Rambutnya yang panjang betjuntai berayun-ayun di tepian meja, akibat gerakan tubuhnya yang mengamuk di saat Fardan menjelajahinya dengan mulutnya. Mak Ayu sengaja tak mau membawanya ke ranjang, karena ia menyukai emosi spontan yang dapat membangkitkan gairah semakin liar. Tak ada orang lain di rumah itu kecuali mereka dan pembantu yang sudah tidur. Maka, Mak Ayu merasa sebagai penguasa kebebasan, sehingga ia dapat berbuat apa saja yang ia mau. Dan, anehnya, Fardan tak pernah bisa menolak .apa saja yang diperintahkan Mak Ayu. Jari tangan Mak Ayu kini menjentik. Seperti memanggil seekor burung. Kliik... ! Seketika itu semua lampu menjadi padam. Termasuk lampu yang ada di dapur. Dalam kegelapan itulah Mak Ayu memperbudak Fardan semakin gila lagi. Pria berwajah Timur Tengah itu menjadi patuh dan setia melayani keinginan sang dukun sexy, meski pun sebenarnya ia telah letih, namun toh ia tak mampu menghindari tuntutan mesra Mak Ayu. Yang terbayang di benak Fardan hanyalah amukan birahi dan janin anak pertamanya. Rasa sesal akibat telah mengkhianati sang istri dipendamnya jauh-jauh ke lubuk hati. Biarlah ia rela melakukan semua ini asalkan ia dapatkan kembali kandungan istrinya, yang akan melahirkan anak pertamanya itu.

Namun, benarkah Mak Ayu mampu memenuhi

janjinya? Apakah Mak Ayu bisa mengetahui dimana kandungan itu berada? dan siapa pencurinya? Tak seorang pun tahu persis, siapa Mak Ayu ini sebenarnya ? Dilihat dari caranya mematikan semua lampu hanya dengan menjentikkan jari, maka dalam hati Fardan mengakui kehebatan MakAyu. Perempuan itu mempunyai kekuatan gaib yang cukup meyakinkan. Tapi seandainya Fardan tahu bahwa yang mencuri kandungan istrinya itu adalah Dewa Jenaka, utusan dari Kahyangan, apakah ia akan yakin bahwa Mak Ayu dapat menangkap pencurinya ? Apakah Mak Ayu punya kesaktian yang cukup untuk menandingi kesaktian Dewa Bahakara alias Dewa Jenaka itu ? Andai benar Mak Ayu bisa menemukan kandungan istri Fardan berada di perut Rayo Pasca, apakah ia akan merampas kandungan itu dengan merusak perut Rayo? Apakah ia juga memiliki kesaktian yang cukup untuk berhadapan dengan Dewi Ular alias Kumala Dewi itu? ***

3 HUTAN pinus menghampar luas di kaki bukit. Bukit itu tak seberapa tinggi. Lebih menyerupai gundukan tanah, namun panjang dan membentang menyerupai benteng pertahanan alami. Hutan pinus itu ada di seberang sungai. Dan seberang sungai dapat dilihat jelas keindahan hutan pinus itu. Sungguh mengagumkan. Setiap pohon pinus tumbuh menjulang tinggi, melebihi ketinggian pohon pinus pada umumnya. Dari bawah sampai atas daunnya tumbuh rapi berbentuk prisma. Pucuknya yang paling tinggi meruncing tapi tidak meliuk turun. Tetap tegak mirip besi penangkal petir. Keindahan hutan pinus itu terletak pada warnanya. Setiap pohon mempunyai daun berwarna utuh. Ada Yang daunnya berwarna biru, ada yang semua daunnya berwarna merah, ada pula yang berwarna jingga dan sebagainya. Semua warna ada di hutan pinus itu. Dan, hebatnya, tidak ada dua pohon yang memiliki warna sama tumbuh bersebelahan, Selalu berselang-seling, sehingga komposisi warnanya memiliki tata seni yang tinggi. Hutan pinus itu memiliki tanah yang tertutup bulu. Sebenarnya rumput, tetapi saking lernbutnya jadi menyerupai bulu-bulu halus.

Page 15: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

Semua rumput bulu tumbuh rata denganwarna ungu. Ketebalan warna ungunya pun rata semua. Selain itu di atas permukaan tanah terdapat kabut tipis, bening, dan memancarkan warna hijau. Mirip fosfor. Kabut itu hanya melayang-layang setinggi dua jengkal dari permukaan tanah berumput ungu. Kabut itu pun merata sampai ke atas perbukitan di seberang sana. Ketinggiannya stabil. Agaknya kabut itu menyebarkart keharuman yang lembut dan hangat. Begitu Pula batang-batang pinus yang tumbuh berjarak renggang itu memiliki wewangian sendiri.

Keharuman batang pinus dan kabut hijau bercampur menjadi sate, membentuk aroma keharuman

yang tajam tapi menyegarkan. Tidak menyengat, tidak kasar. Kelembutan aroma wanginya yang elegan dapat membuai jiwa, bahkan mampu memaksa siapa pun untuk berkhayal tentang keromantisan, terutama bagi 'yang belum pernah datang ke hutan pinus itu. "Berhenti di sini dulu, ah... ," ujar sebuah suara hati yang baru saja tiba di seberang sungai. Sungai itu. sangat lebar. Rentang tebingnya mencapai sekitar 100 meter lebih. Hanya mereka yang memiliki kemampuan terbang saja yang bisa melompati rentang sungai untuk mencapai hutan pinus yang indah itu. Siapa pun yang gagal melompati sungai dan jatuh ke bawah, maka ia akan menghadapi kesulitan kedua, yaitu memanjat tebingnya yang memiliki permukaan datar, halus, dan licin seperti permukaan cermin. Kedalaman sun-gai itu tidak dapat diperkirakan. Tak terlihat bagian dasarnya, karena airnya berwarna hitam kental seperti aspal mendidih. Arusnya cukup deras. Bergolak seperti lahar panas. Mengeluarkan uap seperti belerang. Tapi tak berbau. Diperkirakan jarak tepian sungai sampai ke permukaan air mencapai sekitar 100 meter juga. Sebenarnya sungai itu lebih tepat dikatakan sebagai jurang. Hanya saja, sebagian penghuni Kahyangan justru menyebut tempat itu dengan istilah parit Mungkin bagi para dewa, melompati sungai lebar itu semudah melompati parit, sehingga mereka lebih suka menyebutnya parit. Dan, parit yang mengerikan itu adalah tapal batas wilayah Kahyangan yang kedua. Jika di bumi akan disebut Sektor II. Pada saat itu Dewi Ular sengaja berhenti di tepi sungai tersebut. Setelah tadi ia berhasil melintasi perbatasan pertama dengan mudah, tanpa gangguan apapun dan tanpa dilihat siapa pun, maka kini ia tiba di perbatasan kedua dalam keraguan. Apakah ia harus melanjutkan perjalanannya? Berarti la harus melompati sungai dan memasuki hutan pinus indah itu. Atau diam di situ saja tak perlu memasuki hutan pinus?

"Kalau aku nekat masuk tanpa Dewa Jenaka, bagaimana, ya?" pikir dewi Ular. "Ntar jadi ribut kalau aku masuk tanpa dia? Huuhh, ke mana sih dia? Sepanjang perjalananku sampai sini nggak kutemukan jejak gaibnya. Lalu sekarang... , ngapain aku di sini bengong saja? Kok jadi kayak orang bego sih aku ini?" Mungkin karena pikiran Kumala sedang kusut, bingung memikirkan kekasihnya yang hamil, akibatnya ia merasa serba salah dalam setiap langkah dan tindakannya. Untuk itu, Kumala segera melakukan terapi kejiwaan bagi dirinya sendiri. Melalui olah napasnya Kumala menenangkan pikirannya yang simpang siur, dan mengembalikan ketenangan batinnya. Terapi olah napas itu bisa ia lakukan sambil apa saja, termasuk sambil memperhatikan seekor burung yang baru saja hinggap di salah satu pohon pinus seberang sungai. Burung itu

Page 16: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

berbulu indah, warna-wami dan berkilauan. Ekornya panjang berjuntai ke bawah, mirip burung Cendrawasih. Tapi kepalanya memiliki bulu tegak menyerupai mahkota yang warnanya merah memancarkan cahaya berpendar-pendar. Kadang redup, kadang terang. Burung itu tidak terlalu besar, hanya seukuran burung kakatua. Tapi karena bulunya lebat, maka kelihatan .gemuk. "Aiih, bagus sekali burung itu?! Warnanya indah, bentuknya lucu, bikin gemes aja!" Kumala menggeram gemas dan senang. Matanya tampak berbinar-binar memandangi burung aneh yang berpindah-pindah dari dahan yang satu ke dahan yang lainnya itu. "Aku ingin membawanya pulang ke rumah. Barbie pasti suka dengan burung lucu itu!" Sebagai putri dewa, Kumala punya cara sendiri untuk menangkap seekor burung. Tidak sulit. Selama niat utamanya bukan untuk mencelakai hewan itu, maka sangatlah mudah untuk dapat menangkapnya. -"Apa benar kau bisa menangkapku?"

Tiba-tiba terdengar suara seperti berbisik di telinga

Kumala. Sempat berpaling ke sana-sini wajah Kumala mencari pemilik suara itu, namun jelas tak ada yang bicara dengannya. Mulailah hati Kumala curiga dan radar gaibnya pun mulai diaktifkan. "Kalau kau benar-benar bisa menangkapku, coba lakukan sekarang juga." Suara seperti bebek itu terdengar lagi. Tidak terlalu brisik, tapi cukup jelas di telinga Kumala. Ia pun tersenyum setelah menemukan gelombang suara gaib yang ternyata berasal dari burung indah itu. Dengan menggunakan kesaktiannya Kumala pun mengirimkan suara batinnya kepada burung indah di seberang sana . "Kaukah yang bicara padaku, Burung indah?" "0, kamu bisa mendengar suaraku ya? Wah, hebat kamu." "Kamu lebih hebat dariku. Apa kamu punya nama, Kawan?" "Punya Tapi namaku bukan Kawan." Di seberang sini Kumala tertawa kecil nyaris tanpa suara. Burung bersuara seperti bebek itu berkata lagi. "Kau bisamemanggilku: Jelita." "Jelita? Ooh, nama yang bagus sekali itu. Sesuai dengan keindahan bulumu." "Jangan memuji begitu, nanti aku lupa daratan. Kalau aku lupa daratan nanti aku terbang terus. Capek kan. 0, ya... kamu juga punya nama?" "Panggil saja aku: Kumala." ""Siapa? Kumala? " "Kau,pernah mendengar nama itu?" "Hmmun, Kumala... ? Waduuh. aku nggak ingat lagi, pernah apa belum, ya? Kayaknya pernah, tapi kayaknya belum." "Ya sudahlah... nggak perlu dibahas. Yang jelas, sekarang aku ingin membawamu pulang ke rumahku. Apakah kau mau, Jelita?"

"Selama kamu bisa menangkapku, aku akan tunduk pada perintahmu, Kumala. Datanglah kemari dan tangkaplah aku, hek, hek, hek, hek... !" Burung indah itu tertawa bernada menantang. Kumala jadi semakin geregetan. Ia ingin buktikan kemampuannya biar si Jelita tak meledeknya lagi. Tetapi baru saja Kumala ingin bergerak menyeberang, tiba-tiba muncul seekor burung hitam yang cukup besar, seperti seekor burung rajawali. Burung hitam itu melayang muncul dari sebatang pohon tinggi .berdaun lebat, mirip pohon beringin. Tapi batangnya yang menjulang tinggi mirip batang pohon jati. Pohon itu tumbuh di sisi kanannya Kumala, berjarak sekitar 50 meter dari tempat Kumala berada. Agaknya burung hitam bercakar tajam itu mengincar sesuatu dari balik kelebatan potion tersebut. Ketika ia melesat terbang menimbulkan suara gemuruh. Daun-daun pohon itu seperti diterjang angin badai. Suara gemuruh itu memancing perhatian Kumala Dewi. "Burung apa itu? Hemmm, sepertinya

Page 17: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

burung itu sangat liar dan ganas? Oooh, dia bukan menuju ke arahku, tapi... tapi mau menuju ke tempat si Jelita?!" Burung besar bérkepala hitam seperti jelaga itu memiliki sepasang mata yang lebar. Menyeramkan. Tampang angkernya terlihat jelas ketika ia terbang , pelan-pelan mendekati arah sungai besar itu. Bahkan sempat memutar arah dulu, mengelilingi pohon tempat persembunyiannya tadi. Sepertinya ia agak ragu untuk langsung menuju hutan pinus, seolah-olah ia tahu bahwa dirinya sedang diperhatikan oleh Kumala. "Hei, Jelita... pergilah dulu ke lain tempat. Ada burung angker sedang mengincarmu," kata Kumala.

Si Jelita seperti tak menghiraukan anjuran tersebut. Ia melompat dari dahan yang satu ke dahan ya: ig lain dengan lincah, seperti sedang bersenang-senang

sendirian. Tiba-tiba burung angker itu muncul dengan kecepatan terbang cukup tinggi. Sasarannya jelas-jelas menuju ke tempat si Jelita. berada. Wuussst .... !! . "Oh, gawat! " Dewi Ular sedikit kaget melihat burung itu tahu-tahu sudah melesat menyeberang sungai besar Jelita terancam. Kumala tak bisa diatn. Ia lepaskan pukulan sinar hijaunya dari tangan kanan. Tetapi sebelum tindakan itu dilakukan, lagi-lagi Kumala dibuat tercengang kaget oleh keadaan burung angker itu. Zuuuubb, wuuusss... ! "Keakk !!" Burung angker itu memekik tak bisa keras tak bisa panjang. Sangatpendek. Karena ketika ia melayang di atas sungai besar, tiba-tiba tubuhnya terbakar dan terbungkus api. Api yang membungkusnya sangat cepat; hanya dua detik, kemudian padam. Burung itu memang masih melayang tapi sudah tak punya bulu, tak punya daging dan tak punya apa-apa, selain tinggal kerangka tulang-tulangnya saja. Berwarna hitam arang. Kerangka tulang burung itu akhirnya berantakan dan berjatuhan di kedalaman sungai besar itu. "Gila... ?! Hanya dalam sekejap burung itu berubah jadi tulang-belulang, dan akhirnya hancur berantakan. Wah, wah, wah... sungai ini mengandung uap beracun yang sangat ganas?! Beruntung bukan aku duluan yang menyeberang ke sana. Coba kalau aku duluan, oooh... pasti aku sudah menjadi seperti dia?!" Dewi Ular menarik napas dalam-dalam. Ia merasa bersyukur dan lega, karena merasa lolos dari jebakan yang mematikan. Sekarang ia bisa menyimpulkan bahwa sungai besar itu memang dijadikan parit pertahanan bagi pihak Kahyangan. Jika ada pihak yang bermaksud jahat ingin menyelinap ke wilayah Kahyangan, mereka akan mati hangus saat melintasi parit maut itu. "Kalau begitu..," pikir Kumala. Untuk sesaat ia menutup jalur gaibnya supaya kata-kata dalam benak atau batinnya tidak didengar dari seberang sana.

"Kalau begitu,Jelita tadi sengaja memancingku agar menyeberang ke sana, ,dan aku akan terbakar seperti burung tadi dong? Wah, kalau begitu.. jahat sekali hati burung indah itu?" Kini jalur gaibnya dibuka lagi. Ia langsung mendengar suara si Jelita yang tampak masih terbang pendek berpindah-pindah dahan. "Hey, Kumala. katanya kau mau tangkap aku? Aku sudah lama menunggumu. Ayo, tangkap aku! Kalau aku jenuh menunggu, aku pindah ke tempat lain yang jauh dari sini. Kau kehilangan kesempatan untuk menangkapku, Kumala. Ayo, cepat tangkap aku kalau memang kau mampu, hek, hek, hek, hek... !" "Jelita, rupanya kau memang bertugas menarik perhatian pihak lawan agar menyeberangi sungai ini. Ketika ia menyeberang,

Page 18: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

maka saat itulah ia mati karena tipu dayamu. Hmm.... Caramu menghancurkan lawan sangat halus, Jelita. Tapi cara itu adalah kebusukan bagi -pihak yang ingin berteman denganmu." "Hek, hek, hek, hek... cerdas juga kau rupanya. Tapi kau belum tahu, Kumala... bahwa bagiku tidak ada teman yang berada di seberang sana. Semua temanku pasti berada di seberang sini, bukan di tempatmu berada, Kumala. Jadi, kalau ada yang berada di tempatmu, berarti dia adalah lawan yang harus kuhancurkan." "Kau punya kelicikan. Tapi tidak semua kelicikanmu selalu berhasil. Aku akan mengalahkan kelicikanmu, Jelita." Burung itu menertawakan kata-kata Kumala. "Jangan sesumbar di tepi neraka, Kumala: Dan tadi kau hanya bisa sesumbar terus, tanpa ada bukti-bukti kemampuanmu. Untuk apa? Lama-lama Parit Kematian yang ada di depanmu akan menghisap semua darahmu hingga kering kerontang. Kalau kau memang punya kemampuan menangkapku, buktikan sekarang juga! Jangan hanya bisa koar-koar dari seberang sana ..!! " "Rupanya kau belum tahu siapa aku, Jelita."

"Belum. Apa kau hebat? Tunjukkan kehebatanmu

padaku! Ayo, tunjukkan.. " Dewi Ular diam, menggumam dalam hati. Menganggap hebat si Jelita, karena setiap kata-katanya menimbulkan rasa penasaran pihak lain, sehingga pihak lain akan menyeberangi Parit Kematian dan hancur seperti burung angker tadi. Kumala mengakui kepandaian si Jelita dalam mempengaruhi.pikiran lawan, dan membuat lawan tahu-tahu terjerumus daiam kematiannya. "Heeey, Kumala cantiiik... kalau kau tak punya kemampuan menangkapku untuk apa kau berdiri di situ terus? Pulang sajalah Nak. Cuci tangan, cuci kaki, terus bobo, ya Sayang. Kamu masih anak ingusan. Nggak baik main sampai ke tempat ini, Nak. hek, hek, hek, hek..." Dalam hatinya Dewi Ular tersenyum tenang. Jelita sengaja memancing emosi lawannya lewat penghinaan. Bisa saja Kumala segera pergi dan tidak terpengaruh dengan ejekan apapun yang dilontarkan si Jelita. Tapi dia datang ke situ karena ada tujuan. Bukan sekedar ingin jadi penyusup murahan. ada si Jelita atau pun tidak, Kumala tetap harus menyeberangi Parit Kematian. Maka, kata hatinya pun berseru kepada si Jelita. "Aku akan datang ke tempatmu, Jelita!" "O,.ya? Omong kosong yang keberapa kalinya ini? Hek, hek, hek, hek... !" Si Jelita rupanya memang belum tahu siapa yang sedang dihadapi di seberang sana. Ia juga tidak tahu bahwa Kumala Dewi mempunyai kesaktian yang bernama Aji Cakra Saiju, anti panas dan anti beku. Kesaktian itu is dapatkan dari Dewa Nathalaga yang kesohor angker dan disegani di kalangan para dewa. Maka, kali ini Kumala menggunakan kesaktiannya si Dewa Perang itu, kemudian melesat cepat menyeberangi Parti Kematian. Wuuubb, wuuussshh... !

Dewi Ular yang kali ini sengaja tidak merubah diri dalam bentuk sinar hijau, seperti biasanya, kini tampak jelas melayang melintasi pertengahan Parit Kematian. Dan semburan gas panas mengandung api segera menerjang

tubuhnya. Dalam sekejap saja ia sudah terbungkus api, lalu dalam sekejap pula api itu padam. Zuuub... ! . Berubah menjadi gumpalan asap hitam yang menyentak ke atas satu kali, kemudian lenyap tak berbekas. Tapi pada saat itu sosok tubuh sexy dan kecantikan Kumala masih tampak melayang, tanpa luka bakar- sedikit pun. Bahkan tidak sehelai rambut pun yang terbakar oleh

Page 19: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

semburan gas berapi tadi. Hal itu membuat si Jelita diam tertegun di atas dahan pinus. Sampaisampai ia, tak menyadari kalau Kumala Dewi sudah menapakkan kakinya ke tanah berbulu ungu, dan berdirl di bawah pohon tempat si Jelita bertengger. Saat itu si Jelita tampak masih memandang lurus ke arah parit. Diam tak-bergerak bagaikan seekor burung yang sudah di air keras dan dipakai sebagai pajangan. "Hey, burung kejam... ! Aku di bawahmu nih!" Kumala menegur dengan suara mulut. Burung indah itu tampak terkejut dan menggeragap. Hampir saja jatuh. Tapi kepakan sayapnya membuat keseimbangannya terjaga hingga ia tak jadi jatuh. Jelita memandang ke bawah. Lalu segera terbang dan hinggap di dahan lebih tinggi, di pohon yang berbeda. Ia ketakutan melihat Kumala sudah, ada di bawahnya. Tanpa luka sedikit pun. "Hey, kenapa kamu kabur?" ejek Kumala lewat suara gaibnya. "Katanya kamu menunggu kedatanganku, dan sekarang aku sudah datang padamu, tapi kamu mau kabur? Rupanya kamu cuma keren dalam penampilanmu saja, tapi jiwamu jiwa pengecut. Nggak pantas kamu jadi penjaga perbatasan ini, Jelita." "Aku.. aku... eehh... aku bukan pengecut. Aku hanya... hanya merasa heran...Eeehm, ya, hem..." "Bicaramu sudah nggak beres. Nggak usah banyak bicaralah. Sekarang turunlah. Aku sudah melupakan penghinaanmu tadi. Kita berteman saja, okey? Ayo, turunlah... !"

seraya tangan kanan Kumala diulurkan ke atas, berharap dapat sambutan damai dari si Jelita. Tapi ternyata burung itu termasuk burung bergengsi tinggi. "Tidak semudah itu menurunkan diriku, Kumala. Aku bukan burung yang lemah dan..." Suuut... ! Dewi Ular menarik tangan yang sudah terulur ke atas itu dalam satu sentakan mundur. Maka, seketika itu juga Jelita seperti terhisap pusaran badai, langsung jatuh ke bawah tanpa sempat melanjutkan katakatanya. Wuuut...!. Kumala Dewi segera menangkap Jelita dengan dua tangannya..Huuup... ! Burung itu meronta sesaat, lalu ia diam setelah sadar berada di tangan Kumala. Seandainya tidak ditangkap oleh Kumala, ia akan terhempas membentur tanah keras-keras. "Naaah, sekarang aku benar-benar berhasil menangkapmu, bukan? Kalau sudah begini kau mau apa, hm?!" Kumala berkata dengan suara mulut, sambil tersenyum-senyum riang, tak menampakkan ekspresi permusuhan sedikit pun. Namun hal itu justru membuat Jelita jadi bertambah ketakutan. Merasa berada dalam genggaman lawan. Merasa dirinya tertangkap musuh. "Aku... kau mau... mau minta maaf. Jangan... jangan sakiti aku ampunilah aku, Kumala..." "Hey, burung cengeng kau ini. Kenapa kau ketakutan? Bukankah sudah kubilang aku ingin bersahabat denganmu. Aku nggak akan menghukummu, nggak akan menyakitimu. Paham." "Taa... tapi... tapi ... " " Baiklah, supaya kau percaya kalau aku nggak bermaksud jahat padamu, naah... kulepaskan kau..."

Kumala Dewi merendahkan badan, agak jongkok, dan melepaskan burung itu ke tanah. Tapi di luar dugaan begitu kaki burung menyentuh tanah, terjadilah letupan kecil namun menyemburkan asap tebal. Wuuusssh ! Dewi Ular kontan melompat mundur hingga hampir saja jatuh

terjengkang. "Ooh, rupanya dia nggak boleh menyentuh tanah?!" ujar hati Kumala yang masih terpengang. Mata indah Kumala masih belum berkedip, karena asap hasil letupan tadi telah hilang dan kini yang ada di depannya bukan seekor burung melainkan sesosok tubuh tegap, gagah dan berwajah

Page 20: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

tampan. Wajah tampannya yang masih muda sangat pantas jika menjadi coverboy sebuah majalah remaja. "Maafkan aku, sekali lagi... maafkan aku." Cowok ganteng yang bertampang imut itu berlutut satu kaki di depan Kumala dengan kepala tertunduk, badan sedikit membungkuk. la tak mengenakan baju, tapi mengenakan selempang emas, serta pakaian bawah yang ketat terlilit angkin warna emas pula. Rambutnya sebahu dijepit dengan ikat kepala yang mirip mahkota, berhias batu-batu indah. "Ooo, karnu cowok ya?" gumam Kumala saat mengakhiri masa terbengongnya. " Bangunlah, nggak perlu hormat begitu. Aku bukan rajamu dan bukan musuhmu. Kita temenan aja, ya?" Pemuda berhidung mancung dengan mata kebiru-biruan itu perlahan-lahan berdiri, masih bersikap. hormat dan kikuk. "Terima kasih atas kebaikanmu... eeh. ." "Tetap saja panggil aku Kumala," potong Dewi Ular karena ia lihat anak muda itu tampak ragu-ragu untuk menyebut namanya. Lalu, Kumala berkata lagi, "Tapi kamu nggak pantas kalau kupanggil: Jelita. Kamu bukan cewek, tapi cowok. Jadi,pantasnya..." "Aku Perwira Muda penjaga wilayah Parit Kematian. Namaku bukan cowok. Kamu salah sangka, Kumala." "Cowok itu lelaki, atau jantan. Bukan sebuah nama."

Sambil berkata begitu Kumala tersenyum geli. Lesung pipit dan keindahan bibimya membuat si Perwira Muda tertegun mengaguminya sesaat. Lalu, ia buru-buru

tersipu sendiri. "Jadi siapa namamu?" "Namaku... Ekapaksi." "Hmmm, eka itu satu, paksi itu burung. Berarti kamu..." "Satu-satunya burung yang ada di wilayah sini. Maksudku... di tanah Kahyangan ini," sahut Ekapaksi sambil masih kikuk karena sikap hormatnya masih ada. "Tugasmu menjaga tanah kahyangan ini agar tak dimasuki pihak asing, bukan?" "Benar ! Selama ini belum pernah ada pihak lain yang berhasil menyeberangi Parit Kematian." "Kalau sampai ada yang berhasil, bagaimana?" sindir Kumala dengan mata melirik cantik. " aku terpaksa harus mengusirnya." "Kalau yang diusir nggak mau pergi, bagaimana?" "Aku... hmm., yaah... aku terpaksa membunuhnya." "0, begitu? Jadi, sekarang kamu mau mengusirku?" "Seharusnya begitu." "Aku nggak mau pergi." Kumala melengos dengan kedua tangan terlipat di dada. Sengaja menggoda hati Ekapaksi agar serba salah dan kebingungan dalam mengambil sikap. Ternyata Ekapaksi masih bisa tenang. Ia berkata dengan lembut namun memiliki ketegasan sikap sebagai Perwira Muda. "Kalau kau tak mau pergi dari sini... terpaksa aku harus membunuhmu, Kumala." Dewi Ular terperanjat. Wajahnya cepat berpaling menatap tajam. Serius dan mulai tampak berwibawa. "Kamu mau membunuhku? Aku mengajakmu berteman, bukan bermusuhan." "Tidak ada temanku yang berasal dari seberang " "Kau belum tentu menang melawanku, Ekapaksi. Bagaimana kalau ternyata kau kalah dalam pertarungan denganku nanti?"

"Aku harus bunuh diri , Itu sudah menjadi sumpah

perwiraku." Terbungkam mulut Kumala melihat Ekapaksi yang tetap tenang tapi juga semakin tampak ketegasannya. Kedua mata Ekapaksi menatap tegar, mulai memancarkan cahaya permusuhan. Kumala Dewi masih diam, karena masih menimbang-nimbang, apakah tantangan permusuhan itu harus ia layani, atau ia tinggalkan dengan konsekuensi harus pergi dari wilayah itu. ***

Page 21: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

4 SEBELUM berangkat menembus dimensi gaib, Kumala sempat berpesan pada si mungil Barbie. "Selama kakak pergi, kamu tinggal di sini bersama Kak Ray, ya? Dan,ingat jangan nakal, jangan bikin ulah dan... pokoknya jangan macemmacem. Ngerti?" Barbie mengangguk, tapi juga bernada komplein. "Di sini sepi, Kak. Lebih baik Kak Ray .yang pindah ke rumah kita, kan ada Bang Sandhi, ada Bang Buron dan ada Emak." "Kak Ray sedang sakit. Makanya dia di sini buat istirahat." "Tapi tadi aku lihat Kak Ray sehat-sehat aja kok? Sakit apaan sih, Kak?" "Sakit bagian dalamnya. Nggak bisa kelihatan," "Ooo... sekarang aku tahu maksud Kak Mala suruh aku tinggal di sini," Barbie tersenyum-senyum sambil matanya melirik lucu. Sok tua. "Tahu apa maksudmu?" "Aku disuruh jagain Kak Ray yang sedang sakit kan? Kalau aku tinggal bersama Bang Sandhi di rumah sana, maka Kak Ray nggak ada yang menjaganya, begitu kan?" Sama sekali tak terlintas ide seperti itu di benak Kumala. Tapi setelah dicerna sesaat, bagus juga ide seperti itu. Kumala pun mengangguk dengan berpurapura tersenyum malu. "Kamu memang anak pinter, Barbie. Nggak bisa dibohongi." "Iya dong, kan adiknya Kak Mala, harus pinter. Ya, kan?"

"Benar, benar... ," Kumala manggut-manggut menyenangkann hati gadis kecil itu. Katanya lagi, "Habis, nggak ada orang lain yang kakak percayai untuk menjaga sakitnya Kak Ray kalau bukan kamu, Barbie.Tapi, kakak takut Barbie kesel kalau kakak terangterangan suruh

Barbie jagain Kok Ray." "Aku nggak kesel kok. Kakak tenang aja deh. Kalau soal jagain sakitnya Kak Ray, aku bisa kok. Jangan kuatir dijamin aman deh," sambil mengacungkan jempol. Lagaknya lucu, membuat Kumala geli dan merasa sedikit tenang. Setidaknya kenakalan Barbie untuk sementara tidak terlalu mengkhawatirkan. Biar pun nakalnya bukan main, tapi anak itu ternyata punya kecenderungan untuk bertanggung jawab terhadap tugas dan janjinya. Terbukti sejak kepergian Kumala ia tak pernah bikin ulah yang menjengkelkan Rayo. Ia justru tampak riang dan betah tinggal di villa itu. Mungkin karena Rayo sendiri pandai mengambil hati Barbie, memahami kemauan anak, mengerti kejiwaan bocah, sehingga anak itu merasa mendapat teman sebaya sepermainan. Sejujurnya Rayo mengakui bahwa ia justru terhibur di pengasingan bersama Barbie. Anak itu lucu dan menyenangkan baginya. Sesekali ada kebandelan itu hal yang biasa bagi seorang anak. Rayo dapat memakkuni. Tapi dalani banyak hal Barbie bisa bersikap patuh dan bisa memahami kemauan Rayo. "Nah, sekarang Barbie mandi dulu karena sudah sore, ya?" "Tapi habis mandi, Kak Ray dongeng lagi, ya?" "Jangan habis mandi, Sayang Habis maem aja dongengnya." "Iya deh, habis makan aja." Menurut pengamatan Rayo, anak itu punya sifat tidak mau diperintah secara paksa: Ada semacam gengsi yang tumbuh dalam jiwa anak itu jika diperintah secara paksa, atau diperlakukan sebagai anak kecil yang harus patuh pada semua perintah. Barbie itu anak yang cerdas, tapi juga kritis dan ceriwis.

Rasa ingin tahunya terhadap persoalan apa saja telah membuat anak itu menjadi kritis dan ceriwis. Jika ditanggapi dengan kesabaran, maka secara otomatis ia

Page 22: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

akan merasa puas. Dan, jika ia sudah puas maka ia akan hargai lawan bicaranya. Seperti halnya ketika Barbie menanyakan sakitnya Rayo, sebelum ia mendapat penjelasan yang bisa diterima oleh logika anak-anaknya, maka ia akan bertanya-tanya terus. "Aku heran, kata Kak Mala, Kak Ray sakit. Tapi kok aku. lihat Kakak makannya banyak. Kalau jalan masih tegak, nggak lemes, dan nggak merintih-rintih., Sebenarnya Kak Ray sakit apa?" Setelah berpikir sejeriak Rayo memberikan jawab yang sangat sederhana dan mudah dipahami. "Kak Ray sakit perut, Sakitnya kadang datang, kadang ilang. Jadi nggak setiap saat Kak Ray merintih-rintih" "Ooo... ," Barbie mengangguk-anggukkan kepala. Menandakan bahwa keterangan itu bisa diterima oleh logjka anak-anaknya. "Kakak udah periksa ke dokter, lalu dokter bilang bahwa kakak sakit karena kecapekan bekerja. Jadi, kakak diharuskan untUk beristirahat. Kalau kakak tinggal di rumah sana, kakak nggak bisa istirahat. Pasti ada teman datang yang ngajak main atau ngajak kerja. Jadi, kakak memilih istirahat di tempat itu." "Ooo...," Barbie manggut-manggut lagi. "Kak Ray mau nggak aku pijitin, biar capeknya hilang." "Mau. Tapi besok saja. Sekarang udah malam. Udah jam... sepuluh," sambil menunjuk jam dinding yang ada di kamar tidur itu. "Karena sudah larut malam, jadi Barbie harus bobo. Supaya besok bisa bangun pagi, bisa dengerin Kakak mendongeng lagi. Ya?" "He,eh... ! Besok aja dipijitnya yang, Kak." Seandainya saat itu ada Kumala, atau Sandhi, Buron, atau Mak Bariah, maka mereka akan tercengang heran melihat kepatuhan Barbie kepada Rayo.

Tanpa banyak protes lagi Barbie berbaring sambil memeluk boneka Panda nya. Rayo menyelimutinya dengan rapi, lalu memberi ciuman di kening bersamaan dengan

ucapan selamat tidur. Setelah mematikan lampu utama clan menyalakan lampu tidur, Rayo pun berbaring di samping anak itu. Walau sebenarnya Rayo belum mengantuk sedikit pun, namun is harus berpura-pura tidur juga supaya Barbie merasa diperlakukan setara dengan diri Rayo. Jika anak itu sudah tertidur nyenyak, Rayo baru turun meninggalkan ranjang, mengerjakan sesuatu yang menjadi urusan pribadinya. Udara dingin dan suasana sepi di villa itu sering membuat Rayo tak betah melek sampai lewat pukul dua belas tengah malam. Padahal jika ia di rumahnya sendiri, ia jarang tidur sebelum lewat satu malam. Sekarang di villa itu ia menjadi orang yang cepat mengantuk. Dia perkirakan hal itu berhubungan dengan kondisi kehamilannya. "Terserah, mau ada hubungannya atau nggak, sebaiknya nggak usah kubahas sendiri. Bukankah Lala sudah berpesan agar aku jangan memikirkan kehamilanku ini, karena menurutnya hal itu hanya akan buang-buang energi. Cuma bikin pusing aja. Toh sebentar lagi Lala akan selesaikan urusannya dengan pihak Kahyangan dan janin yang kukandung ini akan dikembalikan kepada pemilik sebenarnya, sesuai janji paman Dewa Jenaka." Benar. Rayo tidak mau berpikir tentang. keganjilannya itu. Ia merasa lebih baik mengikuti hawa kantuknya daripada harus mengalami tekanan batin akibat memikirkan kehamilannya. Maka pukul sebelas lewat, Rayo sudah tidak ingat apa-apa lagi hanyut ke alam mimpinya. Nyenyak. Hanya saja, kenyenyakan tidur itu kali ini terganggu oleh tangan Barbie yang mengguncangguncang lengannya. Barbie membangunkan tidur

Page 23: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

Rayo dengan satu alasan klise. "Aku pengen pipis, Kak." "Ya, ke kamar mandi sana. Jangan lupa nanti diguyur ya?" "Anterin, Kak takut."

"Aduuh, Barbie... kemarin malam kamu keluar masuk kamar mandi sendirian nggak takut. Masa' sekarang takut?!" tapi Rayo tetap saja bangun melayani kemanjaan Barbie. Selesai buang air kecil, Barbie mendapat teguran dari Rayo. "Lain kali kalau mau pipis nggak usah bangunin kakak, ya? Soalnya, kalau kakak sudah tidur, lalu dibangunkan, maka akan sulit untuk tidur kembali." "Iya, Kak." "Nggak usah pakai alasan takut lagi. Kakak tahu, Barbie anak pemberani. Nggak pernah punya rasa takut pada siapa pun. Jadi, Barbie jangan bohongin kakak lagi dengan alasan takut, ya?" Barbie mengangguk "Iya. Sebenarnya aku bangunkan Kakak bukan karena takut ada setan." "Tuh ! , bener kan. Lantas, karena apa?" "Karena aku mau kasih tahu Kakak, tapi takut kalau nggak dipercaya." "Mau kasih tahu apa maksudmu?" "Hmmm, mau kasih tahu... di luar rumah ada orang, Kak." Diam sebentar Rayo menyimpulkan ucapan anak itu. "Dia mau dekatin rumah ini, Kak." "Orang... orang apa maksudmu?" "Orang itu mau jahat sama Kakak." Makin berkerut dahi Rayo, makin tajam matanya memandang Barbie. Yang dipandang sebentar-sebentar memperhatikan ke arah pintu. Hal itu membuat Rayo bertambah curiga. "Barbie, kamu sungguh-sungguh bicara begitu?" "Kalau nggak percaya, coba Kakak intip dari balik gordyn depan. Kakak akan lihat seorang perempuan berdiri di depan pintu gerbang sana. Dia pakai topi, kayak anak lelaki."

Penasaran hati Rayo jadinya. Ia ingin buktikan kata-kata anak itu, sebab ia sudah punya banyak informasi

tentang kelebihan bocah berwajah boneka ini. Dengan hati-hati sekali Rayo keluar dari kamar, diikuti oleh Barbie. Mereka menuju ruang tamu yang sengaja tidak dinyalakan lampunya. Dalam keadaan gelap Rayo menyingkap sedikit gordyn penutup dinding kaca yang menghadap ke arah depan. Dari situ ia dapat memandang ke arah pintu gerbang yang berjarak 30 meter dari tempatnya berada. "Astaga...?!" ucap Rayo. Ternyata yang dikatakan Barbie memang benar. Ada orang yang berdiri di depan pintu gerbang. Orang itu sendirian, mengenakan celana jeans, jaket, dan mengenakan topi biru. Cahaya lampu taman membias sampai sana, sehingga siapa pun yang berdiri di sana akan kelihatan dari tempat Rayo mengintip. "Dia bukan perempuan, tapi lelaki," bisik Rayo. "Bukan lelaki, Kak. Dia itu perempuan. Tapi dia pakai topi dan celana panjang, jadi seperti lelaki." "0, gitu?" Rayo mengintai kembali. Orang tersebut masih berdiri di tempatnya dengan kedua tangari dimasukkanke dalam saku jaketnya. Lalu, Rayo kembali bicara pada Barbie. "Menurutmu dia itu. siapa? Pencuri atau perampok?" "Nggak tahu. Pokoknya, dia punya niat jahat. Dia bukan orang biasa. Dia punya ilmu juga, seperti Kak Mala." "Oh, dia punya kekuatah gaib?!"' "iya. Punya kekuatan gaib. Sebentar lagi dia akan buat semua listrik di sini padam." "Wah, gawat! Sebaiknya kita...," Blaaap... ! Rayo belum selesai bicara, listrik sudah padam lebih dulu. Semua tempat menjadi gelap. Bukan hanya lampu di villa itu saja yang padam, tapi lampu jalanan dan di villa lain juga padam. "Barbie, sini ikut kakak ke kamar. Kakak mau ambil HP buat telepon polisi." Rayo berusaha menggenggam tangan Barbie untuk dibawa masuk ke kamar.

Page 24: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

"Nggak usah telepon orang lain, Kak. Tenang aja, aku mau nyalakan semua lampu yang padam in." "Barbie, kamu. .." Kaki anak kecil itu menghentak ke lantai satu kali sebelum Rayo selesai bicara. Duugh... ! Maka, seketika itu juga semua lampu meniadi menyala. Bahkan lampu yang semula memang dipadamkan ternyata ikut menyala juga. Lampu jalanan yang padam sejak tiga hari yang lalu, kini menyala terang. Semua lampu menyala dua kali lipat lebih terang dari aslinya. Rayo sempat tertegun kagum memandangi Barbie. Tapi dia segera ingat tentang orang misterius di gerbang sana, maka ia pun buru-buru mengintip lagi dari balik gordyn yang tadi. "Orang itu masih ada!" bisik Rayo. "Tapi dia sudah berada di halaman kita. Belum jauh dari pintu gerbang sih, dari mana dia bisa masuk, padahal pintu gerbang terkunci dan tampaknya tidak dirusak sedikit pun?" "Kakak heran, ya?" Teguran pelan Barbie membuat Rayo sadar bahwa keajaiban seperti itu mestinya sudah bukan sesuatu yang mengherankan lagi baginya. Pasti perempuan bertopi biru itu menggunakan kekuatan gaibnya untuk bisa menembus gerbang besi tinggi itu. "Bie..., sekarang dia sedang kebingungan memandang ke sana-sini. Heran melihat lampu menyala semua, kali ya?" Barbie ikut ngintip lewat celah gordyn itu juga. "Dia bukan bingung melihat semua lampu menyala, Kak. Tapi dia sedang mencari siapa yang menyalakan lampu-lampu ini," Berbie tertawa cekikikan, tapi sangat pelan. Tangan Rayo buru-buru membungkamnya, karena khawatir didengar perempuan tersebut.

Blaab... ! Lampu padam lagi. Sebelumnya Rayo sempat melihat perempuan itu menjentikkan jarinya, lalu semua lampu menjadi padam. Maka, Barbie pun segera menghentakkan kakinya ke lantai seperti tadi. Duugh... ! Dan, semua lampu menyala kembali secara serentak. Rayo melihat perempuan bertopi itu terperangah kesal. Lalu, ia berjalan dengan langkah cepat menuju teras. "Kak, Kak... orang itu mendekati kita!" "Ssst, iya... kakak tahu. Sebaiknya kakak keluar saja untuk temui dia dan menanyakan apa maunya." "Jangan, Kak! Nanti orang itu celakai Kakak." " Kalau kakak bersikap baik-baik, mungkin dia.. ." "Pokoknya jangan keluar. Orang itu memang cari Kakak." "Terus, gimana dong?" "Aku aja yang temui dia," jawab Barbie dengan ucapan cepat. Rayo tak sempat melontarkan kata pencegahan, tahu-tahu anak itu sudah berkelebat pergi. Menembus pintu. Bluuuss... ! Rayo hanya bisa tercengang melihat kejadian gaib yang dilakukan bocah sekcil Barbie. Timbul rasa khawatirnya terhadap Barbie. Rayo tak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan pada diri anak itu, maka ia segera menyusulnya keluar. Tapi rupanya pintu tak bisa dibuka..Kunci pinta itu tak berfungsi . "Pasti dibuat begini oleh Barbie, biar aku nggak bisa keluar! Sialan tuh anak!" sambil tangan Rayo menyingkap kembali kain gordyn tempatnya mengintip dari tadi.

Dilihatnya anak itu sedang duduk di tepian tembok teras yang tingginya hanya satu meter kurang. Barbie duduk dengan santai, mengayun-ayunkan kedua kakinya.

Tenang sekali. Tak merasa kedinginan sedikit pun, padahal ia hanya mengenakan rok bertali di pundaknya tanpa lengan. Perempuan bertopi itu memperlambat langkahnya setelah menyadari ada seorang anak duduk di teras. Kedua tangan yang tadi dimasukkan saku jaket, kini dikeluarkan dengan jari-jari sedikit renggang. Sepertinya ia bersiap melakukan satu tindakan yang

Page 25: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

bersifat menyerang. Atau berjaga-jaga menghadapi bahaya yang sewaktu-waktu datang menyerangnya. Semakin dekati teras, semakin lambat langkahnya. Dari tempat pengintaiannya Rayo bisa melihat jelas raut wajah perempuan itu. Bahkan ekspresi keheranan perempuan itu pun bisa terlihat jelas oleh Rayo. "Mau cari siapa, Bibi?" tegur Barbie dengan tengil. Perempuan itu tidak langsung menjawab, tapi menghentikan langkahnya dan menaikkan topinya sedikit, agar penglihatannya lebih jelas lagi. Barbie cengar-cengir seenaknya. Tetap tenang. "Bibi mau cari siapa? Kok nggak jawab sih?" "Kamu tinggal di sini?" "He,eh. Kenapa?" "Mama kamu mana ?" "Mama itu apa? Ibu, ya? Kalau ibu, nggak ada." "Lalu, siapa orang yang sedang hamil di rumah ini?" Rayo terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia mengusap perutnya dengan dahi berkerut, karena hatinya bertanya-tanya, apa maunya orang itu dan mengapa bertanya tentang kehamilan. "Hamil itu apa sih? Lapar?" Perempuan itu makin mendekat lagi. Sengaja membungkuk biar beradu pandangan dengan Barbie. "Hamil itu perutnya mengandung bayi. Siapa yang sedang mengandung bayi di rumah ini?" "Bukan aku kok. Aku kan masih kecil. Mana bisa perutku dimasuki bayi."

"Aku tahu kalau bukan kamu, tapi siapa?" "Yaaa, nggak tahu. Tanya aja sama yang lain. Aku orang baru di sini, Bi." "Kalau begitu aku akan menggeledah rumah ini, dan mengambil kandungan orang yang sedang hamil." Wuuut... ! Tahu-tahu gadis kecil itu sudah berdiri menghadang langkah perempuan bertopi, yang tak lain adalah Mak Ayu. Keberadaan Barbie yang tahu-tahu menghadang di depannya sempat membuat Mak Ayu semakin curiga. Ia tak melihat anak itu berdiri dari duduknya, bahkan tidak melihat anak itu bergerak turun dari tempatnya semula, tapi dia bisa dengan cepatnya berada di depan pintu masuk. "Anak ini bukan sembarang anak," pikir Mak Ayu. " Tapi kenapa nggak ada getaran energi apapun yang kurasakan darinya?" "Bibi nggak boleh masuk!" Barbie merentangkan kedua tangan saat Mak Ayu maju selangkah. "Sepertinya aku pernah melihatmu, Nak." "Aku belum pernah tuh," jawab Barbie dengan spontan sekali. Mak Ayu menarik napas panjang. "Kalau kamu meng,halangi langkahku, kamu akan menyesal. Jadi, sebaiknya kamu jangan sok tahu begitu, Nak. Menyingkirlah!" "Nggak mau." Barbie bertolak pinggang. Lagaknya semakin tengil. Mak Ayu menjadi bertambah geram. Rayo sangat khawatir melihat Barbie bertingkah begitu. Tapi ia hanya bisa kebingungan sendiri di dalam karena tak bisa membuka pintu depan. Bahkan ketika ia mencoba mau lewat belakang, lalu memutar ke samping untuk sampai teras, temyata pintu belakang pun sulit dibuka. Pintu tembus garasi sama sekali tak hisa bergerak handlenya. "Hey, anak kecil nggak baik berlagak begitu sama orang tua. Kurang ajar itu namanya."

"Biarin." Mak Ayu menggeram, "Kamu benar-benar memaksaku marah ya?,Haah ... ?! " Mak Ayu mengayunkan tangannya untuk menampar wajah Barbie, tapi ayunan itu tak mengenai apapun selain udara kosong. Sekali lagi Mak Ayu maju selangkah agar tangannya bisa menjangkau Barbie. Kemudian, tangan itu diayunkan kuat-kuat dengan sasaran wajah Barbie. Wuuuut... ! Kencang sekali. Tapi Mak Ayu seperti menampar udara. Tanpa mengenai apa-apa. "Kamu lagi ngapain, Bi? Hihihihi...! " Barbie menertawakan. Kemarahan tak dapat ditahan-tahan lagi. Mak Ayu meraih kepala Barbie, menjambak

Page 26: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

rambutnya, kemudian dengan sadis ia lemparkan anak itu membentur tiang teras. Wuuusst... ! "Hahh ..?! " Mak Ayu terbelalak kaget. Ternyata ia tidak melemparkan apa-apa. Barbie masih berdiri di tempatnya sambil cekikikan sendiri. "Kurang ajar! Kau berani mempermainkan aku, Bocah busuk ... !!" Kini dengan kedua tangannya Mak Ayu menjambak rambut Barbie, satu tangannya mencengkeram lengan Barbie. Anak itu diangkat dan dibantingkan ke arah pilar teras lagi. Wuussst... ! Kejadiannya sama seperti tadi. Tidak ada yang dibanting oleh kedua tangan Mak Ayu. Padahal tadi dia yakin betul telah berhasil menjambak rambut dan mencengkeram lengan anak itu. Tapi kenyataannya ia hanya seperti membanting udara kosong dengan sekuat tenaga. Suara Barbie terdengar cekikikan di belakangnya.

Mak Ayu makin dibakar kemarahan. Napasnya tampak terengah-engah. Dadanya naik-turun dengan jelas

sekali. Tatapan matanya menjadi liar dan beringas, "Hi hi hi hi... Bibi habis ngapain? Kok ngos-ngosan?" "Jangan ngeledek kamu, haaagggrrh ... !!" Tangan kanan Mak Ayu diangkat melebihi kepalanya Telapak tangan itu seperti terbakar di bagian tengahnya. Menyala merah seperti bara. Energi gaibnya itulah yang akan dihantamkan ke tubuh Barbie tanpa ragu-ragu lagi. Sedikit pun sudah tak ada belas kasihan lagi terhadap anak itu. Tapi sebelum tangannya Mengayun, Barbie sudah lebih dulu menudingkan jari telunjuk ke arah Mak Ayu sambil tetap cekikikan. "Hi, hi, hi, hi... Bibi tangannya lucu, ada lampunya . Hihihi ... !" Wuuuuussss... !. Tahu-tahu tubuh Mak Ayu seperti diterjang badai paling ganas. Terlempar ke belakang dengan sangat kuat. Topinya terlepas dari kepala, rambutnya tampak terurai panjang. Mak Ayu tak mampu menguasai keseimbangan badannya: Melayang-layang di udara bebas dalam posisi telentang. Suaranya mengerang panjang. Gumprrrraaang , ... !!!! "Aaahhk ... ! " pekik Mak Ayu, karena hempasan itu membuat kepalanya beradu keras dengan pintu gerbang besi. Ia terbanting di sana, lalu terkapar sambil mengerang kesakitan. Bukan hanya kepalanya yang berdarah dan dipegangi tangannya, tapi tangan yang satunya juga memegangi dada yang terasa sakit sekali itu. Sekujur tubuhnya terasa sakit semua. Tundingan jari Barbie tadi temyata mengandung kekuatan gaib yang sangat besar, hingga Mak Ayu terlempar jauh dan membentur gerbang besi dengan sangat kuat.

Bahkan ketika ia sempatkan melirik dadanya, ternyata jaketnya telah berlubang sebesar uang logam, dengan sisa hangus di bagian tepinya. Lubang itu bukan hanya pada jaket, namun tembus sampai ke baju dalamnya, bahkan sampai melubangi kulit serta daging di

bagian dada itu. Masih ada asap yang mengepul dari lubang di dada tersebut. Mak Ayu benar-benar kesakitan. Nyaris lumpuh akibat luka bakar di dadanya seperti ikut memutuskan urat-urat di sekujur tubuhnya. darah yang keluar dari lubang itu berwarna hitam. Mungkin darah tersebut ikut terbakar hangus juga. Rayo berhasil keluar dari rumah dengan cara memecahkan kaca jendela di ruang makan. Ia segera menghampiri Barbie dengan sangat tegang. Langsung memeluk Barbie dalam posisi jongkok. "Kamu nggak apa-apa, Bie?! Kamu nggak terluka kan?!" "Nggak. Bibi yang di sana itu yang terluka. Hi, hi, hi... tadi dia terbang kayak bungkus roti kena angin,Kak! Lucu sekali." Rayo Pasca tak

Page 27: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

bisa ikut tertawa. Ketegangan dan kecemasan membuatnya tersenyum pun sulit. "Mana orang itu sekarang, hah? Mana? Kalau dia mati bagaimana? Kita jadi kena perkara, Barbie. Kita bisa ditangkap polisi dan dipenjara kalau sampai orang itu tadi mati! Di mana dia sekarang?!" "Tuuuh, di pintu gerbang... ! Yuk, lihat dia yuk, Kak!" Barbie berlari-lari kecil sambil menarik tangan Rayo. Namun sampai di sana mereka tak menemukan Mak Ayu. Tidak ada seorang pun yang terlihat melintas di jalanan depan pintu gerbang itu. Tapi mereka menemukan sisa tetesan darah hitam di tanah beraspal. Salah satu besi pintu gerbang juga tampak berlumuran darah yang warnanya hitam. "Ke mana perginya orang itu, Barbie?! Kemana, hah?!" "Nggak tahu. Tadi aku lihat dia jatuh di sini."

Sambil terengah-engah Rayo memeriksa sekeliling gerbang. Tapi tidak ada tenda-tanda yang mencurigakan. Hanya saja, bulu kuduk Rayo jadi merinding lagi, karena tiba-tiba ia mencium bau wangi kembang sewaktu angin

berhembus pelan menerpanya. "Bau kembang dari mana ini? Apakah dari tanaman asli,atau dari alam sana? Hmm, jangan-jangan ini bau wangi kembangnya orang mati?" Rayo clingak-clinguk, lalu tiba-tiba ia membungkuk sambil menyeringai menahan sakit. "Uhhkk .. !! " "Kak... ? Kenapa ? " "Oouuhhkkk... Cepat kita masuk ke dalam, Bie.. ! Ayo, lekas." "Tapi... tapi Kak Ray kenapa? Sakitnya kambuh, ya?" "Iyy, iya... ! Ouuhhff... !" Rayo tak sanggup lari. Perutnya seperti diremasremas dan dipelintir-plintir dengan kasar. Belum pernah ia merasakan sakit perut seperti ini, meski sejak ia mengalami kehamilan gaib itu. Entah mengapa sekarang perutnya menjadi sangat sakit, sampai keringat dinginnya bercucuran membasahi wajah, leher dan dada. "Aauuhh... ! Aaahhhkk... !" Barbie membuka pintu rumah dengan mudah sekali. Tanpa kunci atau benda apapun. Ia menarik tangan Rayo agar segera masuk, lalu menutup, pintu itu. Lubang kunci diusap memakai tangan kanannya. Pintu itu telah terkunci lagi seperti semula. Saat itu Rayo meringkuk di sofa panjang sambil mengerang kesakitan. Kadang tubuhnya mengejang demi menahan rasa sakit yang seharusnya dilampiaskan dengan teriakan keras-keras. "Kak...? Kak Ray... ?" suara Barbie tak terhiraukan lagi . Rayo sibuk menahan rasa sakit itu. Tapi nada suara Barbie temyata makin lama makin meninggi. "Kok Ray... ?! Kenapa perut Kakak jadi besar... ?! Kak... lihat tuh, perut Kakak jadi besar... !" Rayo sibuk melawan rasa sakit, Barbie kebingungan sendiri melihat perut Rayo makin membengkak dan terus membengkak.

5 KETAMPANAN milik Perwira Muda itu sangat disayangkan oleh Kumala Dewi kalau sampai habis terbakar gas beracunnya Parit Kematian. Sejujurnya saja, Kumala menyukai wajah tampan milik Ekapaksi. Imut.dan terkesan lugu. Biasanya wajah-wajah seperti itu awet muda. Dalam perkiraan Kumala, sang Perwira Muda itu baru berusia sekitar 23 tahun. Tapi dalam kenyataannya mungkin lebih. Di Kahyangan banyak dewa-dewi yang kelihatan masih muda belia tapi sebenarnya sudah berusia ratusan tahun. "Sayang sekali dia terlalu disiplin dalam tugasnya. Terlalu kokoh memegang sumpah jabatannya. Aku jadi bingung harus berbuat apa kalau begini," ujar hati Kumala dengan menutup jalur gaibnya supaya tak didengar Ekapaksi. Katanya lagi, "Dia tetap mengusirku dari tempat ini. Kalau aku benar-benar keluar dari batas wilayah Kahyangan ini, aku merasa sangat dilecehkan olehnya. Terhina sekali kalau sampai aku diusir keluar dari Kahyangan untuk yang kedua kalinya. Tapi kalau

Page 28: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

kulayani tantangannya, dia pasti kalah. Dan, kalau dia merasa kalah berhadapan denganku, maka dia akan nekat bunuh diri. Duhhh, harus bagaimana aku kalau begini ... !!" Dewi Ular sudah jelaskan, bahwa dia sebenarnya adalah warga Kahyangan juga, anak dari Dewa Permana dan Dewi Nagadini. Tetapi agaknya Ekapaksi tidak mudah mempercayai penjelasan yang datang dari pihak luar .

"Siapa pun bisa saja-mengaku anaknya paman Permana, atau anaknya dewa yang lain. Pengakuan palsu seperti itu mudah dilakukan oleh siapa saja. Tapi jangan harap aku mempercayainya. Karena jika satu kali aku percaya oleh pengakuan dari pihak luar, maka selanjutnya aku akan mempunyai kebiasaan begitu. Pada akhirnya nanti aku akan tertipu oleh penuturan lawan,sehingga

perbatasan ini akan mudah dilalui oleh siapa saja dan dari alam mana saja. Karena itu, aku mohon maaf... belum bisa mempercayai pengakuanmu , Kumala " Juga ketika Kumala Dewi menjelaskan bahwa dia datang ke Kahyangan karena diundang oleh para dewa senior, dia dijemput oleh utusan terhormat yaitu Dewa Jenaka, tapi karena suatu, halangan maka ia terpisah dari Dewa Jenaka. Penjelasan itu hanya ,membuat Ekapaksi tersenyum sangat tipis. Menandakan bahwa hatinya sedikit pun tidak mempercaya penjelasan tersebut. "Siapa saja bisa mengaku kenal dengan Dewa Bahakara, atau dewa lainnya. Tapi sekali lagi aku mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena aku belum bisa mernpercayai pengakuan seperti itu. Jadi, sebaiknya cepatlah tinggalkan perbatasan ini, Kumala. Atau, kita tentukan sekarang juga siapa yang harus mati di sini." Menyedihkan sekali. "Dia telah menginjak-injak harga diriku dengan halus dan sangat sopan," pikir Kumala. "Daripada aku pergi karena usirannya, lebih baik kucoba untuk melumpuhkan dia, tapi jangan sampai ia merasa kalah dan bunuh diri. bagaimana caranya?" Dari mulut berbibir sensual itu terucap kata-kata bernada keras yang ditujukan pada Ekapaksi. “kulayani tantanganmu. Kita tentukan siapa yang mati di sini demi tugas dan harga diri; kau, atau aku." Sambil melangkah ke samping untuk mengatur jarak, Kumala masih terus berpikir mencari jalan yang terbaik. Dan, tiba-tiba ia dapatkan satu gagasan yang tidak terlalu cemerlang namun lumayan untuk mengatasi kebimbangannya sejak tadi. "Kulumpuhkan dia, tapi jangan sampai mati. Akan kubuat dia terpuruk tanpa bisa berbuat apa-apa, sehingga tak punya kesernpatan untuk melakukan bunuh diri."

Ekapaksi pun melangkah ke samping, mengambil jarak pertarungan, sambil matanya memperhatikan

Kumala lekat-lekat. Seperti sedang mencari tahu, di. mana kira-kira titik kelemahan lawannya itu. Tiba-tiba terdengar suara gemuruh seperti gunung runtuh. Suara itu ,menggema ke mana-mana. Gluuuurrrrrr .... ! Pohon pinus bergetar. Tebing Parit Kematian juga bergetar, menimbulkan suara aneh tersendiri. Menyeramkan. Kumala Dewi melirik ke sana-sini mencari tahu suara apa yang terjadi saat itu. Ekapaksi pun tidak memperhatikan lawannya lagi, namun justru memandang ke seberang parit penuh selidik. Suara gemuruh yang panjang itu kini disusul dengan suara dentuman kecil, tapi membuat tanah sekitarnya menyentak-nyentak dalam guncangan lebih hebat lagi. Jduuur, jduuur, jduuur... !! Tubuh mereka berdua ikut terlonjak-lonjak tiga kali. Seperti

Page 29: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

menaiki truck bak terbuka lalu melintasi polisi tidur tiga kali. Begitulah kira-kira sentakan tubuh mereka yang membuat keduanya sama-sama tegang, namun bukan untuk saling menyerang. Justru tanpa sadar mereka saling berdekatan dengan pandangan. mata nanar penuh waspada. "Gemuruh dari mana itu tadi?" tanya Kumala setelah suara gemuruh hilang dan getaran alam berhenti. "Entahlah. Tapi sepertinya terjadi di dekat-dekat sini." Belum sempat Kumala mengajukan usul untuk sama-sama Memeriksa. situasi perbatasan, tahu-tahu suara gemuruh itu datang lagi walau tak sekeras tadi-. Kali ini suara gernuruh itu sangat pelan dengan getaran alam sekelilingnya juga pelan. Mereka berdua menjadi seperti berada di atas sebuah ayakan raksasa. Bergetar terus dalam posisi apa saja. Bahkan kadang oleng seperti mau jatuh. Jika-bicara suara mereka menjadi bergetar, mirip vibrasi seorang vocalis yang sedang menyanyikan sebuah lagu. "Pertarungan kita tunda dulu, Kumala."

"Aku setuju. Kalau boleh kubantu kau merneriksa keadaan sekitar wilayah perbatasan ini." "Untuk apa kau mau membantuku?" "Sudah kubilang, ayah-ibuku ada di sini dan .. " Kumala mengalihkan pembicaraan sebentar sambil memegangi lehernya. "Aduuh, suara kita kok jadi kayak gini, ya? Kayak kaset lagu yang pitanya udah kriting." Dewi Ular tersenyum geli, membuat Ekapaksi pun merasa geli setelah menyadari suara mereka sama-sama bergetar. Hanya saja, Ekapaksi tak mau menonjolkan senyuman gelinya. Mungkin demi menjaga keseriusannya sebagai seorang Perwira Muda yang tetap menganggap Kumala musuhnya,maka ia merasa tak layak tampil cengar-cengir pada saat itu. Kumala Dewi kembali ke pembicaraan semula, "Bagaimana dengan usulku tadi? Boleh aku ikut merneriksa keadaan wilayah ini?" Ekapaksi tidak menjawab. Diam. Tapi tampak sedang berpikir mempertimbangkan usulan tersebut. Pada saat itu, Kumala melihat dua kelebat bayangan melintas di belakang Ekapaksi. Wuuut, wuuut . ! Ekapaksi dalam bahaya, pikimya. Maka, dengan secepat kilat Kumala meraih tangan Ekapaksi dan menariknya dalam satu sentakkan kuat. Weess... ! Ekapaksi terpelanting di belakang Kumala sementara itu kedua tangan Kumala segera menyentak ke depan dalam posisi satu kaki berlutut. Buuhk, buttuhk.. "Aaahkk... !" "Uh,hk.k....!"

Dua pekikan pendek terdengar setelah Kumala Dewi melepaskan pukulan hawa sakti ke arah dua kelebat bayangan tadi. Pukulan itu mengenai sasaran. Keduanya terkapar sambil bersandar pada batang pohon pinus.

Mereka mengerang kesakitan. Dewi Ular mendekati dua pemuda yang sama-sama mengenakan rompi hitam berhias, benang emas. Wajah mereka tampan-tampan walau tidak setampan wajah Ekapaksi. "Tahan, Kumala. . !" sergah Ekapaksi yang menyangka Kumala akan menghajar kedua pemuda itu. "Mereka menyelinap mau menyerangmu dari belakang." "Bukan. Mereka anak buahku." " Ooh ...!!? " Kumala merasa menyesal bercampur malu. Kedua anak buah Ekapaksi itu segera dihampiri. Wajahnya sudah membiru akibat pukulan hawa sakti yang mengenai dada mereka: Kondisi mereka segera dipulihkan oleh Kumala Dewi menggunakan hawa murni penyembuh segala macam luka. "Maafkan aku., Sekali lagi, maafkan. Aku nggak tahu kalau kau punya anak buah, Paksi." "Sebagai orang asing, kurasa kau tak perlu mengetahui hal itu agar kau tak tahu seberapa besar kekuatan penjagaan di sini." Ekapaksi membantu salah seorang untuk berdiri. Getaran alam dan suara gemuruh

Page 30: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

sudah berhenti. Suara Ekapaksi terdengar jelas saat menyebut nama kedua anak buahnya itu. "Azoma, Hasta... bahaya apa yang,kalian hadapi di ujung parit sana? Jelaskan." "Tidak ada bahaya dari pihak luar, Paksi, " jawab Azoma sambil sesekali melirik Kumala penuh curiga. "Yang muncul adalah bahaya dari dalam," timpal Hasta. Kedua-alis tebalnya Ekapaksi mengernyit tajam. "Bahaya dari dalam? Maksudmu suara gemuruh dan getaran tadi berasal dari pihak kita sendiri?" "Benar, Paksi," Azoma yang. menjawab, dan agaknya ia lebih banyak mendapat informasi ketimbang Hasta.

Katanya lagi, "Hyang Dewa Nathalaga sedang

marah. Suasana di Balai Sidang menjadi kacau. Bubar semua." "Dewa Perang marah?! Gawat!" gumam Kumala, tapi terdengar oleh Ekapaksi, sehingga Kumala pun sempat dipandangi oleh Ekapaksi dengan nada heran. Ekapaksi tak menyangka kalau Kumala mengetahui bahwa Dewa Nathalaga adalah Dewa Perang. Namun agaknya Ekapaksi tak mau menunjukkan rasa heran itu secara lerang-terangan dan berkepanjangan. Ekapaksi segera beraling pandangan kepada Azoma. "Lanjutkan keteranganmu, Azoma." "Mungkin saat ini kemarahan Hyang Nathalaga sudah reda, karena saat kulinggal kabur ke ujung parit menghampiri Hasta, Hyang Nathalaga sedang dibujuk dan ditenangkan oleh beberapa dewa sepuh kita, termasuk Hyang Dewa Murkajagat." "Apa yang membuat Dewa Nathalaga marah?" tanya Ekapaksi. "Kabar yang kudengar, kemarahan itu dikarenakan utusan yang beliau kirimkan ke bumi sampai batas waktu ini belum kembali. Utusan itu adalah Dewa Bahakara, alias Dewa Jenaka." Ekapaksi melirik sekilas ke wajah Kumala Dewi yang tampak serius mendengarkan keterangan Azoma. Ekapaksi teringat pengakuan Kumala tadi. Namun is belum mau membahasnya, karena masih ingin mendengar penjelasan Azoma selanjutnya. "Dewa Jenaka diutus menjemput putri tunggalnya Dewa Permana yang dulu dibuang ke bumi. Sampai sekarang keduanya belum menghadap beliau. Padahal sesuai hasil sidang para dewa senior beberapa waktu yang lalu, seharusnya hari ini dilakukan upacara agung di Sasana Dewantara. Dalam upacara agung itu Sang Hyang Maha Dewa akan hadir secara resmi..." "Tunggu, tunggu. ," potong Ekapaksi. "Upacara agung itu untuk keperluan apa?" "Untuk acara penobatan Manggala yudha...."

"0, siapa yang mau diangkat menjadi senopati perang?" "Yaaa, putrinya Dewa Permana itulah," sahut Hasta yang sudah sangat paham, karena sudah lebih dulu mendapat penjelasan hal itu dari Azoma. "Begitulah, Paksi Tapi sampai saat ini Dewa Jenaka belum kembali ke Kahyangan, padahal seharusnya sudah dari kemarin Dewa Jenaka datang bersama putrinya Dewa Permana itu. Rencana upacara penobatan agaknya gagal dilaksanakan saat sekarang ini, sedangkan Dewa Perang dan jajarannya sudah mempersiapkan upacara agung secara besar-besaran. " "Termasuk upacara untuk menyambut kedatangan sang calon senopati perang kita itu," tirnpal Hasta. "Dengar-dengar upacara penyambutannya saja akan dilakukan secara besar-besaran dan meriah. Jadi,menurutku . . wajar saja kalau Dewa Nathalaga merasa kecewa atas kelambatan kerja Dewa Jenaka, yang seharusnya sudah berada di Balai Sidang bersama sang calon senopati itu." "Tadi kudengar," sambung Azoma, "Hyang Dewa Nathalaga mau nekat turun ke bumi sendiri menjemput dan

Page 31: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

membujuk putrinya Dewa Permana itu untuk dibawa ke sini. Tapi sepertinya tadi niat itu dicegah oleh Hyang Dewa Murkajagat. Entah bagaimana keputusan terakhir, aku sudah pergi lebih dulu."„ Dewi,Ular diam saja. Bahkan berlagak seolah-olah tidak tahu menahu tentang hal itu. Tapi dari tadi diam-diam Ekapaksi menyimpan kegelisahan di hatinya. Sampai akhirnya ia bertanya dengan suara pelan kepada Azoma, namun suara itu tetap terdengar sampai di telinga Kumala Dewi. "Apa kamu tahu, -siapa nama putrinya Dewa Permana yang mau dinobatkan sebagai senopati perang kita itu?" "Apa kamu tidak tahu? Seharusnya kamu lebih tahu dariku."

"Banyaknya anak dewa sepuh kita, mana mungkin kuhapal semua namanya? Kalau kau tahu, katakan siapa namanya?" "Hmmmm..., kalau tidak salah namanya... Dewi Ular, karena ia terlahir dari kandungannya Dewi Nagadini, ibunya." Hasta menimpali, "Aku juga pernah mendengar nama Dewi Ular dan beberapa kisah petualangannya. Kalau tidak salah, dia hidup di bumi dengan nama... Kumala. hmmm... Kumala Dewi." Deegh... ! Seperti ada yang menendang jantung Ekapaksi ketika kedua anak buahnya menyebutkan nama-nama itu. Matanya melirik cepat ke arah Kumala, dan kala itu Kumala berlagak cuek, memandang sekeliling ternpat itu dengan bertolak pinggang. "Ssst... , apa kalian pernah melihat seperti apa wajah atau si Dewi Ular itu?" "Belum," jawab Hasta, dan Azoma menimpali. "Aku juga belum pernah melihat seperti apa wajahnya." "Hemm, kalau... kalau wajah dan ciri-cirinya Kumala Dewi, kalian pernah lihat?" "Juga belum," jawab keduanya harnpir bersamaan. Ekapaksi kembali memperhatikan Kumala yang saat itu sedang, memunggungiriya. Padahal saat itu Kumala sedang tersenyum menertawakan pertanyaan Ekapaksi yang dianggap sebagai pertanyaan bodoh, tapi menggelikan. "Kalau dia?" bisik Azoma. "Dia itu siapa, dan mengapa ada di sini bersamamu?" Ekapaksi kebingungan menjawabnya. Mendesah beberapa kali sambil sebentar-sebentar melirik ke arah Kumala yang sekarang sudah dalam posisi berhadapan dengan mereka bertiga. Kumala sengaja menatap Ekapaksi. Tatapannya lembut, tenang, tapi membuat. Ekapaksi semakin salah tingkah sendiri.

"Pssst... !" Azoma mendesis sambil mencolek, lengan Ekapaksi. "Kamu belum jawab pertanyaanku. Dia itu siapa?!" Ekapaksi garuk-garuk kepala. "Tadi memang dia mengaku, bernama Kumala Dewi, alias Dewi Ular. Juga mengaku sebagai anaknya Dewa Permana dan Dewi Nagadini, dan mengaku dijemput Dewa Jenaka untuk dibawa ke sini tapi terpisah dengan Dewa Jenaka dalam perjalanan." "Oohh, jadii... jadi dia adalah..." "Itu pengakuannya!" potong Ekapaksi, sambil menghindari tatapan mata Kumala dari jarak sekitar sepuluh langkah. Tambahnya lagi, "Tidak semua pengakuan adalah kebenaran yang sejati. Banyak yang celaka akibat pengakuan dusta." "Dan, lebih celaka lagi orang yang selalu berusaha menutupi kebodohannya," sahut Kumala sambil berlagak melihat-lihat arah lain, namun ekor matanya tetap tertuju pada Ekapaksi. Tiba-tiba terdengar suara Hasta menyentak. "Hey, lihat itu... !" Semua terkejut, termasuk Kumala. Hasta menunjuk ke satu arah. Pandangan mata segera tertuju ke arah tersebut. Oh, ternyata ada seberkas sinar biru cerah sedang. melintas di atas perbukitan pinus. Sinar itu bergerak zigzag di antara batang-batang pohon pinus. Dia bergerak menjauhi tempat pertemuan

Page 32: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

Kumala dan Ekapaksi itu. Karena munculnya dari balik perbukitan, maka Ekapaksi tak perlu mengejar, karena ia yakin sinar itu bukan datang dari pihak lawan. "Dewa siapa yang pergi itu?" Azoma bertanya lirih tak ditujukan pada siapa pun kecuali pada diri sendiri. Tapi dijawab pula oleh Ekapaksi dengan suara pelan. "Dilihat dari kecerahan warna birunya, sepertinya dia panglima kita, Zom."

"Dewa Ardhitaka maksudmu? Ah, sinar birunya tidak secerah itu kok. Ya, kan?" ia berpaling pada Hasta. "Kalau beliau sedang gusar memang begitu warna sinarnya," sahut Kumala, membuat kedua anak buah Ekapaksi tertegun memandangnya, sementara Ekapaksi tersenyum tipis, terkesan meremehkan pendapat Kurnala tadi. "Kalau kau masih berada di sini, sebaiknya jangan sok tahu." Kumala mau menyangkal, tapi sudah didului suara Azoma. "Eh, dia kembali lagi! Lihat itu..." "Iya, dia menuju kemari," timpal Hasta. Mereka menunggu dengan rasa ingin tahu. Sinar biru itu meluncur cepat ke arah mereka. Pada jarak tertentu sinar tersebut pecah dan padam. Blaab... ! Lalu, tampaklah seraut wajah tua berjubah putih dan mengenakan ikat kepada dari kain putih sederhana. Dari raut wajahnya Kumala sangat mengenalinya, sementara Ekapaksi dan kedua anak buahnya segera membungkuk sarnbil rnenyilangkan tangan kanan di dada-. Begitulah cara mereka memberi penghormatan kepada yang lebih senior. "Paman Ardhitaka . .. ?!" sebut Kumala sambil tersenyum dengan sedikit membungkukkan badan, tapi tak sampai menukik seperti yang dilakukan Ekapaksi dan anak buahnya. "Syukurlah kau sudah berada di sini, Kumala Dewi," ujar sang dewa senior, Dewa Bencana. Dialah komandan pasukan wilayah perbatasan. Praktis dia sebagai atasannya Ekapaksi. Oleh sebab itu, Ekapaksi dan anak buahnya bersikap sangat hormat menyambut kedatangan Dewa Ardhitaka yang kali ini mengenakan pakaian serba putih.

Ekapaksi sempat berdebar-debar cemas ketika mendengar Kumala menyapa Dewa Ardhitaka dengan sebutan paman, dan dengan tetap berdiri tenang, bahkan wajahnya berseri-seri. Lalu, debar-debar yang dialami Ekapaksi bertambah kuat dengan kecemasan semakin membuat kakinya gemetar setelah Dewa Ardhitaka menyebut nama Kumala Dewi tanpa keraguan lagi. "Mati aku! Kalau begitu, dia memang benar Kumala Dewi," keluh hati Ekapaksi sambil menelan ludahnya sendiri. "Paman, kenapa kali ini Paman mengenakan pakaian serba putih? Tumben amat?" sambil Kumala memandangi dari jarak cukup dekat. "Ketahuilah, Kumala... Nathalaga sekarang sedang marah, karena si Bahakara atau Dewa Jenaka belum pulang juga, padahal dia mendapat tugas untuk menjemputmu " "Ya, aku sudah mendengar ceritanya dari Azoma baru saja tadi, Paman," seraya Kumala menunjuk Azoma yang segera grogi dan salah tingkah. Dia tak menyangka namanya akan disebutkan oleh Kumala. Sementara itu, Kumala pun menjelaskan secara garis besar tentang peristiwa yang membuat dirinya terpisah dari Dewa jenaka, dan sampai sekarang belum berhasil bertemu dengan Dewa Penabur Tawa itu. "Akibat dati keterlambatan ini," kata Dewa Ardhitaka, "Kakang Nathalaga akan menjatuhkan hukuman berat kepada si Bahakara, jika nanti Bahakara sudah kembali." "Itu tidak adil, Paman. Sebab ..." "Aku juga sependapat begitu. Tapi, soal itu akan kupikirkan nanti saja. Sekarang yang perlu kau ketahui adalah... Nathalaga menunjukku

Page 33: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

untuk menggantikan tugasnya Bahakara, yaitu menjemput dirimu dalam waktu hanya satu hari menurut hitungan bumi! Hanya satu hari!" 'Paman menyanggupi?"

"Kalau aku menolak tugas itu, Nathalaga semakin murka. Dikhawatirkan akan merusak kedamaian di

Kahyangan. Oleh sebab itu, aku menyanggupi tugas tersebut. Tetapi lagi-lagi si Dewa Perang itu memberi ancaman yang memberatkan bagiku." "Ancaman apa, Paman?" "Kalau aku gagal menjemputmu atau terlambat membawamu ke Balai Sidang, maka hukuman yang akan kuterima adalah.... Hukuman mati!" "Ya, ampuuun... segitu marahnya Eyang Nathalaga, ya?!" gumam Kumala, lalu geleng-geleng kepala sambil berdecak. "Oleh sebab itu, aku mengenakan pakaian serba putih ini sebagai tanda bahwa Au sedang berada di ambang kematian. Sebab ketika aku menerima tugas itu, aku sendiri belum yakin akan berhasil menjemputmu. Bertemu denganmu pun itu belum bisa kupastikan. Tapi.... Dewa Ardhitaka menarik napas panjang. la berkata lagi, "Tapi, sekarang aku merasa tidak berada di ambang kematian, karena tak disangka-sangka ternyata kau sudah berada di wilayah Kahyangan, dan sedang bercanda, dengan Perwira Mudaku ini, ya? Bagus, bagus, bagus... !"

Dewa Ardhitaka menepuk-nepuk pundak Ekapaksi. Sang Perwira Muda sangat tidak enak hati karena disangka sedang bercanda dengan Kumala, sementara Kumala Dewi hanya bisa menarik napas,mernendam rasa kesal, Sebenarnya isa ingin mengadukan sikap Ekapaksi terhadapnya sejak tadi, tapi keinginan itu segera disingkirkan jauh-jauh, mengingat ada persoalan besar yang membentang di depan matanya, yaitu penobatan dirinya sebagai Manggalayudha atau Senopati Perang dari Kahyangan.

Paman, dulu aku pernah memberi tanda di telapak tangan Paman, bukan?"

"Ya, sampai sekarang masih ada. ," Dewa Ardhitaka menunjukkan telapak tangannya yang mempunyai tato gambar naga hijau. Kecil. Siapa pun yang diberi tato seperti itu oleh Kumala, berarti dia harus dibebaskan dari

hukuman apapun. Ketentuan tersebut konon sudah tertulis dalam KUHK, Kitab. UndangUndang Hukum Kahyangan. Dulu memang Dewa Ardhitaka pernah mendapat tato bebas hukuman dari Kumala, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "BULAN BERDARAH").

Dewa Ardhitaka berkata kepada Ekapaksi dan anak buahnya. "Siapa yang mendapat tato ini dari Dewi Ular, maka ia dibebaskan dari segala hukuman. Tapi hanya berlaku untuk tugas yang sedang dikerjakan pada saat itu. Bukan berlaku selamanya." Ekapaksi manggut-manggut, semakin malu kepada Kumala. "Sekarang mana tangannya yang satu lagi, Paman. Coba aku lihat sebentar." "Untuk apa?"

Dewa Ardhitaka menyodorkan tangan yang satunya dengan ragu dan heran. "Mau apa kau periksa tanganku yang tidak bertato ini, Kumala?" Kumala tersenyum-senyum. Telapak tangan itu diperhatikan. Dan, tiba-tiba dari jari tangan Kumala keluar sinar hijau kecil yang sangat cepat gerakannya.

Claaap !

Page 34: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

Dewa Ardhitaka terkejut, menarik tangannya dengan cepat pula. Tapi tangan itu segera dilihatnya kembali. Ternyata telapak tangan yang semula kosong, sekarang sudah ada tato baru. Tato gambar naga kecil warna hijau. Tato itulah sebenarnya jawaban dari pertanyaan Dewa Ardhitaka tadi. Sang Dewa berkerut dahi tajam sekali.

"Apa maksudmu memberikan satu tato lagi padaku, Kumala?" "Supaya Paman Ardhitaka bebas dari hukuman mati."

"Oh, Kumala, Kumala... rupanya kamu belum paham, ya? Tugasku bukan mencari tanda bebas hukuman, tapi menjemputmu dan membawamu menghadap Dewa Perang, biar dinobatkan dengan upacara

agung Kahyangan sebagai Senopati Perang! Nantinya kau harus berhadapan melawan anaknya Dewa Kegelapan yang memiliki kesaktian sangat membahayakan pihak Kahyangan maupun kehidupan di muka bumi, yaitu Athila Darapura! Ngerti?!"

"O, ya, aku sangat mengerti, Paman. Tapi tolong sampaikan kepada. Eyang Nathalaga, aku menolak penobatan itu!"

"Apa ... !!! "

"Hahh ... !! " Dewa Ardhitaka dan Ekapaksi dengan kedua anak buahnya, sama-sama tercengang kaget mendengar pernyataan tegas Kumala. "Kamu menolak penobatan itu, Kumala?!"

"Ya Paman. Aku tidak suka diagung-agungkan."

"Itu bukan mengagungkan kamu, tapi meresmikan kamu sebagai senopati perang kami!" "Aku nggak butuh jabatan resmi kayak gitu, Paman. Aku datang kemari semula hanya ingin menyelamatkan Rayo dari kehamilannya, dan membantu paman Dewa Jenaka agar tak kena sangsi hukurnan atas tugasnya. Tapi aku tidak tahu kalau akan dinobatkan sebagai Manggalayudha atau Senopati Perang. Kalau aku tahu akan ada upacara agung dan pesta penobatan besar-besaran, aku tidak akan datang, Paman. Aku tidak akan nekat menyeberangi Parit Neraka itu dan berselisih dengan Ekapaksi."

Dewa Ardhitaka terbengong dengan mulut melompong. Ekapaksi dan kedua anak buahnya hanya bisa saling pandang tanpa suara. Mereka tak menyangka bahwa Kumala akan menolak mentah-mentah acara bergengsi itu.

"Paman, sampaikan salamku kepada semua yang ada di Balai Sidang nanti. Katakan, bahwa tanpa penobatan seperti itu, aku tetap maju sebagai senopati perang jika Khayangan diserang Laskar Iblisnya si Lokapura. Dan, satu hal lagi... tanpa penobatan resmi begitu, aku tetap akan tampil sebagai lawan utamanya si Athila Darapura. Setinggi apapun kesaktian anak itu, kalau dia akan merusak kehidupan di bumi dan di Kahyangan, maka akulah yang akan maju menghadapinya, Paman."

Semua masih diam tertegun. Terkesima oleh perkataan tegas dari bidadari cantik jelita itu.

"Nah, cuma itu pesanku untuk Para leluhurku, Paman. Tolong sampaikan segera. Terima kasih. Selamat tinggal, Paman Ardhitaka... Selamat tinggal

Page 35: Serial Dewi Ular Parit Kematian - novelmu.com · adalah Niko Madawi, (Baca serial Dewi Ular dalam episode: "ILUSI ALAM KUBUR"). Cukup banyak Niko terlibat dalam petualangan gaibnya

Ekapaksi, Azom dan Hasta... Damai sejahtera menyertai hidup kalian dimana saja." Claaap... !'

Tiba-tiba. Kumala Dewi berubah menjadi seberkas sinar hijau berbentuk seperti naga kecil. Sinar hijau itu melesat dengan kecepatan melebihi cahaya Melintasi Parit Kematian tanpa mengalami luka apapun. Kemudian lenyap dan pandangan mereka. Sang senopati harus segera pergi, karena masih banyak kasus yang harus ditangani secepatnya.Terutama kehamilan Rayo Pasca. Jika ternyata Dewa Jenaka hilang entah kemana dan tak ditemukan lagi, lalu apa yang harus dilakukan Kumala untuk menyelamatkan kekasihnya dari kehamilan bayi titipan itu?

SELESAI

Episode Selanjutnya

Terjerat Asmara Mistik