seorang janda brnama mun mempunyai seorang anak wanita bernama roh dan sebidang tanah t1 dg rumah...

10
A. KRONOLOGI KASUS Seorang janda bernama MUN mempunyai seorang anak wanita bernama ROH dan sebidang tanah T1 dengan rumah diatasnya. Janda MUN tersebut kemudian menikah dengan seorang perjaka bernama TON. Sebagai hadiah pernikahan, TON diberi sebidang tanah kebun T2 oleh orangtuanya, sudah dibuat atas nama TON. Dari pernikahan MUN dan TON tidak memperoleh keturunan. Mereka kemudian sepakat untuk mengangkat 2 anak dari keluarga mereka masing-masing. Yang pertama mereka asuh adalah anak lelaki bernama SAN. SAN merupakan anak pertama ROH. Jadi SAN juga cucu MUN. SAN diasuh TON mulai balita umur 2 tahun. 15 tahun setelah SAN diasuh, TON mengambil keponakannya yg bernama ICA. ICA adalah anak perempuan dari kakak kandung TON. Saat itu ICA berumur 15th. Status hukum anak-anak ini masih tetap sebagai anak dari orang tua kandungnya masing- masing. Keluarga dan masyarakat sekitar juga mengerti perihal hubungan suami istri MUN-TON dengan anak angkatnya (SAN-ICA). Dua tahun yg lalu TON meninggal dunia. Sedangkan MUN dalam keadaan tua sakit dan lumpuh. 2 bulan setelah meninggalnya TON, MUN meninggal dunia juga. Saudara kandung TON menganggap SAN tidak berhak atas tanah kebon T2. Karena SAN tidak memiliki hubungan darah dengan TON. PERTANYAAN:

Upload: iqbalulloh

Post on 27-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Seorang Janda Brnama MUN Mempunyai Seorang Anak Wanita Bernama ROH Dan Sebidang Tanah T1 Dg Rumah Diatasnya

TRANSCRIPT

A. KRONOLOGI KASUSSeorang janda bernama MUN mempunyai seorang anak wanita bernama ROH dan sebidang tanah T1 dengan rumah diatasnya. Janda MUN tersebut kemudian menikah dengan seorang perjaka bernama TON. Sebagai hadiah pernikahan, TON diberi sebidang tanah kebun T2 oleh orangtuanya, sudah dibuat atas nama TON. Dari pernikahan MUN dan TON tidak memperoleh keturunan.Mereka kemudian sepakat untuk mengangkat 2 anak dari keluarga mereka masing-masing. Yang pertama mereka asuh adalah anak lelaki bernama SAN. SAN merupakan anak pertama ROH. Jadi SAN juga cucu MUN. SAN diasuh TON mulai balita umur 2 tahun.15 tahun setelah SAN diasuh, TON mengambil keponakannya yg bernama ICA. ICA adalah anak perempuan dari kakak kandung TON. Saat itu ICA berumur 15th. Status hukum anak-anak ini masih tetap sebagai anak dari orang tua kandungnya masing-masing.Keluarga dan masyarakat sekitar juga mengerti perihal hubungan suami istri MUN-TON dengan anak angkatnya (SAN-ICA). Dua tahun yg lalu TON meninggal dunia. Sedangkan MUN dalam keadaan tua sakit dan lumpuh. 2 bulan setelah meninggalnya TON, MUN meninggal dunia juga. Saudara kandung TON menganggap SAN tidak berhak atas tanah kebon T2. Karena SAN tidak memiliki hubungan darah dengan TON.PERTANYAAN:1. Benarkah klaim saudara kandung alm. TON bahwa SAN tidak berhak atas tanah T2?2. Siapakah yang berhak atas tanah kebun T2 yang merupakan pemberian orangtua TON?Perlu diketahui : Ketika MUN meninggal, ROH masih hidup. Sedangkan kedua orang tua MUN sudah meninggal sejak lama. Ketika TON meninggal, kedua orang tuanyasudah meninggal sejak lama. TON adalah 7 bersaudara. 3 pria dan 4 wanita. Saat TON meninggal, masih ada 2 saudara wanitanya yang masih hidup.Selama ini, hubungan semua keluarga mereka terjalin dengan baik dan hangat skalipun ICA beda keyakinan (ICA katolik, TON dan keluarga besar muslim).[footnoteRef:2] [2: http://konsultasi-hukum-online.com/2013/09/pembagian-warisan-jika-ahli-waris-meninggal-dulu/]

B. KAJIAN TEORITIK1. Definisi Hukum WarisHukum kewarisan adalah himpunan aturan aturan hukum yang mengatur tentang siapa ahli waris yang berhak mewarisi harta peningalan dari orang orang yang meninggal dunia, bagaimana kedudukan ahli waris, berapa perolehan masing masing secara adil dan sempurna.[footnoteRef:3] [3: Salim, engantar Hukum Perdata Tertulis ( BW ), Jakarta : Sinar Grafika, 2003,hlm. 147]

Menurut KUH Perdata bahwa hukum waris adalah hukum hukum atau peraturan peraturan yang mengatur tentang apakah dan bagaimanakah pelbagai hak hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang.Sedangkan Subekti dalam bukumya Pokok Pokok Hukum Perdata tidak menyebutkan definisi hukum kewarisan, beliau hanya mengemukakan asas hukum waris sebagai berikut: dalam hukum waris KUH Perdata berlaku suatu asas bahwa hanya hak hak dan kewajiban kewajiban dalam lapangan hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan. Oleh karena itu, hak hak dan kewajiban kewajiban dalam lapangan hukum kekeluargaan pada umumnya, sementara hak hak dan kewajiban yang bersifat pribadi tidak dapat diwariskan, misalnya peran sebagai suami dan ayah, begitu pula peran sebagai anggota suatu perkumpulan.Menurut pasal 833 ayait 1 KUH Perdata bahwa yang dapar diwariskan atau objek kewarisan adalah segala barang yang dimilki pewaris, segala hak dan segala kewajiban dari pewaris.

2. Terjadinya WarisDalam pasal 830 dinyatakan bahwa pewarisan hanya terjadi karena kematian. Jadi jelaslah jika kematian seseorang tersebut merupakan syarat tejadinya pewarisan. Dengan meninggalnya orang tersebut maka seluruh kekayaannya beralih kepada ahli waris.Jalan untuk mendapatkan warisan ada dua macam, yaitu : Ahli waris menurut ketentuan undang undang ab instentato. Karena ditunjuk dalam surat wasiat, testamento.Ahli waris karena undang undang adalah orang yang berhak menerima warisan, sebagaimana yang ditentukan dalam peraturan perundang undangan yang berlaku. Ahli waris karena undang undang ini diatur dalam pasal 832 KUH Perdata. Orang orang yang berhak menjadi ahli waris adalah sebagai berikut : Para keluarga sedarah baik sah maupun kawin Suami atau istri yang hidup terlamaAhli waris karena hubungan darah ini ditegaskan dalam pasal 852 KUH Perdata, yaitu anak atau sekalian keturunan mereka, baik anak sah atau kuar kawin.Syarat syarat ahli waris mendapat warisan :a) Harus sudah ada dan masih ada si pewaris meninggal dunia ( pasal 836 ) dengan tetap me mperhatika pasal 2 BW yang menyatakan bahwa anak yang masih berada dalam kandungan dianggap telah lahir jika kepentingan anak menghendaki demikian.b) Ahli waris bukan orang yang dinyatakan tidak patut menerima warisan atau orang yang menolak harta warisan.[footnoteRef:4] [4: Saifullah, Wawasan Hukum Perdata di Indonesia,( Malang : UIN MALIKI, 2011), hlm. 90 - 91]

3. Penggolongan Ahli Waris a) Golongan PertamaAhli waris yang berada pada golongan ini adalah anak dan keturunannya ke bawah tanpa balas baik sah maupun tidak sah dan pasangan hidup terlama. Dengan tidak membedakan laki laki ataupun perempuan serta urutan kelahirannya. Mereka menyingkirkan anggota keluarga yang lain dalam garis lencang ke atas dan ke samping meskipun mungkin di antara derajatnya ada yang lebih dekat. Bagian yang mereka peroleh adalah sama besar ( pasal 832, 834, 852 ).b) Golongan kedua Terdiri dari ayah dan ibu si pewaris beserta saudara dan keturunannya sampai derajat ke 6. Pembagian untuk golongan ini terdapat pada pasal 854, 855, 856 KUH Perdata. Menurut pasal pasal ini mendapatkan bagian yang sama, akan tetapi bagian ayah dan ibu baru mendapatkan bagian jika pewaris tidak memiliki keturunan maupun suami atau istri yang masih hidup.c) Golongan ketiga Terdiri dari saudara sedarah menurut garis lurus ke atas dari pasal 853 dan pasal 859 KUH Perdata dapat disimpulkan apabila si pewaris tidak meninggalkan anak anak dan keturunan ke bawah maka harta warisan harus dibagi dua lebih dahulu ( cloving ). Bagian separuh pewaris untuk sanak keluarga ayah dan bagian separuh dua untuk saudara dari ibu.d) Golongan keempatTerdiri dari saudara sedarah dalam garis ke samping yang lebih jauh sampai derajat ke 6. Apabila golongan ketiga tidak ada, maka tiap tiap bagian separuh dari pancar ayah atau pancar ibu jatuh pada saudara saudara sepupu dari si pewaris, yaitu kakek dan nenek dari si peawris ( keluarga tingkat ke 4 ) secara sama rata bij hofden. Kalaupun ini tidak ada, maka harta peninggalan jatuh kepada sanak saudara yang sekakek atau senenek sampai derajat ke 6. [footnoteRef:5] [5: Saifullah, Wawasan Hukum Perdata di Indonesia,( Malang : UIN MALIKI, 2011),hlm. 92 - 93]

Kalau dari salah satu tidak ada sampai ke 6, maka harta warisan diwariskan oleh salah satu pihak yang masih ada. ( paasal 861 ) BW.

C. ANALISIS KASUSKasus waris yang terjadi antara MUN dan TON mendapatkan perhatian penuh oleh pihak keluarga TON. Karena pernikahan antara MUN dan TON tidak menghasilkan keturunan. SAN yang merupakan anak angkat dari MUN ( cucu MUN dari anaknya ROH yang berasal dari pernikahan sebelumnya ) dan TON tidak berhak mendapat waris menurut pihak keluarga TON.Dalam hal ini, TON meninggal dunia, sedangkan MUN masih ada selama 2 bulan setelah TON meninggal dunia. Sesuai dengan KUH Perdata BAB XII bagian kesatu pasal 832 yang berbunyi :[footnoteRef:6] [6: Soesilo, Kiitab Undang Undang hukum Perdata, hlm. 255]

Menurut undang undang yang berhak untuk menjadi ahli waris ialah para keluarga sedarah, baik sah, maupun luar kawin, dan si suami atau istri yang hidup terlamaDalam KHI Pasal 174 juga disebutkan penggolongan ahli waris, yang berbunyi :(1) Kelompok-kelompok ahli waris terdiri dari:a. Menurut hubungan darah:- golongan laki-laki terdiri dari : ayah, anak laki-laki, saudara laki-laki, paman dan kakek.- Golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak perempuan, saudara perempuan dari nenek.b. Menurut hubungan perkawinan terdiri dari : duda atau janda (2) Apabila semua ahli waris ada, maka yang berhak mendapat warisan hanya : anak, ayah, ibu, janda atau duda.Sesuai dengan pasal ini, maka MUN mendapat hak waris ( termasuk golongan pertama ). Karena MUN merupakan istri yang hidup terlama.MUN, sebelum menikah dengan TON adalah seorang janda yang mempunyai anak perempuan yang bernama ROH, dan ROH mempunyai anak yang bernama SAN yang diasuh oleh MUN .Dalam KUH Perdata BAB XII bagian kedua pasal 852 a yang berbunyi :[footnoteRef:7] Dalam halnya mengenai warisan seorang suami atau istri yang meninggal terlebih dahulu, dalam melakukan ketentuan ketentuan dalam bab ini, dipersamakan dengan seorang anak yang sah dari si meninggal dengan pengertian, bahwa jika perkawinan suami atau istri adalah untuk kedua kali atau selanjutnya, dan dari perkawinan yang dulu ada anak anak atau keturunan anak anak itu, si istri atau suami yang baru tak akan mendapat bagian warisan yang lebih besar daripada bagian warisan terkecil yang akan diterima oleh salah seorang anak tadi atau dalam hal bilamana anak itu telah meninggal lebih dahulu, oleh sekalian keturunan pengggantinya, sedangkan dalam hal bagaimanpun juga , tak bolehlah bagian si istri atau suami itu lebih dari hart peningalan si meninggal. [7: Soesilo, Kiitab Undang Undang hukum Perdata, hlm. 260]

Sesuai pasal di atas, Berarti MUN mendapatkan dari harta peningglan TON.Setelah 2 bulan TON meninggal, MUN pun meninggal karena sakit. Dan berdasarkan penggolongan ahli waris, ROH adalah ahli waris golongan pertama dari MUN, yaitu anak dan keturunannya ke bawah. Dengan demikian, ROH sebagai anak dari MUN dan SAN sebagai keturunan ke bawah dari ROH. Berdasarkan pasal tersebut, maka ROH berhak mendapat warisan dari MUN.Selama menikah, TON dan MUN tidak meninggalkan keturunan dan ibu dan bapak TON juga telah lama meninggal. Berdasarkan KUH Perdata pasal 856 yang berbunyi :[footnoteRef:8] Apabila seorang meninggal dunia dengan tak meninggalkan keturunan maupun suami atau istri, sedangkan bapak maupun ibunya telah meninggal lebih dahulu, maka seluruh warisan adalah hak sekalian saudara laki laki dan perempuan si meninggal. [8: Soesilo, Kiitab Undang Undang hukum Perdata, hlm. 262]

Akan tetapi dalam kasus ini, MUN yang sebelumnya merupakan istri yang hidup lama mempunyai keturunan dari pernikahan sebelumnya yaitu ROH dan anaknya SAN.Dalam hal ini, pasal 856 tidak berlaku, dan tepatnya adalah menggunakan pasal 857 yang berbunyi :[footnoteRef:9] Pembagian akan apa yang menurut pasal pasal yang lalu menjadi bagian para saudara laki laki dan perempuan, dilakukan di antara mereka dalam bagian bagian yang sama, jika mereka berasal dari lain lain perkawinan, maka apa yang akan diwariskan harus dibagi terlebih dahulu dalam dua bagian, ialah bagian dari garis bapak dan dari garis ibu, saudara saudara laki laki dan perempuan yang penuh mendapat bagian mereka dari kedua garis, sedangkan mereka yang setengah hanya mendapat bagian di mana mereka berada. Jika hanya ada saudara saydara yang setengah saja dari garis yang satu, maka mereka mendapat seluruh warisan dengan mengesampingkan segala keluarga sedarah lainnya dari garis yang lain. [9: Soesilo, Kiitab Undang Undang hukum Perdata, hlm. 262]

Jadi, ROH merupakan ahli waris dari MUN. Ketika ROH meningggal maka ahli warisnya adalah SAN.Dalam hal ini, sesuai dengan pertanyaan yang menjadi rumusan masalah pada kronologi kasus di atas , maka :1. Klaim dari saudara kandung TON bahwa SAN tidak berhak mendapat hak waris adalah salah. Karena SAN merupakan anak dari ROH ( ahli waris dari MUN ), dan SAN merupakan keturunan ke bawah dari ROH. Sehingga ia berhak mendapat hak waris.2. SAN adalah ahli waris dari ROH karena dalam T2 tersebut terdapat hak MUN yaitu . Karena MUN meninggal, maka ROH menjadi ahli waris dari MUN. Ketika ROH meninggal, warisan jatuh ke tangan SAN.Saudara kandung TON juga mendapat hak waris, sesuai dengan KUH Perdata pasal 857.