seminar tugas akhir juni 2015digilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/poltekkessby... · 2019. 2....
TRANSCRIPT
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
1
ORBITAL SHAKING INCUBATOR BERBASIS MIKROKONTROLLER
ATMEGA 8535
Rossy Tiara Vadiska1, I Dewa Gede Hari Wisana2 , M.Ridha Mak’ruf3
ABSTRAK
Orbital Shaking Incubator adalah alat untuk mengocok suatu sampel yang
memerlukan temperatur dan kecepatan. Alat ini dibutuhkan dalam melakukan
pengembangbiakan mikroorganisme. Prinsip kerja alat ini adalah inkubasi mikroorganisme
pada kondisi tertentu dengan pengocokan dimana nutrient tersebar secara efektif sehingga
pertumbuhan mikroba merata.
Penelitian dan pembuatan modul ini menggunakan metode pre-eksperimental
dengan jenis penelitian “One group Post Test Design” yaitu untuk mengukur suhu dan
kecepatan putar alat. Sehingga penulis hanya melihat hasil tanpa mengukur keadaan
sebelumnya.
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan nilai error sebesar 0,7%
pada pengukuran suhu 37°C terhadap alat pembanding. Dalam pengukuran kecepatan putar
motor atau RPM diperoleh error sebesar 3.13% pada 150 RPM dan error sebesar 3,7% pada
200 RPM. Sedangkan untuk timer 2 jam diperoleh error sebesar 0,081% dan 3 jam diperoleh
error sebesar 0,078%.
Kata Kunci: inkubasi, mikroorganisme, RPM, timer
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikrobiologi adalah salah satu cabang
ilmu dari biologi yang mempelajari tentang
organisme yang mikroskopik yakni
meliputi bakteri, virus, fungi, alga dan
protozoa. Dalam penelitian
mikroorganisme untuk bekerja pada skala
laboratorium tentu diperlukan alat-alat
laboratorium yang mendukung penelitian
tersebut. Orbital Shaking Incubator atau
shaker incubator adalah alat untuk
mengocok suatu sampel yang memerlukan
temperatur dan kecepatan putar tertentu.
Alat ini dibutuhkan dalam melakukan
pengembangbiakan mikro- organisme.
Dalam pengembangbiakan
mikroorganisme sampel harus melalui
proses homogenisasi serta inkubasi yang
berlangsung secara bersamaan. Proses
homogenisasi adalah cara agar
mikroorganisme atau mikroba memiliki
akses yang lebih baik untuk penyerapan
nutrisi dalam media biakan dan dalam
proses metabolisme. Homogenisasi atau
pengocokan ini akan bergerak secara
orbital. Sedangkan untuk inkubasi
digunakan karena suhu dapat
mempengaruhi pola pertumbuhan dan
jumlah total pertumbuhan mikroorganisme
dalam mempertahankan suhunya (Muchtadi
dan Betty, 1980).
Menurut pengamatan peneliti pernah
dibuat tugas akhir incubator shaker oleh
Fahmi Faisol (2010), pada alat tersebut
masih menggunakan sistim digital serta
tidak dilengkapi dengan setting timer
selama proses homogenisasi dan inkubasi. Di tahun (2013) Ma’rifatul Kholisatin
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
2
membuat tugas akhir orbital shaker, akan
tetapi pada alat ini hanya sebatas
pengocokan sampel dengan kecepatan putar
tertentu tanpa ada sistim inkubasi.
Berdasarkan hasil identifikasi masalah
diatas, maka penulis ingin merancang alat
Orbital Shaking Incubator Berbasis
Mikrokontroller ATMega 8535 sebagai
bahan Tugas Akhir yang akan lebih
bermanfaat khususnya dalam bidang
mikrobiologi.
1.2 Batasan Masalah 1.2.1 Suhu yang digunakan untuk inkubasi
adalah suhu optimum pertumbuhan
bakteri yakni 37°C.
1.2.2 Alat yang dibuat untuk sampel
bakteri yang memerlukan kecepatan
putar 150 dan 200 RPM
1.2.3 Setting timer yang dipakai adalah 2
jam dan 3 jam
1.2.4 Display suhu dan waktu
menggunakan LCD karakter 2x16
1.2.5 Pengocokan menggunakan 4 buah
erlenmeyer berukuran 25 ml
1.2.6 Pencampuran dikhususkan untuk
sampel bakteri media cair
1.2.7 Tidak menggunakan sampel bakteri
yang sesungguhnya
1.3 Rumusan Masalah Dapatkah dibuat alat Orbital Shaking
Incubator berbasis Mikrokontroller
ATMega 8535?
1.4 Tujuan 1.4.1 Tujuan Umum
Dibuatnya alat Orbital Shaking
Incubator berbasis Mikrokontroller
ATMega 8535.
1.4.2 Tujuan Khusus
1.4.2.1 Membuat rangkaian minimum
sistem mikrokontroller ATMega
8535 beserta program
1.4.2.2 Membuat rangkaian sensor suhu
LM 35
1.4.2.3 Membuat rangkaian driver heater
1.4.2.4 Membuat rangkaian driver motor
1.4.2.5 Membuat tampilan suhu dan timer
pada LCD karakter
1.4.2.6 Melakukan uji fungsi pada modul
yang telah dibuat
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa Politeknik
Kesehatan Kemenkes Surabaya Jurusan
Teknik Elektromedik di bidang peralatan
laboratorium.
1.5.2 Manfaat Praktis
Membantu mempermudah pengguna
dalam melakukan penelitian atau
pengerjaan khususnya pada laboratorium
mikrobiologi.
2. TEORI PENUNJANG
2.1 Orbital Shaking Incubator Orbital Shaking Incubator atau
Shaker Incubator berfungsi untuk
mengocok suatu campuran bahan
(nutrient/medium) dengan sampel yang
memerlukan temperatur dan kecepatan
(rpm), hal ini untuk memelihara biakan
mikroorganisme pada suhu optimum
dengan pengocokan sehingga inkubasi
menjadi efektif karena sel-sel
mikroorganisme dapat efektif menyerap
nutrient. Pengocokan berkaitan erat dengan
aerasi dan transfer oksigen dalam media.
Transfer oksigen dari udara ke permukaan
cairan media pertumbuhan harus dilakukan
secara kontinu untuk memenuhi kebutuhan
oksigen mikroba dalam kultur tersebut
(Rintis Manfaati, Universitas Diponegoro
Semarang, 2010).
Prinsip kerja alat ini inkubasi
mikroorganisme pada kondisi tertentu
dengan pengocokan dimana nutrient
tersebar secara efektif sehingga
pertumbuhan mikroba merata (Laporan
Mikrobiologi-Virologi Fakultas Farmasi
dan Sains Universitas Muhammadiyah
Prof.DR.Hamka,2012).
Gambar 2.1 Orbital Shaking Incubator
(Sumber: http://www.visionmicroscope.com/lab_equipments)
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
3
3. METODOLOGI
3.1 Diagram Mekanis Sistem
Gambar 3.1 Desain modul
3.2 Diagram Blok Sistem
Gambar 3.2 Diagram blok system
Program masuk ke IC
mikrokontroller ATMega 8535,
mikrokontroler mengatur semua
rangkaian. Pemilihan dilakukan untuk
memilih setting kecepatan dan waktu
sesuai kebutuhan. Suhu yang digunakan
dalam proses inkubasi disini sebesar
37°C. Saat enter ditekan maka heater dan
blower akan aktif, heater digunakan untuk
proses inkubasi sedangkan blower untuk
meratakan suhu inkubasi pada alat. Saat
sensor suhu mendeteksi suhu yang ada
dalam alat, maka ketika suhu tercapai
motor akan aktif dan timer berjalan.
Motor digunakan untuk
menggerakkan plate yang diatasnya
terdapat labu erlenmeyer yang berisi
sampel. Motor akan bekerja selama waktu
yang ditentukan. Ketika waktu habis,
maka buzzer akan berbunyi dan
menandakan bahwa proses homogenisasi
dan inkubasi telah selesai dan sampel siap
diambil.
3.3 Diagram Alir Proses/Program
Begin
Setting waktu dan
kecepatan
Blower On
Heater On
Suhu tercapai
Motor On
Timer On
Timer sesuai
setting
Buzzer On
End
No
Yes
No
Yes
Enter
Yes
No
Motor Off
Gambar 3.3 Diagram alir modul
Pada keadaan awal adalah setting
kecepatan motor dan timer. Saat enter
maka heater dan blower akan bekerja.
Ketika suhu tercapai 37°C maka motor
aktif dan timer berjalan sesuai setting
rpm dan timer sehingga akan tampil
pada LCD suhu dan timer yang
berjalan. Saat timer sesuai dengan
setting awal maka motor akan berhenti
serta buzzer berbunyi sebagai tanda
proses telah selesai.
3.4 Urutan Kegiatan 1. Mempelajari Literatur
2. Menentukan Topik
3. Menyusun latar belakang, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat
4. Membuat diagram mekanis,
diagram blok system dan diagram
alir proses/program
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
4
5. Menentukan rancangan penelitian,
variabel-variabel penelitian dan
definisi operasional
6. Menyusun proposal
7. Merancang rangkaian mekanik dan
rangkaian elektronik dalam bentuk
modul-modul
8. Menyatukan modul-modul
membentuk system modul
9. Menyatukan modul-modul dan
mengukur besaran-besaran fisis
yang diperlukan
10. Menghitung parameter-parameter
kinerja system
11. Membuat ulasan mengenai hasil-
hasil dari penelitian ini meliputi
kelebihan/kekuatan sampai dengan
kekurangan/kelemahan system
12. Menarik kesimpulan dan saran
untuk perbaikan sistem
13. Menyusun laporan karya tulis
ilmiah
4. PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Pembuatan
4.1.1 Modul Rangkaian ATmega 8535
dan Pengkondisi sinyal sensor
suhu LM35 Rangkaian ini adalah
mikrokontroller yang berfungsi untuk
mengatur jalannya sistem. Spesifikasi
yang diperlukan rangkaian ini adalah:
1. Tegangan yang dibutuhkan 5
VDC dan ground
2. Membutuhkan sambungan MISO,
MOSI, SCK, dan RESET untuk
dapat memprogram 8535
3. Membutuhkan tombol untuk
memilih program
4. Membutuhkan tegangan pada pin
Aref sebesar 1 volt
5. Membutuhkan display LCD untuk
menampilkan timer dan suhu
Jadi didapatkan rangkaian seperti gambar di
bawah ini:
C11 mikro
PB3
PC7
J4
PROGRAMMER
12345
PA7
R41K
PB7
PC
2
PC
6
VCC
PD5
R5R
SW3
ENTER
PB6
VCC
J2
LCD
1 2 3 4 5 6
PC
0 D1
DIODE
R2150
PA5
PA1
PC5
SW2
UP/DOWN
VCC
PD7
PA0
PA4
AREF
VCC
PB6
PB2
PB5
R1150
PB0
VCC
C210MF
VCC
PC2
PC6
PC0
PC
5
VCCJ9
supply
12
PC3
atmega8535
4
141516
2627
29
38
40
28
39
6
123
181920 21
22232425
5
789
10111213
3736353433323130
17
PB3(OC0/AIN1)
PD0(RXD)PD1(TXD)PD2(INT0)
PC4PC5
PC7(TOSC2)
PA2(ADC2)
PA0(ADC0)
PC6(TOSC1)
PA1(ADC1)
PB5(MOSI)
PB0(XCK/T0)PB1(T1)PB2(INT2/AIN0)
PD4(OC1B)PD5(OC1A)PD6(ICP) PD7(OC2)
PC0(SCL)PC1(SDA)
PC2PC3
PB4(SS)
PB6(MISO)PB7(SCK)RESETVCCGNDX-TALL2X-TALL1
PA3(ADC3)PA4(ADC4)PA5(ADC5)PA6(ADC6)PA7(ADC7)
AREFAGNDAVCC
PD3(INT1)
PB5
AREF
J3
LCD
1 2 3 4 5 6
PC
1
PC1
R3R
PC
4
PD6
D3
LED
PC
7
J1
LM 35
123
PA3
PA6
SW1RESET
PB4
R12
POT
PB8
PB7
PA2
VCC
PB1
PC4
R11
POT
PD4
Gambar 4.1 Gambar Rangkaian ATMEGA
8535
Langkah-langkah pengaturan/pengujian
yaitu:
1. Mengukur tegangan yang masuk ke
ic yaitu pada kaki 10 (vcc) dan 11
(ground)
2. Memasukkan program dan mengecek
pin yang digunakan untuk tombol
(portD.0-portD.1)
3. Mengatur kecerahan LCD dengan
mengatur multiturn
4. Mengatur tegangan pada pin
referensi ADC atmega8535 sebesar
1V
4.1.2. Modul Rangkaian Driver Motor
Spesifikasi modul rangkaian driver
motor yang diperlukan adalah:
1. Membutuhkan frekuensi PWM
sebagai pemicu rangkaian
2. Membutuhkan tegangan input 5 VDC
untuk input opto isolator dan 24
VDC untuk motor
Jadi didapatkan rangkaian seperti gambar di
bawah ini:
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
5
R122K
D1
DIODE
R6150
C1100uF
+24V
Q2NPN BCE
VCC
R2150
J4
PORTD.7
12
J1
MOTOR
12
R5150
+5V
SW
U2
555 new 1
2
3
45
6
7
8gnd
trg
output
rst
cntr
ltr
dscr
vcc
Q3NPN BCE
R4
1K
VCC
ISO1OPTO ISOLATOR-A
12
43
R3150
ISO2OPTO ISOLATOR-A_0
12
43
+5V
SW
J2
RESET
12
R7
1K
+5V
SW
C2103
Gambar 4.2 Rangkaian Driver Motor
Langkah-langkah pengaturan/pengujian
yaitu:
1. Mengukur gelombang output pada
portD.7 dengan osiloskop
Sinyal PWM 150 rpm :
Gambar 4.3 Hasil pengukuran
pwm 150rpm
= 75,68 %
= 3,81 Hz
Dengan frekuensi yang dipakai
adalah 3,81 Hz, maka akan didapat
periode :
T =
T = = 0,262s
Dari periode tersebut maka dapat
dihitung periode on dan off motor
dengan perhitungan :
Ttot = Ton + Toff
0,262 s = 0,198 + Toff
Toff = 0,262 – 0,198
= 0,064 s
Sinyal PWM 200 rpm :
Gambar 4.4 Hasil pengukuran
pwm 200rpm
Duty Cycle=
=
= 54,90 %
= 3,81 Hz
Dengan frekuensi yang dipakai
adalah 3,81 Hz, maka akan didapat
periode :
T =
(aktif low)
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
6
T = = 0,262 s
Dari periode tersebut maka dapat
dihitung periode on dan off motor
dengan perhitungan :
Ttot = Ton + Toff
0,262 s = 0,143 + Toff
Toff = 0,262 – 0,143
= 0,12 s
2. Mengamati putaran motor dengan
kesesuaian program yang diatur
4.1.4. Modul Rangkaian Driver Heater
Spesifikasi modul rangkaian
sensor putaran motor yang diperlukan
adalah:
1. Menggunakan triac dan moc
sebagai driver.
2. Membutuhkan tegangan input 5
VDC, logika nol dan tegangan
220VAC untuk mengaktifkan
rangkaian.
Jadi didapatkan rangkaian seperti di bawah
ini:
R2
220
J2
AC
12
TRIACBTA41006b
R1220
U1MOC3021
1
2
64
+5v S
W
+5v S
W
J4
PORTB.0
1
J8
SUPPLY
12
J3
Heater
12
Gambar 4.7 Rangkaian Driver Heater
Langkah-langkah pengaturan/pengujian :
1. Mengukur output PORTB.0 saat
logika high atau low
2. Mengukur tegangan output triac
4.1.5 Modul Rangkaian Driver Buzzer
Spesifikasi modul rangkaian sensor
driver buzzer yang diperlukan adalah:
1. Menggunakan optoisolator dan
transistor sebagai driver buzzer.
2. Membutuhkan tegangan input 5
VDC ,12 VDC dan logika nol
untuk mengaktifkan rangkaian.
Jadi didapatkan rangkaian seperti di bawah
ini:
Langkah-langkah pengaturan/pengujian :
1. Mengukur output PORTA.3 saat
logika high atau low.
2. Mengukur tegangan pada basis
transistor
4.1.6 Modul Rangkaian Driver Blower
Spesifikasi modul rangkaian driver
blower yang diperlukan adalah:
1. Menggunakan optoisolator dan
transistor sebagai driver blower.
2. Membutuhkan tegangan input 5
VDC,12 VDC dan logika nol untuk
mengaktifkan rangkaian.
Jadi didapatkan rangkaian seperti di
bawah ini:
(aktif low)
R3
150 ISO1OPTO ISOLATOR-A
12
43
+1
2v
LS1
BUZZER
1
2
R4
1K
VCC
Q2NPN BCE
R5150
+5
v S
W
J1
PORTA.3
12
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
7
R6150
J5
PORTB.1
12
R1010K
ISO2OPTO ISOLATOR-A_0
12
43
VCCJ6
BLOWER
12
+12v
+5v S
W
R7150
R8
1KQ3NPN BCE
Langkah-langkah pengaturan/pengujian :
1. Mengukur output PORTB.1 saat
logika high atau low
2. Mengukur tegangan pada basis
transistor.
4.2. Pengujian Sistem
4.2.1. Teknik Pengujian dan Pengukuran
Penelitian dan pembuatan modul ini
dengan menggunakan design pr-
eksperimental dengan jenis penelitian
adalah “ one group postest design “ karena
perlakuan langsung diukur.
4.2.2. Hasil Pengukuran
Sebagai hasil penelitian dalam
pembuatan modul Orbital Shaking
Incubator Berbasis Mikrokontroller
ATMega 8535, dilakukan beberapa
perbandingan dan pengukuran.
Perbandingan yaitu antara waktu pada
stopwatch dan waktu modul yang
ditampilkan pada LCD, sedangkan
pengukuran yang dilakukan yaitu
pengukuraan rpm dengan tachometer,
pengukuran output sinyal PWM, dan
pengukuran suhu.
Perbandingan pengukuran
waktu (dengan membandingkan
stopwatch dan tampilan layar LCD)
Perbandingan dilakukan dengan
membanding-kan nilai pengukuran
stopwatch dan tampilan waktu pada LCD.
Tabel 4.1 Data hasil perbandingan
pengukuran waktu antara stopwatch dan LCD
4.2.2.1 Perbandingan pengukuran
kecepatan putaran motor
(RPM ) dengan tachometer.
Perbandingan pengukuran
kecepatan putaran motor dilakukan dengan
membandingkan tachometer dengan
tampilan LCD.
Tabel 4.2 Data hasil pengukuran perbandingan
kecepatan motor dengan tachometer dengan
tampilan LCD
4.2.2.2 Pengukuran pada Output LM35
dan tampilan suhu Tabel 4.3 Hasil Pengukuran
Suhu dan Output LM35
Sistem
Modul
Perlakuan Pengukuran
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
8
4.3 Analisis 4.3.1 Hasil perhitungan perbandingan
pengukuran waktu
Perhitungan untuk 120 menit (7200 s) :
X
X = 6
43165
= 7194,16 s
Simpangan
Error = Xn - X
= 7200 – 7194,16
= 5,84
% Error
% Error = Xn
XXn
x 100%
= 7200
16,71947200x 100%
= 0,081 %
SD
SD = 1
)6(......)2()1( 222
n
XXXXXX
= 5
79,4
= 0,97
UA
Perhitungan untuk 180 menit (10800 s) :
X
= 10791,5 s
Simpangan
Error = Xn - X
= 10800 – 10791,5
= 8,5
% Error
% Error = Xn
XXn
x 100%
= 10800
33,1079810800 x 100%
= 0,078 %
SD
SD =
1
)6(......)2()1( 222
n
XXXXXX
= 5
5,1
= 0,54
UA
= 0,22
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
9
4.3.2 Hasil perhitungan pengukuran
Kecepatan Motor (RPM)
Perhitungan 150 RPM
X
= 154,7
Simpangan
Error = Xn - X
= 150 – 154,7
= 4,7
% Error
% Error = Xn
XXn
x 100%
= 150
7,154150 x 100%
= 3,13 %
SD
SD = 1
)6(......)2()1( 222
n
XXXXXX
=
= 5
85,28
= 2,40
UA
Perhitungan 200 RPM
X
= 203,7
Simpangan
Error = Xn - X
= 200 – 203,7
= 3,7
% Error
% Error = Xn
XXn
x 100%
= 100
7,203200 x 100%
= 3,7 %
SD
SD = 1
)6(......)2()1( 222
n
XXXXXX
=
= 5
5,41
= 2,8
UA
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
10
4.3.3 Hasil Perhitungan Pengukuran Suhu
Perhitungan suhu 37°C
X
= 37,25
Simpangan
Error = Xn - X
= 37 – 37,25
= 0,25
% Error
% Error = Xn
XXn
x 100%
= 37
25,3737 x 100%
= 0,7 %
SD
SD = 1
)9(......)2()1( 222
n
XXXXXX
=
= 7
2
= 0,5
UA
4.4 Kinerja Sistem Keseluruhan
Pada saat alat dihubungkan,
tegangan akan diturunkan disearahkan oleh
power supply menjadi +5V ,+12V , dan
+24V yang nantinya digunakan untuk
mensupply seluruh rangkaian. Untuk
rangkaian sensor suhu, output dari sensor
suhu terdapat resistor 150ohm yang
dipasang paralel untuk memperoleh tahanan
sebesar 75ohm dan diseri dengan kapasitor
1mikrofarad.Output dari sensor suhu ini
dihubungkan dengan portA.0 yang
merupakan input ADC 0 pada IC ATMega
8535.
Pada rangkaian driver heater,
digunakan MOC 3021 sebagai optotriac dan
triac BTA41. Cara kerja optotriac ini adalah
ketika mendapat tegangan DC pada pin 1
dan 2, maka pada pin 4 dan pin 6 dapat
menyaklar tegangan AC namun dengan
arus kecil. Untuk itu digunakan triac
BTA41 yang dapat mensaklar tegangan AC
dengan arus besar. Pin 2 MOC 3021
dihubungkan dengan PORTB.0 yang akan
mengeluarkan logika low ketika suhu
dibawah suhu setting dan ketika mendapat
logika low, maka moc akan aktif kemudian
menyalakan heater.
Pada rangkaian driver motor,
digunakan optoisolator PC817 dan TIP
122, PC817 akan mendapat sinyal pwm
dari pin OCR2 IC ATMega8535. Output
dari PC817 digunakan untuk menyulut
transistor TIP 122 yang digunakan untuk
mendriver motor.
Kecepatan motor diatur oleh
jumlah OCR yang ditentukan dan keluar
pada pinD.7 yang dihubungkan ke motor.
Apabila waktu yang dipilih sudah habis
maka proses selesai dan motor akan
berhenti dan buzzer berbunyi.
Untuk blower akan bekerja jika
mendapat tegangan +12VDC dan ground.
Sedangkan pada rangkaian ini blower hanya
akan bekerja jika output mikro
mengeluarkan logika low. Ketika basis dari
transistor mendapat logika1, maka blower
bekerja.
Untuk buzzer akan bekerja jika
mendapat tegangan +12VDC dan ground.
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
11
Sedangkan pada rangkaian ini buzzer hanya
akan bekerja jika output mikro
mengeluarkan logika low. Ketika basis dari
transistor mendapat logika1, maka buzzer
akan berbunyi
5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Secara menyeluruh penelitian ini
dapat menyimpulkan bahwa:
5.1.1 Dapat dibuat rangkaian sensor suhu
LM35, rangkaian driver heater,
rangkaian driver motor dan
rangkaian mikrokontroller
ATMEGA8535 beserta program
5.1.2 Dapat membuat tampilan suhu dan
timer pada LCD 2x16.
5.1.3 Berdasarkan hasil pengukuran
kecepatan motor, diperoleh
kesalahan error pada timer 2 jam
adalah 0,081% dan timer 3 jam
adalah 0,078%. Sedangkan untuk
kecepatan putar 150RPM diperoleh
error 3,13% dan untuk kecepatan
putar 200RPM diperoleh error
1,85%
5.1.4 Untuk suhu 37°C diperoleh error
sebesar 0,7%
5.2. SARAN
Berikut ini adalah beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan untuk
penyempurnaan penelitian lebih lanjut :
5.2.1 Desain yang tepat dan baik, serta
peletakan juga harus diperhatikan
agar distibusi panas merata
5.2.2 Dapat dibuat kontrol suhu yang
baik agar suhu dapat stabil
5.2.3 Ditambahkannya pemilihan
kecepatan motor dan pemilihan
suhu yang lebih bervariasi
DAFTAR PUSTAKA
[1]Andri MZ. Pulse Widht Modulation
(PWM). Diakses 21 September 2014
http://andri_mz.staff.ipb.ac.id/pulse-
width-modulation-pwm/
[2]Bachtiar Efendi. PERANAN
MIKROORGANISME DALAM
BIDANG KESEHATAN. Diakses 21
September 2014
http://bahtiarsite.blogspot.com/2013/
01/peran-mikroorganisme-di-bidang-
kesehatan.html
[3]Bayu Sasongko (2011). Sensor Suhu LM
35. Diakses 18 September 2014.
http://etekno.blogspot.com/2011/06/
membuat-sensor-suhu-dengan-lm35-
dan.html
[4]Beni Permana (2009). Sistem
Pengukuran Konduktivitas Panas
Pada Logam Berbasis
Mikrokontrole. Universitas Indonesia
Depok 2009.
[5]Desi (2012). Isolasi dan Pemurnian
Mikroba. Diakses 22 Septemper
2014.
https://dcycheesadonna.wordpress.co
m/2012/07/08/isolasi-dan-
pemurnian-mikroba/
[6]Fadhlan Rulan Gani. 2012.Pulse Widht
Modulation. Diakses 19 September
2014 http://robotic-
electric.blogspot.com/2012/11/pulse-
width-modulation-pwm.html
[7]Fahmizal. 2010. Fitur ATMega 8535.
Diakses 19 September 2014
https://fahmizaleeits.wordpress.com/
2010/04/09/fituratmega8535/#comme
nts
Seminar Tugas Akhir Juni 2015
12
[8]Hyochin Kim dan Arun K. Bhunia
(2008). SEL, a Selective Enrichment
Broth for Simultaneous Growth of
Salmonella enterica, Escherichia coli
O157:H7, and Listeria
monocytogenes. Jurnal Applied
Environment Microbiology Vol 74
No.15 Edisi Agustus 2008.
[9]Koentjaraningrat, 2006. Metode-Metode
Penelitian Masyarakat. Jakarta :
Gramedia
[10]Kusnadi. Lingkup Mikrobiologi.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Fakultas MIPA. diakses 20
September 2014 jam 20.25 WIB
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/
JUR._PEND._BIOLOGI/196805091
994031KUSNADI/BUKU_COMMO
N_TEXT_MIKROBIOLOGI,_Kusna
di,dkk/BAB__I_PENDAHULUAN.p
df
[11]Marlia Singgih W (2012). Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan
Mikroorganisme..Diakses19hSeptem
berh2014.hhttp://download.fa.itb.ac.i
d/filenya/Handout%20Kuliah/Mikrob
iologi%20Farmasi%20STF/Faktorfak
tor%20yang%20Mempengaruhi%20
Pertumbuhan%20Mikroorganisme.pd
f
[12]Martina Tesavora (2010). Optimization
of growth condition Escherichia coli
culture by method Design of
experiments to produce optimal
amount of studied genetically insert
protein. University of South
Bohemia, Institute of Physical
Biology, Zamek 136, 373 33 Nove
Hrady, Czech Republic 2010.
[13]M. Ary Heryanto dan Wisnu Adi P.
2008. Pemrograman Bahasa C
Untuk Mikrokontroller ATMega8535.
Yogyakarta: CV. Andi Offset
[14]Memet Mulyadi. Kemagnetan Materi
IPA Kelas IX. Diakses 18 September
2014.
http://memetmulyadi.blogspot.com/2
009/01/kemagnetan-materi-ipa-kelas-
9-smpmts.html
[15]Rintis Manfaati (2010). Kinetika Dan
Variabel Optimum Fermentasi Asam
Laktat Dengan Media Campuran
Tepung Tapioka Dan Limbah Cair
Tahu Oleh Rhizopus Oryzae.
Universitas Diponegoro Semarang
2010.
[16]Siti Rafiah Darajat (2013). Pengenalan
Alat Laboratorium dan Mikroskop.
Universitas Hasanuddin Makasar
2013
[17]Todar`(2008). Todar’s Online
TextBook of Bacteriology. Diakses
18 September 2014.
http://textbookofbacteriology.net/e.co
li_4.html
[18]Universitas Negeri Yogyakarta. Bakteri
Termofilik. diakses 25 September
2014 jam 19.50 WIB
http://eprints.uny.ac.id/9261/3/BAB
%202%20-%2008308144008.pdf
[19]Yulianti dan Tri (2011). Deteksi
Keberadaan Antibodi Anti Diare
Escherichia Coli dan Salmonella
Enteriditis dan Anti Flu Burung
H5N1. Institut Pertanian Bogor (IPB)
2011