seminar nasional & kongres isei xix surabaya, 7-9 … mudrajad kuncor… · keterkaitan antar...
TRANSCRIPT
1
E-Mail:
HP: 0811 – 25 – 4255
KETERKAITAN ANTAR DAERAH DALAM
PEMBANGUNAN INDUSTRISeminar Nasional & Kongres ISEI XIX
Surabaya, 7-9 Oktober 2015
Prof. MUDRAJAD KUNCORO, Ph.DGuru Besar Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM
Visit my site:
http://www.mudrajad.com
1
Industrialization in Indonesia has brought structural transformation. Manufacturing sector has become the main sector in Indonesia since 1993.Manufacturing sector's contribution to Indonesian GDP has been relatively stable between 26.3%-28.3% since 2000.
Source: Calculated from BPS, various years
Percentage Share of Agriculture and
Manufacturing Industry to GDP:
Indonesia, 1960-2011
TRANSFORMASI EKONOMI DARI AGRARIS KE INDUSTRI & PERDAG-
HOTEL-RESTO: Persentase sumbangan sektor terhadap PDB selama
2004-2013: industri pengolahan (23,7-28,1%), perdag-hotel-resto (14-16%),
pertanian (14%); namun terjadi penurunan sumbangan industri
manufaktur terhadap PDB sejak 2004.
Sumber: BPS (2014)
3
Transformasi pasar tenaga kerja tidak sejalan dengan transformasi struktur ekonomi selama 2004-2013: masih didominasi sektor pertanian (34-43%), diikuti
perdagangan-hotel-resto (20-21%), jasa kemasyarakatan (11-16%), dan industri (11,8-13,4%)
Sumber: BPS (2014)4
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2012 (ags)
Pertanian Industri Tambang Lainnya
Pertumbuhan Ekspor Persektor Nonmigas Indonesia ( % / tahun)
Sumber : BPS, diolah (2011)
Kontribusi sektor industri nonmigas (tahun 1997–2012) sangat besar
terhadap ekspor Indonesia yaitu antara 75%-86% pertahun, kemudian
diikuti sektor pertambangan sebesar 6%-20% per tahun. 5
• Menggunakan Data :
a. Data Ekspor Impor Indonesia vs Negara ASEAN (Tahun 2011 s/d 2013)
b. Data BTKI 2012, HS 10 Digit
• Pengolahan Data melalui :
a. Perhitungan Indeks Revealed Comparative Advantage (RCA)
b. Perhitungan Trend Pertumbuhan RCA
6
INDIKATOR DAYA SAING INDUSTRI
Sumber: Dirjen Basis Industri Manufaktur, Kemenperin (2014)
MENYONGSONG AEC 2015: 68,7% DAYA SAING PRODUK INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA DI PASAR ASEAN RENDAH DAN SANGAT RENDAH
ASEAN HS Logam
HS Kimia Dasar
HS Kimia Hilir
HS Tekstil & Aneka
Jumlah HS
Prosen (%)
K1 (Sangat Tinggi)273 216 275 486 1250 31,26%
K2 (Tinggi)
K3 (Rendah)676 646 425 1001 2748 68,73%
K4 (Sangat Rendah)
Thailand Malaysia Singapura Filipina Vietnam Myanmar Laos Brunei Kamboja
K1+K2 Ekspor 1,081,733 1,799,774 2,791,158 473,529 668,367 37,885 1,096 13,736 15,850
K1+K2 Impor 1,132,307 1,119,692 2,324,382 105,418 239,104 52 - 39 1,199
K3+K4 Ekspor 37,998 52,379 81,747 28,144 22,403 82,431 11,828 10,208 4,661
K3+K4 Impor 947,335 858,921 1,057,911 94,200 203,368 6,940 326 10,911 9,375
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
Nila
i(d
alam
rib
u)
produk industri manufaktur
mampu berkompetisi
potensi pengembangan pasar
ekspor produk manufaktur
31,26% produk
industri manufaktur
berdaya saing
tinggi dan mampu
berkompetisi di
pasar ASEAN
7
NERACA PERDAGANGAN
Sumber: Dirjen Basis Industri Manufaktur, Kemenperin (2014)
Sumber:World Economic Forum (2014)
Indeks Daya Saing Global Indonesia 2013-2014 menunjukkan kitalemah dalam efisiensi pasarTK, kesiapan teknologi, institusi.
MASALAH KETENAGAKERJAAN
Labour: hard to hire, hard to fire.. and costly too
UU No.13/2001: masalah upah minimum, karyawan kontrak, lembur dan
pesangon masih menjadi beban industri
Source: World Bank Doing Business Report 2010, HSBC
Indicator IndonesiaEast Asia
& Pacific
OECD
Average
Difficulty in
hiring index
(0-100)61 19.2 26.5
Difficulty of
redundancy
index (0-100)60 19.6 22.6
Rigidity of
employment
index40 15.8 26.4
Redundancy
costs (weeks
of salary)108 42.4 26.6
Doing Business: Employing Workers
2010 Rank: 149/183 2009 Rank: 150/183
*high values represent rigidity
Indonesia vs. Others
9
DEPEKAB/
DEPEKO
DEWAN
PENGUPAHAN
PROVINSI
GUBERNUR
• UNSUR PEMERINTAH
• UNSUR SP/SB
• UNSUR PENGUSAHA
• PAKAR
SURVEI HARGAKETETAPAN
UPAH MINIMUM
PROP/KAB/KOTA
BUPATI/
WALIKOTA
USULAN UMK
REKOMENDASI
MINTA SARAN &
PERTIMBANGAN
USULAN UMP
10
SOLUSI:
• Penentuan UMK/P tidak naik tiap tahun tetapi flat
selama minimum 2-3 tahun.
•Tidak menurut daerah tetapi menurut sektor dan
besar-kecilnya perusahaan.
DATA PERKEMBANGAN RATA– RATA
NASIONAL UPAH MINIMUM PROVINSI (UMP)
TAHUN 2008 S/D 2013
NO. TAHUN Rata-rata UMPKENAIKAN UMP
(%)
1 2008 Rp. 745,709.22 10.89
2 2009 Rp. 841,529.55 11.29
3 2010 Rp. 908,824.52 8.19
4 2011 Rp. 988,829.39 8.69
5 2012 Rp. 1,088,902.64 10.12
6 2013 Rp. 1,296,908.48 19.10
Sumber: Kemenakertrans (2013)
PENETAPAN UPAH MINIMUM DILAKUKAN BERDASARKAN NILAI KHL, DENGANMEMPERTIMBANGKAN PRODUKTIVITAS, PERTUMBUHAN EKONOMI, KONDISIPASAR KERJA DAN USAHA YANG PALING TIDAK MAMPU. PRAKTIKNYA LEBIHBERSIFAT POLITIS.
11
12
New Economic Geography (NEG) is characterized by sophisticated spatial modelling. It seeks to explain uneven development and the emergence of industrial clusters. It
does so through the exploration of linkages between centripetal and centrifugal forces. Read my article that has been presented in Oxford University.
GEOGRAPHY
• Where
ECONOMIC GEOGRAPHY
• Where?
• Why?
•Sticky places (local
embeddedness)
MAINSTREAM ECONOMICS
• What to produce?
• How to produce
• For whom to produce?
WHERE? Gravitasi ekonomi indonesia masih terkonsentrasi secara geografis sebesar 81% di Jawa dan Sumatra (Kabarin) selama 2011-
2015
Pulau 2011 2012 2013 2014 III 2015 I
Sumatra 23.56 23.74 23.81 23.63 22.56
Jawa 57.59 57.65 57.99 58.51 58.3
Bali dan Nusa
Tenggara 2.56 2.51 2.53 2.5 2.97
Kalimantan 9.55 9.3 8.67 8.21 8.26
Sulawesi 4.61 4.74 4.82 4.97 5.72
Maluku dan Papua 2.13 2.06 2.18 2.18 2.19
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Kawasan Timur
Indonesia (KATIMIN)
hanya menyumbang
sekitar 19% terhadap
ekonomi Indonesia
Sumber: BPS (2015)
PDRB per kapita
yang tinggi terpusat
pada daerah provinsi
yang kaya
sumberdaya alam
serta daerah yang
padat penduduk.
UNBALANCED GROWTH: Rata-rata Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi, 2006-2013 (2000=100)
Daerah dengan pertumbuhan di atas rata-rata nasional merupakan daerah yang kaya akansumber daya alam dan daerah yang padat penduduk seperti DKI Jakarta, JawaTimur, Banten, dan Bali. Daerah yang kaya sumber daya alam tersebut adalah SumateraUtara, Jambi, Kepulauan Riau, Kalimantan Tengah, seluruh provinsi di Sulawesi, MalukuUtara, dan Papua Barat
Sumber: Diolah dari BPS (2014)
Peta Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Indonesia Triwulan II 2015: 3 provinsi yang tumbuh negatif (Kaltim& Kaltara, Riau, Aceh)
akibat menurunnya harga minyak & komoditi primer. Tapi adayang tumbuh di atas nasional (Sulawesi, Papua, NTB)
Source: BPS; BI (August, 2015)
KONSENTRASI SPASIAL IND BESAR & SEDANG
Naik: Jawa (60%), Batam, Samarinda, Pontianak
Turun: Medan, Palembang,Makasar, Denpasar
Extended Industrial Area(EIA)
2001 2010
Tenaga
Kerja
(000)
%
Nilai
Tambah
(Miliar Rp)
%Tenaga Kerja
(000)%
Nilai
Tambah
(Miliar Rp)
%
(1) (2) (3) (4) (5)
Jawa 2. 423 55,24 134,32 49,82 2. 740 60,87 530,21 59,50
Jabodetabek 1.241 28,29 87,57 32,48 1.201 26,68 307,53 34,51
Bandung 562 12,82 19,73 7,32 561 12,46 102,92 11,55
Surabaya 370 8,43 18,15 6,73 527 11,70 77,75 8,72
Semarang 158 3,59 6,22 2,31 359 7,97 33,05 3,71
Surakarta 92 2,11 2,65 0,98 92 2,05 8,97 1,01
Luar Jawa 265 6,05 21,04 7,8 289 6,42 57,42 6,45
Sumatera 202 4,61 17,94 6,65 251 5,58 52,12 5,84
Medan 96 2,19 5,32 1,97 85,00 1,89 12,07 1,35
Batam 89 2,03 10,73 3,98 150,00 3,33 31,48 3,53
Palembang 17 0,39 1,89 0,70 16,00 0,36 8,57 0,96
Kalimatan 33 0,76 1,65 0,61 12 0,27 2,52 0,29
Samarinda 29 0,67 1,54 0,57 9,00 0,20 1,30 0,15
Pontianak 4 0,09 0,11 0,04 3,00 0,07 1,22 0,14
Sulawesi 19 0,42 1,08 0,4 19 0,41 2,38 0,27
Makasar 19 0,42 1,08 0,40 19,00 0,41 2,38 0,27
Bali 11 0,26 0,37 0,14 7 0,16 0,4 0,05
Denpasar 11 0,26 0,37 0,14 7,00 0,16 0,40 0,05
Daerah Industri Utama 2. 688 61,29 155,36 57,62 3,03 67,28 587,64 65,95
Indonesia 4.386 100,00 269,63 100,00 4,50 100,00 891,09 100,00
Daerah IBS Utama di Indonesia, 2001-2010
Sumber: Diolah dari data BPS.
Konsentrasi geografis Industri Besar Sedang (IBS) masih terkonsentrasi di kota metropolitan/besar. IBS kebanyakan market seekers.
Konsentrasi IBS tinggi dan kepadatan penduduk tinggi
Konsentrasi IBS tinggi dan kepadatan penduduk rendah
Konsentrasi IBS rendah dan kepadatan penduduk tinggi
Konsentrasi IBS rendah dan kepadatan penduduk rendah
Keterangan:
Ada Korelasi Positif antara aglomerasi kota
dan Konsentrasi IBS (2010)
Sumber: Diolah dari data BPS.
15 provinsi atau sebanyak 78,95
persen .
12 provinsi atau sebanyak 85,71
persen.
Hubungan yang erat antara daerah kota yang dijelaskan dengan variabel kepadatan jumlah
penduduk dan konsentrasi IBS melalui variabel jumlah tenaga kerja
yang diserap.
17
PASCA OTONOMI DAERAH 2001, DENGAN INDEKS ENTROPI, KETIMPANGAN ANTAR DAERAH, PULAU, DAN PROVINSI
BERBENTUK U. SISTEM TRANSFER KE DAERAH BERDASARKAN UU NO. 33 TAHUN 2004 DAN UU NO. 25
TAHUN 1999 BELUM MAMPU MENURUNKAN KETIMPANGAN ANTAR DAERAH, MALAH MAKIN MEMPERLEBAR
HORIZONTAL IMBALANCE. LIHAT MUDRAJAD KUNCORO, “ECONOMIC GEOGRAPHY OF INDONESIA: CAN MP3EI
REDUCE INTER-REGIONAL INEQUALITY?”, SOUTH EAST ASIAN JOURNAL OF CONTEMPORARY BUSINESS, ECONOMICS AND LAW, VOL.2, 2013.
Gambar Total Entropi dan trennya: Indonesia, 2001-2010
Sumber: Diolah dari BPS (2012); Kuncoro (2013)
18
Masih ada 183 daerah tertinggal di Indonesia, 70% di Katimin. Kapan bebas dari ketertinggalan?
Kriteria daerah tertinggal dilakukan dengan menggunakan pendekatan relatif berdasarkan pada perhitungan enam (6) kriteria dasar dan 27 indikator utama (Kemendes, http://kemendesa.go.id/hal/300027/183-kab-daerah-tertinggal).
ProvinsiJumlah
Kab/Kota
Kab/Kota
Tertinggal
Persentase
Daerah TertinggalProvinsi
Jumlah
Kab/Kota
Kab/Kota
Tertinggal
Persentase
Daerah Tertinggal
Aceh 23 12 52% Kalimantan Tengah 14 1 7%
Sumatera Utara 33 6 18% Kalimantan Selatan 13 2 15%
Sumatera Barat 19 8 42% Kalimantan Timur 14 3 21%
Sumatera Selatan 15 7 47% Sulawesi Utara 15 3 20%
Bengkulu 10 6 60% Sulawesi Tengah 11 10 91%
Lampung 14 4 29% Sulawesi Selatan 25 5 20%
Kep. Bangka Belitung 7 1 14% Sulawesi Tenggara 12 9 75%
Kep. Riau 7 2 29% Gorontalo 6 3 50%
Jawa Barat 26 2 8% Sulawesi Barat 5 5 100%
JawaTimur 38 5 13% Maluku 11 8 73%
Banten 8 2 25% Maluku Utara 9 7 78%
NTB 10 8 80% Papua Barat 11 8 73%
NTT 21 20 95% Papua 29 27 93%
19
20
TANTANGAN INVESTOR/PEBISNIS DI INDONESIA:
THE MOST PROBLEMATIC FACTORS FOR DOING
BUSINESS, IN INDONESIA 2014-2015 (% OF RESPONDENTS)
Source: WEF (2015)
20
21
@M
ud
raja
d/F
EB
UG
M
22
BAGAIMANA MENGATASI MULTILEVEL CORRUPTIONS?
Sumber: Dwiyanto, et al. (2002); Kuncoro (2006)
Raw Materials PRODUCTION
PROCESSEXPORTS
Why? GREASE MONEY and “TITHIL-TITHIL”
(budgetary slacks/loopholes culture)
-ETPIK
-ILLEGAL
LOGGING
-Value added tax
-Business Permissions
(HO, SIUP, dll)
-Regional minimum
Wages
-Tariff increase
-ILLEGAL CHARGES
collected by customs
officers
-THC (Terminal Handling
Charges)
-EDI (ELECTRONIC DATA
INTERCHANGE)
-CONTAINER PARKING
CHARGES
Illegal Charges
collected by
weightbridge
stations
Illegal Charges
collected by police &
unofficial bodyguards
23
KESIMPULAN
1. Pembangunan ekonomi kita sudah terbukti bertumpu pada
pertumbuhan ekonomi yang BELUM berkualitas, jobless, aspasial, bias ke
kawasan barat Indonesia, dan hanya menguntungkan kelompok kaya di
negeri ini. Dengan menyimak perkembangan kinerja ekonomi Indonesia
selama 17 tahun terakhir barangkali sudah saatnya “reformasi” perlu dikaji
ulang apa sudah berada dalam jalur “yang benar” dan keluar dari middle-
income country trap?
3,923
7,231
12,449
18,000
2,3591,660
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
1990 1995 2000 2006 2010 2015 2020 2025 2030
Lower Middle
Income Country
Upper Middle
Income Country
High
Income Country
2015 2023
US$
1992
Sumber: Yayasan Indonesia Forum (2007)
Transformasi Indonesia Menuju Negara Maju?
24
POSISI INDONESIA: Indonesia sudah 7 tahun berada di zona lower middle income dan masih memiliki waktu 18 tahun dari 2011
(25 tahun time horizon) untuk menghindar dari Middle Income Trap (MIT). Hal ini bisa tercapai dengan syarat pertumbuhan
GNI perkapita harus sekitar 8,4 persen/tahun. Faktanya, Indonesia mengalami masa pertumbuhan ekonomi yang relatif
rendah di bawah 6,5% per tahun. Batas kritis bagi demokrasi adalah bila pendapatan per kapita mencapai US$ 6.600
berdasarkan paritas daya beli. Sebenarnya pada tahun 2014, Indonesia memiliki pendapatan per kapita berdasarkan paritas
daya beli sudah mencapai US$10.585.
Sumber: Bank Dunia (2015)
NAWA CITA JOKOWI-JK 2014-101926
MANDIRI
DI BIDANG
EKONOMI
Pembangunan ekonomi yang
berkualitas: SEJAHTERA &
BERKEADILAN (PRO-POOR, PRO-
JOBS, PRO-EQUITY)
Membangun dari
PINGGIRAN:
• Katimin
• 183 Daerah tertinggal
• Perdesaan
Meningkatkan kualitas
hidup manusia
Indonesia:
• Cerdas
• Sehat
• IPM
Menggerakkan sektor strategis:
• Sektor unggulan/prioritas
nasional:
Industri, Perdag, Pertanian
• Kompetensi inti daerah: OPOP
& OKOP
Meningkatkan
produktifitas rakyat dan
daya saing internasional
• UMKM & koperasi
• Maritim
Mempercepat
INFRASTRUKTUR untuk
pembangunan yang
berkelanjutan, ramah
lingkungan, dan merata.
TRISAKTI
Berdaulat sec politik
Berkrepribadian
dalam kebudayaan
Berdikari secara
Ekonomi
PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA TERTINGGAL YANG
BERJUMLAH 27,23% DARI TOTAL 74.093 DESA.
28
POLA PERTUMBUHAN EKONOMIPertumbuhan ekonomi sekitar 4-6% mampu
menurunkan kemiskinan namun meningkatkan ketimpangan pendapatan selama 2002-2013.
Sumber: BPS (2014), diolah
Differences in national income equality around the
world as measured by the national Gini coefficient
(CIA, 2013). Indonesia’s gini shows a moderate rate
internationally, like Japan, but lower than China.
HIPOTESIS KURVE U TERBALIK KUZNETS TIDAK BERLAKU DI INDONESIA SELAMA 1994-2012:
MAKIN TINGGI PDRB PER KAPITA MALAH KESENJANGAN ANTARPROVINSI MAKIN TIMPANG
CV=Coefficient of Variation; Y=log PDRB per kapita
Sumber: Diolah dari BPS (2012); Kuncoro (2013)
31
JOKOWINOMICS: PERTUMBUHAN EKONOMI YANG TINGGI,
BERKEADILAN DAN BERKELANJUTAN
Dari sisi produksi, perlu dilakukan akselerasi industri baik
untuk memenuhi kebutuhan ekspor maupun kebutuhan
dalam negeri.
Sumber: RT RPJMN (2015)
ARAH KEBIJAKAN MENURUT UU Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian: Bagaimana program aksinya?
33
ROADMAP PEMBANGUNAN INDUSTRI
BERDASARKAN RIPI, KIN, RKPI
34
34 industri prioritas dari 365 industri, dengan:
total output 78%
total ekspor 83%
1. Industri Material Dasar
(besi dan
baja, semen, petrokimia,
keramik)
2. Industri Permesinan
(peralatan listrik &
mesin listrik, mesin &
peralatan umum)
3. Industri Manufaktur
Padat Tenaga Kerja
(tekstil & produk
tekstil, alas
kaki, farmasi)
I. Basis IndustriManufaktur
1.Kelapa sawit
2.Karet dan barang karet
3.Kakao dan Coklat
4.Kelapa
5.Kopi
6.Gula
7.Tembakau
8.Industri Buah-buahan
9.Kayu dan barang kayu
10.Hasil perikanan & laut
11.Pulp & kertas
12.Pengolahan susu
II. AGRO
PENGEMBANGAN KLUSTER INDUSTRI PRIORITAS
(Perpres no. 28/2008 tentang Kebijakan Industri Nasional)
1. Elektronika
2. Perangkat keras
telekomunikasi &
pendukungnya
3. Perangkat penyiaran &
pendukungnya
4. Komputer & peralatannya
5. Perangkat lunak & content
multimedia
6. Kreatif TIK
IV. LEKTRONIKA
& TELEMATIKA
1.Kendaraan
bermotor
2.Perkapalan
3.Kedirgantaraan
4.Perkeretaapian
III. ALAT ANGKUT
V. Industri Penunjang
Industri Kreatif *) & Industri
Kreatif Tertentu
1. Perangkat lunak dan
content multimedia
2. Kerajinan & barang seni
3. Fashion
4. Industri Kreatif Teknologi
Informasi & Komunikasi
1.Batu Mulia dan
Perhiasan
2.Garam Rakyat
3.Gerabah & Keramik
Hias
4.Minyak Atsiri
5.Makanan Ringan
VI. IKM TertentuFokus
Industri Prioritas
IRONIS: INDUSTRI ANDALAN & HULU BANYAK YANG MASUK DALAM
SUNSET INDUSTRY (TUMBUH RENDAH DAN PANGSANYA TERHADAP
TOTAL INDUSTRI RENDAH)
Pertumbuhan NilaiTambahIndustriBesar &Sedang2001– 2012
Pangsa Nilai Tambah Industri Besar & Sedang2001– 2012
Tinggi Rendah
Tinggi
• Kendaraan bermotor• Makanan dan Minuman• Kimia dan barang-barang dari
bahan kimia
-
Rendah
• Tembakau• Tekstil• Kertas dan barang dari kertas• Karet dan barang-barang dari
plastik• Alat Angkutan
• Pakaian Jadi• Kulit dan barang Kulit• Kayu, barang dari kayu, dan anyaman• Penerbitan, percetakan, dan Reproduksi• Batu bara, minyak dan gas bumi, bahan
bakar dari nuklir• Barang galian bukan logam• Logam dasar• Barang-barang dari logam dan
peralatannya• Mesin dan Perlengkapannya• Perelatan Kantor, akuntansi, dan
pengolahan data• Mesin listrik• Radio, televisi, dan perelatan komunikasi• Perelatan Kedokteran, alat ukur, navigasi• Furniture dan Industri pengolahan
lainnya
35
NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014 2015 2020 2025 2035
1Pertumbuhan sektor Industri Non
Migas% 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5
2Share Industri non migas
terhadap PDB% 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0
3Share ekspor produk industri
terhadap total ekspor% 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4
4Jumlah tenaga kerja di sektor
industri
Juta
orang14,88 15,44 18,44 21,73 29,19
(Persentase tenaga kerja di sektor
industri terhadap total pekerja)% 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0
5
Rasio impor bahan baku sektor
industri terhadap PDB sektor
industri non migas
% 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0
6 Nilai Investasi sektor industri Rp
Trilyun210 270 618 1.000 4.150
7
Persentase nilai tambah sektor
industri yang diciptakan di luar
Pulau Jawa
% 29,0 27,7 29,9 33,9 40,0
SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI TAHUN 2015 S.D.
2035 (PERSEN)Masalahnya bagaimana mencapai sasaran industri di bawah ini? Strategi?
Sumber : Kemenperin (2015)
KESIMPULAN Leading sector perekonomian di Indonesia pada periode 2000-
2014 masih didominasi oleh peran sektor industri dan
perdagangan-hotel-restoran.
Industri yang mengalami proses deindustrialisasi terdiri dari 5
subsektor:
Kayu dan barang dari kayu (tidak termasuk furnitur), dan
barang-barang anyaman;
Radio, televisi, peralatan komunikasi dan perlengkapannya;
Mesin dan perlengkapannya;
Penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman;
Barang galian bukan logam.
Faktor-faktor yang menyebabkan deindustrialisasi di Indonesia
perlu dicari solusinya adalah nilai investasi yang
menurun, rendahnya tingkat keterbukaan ekonomi, rendahnya
produktivitas tenaga kerja manufaktur, berkurangnya jumlah
tenaga kerja terampil, dan bertambahnya tingkat pengangguran.
PERMASALAHAN UTAMA SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR
1
• Masih lemahnya daya saing industri nasional: peringkat daya saing meningkat dari ke-38 menjadi 34 dari 144 negara selama 2013-2015, namun masih di bawah Singapura, Malaysia, Thailand
2
• Belum kuat dan belum dalamnya struktur industrinasional: hollow in the middle, basis ekspor dan pasar yang sempit, ketergantungan pada impor masih tinggi.
3
• Aktivitas industri masih terkonsentrasi secara geografis di Pulau Jawa:
• Industri besar & sedang: 81-82% dari total perusahaan, 60% dari total nilai tambah & penyerapan tenaga kerja.
4
• Belum efektif dan terkoordinasinya peran/strategipemerintah pusat dan daerah dalam mendukungpengembangan sektor industri
Kuncoro (2007):
Penyebab
deindustrialisasi:
* Perubahan pola
spesialisasi
internasional.
* Hilangnya keunggulan
kompetitif dari sektor
industri suatu negara.
Basri (2009):
Indonesia mengalami
gejala dini
deindustrialisasi.
Priyarsono et al, 2009:
Indonesia mengalami
deindustrialisasi negatif.
STOP DEINDUSTRIALISASI DINI DI
INDONESIA !Pertumbuhan Sektor Industri vs Pertumbuhan PDB
Indonesia 2001-2010 (gambar atas); Menurunnya
Sumbangan sektor industri terhadap PDB (gambar bawah)
39
Visi
Pembangunan
Industri
Nasional
tahun 2035:
“Menjadi
Negara
Industri
Tangguh”
Misi Pembangunan Industri• Daya saing internasional
• Penguatan struktur industri
• Kebutuhan dalam negeri dan substitusi
impor
• Nilai tambah di dalam negeri
• Iklim usaha industri
• Pengembangan wilayah dan konektivitas
ekonomi nasional.
• Penyerapan tenaga kerja;
• Kemampuan riset untuk pengembangan
dan inovasi serta mendorong aplikasi
teknologi;
• Wahana penggerak bagi upaya
modernisasi kehidupan dan wawasan
budaya masyarakat serta menjaga
keutuhan NKRI
Strategi Pembangunan
Industri
• Mengembangkan industri
hulu dan antara;
• Pengendalian Ekspor;
• Meningkatkan penguasaan
teknologi dan SDM;
• Mengembangkan wilayah
pusat pertumbuhan
industri, kawasan
industri, dan sentra industri
kecil dan menengah;
• Menyediakan langkah-
langkah afirmatif berupa
perumusan
kebijakan, penguatan
kapasitas kelembagaan dan
pemberian fasilitas
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL
(RIPIN)
41
41
MENGHINDARI JEBAKAN MIDDLE INCOME TRAP
(MIT)
Kebangkitan ekonomi Indonesia sebagai bangsa yang besar dan segani masih
membutuhkan jalan yang panjang,berliku serta banyak lubang. Meski arah
jalannya sudah 'on the right track' agaknya perlu pindah ke gigi yang lebih tinggi
(shifting into the higher gear) mengejar ketinggalan dibanding negara lain dan
keluar dari jebakan MIT.Kebanyakan kasus yang
mengakibatkan terjadinya
MIT
Peran yang sebaiknya dilakukan suatu
negara
Pendidikan dan
penegakan hukum
Lemahnya kualitas pendidikan
dan penegak hukum.
Peran negara kecil dalam hal ini.
Menciptakan insentif adalah cara yang bisa
dilakukan negara yaitu dengan investasi
yang lebih banyak dalam sektor pendidikan
dan penelitian dan pembangunan.
Mengubah
komposisi ekspor
sesuai dengan
keuntungan
komparatif
Lemahnya kemampuan untuk
memproduksi dan mengekspor
produk-produk tekhnologi
tinggi
Peran negara sebagai fasilitator.
Mendukung berbagai kegiatan industri
yang berbasis keunggulan komparatif yang
dimiliki oleh negara tersebut.
Negara
menggalakkan
peningkatan mutu
industri
Peran yang tidak tepat dan tidak
efesien dalam meningkatkan
kemampuan memproduksi dan
mengekspor produk
bertekhnologi tinggi
Negara harus proaktif. Fokus pada
akumulasi kemampuan dan memantabkan
niat untuk mempercepat peningkatan
industri
PERUBAHAN PARADIGMA:KEUNGGULAN KOMPARATIF MENUJU
KEUNGGULAN KOMPETITIF
Indonesia
Skilled-labour intensive(electronic)
Unskilled-labour intensive(textiles)
Resource-intensive(rice, timber)
Capital-intensive(machinery)
R&D and knowledge-intensive(computers)Japan
Asian NIC’s
ASEAN
“Created” comparative
advantage: Porter- and
Krugman- type exports
“Natural” comparative
advantage: Ricardo-
and Ohlin- type
exports
42
KUNCI KEMAJUAN: SDM,IPTEK, DAN
INDUSTRI HIGH TECH
43
High-tech export adalah produk-produk yang mengalami intensifitas tinggi dalam
penelitian dan pengembangan, seperti aerospace, komputer, obat-obatan, peralatan
medis, dan mesin-mesin.
Sumber: Diolah dari Bank Dunia (2015)
INDONESIA
MALAYSIA
OECD
Data Kemdiknas, Diolah dari: Encyclopedia of Nations, http://www.nationsencyclopedia.com/ diakses Januari 2011
63.00%
17.70%
10.30%
5.50%
1.60%
1.80%
55.50%
20.20%
12.70%
6.20%
2.20%
3.20%
51.50%
18.90%
14.60%
7.80%
2.70%
4.60%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00%
SD atau tidak tamat SD
SMP
SMA
SMK
Diploma I,II,III
Universitas
2010
2006
2001
TINGGI
MENENGAH
DASARPENINGKATAN
KUALIFIKASI
SDM
TINGGI dan
MENENGAH
100%
175%20%
45%
Sebagai target pencapaian komposisi Angkatan Kerja
35%
Peningkatan Profil Kualifikasi Angkatan KerjaTantangan
44
45
KINERJA EKSPOR – IMPOR INDONESIAKinerja ekspor produk industri cenderung turun sejak 2012, sedang impor meningkat. Industri dengan kandungan impor tinggi amat terpukul dengan anjloknya nilai Rp terhadap US$.
Sumber: Dirjen Basis Industri Manufaktur, Kemenperin (2014)
Hambatan tarif masih
banyak terjadi, misal
produk olahan sayur
dan buah yang
mengandung gula
atau tidak ke Korsel
masih sekitar 20 –
45%, ke Afsel sekitar
20 – 35%, ke Jepang 10
– 24%, dsb.nya.
46
1. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor (Memiliki pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri).
2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja (Berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerja produktif).
3. Memiliki daya saing internasional (memiliki daya saing di pasar global).
4. Memberikan nilai tambah yang berkelanjutan di dalam negeri (Memiliki prospek untuk tumbuh pesat dalam kemandirian).
5. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri.
6. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku dan teknologi.
1. Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional dan
daerah.
2. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan
energi.
3. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.
KRITERIA KUANTITATIF (BERDASARKAN PAST
PERFORMANCE)
KRITERIA KUALITATIF (BERDASARKAN VISI KE
DEPAN)
KRITERIA PENETAPAN INDUSTRI PRIORITAS
Industri Padat Karya
Industri Kecil dan Menengah
IndustriPadat Modal
Industri Berbasis Sumber Daya Alam
Industri Pertumbuhan
Tinggi
Industri Prioritas Khusus
• Industri Tekstil• Industri Alas Kaki• Industri Furnitur • Industri Gula
• Industri Pupuk• Industri Petrokimia
• Industri Otomotif, Elektronika dan Telematika
• Industri Penghasil barang Modal
• Industri Perkapalan
FOKUS PENGEMBANGAN
INDUSTRI PRIORITAS NASIONAL
• Industri Makanan dan Minuman• Industri Hilir Kelapa Sawit• Industri Hilir Karet• Industri Hilir Kakao• Industri Hilir Baja & Alumunium Hulu• Industri Rumput Laut
• Industri Fesyen• Industri Kerajinan• Industri Batu Mulia• Industri Keramik• Industri Minyak Atsiri
Telah teridentifikasi produk-
produk unggulan daerah per
propinsi, yang akan disepakati
untuk didorong bersama dengan
Pemerintah Daerah
Membangunkan kompetensi inti daerah melalui
pengembangan industri pengolahan produk-
produk unggulan daerah
Telah teridentifikasi
kompetensi inti industri
beberapa kabupaten/kota
PENDEKATAN IIBOTTOM UP POLICY: Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah
Hingga 2011 telah diterbitkan 38 SK Menteri Perindustrian tentang Roadmap Pengembangan Industri Unggulan bagi 8 Provinsi & 30 kabup/kota
Kab / Kota
Provinsi
Usaha BesarOmzet/tahun lebih dari Rp 50 MiliarAsset lebih dari 10 Miliar
Omzet/tahun Rp 2,5 Miliar s.d. Rp 50 MiliarAsset Rp. 500 juta s.d. Rp 10 Miliar
Usaha KecilOmzet/tahun Rp 300 Juta s.d. Rp 2,5 MiliarAsset Rp. 50 juta s.d. Rp 500 Juta
Usaha MikroOmzet/tahun s.d.Rp 300 JutaAsset s.d. Rp. 50 juta
51
55.586.176 Unit (98,79%)
629.418 Unit(1,11%)
48.977 Unit(0,09%)
4.968 Unit(0,01%)
Tahun 2012TOTAL : 56.539.560 UNIT
51Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (2012)
CIRI UTAMA UMKM
• Tidak ada pemisahan: pemilik &
manajerial
• Menggunakan tenaga kerja sendiri
(Bimantara)
• Unbankable: 67% mengandalkan modal
sendiri & keluarga
• Tidak berbadan hukum: 92%
HOLLOW OF THE
MIDDLE
MIKRO(98,8%)
KECIL(1,1%)
MENENGAH(0,09%)
BESAR(0,01%)
Locomotive of Growth
Hollow of The Middle
Survivalist
Potential firms
PENDALAMAN STRUKTUR
& KAITAN INDUSTRI
*
Skala Usaha * 1986 2006
Besar 12,765 44,038
Menengah N/A 152,789
Kecil 94,534 3,594,254
Mikro 1,416,935 18,933,701
Perlu Reposisi?53
Survivalist mendominasi ekonomi, tetapi dengan tingkat
produktivitas rendah. Perlu peningkatan kemitraan antara
IBS dan IKM.
Sumber: Menneg Kop& UMKM, BPS
Sumber: Kementerian BUMN (2013)
KEMITRAAN BUMN DENGAN UMKM VIA PROGRAM PKBL
“Sebagai salah satu
pilar perekonomian
nasional, BUMN tidak
lupa turut serta dalam
pengembangan usaha
mikro, kecil, menengah
dan koperasi serta
kepedulian terhadap
lingkungan melalui
Program Kemitraan dan
Bina Lingkungan
(PKBL)
(http://pkbl.bumn.go.id/
)”.
54
55
BUMN DAN UKM:
MASALAH DI LAPANGAN
Pembinaan &
pemberdayaan yang kurang
terpadu & tumpang tindih
lemahnya koordinasi antar
BUMN
kuatnya fanatisme sektoral
Kurangnya kepedulian
terhadap usaha kecil (Small
is beautiful but big is better)
UKM belum menjadi bagian
integral dari strategi & value
chain BUMN
Kemitraan hanya mengikuti
“perintah” SK
Menkeu=>sinterklas
Tidak ada kaitan proses
produksi antara UKM &
BUMN (lemahnya kaitan ke
depan & ke belakang)
INSENTIF KEPADA PRODUSEN PRODUK OVOP DI SENTRA IKM
Pangsa
IKM 38%
menjadi
50% terhadap
PDB tahun
2025
PRODUK OVOP TERBAIK DI SENTRA IKM
SENTRA IKM
PRODUK IKM
PRODUK IKM
PRODUK IKM
TERPILIH
1. USAHA BESAR (Astra, dll)
2. BUMN (PNM, Pertamina, dll)
3. PERBANKAN
4. PERGURUAN TINGGI (PAKAR/TENAGA AHLI)
5. KADIN / ASOSIASI
PEMKAB/KOTA
(DINAS, INSTANSI
KAB/KOTA)
PEMERINTAH
(DEP, KEMENTRIAN,
LEMBAGA)
PEMPROV
(DINAS, INSTANSI, P
ROVINSI)
IKM
XXX
INSENTIF
BANTUAN PROMOSI WEBSITE
IKM
XXXX
IKM
XXXXX
FASILITASI AKSESPEM
BIAYAAN
PENINGKATAN STANDAR DAN MUTU PROD UK
BANTUAN PENINGKA
TAN KOMPETEN
SI SDM
BANTUAN
PROMOSI
DAN
PEMASARAN
PASAR
GLOBAL
& AEC
57
UMKM SECARA UMUM DENGAN INOVASI
• Peningkatan alat produksi, efisiensi dan produktivitas melalui sistem kerja dan rekam jejak
• Pemenuhan standar pembeli / industri (HAKI, ISO)
• Perluasan pasar
• Peningkatan SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
• Tersedia modal kerja dan investasi dengan cara sederhana dan dekat lokasi.
• Tersedia dana untuk langkah inovasi
• Revutalisasi KUR
• Tersedia bahan baku atau dan substitusi bahan baku dan bahan bantu yang lebih efisien dan tersedia dengan mudah.
SOLUSI MASALAH & PROGRAM PENGEMBANGAN UMKMK
• Peningkatan manajemen tata administrasi,, keuangan dan tata proses produksi.
• Layanan pengembangan bisnis
13 4
5
2
6
PASAR/
PEMBELI
PROSESPRODUKSI
BAHAN BAKU
MODAL
SDM
MANAJEMEN
VISI INDONESIA 2025 (MP3EI)w
ww
.mudra
jad.c
om
58
VISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL MENURUT UU
Perindustrian: Menjadi sebuah negara industri tangguh di
dunia.
Vision without action is just a dream
Action without vision is just an activity
Vision and action altogether can change the world
Prasyarat Dasar Mewujudkan Visi Indonesia 2045
Prasayaratdasar untuk
mewujudkan Visi Indonesia
2045
Reformasikelembagaan
(birokrasi, sistemhukum,
kepemimpinan)
Konsistensi & koherensi
antarkebijakan makro,
sektoral, daerah
Pembiayaan
Infrastruktur fisik(jalan,
pelabuhan, airport)
Koordinasipusat dan
daerah
Energi(gas,
minyak, batubara,
listrik)
MENURUNKAN BIAYA LOGISTIK (Atas: fakta kini;
Bawah: target RPJMN hingga 2019)
60
15.32
13.67
15.61
11.70
14.08
4.88
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
Jabotabek
Surabaya
Medan
Makassar
Indonesia (Avg)
Japan
Logistics Costs 15.32 13.67 15.61 11.70 14.08 4.88
Jabotabek Surabaya Medan MakassarIndonesia
(Avg)Japan
Indonesia 14.08% from total sales, Japan only 4.88%.
CONTAINER TARIFFS TO JAPAN, SHANGHAI, ASEAN HAVE BEEN
LOWER THAN TO MAKASAR, BELAWAN, AND OTHER SEAPORTS IN
INDONESIAN EASTERN REGIONS.
Source: World Bank (2010)
1. Menetapkan fokus pembangunan industri strategik secara nasional
dan kompetensi inti daerah.
2. Memperkuat kaitan antara industri hulu, antara dan hilir berbasis
sumber daya alam dan kompetensi daerah dengan insentif fiskal dan
perijinan.
3. Mengkombinasikan strategi total global export berbasis industri yang
broad based dan broad countries
4. Pengendalian ekspor bahan mentah dan sumber energi bagi industri
prioritas.
5. Meningkatkan kerjasama industri dan perguruan tinggi dalam
pengembangan industri yang berbasis iptek, produk standar nasional &
internasional, serta peningkatan kualitas SDM industri.
6. Mendorong DESENTRALISASI INDUSTRI dengan:
Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan
Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah.
7. Menyusun kebijakan afirmatif dan insentif bagi industri berorientasi
ekspor, menyerap tenaga kerja, memiliki daya saing internasional.
8. Tingkatkan kerjasama internasional bidang industri dengan
Korsel, Jepang, AS, Jerman, Italia, Australia.
USULAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL &
DAERAH
63
63
Krisis adalah cobaan. Quran Surah Al Baqarah ayat 155:“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar”
…akhirnya….
Lebih Kurang Mohon Dimaafkan
Lain Kali Mohon Diundang
SUGGESTED READINGS
www
.mud
rajad
.com
64
@Mudrajad/FEB UGM 65
WHO IS MUDRAJAD KUNCORO?
Pendidikan:
Guru besar FEB UGM (sejak 1 Okt 2006)
PhD in Business & Regional Development:
University of Melbourne, Australia (2000)
M.Soc.Sc in International Finance:
University of Birmingham, UK (1993)
SE with cum laude: FE UGM (1989)
Board of Editors: (1) Journal of Indonesian
Economy & Business; (2) International
Journal of Business & Economic
Development.
Award: (1) Best tract presentation & award
of honour dari Academy of Business &
Retail Management (London 5 nov 2013);
(2) Penelitian & Pengabdian Award 2010
dari Rektor UGM untuk Kategori Publikasi
Internasional Terbaik ke-3 se-UGM.
Buku yang ditulis: 41; ratusan artikel ilmiah
di berbagai media massa & jurnal.
Visit http://www.mudrajad.com