senth penerapan arsitektur ekologis pada fasilitas

10
SENTHONG, Vol. 2, No.1, Januari 2019 ______________________________________________________________________11 PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS PENGEMBANGAN BATU MULIA DI PURBALINGGA Ryandika Wira Aldyno, Made Suastika, Edi Pramono Singgih Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstrak Arsitektur ekologis adalah metode perancangan yang melibatkan pengolahan sistem bangunan secara menyeluruh. Arsitektur ekologis menggunakan prinsip sinergi antara bangunan dan alam dengan tujuan menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Fasilitas pengembangan di Purbalingga dirancang dengan konsep kawasan terpadu yang terdiri dari berbagai komponen bangunan yang berkaitan satu sama lain dan mewadahi aktivitas terkait pengembangan batu mulia, mulai dari penambangan, pengolahan, penjualan hingga pameran. Untuk menjembatani konsep rancangan tersebut, dibutuhkan suatu pendekatan yang mampu mencakup isu dalam kawasan secara total dengan berkiblat pada konsep bangunan ramah lingkungan. Konsep ramah lingkungan tersebut dibutuhkan untuk meminimalisir dampak negatif. Maka dipilihlah pendekatan arsitektur ekologis sebagai prinsip desain. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian aplikatif yang dimulai dari perumusan gagasan awal dengan didukung oleh kajian data mendalam, kemudian disimpulkan menjadi acuan dalam analisis perancangan. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka akan diperoleh bentuk aplikasi prinsip ekologis pada fasilitas. Contohnya penggunaan teknologi penghematan energi, konfigurasi bentuk bangunan meliputi bukaan, warna dan massa, pemilihan material bangunan ramah lingkungan, serta konservasi lingkungan. Kata kunci: Arsitektur Ekologis, metode perancangan, ramah lingkungan, pengembangan 1. PENDAHULUAN Arsitektur ekologis didefinisikan sebagai desain bioklimatik, desain dengan mempertimbangkan iklim lokal dan desain hemat energy (Yeang, 2008). menekankan desain arsitektur ekologis pada integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak, program bangunan, konsep desain dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunan energi yang rendah, dengan diawali upaya perancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, fasad, orientasi bangunan, vegetasi, ventilasi alami, hingga warna. Ulasan di atas menunjukkan bahwa penerapan pendekatan desain membutuhkan pengolahan sistem bangunan secara keseluruhan. Dalam konteks arsitektur, pendekatan arsitektur ekologis memiliki prinsip – prinsip dasar perancangan antara lain; (1) Flutuation, dimana bangunan harus mencerminkan hubungan proses alami yang terjadi di lokasi dan bukan sebagai penyajian dari proses. Prinsip ini dikatakan terpenuhi ketika adanya interaksi manusia dengan lingkungan sekitarnya; (2) Stratification, dimana bangunan seharusnya muncul dari interaksi perbedaan bagian dan tingkat organisasi yang membiarkan kompleksitas untuk diolah secara terpadu; (3) Interdependence, yang menyatakan bahwa hubungan bangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik yang berkelanjutan sepanjang umur bangunan tersebut (Frick, 2007) Urgensi dari penggunaan arsitektur ekologis sebagai metode penyelesaian isu pada obyek rancang bangun adalah untuk menjawab masalah – masalah yang timbul dari adanya fasilitas pengembangan, khususnya yang berkaitan langsung dengan aspek lingkungan. Isu lingkungan yang timbul adalah imbas dari aktivitas dan padatnya rangkaian fasilitas yang dibutuhkan dalam kawasan obyek rancang bangun, untuk memenuhi fungsi utamanya sebagai fasilitas pengembangan. Isu lingkungan yang timbul misalnya isu penggunaan energi yang muncul akibat adanya fasilitas

Upload: others

Post on 22-Mar-2022

18 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

______________________________________________________________________11

PENERAPANARSITEKTUREKOLOGISPADAFASILITASPENGEMBANGANBATUMULIADIPURBALINGGA

RyandikaWiraAldyno,MadeSuastika,EdiPramonoSinggihProdiArsitekturFakultasTeknikUniversitasSebelasMaretSurakarta

[email protected]

Abstrak Arsitektur ekologis adalah metode perancangan yang melibatkan pengolahan sistem bangunansecara menyeluruh. Arsitektur ekologis menggunakan prinsip sinergi antara bangunan dan alam dengantujuan menciptakan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Fasilitas pengembangan di Purbalinggadirancang dengan konsep kawasan terpadu yang terdiri dari berbagai komponen bangunan yang berkaitansatu sama lain dan mewadahi aktivitas terkait pengembangan batu mulia, mulai dari penambangan,pengolahan,penjualanhinggapameran.Untukmenjembatanikonseprancangantersebut,dibutuhkansuatupendekatanyangmampumencakupisudalamkawasansecaratotaldenganberkiblatpadakonsepbangunanramahlingkungan.Konsepramahlingkungantersebutdibutuhkanuntukmeminimalisirdampaknegatif.Makadipilihlah pendekatan arsitektur ekologis sebagai prinsip desain.Metode penelitian yang digunakan adalahpenelitianaplikatifyangdimulaidariperumusangagasanawaldengandidukungolehkajiandatamendalam,kemudiandisimpulkanmenjadiacuandalamanalisisperancangan.Berdasarkanhasilanalisis tersebutmakaakandiperolehbentukaplikasiprinsipekologispadafasilitas.Contohnyapenggunaanteknologipenghematanenergi,konfigurasibentukbangunanmeliputibukaan,warnadanmassa,pemilihanmaterialbangunanramahlingkungan,sertakonservasilingkungan.

Katakunci:ArsitekturEkologis,metodeperancangan,ramahlingkungan,pengembangan

1.PENDAHULUANArsitekturekologisdidefinisikansebagaidesainbioklimatik,desaindenganmempertimbangkan

iklim lokal dan desain hemat energy (Yeang, 2008). menekankan desain arsitektur ekologis padaintegrasikondisiekologisetempat,iklimmakrodanmikro,kondisitapak,programbangunan,konsepdesaindansistemyang tanggappada iklim,penggunanenergiyang rendah,dengandiawaliupayaperancangan secara pasif dengan mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, fasad, orientasibangunan, vegetasi, ventilasi alami, hinggawarna.Ulasan di atasmenunjukkan bahwa penerapanpendekatandesainmembutuhkanpengolahansistembangunansecarakeseluruhan.

Dalam konteks arsitektur, pendekatan arsitektur ekologis memiliki prinsip – prinsip dasarperancangan antara lain; (1) Flutuation, dimana bangunan harusmencerminkan hubungan prosesalamiyangterjadidilokasidanbukansebagaipenyajiandariproses.Prinsipinidikatakanterpenuhiketikaadanya interaksimanusiadenganlingkungansekitarnya;(2)Stratification,dimanabangunanseharusnya muncul dari interaksi perbedaan bagian dan tingkat organisasi yang membiarkankompleksitasuntukdiolahsecaraterpadu;(3)Interdependence,yangmenyatakanbahwahubunganbangunan dengan bagiannya adalah hubungan timbal balik yang berkelanjutan sepanjang umurbangunantersebut(Frick,2007)

Urgensi dari penggunaan arsitektur ekologis sebagai metode penyelesaian isu pada obyekrancang bangun adalah untuk menjawab masalah – masalah yang timbul dari adanya fasilitaspengembangan,khususnyayangberkaitan langsungdenganaspek lingkungan. Isu lingkunganyangtimbuladalahimbasdariaktivitasdanpadatnyarangkaianfasilitasyangdibutuhkandalamkawasanobyek rancang bangun, untuk memenuhi fungsi utamanya sebagai fasilitas pengembangan. Isulingkungan yang timbul misalnya isu penggunaan energi yang muncul akibat adanya fasilitas

Page 2: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

12

produksi.Fasilitasmelibatkanpenggunaankomponenproduksiyangbanyaksehinggaberujungpadapenggunaanenergiyangbanyakpula.Selainisuenergi,jugaadaisulimbahprosesproduksidimanadikhawatirkan limbah tersebut akanmerusak siklus alam di lingkungan kawasan. Isu lainnya yangmuncul yaitu kemungkinan akan dampak negatif pencemaran lingkungan terhadap bentang alam,karenakawasandirencanakandibangundidekatsungaibesaryaituSungaiKlawing,danberbagaiisuterkait lingkungan.Dapatdisimpulkan,urgensidariarsitekturekologisadalahsebagaisolusiutamayang paling sesuai dengan isu perancangan obyek rancang bangun, dengan tujuan untukmenciptakankawasanpengembanganyangmampubersinergidenganlingkunganalam.

Untukdapatmengaplikasikanarsitekturekologissebagaisolusiperancangansecaratepat,makadilakukan kajian definisi dan esensi dari obyek rancang bangun tersebut. Definisi fasilitas adalahsegala sesuatu yang berupa benda maupun uang yang dapat memudahkan serta memperlancarpelaksanaan suatu usaha tertentu (Ariyanto, 2005). Sedangkan batu mulia adalah segala jenisbatuan, mineral dan bahan alam lainnya termasuk beberapa jenis bahan organik yang setelahdiproses dengan sentuhan teknologi memiliki keindahan dan ketahanan yang mencukupi untukdijadikansebagaibatupermata(Sujatmiko,2014).Makadapatdisimpulkan,fasilitaspengembanganbatu mulia adalah suatu konsep kawasan terpadu yang bertujuan menjadi wadah utama segalabentukaktivitasterkaitusahapengembanganpotensibatumuliaIndonesia.Fasilitasmemadukan4aktivitas utama dalam konsep pengembangan batu mulia antara lain penambangan, pengolahan,penjualandanpameranproduk.Demimewadahiaktivitastersebut,kawasaninidilengkapidengan4bangunan vital yang masing – masing mewakili 4 jenis aktivitas utama. Bangunan tersebut yaitugedung komersil (menangani penjualan), gedung workshop (menangani produksi), bangunantambang (menangani penambangan), dan gedung gallery (menangani pameran dan ekshibisi).Keempatfasilitasutamatersebutdidukungjugadenganfasilitaspenunjangdidalamkawasan.

Selain itu, konsep kawasan pengembangan juga dipadukan dengan konsep destinasi wisataberbasis edukasi. Sebelumnya, definisi destinasiwisata adalah suatu kawasan spesifik yang dipiliholeh seseorang pengunjung, ia dapat tinggal selama waktu tertentu (Hadinoto, 1996). Tujuanperpaduankonsepadalahuntukmengemasaktivitaspengembanganmenjadibentukyanglebihbisaditerimamasyarakat awam. Dengan begitu, target cakupan pengguna tidak hanya sebatas pegiatbatumuliasaja,namunjugamencakupmasyarakatyangtertarikdenganwawasanseputarpotensibatumuliatersebut.

Prospek dari keberadaan obyek rancang bangun akan membawa dampak positif baik untukpemerintahmaupunmasyarakatlokal,denganmembantumeningkatkanaspekperekonomianlokaldanwisatadanjugapenyediaanlapangankerja.Efekjangkapanjangdarikeberadaanobyekrancangbangun adalah inovasi dan penemuan-penemuan baru terkait batu mulia Indonesia danpengembangannya.

Pendekatanarsitekturekologisyangdigunakansebagaimetodepemecahan isuharusmampubersinergidenganaspekketahanandankeberlangsungan(sustainability–durability)obyekrancangbanguntersebut.Aspeksustainability–durabilitymeliputikondisidansyaratbangunanyangharusdipenuhi untukmeciptakan bangunan yang berfungsi sebagaimanamestinya dan tahan terhadapfaktor degradatif. Arsitektur ekologis akan diaplikasikan kedalam kondisi dan syarat bangunantersebut sebagai pedoman inti pelaksanaan. Kondisi tersebut antara lain seperti kondisi obyekperancangan yaitu terkait penyediaan batu mulia, kondisi utuilitas bangunan dimana terdapatpenerapan sistempenghawaan dan pencahayaan hemat energi, sistempengolahan limbah ramahlingkungan, dan sistem energi terbarukan, hingga kondisi struktur bangunan yang menggunakanstrukturbangunanhijau.

Daripenjabaranmengenaiurgensiarsitekturekologis sebagaimetodepenyelesaian isuobyekrancangbangun,esensidanprospekobyekrancangbangun,hinggaaspeksustainability–durabilitynya, maka timbul konsekuensi korelatif sebagai kebutuhan yang muncul atas respon dari isu.Konsekuensiberupawujudaplikasidariaplikasiarsitekturekologiskedalamobyekrancangbangunantaralaindenganmengutamakanpenghematanenergi,kenyamanandankesehatanpenghuninya,pemilihan material yang bisa didaur ulang atau mudah diperbaharui, pengelolaan sumber daya

Page 3: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

RyandikaWiraAldyno,MadeSuastika,EdiPramonoSinggih/JurnalSENTHONG2019

13

secara efisien, penggunaan bukaan yang optimal, orientasi bangunan hingga penanaman vegetasisebagaielemenpembersihudara.

2.METODEPENELITIANArsitektur ekologis tidakmenentukan yang seharusnya terjadi dalam arsitektur, karena tidak

ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku. Namun arsitektur ekologismencakup keselarasan antara manusia dan alam. Menurut jurnal Batangkuis Eco WaterfrontIntegrated Hotel bertema arsitektur ekologis oleh M.Irfan Meianda Putra Hamid, Heinz Frickmemaparkan bangunan disebut ekologis apabila sudahmampumemenuhi syarat – syarat berikutini;(1)Mengupayakanterpeliharanyasumberdayaalam,membantumengurangidampakyanglebihparahdaripemanasanglobal,melaluipemahamanperilakualam;(2)Mengelolatanah,airdanudarauntukmenjaminkeberlangsungansiklus-siklusekosistimdidalamnya;(3)Pemikirandankeputusandilakukan secaraholistik,dankontekstual; (4)Perancangandilakukan secara teknisdan ilmiah; (5)Menciptakan kenyamanan bagi penghuni secara fisik, sosial dan ekonomi melalui sistem-sistemdalam bangunan yang selaras dengan alam, dan lingkungan sekitarnya; (6) Penggunaan sistem-sistembangunanyanghematenergi,diutamakanpenggunaansistem-sistempasif(alamiah),selarasdenganiklimsetempat,danmenggunakanpotensisetempat;(7)Penggunaanmaterialyangekologis,mudahdiperbaharui,sesuaiiklimlokal,danhematenergimulaipengambilandarialamsampaipadapenggunaan pada bangunan dan memungkinkan untuk didaur ulang; (8) Meminimalisir dampaknegatif pada alam, baik dampak dari limbah maupun aktivitas yang dinaungi; (9) Meningkatkanpenyerapan gas buang (CO2) denganmemperluas danmelestarikan vegetasi dan habitat mahlukhidup; (10)Menggunakan teknologiyangmempertimbangkannilai-nilaiekologi; (11)Menujupadasuatuperancanganbangunanyangberkelanjutan.

Berdasarkan kajian dan analisa arsitektur ekologis tersebut, diperoleh aspek – aspek penting

yangperluditerapkanpadaperancanganfasilitaspengembangandemimewujudkanbangunanyangsesuai dengan prinsip ekologis. Aspek – aspek desain tersebut disimpulkan berdasarkan berbagaiteori yang serupa dan ditarik intisarinya. Aspek tersebut antara lain; (1) penghematan energi danpenggunaanteknologienergiterbarukan;(2)Konfigurasibentukbangunan,bukaan,danwarna;(3)Pemilihanmaterialbangunan;(4)Konservasilingkungan.

3.HASILDANPEMBAHASAN

Berdasarkan tinjauan data dan analisis, maka penerapan prinsip arsitektur ekologis padaperancangan fasilitas pengembanganmengatur beberapa aspek desain,mulai dari pemilihan site,pengolahansite,penzoninganbangunandalamkawasan,konfigurasibangunan,pemilihanmaterialdanwarna,hinggasistemutilitasbangunan.Namununtukmencegahpelebaranpembahasan,makapaparanmengenaiaplikasiprinsipdesainekologistersebutakandikelompokkanmenjadi4kategorisesuaidenganyangdijelaskansebelumnya.4kategoritersebutantaralain:a. PenghematanEnergi

Aspek penghematan energi adalah salah satu upaya untuk semaksimal mungkinmemanfaatkan potensi sumber energi terbarukan yang tersedia di alam, sebagai penunjangfungsi bangunan dan aktivitas. Perancangan melibatkan banyak fungsi bangunan yangdikhawatirkan akan berdampak pada penggunaan energi yang berlebihan, maka sebagaisolusinya, digunakan komponen teknologi penyuplai energi terbarukan untuk mereduksikonsumsienergipadatiapbangunan.Komponenteknologiyangdigunakanseperti:PanelSurya(PhotoVoltaicPanel)

Panelsuryaadalahbentukaplikasiperangkathematenergiyangpalingbanyakdigunakankarenainstalasinyayangmudah.Padaperancangankawasanpengembangan,tiapunitfasilitasvitaldanpenunjangdilengkapidenganpanelsuryapadaatapsesuaidengankebutuhanmasing

Page 4: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

14

– masing bangunan. Jenis panel surya yang digunakan pada fasilitas adalah jenismonocrystallinesilliconeyangmampumenghasilkansampai38voltperunit.(lihatgambar1)

Gambar1.Jenispanelsuryayangdigunakanpadafasilitaspengembangan

Untuk mengkonversikan energi panas yang diperoleh menjadi energi listrik yang bisa

digunakan,dibutuhkankomponensistematisyangmemungkinkanuntukdiaplikasikankesetiapbangunandalamkawasan ini. Berikut adalah skema sistempanel surya yangdigunakanpadatiapbangunan:

Gambar2.Skemasistemkonversienergipadapanelsurya

Hampirseluruhbangunanpadakawasanpengembanganmenggunakanpanelsurya,kecuali

bangunan yang beban listriknya tidak terlalu besar. Jumlah unit panel surya yang digunakanpadatiapbangunandisesuaikandengankebutuhanenergi.(lihatgambar3).

Gambar3.Aplikasipanelsuryapadabangunandikawasanpengembangan

TurbinAngin

Turbin angin digunakan sebagai penyuplai energi pada fasilitas karena terdapat potensianginyangcukupdisekitarsite.Jenisturbinanginyangdigunakanpadakawasanadalahjenisturbinanginsumbuhorizontal(TASH)sebanyak4unit.(lihatgambar4)

Baterai

ModulPanelSurya

Aplikasimodulpanelsurya

padabangunanservis.Setiap

modulmenghasilkantegangankeitar38Voltpada

kondisinormal.

Untukbiasdigunakansebagaitenagalistrik,energypanassuryayangditerimadialirkanmenujuinverteruntukdibalikarusnya,

kemudiansebagianditampungdibaterai,sebgainadidistribusikankebangunanmenggunakankontroler.

GedungKomersil KantorPengelola Restoran Galeri GedungWorkshopGedungKomersil

Page 5: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

RyandikaWiraAldyno,MadeSuastika,EdiPramonoSinggih/JurnalSENTHONG2019

15

Gambar4.Jenisturbinanginyangdigunakanpadakawasanpengembangan

4 unit turbin angin dipasang di sisi Selatan site yang berbatasan langsung dengan sungai

(waterfront) dimana angin cukup kencang berhembus. Setiap unitmampumenyuplai energimaksimal 2000 Kw. Sistem yang digunakan untuk mengkonversi energi pada turbin anginberbedadenganpanelsurya,berikutadalahskemasistemyangdigunakanpadaturbinangin.(lihatgambar5)

Gambar5.Skemasistemturbinangin

Karenapemasanganyangcukupsulit,instalasiunitturbinangindibatasihanya4buahsaja,

dipasangsepanjangareawaterfront.Listrikyangdihasilkandidistribusikankebangunanservisuntuk kemudian di bagi – bagi berdasarkan kebutuhan dalam keseluruhan kawasan. (lihatgambar6)

Gambar6.Letakinstalasiturbinanginpadawaterfrontkawasan

b. Konfigurasibentukbangunan,bukaan,danwarna.

Konfigurasibentukbangunanadalahmetodeperancangan ramah lingkunganyangbersifatpasif karena mengutamakan manfaat secara tidak langsung. Berikut adalah poin – poinperancangan konfigurasi bangunan ekologis yang diaplikasikan kedalam desain fasilitaspengembanganini:BentukBangunan

Seluruhunit fasilitasdalamkawasanpengembanganmenggunakanolahmassageometrisyang cenderung sederhana. Bentuk dasar yang diambil adalah persegi atau persegi panjangdengan beberapa pengurangan atau penambahan. Tujuan pemilihan bentuk dasar persegi

Anginmenggerakanbaling–balingdan

menghasilkanenergykinetik

Energigerakdikonversikanmenjadienergy

listrikpadadinamo

Energilistrikyangdihasilkan

ditampungsebagiandiunitbaterai

Energilisrikyangdihasilkan

didistribusikankebangunan.

Turbinangininiterdiridariduakomponen,yaitumodulkincirangin,dandinamoyangmengubahenergigerakmenjadilistrik.

TurbinAngin

Dinamo

Unit1

Unit2Unit3

Unit4

Page 6: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

16

adalah untuk menciptakan penataan massa terhadap lansekap secara optimal. Pemilihanbentuk yang sederhana juga dapatmembuat peruangan di dalamnya lebih efisien, tidak adaruangyangterbuang.Haltersebutmerupakanaplikasiprinsipefisiensiekologis.Berikutadalahcontohgubahanmassasalahsatubangunandalamkawasanfasilitas:

Gambar7.Gubahanmassabangunankomersialpadakawasanpengembangan

Proses gubahan masa di atas diambil dari gubahan massa fasilitas komersil. Bentuk

gubahan massa yang sederhana tersebut mempermudah dalam pengolahan tata ruang danmeningkatkanefisiensi struktur, karena tidakperlumenggunakan sistemstruktur yang rumit.Berikutadalahcontohbentukfinal4bangunanvitaldikawasanpengembangan:

Gambar8.Bentukmassa4bangunanvitaldikawasanpengembangan

BukaanBangunan

Jenis bukaan seperti ventilasi silang digunakan pada bangunan pengembangan, karenaventilasi silang mampu membuat sirkulasi udara di dalam ruang lebih lancar. Semua unitfasilitas baik bangunan vital maupun penunjang pada kawasan, menggunakan bukaan lebarpada tiap fasad untuk memaksimalkan penggunaan pencahayaan dan penghawaan alami.Berikutadalahcontohaplikasibukaanbangunanpadabeberapaunitfasilitas:

Gambar9.Penggunaanventilasisilangdanbukaanbangunansecaramaksimal

Untukmengantisipasisinaratausilauyangberlebihan,makauntukbukaandenganbentang

lebar yangmenghadap Timur atau Barat diaplikasikan secondary skin yang terbuat dari kayubekas atau bambu belah yang mudah ditemukan di sekitar obyek rancang bangun. Untukmemberinilaiestetika,secondaryskindiukirdenganberbagaimotifukirantradisional.

Galeri GedungKomersil

GedungWorkshop

BangunanTambang

Fasaddidominasiolehkomponenbukaansepertijendelakacadanbouvenlightuntukmemanfaatkanpenncahayaan&penghawaanalami

Ventilasisilangdigunakanuntukmembuatsirkulasiudaraalamidialam

ruanganlebihlancer.

Page 7: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

RyandikaWiraAldyno,MadeSuastika,EdiPramonoSinggih/JurnalSENTHONG2019

17

Gambar10.Contohsecondaryskinyangdigunakanpadabangunangallerydankantorpengelola

Pemilihanwarna

Meskipun terkesan sepele namun warna bangunan berpengaruh secara tidak langsungpada pengkondisian ruang dan temperatur, yang berarti berpengaruh juga pada penggunaanenergi.Warnaberpengaruhpadakemampuanbangunanuntukmenangkapdanmelepaspanasakibatpaparanmatahari.Semakintinggiskalawarnannya(skala1adalahputih,skala0adalahhitam), maka semakin mudah bangunan melepaskan panas yang diterima. Maka setiapbangunanpadakawasanmengaplikasikanpilihanwarna terang sebagai elemeneksteriordaninteriornya.Contohadalahsebagaiberikut:

Gambar11Pemilihanwarnabangunanyangterangsebagaielemeneksteriordaninterior.

Untuk menghindari kesan yang monoton, maka seluruh bangunan mengaplikasikan

kombinasi warna aksen yang selaras dengan lingkungan, yaitu warna kayu (coklat). Warnacoklat adalah warna yang memiliki hubungan dekat dengan alam selain warna hijau. Makawarna coklat digunakan sebagaiwarna aksen khususnyapada fasadbangunan. (lihat gambar12)

Gambar12Pemakaianwarnaaksenalampadafasadbangunanuntukmenghilangkankemonotonan.

c. MaterialBangunan

Pemilihanmaterial bangunan yang ramah lingkungan termasuk kedalamprinsip bangunanekologismenurutHeinzFrick,sehinggapenerapanmaterialramahlingkunganmenjadipenting

Aksenwarnakayu

Secondaryskindibuatmenggunakanmaterialkayubekasyangdiolahkembali.Penggunaanmotiftradisionaluntukmemberinilailokalitas2.7m

6.3m

Penggunaanpapankayubekasyangdiolahkembaliuntuk

secondaryskinkantorpengelola

Warnaabuabudanputihdigunakansebagaielemenwarnadominanpadafasad.

Page 8: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

18

dalam perancangan ini. Berikut adalah tabel penggolonganmaterial bangunan ekologis sertamaterialterpilihyangdigunakandalamfasilitas:

Tabel1Tabelklasifikasimaterialbangunanekologisbesertaaplikasinyapadadesainfasilitaspengembangan

KategoriMaterialBangunanEkologis ContohMaterial Materialyang

Digunakan AplikasiPadaDesain

“Bahanbangunanregeneratif”

(Mengacupadamaterialbangunanyangyang

terbarukan)

Kayu,Rotan,Rumbia,Alang–alang,Bambu,

danlain–lain

1. Kayubekas2. Ijuk3. Bambu

“BahanBangunanalamyangdapatdigunakan

kembali”(bahanbangunanyangtidakdapatdibuatlaginamunbisadigunakan

berkalikali)

Tanah,tanahliat,lempung,tras,kapur,batukali,batualam

1. Batukali

“Bahanbangunandaurulang”

(Mengacupadabahanbangunanyangdidapatdaripengolahanulanglimbahtakterpakai)

Serbukkayu,kaca,potonganbahansintetis,seng.

1. Kacadaurulang2. Serbukkayupadat

“Bahanalamyangmengalamitransformasi”(Mengacupadabahanbangunanalamyangdiolahdandisediakansecaraindustrial)

Batubatamerah,gentingtanahliat.

1. Batubataringan2. Batubatamerah3. Gentingtanahliat

“Bahankomposit”(Mengacupadabahanbangunanyangsudahmenjadisatukesatuantidakbiasdipisahsatu

samalain)

Platbaja,beton,platsemen,perekat.

1. Platsemen2. Beton

d. KonservasiLingkungan

Pada perancangan fasilitas pengembangan batu mulia, konservasi lingkungan dilakukandengan mengganti lingkungan hidup yang hilang sebisa mungkin akibat keberadaan obyekrancang bangun. Bentuk penerapan prinsip konservasi pada desain antara lain dengan cara

Aplikasikayubekaspadasecondaryskin.Ijukdigunakansebagaimaterialatapgazebo.Bambudigunakansebagaiinstalasipeneduhdiwaterfront.Batukalidigunakanpadapondasiseluruhbangunandifasilitasini

Serbukkayupadatdigunakanuntukmembuataksenfasad.

Bukaankacapadatiapbangunanmenggunakankacadaurulang

Batamerahdigunakansebagaimaterialgreenroof&lansekapBataringandigunakanuntukmaterialdindingbangunanGentingtanahliatdigunakanuntukmaterialatapbeberapaunitbangunanPlatsemendigunakanpadalantaidanpelapisdindingPlatbetondigunakansebagaiterowonganaksespedestrian

Page 9: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

RyandikaWiraAldyno,MadeSuastika,EdiPramonoSinggih/JurnalSENTHONG2019

19

menggunakan teknologi atap green roof yang memungkinkan adanya vegetasi di atasbangunan.Tujuanutamapenggunaangreenroof iniadalahuntukmenggantikanarearesapanhijau(rumput)padasiteyanghilangakibatbangunan.Greenroofdiaplikasikanpadabeberapabangunan vital yang memungkinkan seperti gedung komersil dan pengelola dan beberapabangunanpenunjangsepertirestoran.(lihatgambar13)

Gambar13Aplikasigreenroofsebagaipenggantiruangterbukahijauyanghilang

Selain aplikasi green roof, fasilitas pengembangan juga menggunakan jenis vegetasi

sebanyak mungkin di seluruh lansekap perancangan dengan tetap menyesuaikan fungsi dankebutuhan.Sebagairespondari lahanuntukvegetasiyangberkurang, fasilitaspengembanganmengaplikasikan vertical garden di beberapa titik fasilitas. Vertical gardenmampu mewakilifungsivegetasiyanghilangdengantetapmengutamakanefisiensiruang.(lihatgambar14)

Gambar14Penambahankuantitasvegetasilansekapdanaplikasiverticalgarden

Dari proses perancangan serta proses aplikasi prinsip desain arsitektur ekologis yang sudah

dilakukan,makamenghasilkanrancanganfasilitaspengembanganpotensibatumuliadiPurbalinggayangmampumemfasilitasisegalakegiatanpenggunadidalamnyasebagaiberik ut.Lokasi :JalanKalikajar,KelurahanBancar,KabupatenPurbalingga,JawaTengah.LuasLahan :±35.721m2LuasBangunan :±7012m2

Gambar15

Gambarperspektifdansituasikawasan

Lapisangreenroof:1. Mediatanam2. Filter3. Lapisandrainase4. Lapisanantikelembaban5. Lapisanatap

Vegetasilansekap

Verticalgarden

Page 10: SENTH PENERAPAN ARSITEKTUR EKOLOGIS PADA FASILITAS

SENTHONG,Vol.2,No.1,Januari2019

20

Gambar16Gambarperspektifeksteriorbangunan

4.KESIMPULANDANSARAN

Berdasarkan penelitian menggunakan acuan teori arsitektur ekologis milik Heinz Frick, makadiperoleh 4 aspek aplikasi prinsip arsitektur ekologis yang dapat diterapkan pada desain fasilitaspengembangan, antara lain penggunaan teknologi energi terbarukan, konfigurasi bangunan,penggunaanmaterialramahlingkungan,dankonservasilingkungan.

Daripenerapankeempataspekaplikasitersebut,terwujudlahdesainyangsesuaidenganprinsiparsitektur ekologis yang mampu menjalankan fungsi utama, sebagai berikut; (1) Penggunaanteknologi penghasil energi terbarukan sebagai penyuplai cadangan energi yang dibutuhkan olehfasilitas pengembangan batu mulia. Teknologi tersebut adalah panel surya dan turbin angin; (2)Pengkonfigurasianbangunan yangmeliputi aspek gubahanmassa yang efisien, pemberianbukaanpada fasad secara optimal untuk membantu pengkondisian ruang secara alami, dan penggunaanwarnaputihdanwarnateranglainsebagaiwarnabangunanuntukmembantumelepasthermal;(3)Menggunakanmaterial ramah lingkungan yangmudah didapat, hasil daur ulang, dan bisa didaurulangsepertibatubataringan,gentingtanahliat,kacadaurulang,hinggakayubekas;(4)Melakukankonservasilingkunganuntukmembantumerestorasikealamianlingkunganpadatapakperancanganyang hilang, seperti menggantikan ruang terbuka hijau dengan green roof, dan meningkatkankuantitasvegetasifungsionaldilansekapfasilitas.

Denganaplikasiaspek–aspekarsitekturekologisdiatas,diharapkanmampumembantudalammenjawabisulingkunganyangmunculsertamampumefungsibangunanyangramahlingkungandanmampumenjagakelestarianalamsekitar.

REFERENSI

Ariyanto.(2005).EkonomiPariwisata.Jakarta:PenerbitRinekaCipta.Frick,H.(2007).Dasar-dasarArsitekturEkologi.Semarang:PenerbitKansius.Hadinoto.(1996).PerencanaanPengembanganDestinasiPariwisata.Jakarta:UIPress.Sujatmiko,J.(2014).KemilauBatuCincin:PlusKhasiat,Mitos,Misteri,danLegendanya.Yogyakarta:

KameaPustaka.Yeang,K.(2008).Ecodesign:AManualforEcologicalDesign.London:Wiley.Undang-undangNomor26Tahun2007tentangPenataanRuangPurbalingga