seminar bahasa fitri 2
TRANSCRIPT
![Page 1: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/1.jpg)
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE
DALAM PEMBELAJARAN MENEMUKAN KALIMAT SIMPLEKS DAN
KALIMAT KOMPLEKS PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 01
KENDAL
Oleh: Dwi Umi Safitri F. A
Mahasiswa PBSI FPBS IKIP PGRI Semarang
E-Mail: [email protected]
Abstrak
Abstrack
![Page 2: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum KTSP yang
sebelumnya sudah diterapkan pada dunia pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini
mulai diterapkan disekolah-sekolah percontohan pada tahun ajaran 2013. Kurikulum
2013 menekankan pada keseimbangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sebagai
bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan, kemampuan berbahasa yang dituntut tersebut
dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai dengan meningkatkan
pengetahuan tentang jenis, kaidah dan konteks suatu teks, dilanjutkan dengan
keterampilan menyajikan suatu teks tulis dan lisan baik terencana maupun spontan,
dan bermuara pada pembentukan sikap kesantunan dan kejelian berbahasa serta sikap
penghargaan terhadap Bahasa Indonesia sebagai warisan budaya bangsa.
Selain itu, Kurikulum 2013 menggunakan konsep berbasis teks dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan prinsip bahwa (1) bahasa
hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah
kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk
kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat fungsional, yaitu
penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari konteks karena bentuk
bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi
penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan berpikir
manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa setiap teks
memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda. Sementara itu, struktur teks
merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian, makin banyak jenis teks
yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang dapat digunakannya
dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu, siswa kemudian
dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan mengobservasi,
mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan hasil analisis
secara memadai.
Teks dapat diperinci ke dalam berbagai jenis, seperti deskripsi, penceritaan
(recount), prosedur, laporan, eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat, iklan, catatan
![Page 3: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/3.jpg)
harian, negosiasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah. Semua jenis teks itu
dapat dikelompokkan ke dalam teks cerita, teks faktual, dan teks tanggapan. Dua
kelompok yang disebut terakhir itu merupakan teks nonsastra yang masing-masing
dapat dibagi lebih lanjut menjadi teks laporan dan teks prosedural serta teks
transaksional dan teks ekspositori. Sementara itu, teks cerita merupakan jenis teks
sastra yang dapat diperinci menjadi teks cerita naratif dan teks cerita nonnaratif.
Sesuai dengan Kurikulum 2013, buku siswa kelas X memuat lima pelajaran yang
terdiri atas dua jenis teks faktual, yaitu laporan hasil observasi dan prosedur
kompleks; dua jenis teks tanggapan, yaitu teks negosiasi dan teks eksposisi; dan satu
jenis teks cerita, yaitu teks anekdot.
Jenis-jenis teks tersebut dapat dibedakan atas dasar tujuan (yang tidak lain
adalah fungsi sosial teks), struktur teks (tata organisasi), dan ciri-ciri kebahasaan teks-
teks tersebut. Sesuai dengan prinsip tersebut, teks yang berbeda tentu memiliki fungsi
yang berbeda, struktur teks yang berbeda, dan ciri-ciri kebahasaan yang berbeda.
Dengan demikian, pembelajaran bahasa berbasis teks merupakan pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk menguasai dan menggunakan jenis-jenis teks tersebut di
masyarakat.
Berkaitan dengan jenis-jenis teks diatas, pada pemebelajaran 1 yaitu Gemar
Meneroka Alam Semesta khususnya mengenai Teks Laporan Hasil Observasi
terdapat materi mengenai kalimat simpleks dan kompleks. Pembelajaran itu sesuai
dengan KD. 3.1 Memahami struktur dan kaidah teks anekdot, laporan hasil observasi,
prosedur kompleks, dan negosiasi baik melalui lisan maupun tulisan dan KD. 4.1
Menginterpretasi makna teks anekdot, laporan hasil observasi, prosedur kompleks,
dan negosiasi baik secara lisan maupun tulisan. Kalimat simpleks adalah kalimat
yang hanya terdiri dari satu verba utama yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau
keadaan. Sedangkan kalimat kompleks adalah kalimat yang terdiri dari dua verba
utama atau lebih yang menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan.
Saat proses pembelajaran, banyak siswa yang belum mampu memahami
materi tersebut. Hal itu karena ada beberapa siswa yang tidak konsentrasi, bermain
dengan teman sebangku, tidak adanya minat, dan pembelajaran yang membosankan.
![Page 4: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/4.jpg)
Pemilihan model atau metode pembelajaran yang kurang tepat dapat membuat proses
pembelajaran tidak sesuai dengan tujuan. Untuk itu, pemilihan model atau metode
yang sesuai dengan materi sangat diperlukan agar pembelajaran berjalan dengan
menarik dan tidak bosan.
Penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples merupakan suatu
alternative dan dirasa sangat tepat untuk melengkapi dan meningkatkan pemahaman
siswa. Model pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu pendekatan
group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik.
Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran
kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan
lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada invidu. (Muslimin Ibrahin,
2000:3)
Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh pembelajaran
yang menggunakan media. Menurut Suyatno (2009:73), Examples Non Examples
merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau table
sesuai materi ajar dan tujuannya. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan
petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang sajian
gambar tadi, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan
refleksi. Selanjutnya, Slavin dan Chitimah (2007:1) dijelaskan bahwa Examples Non
Examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-
contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan kompetensi
dasar.
Penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples dalam
pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kalimat kompleks diharapkan dapat
membuat siswa lebih paham mengenai materi yang diajarkan. Selain itu, adanya
penggunaan model ini mampu mengoptimalkan pembelajaran sehingga sesuai dengan
tujuannya.
Tujuan penelitian ini yaitu (1) mendeskripsikan kondisi pembelajaran yang
terjadi, (2) mendeskripsikan model pembelajaran Examples Non Examples, (3)
![Page 5: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/5.jpg)
mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples dalam
pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kalimat kompleks, dan (4)
menghasilkan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif dengan menggunakan
model pembelajaran Examples Non Examples.
LANDASAN TEORI
Kalimat adalah suatu bentuk linguistic, yang tidak termasuk ke dalam suatu
bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal (Bloomfield,
1995). Di sisi lain, Lado (1968) mengatakan bahwa kalimat adalah satuan terkecil
dari ekspresi lengkap. Pendapat lado dipertegas lagi oleh Sutan Takdir Alisyahbana
(1978) yang mengatakan bahwa kalimat adalah satuan bentuk bahasa yang terkecil,
yang mengucapkan suatu pikiran yang lengkap. Sementara ituy, Ramlan (1996)
mengatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda
panjang yang disertai nada akhir turun naik.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat
adalah satuan gramatikal atau satuan bahasa terkecil yang berupa klausa atau
rangkaian kata, yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yang lengkap.
Menurut kompleksitasnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat simpleks dan kalimat
kompleks.
Kalimat simpleks ialah kalimat yang hanya terdiri atas satu struktur dengan satu
verba utama, seperti terlihat pada contoh (a) dan (b), sedangkan kalimat kompleks
adalah kalimat yang terdiri atas dua struktur atau lebih dengan dua verba atau lebih,
seperti terlihat pada contoh (c) dan (d).
(a) Tumbuh-tumbuhan tergolong ke dalam makhluk hidup.
(b) Tumbuh-tumbuhan [[yang ditanam di kebun itu]] tergolong ke dalam
makhluk hidup.
(c) Yang pertama sering disebut makhluk hidup dan yang kedua disebut makhluk
mati.
(d) Tanaman kacang itu akan tumbuh subur apabila petaninya rajin
menyiramnya.
![Page 6: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/6.jpg)
Seperti yang terlihat pada contoh (a) dan (b), verba utama itu adalah
tergolong. Verba ditanam, yang terletak pada bagian yang diletakkan di dalam tanda
[[ ... ]], bukan verba utama. Pada dasarnya, bagian yang diletakkan di dalam tanda
[[ ... ]] dapat dibuang dan hanya merupakan penjelas nomina yang ada di depannya.
Amatilah dengan cermat. Ternyata kalimat kompleks merupakan rangkaian dua
kalimat atau lebih dengan konjungsi sebagai alat perangkainya. Pada contoh (c),
konjungsi yang digunakan adalah dan, sedangkan pada contoh (d), konjungsi yang
digunakan adalah apabila.
1. Kalimat simpleks: kalimat yang hanya terdiri atas satu verba utama yang
menggambarkan aksi, peristiwa, atau keadaan. Kalimat simpleks (yang
sesungguhnya sama dengan kalimat tunggal) hanya mengandung satu struktur:
subjek^predikator^(pelengkap)^(keterangan). Unsur yang diletakkan di dalam
kurung belum tentu ada dalam kalimat. Pada contoh berikut ini yang dimaksud
verba utama adalah menulis. Verba tinggal pada unsur subjek dianggap bukan
verba utama. Kalimat tersebut mempunyai satu struktur, yaitu
subjek^predikator^keterangan cara.
Pak guru yang tinggal di rumah dinas itu mengajar dengan baik.
subjek predikator keterangan cara
2. Kalimat kompleks: kalimat yang terdiri atas lebih dari satu aksi, peristiwa, atau
keadaan sehingga mempunyai lebih dari satu verba utama dalam lebih dari satu
struktur. Struktur yang satu dan struktur yang lain biasanya dihubungkan oleh
konjungsi, tetapi sering pula hubungan itu hanya ditunjukkan oleh tanda koma
atau titik koma, bahkan tidak ditunjukkan oleh tanda baca apa pun. Kalimat
kompleks dibagi menjadi dua jenis, yaitu kalimat kompleks parataktik dan
kalimat kompleks hipotaktik.
a. Kalimat kompleks parataktik: kalimat kompleks yang terdiri atas dua
struktur atau lebih yang dinyatakan dengan hubungan konjungtif sejajar
dengan makna, antara lain dan, tetapi, dan atau. Contoh berikut ini
![Page 7: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/7.jpg)
mengandung dua verba utama, yaitu masing-masing disebut, dalam dua
struktur yang dirangkaikan oleh konjungsi dan. Contoh tersebut mempunyai
dua struktur (yang kebetulan sama), yaitu masing-masing
subjek^predikator^pelengkap. Struktur 1 dan struktur 2 berhubungan secara
sejajar dengan konjungsi dan.
Struktur 1
Yang pertama disebut makhluk hidup
subjek predikator pelengkap
Struktur 2
dan yang kedua disebut makhluk mati.
kata perangkai:
konjungsi
subjek predikator pelengkap
b. Kalimat kompleks hipotaktik: kalimat kompleks yang dapat dinyatakan
dengan hubungan konjungtif tidak sejajar dengan makna, antara lain apabila,
jika, karena, dan ketika. Pada contoh berikut ini, struktur 1 dan struktur 2
dirangkaikan dengan konjungsi apabila. Kedua struktur itu berhubungan
secara tidak sejajar. Struktur 2 menjadi syarat berlangsungnya kejadian pada
struktur 1.
Struktur 1
Tanaman kacang itu akan tumbuh subur
subjek predikator pelengkap
Struktur 2
apabila petaninya rajin menyiram -nya.
kata perangkai:
konjungsi
subjek predikator pelengkap
![Page 8: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/8.jpg)
Model pembelajaran Examples Non Examples yaitu suatu model pembelajaran
kooperatif yang menggunakan media gambar atau contoh-contoh untuk menuju
pemahaman yang lebih mengenai materi yang diajarkan. Pembelajaran ini melatih
siswa untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat
penting sebagai bekal siswa dalam kehidupan dimasyarakat kelak. Oleh sebab itu,
sebelum melakukan pembelajaran kooperatif guru perlu membekali siswa dengan
kemampuan berkomunikasi. Adapun kelebihan dari model pembelajaran Examples
Non Examples anatara lain siswa lebih berpikir kritis dalam menganalisis gambar
qatau contoh-contoh yang relevan dengan KD, siswa mengetahui aplikasi dari materi
berupa contoh gambar yang relevan dengan KD, dan siswa diberi kesempatan
mengemukakan pendapatnya mengenai analisis gambar atau contoh-contoh yang
relevan dengan KD. Sedangkan kelemahannya anataralain tidak semua materi dapat
disajikan dalam bentuk gambar dan memerlukan banyak waktu selama proses
pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dilakukan peneliti yaitu metode observasi. Menurut
Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono (2011:203) mengemukakan bahwa,
observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Sedangkan menurut Heru mengatakan bahwa
observasi adalah studi yang sengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana,
terarah pada suatu tujuan guna mengamati dan mencakup fenomena satu atau
skelompok orang dalam kompleks kehidupan sehari-hari. Menurut Rahardjo &
Gudnanto (2011:47) menyatakan bahwa observasi adalah kegiatan pengamatan
(secara inderali) yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat dan dimaknai
(diinterprestasikan) dalam rangka memperoleh pemahaman tentang objek yang
diamati.
Jadi, dapat disimpulakn bahwa observasi atau pengamatan adalah suatu
kegiatan mengamati perilaku siswa secara nampak dan hasilnya di catat serta
diinterpretasikan guna memperoleh pemahaman tentang objek yang diamati.
![Page 9: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/9.jpg)
Peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas X di SMA N 1 Kendal.
Observasi dilakukan saat peneliti mengikuti kegiatan PPL2 di SMA tersebut. Peneliti
melakukan penelitian diempat kelas, antaralain kelas X IPA1, IPA3, IPA5, dan IPS1.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis kegiatan pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kompleks
Saat proses pembelajaran mengenai kalimat simpleks dan kompleks, siswa
mengikuti pembelajaran dengan baik, tetapi ada beberapa siswa yang tidak
konsentrasi selama proses pembelajaran. Ada yang mengobrol dengan teman
sebangku, keluyuran, dan siswa juga merasa bosan dengan materi yang diberikan.
Saat siswa mencari dan membuat contoh antonim dan sinonim kata, verba dan
nomina tidak merasa kesulitan. Siswa mampu membuat dengan benar dan tepat.
Meskipun ada beberapa siswa yang kurang tepat menjawab soal yang diberikan.
Sedangkan saat guru meminta siswa untuk mencari contoh kalimat simpleks
dan kalimat kompleks, siswa merasa kurang memahi mengenai materi tersebut.
Sehingga siswa tidak mampu mengerjakan dengan benar dan tepat. Padahal, guru
sudah menjelaskan materi itu sampai berulang-ulang. Namun, tetap saja siswa merasa
kesulitan dan bahkan mereka merasa bosan dengan pembelajaran tersebut. Saat itu,
guru menjelaskan materi ajar melalui metode ceramah. Bisa saja, penggunaan model,
metode, media, dan teknik yang tidak tepat dapat membuat proses pembelajaran tidak
berjalan sesuai dengan tujuan. Guru dituntut agar mampu memilih dan memakai
model, metode, media, dan teknik yang sesuai dengan materi ajar. Guru perlu
melakukan kombinasi dan variasi mengenai materi yang akan diberikan kepada
siswa.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi saat pembelajaran mencari kalimat simpleks
dan kalimat kompleks anatara lain, (1) siswa bingung membedakan antara kalimat
simpleks dan kalimat kompleks. Sebenarnya, kalimat simpleks dan kalimat kompleks
merupakan perubahan penyebutan dari kalimat tunggal dan kalimat majemuk. (2)
siswa terbolak-balik dalam menentukan kalimat yang termasuk kalimat simpleks dan
kalimat kompleks.
![Page 10: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/10.jpg)
Adanya fenomena tersebut, peneliti mencoba menggunakan model
pembelajaran Examples Non Examples dengan tujuan untuk membuat proses
pembelajaran menjadi menarik dan materi yang diberikan mampu dipahami siswa.
Analisis penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples dalam
pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kalimat kompleks
Berdasarkan kondisi kegiatan pembelajaran dalam menemukan kalimat
simpleks dan kalimat kompleks belum maksimal, peneliti menggunakan model
pembelajaran Examples Non Examples agar siswa menjadi lebih paham mengenai
materi yang diajarkan. Adapun langkah-langkah model pembelajaran Examples Non
Examples, anataralain:
Jadi, saat memberikan materi tersebut guru mempunyai dua contoh teks yang
berbeda dan dijelaskan dengan penuh pemahaman kepada siswa. Dua teks tersebut
yaitu teks laporan dan teks prosedur. Tentunya dua teks tersebut berbeda dari segi
struktur penulisan dan isinya. Sehingga, adanya perbedaan tersebut mempermudah
guru dalam menjelaskan mengenai materi yang diajarkan. Karena dengan adanya
contoh-contoh, siswa lebih mudah memahami mengenai materi yang diberikan guru.
Cara yang digunakan guru yaitu mengambil contoh kalimat simpleks dan
kompleks dalam sebuah teks yang termasuk teks laporan observasi. Kemudian
dijelaskan satu persatu dan diberikan alasan mengapa kalimat itu termasuk kalimat
dan kalimat kompleks. Setelah siswa mampu memahami penjelasan guru, siswa
disuruh untuk mencari kalimat simpleks dan kompleks pada teks tersebut. Kegiatan
tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pemahaman siswa
mengenai materi yang diberikan. Selain itu, guru juga ingin mengetahui penggunaan
model pembelajaran Examples Non Examples tepat atau tidak.
Berikut adalah teks laporan MAKHLUK DI BUMI INI yang digunakan guru saat
memberikan materi pembelajaran kalimat simpleks dan kalimat kompleks.
MAKHLUK DI BUMI INI
![Page 11: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/11.jpg)
1. Benda di dunia dapat dikelompokkan atas persamaan dan perbedaannya.
Dengan pengelompokan, benda-benda itu lebih mudah dipelajari.
2. Semua benda di dunia ini dapat diklasifikasi menjadi dua kelompok, yaitu
benda hidup dan benda mati. Yang pertama sering disebut makhluk hidup dan
yang kedua disebut makhluk mati. Benda hidup mempunyai ciri-ciri umum,
seperti bergerak, bernapas, tumbuh, dan mempunyai keturunan. Benda hidup
juga membutuhkan makanan. Benda mati dibedakan dari benda hidup karena
benda mati tidak mempunyai ciri-ciri umum tersebut. Kera, tumbuh-
tumbuhan, ikan, dan bunga adalah contoh benda hidup. Sementara itu, kaca,
air, plastik, baja, dan oksigen adalah contoh benda mati.
3. Benda hidup dapat dikelompokkan lagi menjadi binatang dan tumbuh-
tumbuhan. Pengelompokan itu dilakukan karena keduanya berbeda dalam
beberapa hal. Tumbuh-tumbuhan tidak dapat bergerak dari satu tempat ke
tempat lain. Tumbuh-tumbuhan tidak mempunyai otak, jantung, paru-paru,
dan darah, tetapi hidup. Selain itu, tumbuh-tumbuhan dapat melakukan
sesuatu yang sangat penting yang tidak dapat dilakukan oleh binatang.
Tumbuh-tumbuhan dapat menghasilkan makanan sendiri, sedangkan binatang
tidak. Rumput, gandum, dan tanaman keras adalah jenis tumbuh-tumbuhan.
Namun, tidak semua tumbuh-tumbuhan mempunyai bunga. Oleh karena itu,
tumbuh-tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi tumbuh-tumbuhan berbunga
dan tumbuh-tumbuhan tidak berbunga. Mawar, jagung, dan tanaman buah
mempunyai bunga, tetapi jamur, lumut, dan pakis tidak.
4. Selanjutnya, binatang dapat dibagi menjadi vertebrata dan invertebrata.
Vertebrata bertulang belakang meliputi manusia, burung, anjing, katak, dan
lain-lain, sedangkan invertebrata tidak bertulang belakang meliputi ubur-ubur,
kupu-kupu, dan laba-laba. Terdapat lima kelompok vertebrata, yaitu mamalia,
burung, amfibia, reptilia, dan ikan.
(Diadaptasi dari Learning English through General
Science, 1984: 29)
![Page 12: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/12.jpg)
Hasil analisis penggunaan model pembelajaran Examples Non Examples dalam
pembelajaran menemukan kalimat simpleks dan kalimat kompleks
Model pembelajaran Examples Non Examples yang digunakan untuk
menemukan kalimat simpleks dan kompleks ternyata tepat. Hal itu dibuktikan dengan
hasil jawaban siswa yang benar dan tepat. Siswa tidak merasa kesulitan lagi dalam
menentukan kalimat simpleks dan kompleks. Meskipun ada beberapa siswa yang
kurang tepat menjawab. Tetapi, dengan penggunaan model tersebut pemahaman
siswa menjadi lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran yang sebelumnya.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Pembelajaran mengenai kalimat simpleks dan kompleks bukanlah
pembelajaran baru untuk siswa kelas X. Hanya saja, dua kalimat tersebut merupakan
penyebutan lain dari kalimat tunggal dan majemuk. Pemilihan model pembelajaran
Examples Non Examples sudah tepat karena mampu membuat pemahaman siswa
menjadi lebih baik. Siswa tidak merasa kesulitan lagi dalam menemukan kalimat
simpleks dan kompleks.
SARAN
Sebagai calon guru, hendaknya mampu menentukan model, metode, atau
media yang sesuai dengan materi yang akan diberikan. Karena pemilihan yang tidak
tepat dapat membuat hasil belajar yang kurang maksimal. Selain itu, guru harus
mampu menciptakan suasana belajar-mengajar yang menarik dan kreatif. Agar
pembelajaran tidak membosankan dan berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, M.D., dkk. 1984. Model-model Mengajar. Abndung: CV Diponegoro.
Hamdani. 2011. Strategi belajar mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan
Akademik. Jakarta: Politeknik Negeri Media Kreatif.
![Page 13: Seminar bahasa fitri 2](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082704/5589109ad8b42ac3788b4706/html5/thumbnails/13.jpg)
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
http://www.papantulisku.com/2010/01/model-pembelajaran-examples-non.html