tugas akhir - institutional...

45
Studi tentang Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pemusik dan Pemandu Lagu dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat dari Perspektif Musik Gerejawi.” Oleh, Dyana Martiq Windoe 712012025 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si-Teol) Program Studi Teologi FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Salatiga 2016

Upload: lekien

Post on 16-Feb-2018

303 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

“Studi tentang Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pemusik dan

Pemandu Lagu dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa

Barat dari Perspektif Musik Gerejawi.”

Oleh,

Dyana Martiq Windoe

712012025

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Teologi, Fakultas Teologi Guna Memenuhi Sebagian

Dari Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Teologi

(S.Si-Teol)

Program Studi Teologi

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

Salatiga

2016

Page 2: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

2

Page 3: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

3

Page 4: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

4

Page 5: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

5

Page 6: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

6

Motto :

Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku

Kaumaklumin

(Mazmur 139:3)

Aku beryukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa

yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.

(Mazmur 139:14)

Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh

menghina hikmat dan didikan.

(Amsal 1:7)

Percayalah bahwa Tuhan selalu ada untukmu. Kami hanya sebagai perantara

antara kau dan Tuhan. Serahkanlah segalanya, segala keluh-kesahmu, sukacita

mu, pergumulanmu kepada Tuhan. Dan ingatlah apapun yang kau perbuat,

semuanya itu harus didalam nama Tuhan Yesus Kristus.

(Papa Mama dan Ti’i)

Page 7: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

7

KATA PENGANTAR

Penulisan ini membutuhkan waktu yang cukup, kesabaran, ketabahan dan ketekunan

dari penulis. Dari penulisan ini, penulis dibentuk dan di-upgrade oleh Tuhan Yesus. Kuasa-

Nya yang begitu luar biasa membantu, membimbing dan membentuk penulis. Terima kasih

Tuhan atas kesehatan, kesabaran, kekuatan, kemampuan dan hikmat yang Engkau berikan

serta tuntunan-Mu sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan

melaksanakan penilitian dan berbagai tahap yang telah dilewati. Dalam kesempatan ini,

penulis menyampaikan terima kasih yang tulus untuk semua pihak yang dipakai Allah untuk

membantu dan menopang penulis dalam proses studi, khususya dalam penulisan tugas akhir

ini lewat dukungan doa dan material.

Ucapan terima kasih yang setulusnya penulis sampaikan untuk Papa Marthen Windoe

dan Mama Tige B. Windoe-Kale, keluarga Windoe-Kale dan Segenap Keluarga Besar

Persekutuan Doa Remaja Elim yang telah memberikan dukungan doa, dan berusaha dengan

segala daya dan upaya, memberikan motivasi juga nasehat serta telah membiayai penulis

dalam studi. Ucapan terima kasih yang diiringi dengan rasa hormat penulis sampaikan kepada

Pdt. Dr. Jacob Daan Engel dan Pdt. Dr. Ebenhaizer Nuban Timo, yang dengan bijaksana dan

kesabaran telah membimbing penulis dalam proses penulisan dan penilitan tugas akhir ini

hingga selesai, terima kasih atas waktu, nasihat, arahan, dan sumbangan pikirannya. Ucapan

terima kasih penulis juga sampaikan kepada:

Pimpinan Fakultas Teologi, staf dosen, pegawai tata usaha, dan segenap civitas

Fakultas Teologi, yang sudah mau membantu penulis baik dalam doa maupun

dalam tindakan. Terimakasih untuk angkatan 2011, 2012, 2013, 2014, 2015 dan

2016.

Terima kasih untuk GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat, majelis jemaat dan

jemaat yang sudah membantu dalam penulisan dan penilitian, yang sudah

mengijinkan penulis untuk melakukan penilitian di tempat.

Ti‟i Dorce Windoe dan kakak-adik yang tersayang Jestman, Jesly, Joko, Harun,

Fita, Jilian, Sandra, Ningsih, Regi yang selalu memotivasi penulis baik dengan

omelan, arahan, motivasi dan doa.

Page 8: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

8

Untuk Mama Cornelia yang Tuhan pakai untuk menyemangati penulis dengan

omelan dan motivasi yang diberikan.

Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan, Kak

Oko, Kak Momon, Kak Ella, dan spesial terima kasih dengan penuh rasa sayang

untuk Kak Iky. Terima kasih untuk doa, motivasi dan bantuan yang diberikan.

Terima kasih yang tulus diberikan untuk kita semua, kiranya Tuhan Yesus Kristus yang

mempunyai kuasa akan selalu memberkati dalam segala usaha, jerih payah dan juang kita

semua.

Salatiga, 28 September 2016

Dyana Martiq Windoe

Page 9: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

9

DAFTAR ISI

1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 11

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 11

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 15

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 15

1.4 Manfaat Penlitian .......................................................................................... 15

1.5 Metode Penilitian .......................................................................................... 15

1.6 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 15

1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................... 16

2 TEORI ................................................................................................................... 17

2.1 Musik .............................................................................................................. 17

2.2 Musik Gerejawi dan Perkembangannya .................................................... 20

2.2 Pemusik dan Pemandu Lagu ....................................................................... 28

3 DATA LAPANGAN DAN ANALISA ................................................................ 29

3.1 Gambaran Umum Pelayanan GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat ... 31

3.2 Temuan Hasil Penilitian ............................................................................... 32

4 PENUTUP ............................................................................................................. 41

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 42

5.2 Saran .............................................................................................................. 43

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 44

Page 10: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

10

ABSTRAK

Dyana Martiq Windoe 712012025, 2016/2017. Studi tentang Faktor-faktor Pendukung dan

Penghambat Pemusik dan Pemandu Lagu dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem

Oesapa Barat dari Perspektif Musik Gerejawi.

Penilitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor pendukung dan penghambat

pemusik dan pemandu lagu dalam melayani dan bertugas di Ibadah Minggu. Penilitian ini

dimotivasi oleh masalah yang mempengaruhi berjalannya ibadah, yang mana pemusik dan

pemandu lagu belum memahami betul tentang pengertian musik gerejawi serta tugas dan

tanggung jawab mereka sebagai pelayan Tuhan. Penilitian ini menerapkan pendekatan dan

pengembangan dengan menggunakan metode kualitatif. Wawancara mendalam dan observasi

langsung digunakan untuk mengumpulkan data kualitatif. Observasi digunakan untuk

mengamati proses ibadah minggu dengan memfokuskan pada pemusik dan pemandu lagu,

dan wawancara mendalam untuk memahami pemahaman pemusik, pemandu lagu dan majelis

jemaat dan jemaat terkait dengan musik yang dimainkan pada ibadah minggu. Penilitian ini

membuktikan adanya faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi berjalannya

Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat, yang mana faktor pendukung

termotivasi dari jiwa ingin melayani, berpatokan dalam Alkitab yang memuji dan

memuliakan nama Tuhan, jemaat butuh panduan dalam bernyanyi, dan jemaat harus

bernyanyi. Faktor penghambat ialah gereja kurang memperhatikan kebutuhan Komisi Musik

Gerejawi dan Liturgi, tidak ada pelatihan dan pembinaan yang benar-benar memenuhi

kebutuhan pemusik dan pemandu lagu, kurangnya kerja sama jemaat, pemusik, pemandu lagu

dan soundman, dan kurangnya persiapan sebelum pelayanan. Direkomendasikan gereja perlu

memperhatikan kebutuhan komisi, seperti mengadakan pelatihan dan pembinaan serta

menyediakan buku-buku untuk dipelajari, harus adanya kerja sama antar soundman, jemaat,

pemusik dan pemandu lagu, dan yang terakhir pemusik dan pemandu lagu harus lebih giat

berlatih sebelum melayani, belajar dari buku dan melihat tutorial tentang menjadi pemusik

dan pemandu lagu yang baik dan benar dari youtube.

Kata kunci: musik gerejawi, pemusik, pemandu lagu, gereja.

Page 11: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

11

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ibadah merupakan wadah di mana gereja dapat mengungkapkan ekspresi

penghayatannya secara mendalam sebagai respon terhadap kasih Allah yang diterima.

Menurut Hoon: “Ibadah Kristen adalah penyataan diri Allah sendiri di dalam Yesus Kristus

dan tanggapan manusia terhadap-Nya” atau suatu tindakan ganda: yaitu “tindakan Allah

kepada jiwa manusia dalam Yesus Kristus dan dalam tindakan tanggapan manusia melalui

Yesus Kristus”. Kata kunci dalam pemahaman Hoon tentang ibadah Kristen adalah

“penyataan” dan “tanggapan”.1 Gereja sebagai persekutuan umat percaya yang diutus keluar

(Yun: ekklesia) oleh Tuhan Allah adalah persekutuan yang bernyanyi. Umat bernyanyi di

dalam ibadah. Ini telah dilakukan sejak awal peribadahan Kristen. Di dalam Injil (Mat. 26:30;

Mrk. 14:26) diinformasikan bahwa Yesus dan murid-murid-Nya bernyanyi di dalam

perjamuan malam itu. Perjamuan malam itu adalah perjamuan Paskah. Dalam tradisi Yahudi,

umat menyanyikan Mazmur 113-118 sebagai Mazmur Paskah yang disebut Hallel.2 Tradisi

ini diteruskan hingga kini dalam ibadah-ibadah umat Kristiani.

Aristoteles (384-322), murid Plato mendefinisikan musik adalah “Suatu tiruan tentang

seluk beluk hati dengan mempergunakan melodi dan irama. Ia juga menjelaskan bahwa

pengaruh musik pada manusia yaitu: (a) sebagai suatu hiburan yang menyenangkan, musik

mampu menjadikan manusia melupakan kesusahan hidupnya; (b) Sebagai suatu pembentukan

watak, sifatnya yang harmonis dan ritmis mampu mempengaruhi perilaku manusia; (c) Musik

dapat menjadi alat untuk mencapai kemajuan dan kebahagiaan rohani.”3

Musik yang dikenal dalam tata ibadah gereja sering disebut juga musik gerejawi.

Musik gerejawi adalah segala musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah, apapun

bentuknya, entah berupa nyanyian jemaat, paduan suara, maupun semua jenis musik

instrumen yang digunakan untuk mengiringi suatu kebaktian.4

Musik yang dalam segala

bentuk dan jenisnya ini dipakai dalam peribadahan gereja, seperti dalam ibadah umum pada

hari Minggu, maupun ibadah khusus di hari lainnya, untuk mengiringi nyanyian pujian

maupun menampilkan instrumentalia dalam ibadah tersebut. Kebaktian akan menjadi hidup

1 James F. White, Pengantar Ibadah Kristen (Jakarta: BKG Gunung Mulia, 2011), 7.

2 H.A. Pandopo, Menggubah Nyanyian Jemaat (Jakartta: BPK Gunung Mulia, 1984), Pasal 113 dan

114 dinyanyikan setelah meminum cawan pertama. Pasal 115-118 setelah cawan ke-3. Semuanya terjadi dalam

perjamuan Paska.

3 Ispramuji, Pengantar Musik Gereja. Diktat Mata Kuliah Musik Gereja. (Semarang: 2003), 3.

4 Idem, Diktat Matakuliah Musik Gereja (Salatiga: Fak. Teologi UKSW, 1999), 1.

Page 12: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

12

bila diiringi dengan musik yang indah, ia akan menjadi lebih semarak dan penuh jiwa, penuh

perasaan (emosional), penuh kesenian (artistikal), dan keindahan (estetikal). Kebaktian

seperti ini akan mengesankan dan membuat jemaat semakin merasa diberkati oleh Tuhan.5

Menurut penulis, musik merupakan salah satu bentuk ekspresi iman di dalam jemaat

atau bergereja, sehingga musik tidak bisa sembarang dimainkan dalam ibadah. Jemaat dapat

mengekspresikan perasaan mereka kepada Tuhan melalui puji-pujian yang dinyanyikan

dengan iringan musik yang sesuai dengan kebutuhan lagunya. Misalnya, pujian dari Kidung

Jemaat (KJ) 26 “Mampirlah, Dengar Doaku” biasanya terletak dalam pujian sebelum

menaikkan doa kepada Tuhan. Jemaat mengekspresikan perasaan mereka yang mengajak

Tuhan untuk mendengarkan seruan mereka melalui doa. Oleh karena itu, dalam menyanyikan

pujian jemaat membutuhkan pengiring dan pemandu lagu yang sudah terlebih dahulu

mengerti arti musik gereja dan syair-syair pujian serta kemampuan membaca notasinya

dengan baik dan benar.

Faktor pemandu lagu dalam suatu ibadah sangatlah penting untuk diperlukan. Bukan

saja bakat dalam bernyanyi tapi juga waktu atau kesiapan waktu untuk berlatih. Cantorship

adalah kemampuan untuk memimpin nyanyian jemaat dengan lengkap di dalam ibadah. Baik

untuk memimpin kelompok kecil, kelompok besar, muda dan tua, mulai dari kebaktian anak

sampai kebaktian lansia. Tanpa atau dengan Paduan Suara, tanpa atau dengan instrumen,

dengan segala macam gaya dan bentuk. Orang yang memiliki kemampuan ini disebut

Prokantor.6

Seorang prokantor (dan kantoria) harusnya dapat memberikan teladan ketika ia di

depan sebagai pelayan yang memimpin pujian dan ketika ia melatih umat bernyanyi.

Kehadirannya di tengah-tengah jemaat harusnya mendorong mereka agar mampu menyanyi

tanpa harus merasa tertekan karena suara prokantor yang terlalu dominan. Kehadirannya

mendukung jemaat yang tidak atau belum dapat bernyanyi dengan benar, sampai mereka

mampu menyanyikan lagu jemaat dengan baik.7

Cantorship sangat mendukung ibadah, karena seorang prokantor dan tim-nya

(kantoria) dapat melakukan beberapa hal dengan efektif, yaitu:8 a) Menyanyikan lagu

bersama jemaat dengan cara yang baik dan benar. b) Memperkenalkan lagu-lagu baru kepada

jemaat dan mengajarkannya. c) Memperbaiki cara menyanyikan lagu yang salah, secara

5 Sri Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi: Materi Ringkas untuk Pembekalan Pelayan Musik dan

Organis Gereja (Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2014), 2. 6 Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah (Kelapa Gading Jakarta: Grafika

Kreaslndo, 2012), 97. 7 Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam, 98.

8 Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam, 98-99.

Page 13: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

13

langsung atau tidak langsung (jika ternyata lagu tersebut sudah salah dinyanyikan selama ini).

d)Secara bergantian menyanyikan satu lagu secara utuh dengan jemaat. e) Gereja tidak hanya

membutuhkan seorang prokantor yang profesional (sekolah di bidang khusus Musik/ Seni

Vokal) untuk mengiringi jemaat, tapi juga seorang prokantor yang walaupun belajar secara

autodidak namun mau terus berlatih dan mempersiapkan diri

Selain pemandu lagu, pemusik juga berperan penting dalam mendukung ibadah-

ibadah jemaat. Pemusik dan pemandu lagu merupakan satu tim yang tak bisa dipisahkan.

Pemusik memainkan alat musik dan hanya membantu jemaat lewat melodi-melodi yang

dialunkannya, sedangkan pemandu lagu membantu jemaat dalam cara bagaimana

menyanyikan pujian dengan nada dan not yang sesuai serta mengucapkan syair dengan benar.

Keduanya saling melengkapi satu sama lain dan saling bekerja sama.

Pemusik menggunakan alat-alat musik untuk melayani di dalam ibadah. Pemusik

bertugas mengiringi dan membantu seluruh jemaat (peserta ibadah) dengan baik demi

memuliakan Tuhan. Oleh karena itu, penggunaan alat musik tidak boleh menonjol dan

pemusik perlu menyesuaikan penampilan dan aksi mereka sesuai dengan suasana ibadah

tersebut. Hanya Tuhan yang boleh dipuji dan dimuliakan di dalam rumah-Nya dan di dalam

hidup kita, bukan diri kita sendiri. 9 Jelas bahwa faktor pemusik sangatlah penting. Sejalan

dengan itu Eskew dan Mc Elrath berpendapat bahwa pemusik adalah pemimpin yang

sebenarnya ketika mengiringi jemaat dalam menyanyikan lagu puji-pujian.10

Selanjutnya

Sydnor memberikan lima saran kepada para pemusik untuk mengiringi nyanyian jemaat

dengan baik:11

1)Pemusik adalah seorang pemimpin nyanyian (mengerti musik dan lagu dan

cara bernyanyi). 2)Pemusik harus bermain tepat. 3)Pemusik harus pandai memberi irama.

4)Pemusik bermain dengan tempo yang baik. 5)Pemusik mengikuti teks lagu nyanyiannya

Dalam liturgi ibadah Kristen di gereja, nyanyian jemaat merupakan salah satu unsur

yang sangat penting. Seperti yang sudah dibahas, melalui nyanyian dan puji-pujian , umat

secara bersama mengambil bagian dalam persekutuan dan menyembah Allah. Dengan

demikian, nyanyian bersifat menyatukan umat untuk merespon kasih Allah di dalam ibadah

yang diikutinya.

Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) merupakan suatu komunitas yang juga

melaksanakan ibadah-ibadah bagi umat Kristen. Tentunya liturgi ibadah mempunyai unsur

nyanyian jemaat yang diiringi dengan musik dan panduan dari pemandu lagu. Namun, musik

9 M. Th. Mawene, Gereja yang Bernyanyi (Yogyakarta: Penerbit Buku dan Majalah Rohani ANDI, 2004),

69. 10

Reynold J. William, Congregitional Singging (Nashville: Convention Press, 1975), 227 11

Sydnor, Intorducing A New Hymnal, 74-79.

Page 14: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

14

gerejawi dalam peribadahan masih menjadi masalah yang krusial khususnya di GMIT. Hal

ini dapat dilihat dari Jemaat Betlehem Oesapa Barat (JBOB), dari hasil pengamatan penulis,

yang mengiringi atau pemusiknya adalah anak remaja yang merupakan pemula sehingga

ketika dia mengiringi kebaktian, pujian dalam liturgi baik itu Kidung Jemaat (KJ), Pelengkap

Kidung Jemaat (PKJ), Nyanyian Kidung Baru (NKB) dan lagu Pop Rohani diiringi dengan

menggunakan style/rythme dan tempo yang tidak sesuai dengan pujian. Padahal seorang

pemusik haruslah mengerti dan memahami terlebih dahulu pujian yang akan diiringinya.

Memahami di sini ialah memahami syair dan maksud dari lagu yang akan diiringi, sehingga

dalam mengiringi, organis dapat membedakan lagu mana yang pantas menggunakan style dan

lagu mana yang pantas menggunakan melodi serta instrumen-instrumen yang ada.

Hal tersebut berarti bahwa pemusik tidak “menjiwai lagu yang diiringi”. Karena

dengan menjiwai lagu, iringan yang dilakukan dapat hayati oleh jemaat. Jika tidak menjiwai

lagu, maka jemaat sendiri tidak merasakan arti dari syair-syair yang dinyanyikan dan tidak

konsentrasi pada saat bernyanyi dan nyanyian itu tidak sampai kepada tujuan kita untuk

bernyanyi (pujian dan penyembahan untuk Tuhan). Hal ini mengganggu jemaat dalam pujian

dan penyembahan. Dengan kata lain, pemusik harus memiliki sense of music, mempunyai

rasa seni dan kepekaan harmoni yang cukup, sehingga dapat merasakan kalau ada

kejanggalan dalam iringan dan irama atau birama atau pilihan akordnya.

Lebih lanjut, bukan hanya pemusik, yang menentukan penghayatan dalam pujian dan

penyembahan, tetapi pemandu lagu juga. Karena, organis dan pemandu pujian merupakan

satu paket dalam iringan pujian dan penyembahan jemaat. JBOB mempunyai pemandu yang

juga memandu pujian dan penyembahan dalam kebaktian. Namun, menurut penulis ada

kekurangan, yaitu pemadu lagu kurang menguasi notasi yang ada, sehingga ada beberapa

lagu yang dinyanyikan salah dan ada improvisasi dalam menyanyikan pujian yang

menggunakan notasi seperti KJ, PKJ, NKB dan masih ada lagi. Dengan kesalahan yang

dilakukan oleh pemandu lagu, hal ini menyebabkan terganggunya konsentrasi dan

pengahayatan jemaat dalam menyanyikan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Dengan

demikian penelitian ini akan berfokus pada pemahaman gereja tentang peran pemusik dan

pemandu lagu dalam peribadahan minggu dan pemahaman pemusik dan pemandu lagu

tentang peranan dalam mengiringi ibadah yang dilakukan di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa

Barat. Karena persoalan penghayatan kepada suatu ibadah yang khusus, dan berhikmat sangat

ditentukan juga oleh nyanyian dan pujian di mana setiap ibadah, musik selalu berperan

hampir dalam setiap liturgi ibadah yang ada. Pemusik dan pemandu lagu (songleader)

mempunyai peran yang sentral dalam menciptakan suasana ibadah yang khusus yang berguna

Page 15: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

15

membuat umat mendapatkan penghayatan yang mendalam pada peribadahan yang

dilangsungkan. Oleh karenanya dibutuhkan pengetahuan dan kemampuan bermusik yang

baik guna umat dapat menjiwai peribadahan yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam memahami tugas pemusik

dan pemandu lagu di dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa

Barat?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat dalam memahami tugas

pemusik dan pemandu lagu dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem

Oesapa Barat GMIT.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Secara Teoritis penulisan ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan

pemikiran dalam upaya gereja mengembangkan musik gerejawi yang relevan

dalam peribadahan minggu dilihat dari peran pemandu lagu dan pemusiknya

guna melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya terkait musik gereja.

2. Secara Praktis penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran bagi

gereja GMIT JBOB dalam memahami peran penting musik gereja dalam

menciptakan peribadahan minggu yang bermakna bagi Jemaat Betlehem Oesapa

Barat.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan dalam meneliti status kelompok

manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu kelas peristiwa masa

sekarang.yakni penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat

digunakan untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, melakukan

interpretasi dan menganalisis secara mendalam dan memberikan rekomendasi bagi keperluan

masa yang akan datang.12

Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif yakni suatu metode

untuk menangkap dan memberikan gambaran terhadap fenomena tertentu dalam kehidupan

manusia, mengeksplorasi dan memberikan penjelasan dari fenomena yang diteliti tersebut. 13

Terkait hal tersebut penelitian ini akan berfokus pada musik gerejawi dengan mengkaji

Page 16: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

16

khusus mengenai pemahaman gereja dan peran pemusik dan pemandu lagu di gereja GMIT

jemaat JBOB dalam peribadahan minggu.

1.6 Teknik Pengumpulan data

Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data observasi langsung dan

wawancara mendalam. Observasi digunakan untuk mengamati, proses ibadah minggu di

gereja jemaat JBOB dengan memfokuskan pada pemain musik dan pemandu lagu. Terutama

ketepatan nada, birama dan jenis musik yang digunakan dalam puji-pujian. Wawancara

mendalam dilakukan untuk memahami pemahaman pemusik, Songlider dan majelis jemaat

terkait dengan musik yang dimainkan pada ibadah minggu. Cara penulis mengumpulkan data

adalah melalui dokumentasi, observasi, partisipasi dan wawancara mendalam dengan

informan kunci12

hal ini dipandang menjadi dasar pemikiran yang relevan karena menurut

penulis sangat tepat untuk mendapatkan jawaban-jawaban mendalam dari mereka masing-

masing dengan melakukan hal tersebut.

1.7 Sistematika Penulisan

Pada bagian pertama berisi Pendahuluan meliputi penjelasan latar belakang masalah

secara umum, metode penelitian tujuan penulisan; Bagian pertama berisi latar belakang

masalah peran pemusik dan songlider dalam memimpin umat untuk memuji Tuhan lewat

ibadah minggu, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian

serta sistematika penulisan.

Bagian kedua berisi tentang teori yang berkaitan dengan pembinaan musik gerejawi beserta

perannya masing-masing dalam ibadah.

Pada bagian ketiga berisi tentang penyajian data lapangan berdasarkan hasil

penelitian.

Selanjutnya bagian keempat berisi Analisa terhadap data lapangan sesuai dengan

teori yang digunakan. Pada bagian terakhir dari tulisan ini merupakan kesimpulan secara

keseluruhan dari penelitian ini.

12

John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan Mixed (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013), 261.

Page 17: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

17

2. TEORI

2.1 MUSIK

2.1.1 Definisi Musik dan Unsur-unsurnya

Musik adalah suatu bunyi yang diciptakan manusia menurut ekspresi-ekspresi yang

timbul dalam diri mereka. Dengan kata lain, musik merupakan bentuk ungkapan isi hati

manusia dengan menggunakan berbagai macam bunyi dan dipadukan menjadi suatu hasil

karya yang harmonis dan indah untuk didengarkan dan dibagikan. Musik bisa digolongkan

secara terpisah, yaitu musik vokal yang dibunyikan dengan suara saja dan musik intrumen

yang dibunyikan hanya dengan menggunakan berbagai macam bunyi dari alat-alat musik dan

benda-benda lainnya seperti bunyi gelas pecah, bunyi ombak, bunyi kereta api dan masih

banyak lagi. Musik juga bisa digolongkan secara gabungan antara musik vokal dan musik

instrumen, seperti lagu-lagu yang selalu didengarkan dengan kombinasi dan aransemen yang

harmonis. Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam menciptakan suatu musik;

melodi, irama dan harmoni. Ketiga unsur ini harus ada dan harus cocok ketiga dipadukan

sehingga menciptakan musik yang pantas untuk didengarkan. Begitu juga dengan musik

dalam bentuk lagu. Syair dan instrumen musiknya harus cocok sehingga bisa dinikmati oleh

penciptanya, yang menyanyikan dan mereka yang mendengarkan.

Menurut Prier, musik adalah suatu produk dari akal manusia (bersamaan dengan hasil

seni lainnya) musik bukanlah suatu kenyataan obyektif seperti harmoni binatang yang

seakan-akan “mendikte” manusia untuk menciptakan mendengarkan musik menurut skema.13

Menurut orang-orang gereja di Eropa, musik memiliki arti segala sesuatu yang berhubungan

dengan musika sacra yang berarti musik suci, musik religi atau musik gereja.14

Dalam

makalah yang ditulis oleh Ftria (2008: 2) musik adalah sebuah bahasa, sebuah bentuk

komunikasi yang dapat membangkitkan respon emosional dan menggugah pikiran, tetapi

musik tidak dapat memberi pengertian nyata.15

Menurut Sudarto dalam bukunya Cara Bermain Keyboard, musik adalah cetusan isi

hati (ekspresi) manusia yang dinyatakan melalui suara (manusia ataupun benda) yang

13

Edmud Prier–Karl, SJ, Musik Gereja (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 123. 14 Suka Hardjana, Estetika Musik (Jakarta: Departeman Pendidikan dan

Kebudayaan, 1983), 7. 15

Yunike Juniarti Fitria, Karakteristik Jaman Barok-Klasik: Makalah untuk

meningkatkan kualitas mata kuliah praktek instrumen violin, 2008, 2.

Page 18: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

18

mengandung unsur melodi, ritme (irama), dan harmoni. 16

David Ewen dalam buku

Soedarsono menyatakan bahwa musik adalah “Ilmu pengetahuan dan seni tentang kombinasi

ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni

sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang ingin diungkapkan terutama aspek emosional.”17

Sri

Handoko berkata dalam bukunya Pembinaan Musik Gereja, mengatakan bahwa musik

mempunyai macam-macam segi, yaitu pertama dari segi sumbernya suaranya, a) musik

instrumental, yaitu jenis musik yang dihasilkan dari pemakaian alat-alat/instrumen musik.

Alat untuk musik instrumental dapat dibagi menjadi: alat musik pukul: 1) alat musik pukul

melodis, seperti: piano, gamelan, kenong, gong, xilofon; 2) alat musik pukul perkusi, seperti:

snare-drum, cymbal, marakas, bongo, ketipung, dll; alat musik tiup: seruling, flute, horn,

klarinet, saksofon, orgel dan organ, keyboard, pianika/melodika, terompet, dll. Saat ini,

khusus untuk organ (electone) dan keyboard merupakan alat musik elektronik; alat musik

petik: gitar, siter, harpa, ukulele, kecapi, sasando, bas, dll; alat musik gesek: biola, rebab,

cello, dll. b) musik vokal, yaitu jenis musik yang dihasilkan dari sumber suara manusia/vokal

manusia/vokal manusia. Semua nyanyian yang dihasilkan oleh suara manusia disebut musik

vokal. Berdasarkan jumlah penyanyinya maka musik vokal dapat berwujud: solo (seorang

dengan satu suara), duet (dua orang dengan dua suara), trio (tiga suara orang dengan tiga

suara), kwartet (empat orang dengan empat suara), kuintet (lima orang dengan lima jenis/jalur

suara), sekset (enam orang dengan enam suara), vocal grup (beberapa orang penyanyi dengan

pembagian beberapa jenis suara) dan paduan suara (baik paduan suara sejenis pria semua

atau wanita semua, maupun paduan suara campuran (= S. A. T. B.). c) Gabungan musik

instrumental dan musik vokal, yaitu tatkala nyanyian vokal manusia diiringi alat-alat musik.

Penampilannya dapat berwujud: opera, oratorium, aubade, dan orchestra.18

Musik adalah suatu ekspresi yang diwujudkan melalui bunyi yang beraturan. Musik

yang baik memiliki unsur-unsur melodi, ritme dan harmoni. Di samping ketiga unsur pokok

ini, sering dilengkapi dengan dua unsur lainnya, yaitu tempo dan dinamika.19

Dari unsur-

unsur yang telah disebutkan di atas, Pdt. Johny E. Riwu Tadu sendiri mempunyai penjelasan

tentang unsur-unsur musik ini, sebagai berikut;20

1) Melodi adalah rangkaian nada-nada yang

mempunyai panjang-pendek dan tinggi-rendah yang berbeda, yang dirangkai menurut

16

Theofilius Sudarto, Cara Mudah Bermain Keyboard (Yogyakarta: ANDI Offset, 2008), 3. 17

Soedarsono, RM, Dasar-dasar Kritik Seni Rupa, Jakarta: Pemerintah DKI Jakarta, Dinas Museum

dan Sejarah, 1979, 54-55. 18

Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 3-4. 19

Johny E. Riwu Tadu, Apresiasi Seni dan Musik Gereja (Kupang: CV. Inara, 2008), 46.

20

Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 46-48.

Page 19: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

19

peraturan irama. Kalau kita menyanyi, maka yang dinyanyikan adalah melodinya. 2) Ritme

atau irama adalah perbedaan bunyi antara bagian yang berat dan bagian yang ringan dan

berulang secara teratur di dalam lagu. 3) Harmoni adalah penambahan nada-nada pengiring

bagi nada-nada melodi yang menimbulkan suara yang selaras. Harmoni selalu berkaitan

dengan keindahan komposisi ke dalam sebuah melodi dan irama. 4) Tempo adalah kecepatan

lagu. Pada umumnya kata-kata lagulah (syair) yang memberikan petunjuk akan kecepatan

lagu. Tempo merupakan sarana pengungkapan (ekspresi) lagu. 5) Dinamika adalah keras-

lembutnya suara dalam sebuah nyanyian. Ini pun dapat dicapai dengan memerhatikan kata-

kata lagu. Dinamika jangan dilakukan kata demi kata, melainkan ide/pikiran yang dinyatakan

oleh kalimat lagu tersebut.

Berbicara tentang musik, pasti tidak akan melenceng dari lagu dan nyanyian. Suatu

bunyi atau serangkaian bunyi baru merupakan musik apabila bunyi tersebut menghasilkan

nada-nada tertentu yang harmonis dan berirama. Dengan kata lain, musik adalah bunyi-

bunyian yang membentuk suatu “lagu”.21

Dari pendapat Mawene, dengan singkat dapat

dikatakan bahwa lagu adalah perpaduan yang harmonis antara nada dan irama. Suatu lagu

yang disusun dan diberi syair tidak hanya mengandalkan alat-alat musik sebagai sumber

bunyi, melainkan juga mengandalkan suara manusia untuk menyanyikannya. Inilah yang

disebut musik vokal, yakni musik yang dihasilkan melalui suara manusia, terutama suara

manusia yang menyanyikan syair nyanyian itu. Apa yang dimaksudkan dengan “nyanyian”?

Menurut Mawene, nyanyian sebenarnya berarti “suara yang berlagu, berirama, dan

mengandung arti atau makna tertentu”. Dengan demikian “nyanyian” berarti suatu perpaduan

yang harmonis antara lagu dan syair dengan arti yang tertentu.22

Musik selalu hadir dalam setiap kehidupan manusia. Baik secara sadar dan tidak

sadar, manusia sudah mengenal musik terlebih dahulu dan bahkan menciptakan musiknya

sendiri. Setiap bunyi dari benda-benda mati, sudah bisa dikatakan dasar dari musik. Misalnya,

bunyi gelas pada saat terjatuh dan pecah, ketika anak-anak sedang bermain di jalan depan

rumah dan memukul tiang listrik menggunakan batangan kayu, atau ketika pada saat kita

berteriak dan masih banyak lagi, itu sudah menciptakan suatu bunyi (suara) tanpa kesadaran

kita. Bunyi itu jika dijadikan satu dengan bunyi dari alat-alat musik atau bunyi dari benda-

benda lain, maka terciptalah suatu musik. Penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam

kehidupan manusia tak lepas dari harmonisnya suatu musik.

21

Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 3. 22

Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 4.

Page 20: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

20

2.2 MUSIK GEREJAWI DAN PERKEMBANGNYA

Sebelumnya sudah dibahas tentang pengertian musik secara umum dan sejarah

terciptanya musik dalam kehidupan manusia. Pada bagian ini berisi tentang pengertian musik

gereja dan sejarah perkembangnnya dalam kehidupan bergerejawi.

Menurut Handoko, dengan musik gereja, maka peribadahan tidak hanya berjalan

dalam bentuk oral (kata-kata) dan aktual (perbuatan/ritual tertentu), tetapi juga dalam bentuk

dan suasana musikal. Kebaktian akan menjadi hidup bila diiringi dengan musik yang indah,

ia akan menjadi lebih semarak dan penuh jiwa, penuh perasaan (emosional), penuh kesenian

(artistikal), dan keindahan (estetikal). Kebaktian seperti ini akan mengesankan dan membuat

jemaat semakin merasa diberkati oleh Tuhan.23

Menurut Mawene, musik gereja adalah

bagian dari musik yang dihasilkan manusia secara umum atau universal, musik dari dunia ini

yang dihasilkan oleh orang-orang percaya (Kristen) untuk mengekpresikan iman mereka

kepada Tuhan. Dengan kata lain, musik gereja adalah musik yang digunakan oleh dan di

dalam ibadah gereja untuk memuji dan memuliakan Tuhan.24

Musik gereja mempunyai macam-macam istilah yang dikemukakan oleh Handoko

dalam bukunya Pembinaan Musik Gereja: Materi Ringkas untuk Pembekalan Pelayan Musik

dan Organis Gereja, yaitu a) musik dari isi nyanyiannya, musik/nyanyian kerygma, yaitu

nyanyian pujian yang berisi kesaksian, pemberitaan, atau ungkapan pengakauan iman tentang

Tuhan Allah dengan segala karya dan keagungan sifat-sifat-Nya. Musik ini arahnya vertikal

ke bawah, dari Tuhan kepada umat-Nya, walau yang menyanyikan tetaplah jemaat;

musik/nyanyian liturgis, adalah nyanyian jemaat yang berisi pemujaan, pujian dan

permohonan kepada Tuhan. Musik ini arahnya vertikal ke atas, yaitu dari jemaat kepada

Tuhan. b) Musik dari jenisnya, musik klasik, yaitu jenis musik yang sangat menekankan

ketetapan nada dan irama, tempo dan dinamika. Musik klasik menuntut kecangguhan

penampilan dengan presisi yang sangat tinggi; nyanyian mazmur, yaitu nyanyian yang berisi

ungkapan iman pribadi atau kelompok tentang Tuhan. Nyanyian mazmur isinya tentu

bersumber dari firman Tuhan seperti kitab Mazmur dalam PL; nyanyian Gregorian ciptaan

Romo Gregorius, yaitu nyanyian pujian jemaat yang dinyanyikan secara mengalir begitu saja

tanpa berirama dan irama. Lagu-lagu jenis ini banyak dipakai oleh Gereja Roma Katolik,

dianggap sebagai musik yang sakral dalam gereja; nyanyian koral, yaitu jenis nyanyian

23

Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 2. 24

Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 3-4.

Page 21: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

21

pujian jemaat dari Jerman yang berisi koor atau paduan suara jemaat. Marthin Luther banyak

menyukai lagu-lagu koral Jerman; nyanyian hymnal-di Inggris merupakan nyanyian

pemujaan-, yaitu nyanyian jemaat yang berisi pemujaan kepada Tuhan. Tetapi dalam sifatnya

yang sekuler juga dapat berisi pemujaan kepada tanah air dan bangsa; nyanyian negro

spiritual, nyanyian ini muncul dari kehidupan orang-orang negro yang tertekan hidupnya oleh

perbudakan di Amerika. Mereka berteriak dan mengeluh tetapi sekaligus memohon kepada

Tuhan agar Tuhan berkenan menolong mereka; nyanyian Gospel song atau pop rohani,

nyanyian ini banyak dipakai oleh Gereja-gereja Pentakostal, juga Gereja Injili dan Gereja

Karismatik. Biasanya lagunya bersifat popular dan diiringi dengan musik band, dengan alat-

alat musik eletrik, dan dengan ritme lagu populer.25

2.2.1 Munculnya Musik Gereja

Musik gereja mempunyai sejarah yang sangat panjang. Namun secara singkat dapat

diuraikan sebagi berikut. Cikal-bakalnya mulai dari kehidupan peribadahan Israel. Muncullah

lagu-lagu Israel yang nampak dalam mazmur-mazmur. Biasanya melodinya mengambil

tangga nada minor, seperti: “Shallom Alheykhem”, “The God of Abraham Praise” (KJ 72),

tetapi juga tangga nada mayor, seperti mazmur-mazmur pujian lainnya.26

Di kalangan Gereja Roma Katolik muncul lagu-lagu Gregorian yang banyak dikarang

oleh Romo Gregorius. Lagu-lagu Gregorian dinyanyikan tanpa birama dan irama, mengalir

begitu saja dengan aliran ketikan yang bebas, contohnya: lagu “Bapa Kami”. Lalu muncullah

berbagai lagu klasik yang muncul dari negeri Jerman, Australia, Italia, Perancis dan Inggris.

Musik jenis ini muncul juga di Rusia dan Amerika. Tokoh-tokoh musik klasik ini, dari pihak

Gereja Protestan, antara lain: Georg Friedrich Haendel, Johann Sebastian Bach, Ludwig Von

Beethoven, Frans Joseph Hayden, Felix Mendelsohn, dll,; sedang dari Gereja Roma Katolik

muncul nama-nama: Wolfgang Amadeus Mozart, Frank Schubert, Pyotr Ilyitch

Tschaikovksky, Johann Straus, dll. 27

Lalu muncul lagu-lagu mazmur (modern seperti yang pernah kita pakai) yang berasal

dari lagu rakyat Perancis Utara. Reformator Gereja Yohanes Calvin menyukai lagu-lagu

rakyat yang dipakai untuk mazmur ini, dan memakainya untuk ibadah di kalangan Gereja-

gereja Protestan. Di Jerman muncullah lagu-lagu koral yang banyak digemari oleh

25

Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 4-6. 26

Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 6-8 27

Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 6-8

Page 22: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

22

Reformator Gereja Marthin Luther, contohnya antara lain: “Di Atas Satu Alas” (Rohani 167),

“Glorious Things are Spoken” (Lagu kebangsaan Jerman), dll. Dari Inggris muncul lagu-

lagu hymnal yang berisi pujian kepada Tuhan dan keagungan-Nya, contoh: “God Save the

King/Queen” (lagu kebangsaan Inggris), “Nearer my God to Thee, Praise Him, Praise Him”

(KJ 293), dll. Pengarang dan penulis syair lagu-lagu humnal yang terkenal, antara lain: John

B. Dykes, Lowell Mason, Fanny J. Crosby, William B Bradburry, John de Heer (dari

Belanda), dll. 28

2.2.2 Musik Gereja Masa GMIT (1947-sekarang)

Dalam tahun-tahun pertama setelah GMIT berdiri, keadaan Gereja belum mengalami

perubahan yang nyata. Selama tahun 1947-1950, Ketua Sinode tetap seorang Belanda (yaitu

Ds. E. Durkstra), dan biaya kehidupan Gereja tetap ditanggung oleh pemerintah. Tetapi pada

tahun 1950 perubahan mulai terasa benar. Tempat Ketua Sinode diduduki seorang Indonesia

(yaitu Pdt. J.L.Ch. Abineno), dan pemerintah mengakhiri pembayaran gaji serta sokongan

lain yang masih tersisa dari masa Gereja Negara. Dengan demikian, GMIT benar-benar

berdiri sendiri. Salah satu hal yang kini menjadi tanggung jawab GMIT sendiri ialah karya

pekabaran Injil kepada penduduk NTT dan NTB yang belum mengenalnya. Hal lain yang

diusahakan Majelis Sinode sebagai pimpinan GMIT ialah mulai mengatur agar Jemaat-jemaat

menyisihkan dana dari Jemaat kepada Sinode agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya

secara menyeluruh terhadap GMIT.29

Di samping itu, disusun suatu Tata Gereja yang mengatur penyelenggaraan hidup dan

pelayanan GMIT mulai tahun 1947, 1952, 1958, 1970, 1973, 1987, sampai yang terakhir

tahun 2010. Di bidang pendidikan, usaha mendirikan sekolah-sekolah menengah sambil

melanjutkan pemeliharaan dan peningkatan mutu sekolah-sekolah dasar tetap dilaksanakan.

Usaha lain yang dilakukan adalah di bidang liturgi. Semula liturgi yang digunakan dalam

ibadah-ibadah adalah liturgi dari Komisi Liturgi GPI, namun tidak berjalan dengan baik.

Karena itu, maka disusunlah liturgi-liturgi untuk semua ibadah GMIT yang mengalami

perkembangan dan penyempurnaan sampai tahun 1987.30

Adapun unsur-unsur liturgi Kebaktian Utama/Minggu GMIT yang digunakan sampai

sekarang adalah: (1) Menghadap Tuhan, terdiri dari: Saat Teduh/Doa Pribadi, Nyanyian

28

Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 6-8 29

van den End dan J. Weitjens, S.J., Ragi Carita 2 – Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an-sekarang

(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000),113-115. 30

Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 22.

Page 23: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

23

Pembukaan, Votum dan Salam, Nas Pembimbing, Nyanyian, Pengakuan Dosa, Nyanyian,

Berita Anugerah, Nyanyian/Amin, Puji-pujian Berdiri, Nyanyian. (2) Pelayanan Firman

Allah, terdiri dari epiklese (Yun., doa mohon Roh Kudus), Pembacaan Kitab Suci, Haleluya,

dan Khotbah. (3) Respons atau jawaban, terdiri dari Pengakuan Iman, Nyanyian,

Persembahan, Nyanyian dan Doa Syukur/Syafaat. (4) Pelayanan Sakramen, terdiri dari

Sakramen Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus, yang sifatnya fakultatif. (5) Penutupan,

terdiri dari Nyanyian, Pengutusan, Berkat dan Amin serta umumnya diakhiri dengan

Nyanyian. 31

Nyanyian yang digunakan dalam ibadah-ibadah GMIT adalah Mazmur dan Nyanyian

Rohani, Sekarang Bersyukur I dan II, dan Kidung Jemaat. Khusus untuk Jemaat-jemaat di

Timor Tengah Selatan digunakan pula Sit Knino. Dewasa ini dalam beberapa Jemaat dan

dalam sidang-sidang Gerejani tertentu dipakai pula beberapa nyanyian dari Tahlil dan

nyanyian Dua Sahabat Lama.32

Pada tahun 1978, Majelis Jemaat GMIT berbahasa daerah Timor di SoE atas penugasan

Majelis Sinode GMIT menerbitkan Si Knino yang berisi sejumlah nomor pilihan dari buku

nyanyian Sul Sit Knino Unu Ma Muni terjemahan P. Middelkoop, ditambah dengan sejumlah

nomor pilihan dari buku Nyanyian Rohani dan buku nyanyian Nama Yesus Terus Bersuara

terjemahan Penatua P. Fallo dan Utusan Injil N. Liu, serta nyanyian-nyanyian yang

diperkenalkan pada waktu terjadi kebangunan rohani di Timor Tengah Selatan tahun 1965-

1969. Pada tahun 1988, dicetak ulang buku nyanyian Si Knino oleh Majelis Sinode GMIT

dengan judul Sit Knino.33

Di dalam buku nyanyian Kidung Jemaat,34

yang sekarang banyak

dipakai dalam ibadah-ibadah GMIT, terdapat tiga nyanyian dari NTT yang merupakan

perpindahan saja, yaitu nomor 14 Muliakan Tuhan Allah, syairnya oleh Ayub B.E. Poli, lagu

aslinya Kirita Dei (dari pulau Sabu); nomor 349 Haleluya, Pujilah Tuhanmu, syairnya oleh

Ayub B.E. Poli, lagu aslinya Tebe o Nana (pulau Timor); dan nomor 374 ’Ku Bersandar

Pada-Nya, syair dan lagunya oleh Freds Eduard Lango, dengan lagu aslinya Tamahena Neu

Kanatyaj (pulau Rote). Begitu pula dengan banyak lagu daerah yang kemudian digantikan

syairnya untuk nyanyian liturgi, seperti Bolelebo, Mai Fali e, Leworo Piring Sina e, dll.

Tahap ini kurang menguntungkan sebab walaupun syairnya diganti dengan syair pujian

31

Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 22. 32

Frank L. Cooley, Benih Yang Tumbuh XI Memperkenalkan Gereja Masehi Injli di Timor, (Jakarta:

Lembaga dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 1976), 59-60. 33

Majelis Sinode GMIT, Sit Knino (Kupang: Sinode GMIT, 1988), 2-3. 34

Yamuger, Kidung Jemaat (Jakarta: Yayasan Musik Gereja, 2002), .

Page 24: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

24

kepada Tuhan, namun suasana penghayatannya masih sama seperti kalau mendengar lagu

aslinya. Walaupun usaha ini bisa diterima anggota jemaat namun hasilnya sering

mendatangkan kesulitan, sebab anggota jemaat mempunyai asosiasi lain.35

Terhadap nyanyian liturgi, pada Sidang Majelis Sinode tahun 2001 di Bajawa-Flores,

telah memutuskan untuk menyelenggarakan Lokakarya Komposisi Musik Liturgi Inkulturatif

pada tahun 2002 yang menghasilkan 43 nyanyian untuk etnis Alor-Pantar. Pada tahun 2003

sesuai keputusan Sidang Majelis Sinode tahun 2002, diadakan lokakarya untuk etnik Rote-

Ndao-Nagekeo yang menghasilkan 54 nyanyian. Selanjutnya, tahun 2006 dilaksanakan untuk

etnis Timor-Semau yang menghasilkan 47 nyanyian, dan tahun 2007 untuk etnis Sabu,

Sumba dan Sumbawa yang menghasilkan 31 nyanyian.36

2.2.3 Peran Musik Gerejawi dalam Ibadah Minggu

Iman Kristen adalah iman yang bernyanyi. Nyanyian jemaat merupakan pencerminan

vitalitas spiritual jemaat serta merupakan respon jemaat terhadap anugerah yang telah

diberikan Tuhan. Rasul Paulus melalui suratnya kepada jemaat di Kolose (Kol. 3 : 16)

menasehatkan kita sebagai umat Kristen untuk saling mengajar dan menegur seorang akan

yang lain sambil menyanyikan mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani37

. “Menyanyi”,

“memuji”, “nyanyian” (puji-pujian) adalah respons, ucapan syukur jemaat (umat) atas karya

penyelamatan Allah38

. Musik yang berlaku dalam ibadah Minggu bahkan dalam ibadah-

ibadah lain disebut musik gereja. Musik gereja mempunyai kedudukan yag penting. Dalam

ibadah minggu, jemaat memanjatkan doa, melakukan ritus tertentu, mendengarkan firman

Tuhan dan bernyanyi memuji Nama Tuhan. musik gereja menjadi bagian elementer dalam

sebuah peribadahan. Boleh dikatakan bahwa tidaklah mungkin ada peribadahan gereja yang

berlansung tanpa musik, entah musik vokal ataupun musik instrumental. Musik gereja

menjadi penyalur ungkapan penyembahan dan ungkapan iman jemaat. Jika dilihat dari

perannya, musik gerejawi dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu nyanyian jemaat dan musik

iringan. Nyanyian jemaat terdiri dari jemaat itu sendiri dengan beberapa pujian yang

dipersembahkan untuk Tuhan pada saat ibadah berlangsung atau dengan kata lain bagian

35

Sukatmi Susantina, Inkulturasi Gamelan Jawa Studi Kasus di Gereja Katolik Yogyakarta (

Yogyakarta: Philosophy Press, 2001), 72. 36

Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 23. 37

Agastya Rama Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya (Salatiga: Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana Press, 1999), 1. 38

Dr. Albinus L. Netti, Ibadah dan Tata Ibadah dalam Permenungan (Salatiga: Satya Wacana

University Press, 2014).

Page 25: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

25

dalam liturgi ibadah. Ada pula nyanyian jemaat ini dalam bentuk paduan suara, vokal grup,

duet, dan solo.

Berikutnya, musik gerejawi menurut perannya, yaitu musik iringan. Musik iringan

ialah musik yang bertugas untuk mengiringi, memandu serta membantu nyanyian jemaat

untuk membawakan pujian kepada Tuhan. Musik iringan ini bukan hanya bertugas untuk

jemaat, tetapi musik ini juga sama-sama dengan jemaat memuji memuliakan Nama Tuhan

dengan talentanya. Musik dalam mengiringi nyanyian ibadah sangat penting untuk

membangun suasana ibadah. Namun iringan musik dapat pula merusak suasana ibadah bila

tidak disiapkan baik-baik. Musik iringan ini mempunyai tiga bagian yang sangat penting

dalam musik gerejawi, yaitu pemusik, pemadu lagu, dan pendeta jemaat. Musik iringan

berperan secara langsung dalam memuji dan menyembah Tuhan serta membantu jemaat

untuk memuji dan menyembah Tuhan. Pemain musik perlu memiliki kompetensi memadai

serta kemampuan untuk menyelaraskan permainan instrumennya dengan umat yang sedang

bernyanyi. 39

Bukan hanya pemusik saja, melainkan pemandu lagu dan pendeta pun

mempunyai peran yang sama, mengiringi nyanyian ibadah dan sangat penting untuk

membangun suasana ibadah yang menghantarkan jemaat untuk datang menyembah dan

memuji Tuhan. Ketiganya harus bekerja sama, saling mengevaluasi satu sama lain dan saling

memperbaiki.

Ada pun mengenai peranan musik gereja dalam kebaktian, Handoko menyebutkan

empat peran musik gereja dalam bukunya Pembinaan Musik Gereja, dapat diperinci sebagai

berikut;40

a) sebagai bagian dari ibadah, semua musik dalam ibadah adalah bagian dari

ibadah tersebut. Maka pensifatan dan pemakaian musik tersebut haruslah juga sebagai ibadah

kepada Tuhan itu sendiri. Motivasi dan sikap si pemusik juga harus merupakan sikap ibadah

kepada Tuhan; b) sebagai persembahan yang harum kepada Tuhan, persembahan yang

diberikan kepada Tuhan bukan hanya dalam bentung barang, uang saja tetapi juga setiap

harta rohani dan jiwani, termasuk bakat-bakat seni atau talenta musikal kita. Musikal gereja

yang dimainkan adalah juga persembahan yang indah dan harum bagi Tuhan. c) sebagai

pengiring dan pemandu pujian jemaat, musik gereja secara teknis terutama adalah sebagai

pengiring nyanyian pujian jemaat, sebagai pelayan ibadah jemaat. Oleh sebab itu, iringan

musik gereja itu tidak hanya indah tetapi juga harus benar, baik itu menyangkut tempo dan

dinamikanya maupun ritme dan biramanya; d) sebagai pemberi keindahan, musik gereja itu

39

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik dalam Ibadah, 45. 40

Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 10-12

Page 26: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

26

indah, maka penampilan musik gereja itu juga harus indah, yaitu dengan permainan yang

terampil dan tidak asal-asalan, dengan juga pemilihan akord yang baik dan harmonis. Dengan

iringan musik gereja yang baik dan indah itu jemaat akan dapat didukung untuk ikut

menyanyikan pujiannya dengan baik dan indah juga.

Peribadahan jemaat tentunya tak lepas dari alat bantu pengeras, seperti sound system

dan speaker. Pemusik dan pemandu lagu membantu jemaat dengan alunan musik dan

suaranya namun dengan bangunan gereja yang besar dan jemaat yang banyak tentu tidak bisa

terlaksana jika instrument musik dan suara tidak terdengar jelas dan memuaskan. Oleh karena

itu, pemusik dan pemandu lagu harus dibantu dengan adanya alat pengeras dan orang yang

mengontrol alat pengeras itu (soundman). Ketiganya harus bekerja sama dalam melaksanakan

tugas, soundman mengontrol sound system dengan menyesuaikan besar kecilnya suara dari

alunan musik dan pemandu lagu, agar tidak membuat jemaat tidak nyaman dengan suara

yang besar berlebihan dan suara bising dari speaker.

Soundman adalah orang yang terlibat langsung dalam pengoperasian. Orang-orang

yang menangani langsung peralatan sound system ini, perlu memiliki karakter yang baik,

khususnya sikap sebagai seorang pelayan (servant) atau hamba untuk pelayanan firman, agar

pendengar bisa mendengar dengan baik. Sikap seorang hamba ialah ia mengesampingkan

harga diri dan keakuannya, rela menyangkal dirinya, merendahkan dirinya, tetap berusaha

melayani dengan baik. Ciri seorang pelayan ialah: (a) ia bisa diajar dan mau belajar

(teachable). Mau diberitahu, mau ditegur, mau mendengar; (b) ia rendah hati. Tidak merasa

diri hebat, tidak arogan, berusaha membantu; (c) ia berintergritas. Peduli, bertanggung jawab,

berdedikasi, datang pagi-pagi (lebih awal), menjaga dengan baik.41

2.2.4 Musik dalam Alkitab

Nyanyian adalah bagian yang amat penting bukan saja dalam ibadah, melainkan juga

dalam seluruh kehidupan iman orang Kristen. Menyanyi bagi orang Kristen adalah ungkapan

iman. Tidak heran Paulus dalam Surat kepada Jemaat di Efesus pasal 5 ayat 19 sampai

dengan 21 menulis, “Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati!” tidak

heran kalau pemazmur berulang-ulang mengatakan, “Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai

seluruh bumi, bergembiralah, bersorak-sorailah dan bermazmurlah” (98:4). Tidak heran kalau

sejumlah besar bala tentara sorga turun dan bernyanyi menyambut kelahiran Yesus:

41

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 165

Page 27: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

27

“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara

manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk. 2:14). Tidak heran kalau dalam Kitab Wahyu

dikatakan bahwa di sorga, dengan tidak hentin-hentinya, siang dan malam, semua makhluk

mempersembahkan puji-pujian dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia yang duduk di atas

takhta itu dan yang hidup selama-lamanya (Wahyu 4:8-9).

Ada banyak nyanyian yang dikenal di dalam Alkitab, baik nyanyian yang berlatar

belakang nyanyian yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat di sekitar Israel dan gereja

mula-mula, maupun nyanyian yang merupakan kreasi baru sesuai dengan kepercayaan dan

iman umat Allah di dalam Alkitab. Para penulis Alkitab lebih banyak menaruh perhatian

kepada syair dari nyanyian tersebut. Alasannya ialah karena syair tersebut merekam dan

mengungkapkan pengalaman dan pergumulan iman penggubahnya, dan sekaligus berguna

bagi ekspresi iman seluruh umat bersama-sama. Para penulis Alkitab mengutip dan

menggunakan syair tersebut dengan dua maksud yakni: a) untuk memperkuat kesaksiannya

tentang kasih setai dan perbuatan-perbuatan besar yang dari Allah; b) untuk memperkuat

ucapan syukur umat Allah karena perbuatan-perbuatan Allah itu.42

Berikut adalah contoh

nyanyian-nyanyian di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru;43

1. Perjanjian Lama: 150 syair nyanyian dalam kitab Mazmur, nyanyian Laut Merah

(Kel.15:1-18:21), nyanyian Musa (Ul. 32:1-43), nyanyian Debora (Hak. 5:2-31),

nyanyian pujian Hana (1 Sam. 2:1-10), nyanyian tentang Kebun Anggur Tuhan

(Yes. 5:1-11), nyanyian celaka yang mengandung penghukuman bagi orang fasik

(Hab. 2:6-20), nyanyian-nyanyian yang terhimpun dalam kitab Kidung Agung, dan

lainnya.

2. Perjanjian Baru: nyanyian pujian Maria (Luk. 1:46-55), nyanyian

pujian Zakharia (Luk. 1:68-79), nyanyian malaikat (Luk. 2:14), nyanyian Simeon

(Luk. 2:29-31), nyanyian Kristus (Flp. 2:5-11; I Tim. 3:16), nyanyian Penjaga

Takhta (Why. 4:8), nyanyian ke-24 tua-tua (Why. 4:11), nyanyian surgawi (Why.

11:15,17-18), nyanyian kemenangan (Why. 12:10-12), nyanyian Musa dan

nyanyian Anak Domba (Why. 15:3-4)q, nyanyian tentang kjatuhan Babel (Why.

9:1-3), dan nyanyian perkawinan Anak Domba (Why. 19:6-10).

3.

42

Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 29. 43

Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 30.

Page 28: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

28

2.4 Pemusik dan Pemandu Lagu (Prokantor)

“Church musicians, keepers of the song of the church, have long

understood the power of music to carry praise and prayer of the faithful

and connect faith to everyday living.”44

Cantorship adalah kemampuan untuk memimpin nyanyian jemaat dengan lengkap di

dalam ibadah. Baik untuk memimpin kelompok kecil, kelompok besar, muda dan tua, mulai

dari kebaktian anak sampai kebaktian lansia. Tanpa atau dengan Paduan Suara, tanpa atau

dengan instrumen, dengan segala macam gaya dan bentuk. Orang yang memiliki kemampuan

ini disebut Prokantor.45

Seorang prokantor (dan kantoria) harusnya dapat memberikan teladan ketika ia di depan

sebagai pelayan yang memimpin pujian dan ketika ia melatih umat bernyanyi. Kehadirannya

di tengah-tengah jemaat harusnya mendorong mereka agar mampu menyanyi tanpa harus

merasa tertekan karena suara prokantor yang terlalu dominan. Kehadirannya mendukung

jemaat yang tidak atau belum dapat bernyanyi dengan benar, sampai mereka mampu

menyanyikan lagu jemaat dengan baik.46

Cantorship sangat mendukung ibadah, karena seorang prokantor dan tim-nya

(kantoria) dapat melakukan beberapa hal dengan efektif, yaitu:47

a) Menyanyikan lagu

bersama jemaat dengan cara yang baik dan benar. b) Memperkenalkan lagu-lagu baru kepada

jemaat dan mengajarkannya. c) Memperbaiki cara menyanyikan lagu yang salah, secara

langsung atau tidak langsung (jika ternyata lagu tersebut sudah salah dinyanyikan selama ini).

d)Secara bergantian menyanyikan satu lagu secara utuh dengan jemaat. e) Gereja tidak hanya

membutuhkan seorang prokantor yang profesional (sekolah di bidang khusus Musik/ Seni

Vokal) untuk mengiringi jemaat, tapi juga seorang prokantor yang walaupun belajar secara

autodidak namun mau terus berlatih dan mempersiapkan diri.

Pemandu Nyanyian Jemaat (PNJ) (atau yang biasa disebutkan penulis dengan

pemandu lagu atau prokantor), termasuk Song Leader adalah orang yang termasuk petugas

liturgi, dengan tugas khusus untuk memimpin atau memandu nyanyian jemaat agar nyanyian

itu dapat dinyanyikan dengan baik, benar dan penuh penghayatan. PNJ dapat disebut juga

Dirigen Jemaat. Sedangkan Singers adalah penyanyi yang jumlahnya lebih dari satu orang,

44

Charlotte Kroeker, “The Church Choral Director: Leader of The Sacred, The Good, The Beautiful,”

Choral Journal 56, no. 11: 11, diakses June 4, 2016, [email protected] . 45

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 97. 46

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 98. 47

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 98-99.

Page 29: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

29

dengan tugas untuk membantu PNJ dalam menyanyikan nyanyian jemaat agar suaranya

terdengar lebih besar dan keras sehingga dapat terdengar dan memudahkan jemaat

mengikutinya. 48

Tugas PNJ adalah49

a) memimpin/memandu nyanyian jemaat agar dapat

dinyanyikan dengan baik dan benar. b) Berusaha untuk menghubungkan isi nyanyian dengan

kebaktian/ibadahnya. c) Melatih nyanyian bagi jemaat, misalnya sebelum kebaktian/ibadah.

Karena itu maka seorang PNJ harus: a) mempunyai kewibawaan sehingga dapat memimpin

jemaat. b) mempelajari isi nyanyian dan tema ibadah, kemudian merumuskan komentar-

komentar singkat. c) mempersiapkan lagu-lagu sampai sungguh dikenal dan dikuasai

sehingga dapat percaya diri. d) melatih diri agar suaranya menjadi baik dan enak didengar. e)

tempatnya harus di depan jemaat, gerak-gerik tangannya harus terlihat jelas oleh seluruh

jemaat dan mudah berkomunikasi dengan pemusik. f) mengetahui acara kebaktian/ibadah

seluruhnya, terutama mengenai nyanyian-nyanyian yang akan dipakai. g) bekerja sama

dengan pemusik, baik untuk cara pembawaan, kunci nada, saat mulai (insetting), tanda-tanda

khusus di tengah lagu, tempo lagu dan mengakhiri lagu. h) mengikuti latihan bersama dengan

pemusik sesuai dengan jadual yang telah ditentukan. i) bila tidak ada pemusik, maka harus

memiliki garpu tala atau stemfluit agar tepat dalam mengangkat nada dasar lagunya. j)

sebagai „motor‟ untuk menggerakkan jemaat; suasananya harus menyenangkan, sikapnya

hendaklah simpatik dan bersemangat. k) menggunakan pengeras suara. l) memakai pakaian

dan sepatu yang rapi dan pantas untuk melaksanakan tugasnya. Bila perlu ada pakaian atau

tanda khusus untuk semua petugas liturgi. m) mempunyai perasaan yang mampu mengenal

sifat jemaat, misalnya: aba-aba harus sedikit mendahului jemaat (satu ketuk) dan pandangan

matanya menyeluruh kepada jemaat, jangan hanya pada buku nyanyian.

Ada tiga peran yang dibahas Handoko, yaitu sebagai berikut;50

a) sebagai Petugas

dalam Ibadah, petugas dalam ibadah ada beberapa, yaitu: pedeta/pengkhotbah/pelayan

firman Tuhan, liturgos, prokantor, song leader, singer, kolektan, petugas multimedia, dll.

Termasuk di sini adalah pemusik gereja. Ia adalah petugas dalam ibadah, oleh sebab itu ia

harus mempunyai sikap yang benar untuk mendukung jalannya peribadahan; b) sebagai

Pelayan Jemaat, pemusik gereja adalah pelayan jemaat, sebab dengan iringan musiknya ia

melayani jemaat, yaitu mendukung jemaat dalam menyanyikan pujiannya. Pemusik gereja –

48

Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 68. 49

Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 68-69. 50

Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 15-16.

Page 30: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

30

dalam hal ini organis/pianis gereja – memberikan tuntunan bagi jemaat dalam memenuhi

aturan berirama, tempo, dan dinamika nyanyian. Ia juga memberikan sentuhan dan suasana

artistik dan stetiknya kepada nyanyian jemaat; c) sebagai Hamba Tuhan, pemusik gereja

adalah hamba Tuhan, sebab ia juga sedang melayani Tuhan dengan melayani jemaat-Nya

melalui talenta musikalnya. Sebagai seorang hamba, maka ia harus tunduk dan hormat

kepada Tuhannya. Sikap dan perhatiannya harus tertuju juga kepada Tuhan dengan penuh

percaya.

“Choir members who regularly praise God by singing textx of the

gathered wisdom of the ages also develop into persons who serve the

needs of humankind and find beauty and hope in God’s creation.”51

Handoko juga memberikan persyaratan teknis oraganis gereja, yaitu, a) mempunyai

penguasaan aktif minimal terhadap beberapa kunci; b) menguasai sebagian besar lagu-lagu

dalam buku pujian; c) memiliki keterampilan dalam memainkan musik organ/piano; d)

memiliki sense of music yang cukup; e) mengenal penjiwaan lagu.52

Dalam praktiknya, sering muncul masalah dalam bermusik gereja. Handoko

mendeskripsikan masalah yang timbul ini berasal dari dua arah/sisi, yaitu: (1) dari para

pemusik dalam memainkan musiknya dan (2) dari jemaat (pemuji) dalam menyanyikan

nyanyiannya. Masalah dari pihak pemusik ada enam poin, yaitu: (a) kurang menguasai lagu

sehingga dalam memainkannya tidak lancar; (b) kurang terampil dalam memainkan

instrumen musiknya; (c) kurang menjiwai nyanyiannya sehingga waktu memainkan lagu

penjiwaanya tidak tepat; (d) kurang tepat dalam pemilihan jenis suara yang dipilih; (e) kurang

tepat atau kurang harmonis dalam pemilihan akord bagi lagu yang dimainkan; (f) hati

pemusik tidak tertuju ke situ, tetapi ke tempat lain, atau hatinya sedang tidak enak sehingga

permainannya tidak konsentrasi, tidak fokus. Berikutnya, masalah dari pihak jemaat ada

empat poin, yaitu: (a) jemaat tidak/kurang mengenal lagu; (b) jemaat menyanyikan lagunya

tidak sesuai dengan maksud aslinya, baik dalam jiwa, irama, maupun berirama; (c) jemaat

tidak mengikuti tuntunan dari organis, lagu di nyanyikan dengan seenaknya atau semaunya,

51

Kroeker, “The Church Choral Director”, 11.

52 Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 16-18.

Page 31: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

31

atau sesuai kebiasaan yang sering kali telah berjalan “turun-temurun”; (d) jemaat tidak tenang

dalam ibadahnya.53

3. DATA LAPANGAN DAN ANALISA

3.1 Gambaran Umum Pelayanan GMIT Betlehem Oesapa Barat

Tempat penilitian yang diambil oleh penulis ialah GMIT Jemaat Betlehem Oesapa

Barat, Klasis Kupang Tengah yang terletak di Jalan Sumatiro, RT: 5, RW: 2, Kelurahan

Oesapa Barat dan Kecamatan Kelapa Lima. GMIT Bethelehem Oesapa Barat adalah salah

satu gereja di bawah naungan sinode Gereja Masehi Injili di Timor yang mempunyai 21

rayon dan mempunyai pelayan sebanyak tiga orang, Pdt. Marselina Shelly Corputty-

Messakh, S.Th selaku ketua majelis jemaat, dibantu dengan Pdt. Drs. Heinrich Ridwan

Fanggidae, M.Si dan Pdt. Neltji Neliana Ludji Djadi-Ga, S.Th. 54

Pelayanan yang ada di GMIT Betlehem Oesapa Barat atau yang biasa disebut oleh

jemaat setempat JBOB, meliputi pelayanan anak dan remaja, pemuda-pemudi, dewasa dan

lansia. Ibadah-ibadah kategorial yaitu Ibadah Pembinaan Anak dan Remaja (PAR) baik

dalam rayon dan gabungan antar rayon, Ibadah Pemuda-Pemudi baik dalam rayon dan

gabungan, Ibadah Kaum Bapak dan Kaum Ibu, dan yang terakhir Ibadah Kaum Lansia. Ada

pula ibadah-ibadah Hari Raya Gerejawi, Ibadah Pemakaman, Ibadah Malam Penghiburan,

Ibadah Pemberkatan Nikah dan Kebaktian Penyegaran Iman (KPI).

Ada satu kegiatan pemuda-pemudi yang mencolok yang selalu diselenggarakan setiap

tahunnya di bulan Oktober yaitu kegiatan Agent of Change (agen perubahan). Kegiatan ini

mengundang seluruh jemaat Betlehem Oesapa Barat untuk berpartisipasi tanpa terkecuali dan

juga mengundang gereja-gereja sekitar untuk berpartisipasi juga. Agent of Change ini

diselenggarakan pemuda-pemudi JBOB untuk jemaat dan gereja sekitar bersama-sama

memuji dan memuliakan Tuhan dalam bentuk lomba puji-pujian. Lomba puji-pujian ini

antara lain VG, Paduan Suara, Solo, Karya Drama Musikal, dan masih banyak lagi yang

berhubungan dengan musik gerejawi.

GMIT JBOB juga tidak menutup kesempatan bagi anak-anak yang sudah waktunya

untuk masuk dalam kelas Taman Kanak-kanak. JBOB mempunyai TK GMIT yang

bertempatan di gedung gereja lama JBOB, tidak jauh dari gedung baru. JBOB menyiapkan

53

Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 12-14. 54

Pelayanan Gereja Masehi Injili di Timor-Jemaat Betlehem Oesapa Barat, Kupang, 16 Agustus 2016.

Page 32: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

32

fasilitas ini untuk memadai anak-anak yang ingin masuk dalam kelas TK dengan dasar

gerejawi terkhususnya Sinode GMIT.

Berhubung dengan musik gerejawi, diperiode-periode sebelumnya Komisi Musik

Gerejawi dan Liturgia tidak menyediakan pelatihan atau pun pembinaan musik gerejawi

kepada pelayan-pelayan dalam Komisi Muger dan Liturgia, melainkan yang disediakan ialah

kursus bagi mereka yang mau melayani dalam bidang musik gerejawi untuk bisa mengiringi

dalam Ibadah Minggu, Kebaktian Pemakaman, Kebaktian Pemberkatan Nikah, dan ibadah-

ibadah Hari Raya Gerejawi. Namun, dalam periode ini sudah diprogramkan untuk melakukan

pelatihan dan pembinaan Musik Gerejawi dan Liturgia dengan mengundang pelatih dan

pembicara yang handal dan lebih memahami tentang Musik Gerejawi dan Liturgia.

3.2 Temuan Hasil Penilitan dan Pembahasan

3.2.1 Pemahaman dan Peran Musik Gerejawi oleh Jemaat, Pendeta, Pemusik, dan

Pemandu Lagu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat

Hasil penilitian tentang pemahaman dan peran musik gerejawi dalam ibadah minggu

tidak lepas dari pemahaman bahwa musik gerejawi adalah alunan musik yang membantu

jemaat untuk menyembah dan memuji Tuhan dalam setiap ibadah-ibadah, baik itu ibadah

minggu, ibadah hari raya gerejawi, dan ibadah-ibadah yang telah diprogramkan oleh

pengurus di JBOB. JBOB memiliki 4 orang pemusik dan 8 orang pemandu lagu.

Menurut Sdr. Andy Njola dan Sdr. Ronald Wadu sebagai jemaat, musik dalam ibadah

sangat berperan penting dalam tata ibadah atau kebaktian, musik bukan hanya sebagai

pemanis tetapi musik adalah bagian yang utuh dalam sebuah kebaktian. Musik juga

membantu jemaat dalam mengambil nada untuk bernyanyi, karena terkadang jemaat

bernyanyi tidak sesuai dengan not dan nada yang sudah ada. Misalnya dalam KJ, jemaat

harus bernyanyi sesuai dengan notasi yang tertera dalam buku pujian KJ. Bukan hanya not

saja yang perlu diperhatikan, tetapi juga dengan ketukan dan tangga nada yang sudah ada

dalam KJ. Dengan kata lain, musik dalam ibadah juga memberikan jemaat ilmu dalam

menyanyikan lagu yang bernotasi dan berketukan dengan baik dan benar. Pemusik berperan

untuk memainkan alat musik, misalnya keyboard dan lainnya, sedangkan pemandu lagu

membantu jemaat untuk menyanyikan lagu sesuai dengan nada, not, dan ketukan yang sudah

ditentukan serta syair yang ada dengan baik dan benar. Tugas dari pemusik dan pemandu

lagu ini adalah satu kesatuan yang sama-sama mempunyai tugas masing-masing dan saling

Page 33: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

33

melengkapi satu sama lainnya. Jika pemusik bekerja sendirian maka akan terasa hampa suatu

kebaktian, begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain pemusik dan pemandu lagu adalah satu

paket yang tak bisa dipisahkan. 55

Pernyataan Sdr. Andy dan Sdr. Ronald diatas dapat dibenarkan dengan teori dari

David Ewen dalam buku Soedarsono yang menyatakan bahwa musik adalah “Ilmu

pengetahuan dan seni tentang kombinasi ritmik dari nada-nada, baik vokal maupun

instrumental, yang meliputi melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang

ingin diungkapkan terutama aspek emosional”56

. Musik gerejawi adalah alunan musik yang

membantu jemaat untuk menyembah dan memuji Tuhan dalam setiap ibadah-ibadah, baik itu

ibadah minggu. Musik gerejawi juga merupakan persekutuan orang-orang percaya yang bernyanyi

untuk memuliakan nama Tuhan lewat nada-nada yang indah untuk mengekspresikan iman mereka

kepada Tuhan. Menurut Handoko, dengan musik gereja, maka peribadahan tidak hanya

berjalan dalam bentuk oral (kata-kata) dan aktual (perbuatan/ritual tertentu), tetapi juga dalam

bentuk dan suasana musikal. Kebaktian akan menjadi hidup bila diiringi dengan musik yang

indah, ia akan menjadi lebih semarak dan penuh jiwa, penuh perasaan (emosional), penuh

kesenian (artistikal), dan keindahan (estetikal). Kebaktian seperti ini akan mengesankan dan

membuat jemaat semakin merasa diberkati oleh Tuhan.57

Menurut Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Sdr. Kenny, selaku pemusik di JBOB, musik

membantu jemaat untuk menghantarkan puji-pujiannya kepada Tuhan, agar jemaat lebih

terbawa suasana dan menghayati liturgi ibadah minggu. Peran pemusik ialah sebagai

pengiring dalam ibadah yang membantu jemaat dalam menaikkan doa dan syukur dalam

bentuk pujian dan nyanyian. Pemusik harus bisa mengiringi setiap pujian yang dinyanyikan

dalam setiap kebaktian. Pemusik juga membantu jemaat dalam pengenalan lagu baru,

sehingga pada saat ibadah berlangsung, pemandu lagu atau pendeta tidak memuji Tuhan

sendirian, melainkan bersama-sama dengan jemaat memuji memuliakan Tuhan58

.

Kedua pendapat diatas, dibuktikan melalui pemikiran dari Komisi Liturgi dan Musik

Sinode Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang mengatakan pemandu lagu sangat mendukung

55

Wawancara dengan Sdr. Andy Njola dan Sdr. Ronald Wadu, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 18.30

WITA 56

Soesadarsono, Dasar-dasar Kritik Seni Rupa, 54-55. 57

Handoko, Pembinaan Musik Gerejawi, 2. 58

Wawancara dengan Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Sdr. Kenny, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 17.26

WITA.

Page 34: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

34

ibadah karena mereka dapat melakukan beberapa hal dengan efektif, yaitu:59

a) Menyanyikan

lagu bersama jemaat dengan cara yang baik dan benar. b) Memperkenalkan lagu-lagu baru

kepada jemaat dan mengajarkannya. c) Memperbaiki cara menyanyikan lagu yang salah,

secara langsung atau tidak langsung (jika ternyata lagu tersebut sudah salah dinyanyikan

selama ini). d)Secara bergantian menyanyikan satu lagu secara utuh dengan jemaat. e) Gereja

tidak hanya membutuhkan seorang prokantor yang profesional (sekolah di bidang khusus

Musik/ Seni Vokal) untuk mengiringi jemaat, tapi juga seorang prokantor yang walaupun

belajar secara autodidak namun mau terus berlatih dan mempersiapkan diri.

Menurut Sdr. Ama, Sdri. Anita. Dan Sdr. Rony, selaku pemandu lagu, berpendapat

bahwa pemandu lagu sangat dibutuhkan keberadaanya dalam ibadah minggu. Tidak semua

jemaat bisa bernyanyi atau mengambil nada yang pas dan sesuai dengan nada-nada lagu yang

sudah ada. Oleh karena itu dengan adanya pemandu lagu, jemaat terbantu dalam

menyanyikan pujian. Di JBOB sudah tidak hanya menyanyikan KJ, tetapi juga ada PKJ,

NKB dan Pop Rohani yang dinyanyikan dalam ibadah. Tidak semua jemaat mengenal atau

pernah menyanyikan pujian dari PKJ, NKB, dan Pop Rohani, tetapi dengan adanya pemandu

lagu, jemaat dapat mempelajari lagu-lagu yang baru didengar oleh jemaat. Biasanya sebelum

kebaktian dimulai, ada sedikit latihan yang dilakukan oleh pemusik dan pemandu lagu untuk

membatu jemaat dalam menyampaikan curahan hati mereka melalui nyanyian. 60

Penulis mewawancarai salah satu majelis jemaat Sdr. Kattie Waang, S.Th, yang

berpendapat musik gerejawi adalah persekutuan orang-orang percaya yang bernyanyi untuk memuliakan

nama Tuhan lewat nada-nada yang indah mengekspresikan iman mereka kepada Tuhan. Musik

gerejawi itu bukan hanya berbentuk musik instrumental, tetapi juga berbentuk musik vokal atau

lagu/puji-pujian yang bukan hanya bersangkut paut dengan para pemain musik saja, tetapi juga

bersangkutan dengan jemaat Tuhan. Tidak lain, pemahaman musik gerejawi bagi jemaat Betlehem

Oesapa Barat adalah nafas dari gereja. Artinya bahwa gereja yang di dalamnya terdapat orang-

orang percaya kepada Tuhan, akan dikatakan hidup apabila ia selalu bernyanyi bagi Tuhan.

Hal ini bertujuan untuk mengekpresikan imannya kepada Tuhan lewat puji-pujian. Musik

gerejawi adalah satu faktor pendukung jalannya ibadah. Musik gerejawi ini perlu ada di

berbagai jenis ibadah, baik ibadah fungisional maupun kategorial.61

.

59

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, 98-99. 60

Wawancara dengan Sdr. Ama, Sdr. Rony, dan Sdri. Anita Misa, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul

17.45 WITA. 61

Wawancara dengan Sdr. Kattie Waang, S.Th, Kupang, 16 Agustus 2016, Pukul 12.00 WITA.

Page 35: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

35

Musik Gerejawi sangat berperan penting dalam Ibadah Minggu di GMIT Betlehem

Oesapa Barat, dari hasil wawancara di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa jemaat,

majelis jemaat, pemandu lagu, dan pemusik memahami apa itu musik gerejawi dengan apa

yang mereka alami. Pengalaman mereka dalam melayani dan memuji Tuhan bersama

membentuk pola pikir mereka tentang apa itu musik gerejawi dan peran dari musik gerejawi.

Namun tidak ada dasar sama sekali untuk memahami apa itu musik gerejawi.

3.2.2 Pelaksanaan Musik Gerejawi oleh Pemusik dan Pemandu Lagu dalam Ibadah

Minggu di GMIT Betlehem Oesapa Barat

Perlu diketahui bahwa kebaktian minggu di GMIT JBOB terlaksana sebanyak tiga

kali yaitu pada waktu 06.00 WITA, 08.00 WITA dan yang ketiga 17.00 WITA. Kabaktian

utama yang dilaksanakan sebanyak tiga kali ini, tentunya membutuhkan banyak pemandu

lagu dan pemusik yang benar-benar mengerti apa tugas dan peran mereka, mengingat GMIT

JBOB adalah jemaat yang besar dan mempunyai berbagai macam personal dalam jemaat ini.

Pemusik dan pemandu lagu sama-sama ingin melayani dalam bidang musik gerejawi, namun

keduanya tak mempunyai dasar tentang apa itu musik gerejawi. Selain itu, ada pemusik yang

ingin melayani dengan mengikuti jejak orang tuanya, yang juga dahulu sampai sekarang

merupakan pemusik di JBOB62

. Sehingga anak yang ingin mengikuti jejak orang tuanya,

akhirnya belajar tentang cara mengiringi ibadah minggu dari orang tuanya.

Pemandu lagu Sdr. Ama, mengatakan bahwa dulu memang ada Pembinaan Musik

Gerejawi yang diselenggarakan oleh Pdt. Johny Riwu Tadu, S.Th, M.Sn, yang mengundang

semua jemaat, bagi yang mau melayani dalam bidang musik gerejawi, untuk berpartisipasi

bersama dalam mengikuti pembinaan ini. Ada jemaat yang mengerti apa itu musik gerejawi

dan ada juga jemaat yang tidak mengerti sama sekali apa itu musik gerejawi. Sdr. Ama

tergolong jemaat yang tidak tahu sama sekali apa itu musik gerejawi, tapi dia mau mengikuti

pembinaan ini karena ingin melayani di bidang musik gerejawi. Dia merasa ada perbedaan

antara orang yang sudah tahu dan belum tahu sama sekali apa itu musik gerejawi. Orang yang

sudah mengenal musik gerejawi terlebih dahulu bisa mengikuti pembinaan ini dengan baik

dan mereka dapat menguasai itu. Tetapi beda dengan orang yang baru mengikuti pembinaan

ini, yang tidak tahu menahu tentang not dan nada-nada, mereka tidak mempunyai dasar

tentang musik gerejawi, sehingga membuat mereka merasa ketinggalan, akhirnya mereka

62

Wawancara dengan Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 17.26 WITA

Page 36: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

36

berpikir bahwa “ah, sudahlah. Yang penting mau melayani”. Sdr. Ama berharap ke depannya

diadakan pembinaan musik gerejawi lagi sehingga mereka bisa mendalami ilmu dan teknik-

teknik serta motivasi sebagai pemandu lagu.63

Menurut Sdri. Yessi Hotty-Koanak, memang

dulu ada Pembinaan Musik Gerejawi namun itu sudah sekitar 4-5 tahun yang lalu, setelah itu

tidak ada kelanjutan dari pembinaan itu seperti pelatihan. Tahun ini Komisi Musik Gerejawi

dan Litugia memogramkan untuk diadakannya pelatihan bagi pemusik dan pemandu lagu.

Tetapi ada kendalanya, mereka masih belum menemukan pelatih untuk mereka. Pelatih yang

benar-benar mengerti musik gerejawi dan peka dengan keadaan mereka sekarang. Artinya,

pelatih yang sekali melihat kemampuan mereka, pelatih langsung mengetahui apa yang

mereka butuhkan. 64

Tentu saja Sdr. Ama merasakan perbedaan seperti yang dikatakannya diatas. Pemandu

lagu tidak tahu menahu tentang tugas mereka, apa yang harus dilatih, apa yang harus

dilakukan sebagai pemandu lagu. Padahal menurut Handoko beberapa peran musik gereja

ialah sebagai pengiring dan pemandu jemaat, dan sebagai pemberi keindahan.65

Penampilan

musik gereja itu harus indah, yaitu dengan permainan dan perpaduan suara yang terampil dan

tidak asal-asalan, dengan juga pemilihan akord yang baik dan harmonis. Oleh karena itu,

iringan musik gereja tidak hanya indah tetapi juga harus benar, baik menyangkut tempo dan

dinamikanya maupun ritma dan biramanya. Dalam hal ini, petugas musik gerejawi, yaitu

pemusik dan pemandu lagu membutuhkan bimbingan dan pelatihan serta pembinaan tentang

musik gerejawi, agar mereka mengerti dan dapat mempraktekan tugas mereka dengan baik

dan benar. Namun, yang ditemui oleh penulis, Pdt. Marselina Shelly Corputty-Messakh, S.Th

mengatakan bahwa pada kebaktian minggu yang pertama, sering sekali pemandu lagu

kehilangan suara atau nada yang ditargetkan tidak mencapai target. Hal ini membuat jemaat

merasa kacau dan tidak menghayati lagu sehingga ibadah pun terasa kosong dan hampa

karena jemaat tidak merasa pujian-pujian mereka tersampaikan. Selain itu, terkadang suara

pemandu lagu terdengar besar sekali sehingga menutup suara jemaat (yang harusnya

diutamakan dalam ibadah)66

Seorang prokantor (dan kantoria) atau yang biasa disebut dengan pemadu lagu

harusnya dapat memberikan teladan ketika ia di depan sebagai pelayan yang memimpin

63

Wawancara dengan Sdr. Ama, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul 17.45 WITA. 64

Wawancara dengan Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 17.26 WITA

65 Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 10-12.

66 Wawancara dengan Pdt. Marselina Shelly Corputty-Messakh, S.Th, Kupang, 16 Agustus

2016, Pukul 11.30 WITA

Page 37: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

37

pujian dan ketika ia melatih umat bernyanyi. Kehadirannya di tengah-tengah jemaat

harusnya mendorong mereka agar mampu menyanyi tanpa harus merasa tertekan karena

suara prokantor yang terlalu dominan. Kehadirannya harus mendukung jemaat yang tidak

atau belum dapat bernyanyi dengan benar, sampai mereka mampu menyanyikan lagu jemaat

dengan baik.67

3.2.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Pemusik dan Pemandu Lagu dalam Ibadah

Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat

3.2.3.1 Faktor Pendukung

Salah satu alasan JBOB memasukan musik dalam ibadah ialah melihat kembali di

zaman Israel yang memuji dan menyembah Tuhan dan berpatokan dalam Mazmur. Musik

dan nyanyian jemaat bisa menjadi wadah pengakuan dosa dan curahan hati kepada Tuhan.

Musik juga membantu jemaat untuk mempersiapkan hati jemaat untuk menyembah Tuhan

dan pengantar dalam memasuki ibadah minggu agar bisa lebih fokus kepada Tuhan. 68

.

Menurut Sdri. Yessi Hotty-Koanak dan Sdr. Kenny, selaku pemusik, berpatokan pada pujian

Mazmur dan permainan kecapi oleh Daud, ketika jemaat memuji Tuhan harus diiringi dengan

iringan musik, alat musik apapun itu, entah itu organ, gitar atau lainnya, dalam mengangkat

pujian bagi Tuhan harus ada iringan musik.

Peran pemusik Menurut Mawene dalam bukunya yang berjudul Gereja yang

Bernyanyi terdapat contoh nyanyian-nyanyian jemaat pada zaman Israel, yang mendukung

pernyataan diatas, yaitu Perjanjian Lama: 150 syair nyanyian dalam kitab Mazmur,

nyanyian Laut Merah (Kel.15:1-18:21), nyanyian Musa (Ul. 32:1-43), nyanyian Debora

(Hak. 5:2-31), nyanyian pujian Hana (1 Sam. 2:1-10), nyanyian tentang Kebun Anggur

Tuhan (Yes. 5:1-11), nyanyian celaka yang mengandung penghukuman bagi orang fasik

(Hab. 2:6-20), nyanyian-nyanyian yang terhimpun dalam kitab Kidung Agung, dan lainnya.69

Jemaat di zaman sekarang, terutama JBOB sendiri, memahami mengapa musik harus ada

dalam ibadah dikarenakan berpatokan pada Alkitab, yang mengajarkan berjemaat haruslah

memuji Tuhan dengan nyanyian-nyanyian. Bukan hanya pada saat jemaat memuji, melainkan

nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan merupakan curahan isi hati jemaat kepada Tuhan,

67

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam, 98. 68

Wawancara dengan Sdr. Ama, Sdr. Rony, dan Sdri. Anita Misa, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul

17.45 WITA. 69

Mawene, Gereja yang Bernyanyi, 30.

Page 38: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

38

misalnya nyanyian memuji Tuhan, nyanyian syukuran, nyanyian minta tolong, nyanyian

pengakuan dosa, nyanyian rasa cinta dan kasih kepada Tuhan, dan masih banyak lagi.

Bagi pemandu lagu, bernyanyi adalah tugas mereka, terutama bernyanyi bagi Tuhan.

Sdr. Ama salah satu pemandu lagu di JBOB, mempunyai alasan untuk menjadi pemandu lagu

karena ingin melayani. Dia berpikir bahwa dia mempunyai talenta yang diberikan oleh

Tuhan, tidak ada salahnya untuk mengembangkannya dalam hidup berjemaah70

.

Pemusik dan pemandu lagu berpendapat bahwa perlu adanya keberadaan mereka

karena mereka membantu jemaat dalam bernyanyi, memandu jemaat dalam mengambil nada

untuk bernyanyi, menentukan tempo yang sesuai dengan nyanyian yang akan dinyanyikan

dalam ibadah dan melatih jemaat jika ada lagu baru yang belum pernah dinyanyikan dalam

ibadah. Mereka berpikir bahwa jemaat harus bernyanyi. Sudah tugas jemaat untuk

mengucapkan syukur dan mengutarakan perasaannya melalui nyanyian71

. Hal ini

membuktikan teori tentang Tugas PNJ (Pemandu Nyanyian Jemaat) adalah72

a)

memimpin/memandu nyanyian jemaat agar dapat dinyanyikan dengan baik dan benar. b)

Berusaha untuk menghubungkan isi nyanyian dengan kebaktian/ibadahnya. c) Melatih

nyanyian bagi jemaat, misalnya sebelum kebaktian/ibadah. Tugas jemaat ialah bernyanyi

dapat dibuktikan dari teori Rama Listya yang mengatakan Iman Kristen adalah iman yang

bernyanyi. Nyanyian jemaat merupakan pencerminan vitalitas spiritual jemaat serta

merupakan respon jemaat terhadap anugerah yang telah diberikan Tuhan. Rasul Paulus

melalui suratnya kepada jemaat di Kolose (Kol. 3 : 16) menasehatkan kita sebagai umat

Kristen untuk saling mengajar dan menegur seorang akan yang lain sambil menyanyikan

mazmur, kidung pujian dan nyanyian rohani73

. Dan juga teori dari Albinus L. Netti yaitu

“menyanyi”, “memuji”, “nyanyian” (puji-pujian) adalah respons, ucapan syukur jemaat

(umat) atas karya penyelamatan Allah74

.

3.2.3.2 Faktor Penghambat

Sdri. Kattie Waang, S.Th, berkata bahwa Komisi Musik Gerejawi dan Liturgia belum

ada pembelajaran tentang musik gerejawi dan liturgia. Dengan kata lain pendidikan liturgis

sangat penting namun yang menjadi persoalan ialah pendidikan liturgis yang ada tidak

70

Wawancara dengan Sdr. Ama, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul 17.45 WITA. 71

Wawancara dengan Sdr. Ama, Sdr. Rony, dan Sdri. Anita Misa, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul

17.45 WITA. 72

Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 68-69. 73

Rama Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya, 1. 74

Netti, Ibadah dan Tata Ibadah dalam Permenungan.

Page 39: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

39

memadai. Jemaat ini membutuhkan pembinaan mengenai musik gerejawi. Namun belum ada

pembinaan yang dilakukan oleh gereja. Selain itu tidak ada sosialisasi tentang pentingnya

musik gerejawi dalam gereja. Dengan kata lain, para pemimpin gereja tidak secara proaktif

mendampingi Komisi Musik Gerejawi dan Liturgia75

.

Pemandu lagu dan pemusik di JBOB tidak mempunyai dasar tentang apa itu musik

gerejawi dan bagaimana mereka harus bertugas dengan baik. Mereka bertugas karena mau

melayani dengan tanpa mengetahui dasar dari tugas mereka itu sendiri. Mereka belum pernah

mengikuti kursus, pelatihan maupun pembinaan musik gerejawi. Pembinaan belum

dilaksanakan di JBOB dikarenakan pemimpin gereja tidak secara proaktif mendampingi

Komisi Musik Gerejawi dan Liturgia. Dalam hal ini . Pemusik perlu memiliki kompetensi

memadai serta kemampuan untuk menyelaraskan permainan instrumennya dengan umat yang

sedang bernyanyi76

. Bukan hanya pemusik saja, melainkan pemandu lagu dan pendeta

(selaku pemimpin gereja) pun mempunyai peran yang sama, mengiringi nyanyian ibadah dan

sangat penting untuk membangun suasana ibadah yang menghantarkan jemaat untuk datang

menyembah dan memuji Tuhan. Ketiganya harus bekerja sama, saling mengevaluasi satu

sama lain dan saling memperbaiki.

Sdr. Ama dan Sdri. Anita merasa tidak puas atau merasa tidak melaksanakan tugas

dengan baik pada saat ketika jemaat tidak bernyanyi bersama-sama dengan mereka. Selain

itu, jemaat tidak mau mengikuti tempo yang telah dimainkan pemusik dan pemandu lagu.

Keadaan ini terjadi beberapa kali dalam pelayanan para pemandu lagu. Jemaat akhirnya tidak

sama-sama memuji memuliakan Tuhan dalam ibadah dan pemandu lagu merasa gagal dalam

melaksanakan tugas dan tanggung jawab mereka. Selain itu, ketika para pemandu lagu tidak

latihan terlebih dahulu lagu untuk menguasai lagu, dan pada pelaksanaan ibadahnya pemandu

lagu salah dalam menyanyikan lagu, yang pada akhirnya membuat jemaat tidak lagi

bernyanyi bersama-sama dalam ibadah. Hal ini membuat pemandu lagu merasa salah karena

jemaat tidak ada respon balik dengan bersama-sama memuji memuliakan nama Tuhan. Ada

saat juga di mana pemandu lagu merasa sound system gedung kebaktian yang membuat suara

mereka besar berlebihan (terlalu besar). Hal ini disebabkan karena soundman tidak bekerja

75

Wawancara dengan Sdr. Kattie Waang, S.Th, Kupang, 16 Agustus 2016, Pukul 12.00 WITA. 76

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik dalam Ibadah, Jakarta: Grafika KreasIndo, 2012, 45.

Page 40: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

40

sama dengan pemandu lagu atau berlatih bersama sehingga soundman bisa mengatur volume

dari pemandu lagu yang baik dan nyaman didengarkan oleh jemaat.77

Bagi Sdr. Kenny, pemusik tidak akan maksimal jika tidak latihan sebelum bertugas.

Apalagi latihannya tidak bersamaan dengan pemandu lagu. Sdr. Kenny dan Sdri. Yessi

merasa tidak maksimal dalam melaksanakan tugas pada saat jemaat dan pendeta tidak bisa

bekerja sama dengan pemusik dalam menyanyikan pujian. Kendala yang dihadapi ialah

ketukkan yang seharusnya dinyanyikan, tidak dinyanyikan begitu baik oleh jemaat. Padahal

sudah dibantu dengan alunan musik dan suara nyanyian pemandu lagu. Pada saat seperti ini,

pemusik merasa tidak ada kerja sama dan gagal dalam melaksanakan tugas. Kebanyakan

jemaat bernyanyi sesuai dengan kebiasaan mereka bernyanyi di waktu dulu, dan mereka tidak

tahu apakah itu benar atau salah. Misalnya KJ yang dinyanyikan harusnya 4/4 ketuk tetapi

jemaat menyanyikan pujian itu dengan 6/4 ketuk. Keadaan ini membuat pemusik merasa

bersalah dan gagal, padahal sebenarnya mereka mengikuti aturan bernyanyi dengan benar. 78

Keadaan seperti ini dapat dikaitkan dengan teori Handoko tentang masalah yang

sering timbul dalam bermusik gereja, dilihat dari sisi pemusik dan pemandu lagu, yaitu: (a)

kurang menguasai lagu sehingga dalam memainkan dan menynyikanya tidak lancar; (b)

kurang terampil dalam memainkan instrumen musiknya; (c) kurang menjiwai nyanyiannya

sehingga waktu memainkan lagu penjiwaanya tidak tepat; (d) kurang tepat dalam pemilihan

jenis suara yang dipilih; (e) kurang tepat atau kurang harmonis dalam pemilihan akord bagi

lagu yang dimainkan; (f) hati pemusik tidak tertuju ke situ, tetapi ke tempat lain, atau hatinya

sedang tidak enak sehingga permainannya tidak konsentrasi, tidak fokus. jemaat, yaitu: (a)

jemaat tidak/kurang mengenal lagu; (b) jemaat menyanyikan lagunya tidak sesuai dengan

maksud aslinya, baik dalam jiwa, irama, maupun berirama; (c) jemaat tidak mengikuti

tuntunan dari organis, lagu di nyanyikan dengan seenaknya atau semaunya, atau sesuai

kebiasaan yang sering kali telah berjalan “turun-temurun”; (d) jemaat tidak tenang dalam

ibadahnya.79

Menurut Pdt. Johny Riwu Tadu, dalam bukunya yang berjudul Apresiasi Seni

pemandu lagu harus menggunakan pengeras suara80

agar dapat didengar dengan jelas oleh

77

Wawancara dengan Sdr. Ama dan Sdri. Anita, Kupang 20 Agustus 2016, Pukul 17.45 WITA

78 Wawancara dengan Sdri. Yessi Hotty-Koanak, Sdr. Kenny, Kupang, 20 Agustus 2016, Pukul 17.26

WITA. 79

Handoko, Pembinaan Musik Gereja, 12-14. 80

Riwu Tadu, Apresiasi Seni, 68-69.

Page 41: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

41

jemaat. Pemusik dan pemandu lagu harus dibantu dengan adanya alat pengeras dan orang

yang mengontrol alat pengeras itu (soundman). Ketiganya harus bekerja sama dalam

melaksanakan tugas, soundman mengontrol sound system dengan menyesuaikan besar

kecilnya suara dari alunan musik dan suara pemandu lagu, agar tidak membuat jemaat tidak

nyaman dengan suara yang besar berlebihan dan suara bising dari speaker. Namun yang

penulis temui di lapangan ialah pengeras suara yang dikontrol oleh seorang petugas ternyata

tidak bekerja sama dengan baik. Kedua pihak tidak ada komunikasi dengan baik mengenai

volume suara yang akan dikeluarkan oleh pemandu lagu dan pemusik. Suara dari pada

pemandu lagu musik terdengar besar sekali sehingga membuat jemaat berpikir pemandu lagu

dan pemusik sedang melakukan show. Hal ini membuat jemaat tidak nyaman dan tidak bisa

menghayati ibadah yang sedang belangsung.

Oleh karena itu, soundman perlu memiliki karakter yang baik, khususnya sikap

sebagai seorang pelayan (servant) atau hamba untuk pelayanan firman, agar pendengar bisa

mendengar dengan baik. Sikap seorang hamba ialah ia mengesampingkan harga diri dan

keakuannya, rela menyangkal dirinya, merendahkan dirinya, tetap berusaha melayani dengan

baik. Ciri seorang pelayan ialah: (a) ia bisa diajar dan mau belajar (teachable). Mau

diberitahu, mau ditegur, mau mendengar; (b) ia rendah hati. Tidak merasa diri hebat, tidak

arogan, berusaha membantu; (c) ia berintergritas. Peduli, bertanggung jawab, berdedikasi,

datang pagi-pagi (lebih awal), menjaga dengan baik.81

81 Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam, 165

Page 42: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

42

4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah mengadakan penilitian di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat dan

menganalisa data maka penulis dapat mengetahui tentang apa saja faktor pendukung dan

penghambat dalam memahami tugas pemusik dan pemandu lagu di dalam Ibadah Minggu di

GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat (JBOB). Berdasarkan hasi penilitian yang peniliti

lakukan maka kesimpulan secara keseluruhan sebagai berikut;

Faktor Pendukung pelayanan Pemusik dan Pemandu Lagu:

1. Berpatokan pada firman Tuhan, yang mana di zaman Israel sudah mulai memuji

dan memuliakan Tuhan dengan syair-syair dan permainan alat musik kecapi oleh

Daud.

2. Melayani. Petugas musik gerejawi merasa mempunyai talenta dan pamtas

dikembangkan dalam kehidupan berjemaah.

3. Jemaat butuh panduan dalam bernyanyi sehingga JBOB menyediakan alat musik,

pemusik dan pemandu lagu untuk membantu jemaat.

4. Jemaat harus bernyanyi dan memuji Tuhan. Karena bernyanyi merupakan salah

satu cara jemaat untuk mengutarakan perasaan mereka kepada Tuhan.

Faktor Penghambat pelayanan Pemusik dan Pemandu Lagu:

1. Pemimpin dan majelis jemaat GMIT JBOB kurang memperhatikan kebutuhan

Komisi Musik Gerejawi dan Liturgia. Sehingga Komisi Musik Gerejawi dan

Liturgia harus melatih diri sendiri tanpa dasar musik gerejawi. Padahal komisi ini

bernaung dibawah majelis jemaat.

2. Tidak adanya pelatihan yang benar-benar memenuhi kebutuhan pemusik dan

pemandu lagu.

3. Pemandu lagu dan pemusik tidak mempunyai dasar apa-apa tentang musik

gerejawi.

4. Dari jemaat. Kebiasaan jemaat dari tempo dulu, menyanyikan pujian suka-suka

jemaat saja tanpa memperhatikan petunjuk dari sebuah lagu. Hal ini membuat

pemusik, pemandu lagu dan jemaat tidak bisa menerapkan keindahan dan

kebenaran dari musik gerejawi.

5. Dari pelaku musik gerejawi. Pemusik dan pemandu lagu terkadang tidak ada

persiapan sebelum pelayanan. Hal ini juga membuat pelaku musik gerejawi tidak

bisa melaksanakan tugas dengan baik dan benar.

6. Tidak ada kerja sama antara pemusik, pemandu lagu dan soundman.

Page 43: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

43

4.2 Saran

Setelah melihat faktor penghambat dan pendukung dari pemusik dan pemandu lagu

dalam memahami tugas, dari hasil penilitian, pembahasan dan kesimpulan, maka terdapat

saran yang mungkin dipakai dan dilihat kembali fungsinya dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawab gereja dalam membantu dan bersama-sama dengan jemaat untuk memuji

Tuhan dengan nyanyian dalam Ibadah Minggu di GMIT Jemaat Betlehem Oesapa Barat,

yaitu gereja harus lebih memperhatikan kebutuhan Komisi Musik Gerejawi. Bukan hanya

kebutuhan material, tetapi ilmulah yang paling diutamakan. Seperti mengadakan kursus,

pelatihan, pembinaan musik gerejawi dan juga menyediakan buku-buku yang berhubungan

dengan musik gerejawi. Selain itu, harus adanya kerja sama antara soundman, pemusik dan

pemandu lagu. Sehingga keganjalan yang terjadi tidak terjadi lagi. Kemudian yang terakhir

ialah untuk pemandu lagu dan pemusik haruslah lebih giat berlatih, belajar dari buku dan bisa

juga belajar dari youtube, ada banyak sekali tutorial atau cara-cara untuk menjadi pemusik

dan pemandu lagu yang baik dan benar.

Page 44: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

44

DAFTAR PUSTAKA

Cooley, Frank L.. Benih Yang Tumbuh XI Memperkenalkan Gereja Masehi Injli di Timor,

Jakarta: Lembaga dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia, 1976.

Creswell, J. W. Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif dan Mixed, Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013.

Fitria Yunike Juniarti. Karakteristik Jaman Barok-Klasik, Makalah untuk meningkatkan

kualitas mata kuliah praktek instrumen violin, 2008.

Handoko, S. Pembinaan Musik Gerejawi: Materi Ringkas untuk Pembekalan Pelayan Musik

Gereja, Yogyakarta: Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2014.

Hardjana, Suka. Estetika Musik, Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, 1983.

Idem. Diktat Matakuliah Musik Gereja. Salatiga: Fak. Teologi UKSW, 1999

Ispramuji. Pengantar Musik Gereja. Semarang: Diktat Mata Kuliah Musik Gereja, 2003.

dan Organis Gereja. Yayasan Taman Pustaka Kristen Indonesia, 2014..

Komisi Liturgi dan Musik Sinode GKI, Musik Dalam Ibadah, Grafika Kreaslndo Kelapa

Gading Jakarta 14240.

Kroeker, Charlotte, “The Church Choral Director: Leader of The Sacred, The Good, The

Beautiful,” Choral Journal 56, no. 11: 11, diakses June 4, 2016.

[email protected] .

Listya, Agastya Rama. Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya, Salatiga: Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana Press, 1999.

Majelis Sinode GMIT. Sit Knino, Kupang: Sinode GMIT, 1988.

Mawene, M. Th. Gereja yang Bernyanyi, Yogyakarta: Penerbit Buku dan Majalah Rohani

ANDI, 2004.

Netti, Dr. Albinus L. Ibadah dan Tata Ibadah dalam Permenungan, Salatiga: Satya Wacana

University Press, 2014.

Prier, Edmud–Karl SJ. Musik Gereja,Yogyakarta: Kanisius, 1999.

Pandopo, A. H. Menggubah Nyanyian Jemaat. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1984.

Soedarsono, RM. Dasar-dasar Kritik Seni Rupa, Jakarta: Pemerintah DKI Jakarta, Dinas

Museum dan Sejarah, 1979.

Sudarto, Theofilius, Cara Mudah Bermain Keyboard, Yogyakarta: ANDI Offset, 2008.

Susantina, Sukatmi. Inkulturasi Gamelan Jawa Studi Kasus di Gereja Katolik Yogyakarta,

Yogyakarta: Philosophy Press, 2001.

Page 45: TUGAS AKHIR - Institutional Repositoryrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10499/2/T1_712012025_Full... · Terima kasih untuk Resty, Kak Jordan, Kak Anto, Kak Remon, Kak Arlan,

45

Sydnor, Intorducing A New Hymnal.

van den End dan J. Weitjens, S.J. Ragi Carita 2 – Sejarah Gereja di Indonesia 1860-an-

sekarang, Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2000.

White James F. Pengantar Ibadah Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011.

William, J. R. Congregitional Singging, Nashville: Convention Press, 1975.

Yamuger. Kidung Jemaat, Jakarta: Yayasan Musik Gereja, 2002.