semua jenis massa ovarium dapat menjadi penyulit dalam kehamilan

2
Semua jenis massa ovarium dapat menjadi penyulit dalam kehamilan. Insiden tumor dan kista bervariasi sesuai kelompok usia yang diteliti, serta pemakaian sonografi rutin selama kehamilan. Katz dkk (1993) mendapat kan insiden rata-rata massa adneksa sebesar 1 dalam 200 kehamilan. Whitecar dkk. (1999) melaporkan insiden rata-rata massa yang memerlukan laparatomi sebesar 1 dalam 1300 kehamilan. Koonings dkk. (1988) melaporkan adanya satu neoplasma adneksa untuk setiap 197 seksio sesarea. Tumor ovarium yang tersering adalah tumor kistik. Whitecar dkk. (1999) melaporkan 130 kasus massa adneksa yang didiagnosis selama kehamilan, 30 % adalah teratoma kistik, 28% kistaadenoma serosa atau musinosa, 13% kista korpus luteum, 7% lainnya adalah kista jinak. Menurut Comerci dkk. (1994), separuh dari 27 teratoma kistik matang selama kehamilan dijumpai saat seksio sesarea. 1 USG merupakan modalitas utama yang digunakan untuk mendeteksi massa ovarium dan untuk menilai risiko keganasan. Tumot marker digunakan untuk memantau status penyakit paska pengobatan daripada menegakkan diagnosis karena dapat meningkat karena kehamilan itu sendiri. Penyulit paling sering dan paling serius dari kista ovarium jinak selama masa kehamilan ialah torsio. Torsio menjadi penyulit pada 5 persen dari 130 massa adneksa. Torsio paling sering terjadi pada trimester pertama, dan dapat menyebabkan rupture kista ke dalam rongga peritoneum. Rupture kista juga dapat terjadi saat persalinan atau pelahiran secara bedah. Apabila menghambat panggul tumor dapat menjadi rupture uteri. 1,2

Upload: ongen-achilles

Post on 01-Feb-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

123

TRANSCRIPT

Page 1: Semua Jenis Massa Ovarium Dapat Menjadi Penyulit Dalam Kehamilan

Semua jenis massa ovarium dapat menjadi penyulit dalam kehamilan. Insiden tumor dan

kista bervariasi sesuai kelompok usia yang diteliti, serta pemakaian sonografi rutin selama

kehamilan. Katz dkk (1993) mendapat kan insiden rata-rata massa adneksa sebesar 1 dalam 200

kehamilan. Whitecar dkk. (1999) melaporkan insiden rata-rata massa yang memerlukan

laparatomi sebesar 1 dalam 1300 kehamilan. Koonings dkk. (1988) melaporkan adanya satu

neoplasma adneksa untuk setiap 197 seksio sesarea. Tumor ovarium yang tersering adalah tumor

kistik. Whitecar dkk. (1999) melaporkan 130 kasus massa adneksa yang didiagnosis selama

kehamilan, 30 % adalah teratoma kistik, 28% kistaadenoma serosa atau musinosa, 13% kista

korpus luteum, 7% lainnya adalah kista jinak. Menurut Comerci dkk. (1994), separuh dari 27

teratoma kistik matang selama kehamilan dijumpai saat seksio sesarea.1

USG merupakan modalitas utama yang digunakan untuk mendeteksi massa ovarium dan

untuk menilai risiko keganasan. Tumot marker digunakan untuk memantau status penyakit paska

pengobatan daripada menegakkan diagnosis karena dapat meningkat karena kehamilan itu

sendiri. Penyulit paling sering dan paling serius dari kista ovarium jinak selama masa kehamilan

ialah torsio. Torsio menjadi penyulit pada 5 persen dari 130 massa adneksa. Torsio paling sering

terjadi pada trimester pertama, dan dapat menyebabkan rupture kista ke dalam rongga

peritoneum. Rupture kista juga dapat terjadi saat persalinan atau pelahiran secara bedah. Apabila

menghambat panggul tumor dapat menjadi rupture uteri.1,2

Intervensi bedah dilakukan pada tumor yang besar atau yang menimbulkan gejala atau yang

mengarah ke suatu keganasan pada tes pencitraan. Tindakan bedah konservatif diindikasikan

untuk tumor jinak dan tumor ovarium borderline sedangkan yang lebih agresif diindikasikan

untuk yang tumor ovarium yang ganas dan untuk menentukan staging dari tumor itu sendiri.2