senyawa berikatan ion

12
Senyawa Berikatan Ion By : Kelompok 3 Ibnu Darmawanto (06111010008) Feri Setiawan (06111010018) Riski Yudatama (06111010034) Ardi Wiranata (06111010040)

Upload: ryu-centaury

Post on 22-Oct-2015

35 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Senyawa Berikatan Ion

Senyawa Berikatan IonSenyawa Berikatan IonBy : Kelompok 3

Ibnu Darmawanto (06111010008)

Feri Setiawan (06111010018)

Riski Yudatama (06111010034)

Ardi Wiranata (06111010040)

By : Kelompok 3

Ibnu Darmawanto (06111010008)

Feri Setiawan (06111010018)

Riski Yudatama (06111010034)

Ardi Wiranata (06111010040)

Page 2: Senyawa Berikatan Ion

Pendahuluan

Selain senyawa dengan ikatan kovalen, dikenal pula senyawa dengan jenis ikatan lain, yaitu ikatan elektrovalen atau ikatan ion yang didasarkan atas tarikan elektrostatis antara ion yang berlawanan muatan. Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Kossel, Lewis dan Langmuir yang menerapkan struktur Kristal dari zat padat.

Ion- ion terbentuk akibat perpindahan sempurna dari electron antara atom-atom, Energi ionisasi merupakan pembentuk ion positif dari atom netralnya sedangkan afinitas electron merupakan pembentuk ion negative dari pelepasan atom netral yang menarik electron. Gaya antaraksi Coulomb terjadi akibat dari ion-ion yang saling tarik menarik jika antar ion saling berlawanan muatannya dan tolak-menolak dengan atom yang sejenisnya.

Page 3: Senyawa Berikatan Ion

Lanjutan

Tidak semua senyawa berikatan kovalen murni atau berikatan ionik murni. Peralihan dari ikatan kovalen murni ke ikatan ion dinyatakan dengan karakter ion. Karakter ion dinyatakan oleh nilai-nilai keelektronegatifan dan juga perubahan warna dari suatu senyawa Kristal.

Page 4: Senyawa Berikatan Ion

Energy Kisi Kristal dan Jari-jari Ion

a. Gaya antar ion , energy kisi Kristal dan siklus Born-Haber

Kisi Kristal adalah kumpulan dari satuan-satuan kecil yang disebut sel satuan dan ion-ion dinyatakan sebagai titik-titik. Ikatan ion terjadi karena antaraksi elektrostatik antar ion yang berlawanan muatan, contohnya :

Na(g) Na+(g) + e- I = 495,8 kJ/mol

Cl(g) Cl-(g) E = -349 kJ/mol

Menurut M. Born (1918) Energi kisi didefinisikan sebagai energy yang dilepaskan bila satu mol kation dan satu mol anion berupa gas didekatkan dari jarak tak terhingga sampai kedudukan kesetimbangan dalam kisi Kristal atau perubahan dalam ∆U untuk reaksi :

Mz+ (g) + Xz- (g) MX (padat)

Page 5: Senyawa Berikatan Ion

LanjutanMenurut Born dan lande selain energy tarikan harus diperhitungkan pula energy tolakannya, maka energy kisi untuk N kation dan N anion dengan N= Bilangan Avogadro

A = tetapan Madelung , n = Eksponen Born , R = R1 pemisahan ion dalam Kristal ada pada keadaan setimbang.

Suatu cara untuk mendapatkan nilai energy Kristal dikemukakan oleh Born dan Haber dengan menggunakan natrium klorida sebagai contohnya. Tahap – tahap dalam siklus Born–Haber didasarkan dari siklus hukum Hess

Page 6: Senyawa Berikatan Ion

Lanjutan

Berdasarkan hukum Hess :

∆H = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3+ ∆H4+ ∆H5

-410 = 108 +121 + 489 – ( 365 + DH5 )

Karena ∆H5 adalah eksoterm , maka nilainya negative, yaitu -763 kJ/mol dan nilai ini adalah nilai energy kisi Kristal.

Page 7: Senyawa Berikatan Ion

Lanjutan

b. Ukuran ion dan jari-jari Kristal

Ukuran ion ditentukan oleh gaya tarik terhadap electron luar oleh muatan inti positif yang efektif , muatan ini efektif = muatan inti nyata – pengaruh electron penyaring atau electron dalam.

r+ < r atom netral < r -

Jari-jari Kristal umumnya lebih kecil dari jari-jari ion , karena bertambahnya muatan memperbesar gaya tarik antara ion-ion. Jari-jari ion juga berubah dengan berubahnya bilangan koordinasi. Jari-jari ion berubah secara teratur untuk unsur-unsur dalam satu golongan dari atas ke bawah dari susunan berkala, karena muatan inti positif diimbangi oleh efek saringan dari elektron valensi dari inti.

Page 8: Senyawa Berikatan Ion

Lanjutan

Susunan yang paling stabil adalah apabila ion saling bersinggungan dan tersusun secara simetrik. Ada 2 faktor yang mempengaruhinya yaitu ukuran relative dari ion-ionnya dan secara keseluruhan harus netral listrik. Susunan yang paling stabil untuk bilangan koordinasi 2 adalah bentuk linier, karena mengurangi tolakan antar dua ion , susunan yang paling stabil untuk bilangan koordinasi 3, 4, 6, dan 8 adalah coplanar, tetrahedral , octahedral dan kubus.

Page 9: Senyawa Berikatan Ion

Skala Keelektronegatifan

Peralihan antara ikatan kovalen dan ikatan ion

Suatu senyawa AB yang memiliki ikatan ekstrim akan mengalami peralihan ikatan dan parameter yang dapat digunakan adalah keelektronegatifan relative dari atom A dan B. kedua struktur tersebut memiliki pasangan electron dan konfigurasi inti yang sama, sehingga dapat terjadi resonansi.

Ikatan kovalen biasa bersifat adiktif, artinya energy ikatan A-B adalah harga rata-rata dari energy ikatan A-A dan B-B. Bila didefinisikan besarannya :

∆ = D (A –B ) – ½ { D (A-A) + D (B-B) }

Page 10: Senyawa Berikatan Ion

Karakteristik Ikatan Ion

Ikatan ion terjadi antara ion dan sejumlah ion tetangga. Arahnya tak terarah dan struktur ionnya terutama ditentukan oleh geometri dan kenetralan muatan listrik dari struktur secara keseluruhan.

Molekul tak terjadi dalam struktur ionic, karena electron terlokalisasi dalam orbital atom dari ion. Dalm ion kompleks seperti [ NO3]- atau [CO3]2-. Ikatan kovalen terdapat dalam ion kompleks, tetapi ikatan ion terjadi antara ion-ion ini dengan kation, seperti dalam NaNO3 dan CaCO3.

Padatan ionik merupakan Kristal keras dengan gaya kompresi dan gaya ekspansi yang rendah, tetapi titik leleh yang tinggi. Bahan tersebut merupakan isolator listrik dalam keadaan padat, tetapi bila berupan lelehan atau dalam larutan yang pelarut yang sesuai, zat dapat menghantarkan arus listrik. Sifat ini membedakan padatan ionic dari padatan kovalen dan padatan van der Walls.

Page 11: Senyawa Berikatan Ion

Kelarutan dari Senyawa Ionik

Pada umumnya padatan ionic larut dalam air sedangkan padatan kovalen tidak larut. Namun demikian penurunana kelarutan tak selalu dapat dikaitkan dengan kenaikan karakter kovalen .

AgF > AgCl > AgBr > AgI2

Dari kiri ke kanan kelarutan berkurang, karakter ion dan polarisasi bertambah .

CaF2 > CaCl2 > CaBr2 > CaI2

Dari kiri ke kanan kelarutan bertambah, karakter ion dan polarisasi bertambah.

Masalah kelarutan padatan ionic harus ditinjau dari segi antaraksi antara ion-ionnya. Ada 2 jenis antaraksi, yaitu antara ion dan molekul air di satu pihak, dan antara ion dalam Kristal. Kedua jenis antaraksi tersebut naik dengan semaikin kecilnya ion dan semakin besarnya muatan.

Page 12: Senyawa Berikatan Ion

TERIMA KASIH

SEKIAN