serapan logam pb pada tanaman di taman kota...
TRANSCRIPT
SERAPAN LOGAM Pb PADA TANAMAN DI TAMAN KOTA
MARTHA TIAHAHU, JAKARTA SELATAN
Annisa Maulida
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M / 1437 H
SERAPAN LOGAM Pb PADA TANAMAN DI TAMAN KOTA
MARTHA TIAHAHU, JAKARTA SELATAN
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
Annisa Maulida
1111095000027
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016 M/ 1437 H
SERAPAN -"*"r,litilt:ffi #^ffi KorA MARTHA
SKRIPSI (Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (Sl)
Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta
Annisa Maulida1111095000027
Menyetujui,
NIP. 19690404 200501 2 005
Pembimbing II
WDr. Dasumiati. M. Si
NIP. 1973 Ag23 W99032002
Pembimbing I
0923 t99903 2002
PENGESAIIAN UJIAN
Skripsi yang berjudul "serapan Logam Pb pada Tanaman di Taman Kota Martha
Tiahahu, Jakarta Selatan" yang ditulis oleh Annisa Maulida, NIM 1111095000027
telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Januari 2016. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Stata
Satu (S1) Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas lslam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Pembimbing I
DekanFaku
Mengetahui,
dan Teknologi Ketua Program Studi Biologi
9720816 199903 I 003
20021220a2
FtrP. 19690404 200501
Pembimbing II
Dt-. Das-umiati, M, Stt{rP. 1973 0923 1999032 002
O,\ - {(ARI-A-1+ffi i. Daffiiati, n4. Sir[IP. 1973 0923 199903 2 002
i
ABSTRAK
Annisa Maulida. Serapan Logam Pb pada Tanaman di Taman Kota Martha
Tiahahu, Jakarta Selatan. Skripsi. Pembimbing Lily Surayya Eka Putri and
Dasumiati. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta dapat
mempengaruhi kualitas atmosfer, termasuk logam berat Pb yang berbahaya bagi
lingkungan. Taman kota berperan untuk mengurangi polusi udara sebagai
bioakumulator. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi Pb pada
daun angsana; mahoni; mangga; pinus; jati dan jambu dan juga untuk
menganalisis kondisi epidermis, stomata dan trikoma yang berhubungan dengan
konsentrasi Pb. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan April - Mei 2015 dengan
menggunakan metode purposive sampling di Taman Kota Martha Tiahahu,
Jakarta Selatan. Konsentrasi Pb dianalisis menggunakan metode spektrofotometer
serapan atom (AAS). Konsentrasi Pb tertinggi ditemukan pada daun angsana
10,94 ppm dan terendah pada daun jambu 3,5 ppm. Efek paparan Pb pada
tanaman menunjukkan adanya spot perubahan warna kuning pada epidermis daun
dan penurunan jumlah dan kerapatan stomata serta trikoma daun. Korelasi antara
konsentrasi Pb dengan jumlah dan kerapatan stomata adalah korelasi negatif (p
≤0,05, r = -0,818), korelasi konsentrasi Pb dengan jumlah dan kerapatan trikoma
serta kondisi epidermis daun adalah korelasi positif (p ≥0,05, r = 0,469) dan (p
≥0,05, r = 0,629).
Kata Kunci : Bioakumulator, epidermis daun, serapan logam Pb, taman kota
martha tiahahu.
ii
ABSTRACT
Annisa Maulida. Pb (Lead) Absorption in Plants in the Martha Tiahahu Park
City, South Jakarta. Undergraduate Thesis. Lecture Adviser Lily Surayya Eka
Putri and Dasumiati. Departement of Biology. Faculty of Science and
Technology, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
An increased number of vehicles in Jakarta could affect the quality of atmosphere,
including lead as a dangerous heavy metal to environment. Urban park have the
role to reduce air pollution reduce pollution as the agent of bioaccumulator. This
study was aimed to analyze the concentration of Lead on leaves of angsana;
mahogany; mango; pine; teak and guava, and also to analyze the condition of the
epidermis; stomata and trichomes which were associated with lead concentration.
The research was conducted on April to May 2015 in Martha Tiahahu Urban Park,
South Jakarta, using purposive sampling method. The lead concentration was
analyzed using atomic absorption spectrophotometer (AAS). The lead highest
concentration of Angsana was 10.94 ppm and lowest 3.5 ppm of guava. The
effects of lead exposure on plants were showed the presence of yellow
discoloration spots on the leaves epidermis and decreased of number and density
of stomata and trichomes. There was significantly correlation between the
concentration of lead with the number and density of stomata (p ≤0,05, r = -
0,818), but no correlation in number and density of trichomes (p ≥0,05, r = 0,469)
and also in the epidermis condition (p ≥0,05, r = 0,629).
Keywords: Bioaccumulator, leaves epidermis, absorption of Pb, and martha
tiahahu urban park.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
selalu memberikan rahmat, karunia, hidayah-Nya dan izin-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “SERAPAN LOGAM
Pb PADA TANAMAN DI TAMAN KOTA MARTHA TIAHAHU,
JAKARTA SELATAN”. Shalawat dan salam tak lupa penulis ucapkan semoga
senantiasa terlimpah kepada pemimpin sejati Muhammad SAW.
Penulis mengakui bahwa penulisan proposal penelitian ini tidak akan
terselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan serta semangat dari orang tua tercinta
dan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua Orang Tua Tercinta, Ayahanda (Usman Effendi Mattjik) dan Ibunda
(Nira Nur Indah) yang telah memberikan dukungan dan selalu mendo’akan
penulis di setiap keadaan dengan penuh cinta dan kasih sayang.
2. Prof.Dr.Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud selaku pembimbing I yang selalu
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi
penelitian ini.
3. Dr. Dasumiati, M.Si selaku pembimbing II dan Ketua Jurusan Biologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing, memberikan arahan dan
saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Evan Fernandez, S.SI, Nabila Priska Mira Dewinta, Sinta Ramadhania Putri
Maresi, Rima Suciyani, Gesty Aulia Ningrum, Gita Najla Aldila, Lia Nur
iv
Oktavia, Siti Nurfadhillah, Aldha Rizki Utami, Pangesuti Utami dan Citra
Kenanga atas dukungan, nasihat, serta bantuannya dalam penelitian ini.
6. Puji Astuti, S.Si, Nur Amaliah Solihat, S.Si, Bu Festi, dan Pak Wahyu selaku
Laboran Biologi dan Kimia Lingkungan PLT UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
7. Kakak-kakak Jurusan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diantaranya
Kak Mardiansyah, M.Si, Kak Rachma Fauziah, S.Si, S.Si, Kak Wandi, S.Si
dan Kak Indhina yang menemani dan mendukung selama di PLT UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
8. Seluruh teman-teman Jurusan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
angkatan 2011 dan teman-teman Dapur Seni Fakultas Sains dan Teknologi.
Penulis memohon maaf apabila dalam pembuatan skripsi ini terdapat
kesalahan penulisan huruf, nama, gelar dan lainnya. Semoga skripsi ini nantinya
dapat dijadikan referensi sebagai pembelajaran dan bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, Desember 2015
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ........................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.4 Hipotesis Penelitian ...................................................................... 4
1.5 Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
1.7 Kerangka Berpikir ......................................................................... 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara ........................................................................ 7
2.2 Logam Pb dan Penyerapan Oleh Tumbuhan ................................ 8
2.3 Taman Kota Martha Tiahahu ......................................................... 11
2.4 Jaringan Epidermis dan Modifikasinya pada Daun ...................... 20
2.4.1 Stomata .............................................................................. 21
2.4.2 Trikoma ............................................................................. 23
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 26
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 27
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................... 27
3.3.1 Teknik Sampling Daun ...................................................... 27
3.3.2 Analisis Epidermis, Stomata dan Trikoma pada Daun ...... 28
3.3.3 Analisis Kadar Logam Pb pada Daun................................. 29
3.4 Analisis Data ................................................................................ 30
vi
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konsentrasi Rata-Rata Logam Pb pada Daun Angsana, Mahoni,
Mangga, Pinus, Jati dan Jambu ..................................................... 31
4.2 Kondisi Epidermis Daun Angsana, Mahoni, Mangga, Pinus, Jati
dan Jambu ..................................................................................... 36
4.3 Kondisi Stomata Daun Angsana, Mahoni, Mangga, Pinus, Jati
dan Jambu ..................................................................................... 42
4.4 Kondisi Trikoma Daun Angsana, Mahoni dan Jati ....................... 49
4.5 Korelasi Rata-Rata Konsentrasi Logam Pb terhadap Kondisi
Epidermis, Stomata dan Trikoma Daun ....................................... 52
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................... 58
5.2 Saran .............................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 59
LAMPIRAN .................................................................................................. 67
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pohon Angsana (Pterocarpus indicus) .................................. 14
Gambar 2. Pohon Mahoni (Swietenia mahagoni) ................................... 15
Gambar 3. Pohon Pinus (Pinus merkusii) ................................................ 16
Gambar 4. Pohon Mangga (Mangifera indica) ........................................ 17
Gambar 5. Pohon Jati (Tectonia grandis Linn.f) ..................................... 18
Gambar 6. Pohon Jambu (Syzigium aqueum) .......................................... 20
Gambar 7. Bentuk Trikoma Non Berkelenjar ......................................... 24
Gambar 8. Peta Lokasi Taman Kota Martha Tiahahu ............................ 26
Gambar 9. Rata-Rata Konsentrasi Kadar Logam pada Daun Beberapa
Jenis Tanaman di Taman Kota Martha Tiahahu ................... 33
Gambar 10. Kondisi Epidermis Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di
Taman Kota Martha Tiahahu ................................................ 41
Gambar 11. Kondisi Stomata Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di
Taman Kota Martha Tiahahu ................................................ 48
Gambar 12. Kondisi Trikoma Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di
Taman Kota Martha Tiahahu ................................................ 51
Gambar 13. Jumlah Kendaraan di Taman Kota Martha Tiahahu ............. 56
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kondisi Epidermis Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di
Taman Kota Martha Tiahahu ................................................. 38
Tabel 2. Kondisi Stomata Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di
Taman Kota Martha Tiahahu ................................................. 44
Tabel 3. Faktor Fisik Lingkungan di Taman Kota Martha Tiahahu ..... 54
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Korelasi dengan SPSS 20. ............................................. 67
Lampiran 2. Kadar Logam Pb Stomata dan Trikoma Daun ....................... 69
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Data Ditlantas Polda Metro Jayamenunjukkan jumlah kendaraan bermotor
di wilayah DKI Jakarta (tidak termasuk kendaraan TNI, Polri dan Corps
Diplomatic)mengalami kenaikan pada tahun 2014. Jumlah kendaraan didominasi
oleh sepeda motor 74,66%, mobil penumpang 18,64%, mobil beban 3,84%, mobil
bis 2,07%, dan terakhir kendaraan khusus (ransus) 0,79%. Pertumbuhan kendaran
bermotor selama lima tahun terakhir mencapai 9,93% per tahun dengan lonjakan
tertinggi pada kendaraan sepeda motor. Hal ini berpengaruh terhadap emisi gas
dari kendaraan bermotor sehingga polutan udara meningkat yang berakibat buruk
bagi lingkungan (Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, 2015).
Salah satu bahan pencemar udara yang berasal dari emisi gas kendaraan
bermotor adalah logam berat timbal (Pb). Pb sangat berbahaya bagi lingkungan
sekitar, tanaman, hewan dan manusia. Bagi manusia Pb dapat mengakibatkan
kerusakan otak, ginjal, sumsum tulang belakang dan sistem tubuh lainnya
terutama pada anak-anak (Supriatno et al., 1998). Kualitas udara ambien untuk Pb
di DKI Jakarta selama tahun 2014 di Kalideres, Ancol, Istiqlal, Ciracas, Kramat
Pela, KBN Cakung, JIEP, Tebet dan Kuningan masih memenuhi baku mutu
dengan konsentrasi 0,010-1,390 µg/m3 (SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014,
2015). Namun belum ada informasi pengukuran kualitas udara ambien untuk Pb
di kawasan Blok M, Jakarta Selatan yang padat lalu lintas dandiapit oleh pusat
2
perbelanjaan dan terminal bis yang selanjutnya dijadikan sebagai lokasi
penelitian.
Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi
pencemaran udara (termasuk bahan pencemar Pb) adalah membuat Ruang
Terbuka Hijau (RTH) di tengah-tengah pusat pencemaran udara. Walikota Jakarta
Selatan membangun Taman Kota Martha Tiahahu di kawasan Blok M yang
berada di antara terminal bis dan pusat perbelanjaan, RTH ini sebagai daerah
penyerap polutan udara di sekitarnya. Taman kota Martha Tiahahu terdapat
rumput gajah, pohon angsana, pohon glodogan, pohon mahoni, pohon beringin,
pohon ketapang, pohon palem, pohon cemara, pohon pisang, tanaman hias dan
pohon lainnya (Diskominfomas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009).
Pepohonan yang ditanam secara tertata dan terencana sesuai pembangunan tata
kota dapat digunakan untuk menyerap polutan di udara secara efektif (Udayana,
2004).
Tanaman menyerap logam Pb dengan bantuan daunnya. Daun memiliki
tingkat kepekaan tertentu dan merupakan bioindikator pencemaran udara yang
baik, sehingga daun berfungsi sebagai pemantau pencemar udara.Bentuk, ukuran,
jumlah dan kerapatan trikoma mempengaruhi penyerapan polutan udara berupa
debu (Asrina, 2008). Perbedaan jumlah total trikoma disebabkan oleh tingkat
mekanisme pertahanan tanaman terhadap respon lingkungan seperti polutan dan
gangguan dari herbivora. Selain itu disebabkan pula oleh ukuran trikoma yang
berbeda (Ratnasih, 2014). Konsentrasi Pb yang tinggi pada tumbuhan akan
berpengaruh terhadap perubahan permeabilitas membran sel, penghambat
pembentukan enzim baru, berpengaruh pada proses respirasi, fotosintesis, buka
3
tutupnya stomata, transpirasi serta warna hijau gelap dan layu pada daun
(Fergusson, 1990).
Tingkat kepadatan dan kemacetan lalu lintas yang tinggi memiliki
hubungan dengan kerusakan stomata yang disebabkan oleh logam Pb, salah satu
contohnya adalah kerusakan stomata daun glodogan (Garnicinia dulcis) sebesar
29,984% di Terminal Purwokerto dengan kepadatan jumlah kendaraan solar 343
per jam dan bensin 1427 per jam (Eka dan Husin, 2006). Daun angsana memiliki
indikasi penyerapan logam Pb tertinggi, hal ini ditemukan di Jalan Kaligawe Kota
Semarang sebesar 0,05 ppm/g. Permukaan daun angsana yang lebih kasar jika
dibandingkan daun glodokan dan mahoni menjadi kelebihan dari daun angsana
(Istiaroh et al., 2014). Ukuran stomata daun angsana yang panjang sebesar
23,1µm dapat mempengaruhi penyerapan logam Pb dikarenakan panjangnya yang
lebih besar dibandingkan stomata daun glodokan 16,94 µm dan daun mahoni 13,3
µm (Sulistijorini, 2009).Monitoring adanya akumulasi Pb dapat dilakukan selain
dengan pengukuran kualitas udara yaitu dengan menggunakan stomata dan
trikoma daun pohon pelindung. Hal ini dapat dilakukan secara berkala di taman
kota sebagai ruang terbuka hijau.
Penyerapan akumulasi polutan udara terutama Pbmelalui jaringan daun akan
mempengaruhi kondisi jaringan daun, khususnya pada epidermis, stomata dan
trikoma daun. Hal tersebut dapat diketahui dengan menganalisa jaringan daun
tanaman untuk mengetahui kerusakan akibat paparan logam Pb. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian tentang serapan Pb terhadap tanaman di Taman Kota
Martha Tiahahu, Jakarta Selatan.
4
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah yang mencakup dalam penelitian ini adalah:
1. KonsentrasiPb pada daun pohon angsana, pohon mahoni, pohon jati,
pohon jambu, pohon mangga dan pohon pinus di Taman Kota Martha
Tiahahu, Jakarta Selatan.
2. Pengaruh Pb terhadap kondisi epidermis, stomata dan trikoma daun.
3. Korelasi konsentrasi Pb dengan epidermis, stomata dan trikoma daun.
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Berapa konsentrasi Pb pada daun angsana, mahoni, jati, jambu, mangga
dan pinus di Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan?
2. Bagaimana pengaruh Pb terhadap kondisi epidermis, stomata dan trikoma
daun?
3. Apakah terdapat korelasi konsentrasi Pb dengan kondisi epidermis,
stomata dan trikoma daun?
1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah:
1. Konsentrasi Pb tertinggi pada pohon angsana di Taman Kota Martha
Tiahahu, Jakarta Selatan.
2. Pengaruh Pb terhadap epidermis, stomata dan trikoma daun menunjukkan
adanya kerusakan.
3. Terdapat adanya korelasi antara konsentrasi Pb dengan kondisi epidermis,
stomata dan trikoma daun.
5
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis konsentrasiPb pada daun angsana, mahoni, jati, jambu,
mangga dan pinus di Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan.
2. Menganalisis pengaruh Pb terhadap kondisi epidermis, stomata dan
trikoma daun.
3. Menganalisiskorelasi konsentrasi Pb dengan kondisiepidermis, stomata
dan trikoma daun.
1.6 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi tentang pohon bioakumulator yang potensial dalam
menyerap polutan di udara dan rekomendasi peraturan tata letak tanaman di
Taman Kota Martha Tiahahu serta Taman Kota lainnya untukmengurangi
pencemaran udara kepada pihak Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
6
1.7 Kerangka Pikiran
Pencemaran udara di Jakarta meningkat
Ruang Terbuka Hijau sebagai daerah penyerap polutan udara
Peran tumbuhan dalam menyerap logam Pb
Monitoring tingkat pencemaran polutan logam Pb dengan menggunakan parameter jaringan epidermis : stomata dan trikoma daun
Menganalisis pengaruh logam Pb terhadap kondisi jaringan epidermis : stomata dan trikoma daun dengan adanya faktor fisik.
Informasi tentang pohon bioakumulator yang potensial dalam menyerap logam Pb untuk mengurangi pencemaran udara
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukanya zat, energi dan/atau
komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga
melampaui baku mutu yang telah ditetapkan (Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No.12 Tahun 2010). Polusi udara merupakan terjadinya kontaminasi
partikel secara kimia, fisik, maupun biologi yang mengubah karakteristik alam
dari atmosfer bumi (Agustiana, 2008). Dua bentuk emisi dari senyawa pencemar
udara (Siregar, 2005) adalah pencemar udara primer (Primary Air Pollution) dan
pencemar udara sekunder (Secondary Air Pollution). Pencemar udara primer
adalah emisi unsur pencemar udara yang berasal dari sumber diam (pabrik)
maupun bergerak (kendaraan) langsung mempengaruhi atmosfer bumi. Emisi
unsur pencemar udara ini memiliki waktu paruh yang tinggi contohnya CO, CO2,
NO2, SO2, CFC, Cl2 dan sebagainya.Pencemar udara sekunder adalah emisi unsur
pencemar udara yang berasal dari proses fisik kimia yang terjadi di atmosfer
dalam bentuk otokimia yang bersifat reaktif serta mengalami transformasi fisik-
kimia, contohnya O2, aldehida, hujan asam dan lainnya.
Sifat penyebaran bahan dan sumber pencemar udara terbagi ke dalam tiga
kelompok besar yaitu sumber titik, sumber area dan sumber bergerak (Stern,
1986). Penyebaran pencemaran udara dipengaruhi oleh angin sebagai faktor
utama. Skala angin dalam ukuran mikro hingga sirkulasiglobal mempengaruhi
penyebaran polusi udara disebabkan oleh turbulensi bangunan-bangunan di
8
perkotaan (Hendrasarie, 2007).Rutinitas transportasi di kawasan terminal Lebak
Bulus memiliki perbandingan lurus antara jumlah kendaraan dengan partikulat
debu dan bahan pencemar lainnya (Rachmawati, 2006). Kawasan terminal
lainnya yang memiliki rutinitas transportasi hampir sama adalah terminal bis Blok
M, Jakarta Selatan. Kecenderungan semakin padatnya kendaraan bermotor yang
mengeluarkan emisi gas maka akumulasi kandungan Pb di udara meningkat
(Reffiane et al., 2007). Kadar logam Pb di kota Jakarta tahun 2003 sebesar
0,02mg/dl (Indriasari, 2007), sementara kadar Pb tahun 2013 masih memenuhi
baku mutu berkisar 0,010-1,390 µg/m3 (BPLHD Jakarta, 2014).
2.2 Logam Pb dan Penyerapannya Oleh Tumbuhan
Plumbum adalah salah satu produk tambang yang sudah ada di alam yang
banyak terdapat di dalam kerak bumi. Sifatnya dan kegunaanya yang beragam,
baik untuk keperluan industri atau kegunaan sehari-hari, maka kebanyakan
kegunaannya tidak disebut sebagai bahan berbahaya jika digunakan dengan benar
dan tidak disalah gunakan. Unsur Pb dapat terlepas karena pembakaran bekas-
bekas baterai atau bekas cat-cat lama yang mengandung plumbum. Plumbum di
udara sekitar kita dapat meningkat dengan banyaknya pembakaran bahan bakar
minyak berplumbum (Eka dan Husin, 2006).
Hal ini menyebabkan efek fisiologis yang merugikan pada manusia, hewan
dan tumbuhan (Supriatno et al., 1998). Logam Pb dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor dilepaskan ke udara dan menyebabkan pencemaran udara.
Bahan pencemar lainnya dari emisi gas kendaraan bermotor adalah CO, NOx,
SOx, berbagai senyawa hidrokarbon dan partikulat debu (Tugaswati, 1996).
Manusia dapat terkontaminasi Pb melalui udara, debu, air dan makanan.
9
Akumulasi Pb di udara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu parameter sumber
emisi Pb, parameter meterologi, jarak vegetasi terhadap sumber emisi dan
topografi lokal (Sirnamala, 2005).
Logam Pb merupakan logam yang beracun dan tidak dapat dimusnahkan
bila terakumulasi dalam tanah akan bertahan dalam waktu relatif lama. Oleh
karena itu, Pb yang terlepas ke lingkungan akan menjadi ancaman bagi mahluk
hidup (Sunu, 2001). Pb merupakan unsur yang tidak essensial bagi tanaman
dengan kandungan 0,1-10µg karena normalnya Pb pada tanaman 0,5-3,0µg/g
beberapa jenis tanaman tertentu memiliki tingkat keracunan yang tinggi terhadap
logam Pb (Siregar, 2005). Konsentrasi Pb yang tinggi pada tumbuhan dapat
mempengaruhi perubahan permeabilitas membran sel, penghambat pembentukan
enzim baru, pengaruh proses respirasi, fotosintesis, buka tutupnya stomata,
transpirasi serta warna hijau gelap dan layu pada daun (Fergusson, 1990). Tingkat
akumulasi Pb pada vegetasi dan tanah akan meningkat seiring dengan
meningkatnya kepadatan lalu lintas dan menurun jika jaraknya jauh dari tepi jalan
raya (Rangkuti, 2003). Kadar Pb pada daun angsana di kampus I UIN Jakarta
memberikan pengaruh terhadap perubahan warna spot kuning kecoklatan pada
lapisan epidermisnya (Agustiana, 2008).
Beberapa tanaman atau tumbuhan yang menyerap polutan dapat disebut
sebagai akumulator pencemar udara, sehingga di kawasan perkotaan ditanam
pepohonan penyusun jalur hijau jalan yang memiliki beberapa fungsi
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2004) sebagai berikut:
1. Fungsi perlindungan.
2. Fungsi pembersih udara dalam menyerap polutan.
10
3. Fungsi konservasi tanah, air dan tempat bagi kehidupan satwa.
4. Fungsi produksi berupa hasil kayu, bunga, daun, buah dan akar yang
bermanfaat bagi manusia.
5. Fungsi estetika dapat memberikan kompensasi keindahan dan kenyamanan
terhadap lingkungan sekitar jalan.
Pencemaran udara tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah kendaraan
bermotor yang lewat, tetapi juga dipengaruhi oleh kelancaran lalulintas. Semakin
tidak lancar arus lalulintas semakin besar efek pencemaran udara.Berdasarkan
hasil penelitian Eka dan Husin (2006) menunjukan bahwa stomata daun glodogan
mengalami kerusakan yang berbeda-beda berdasarkan pada tingkat kepadatan dan
kemacetan lalu lintas, sesuai dengan lokasi penelitian. Kerusakan stomata paling
parah terjadi pada daerah Terminal Purwokerto yakni 29,984%. Hal tersebut
terjadi karena pencemaran udara di Terminal Purwokerto cukup tinggi, dibuktikan
dengan hasil uji yang dilakukan dengan mengukur kadar Pb dalam daun glodogan
tinggi yakni sebesar 3,450 ppm. Hasil analisis kadar Pb pada daun glodogan
dipengaruhi oleh tingkat kepadatan dan kemacetan lalu lintas menunjukkan
bahwa makin padat dan macet lalu lintas kendaraan maka makin tinggi pula
kandungan Pbnya dengan kepadatan jumlah kendaraan solar 343 per jam dan
bensin 1427 per jam.
Hal ini dikarenakan ukuran stomata daun yang cukup besar dan ukuran
partikel Pb yang relatif kecil (Siregar, 2005). Saat musim hujan, logam Pb yang
terakumulasi di udara akan menempel pada permukaan daun membentuk kerak
yang tebal sehingga tidak dapat dibilas kecuali dengan menggosoknya. Lapisan
kerak logam Pb memberikan efek yang merugikan karena mengganggu proses
11
fotosintesis. Hal ini dikarenakan menghambat masuknya sinar matahari ke
permukaan daun sehingga mencegah terjadinya pertukaran CO2 dengan atmosfer.
Hasilnya pertumbuhan tanaman akan terganggu (Kristanto, 2004). Semakin luas
daun maka kadar logam Pb dalam daun juga bertambah, sehingga luas daun
mempengaruhi kadar logam Pb (Yudha et al., 2013). Daun mempunyai tingkat
kepekaan tertentu dan sebagai bioindikator pencemar udara yang baik (Prutsy et
al., 2005). Trikoma merupakan salah satu karakteristik tanaman selain stomata
yang dapat menjebak dan menahan partikel debu (Chmielewska dan Mykhaylo,
2005).
2.3 Taman Kota Martha Tiahahu
Taman dapat diartikan secara lengkap sebagai sebidang lahan berpagar
yang digunakan untuk mendapatkan kesenangan, kegembiraaan dan kenyamanan
(Abdillah, 2005). Taman kota salah satu penataan ruang dari RTH di kawasan
perkotaan (UU Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 Psl 6). Ruang
terbuka hijau kota merupakan bagian dari ruang-ruang terbuka di suatu wilayah
perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman dan vegetasi guna mendukung
manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota yaitu
keamanan, kenyamanan, kesejahteraan dan keindahan wilayah perkotaan.
Klasifikasi RTHterbagi beberapa macam (Departemen Pekerjaan Umum, 2008)
diantaranya berdasarkan bentuk alamiah yaitu bentuk alami (habitat liar, alami
dan kawasan lindung) dan bentuk non alami (pertanian kota, pertamanan kota,
lapangan olahraga dan pemakaman).Klasifikasi kedua berdasarkan sifat dan
karakter ekologis yaitu bentuk ruang terbuka hijau kawasan areal dan bentuk
ruang terbuka hijau jalur koridor. Klasifikasi terakhirberdasarkan penggunaan
12
lahan atau fungsional yaitu RTH kawasan perdagangan, RTH kawasan
perindustrian, RTH kawasan permukiman, RTH kawasan pertanian dan RTH
kawasan khusus.
Ruang terbuka hijau seperti taman kota merupakan taman yang digunakan
untuk melayani penduduk satu kota atau bagian wilayah kota. Taman kota dapat
melayani minimal 480.000 penduduk dengan standar minimal 0,3m2 per
penduduk kota dengan luas taman minimal 144.000m2. Taman kota dilengkapi
dengan fasilitas rekreasi dan olahraga minimal ruang terbuka hijau 80-90%
(Peraturan Menteri Pekerja Umum No.5/PRT/M/2008).Salah satu taman kota
yang terdapat di Jakarta Selatan sebagai RTH untuk membantu mengurangi
pencemaran udara adalah Taman Kota Martha Tiahahu. Taman Kota Martha
Tiahahu berlokasi di tengah kawasan Blok M di antara terminal bis dan pusat
perbelanjaan dengan luas 20.960m2 yang dirancang oleh M.Soesilo pada tahun
1948. Taman kota ini merupakan salah satu taman milik Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta yang kemudian dikelola setiap harinya oleh pihak swasta PT.Langgeng
Ayomlestari. Sebelumnya taman ini terbuka untuk umum, namun dengan alasan
keamanan akhirnya dilakukan jam buka-tutup yang dimulai dari jam 09.00-17.00
WIB.
Beberapa fasilitas yang terdapat di Taman Kota Martha Tiahahu yaitu
bangku taman, patung-patung binatang sebagai penghias taman dan kolam air
mancur yang terletak di tengah taman untuk dapat dinikmati oleh para pengunjung
taman. Taman Martha Tiahahu juga merupakan salah satu taman yang dapat
dipergunakan untuk menjadi tempat acara atau pameran. Event organizer yang
menyewa tempat ini, biasanya langsung menghubungi PT. Langgeng
13
Ayomlestari. Keunggulan dari Taman Kota Martha Tiahahu memiliki alat
pembuat kompos di depan taman sehingga sampah di taman dapat didaur ulang
menjadi pupuk.Pihak swasta Taman Kota Martha Tiahahu tidak mengizinkan
pedagang untuk menjadikannya tempat berdagang dan tidak memiliki tempat
parkir. Taman Kota Martha Tiahahu terdapat rumput gajah, pohon angsana, pohon
glodogan, pohon mahoni, pohon beringin, pohon ketapang, pohon palem, pohon
cemara, pohon pisang, tanaman hias dan pohon lainnya (Diskominfomas
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, 2009).
Beberapa jenis pohon yang diasumsikan termasuk pohon bioakumulator di
Taman Kota Martha Tiahahu adalah angsana, mahoni, mangga, pinus, jati dan
jambu. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan bahwa pohon
angsana (Pterocarpus indicus) termasuk kelompok penyerap polusi udara pada
jalur tanaman tepi jalan di RTH Jalur Hijau Jalan. Pohon angsana termasuk dalam
famili Fabaceae denganspesies P. indicus (Wild, 1802). Pohon angsana
merupakan pohon dengan tinggi 10-40m dan panjang ranting 1-2cm. Ciri
morfologinya mempunyai daun berseling dan anak daun 5-13 helai (Steenis et al.,
1992). Daunnya berwarna hijau segar berbentuk oval, majemuk dengan 5-11 anak
daun, duduk bergantian, permukaan daun licin dan mengkilat. Bunga malai
dengan panjang 6-13cm berada di ujung atau ketiak daun. Bunga berkelamin
ganda, kuning cerah dan harum berbentuk polong (Rangkuti, 2003). Penyerapan
Pb pada daun angsana lebih tinggi daripada daun glodogan (Polyalthia longifolia).
Hal ini dikarenakan morfologi daun berbeda (Antari dan Sundra, 2002).
14
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan
bahwa pohon mahoni (Swietenia mahagoni) termasuk kelompok pemecah angin
pada jalur tanaman tepi jalan di RTH Jalur Hijau Jalan. Pohon
mahonitermasukfamiliMeliaceae dengan spesiesS. mahagoni (Jacq, 1998). Pohon
mahoni merupakan jenis terbanyak kedua yang ditemukan pada jalur hijau
penelitian. Pohon mahoni pada dasarnya merupakan tanaman yang cocok untuk
ditanam di jalur hijau jalan karena memiliki akar dan cabang yang kuat sehingga
tidak mudah patah. Hal ini menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi pengguna
jalan. Berdasarkan literatur Nazarudin (1996) menyatakan bahwa mahoni
merupakan pohon yang pantas untuk dijadikan pohon pelindung karena memiliki
perakaran dan percabangan batang yang kuat.
Fakuara (1996) mengindikasikan bahwa Swietenia macrophylla ini
berpotensi untuk menurunkan kadar Pb di udara.Hal ini dikarenakan permukaaan
Gambar 1. Pohon Angsana (Pterocarpusindicus)
(Sumber: Dokumen Pribadi)
15
anak daunnya yang cukup lebar diperkirakan mampu menyerap lebih banyak
logam Pb dibandingkan dengan morfologi daun yang sempit (Brass dan Strauss,
1981). Swietenia macrophyllaKing memiliki kemampuan mengakumulasi Pb
dengan kisaran antara 0.038–2.281 μg/g, walaupun ada kecenderungan bahwa
peningkatan konsentrasi Pb di daun mengakibatkan penurunan kandungan
klorofil; luas permukaan daun dan jumlah stomata; namun secara statistik
hubungan antara Pb dengan ketiga parameter tersebut kurang signifikan, sehingga
dapat disimpulkan bahwaPb tidak terlalu mempengaruhi kondisi daun mahoni.
Terdapat kemampuan S. macrophylladalam mengakumulasi Pb dan tidak
tampaknya pengaruh akumulasi Pb pada kondisi daun mengisyaratkan bahwa S.
macrophyllamemiliki potensi untuk dijadikan sebagai agen bioremediasi polusi
Pb dari udara. (Sembiring dan Sulistyawati, 2006).
Pohon pinus atau yang lebih dikenal dengan nama tusam dari Sumatra
merupakan salah satu dari kriteria vegetasi untuk sabuk hijau yang tahan terhadap
penggenangan air berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Gambar 2.Pohon Mahoni(Swietenia mahagoni)
(Sumber: Dokumen Pribadi)
16
No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di
Kawasan Perkotaan. Pinus merkusii merupakan satu-satunya jenis pinus yang asli
di Indonesia dan jenis pohon pionir berdaun jarum yang termasuk dalam famili
Pinaceae (Harahap dan Aswandi, 2006). Pertumbuhan pohon pinus pada
ketinggian 30 – 1.800 mdpl pada berbagai tipe tanah dan iklim.
Pohon pinus memiliki batang yang besar dan lurus, silindris dengan
tegakan mencapai tinggi 30 m, diameter 60-80 cm, pohon dengan tegakan tua
mencapai 45 m dengan diameter 140 cm dan tajuk pohon muda berbentuk
pyramid setelah tua lebih rata dan tersebar (Direktorat Perbenihan Tanaman
Hutan, 2001). Daunnya memiliki berkas jarum (tunas yang sangat pendek yang
tidak pernah tumbuh) pada pangkalnya dikelilingi oleh suatu sarung dari sisik
yang berupa selaput tipis panjangnya sekitar 0,5 cm. Bunga jantan panjangnya
sekitar 2 cm, pada pangkal tunas yang muda, tertumpuk berbentuk bulir. Bunga
betina terkumpul dalam jumlah kecil pada ujung tunas yang muda, silindris dan
panjangnya 6-7 mm pada tepi luar dengan sayap besar dan mudah lepas (Steenis,
Gambar 3. Pohon Pinus (Pinus merkusii)
(Sumber : Dokumen Pribadi)
17
2003). Serasah pinus akan terdekomposisi secara alami dalam waktu 8-9 tahun.
Serasah pinus merupakan serasah daun yang mempunyai kandungan lignin dan
ekstraktif tinggi serta bersifat asam sehingga sulit untuk dirombak oleh
mikroorganisme (Mindawati et al., 1998)
Mangga (Mangifera indica l.) merupakan pohon besar, berbuah dan dapat
dikonsumsi termasuk pilihan vegetasi untuk dikembangkan di RTH berdasarkan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Pohon mangga
termasukfamiliAnacadiaceaedengan spesiesM. indica L.Daun terdiri atas dua
bagian yaitu tangkai dan badan daun. Badan daun bertulang-tulang dan berurat-
urat antara tulang daun dan urat tertutup hijau daun. Daging daun terdiri kumpulan
sel-sel yang tidak terhingga banyaknya (Irwanto, 2008).
Pohon mangga tumbuh dalam bentuk pohon berbatang tegak, bercabang
banyak dan hijau rindang sepanjang tahun. Tinggi pohon mangga dewasa
Gambar 4. Pohon Mangga (Mangifera indica)
(Sumber : Dokumen Pribadi)
18
mencapai 10–40 m dengan umur mencapai lebih dari 100 tahun. Morfologi
mangga terdiri atas akar, batang, daun dan bunga. Bunga dari pohon mangga
memiliki biji yang secara genertif dapat tumbuh menjadi tanaman baru (Pracaya,
2011).
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan,
pohon jati (Tectona grandis L.f) termasuk contoh tanaman untuk sabuk hijau yang
tahan terhadap penggenangan air. Pohon jati berasal dari India, dengan arti
tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Pohon jati termasuk
dalamfamiliVerbenaceaedengan spesies T. grandis Linn.f(Lawrence, 1958).Pohon
jati termasuk tanaman yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau antara
bulan November hingga Januari. Daun akan tumbuh lagi pada bulan Januari atau
Maret, pertumbuhan daun ini secara umum ditentukan oleh kondisi musim
(Sumarna, 2004).
Gambar 5. Pohon Jati (Tectona grandis Linn.f)
(Sumber : Dokumen Pribadi)
19
Morfologi pohon jati memiliki tinggi mencapai sekitar 30-45 cm dengan
pemengkasan batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15-20 m dan
diameter batang mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna kecoklatan atau abu-abu
yang mudah terkelupas, pangkal batangnya berakar papan pendek dan bercabang
sekitar empat. Daun berbentuk opposite dengan panjang 20-50 cm, lebar 15-40 cm
dan permukaannya memiliki banyak trikoma. Daun muda (petiole) berwarna hijau
kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu-abuan (Sumarna, 2011).
Bunga dari daun jati berukuran 40 x 40 cm yang terletak di ujung pucuk tajuk
pohon (Sumarna, 2012). Daun jati memiliki kandungan unsur kimia antara lain
glikosida, asam fenolik, flavonoid, protein, karbohidrat, tanin, kalsium, fosfor,
sterol, dan pewarna (coklat kekuningan atau kemerahan) (Aradhana et al., 2010).
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.05/PRT/M/2008 tentang
Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan pohon jambu
air (Syzigium aqueum) termasuk dalam kriteria tanaman untuk dikembangkan di
RTH contohnya taman kota. Pohon jambu termasuk dalam
familiMyrtaceaedengan spesies S. aqueum (Burm.f) Alston, 1929. Jambu air
umumnya berupa perdu dengan tinggi 3-10 m, pohon jambu memiliki batang yang
bengkok dan bercabang mulai dari pangkal pohon. Daunnya tunggal berhadapan
dan bertangkai, karangan bunga berbentuk malai serta memiliki bunga berwarna
kuning keputihan. Buah jambu air bertipe buni, berbentuk gasing dengan pangkal
kecil dan ujung yang sangat melebar serta berwarna putih sampai merah muda
(Susilo, 2013).
Pohon jambu dapat tumbuh di hampir semua wilayah Indonesia. Curah
hujan rendah dengan musim hujan lebih dari delapan bulan yang dibutuhkan
20
untuk perumbuhan pohon jambu ini (Widyastuti & Paimin, 1993). Keunggulan
utama jambu air adalah kandungan airnya yang sangat tinggi yaitu mencapai
89,92% (Lim & Rabeta, 2013).
2.4 Jaringan Epidermis dan Modifikasinya pada Daun
Jaringan epidermis pada daun adalah jaringan dengan lapisan sel terluar
dan menutupi permukaan daun (Woelaningsih, 2001). Epidermis biasanya terdiri
dari lapis sel yang tersusun rapat tanpa adanyaruang antar sel. Pada beberapa jenis
tumbuhan epidermis terdiri atas beberapa lapissel. Hal ini disebabkan karena sel-
sel protoderm membelah berkali-kali (Sumardi dan Pudjoarianto, 1994). Fungsi
jaringan epidermis adalah melindungi bagian dalam organ tumbuhan. Modifikasi
jaringan epidermis adalah stomata dan trikoma (Kartasapoetra, 1988).
Berdasarkan hasil penelitian Murni (2012) uji Anova pada taraf nyata 5%
konsentrasi logam Mn tidak berpengaruh nyata (p≥0,05) terhadap ukuran sel
epidermis.
Gambar 6. Pohon Jambu (Syzygium aqueum)
(Sumber : Dokumen Pribadi)
21
Hal ini diduga karena jaringan epidermis merupakan kumpulan dari sel-sel
yang berfungsi sebagai pelindung jaringan di bawahnya sehingga sel epidermis
tetap mempertahankan ukuran panjang dan lebarnya. Epidermis berperan sebagai
lapisan penutup yang membantu dalam perlindungan jaringan lunak yang ada di
bagian dalamnya terhadap kerusakan mekanik dan kehilangan air secara
berlebihan dan sangat cepat (Setjo, 2004).
2.4.1 Stomata
Stomata daun merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel
epidermis khusus disebut sel penjaga (Hidayat, 1995). Menurut Hidayat (1995)
pada dikotil dapat dibedakan empat jenis stomata berdasarkan susunan sel
epidermis yang ada di samping sel penutup yaitu jenis anomositik, anisositik,
parasitik dan diasitik. Stomata dapat membuka dan menutup disebabkan sebagai
jalur masuk dan keluarnya air. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
penyediaan air ke daun, konsentrasi CO2 di dalam daun, pengaruh cahaya dan
suhu (Prawiranata, 1989). Stomata daun memiliki bentuk oval secara umum
berdiameter 6-18µm dan luas 18µm (Yulizal, 1995). Sebagian besar tumbuhan
mempunyai stomata lebih banyak di permukaan bawah daun dibandingkan dengan
permukaan atas (Campbell et al., 2000).
Target penyerapan polutan pada tanaman adalah stomata (Duldulao dan
Gomez, 2008) yang secara langsung dapat berinteraksi dengan jaringan mesofil
(Gostin, 2009). Kerapatan stomata dalam permukaan daun berbeda-beda
dikarenakan cahaya, konsentrasi CO2, air, suhu, angin, peningkatan glukosa pada
sel penjaga dan perubahan perimbangan gula pati (Santoso, 2000).Kerapatan dan
ukuran stomata mempengaruhi ketahanan tumbuhan terhadap pencemar.
22
Kerapatan stomata yang tinggi dan ukuran stomata yang besar memungkinkan
daun menyerap pencemar lebih banyak dibandingkan dengan kerapatan stomata
yang rendah dan ukuran stomata yang kecil. Semakin banyak pencemar yang
masuk ke dalam stomata maka tingkat gangguan yang dialami daun akan semakin
besar (Mulyani, 2012).
Berdasarkan hasil penelitian Mulyani (2012) menunjukkan data kerapatan
stomata daun bungur yang tercemar 247,92 mm2, daun jati 280,35 mm
2 dan daun
mahoni 468,84 mm2terlihat bahwa daun bungur memiliki kerapatan stomata
paling sedikit jika dibandingkan dengan daun mahoni dan jati. Hal ini disebabkan
daun bungur memiliki ukuran stomata dan epidermis yang besar. Kerapatan dan
ukuran stomata mempengaruhi kemampuan daun dalam menyerap polutan udara.
Logam Pb akan menetap di dalam jaringan daun antara celah sel jaringan pagar
(palisade) dan jaringan bunga karang (spongitissre) (Rachmawati, 2006).
Berdasarkan penelitian Murni (2012) menunjukkan adanya penurunan kerapatan
stomata, hal ini menandakan dengan jelas tanaman genjer mengalami tingkat
pencemaran logam Mn yang lebih tinggi sehingga tanaman genjer
mengurangi/mereduksi jumlah stomatanya sebagai bentuk adaptasi terhadap
pencemaran tersebut. Sebagaimana hasil penelitian pada Swietenia macrophylla
yang menunjukkan kecenderungan penurunan jumlah stomata seiring dengan
naiknya konsentrasi Pb pada daun (Sembiring dan Sulistyawati, 2006).
Stomata memiliki ukuran cukup besar bila dibandingkan dengan partikel
logam Pb, sehingga partikel logam Pb dapat masuk ke celah stomata (Ariestanti,
2002). Partikel logam Pb berdiameter rata-rata 2µm dan stomata berukuran 10µm
dengan lebar 2-7µm menyebabkan partikel logam Pb mudah masuk ke stomata
23
(Rangkuti, 2003).Menurut Siregar (2005) dampak dari akumulasi logam Pb secara
mikroskopis pada daun tanaman akan mengalami perubahan ukuran dan jumlah
stomata.
2.4.2 Trikoma
Trikoma merupakan modifikasi epidermis yang berbentuk rambut bersel
satu atau bersel banyak mempunyai bentuk, struktur dan fungsi bervariasi.
Trikoma berasal dari jaringan epidermal dalam proses pertumbuhannya
mengalami proses diferensiasi sehingga didapatkan perpanjangan rambut.
Trikoma memiliki fungsi diantaranya mengurangi penguapan, meneruskan
rangsang, melindungi tumbuhan dari gangguan hewan, membantu penyebaran biji
dan sebagai nektar (Chielewska dan Mykhaylo, 2005).Trikoma terbagi menjadi
dua macam yaitu trikoma kelenjar dan non kelenjar. Trikoma kelenjar terbagi
menjadi dua macam adalah trikoma berkelenjar sessile atau kelenjar berbentuk
kepala satu dan trikoma berkelanjar berbentuk kepala dua. Sementara trikoma non
kelenjar terbagi menjadi empat jenis adalah trikoma uniseluler, trikoma
multiseluler, stella trikoma dan trikoma berjenis pohon (Xiang et al., 2010).
Lapisan lilin dan trikoma dapat menahan polutan udara pada permukaan
daun teh, sehingga tidak ditemukannya partikel polutan pencemar udara (Rahayu,
2008). Hasil penelitian Asrina (2008) menunjukkan bahwa jumlah dan kerapatan
trikoma tertinggi pada daun sawo kecik 124,79 dan terendah pada daun glodogan
2,56. Jumlah trikoma yang besar memiliki luas trikoma yang besar. Hal ini searah
dengan pernyataan Lestari (2005) bahwa terdapat kecenderungan trikoma untuk
memiliki ukuran yang kecil jika jumlah banyak. Jumlah trikoma banyak dapat
diasumsikan sebagai bentuk adaptasi tanaman terhadap lingkungan sekitar
24
(Gandasari, 1994). Bentuk trikoma uniseluler non berkelenjar dapat dilihat pada
gambar 7.
Gambar 7. Bentuk Trikoma Uniseluler non-Kelenjar.
(Sumber : Xiang et al.,2010)
Ara. 122. LM dan SEM mikrograf trikoma non-kelenjar. (1) Chelonopsis odontochila var. odontochila, kecil, berdinding tebal, pandangan SEM; (2) Colquhounia seguinii
var.seguinii, trikoma berpapila, lihat SEM; (3) C. lichiangensis, panjang, berdinding tipis, LM pandangan ; (45) C. forrestii, berdinding tebal, pandangan LM dan SEM
pandangan ordinal; (6) C. rosea, panjang, berdinding tipis, tampilan SEM; (7) C. mollissima, panjang, berdinding tipis, tampi lan LM; (8) C. yagiharana, trikoma tiga bersel
(panah) dan lebih dari tiga bersel trikoma (doublearrow), tampilan LM; (9) C. moschata, trikoma tiga bersel, lihat SEM; (10) C. mollissima, trikoma t iga bersel, lihat SEM; (11)
C. lichiangensis, lebih dari tiga-celledtrichomes, LM pandangan; (12) C. mollissima, trikoma terutama terletak pada vena, tampilan LM; (13) Colquhounia coccinea var.
coccinea, trikoma biramous (panah), SEMview; (14) Gomphostemmcrinitum, trikoma biramous (panah), SEV pandangan; (15) C. longi pes, sembilan sel dasar, pandangan SEM;
(16) C. giraldii, trikoma yang terletak di epidermisas padat seperti pada pembuluh darah, tampilan LM; (17) Colquhounia coccinea var. coccinea, trikoma s tellata, lihat SEM;
(18) Gomphostemma chinense var. chinense, trikoma stellata, lihat SEM; (19) Colquhounia coccinea var. coccinea, trikoma berjenis pohon (panah), lihat SEM; (20)
Gomphostemma crinitum, trikoma berjenis pohon, lihat SEM; (21) Gomphostemma chinense var. chinense, trikoma berjenis pohon, l ihat SEM; (22) C. longipes, empat sel
dasar, pandangan SEM. [skala bar = 10 mm (1-3,11-12, 16); skala bar = 100 mm (22/04)].
25
Berdasarkan hasil penelitian Ratnasih (2014) jumlah trikoma pada spesies
D.chinensis sebanyak 50 trikoma dan spesies P.glauca, P.latriflora dan
U.sponocarva sebanyak 3 trikoma. Perbedaan jumlah total trikoma disebabkan
oleh tingkat mekanisme pertahanan tanaman terhadap respon lingkungan seperti
polutan dan gangguan dari herbivora. Selain itu disebabkan pula oleh ukuran
trikoma yang berbeda. Nilai kerapatan trikoma yang tinggi terdapat pada spesies
U. longiefera dan D. chinensis nilai kerapatan pada masing-masing 188,53
jumlah/mm2 dan 254,78 jumlah/mm
2 memiliki bentuk yang tidak bersekret.
Peningkatan kerapatan trikoma tidak bersekret diduga merupakan bentuk
pertahanan diri terhadap cekaman kekeringan di lokasi terpolusi, selain itu untuk
meningkatkan efisiensi penyerapan air (Ratnasih, 2014).Kerapatan trikoma pada
tanaman berfungsi untuk mencegah terjadinya penguapan pada daun (Ascensa dan
Paus, 1998).
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di taman kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan
yang dilaksanakan pada bulan Maret-Desember 2015. Analisis data dilakukan di
pusat laboratorium terpadu (PLT) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Gambar 8. Peta Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan
(Sumber : Arcview 3.3)
27
3.2 Alat dan Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian adalah daun
angsana;mahoni;mangga;pinus;jati dan jambu, larutan HNO3 65%, larutan
HClO4pekat, akuades, pewarna kuku transparan, alumunium foil, label dan tisu.
Sementara alat-alat yang digunakan pada penelitian adalah hand taily counter,
weathermeterAZ S910 luxmeter Leybold, soil tester, Cool Box,object glass, cover
glass, pinset, mikroskop okuler (Olympus optical CH20BNWF 200), mikroskop
kamera (Olympus BX51), gunting, lumpang porselen, timbangan analitik
(OHAUS), labu erlenmeyer 250 ml, cawan petri, pipet 5 ml, penangas air, AAS
(Atomic Absorption Spectrophotometry)tipe AAnalyst 700 (PerkinElmer),corong
dan kertas saring Whatmann 100.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Teknik Sampling Daun
Sampel daun diambil dengan metode purposive sampling untuk
menentukan empat titik sampling di Taman Kota Martha Tiahahu Blok M dengan
tujuan adanya perbedaan akumulasi kadar logam Pb di masing-masing titik
sampling karena perbedaan kepadatan lalu lintas akan berpengaruh terhadap kadar
logam Pb yang diserap daun. Pengambilan sampel daun dilakukan pada tajuk
terendah dari pohon dengan warna daun hijau tua sebanyak satu ranting ±30 helai
daun. Perhitungan jumlah kendaraan dilakukan di setiap titik sampling selama 60
menit pada jam 09.00 – 10.00 WIB. Selanjutnya dilakukan pengukuran faktor
fisik menggunakan weathermeter,kelembapan dan ph tanah menggunakan soil
testerdi setiap titik sampling serta pengambilan sampel daun setelah pengukuran
28
faktor fisik. Sampling dilakukan sebanyak satu kali dalam seminggu pada minggu
ketiga, keempat dan kelima bulan April 2015.
Sampel daun dikemas rapat dengan menggunakan koran hingga tidak ada
udara yang masuk dan diberi label untuk membedakan per titik sampling. Sampel
daun yang telah terkemas koran dimasukkan ke dalam plastik untuk diikat rapi
dan untuk menjaga kesegaran selama perjalanan menuju laboratorium sampel
daun dimasukkan ke dalam cool box. Selanjutnya sampel daun dilakukan
pengamatan epidermis, stomata, trikoma daun dan analisis kadar logam Pb.
3.3.2 Analisis Epidermis, Stomata dan Trikoma pada Daun
Masing-masing daun kontrol dan daun uji dilapisi pewarna kuku
transparan di bagian bawah (abaxial) daun, hal ini diasumsikan jumlah stomata
daun lebih banyak terdapat di bagian permukaan bawah. Kemudian dikering
anginkan selama 10 menit. Setelah kering, preparat pewarna kuku transparan dari
sampel daun diambil menggunakan pinset dan dipindahkan ke object glass.
Selanjutnya ditutup menggunakan cover glass untuk dilakukan pengamatan
epidermis, stomata dan trikoma daun menggunakan mikroskop okuler dengan
perbesaran 400x. Kemudian dilakukan pengamatan kembali menggunakan
mikroskop kamera/fluorensce untuk mendapatkan panjang, jumlah dan kerapatan
pada masing-masing sampel daun. Pengukuran kerapatan stomata dan trikoma
pada perbesaran 400x memiliki diameter bidang pandang 0,52 mm2
dengan luas
bidang pandang menggunakan rumus (Lestari, 2005) :
KerapatanStomata =Jumlah Stomata
LuasBidang Pandang
29
3.3.3 Analisis Kadar Logam Pb pada Daun
Pengukuran kadar logam Pb pada sampel daun diawali dengan preparasi
sampel. Preparasi sampel daun dilakukan pada ±15 helai daun, kecuali daun jati
hanya 1 helai daun yang dipotong-potong kecil terlebih dahulu kemudian
dimasukkan ke dalam wadah yang terbuat alumunium foil berlabel untuk
ditimbang berat sampel menggunakan timbangan analitik. Kemudian sampel daun
dalam alumunium foil tersebut dimasukkan ke dalam oven bersuhu 1050
C hingga
mengering selama 4 jam (Sulaeman et al., 2005). Sampel daun yang telah
mengering ditimbang kembali untuk mengetahui kadar air yang hilang, kemudian
sampel daun digerus dengan menggunakan lumpang porselen.
Sampel daun yang telah halus ditimbang sebanyak 5 gr pada sampling
pertama dan 3 gr pada sampling kedua dan ketigamenggunakan timbangan
analitik untuk dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250ml. Selanjutnya sampel-
sampel tersebut dilarutkan dengan 10 ml HNO3 65% di dalam lemari asam,
kemudian ditutup menggunakan cawan petri lalu didiamkan selama satu malam.
Ekstrak sampel daun dipanaskan dengan menggunakan penangas air hingga
tercampur rata menjadi larutan dan dinginkan selama 15 menit. Larutan yang telah
dingin ditambahkan HClO4 pekat sebanyak 5 ml pada sampling pertama dan 2 ml
pada sampling kedua dan ketiga.
Kemudian dipanaskan kembali secara bersamaan dihomogenkan hingga
berubah warna menjadi kuning atau berkurangnya uap orange. Larutan sampel
didinginkan selama 15 menit, kemudian diencerkan menggunakan akuades dan
dihomogenkan. Selanjutnya disaring dengan menggunakan kertas saring
Whatmann 100 (ParkinElmer, 2000). Larutan sampel diukur serapan logam Pb
30
dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometry)pada panjang
gelombang 217 nm.Perhitungan kadar logam Pb digunakan rumus (ParkinElmer,
2000) :
3.3.4 Analisis Data
Data yang digunakan untuk pengamatan epidermis, stomata dan trikoma
daun dianalisis secara deskriptif. Sementara konsentrasi kadar logam Pb pada
sampel daun dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrophotometry)tipe AAnalyst 700 merk Parkin Elmer. Selanjutnya untuk
mengetahui hubungan antara kadar logam Pb dengan epidermis, stomata dan
trikoma daun dianalisis menggunakan korelasi pearson dengan software SPSS 20.
Keterangan:
A = Nilaiabsorbansisampel (mg/L)
B = Nilaiabsorbansiblanko (mg/L)
K = Kadar logampadasampel (mg/Kg atau
ppm)
V = Volume akhirsampel (L)
W = Beratsampel (Kg)
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 KonsentrasiRata-Rata Logam Pb pada Daun Angsana, Mahoni,
Mangga, Pinus, Jati dan Jambu.
Berdasarkan analisis rata-rata konsentrasi logam Pb pada daun angsana,
mahoni, mangga, pinus, jati dan jambu di Taman Kota Marta Tiahahu
menunjukkan hasil rata-rata konsentrasi logam Pb yang berbeda-beda. Rata-rata
konsentrasi logam Pb tertinggi ditemukan pada daun angsana sebesar 10,94 ppm
dan terendah pada daun jambu yaitu 3,5 ppm. Pohon angsana merupakan salah
satu tanaman yang mampu mengurangi pencemaran udara dan mengakumulasi
logam berat seperti Pb (Widowatiet al., 2008). Berdasarkan Peraturan Pemerintah
RI No. 41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, batas maksimal
kadar logam Pb di udara sebesar 2 µg/Nm3 untuk waktu pengukuran selama 24
jam dam 1 µg/Nm3untuk waktu pengukuran selama 1 tahun. Berdasarkan hasil
pengukuran kadar logam Pb udara oleh BPLHD Provinsi DKI Jakarta (2014) di
wilayah Kramat Pela sebesar 0,168 µg/Nm3 selama tahun 2014. Data hasil
tersebut dapat dijadikan parameter kadar Pb di udara untuk wilayah Blok M,
Jakarta Selatan karena letaknya yang lebih dekat ke wilayah tersebut.Kadar logam
Pb dalam tanaman untuk berbagai jenis secara normal berkisar 0,5-3,0 ppm.
Untuk tanaman tertentu tingkat keracunan terhadap logam timbal sangat tinggi
(Siregar, 2005).
Inayah (2010) mengemukakan kandungan logam Pb dalam daun angsana
yang ada di beberapa jalan utama kota Tangerang kisaran 1,12-7,30 ppm. Pada
penelitian Agustiana (2008) daun angsanadi kampus UIN Syarif Hidayatullah
32
Jakarta mampu menyerap logam Pb dengan kisaran 3,8-7,2 ppm. Kemampuan
penyerapan akumulasi logam Pb di dalam daun angsana meningkat sesuai umur
daun yang lebih tua (Yudha et al., 2013). Hal ini didukung dari data umur pohon
angsana di Taman Kota Martha Tiahahu Jakarta Selatan sekitar ±19 tahun.
Kandungan logam Pb dalam tanaman yang tumbuh di tepi jalan dapat mencapai
50 ppm (Siregar, 2005). Tingginya rata-rata kadar logam Pb pada daun angsana
dikarenakan pengambilan sampel daun angsana yang terletak di tepi jalan dengan
ranting paling bawah yang berwarna hijau tua di Taman Kota Martha Tiahahu,
Jakarta Selatan.
Faktor lainnya disebabkan morfologi daun angsana yang berbentuk oval
dan permukaan daun yang lebih kasar dibandingkan daun mahoni. Hal ini
diperkuat dengan penelitian dari Istiaroh et al.(2014) yang menunjukkan
kemampuan penyerapan logam Pb pada daun angsana paling tinggi 0,05 ppm
ditinjau dari kekasaran permukaan daun yang lebih kasar jika dibandingkan daun
glodokan dan mahoni. Ukuran stomata daun angsana termasuk kategori panjang
mempengaruhi dalam penyerapan logam Pb (Sulistijorini, 2009). Morfologi
ketebalan daging daun angsana juga mempengaruhi penyerapan logam Pb yang
lebih tinggi dibandingkan daun glodogan (Antari dan Sundra, 2002).
Daun mahoni memiliki hasil kadar logam Pb tertinggi kedua setelah daun
angsana. Istiaroh et al. (2014) menunjukkan hasil kadar logam Pb yang terserap
dalam daun mahoni lebih rendah dibandingkan dengan daun angsana dan
glodogan. Hal ini diduga akibat pengaruh eksternal dari tanaman. Menurut
Flagnan et al. (1980) endapan partikel Pb bersifat akumulatif, tidak dieliminasi,
tidak ditranslokasikan ke bagian lain, sehingga semakin lama daun itu hidup maka
33
semakin banyak kandungan Pb yang terdapat di dalamnya. Pernyataan tersebut
didukung dengan data umur pohon mahoni diketahui sekitar ±7 tahun di Taman
Kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan (Diskominfomas Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta, 2009). Pohon mahoni ditinjau dari luas permukaannya memiliki
kemampuan yang cukup baik dalam menyerap logam Pb, hal ini diketahui dari
luasnya yaitu 3-15 x 5-7 cm yang lebih luas dibandingkan daun angsana dan
glodogan. Hal ini didukung dengan hasil penelitian dari Aydinalp & Marinova
(2004) bahwa kandungan logam Pb dalam daun tanaman Ficus bengalesis paling
tinggi dibandingkan dengan daun Trifolium pretense dan Agropyron elongatum.
Penyebab utamanya adalah ukuran daun Ficus yang jauh lebih lebar.
Gambar 9. Rata-rata Konsentrasi Kadar Logam Pb pada Daun BeberapaJenis
Tanaman di Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan
Sembiring et al. (2006) mengemukakan stomata pada S. macrophylla
cenderung menurun jumlahnya seiring dengan meningkatnya jumlah Pb dalam
daun. Hal ini menunjukkan adanya bentuk respon daun terhadap polutan-polutan
dilingkungannya termasuk Pb.Permukaan daun yang lebih kasar dan adanya
trikoma daun pada daun mahoni juga mempengaruhi kemampuan penyerapan
6.33
10.94
7.61
4.17 4.04 3.5
0
2
4
6
8
10
12
Mangga Angsana Mahoni Pinus Jati JambuRat
a-ra
ta K
on
sen
tras
i Lo
gam
Pb
(p
pm
)
Jenis Tanaman
34
logam Pb (Hendrasarie, 2007).Namun, hasil penelitian menunjukkan rata-rata
konsentrasi Pb daun mahoni justru lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata
konsentrasi daun angsana. Hal ini diduga akibat pengaruh eksternal dari tanaman
yaitu tingkat kepadatan lalu lintas dengan jumlah kendaraan yang diasumsikan
memiliki emisi gas kendaraan yang mengandung Pb melewati pohon mahoni
sebesar 2587 kendaraan per jam. Hal ini tidak sebanding dengan penyerapan
akumulasi Pb pada daun mahoni dikarenakan letak pohon mahoni yang berada di
posisi tengah lebih menjorok ke bagian dalamTaman Kota Martha Tiahahu,
Jakarta Selatan. Berbeda dengan letak pohon angsana yang berada di tepi Taman
Kota Martha Tiahahu sehingga lebih dekat dengan sumber pencemar udara
dibandingkan dengan pohon mahoni, mangga, pinus, jati dan jambu. Letak
masing-masing pohon berdasarkan titik samplingnya dapat dilihat pada Lampiran
2. Faktor eksternal lingkungan turut memberikan pengaruh yang besar dalam
menentukan tinggi atau rendahnya kandungan logam Pb dalam daun (Istiaroh et
al., 2014).
Daun mangga memiliki urutan ketiga penyerapan akumulasi logam Pb
setelah mahoni. Hasil penyerapan kadar logam Pb pada daun mangga sebesar 6,33
ppm didapatkan karena sifat kadar logam Pb yang akumulatif dan tidak
ditranslokasikan ke bagian lain. Penyerapan akumulasi logam Pb pada daun
mangga diketahui belum ada penelitian terkait. Hasil akumulasi kadar logam Pb
pada daun mangga diduga karena letak pohonnya yang berada di tepi Taman Kota
Martha Tiahahu, permukaan daunnya yang licin dan ukuran daun yang tidak lebar.
Hal ini diperkuat dengan penelitian Istiaroh et al. (2014) pada daun glodogan yang
memiliki permukaan daun licin menyebabkan kemampuan daun menyerap logam
35
Pb lebih kecil dan ukuran daun yang sempit atau tidak lebar juga diduga menjadi
berkurangnya kemampuan daun dalam menyerap logam Pb. Hal tersebut yang
dapat mengindikasikan penyerapan logam Pb yang kecil.
Penyerapan akumulasi kadar logam Pb pada daun pinus lebih rendah
dibandingkan dengan daun angsana, mahoni dan mangga. Ditinjau dari faktor
internalnya bentuk daun pinus berupa acerocus (jarum) dan memiliki jumlah yang
banyak dalam satu ranting. Rachmawati (2005) daun jarum mempunyai stomata
lebih banyak daripada daun lebar, sehingga tanaman berdaun jarum lebih efekif
dalam menyerap logam Pb di udara dibandingkan tanaman berdaun lebar. Hal ini
didukung dengan penelitian Inayah (2010) akumulasi Pb dalam rumput gajah mini
berkisar antara 2,12-12,38 ppm. Namun, hasil penelitian menunjukkan
penyerapan akumulasi kadar logam Pb pada daun pinus rendah, hal ini diduga
akibat permukaan daun yang licin dan jumlah stomata yang menurun. Selain jenis
dan morfologi daun yang berbeda, faktor eksternal juga besar pengaruhnya
terhadap penyerapan akumulasi logam Pb pada daun berbeda di masing-masing
penelitian.
Penyerapan akumulasi kadar logam Pb pada daun jati termasukrendah
beradadi urutan kelima setelah angsana, mahoni, mangga dan pinus. Ditinjau dari
letaknya yang tidak berada di tepi Taman Kota Martha Tiahahu, hal tersebut dapat
mempengaruhi penyerapan akumulasi logam Pb pada daun. Morfologi daun jati
memiliki permukaan yang lebih lebar dibandingkan daun mahoni. Hasil penelitian
menunjukkan ukuran stomata daun jati yang kecil sehingga kerapatan stomata
besar. Mulyani (2012) menyatakan daun jati memiliki tekstur daun yang lebih
kasar jika dibandingkan dengan daun bungur dan mahoni. Daun jati memiliki
36
trikoma daun pada permukaannya sehingga partikel debu lebih mudah menempel.
Berdasarkan uraian sebelumnya dapat diketahui alasan penyerapan akumulasi
logam Pb pada daun jati termasuk rendah, hal ini disebabkan ukuran stomata yang
kecil dan kerapatan stomata yang besar.
Penyerapan akumulasi kadar logam Pb terendah ditemukan pada daun
jambu sebesar 3,5 ppm. Namun, hasil kadar logam Pb tersebut telah berada di atas
normal kandungan logam Pb dalam daun. Ditinjau dari morfologi daun jambu
yang mempunyai permukaan daun licin, tidak lebar dan daging daun tipis diduga
memiliki kemampuan penyerapan logam Pb rendah. Faktor eksternal tanaman
yaitu letak pohon juga mempengaruhi konsentrasi logam Pb pada daun jambu,
yang berada di posisi belakang Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta selatan.
Namun penelitian terkait penyerapan akumulasi logam Pb pada daun jambu belum
ditemukan.
4.2 Kondisi Epidermis Daun Angsana, Mahoni, Mangga, Pinus, Jati dan
Jambu.
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi epidermis daun yang terpapar
logam Pb dengan rata-rata konsentrasi tinggi (Gambar 9.) memiliki bentuk sel
epidermis yang berbeda-beda juga. Masing-masing penampang daun ada yang
memiliki bentuk persegi panjang, segi lima, segi enam, oval dan lingkaran. Daun
kontrol didapatkan dari Gunung Bunder, Bogor. Data bentuk sel, rata-rata panjang
dan warna epidermis daun disajikan pada Tabel 1.Berdasarkan hasil pengamatan
kondisi epidermis daun menunjukkan adanya perubahan bentuk sel epidermis
daun yang berbeda. Rata-rata konsentrasi logam Pb tertinggi ditemukan pada daun
angsana sebesar 10,94 ppm memberikan perubahan bentuk sel epidermis daun
37
angsana menjadi lebih lebar. Hal ini yang menyebabkan rata-rata panjang
epidermis daun menurun. Adanya perubahan warna epidermis daun dengan spot
coklat kehitaman juga mengindikasikan adanya akumulasi penyerapan logam Pb
yang dapat menyebabkan klorosis. Hal ini terjadi sebagai respon tumbuhan pada
pencemaran udara. Murni (2012) menyatakan panjang epidermis daun tanaman
genjer cenderung menjadi lebih kecil seiring dengan lamanya waktu penyerapan
logam Mn. Logam yang terakumulasi dapat mengganggu laju pertumbuhan sel,
yaitu mengurangi kecepatan pertumbuhan sel (Lukovic et al., 2005).
Penelitian Agustiana (2008) mengemukakan kemampuan penyerapan
akumulasi logam Pb terdapat spot warna kuning kecoklatan pada epidermis daun
angsana. Setiap tanaman memperlihatkan respon yang berbeda dengan
diberikannya pencemaran. Tanaman yang sensitif terhadap pencemaran udara
dapat menimbulkan dampak negatif (Dahlan, 1989). Hal tersebut yang
menyebabkan adanya perubahan bentuk pada sel epidermis yang mengakibatkan
adanya penurunan rata-rata panjang epidermis karena akumulasi logam Pb dapat
mengganggu pertumbuhan sel dan adanya perubahan warna pada epidermis daun
menunjukkan adanya indikasi klorosis pada daun. Hasil pengamatan kondisi
epidermis daun mahoni menunjukkan adanya perubahan bentuk sel epidermis
menjadi lebih mengerut dan perubahan warna epidermis menjadi lebih gelap serta
adanya bintik hitam yang menyebar di bagian epidermis. Penurunan rata-rata
panjang sel epidermis daun mahoni diketahui sebagai pengaruh akumulasi rata-
rata konsentrasi logam Pb sebesar 7,61 ppm. Istiaroh (2014) ditinjau dari faktor
internalnya yang memiliki kemampuan baik dalam menjerap dan menyerap Pb
karena permukaan daun yang luas dan kerapatan stomata yang tinggi.
38
Tabel 1. Kondisi Epidermis Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di Taman Kota
Martha Tiahahu, Jakarta Selatan.
Jenis Tanaman Parameter Pengamatan Epidermis
Bentuk Sel Rata-rata Panjang Warna
Angsana (P. indicus)
Kontrol
Segi lima
menjari 41, 25 µm
2
Uji
Adanya
pelebaran
bentuk
27, 07 µm2 Adanya spot warna coklat
kehitaman
Mahoni (S. mahagoni)
Kontrol Segi enam 33, 86 µm2
Uji
Segi enam
mengerut 30, 56 µm
2
Lebih gelap dari kontrol
dan bintik hitam
Mangga (M. indica)
Kontrol Oval 26, 43 µm2
Uji
Oval tidak
beraturan 22, 83 µm
2
Lebih gelap dan adanya
spot warna coklat muda
Pinus (P. merkusii)
Kontrol
Persegi
panjang 67, 02 µm
2
Adanya bintik hitam
menyebar
Uji
Persegi
panjang
menyempit
25, 15 µm2 Adanya spot warna hitam
menyebar
Jati (T. grandis)
Kontrol Lingkaran 16, 19 µm
2
Adanya spot warna coklat
muda
Uji
Tidak
beraturan 44, 04 µm
2
Lebih gelap dan adanya
spot warna merah
Jambu (S. aqueum)
Kontrol
Oval
menyempit 46, 46 µm
2
Uji
Oval
melebar 33, 04 µm
2
Adanya spot warna lebih
gelap
Penelitian Sembiring dan Sulistyawati (2006) mengemukakan menurunnya
luas permukaan daun dapat dipengaruhi oleh menurunnya kandungan klorofil
akibat akumulasi Pb. Penurunan kandungan klorofil mengakibatkan penurunan
39
laju proses fotosintesis juga berkurang. Hal tersebut hampir sama dengan adanya
penurunan rata-rata panjang epidermis daun mahoni. Proses fotosintesis berkurang
maka pertumbuhan sel pada daun pun jadi terhambat.Perubahan bentuk sel
epidermis daun mangga yang mengandung rata-rata konsentrasi Pb sebesar 6,33
ppm ditunjukkan dengan bentuk sel epidermis menjadi tidak beraturan. Adanya
penurunan rata-rata panjang epidermis daun mangga juga mengindikasi pengaruh
dari akumulasi logam Pb pada daun mangga. Selain itu adanya perubahan warna
menjadi lebih gelap dan terdapat spot warna coklat muda menunjukkan
penyerapan akumulasi logam Pb pada epidermis daun mangga menuju kerusakan
berupa klorosis. Dari hasil penelitian Istiaroh (2014) permukaan daun glodogan
yang licin menyebabkan kemampuan daun menyerap Pb lebih kecil, selanjutnya
ukuran daun yang sempit juga mempengaruhi penyerapan Pb pada daun.
Morfologi daun mangga yang hampir sama dengan daun glodogan diduga
memiliki kemampuan yang rendah dalam menyerap Pb udara.
Penyerapan akumulasi rata-rata konsentrasi Pb pada daun pinus sebesar
4,17 ppm menunjukkan adanya perubahan bentuk sel epidermis menjadi lebih
sempit. Adanya perubahan bentuk sel epidermis menyebabkan rata-rata panjang
epidermis pun menurun. Hal ini diduga karena penyerapan akumulasi logam Pb
yang mengakibatkan terjadinya perubahan warna pada epidermis daun. Inayah
(2010) mengemukakan bahwa daun rumput gajah yang memiliki bentuk jarum
memiliki kemampuan penyerapan akumulasi logam Pb lebih banyak 90%
dibandingkan dengan daun angsana. Menurut Surtipantiet al. (1983) kandungan
Pb rata-rata pada rumput menunjukkan konsentrasi yang lebih besar yaitu 6,5-55,9
ppm. Hal ini diketahui karena morfologi daun berbentuk jarum lebih efektif dalam
40
menyerap logam Pb di udara dibandingkan berdaun lebar. Namun pada hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa daun pinus memiliki permukaan yang licin dan
lebih sempit dibandingkan dengan permukaan rumput daun gajah sehingga
pernyerapan akumulasi logam Pb pada daun pinus termasuk rendah kadarnya.
Penyerapan akumulasi rata-rata konsentrasi Pb melalui daun jati sebesar
4,04 ppm memberikan pengaruh terhadap kondisi epidermis daun jati menjadi
lebih menyempit dan adanya beberapa spot warna merah. Hidayati (2009)
menyatakan bahwa daun kersen mempunyai permukaan daun yang berambut rapat
mampu menyerap pencemar lebih daripada angsana yang permukaannya halus.
Daun jati memiliki ukuran stomata yang relatif kecil maka penyerapan zat
pencemar sangat terbatas, tertahan pada bagian permukaan daunnya (Mulyani,
2012). Kondisi epidermis daun dengan parameter pengamatan epidermis berupa
perubahan bentuk sel epidermis, rata-rata panjang epidermis daun dan perubahan
warna epidermis. Susunan epidermis kontrol tersusun rapat dan tidak terdapat
celah antar sel epidermis seperti pada gambar 10.
41
Gambar 10. Kondisi Epidermis Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di Taman Kota
Martha Tiahahu, Jakarta Selatan. Keterangan: (A) Daun Kontrol Angsana,
(B) Daun Uji Angsana, (C) Daun Kontrol Mahoni, (D) Daun Uji Mahoni,
(E) Daun Kontrol Mangga, (F) Daun Uji Mangga, (G) Daun Kontrol Pinus,
(H) Daun Uji Pinus, (I) Daun Kontrol Jati, (J) Daun Uji Jati, (K) Daun
Kontrol Jambu, (L) Daun Uji Jambu.
42
Penyerapan akumulasi rata-rata konsentrasi logam Pb pada daun jambu
sebesar 3,5 ppm dapat memberikan pengaruh terhadap kondisi epidermis daun
berubah menjadi lebih melebar. Epidermis daun jambu juga mengalami
penurunan rata-rata panjang epidermis daun. Warna epidermis daun jambu
memiliki spot warna lebih gelap. Morfologi daun jambu sama dengan daun
angsana lebar, licin dan daging daun tipis. Namun penelitian terkait penyerapan
logam Pb belum ditemukan.
4.3 Kondisi Stomata Daun Angsana, Mahoni, Mangga, Pinus, Jati dan
Jambu.
Daun angsana memiliki tipe stomata anomositik yaitu sel penjaga
dikelilingi oleh sejumlah sel tetangga yang ukuran dan bentuknya tidak berbeda
dari sel epidermis lainnya. Berbeda dengan tipe stomata yang dimiliki oleh daun
mahoni, jati dan jambu yaitu stomata parasitik adalah sel penjaga dikelilingi oleh
sel-sel tetangga yang memiliki sumbu panjang sejajar dengan sumbu sel penutup
dan celahnya. Sementara tipe stomata daun mangga adalah anisositik yang
dimaksud dengan sel penjaga dikelilingi oleh tiga sel tetangga yang tidak sama
besarnya. Terakhir tipe stomata daun pinus yaitu kriptomofor merupakan stomata
yang sel-sel penutupnya berada jauh di bawah permukaan daun (Purnomo et al.,
2009).
Kondisi stomata daun pada masing-masing penampang memiliki
perubahan sebagai respon dari penyerapan akumulasi rata-rata konsentrasi logam
Pb. Perubahan kondisi stomata daun adalah tertutup dengan persentase masing-
masing penampang daun yang berbeda. Hal ini dipengaruhi saat pengemasan
sampel dengan kondisi daun tertutup rapat sehingga daun berada dalam kondisi
43
gelap. Salah satu pengaruh faktor fisik lingkungan yang menyebabkan penutupan
stomata daun karena intensitas cahayanya yang rendah (Salisbury and Ross,
1995). Perubahan kondisi stomata ditunjukkan dari parameter bentuk, rata-rata
panjang, kerapatan dan kondisi keadaan stomata daun yang berbeda. Data tersebut
disajikan pada Tabel 2.
Rata-rata konsentrasi logam Pb tertinggi pada daun angsana sebesar 10,94
ppm memberikan pengaruh terhadap kondisi stomata daun angsana. Hal ini
ditunjukkan dari perubahan dinding sel stomata daun angsana yang semakin
menyempit ditandai dengan 45,45% keadaan stomata yang tertutup. Rata-rata
panjang stomata daun menurun hingaa 17,26 µm dan kerapatan stomata menjadi
51,82 mm2. Penelitian Sulistijorini (2009) menunjukkan ukuran stomata angsana
termasuk kategori panjang dengan panjang sel sebesar 23,1 µm namun
kekurangan daun angsana adalah kerapatan stomatanya yang tergolong rendah
190,06 mm. Keadaan kondisi stomata daun yang tertutup sama seperti penelitian
yang dilakukan Agustiana (2008) bahwa kondisi stomata daun angsana lebih
banyak yang tertutup. Hal ini diduga adanya akumulasi logam Pb menyebabkan
penurunan ukuran stomata dan kerapatan stomata daun angsana.Daun mahoni
dengan rata-rata konsentrasi Pb 7,61 ppm memiliki perubahan terhadap kondisi
stomata daun. Hal ini ditunjukkan dengan adanya penurunan rata-rata panjang dan
kerapatan stomata. Selain itu perubahan menjadi lebih kecil daripada kontrol
memperkuat dugaan hal tersebut disebabkan oleh adanya penyerapan akumulasi
logam Pb. Penelitian Sembiring dan Endah (2006) menunjukkan adanya
kecenderungan penurunan jumlah stomata seiring dengan peningkatan konsentrasi
Pb pada daun S. macrophylla. Kerapatan stomata daun mahoni juga tergolong
44
tinggi yaitu 515,70 mm, akibatnya potensi Pb terserap melalui lubang stomata
daun juga lebih besar (Istiaroh et al., 2014).
Tabel 2. Kondisi Stomata Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di Taman Kota Martha
Tiahahu, Jakarta Selatan.
Jenis
Tanaman
Parameter Pengamatan Stomata
Tipe Bentuk
Rata-rata
panjang Kerapatan Kondisi
Angsana (P. indicus)
Kontrol Anomositik
25, 22 µm 61, 2 mm² 92, 30 %
tertutup
Uji
Dinding sel
menyempit 17, 26 µm 51, 82 mm² 45, 45 %
tertutup
Mahoni (S. mahagoni)
Kontrol
Parasitik
10, 88 µm 391, 05 mm² 26, 50 %
tertutup
Uji
Lebih kecil
dibanding
kontrol 6, 40 µm 26 mm² 29, 82 %
tertutup
Mangga (M. indica)
Kontrol Anisositik
4, 28 µm 287, 40 mm²
80, 32 %
warna
gelap
Uji
Lebih gelap
dan
menyempit 5, 16 µm 268, 50 mm² 65 %
tertutup
Pinus (P. merkusii)
Kontrol Kriptomofor
28, 26 µm 18, 85 mm²
Tidak
terlihat
jelas
Uji
Lebih gelap
dan
menyempit 5, 06 µm 23, 56 mm² Lebih
gelap
Jati (T. grandis)
Kontrol Parasitik
23, 16 µm 202, 59 mm² 20, 93 %
tertutup
Uji
Dinding sel
menyempit 5, 94 µm 70, 67 mm² 33, 33%
tertutup
Jambu (S. aqueum)
Kontrol Parasitik
12, 92 µm 226, 15 mm² 72, 91 %
tertutup
Uji
Lebih
melebar 9, 35 µm 254, 42 mm² 90, 75 %
tertutup
45
Penurunan jumlah stomata dapat mengindikasikan bahwa jumlah CO2
yang masuk ke tumbuhan juga menurun. Hal ini dapat menyebabkan
terganggunya proses fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Daun mangga dan
jambu dengan rata-rata konsentrasi logam Pb yang berbeda menunjukkan adanya
perubahan yang berbeda pula terhadap kondisi stomata masing-masing daun.
Perubahan terhadap kondisi stomata daun mangga ditunjukkan dengan lebih gelap
dan menyempitnya bentuk stomata daun. Namun rata-rata panjang stomata
mengalami kenaikan menjadi 5,16 µm tetapi kerapatan stomatanya jadi menurun
sebesar 268,50 mm2 dengan kondisi 65% tertutup.
Sementara pada daun jambu terdapat perubahan bentuk stomata daun
menjadi lebih melebar dengan rata-rata panjang stomata menurun yaitu 9,35 µm.
Namun kerapatan stomata daun naik menjadi 254,42 mm2, hal ini menunjukkan
semakin besar rata-rata panjang stomata daun maka semakin kecil kerapatan
stomata daunnya. Penelitian dari Radoukova (2009) menyatakan terjadinya
kenaikan jumlah sel epidermis pada Fraxinus pensylvanica sebagai salah satu
reaksi tanaman terhadap polusi udara. Kenaikan jumlah epidermis berarti juga
mengindikasikan penurunan ukuran sel epidermis sehingga jumlahnya bertambah
dalam satu bidang pandang pengamatan. Faktor eksternal memiliki pengaruh yang
besar dalam menentukan tinggi atau rendahnya kandungan Pb dalam daun
tanaman, terutama kandungan Pb di udara dan kepadatan lalu lintas (Istiaroh et
al., 2014). Berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa perubahan kondisi
stomata daun terjadi karena respon pertahanan tumbuhan terhadap polutan udara.
Penyerapan akumulasi logam Pb terhadap kondisi stomata daun pinus diduga
dapat menyebabkan perubahan bentuk, seperti hasil pengamatan bentuk stomata
46
berubah menjadi lebih menyempit dan berwarna gelap. Rata-rata panjang stomata
menurun yaitu 5,06 µm dan kerapatan stomata menjadi 23,56 mm2. Pinus
merupakan tumbuhan gymnospermae yang memiliki penampang melintang
bentuknya bulat dengan jaringan pengangkut terdapat di bagian tengah dan
parenkim yang berisi kloroplas mengelilingi jaringan pengangkut tersebut. Tipe
daun yang demikian inidisebut sentris. Tidak ada jaringan palisade dan jaringan
bunga karang. Hal ini yang menyebabkan kemampuan penyerapan akumulasi
logam Pb rendah pada daun pinus. Masuknya partikel Pb ke dalam jaringan daun
sangat dipengaruhi oleh ukuran dan jumlah dari stomata. Semakin besar ukuran
dan banyak jumlah stomatanya semakin besar pula penyerapan Pb masuk ke
dalam daun (Inayah, 2010).
Penyerapan akumulasi Pb pada daun jati termasuk rendah, hal ini
menunjukkan adanya perubahan bentuk stomata yaitu dinding sel menyempit
dengan penurunan rata-rata panjang stomata menjadi 5,94 µm. Kerapatan stomata
turun menjadi 70,67 mm2 menandakan adanya respon tumbuhan terhadap polutan
udara. Hasil penelitian Mulyani (2012) menunjukkan bahwa daun jati memiliki
kerapatan stomata yang lebih besar dibandingkan dengan daun bungur, hal ini
terjadi karena ukuran stomata daun jati lebih kecil. Kondisi stomata daun dengan
parameter pengamatan stomata berupa perubahan bentuk sel stomata, rata-rata
panjang stomata daun, kerapatan stomata daun dan perubahan warna stomata.
Partikel Pb yang ada di permukaan daun maupun yang ada di udara akan masuk
ke dalam stomata yang mempunyai panjang celah sekitar 10 µm, oleh karena itu
ukuran yang lebih kecil dari celah stomata. Maka partikel ini akan masuk ke
dalam daun lewat celah stomata dan akan menetap di dalam jaringan daun.Jadi
47
masuknya logam Pb ke dalam daun melalui proses passive uptake (Dahlan, 1989).
Susunan stomata daun kontrol dan daun uji pada daun angsana, mahoni, mangga,
pinus, jati dan jambu dapat dilihat pada gambar 11.
48
Morfologi daun jati yang lebar dan kasar dapat mempermudah penyerapan
polutan udara, seperti yang dinyatakan oleh Siregar (2005) menyebutkan bahwa
daun yang memiliki permukaan kasar mampu menyerap Pb lebih banyak
dibandingkan dengan daun yang permukaannya halus. Penelitian Dahlan (2004)
glodokan termasuk yang memiliki kemampuan menyerap Pb rendah namun tidak
peka terhadap pencemaran udara sehingga kebal dan tidak mudah mengalami
kerusakan atau gangguan pertumbuhan akibat pencemar udara. Hal ini
menunjukkan kesamaan terhadap kemampuan penyerapan logam Pb terhadap
daun jati.
Gambar 11. Kondisi Stomata Daun pada Beberapa Jenis Tanaman di Taman Kota
Martha Tiahahu, Jakarta Selatan. Keterangan: (A) Daun Kontrol Angsana,
(B) Daun Uji Angsana, (C) Daun Kontrol Mahoni, (D) Daun Uji Mahoni, (E)
Daun Kontrol Mangga, (F) Daun Uji Mangga, (G) Daun Kontrol Pinus, (H)
Daun Uji Pinus, (I) Daun Kontrol Jati, (J) Daun Uji Jati, (K) Daun Kontrol
Jambu, (L) Daun Uji Jambu.
49
4.4 Kondisi Trikoma Daun Angsana, Mahoni dan Jati.
Berdasarkan hasil pengamatan, daun uji di Taman Kota Martha Tiahahu
memiliki trikoma yang hanya dimiliki pada daun uji angsana, mahoni dan jati.
Menurut Ratnasih (2014) perbedaan jumlah total trikoma disebabkan oleh tingkat
mekanisme pertahanan tanaman terhadap respon lingkungan seperti polutan dan
gangguan dari herbivora. Selain itu disebabkan pula oleh ukuran trikoma yang
berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lestari (2005) terdapat kecenderungan
trikoma memiliki ukuran yang kecil jika jumlah trikoma banyak. Daun uji
angsana memiliki trikoma dengan rata-rata panjang trikoma yaitu 148,175 µm.
Trikoma pada daun uji angsana memiliki kerapatan trikoma sebesar 9,423 mm2.
Kondisi trikoma pada daun uji angsana terdapat dua trikoma dengan warna
yang berbeda. Terdapat trikoma yang berada di epidermis dengan warna kuning
kecoklatan dan lebih panjang daripada trikoma yang lainnya. Sementara trikoma
yang kedua tidak memiliki warna hijau dan memiliki ukuran yang lebih kecil.
Bentuk trikoma pada daun angsana adalah uniseluler non berkelenjar (Xiang et
al., 2010). Berdasarkan hasil penelitian Asrina (2008) menunjukkan bentuk dan
warna trikoma pada daun angsana memiliki trikoma bentuk rambut uniseluler non
berkelenjar berwarna coklat tua. Bentuk dan warna trikoma daun angsana pada
penelitian Asrina (2008)hampir sama dengan hasil penelitian. Daun uji angsana
memiliki trikoma dengan rata-rata panjang trikoma yaitu 141,84 µm dan
kerapatan trikoma sebesar 14,523 mm2. Hal tersebut diduga karena adanya
kerusakan pada lapisan epidermis yang dapat terjadi akibat glazing atau silvering
pada permukaan daun oleh adanya partikel dan polutan yang menempel
(Baldisserotto et al., 2004).
50
Daun uji mahoni mempunyai trikoma dengan panjang trikoma sebesar
87,64 µm. Hanya ditemukan satu trikoma pada daun uji mahoni dengan kondisi
trikoma terdapat warna hitam di bagian tepinya. Bentuk dari trikoma pada daun
mahoni adalah uniseluler non kelenjar yang memiliki bentuk sama dengan
trikoma pada daun angsana (Xiang et al., 2010). Berbeda dengan trikoma mahoni
penelitian Asrina (2008) sebesar 254,05 µm dengan kerapatan trikoma 4,711
mm2. Trikoma mahoni tersebut memiliki bentuk yang sama yaitu uniseluler non
kelenjar (Xiang et al., 2010).
Trikoma pada daun jati dengan panjang 229,15 µm. Kondisi trikomanya
memiliki bagian warna hitam di ujung sementara pada bagian pangkalnya
berwarna hijau jelas. Kerapatan trikoma pada daun mahoni dan daun jati emas
sebesar 4,711 mm2, hal ini dikarenakan jumlah trikoma yang ditemukan masing-
masing hanya satu. Trikoma daun jati kontrol memiliki panjang 259,78 µm
dengan kerapatan trikoma yaitu 14, 523 mm2. Trikoma jati ini tidak memiliki
warna hanya terdapat spot kuning. Bentuk trikoma daun jati adalah multiseluler
non berkelenjar (Xiang et al., 2010). Berdasarkan penelitian Ratnasih (2014)
kerapatan trikoma tertinggi pada spesies U. longiefera dan D. chinensis dengan
nilai pada masing-masing 188,53 jumlah/mm2 dan 254,78 jumlah/mm
2 memiliki
bentuk tidak bersekret. Peningkatan kerapatan trikoma diduga merupakan bentuk
pertahanan diri terhadap cekaman kekeringan di lokasi berpolusi, selain itu untuk
meningkatkan efisien penyerapan air.Kondisi trikoma daun dengan parameter
pengamatan epidermis berupa perubahan bentuk sel trikoma, rata-rata panjang
trikoma daun, kerapatan trikoma daun dan perubahan warna trikoma.
51
Susunan trikoma yang ditemukan pada daun angsana, mahoni dan jati
dapat dilihat pada gambar 12.
Gambar 12. Kondisi Trikoma Daun pada Jenis Tanaman di Taman Kota
Martha Tiahahu, Jakarta Selatan. Keterangan: (A) Daun Uji
Angsana, (B) Daun Kontrol Angsana, (C) Daun Uji Mahoni,
(D) Daun Kontrol Mahoni, (E) Daun Uji Jati dan (F) Daun
Kontrol Jati
52
4.5 Korelasi rata-rata konsentrasi logam Pb terhadap kondisi epidermis,
stomata dan trikoma daun.
Berdasarkan uji korelasi dengan menggunakan SPSS 20. diketahui adanya
hubungan kadar Pb dengan kondisi epidermis, stomata dan trikoma daun angsana,
mahoni, mangga, pinus, jati dan jambu di Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta
Selatan namun tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dari hasil statistik yaitu nilai
signifikasi Sig. (2-tailed) sebesar0.181 ≥ 0.05 dengan nilai r = 0.629 yang berarti
bahwa korelasi rendah dansearah antara kadar Pb dengan kondisi epidermis,
stomata dan trikoma daun. Hal tersebut dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi
konsentrasi Pb maka tidak memiliki pengaruh pada kondisi epidermis, stomata
dan trikoma daun. Sementara uji korelasi kadar logam Pb dengan jumlah stomata,
kerapatan stomata, jumlah trikoma dan kerapatan trikoma dengan menggunakan
SPSS 20. menunjukkan hasil yang berbeda-beda.
Uji korelasi antara kadar logam Pb dengan jumlah dan kerapatan stomata
diketahui memiliki hubungan yang signifikan, hal ini ditunjukkan dari hasil
statistik yaitunilai Sig. (2-tailed) sebesar 0.047 ≤ 0.05 dengan nilai r = - 0.818,
menyatakan bahwa korelasi kuat dan terbalik. Hal tersebut dapat dinyatakan
bahwa semakin tinggi konsentrasi Pb maka jumlah dan kerapatan stomata
mengalami penurunan. Berbeda dengan uji korelasi antara kadar logam Pb dengan
jumlah dan kerapatan trikoma yang diketahui tidak memiliki hubungan yang
signifikan. Hal ini dikarenakan hasil statistik yaitu Sig. (2-tailed) 0.348 ≥ 0.05 dan
nilai r = 0.469 menunjukkan bahwa korelasi rendah dan searah dengan tidak
adanya hubungan yang signifikan. Hal ini menunjukkan jika semakin tinggi
konsentrasi logam Pb maka tidak berpengaruh pada jumlah dan kerapatan trikoma
53
daun. Hasil uji korelasi antara kadar logam Pb dengan jumlah dan kerapatan
stomata serta jumlah dan kerapatan trikoma menyatakan bahwa penyerapan
akumulasi kadar logam Pb lebih banyak terdapat pada stomata. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai statistik Sig. (2-tailed) 0.047 ≤ 0.05 dan nilai r = -0.818.
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada penyerapan akumulasi kadar logam
Pb terhadap jumlah trikoma dan kerapatan trikoma.
Kadar logam Pb dengan kondisi epidermis, stomata dan trikoma daun di
Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan dipengaruhi oleh faktor eksternal
sebagai data pendukung berupa faktor fisik lingkungan dan jumlah kendaraan.
Penelitian Istiaroh (2014) kandungan Pb dalam daun angsana di Jalan Pemuda
Semarang tidak terdeteksi, salah satu faktor pengaruhnya adalah parameter faktor
fisik lingkungan yang terukur seperti intensitas cahaya diduga berpengaruh juga
terhadap kemampuan penyerapan Pb. Intensitas cahaya yang terukur sebesar 2110
Candella, terendah dibandingkan intensitas cahaya di stasiun lainnya. Penelitian
Cutter (1997), menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh di lingkungan yang
terpolusi dan kurang intensitas cahaya dapat menurunkan frekuensi (kerapatan)
stomata. Dengan berkurangnya jumlah stomata, maka semakin berkurang pula
jumlah polutan yang dapat terserap masuk ke dalam daun.
Penelitian Istiaroh (2014) menyatakan diitinjau dari faktor eksternal
lingkungan kemampuan tanaman glodokan dalam menyerap Pb diduga rendah,
suhu dan kelembaban udara terukur di Jalan Kali Banteng Semarang adalah 30,60
C dengan kelembaban 70%. Kondisi udara yang lembab akan membantu proses
pengendapan bahan pencemar, sebab dengan keadaan udara yang lembab maka
beberapa bahan pencemar berbentuk partikel akan berikatan dengan air yang ada
54
dalam udara dan yang membentuk partikel berukuran lebih besar sehingga mudah
mengendap ke permukaan. Faktor fisik lingkungan mempengaruhi mekanisme
membuka dan menutupnya stomata daun yaitu suhu, kelembapan dan intensitas
cahaya. Stomata membuka saat matahari terbit dan menutup saat hari gelap yang
prosesnya bertahap sepanjang sore hari. Meningkatnya suhu dan intensitas cahaya
dapat membuka stomata lebih lebar, hal ini menyebabkan proses laju transpirasi
dan penyerapan CO2 pada daun meningkat (Salisbury and Ross, 1995). Hasil
penelitian Mulyani (2012) menyatakan bahwa kecepatan angin yang tinggi tidak
berpengaruh pada daun jati yang memiliki tekstur permukaan daun kasar dan
berambut trikoma memungkinkan untuk menahan partikel debu tetap berada di
permukaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan angin berpengaruh pada
polutan udara yang menempel pada daun. Pengukuran faktor fisik lingkungan
sebagai variabel pendukung penting untuk diketahui hasilnya, data tersebut
disajikan pada tabel 3.
Tabel 3. Faktor Fisik Lingkungan di Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan.
Kegiatan Nilai
Suhu Udara 32,49 ± 1.05
Kelembapan Udara 47,50 ± 8.48
Intensitas Cahaya 139,81 ± 54.47
Tanah Ph 4,5 ± 0.48
Kelembapan Tanah 5,7 ± 0.78
Kecepatan Angin 1,28 ± 0.37
Berdasarkan hasil pengukuran faktor fisik lingkungan di Taman Kota
Martha Tiahahu Jakarta Selatan menunjukkan bahwa partikel Pb dapat terserap
pada permukaan daun dengan kondisi suhu maksimum yang masih
memungkinkan tumbuhan dapat hidup dan kelembaban udara tinggi. Suhu udara
55
untuk tanaman tropis berkisar antara 15-400 C dan suhu udara yang dibutuhkan
tanaman untuk berkembang dengan baik berkisar antara 210-28
0C. Kisaran suhu
udara ini penting dalam mempengaruhi tahap-tahap perkembangan tanaman. Suhu
udara yang optimum untuk proses fotosintesis berkisar antara 10-300 C (Ashari,
1995). Hal ini akan mengakibatkan perbedaan tekanan uap air dalam rongga daun
dengan di udara menjadi semakin besar sehingga kecepatan transpirasi meningkat.
Laju transpirasi meningkat karena intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan
kondisi stomata daun terbuka, pada saat ini penyerapan akumulasi partikel Pb
akan meningkat. Kecepatan angin tinggi didukung dengan kondisi suhu dan
kelembaban udara yang tinggi menyebabkan partikel Pb terbawa oleh angin yang
akan menempel pada daun karena adanya gravitasi bumi, hal ini didukung oleh
pernyataan Kristanto (2004) bahwa salah satu sifat partikulat debu yaitu dapat
mengendap karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Penelitian ini
konsentrasi Pb di udara tidak diukur, diasumsikan bahwa tingkat kepadatan lalu
lintas (jumlah kendaraan) akan mewakili tingkat pencemaran Pb di udara. Hal ini
disebabkan semakin tinggi kepadatan lalu lintas pada suatu tempat maka semakin
besar emisi Pb.
Penelitian Inayah (2010) pada bulan Maret 2009 kandungan Pb tertinggi
dalam daun angsana terdapat di Jalan Perintis Kemerdekaan II Semarang sebesar
7,30 ppm, hal ini diduga karena lokasi tersebut banyak dilalui kendaraan bermotor
dengan jumlah 2932 per jam. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Sulasmini et a.l
(2005) bahwa sejumlah Pb di dalam dan permukaan daun dipengaruhi oleh
banyaknya kendaraan bermotor. Menurut Antari dan Sundra (2002) semakin
banyak jumlah kendaraan bermotor yang lewat pada suatu jalan raya maka
56
semakin tinggi pula kandungan polutan Pb yang diemisikan ke lingkungan sekitar.
Hasil penelitian Istiaroh (2014) kandungan Pb dalam daun angsana dan mahoni di
Jalan Kalibanteng cukup tinggi dikarenakan faktor eksternal lainnya diduga akibat
jumlah kendaraan bermotor yang melewati jalan tiap menitnya cukup banyak,
yaitu 141 kendaraan bermotor/menit. Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa
faktor eksternal kepadatan lalu lintas berpengaruh besar terhadap masuknya
polutan udara ke dalam stomata daun khususnya Pb. Jumlah kendaraan sebagai
faktor pendukung terhadap kadar Pb yang terserap oleh tanaman di Taman Kota
Martha Tiahahu Jakarta Selatan dapat ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 13. Jumlah Kendaraan di Taman Kota Martha
Tiahahu, Jakarta Selatan
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah kendaraan di Taman Kota Martha
Tiahahu, Jakarta Selatan dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan Pb lebih
banyak dibandingkan dengan kendaraan non Pb. Pengertian dari kendaraan Pb
adalah kendaraan yang diasumsikan menggunakan bahan bakar mengandung
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
BB Pb BB Non Pb
Pe
rse
nta
se J
um
lah
Ke
nd
araa
n
Jenis Bahan Bakar Kendaraan
57
logam Pb, sementara kendaraan non Pb adalah kendaraan yang diduga tidak
menggunakan bahan bakar mengandung logam Pb. Hasil nilai jumlah kendaraan
yang menghasilkan emisi Pb semakin naik. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan
penggunaan transportasi umum yang berada di terminal Blok M semakin padat.
Oleh karena itu penyerapan kadar logam Pb dalam daun tinggi.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penyerapan akumulasi rata-rata konsentrasi logam Pb tertinggi ditemukan
pada daun angsana (Pterocarpusindicus) dengan besar 10,94 ppm dan
terendah ditemukan pada daun jambu (Syzigiumaqueum) dengan besar 3,5
ppm.
2. Kondisi epidermis daun memiliki beberapa spot perubahan warna kuning
kecoklatan dan penurunan panjang epidermis. Kondisi struktur stomata
berupa bentuk dan kerapatan stomata mengalami penurunan akibat
akumulasi penyerapan Pb. Trikoma daun hanya ditemukan pada daun
angsana, mahoni dan jati dengan bentuk uniseluler non berkelenjar.
3. Korelasi kadar Pb terhadap jumlah dan kerapatan stomata signifikan
(p≤0.05, r= -0.818) berbeda dengan korelasi kadar Pb terhadap jumlah dan
kerapatan trikoma yang tidak signifikan (p≥0.05, r= 0.469). Sementara itu
korelasi kadar Pb terhadap kondisi epidermis, stomata dan trikoma daun
tidak signifikan (p≥0.05, r= 0.629).
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kadar Pb terhadap struktur
epidermis, stomata dan trikoma daun di Taman Kota lainnya untuk mengetahui
pohon paling potensial menyerap polutan udara dan rekomendasi peraturan tata
letak tanaman di Taman Kota Martha Tiahahu serta Taman Kota lainnya kepada
pihak Pemerintah Daerah DKI Jakarta.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, J. 2005. Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya Terhadap
Ekologi di Kota Jepara. Pendidikan Teknik Bangunan (Arsitektur). Skripsi.
Fakultas Teknik. Universitas Negeri Semarang.
Agustiana, E. 2008. Kandungan Timbal Pb dan Pengaruhnya dalam Jaringan
Daun Angsana (Pterocarpus indicus) di Kampus I Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Amintarti, S. 2011. Akumulasi Timbal Pb dan Struktur Daun Angsana
(Pterocarpus indicus Willd) sebagai Tumbuhan Peneduh Jalan di Kota
Banjarmasin. Laboratorium Pendidikan MIPA. FKIP, UNLAM.
Antari, A.A Raka Juni dan I.K. Sundra. 2002. Kandungan Pb pada Tanaman
Pendeduh Jalan di Kota Denpasar: Jurnal.Universitas Udayana. Denpasar.
Aradhana, R., Rao, K. N. V., Banji, D., and Chaithanya, R. K. 2010. A Review on
Tectona grandis. linn: Chemistry and Medical Uses. Journal of Herbal
Technology Industry. P : 6-9.
Ariestanti, E. 2002. Cemaran Logam Berat Pb pada Sayuran dan Rambut di Kota
Bogor, Cipanas dan Sukabumi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ascensa, L and M. Pais. 1998. The Leaf Capitate Trichomes of Leonotis leonorus
: Histochemistry, Ultrastructure and Secretion. International Journal
Annals of Botany Department de Biologia Vegetal, Faculdacle de
Cienncias de Lisboa, Bloco C2, 1780 Lisboa. Portugal, Vol. 81. P : 263-
271.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta
Asrina. 2008. Potensi Penyerapan Debu oleh Daun pada Beberapa Jenis Tanaman
Sehubungan dengan Trikoma. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Aydinalp, C. & Marinova, S. 2004. Lead in particu-late deposits and in leaves of
roadside plants. Polish Journal of Enviromental Studies, Vol. 13(2). P :
233-235.
Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Kendaraan Bermotor di Indonesia paSda
tahun 2011. www.bps.go.id. 03 Februari 2015. Jam 16.05.
60
Baldisserotto, C, Ferroni L., Medici, V., Pagnoni, A., Pellizzari, M., Fasulo, M.P.,
Fagioli, F., Bonora, A., Pancoldi S. 2004. Specific Intra-tissue Responses
to Manganase in the Floating Lamina of Trapa natans L. Plant Biol, Vol.
6. P : 578-589.
BPLHD Jakarta. 2014. Kualitas Udara Ambien untuk Pb di DKI Jakarta. SLHD
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013. Hal.II-I.
Brass, G. M., and W. Strauss. 1981. Air Pollution Control Part IV. John Willey
and Sons. New York.
Campbell NA, Reece JB, Mitchell LG. 2000. Biologi. Ed ke – 5. Jilid ke – 1.
Manalu W, penerjemah. Jakarta : Penerbit Erlangga. Terjemahan dari :
Biology, Fifth Edition.
Chmielewska, E and M.Chernetskyy. 2005. Structure Of Trichomes From The
Surface Of Leaves Of Some Species Of Kalanchoe Adans. International
Journal Acta Biologica Cracoviensia Series Botanica Department of
Botany, Agricultural University, ul.Akademicka Lublin, Poland, Vol. 15. P
: 20-950.
Collin, N. M. 1983. The Utilization of Nitrogen Resources by Termites (Isoptera).
Nitrogen as an Ecological Faktor. Blackwell Scientific Publication Ltd.
Oxford. Hal.381-410.
Cutter,E.G. 1969. Plant Anatomy, Experiment and Interpretation. Addison-
Wesley Pub.Co. California.
Dahlan, E. N. 1989. Studi Kemampuan Tanaman dalam Menjerap dan Menyerap
Timbal Emisi dari Kendaraan Bermotor. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana
IPB. Bogor.
Dahlan, E. N. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. IPB Press.
Bogor.
Departemen Pekerjaan Umum. 2008. Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan
Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat Jenderal
Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan Umum.
Direktorat Perbenihan Tanaman Hutan. 2001. Pinus merkusii Jungh.et de Vries.
Jajat Hidayat & Christian P.Hansen, IFSP. Bandung. No. 12, Oktober
2001.
Diskominfomas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2009.
http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/3909/Taman-Martha-
Tiahahu-Jakarta-Selatan. 09 Februari 2015. Jam 10.10
61
Duldulao MC dan Gomez RA. 2008. Effect of Verticular Emission on
Morphologycal Characteristics of Young and Mature Leaves Napier Grass
(Pennisetum purpureum). Research Journal XVI – 2008 Edition.
Eka, I. K dan Husin, A. 2006. Interaksi Kadar Pb dalam Daun dengan Presentase
Kerusakan Stomata Tanaman Glodogan (Garcinia dulcis). Artikel
Publikasi Ilmiah. Fakultas Keguruan dan Ilmi Pendidikan. Universitas.
Muhammadiyah Purwokerto.
Fakuara, Y. 1996. Studi Toleransi Tanaman Peneduh Jalan Kemampuan
Mengurangi Polusi Udara. Jurnal Penelitian dan Karya Universitas
Trisakti. Jakarta. Vol. 2 (7).
Fergusson, J. E. 1990. “The Heavy Element: Chemistry, Environmental Impact
and Health Effect”. Pergaman Press inc, England.
Flanagan, J.T., K.J. Wade, A. Currie, and D.J. Curtis. 1980. The deposition of
lead and zinc from traffic pollution on two roadside hrubs. Environmental
Pollution Journal (Series B) Vol. 1. P : 71-78.
Gandasari, D. 1994 Identifikasi Arsitektur dan Kerapatan Trikoma pada Tujuh
Puluh Lima Spesies Pohon untuk Lansekap Tepi Jalan. Skripsi. Jurusan
Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gostin I.N. 2009. Air Pollution Effect on The Leaf Structure of Some Fabaceae
Species. Not. Bot. Hort. Agrobot. Cluj 37:57-63.
Harahap, R. M. S dan Aswandi. 2006. Pengembangan dan Konservasi Tusam
(Pinus merkusii Jung.et de Vries) Strain Tapanuli dan Kerinci. Prosiding
Ekspose Hasil-Hasil Penelitian “Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya
Hutan”. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. P : 223-232.
Hidayat, B. Estiti. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB Press.
Hidayati, S. Roifatul. 2009. Analisis Karakteristik Stomata, Kadar Klorofil dan
Kandungan Logam Berat pada Daun Pohon Pelindung Jalan Kawasan
Lumpur Porong Sidoarjo. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Sains dan
Teknologi. UIN Malang.
Inayah, Siti Nihyatul. 2010. Studi Kandungan Pb dan Kadar Debu pada Daun
Angsana (Pterocarpus indicus) dan Rumput Gajah Mini (Axonopus sp.) di
Pusat Kota Tangerang. Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Indriasari, L. 2007. Ketika Udara Jakarta Tidak Lagi Aman Dihirup.
http://www.depkes.go.id. 06 Desember 2014.
62
Irwanto, B. 2008. Inventarisasi Hama-hama Penting dan Parasitoid pada Buah
Mangga (Mangifera spp.) di Laboratorium. Skripsi . Departemen Ilmu
Hama dan Penyakit Tumbuhan. FP USU. Medan.
Istiaroh, D. Pawit., N.K.T Martuti., F. P. M. Herry Bodijanto. 2014. Uji
Kandungan Timbal (Pb) dalam Daun Tanaman Peneduh di Jalan Protokol
Kota Semarang. Jurnal Biosaintifika. Jurusan Biologi. FMIPA. Universitas
Negeri Semarang. Vol. 6(1).
Karliyansyah, N.S.W. 1997. Kerusakan Daun Tanaman sebagai Bioindikator
Pencemaran Udara (Studi Kasus Tanaman Peneduh Jalan Angsana dan
Mahoni dengan Pencemaran Udara NOx dan SOx). Tesis. Program Studi
Ilmu Lingkungan UI. Jakarta.
Kartasapoetra, A.G. 1988. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan (Tentang Sel
dan Jaringan). Bina Aksara. Jakarta.
Kementrian Lingkungan Hidup. 2004. Pedoman Umum Penanaman Jalur Hijau
Jalan Jakarta: Kementrian Lingkungan Hidup. Bidang Pengendalian
Dampak Sumber Non Institusi.
Khaeruddin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kristianto, P. 2004. Ekologi Industri. Andi Offset. Surabaya.
Lawrence, O. H. M. 1958. Taxonomy of Vascular Plants. The Macmillan
Company. New York.
Lestari, E. G. 2005. Hubungan Antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan
Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti dan IR 64. Jurnal
Biodevirsitas Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan
Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor. Vol. 7. P : 44-48.
Lim, ASL. & Rabeta, MS. 2013. Proximate Analysis, Mineral Content and
Antioxidant Capacity of Milk Apple, Malay Apple and Water Apple.
International Food Research Journal. Vol. 20(2). P : 673-679.
Lukovic J, L.Kristic, Halgasev, M., Merkulov, L.J., Nikolic. 2005. The Influence
of Different Concentrations of Cadmium on Structural Characteristics of
Poplar Clones Root. Preseedings of The Balkan Scientific Confrence of
Biology in Plodiv (Bulgaria).
Mindawati, N., M. H. L. Tata. Y. Sumarna dan A. S. Kosasih. 1998. Pengaruh
Beberapa Macam Limbah Organik terhadap Mutu dan Proses
63
Pengomposan dengan Bantuan Efektif Mikroorganisme 4 (EM4). Bulletin
Penelitian Hutan Bogor. Vol. 614. P : 29 – 40.
Mulyani, Ani. 2012. Penjerapan Partikel Debu Oleh Daun Serta Pengaruhnya
Terhadap Stomata dan Kandungan Klorofil pada Tiga Jenis Pohon di
Hutan Kota PT. JIEP, Jakarta. Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas
Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Murni, Anggia. 2012. Pengaruh Pemberian Logam Mn Terhadap Struktur
Epidermis dan Stomata Daun Tanaman Genjer (Limnocharis flava).
Skripsi. Program Studi Biologi. Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Nazarudin. 1996. Penghijauan Kota. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novirina, H. 2007. Kajian Efektifitas Tanaman dalam Menjerap Kandungan Pb di
Udara. Jurnal Rekayasa Perencanaan. Teknik Lingkungan FTSP. UPN,
Veteran. Vol. 3(2).
Nugraha, A.Y. 2006. Deteksi Logam Berat pada Buah dan Daun Mahkota Dewa
dengan Metode Spektrofotometer Serapan Atom. Skripsi. Departemen
Kimia Fakultas MIPA IPB. Bogor.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.12 Tahun 2010. Pelaksanaan
Pengendalian Pencemaran Udara di Daerah. Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup. 02 Februari 2015. Salinan PDF.
Peraturan Menteri Pekerja Umum No.5/PRT/M/2008. Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan. Direktorat
Jenderal Penataan Ruang. Departemen Pekerjaan Umum. 28 Januari 2015.
Pracaya. 2011. Bertanam Mangga. Jakarta: Penebar Swadaya.
Prawiranata, W., S. Han-an dan P. Tjondro negoro. 1989. Dasar-dasar Fisiologi
Tumbuhan. FMIPA. IPB. Bogor. Hal 224.
Prutsy, B. A. K., P.C. Mishra., P. A. Azeez. 2005. Dust Accumulation and Leaf
Pigment Content In Vegetation Near The National Higway at Sambalpur,
Orissa, India. Journal Ecotoxicology and Environmental Safety. India. Vol
60:228-235
Purnomo, Sudjiono, T. Joko, dan S. Hadisusanto. 2009. Biologi Kelas XI untuk
SMA dan MA. Pusat Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta,
p. 386.
64
Rachmawati. 2006. Uji Pencemaran Udara oleh Partikulat Debu di Sekitar
Terminal Lebak Bulus Berdasarkan Bioindikator Stomata pada Daun
Tanaman Glodogan (Polyalthia longifolia). Skripsi. Fakultas Sains dan
Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Radoukova, T. 2009. Anatomical Mutability of The Leaf Epidermis in Two
Species of Fraxinus L. in A Region With Autotransparant Pollution.
Biotechnol & Bioethacnol. EQ.23/special edition.
Rahayu, E. 2008. Studi Kandungan Timbal (Pb) dan Pertumbuhan Pucuk Daun
Teh (Camellia sinensis (L) O.Kuntze) di Perkebunan Gunung Mas PTPN
VIII Cisarua, Bogor Jawa Barat. Studi Agronomi. Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rangkuti, M.N. 2003. Kemampuan Menyerap Timbal (Pb) pada Daun Beberapa
Jenis Tanaman Penghijauan Jalan Tol Jagorawi: Analisis Struktur Anatomi
dan Histokimia. Tesis. Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor.
Ratnasih, Ade S.M. 2014. Karakteristik Trikoma Daun Beberapa Spesies Famili
Annonaceae dan Hubungannya dengan Kandungan Antioksidan. Skripsi.
Fakultas Sains dan Teknologi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Reffiane, F,. Mohammad N.A, Budi S,. 2011. Dampak Kandungan Timbal (Pb)
dalam Udara Terhadap Kecerdasan Anak Sekolah Dasar. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Ruhaibah. 2011. Akumulasi Logam Pb, Cu dan Zn pada Tanaman Pelindung di
Jalur Hijau Kota Banda Aceh. Tesis. Program Studi Kimia Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, E. 2000. Adaptasi Tanaman Padi Gogo Terhadap Naungan Laju
Pertukaran Karbon, Respirasi & Konduktansi Stomata. Tesis. Pascasarjana
IPB. Bogor.
Sembiring, E. Dan E. Sulistyawati. 2006. Akumulasi Pb dan Pengaruhnya pada
Kondisi Daun Swietenia macrophylla King. Makalah pada Seminar
Nasional Penelitian Lingkungan di Perguruan Tinggi. Bandung.
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Universitas Negeri Malang. Malang.
Siregar, E. B. M. 2005. Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya
pada Manusia. Skripsi. Program Studi Kehutanan Fakultas Peranian USU.
Sumatera Utara.
65
Sirnamala, B. 2005. Kandungan Timbal (Pb) pada Daun dan Kulit Batang Tiga
Jenis Tumbuhan di Jalur Hijau DKI Jakarta. Skripsi. Departemen Biologi
Fakultas MIPA UI. Jakarta.
Steenis, C.G.G.J. van, den Hoed, G., Bloembergen, S. dan Eyma, P.J. 2008. Flora
: Untuk Sekolah di Indonesia. Cetakan ke-12 (M. Surjowinoto,
penerjemah). PT Pradnya Paramita, Jakarta. P : 348-349.
Sulaeman, Suparto dan Eviati. 2005. Petunjuk Teknis Analisa Kimia Tanah,
Tanaman, Air dan Pupuk. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.
Sulasmini, Luh Komang M., M. S. Mahendra, dan Komang Arthawa Lila. 2007.
Peranan Tanaman Penghijauan Angsana, Bungur, dan Kupu- Kupu
Sebagai Penyerap Emisi Pb dan Debu Kendaraan Bermotor di Jalan
Cokroaminoto, Melati dan Cut Nyak Dien di Kota Denpasar. Jurnal.
Pertanian Ecotrophic Vol. 2(1). P : 1-11.
Sulistijorini. 2009. Keefektifan dan toleransi jenis tana-man jalur hijau jalan
dalam mereduksi pencemar NO2 akibat aktivitas transportasi. Tesis. Bogor:
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Sumardi, I dan Pudjoarianto, A. 1994. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan.
Fakultas Biologi UGM. Yogyakarta.
Sumarna, Yana. 2004. Budidaya Jati. Penerbit Swadaya. Jakarta
Sumarna, Yana. 2011. Kayu Jati (Panduan Budi Daya dan Prospek Bisnis).
Jakarta: Penebar Swadaya
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. Penerbit
Grasindo. Jakarta.
Supriatno, J. Dan Agus S. H. 1998. Analisis Kandungan Logam Berat Pb dan
Kerusakan Jaringan Daun Tanaman Penghijauan Jalur Hijau Akibat Emisi
Gas Polutan Kendaraan Bermotor dalam Kotamadya Banda Aceh.
Laporan Penelitian: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Syah Kuala. Banda Aceh.
Surtipanti. S, Suwira. S, Sofyan. Y, Thamzil. L. 1983. Studi Kandungan Pb dalam
Rumput di Sepanjang Jalan Jendral Sudirman Jakarta. Makalah BATAN
Vol. XVI No.BATAN- Serpong. ISSN 0303-2876.
Susilo, Joko. 2013. Sukses Bertanam Jambu Biji & Jambu air di Pekarangan
Rumah & Kebun. Yogyakarta. Pustaka baru Pres.
66
Tugaswati, A.T. 1996. Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Dampaknya
Terhadap Kesehatan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Udayana, C. 2004. Toleransi Spesies Pohon Tepi Jalan Terhadap Pencemaran
Udara di Simpang Susun Jakarta (Jakarta Interchange) Cawang, Jaktim.
Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
UU Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 2007 Pasal 6. Penataan Ruang
Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
Widowati W., Sastiono A., dan Rumampuk R. J. 2008. Efek Toksik Logam
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Widyastuti, T.E. dan F.B. Paimin, 1993. Mengenal Buah Unggul Indonesia.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Woelaningsih, S. 2001. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan II. Fakultas
Biologi UGM. Yogyakarta.
Xiang, C., Z. Hui., H. Peng., Z. Liu. 2010. Trichome Micromorphology of The
East Asiatic Enus Chelonopsis (Lamiaceae) and Its Systematic
Implications. Journal Flora Laboratory of Biodiversity and Biogeography,
Kuning Institute of Botany, Chinese Academy of Science. Beijing. Vol.
205. P : 431-441.
Yudha, G.P., Noli, Z. A. Dan Idris, M. 2013. Perumbuhan Daun Angsana
(Pterocarpus indicus) dan Akumulasi Logam Timbal (Pb). Jurnal Biologi
Universitas Andalas (J.Bio UA) Vol. 2(2). P : 83-89. FMIPA Universitas
Andalas.
Yulizal. 1995. Anatomi Daun dan Jumlah Stomata dari Beberapa Jenis Anakan
Tanaman Peneduh di Balitro dan Jalan Tol Jagorawi. Skripsi. Program
Studi Konservasi Sumberdaya Hutan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
67
Lampiran 1. Hasil Korelasi dengan SPSS 20.
a. Hasil korelasi kadar logam Pb dengan jenis pohon pelindung sebagai
sampel di taman kota Martha tiahahu, Jakarta selatan.
H0 : Tidak adanya hubungan antara kadar logam Pb dengan kondisi epidermis,
stomata dan trikoma pada jenis pohon pelindung di taman kota martha
tiahahu, jakarta selatan.
H1 : Adanya hubungan antara kadar logam Pb dengan kondisi epidermis, stomata
dan trikoma pada jenis pohon pelindung di taman kota martha tiahahu,
Jakarta selatan.
Keputusan : H0 diterima karena Sig. (2-tailed) 0.181 ≥ 0.05
Disimpulkan : Tidak ada korelasi antara kadar logam Pb dengan kondisi
epidermis, stomata dan trikoma pada jenis pohon pelindung di taman kota
Martha tiahahu, Jakarta selatan.
b. Hasil korelasi kadar logam Pb dengan jumlah stomata, kerapatan stomata,
jumlah trikoma dan kerapatan trikoma dari daun uji di taman kota martha
tiahahu, jakarta selatan.
Correlations
Jml_Pb Jml_Sto Krptn_Sto Jml_Tri Krptn_Tri
Jml_Pb
Pearson Correlation 1 -.818* -.818
* .469 .469
Sig. (2-tailed) .047 .047 .348 .348
N 6 6 6 6 6
Jml_Sto
Pearson Correlation -.818* 1 1.000
** -.414 -.415
Sig. (2-tailed) .047 .000 .415 .413
N 6 6 6 6 6
Krptn_Sto
Pearson Correlation -.818* 1.000
** 1 -.414 -.415
Sig. (2-tailed) .047 .000 .415 .413
N 6 6 6 6 6
Correlations
Jml_Pb Jenis
Jml_Pb
Pearson Correlation 1 .629
Sig. (2-tailed) .181
N 6 6
Jenis
Pearson Correlation .629 1
Sig. (2-tailed) .181
N 6 6
68
Jml_Tri
Pearson Correlation .469 -.414 -.414 1 1.000**
Sig. (2-tailed) .348 .415 .415 .000
N 6 6 6 6 6
Krptn_Tri
Pearson Correlation .469 -.415 -.415 1.000** 1
Sig. (2-tailed) .348 .413 .413 .000
N 6 6 6 6 6
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
H0 : Tidak adanya hubungan antara kadar logam Pb dengan jumlah stomata,
kerapatan stomata, jumlah trikoma dan kerapatan trikoma daun di taman
kota martha tiahahu, jakarta selatan.
H1 : Adanya hubungan antara kadar logam Pb dengan jumlah stomata, kerapatan
stomata, jumlah trikoma dan kerapatan trikoma daun di taman kota martha
tiahahu, Jakarta selatan.
Keputusan : H1 diterima untuk jumlah dan kerapatan stomata karena Sig. (2-
tailed) 0.047 ≤ 0.05
H0 diterima untuk untuk jumlah dan kerapata trikoma karena Sig. (2-
tailed) 0.348 ≥ 0.05
Kesimpulan :
a) Korelasi tinggi dengan nilai Sig. (2-tailed) 0.047 antara kadar logam Pb
dengan jumlah dan kerapatan stomata.
b) Korelasi rendah dengan nilai Sig. (2-tailed) 0.348 antara kadar logam Pb
dengan jumlah dan kerapatan trikoma.
69
Lampiran 2. Kadar Logam Pb, Stomata dan Trikoma Daun.
a) Kadar Logam Pb di Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta Selatan
Lokasi Letak
Pohon Jenis
Waktu Sampling Total
1 2 3
Sampling
1
Depan Mangga 0 1 0.83 0.61
Depan
Angsana
1A 1.38 4.53 3 2.97
Depan
Angsana 1
B 2.71 5.15 4.2 4.02
Sampling
2
Depan Mangga 6.83 2.37 2.95 4.05
Depan Angsana 3.83 3.18 4.83 3.95
Tengah Mahoni 4.37 2.48 1.58 2.81
Sampling
3
Belakang Mahoni 0.82 0 4.5 1.77
Tengah Pinus 5.46 2.6 4.45 4.17
Tengah Jati 4.72 2.9 4.5 4.04
Sampling
4
Tengah Mahoni 5.88 0 3.21 3.03
Belakang Mangga 1.02 0.48 3.5 1.67
Belakang Jambu 4.22 0.4 5.88 3.5
b) Kadar Logam Pb dengan Jumlah Stomata, Kerapatan Stomata, Jumlah
Trikoma dan Kerapatan Trikoma di Taman Kota Martha Tiahahu, Jakarta
Selatan
Jenis Kadar Pb Jml Sto Krptn Sto Jml Triko Krptn Triko
Mangga 6,33 160,33 755,1 0 0
Angsana 10,94 36,33 171,19 2,33 10,99
Mahoni 7,61 159,66 752,26 0,33 1,57
Pinus 4,17 4,33 20,42 0 0
Jati 4,04 20,33 95,8 2 9,42
Jambu 3,5 51,67 243,43 0 0