sementara

12
1 PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi [email protected] Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi [email protected] Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konversi lahan sawah ke non pertanian terhadap hasil produksi padi sawah di Kota Tasikmalaya dan efektifitas kebijakan pemerintah untuk mengendalikannya. Penelitian dilaksanakan menggunakan metode studi kasus. Regresi linear sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh konversi lahan sawah ke non pertanian terhadap hasil produksi padi sawah. Penelitian dilaksanakan di Kota Tasikmalaya yang berlangsung selama tiga setengah bulan yang dimulai dari minggu ketiga April sampai dengan akhir Juli 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi lahan sawah ke non pertanian tidak berpengaruh terhadap hasil produksi padi sawah di Kota Tasikmalaya, karena hasil produksi padi sawah secara makro selama satu tahun berhubungan dengan intensitas penanaman padi serta adanya intervensi pemerintah berupa program intensifikasi dan mekanisasi untuk mengantisipasi dampak konversi lahan sawah ke non pertanian. Hasil prediksi menunjukkan bahwa pada tahun 2031 Kota Tasikmalaya mengalami penurunan dari tahun 2012 pada luas lahan sawah yang dimiliki, bobot gabah kering giling dari hasil panen selama satu tahun yang didapatkan, dan kemampuan maksimal dalam pemenuhan kebutuhan penduduk terhadap beras dari pengolahan hasil panen selama setahun sebagai akibat petumbuhan penduduk dan konversi lahan sawah ke non pertanian. Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan konversi lahan sawah ke non pertanian adalah Perda Kota Tasikmalaya Nomor 4 tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dari Tahun 2011 sampai dengan 2031 yang berjalan efektif ketika terdapat pengajuan perizinan pembangunan dengan memanfaatkan lahan sawah, sehingga tidak semua proses konversi lahan sawah dapat terdata dan terpantau oleh pemerintah. Kata kunci : konversi, lahan sawah, produksi, efektifitas, kebijakan

Upload: edward-oktavian-wahyu-prabowo

Post on 28-Sep-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pendidikan extreme

TRANSCRIPT

  • 1

    PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP

    HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA

    Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

    [email protected]

    Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

    [email protected]

    Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

    [email protected]

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konversi lahan sawah ke

    non pertanian terhadap hasil produksi padi sawah di Kota Tasikmalaya dan efektifitas

    kebijakan pemerintah untuk mengendalikannya.

    Penelitian dilaksanakan menggunakan metode studi kasus. Regresi linear

    sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh konversi lahan sawah ke non

    pertanian terhadap hasil produksi padi sawah. Penelitian dilaksanakan di Kota

    Tasikmalaya yang berlangsung selama tiga setengah bulan yang dimulai dari minggu

    ketiga April sampai dengan akhir Juli 2013.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa konversi lahan sawah ke non pertanian

    tidak berpengaruh terhadap hasil produksi padi sawah di Kota Tasikmalaya, karena hasil

    produksi padi sawah secara makro selama satu tahun berhubungan dengan intensitas

    penanaman padi serta adanya intervensi pemerintah berupa program intensifikasi dan

    mekanisasi untuk mengantisipasi dampak konversi lahan sawah ke non pertanian. Hasil

    prediksi menunjukkan bahwa pada tahun 2031 Kota Tasikmalaya mengalami penurunan

    dari tahun 2012 pada luas lahan sawah yang dimiliki, bobot gabah kering giling dari

    hasil panen selama satu tahun yang didapatkan, dan kemampuan maksimal dalam

    pemenuhan kebutuhan penduduk terhadap beras dari pengolahan hasil panen selama

    setahun sebagai akibat petumbuhan penduduk dan konversi lahan sawah ke non

    pertanian.

    Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan konversi lahan sawah ke non

    pertanian adalah Perda Kota Tasikmalaya Nomor 4 tahun 2012 Tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah dari Tahun 2011 sampai dengan 2031 yang berjalan efektif ketika

    terdapat pengajuan perizinan pembangunan dengan memanfaatkan lahan sawah,

    sehingga tidak semua proses konversi lahan sawah dapat terdata dan terpantau oleh

    pemerintah.

    Kata kunci : konversi, lahan sawah, produksi, efektifitas, kebijakan

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 2

    ABSTRACT

    This study aimed to determine the effect of wetland conversion to non-

    agricultural fields to lowland rice production in Tasikmalaya and effectiveness of

    government policies to control it.

    This research used the case study method. Simple linear regression was used to

    determine the effect of wetland conversion to non-agricultural fields to lowland rice

    production. The experiment was conducted in Tasikmalaya which lasted for three and a

    half months starting from the third week of April to the end of July 2013.

    The results showed that the wetland conversion to non-agricultural fields had no

    effect on rice production in Tasikmalaya, because rice production in macro for one year

    relate to the intensity of rice cultivation as well as government intervention in the form

    of intensification and mechanization program to anticipate the impact of wetland

    conversion to non-agricultural fields. Prediction results showed that in the year 2031

    Tasikmalaya has decreased from 2012 in the field of land owned, the weight of milled

    rice yields obtained for one year, and the maximum capacity in meeting the needs of the

    population for processing rice harvest for a year as a result population's growth and

    wetland conversion to non-agricultural fields.

    Government policies to control wetland conversion to non-agricultural fields is

    Tasikmalaya Regulation No. 4 of 2012 on Spatial Planning of the Year 2011 to 2031.

    This policy will be effective when there is a development permit application to take

    advantage of the paddy field, so not all wetland conversion process can be recorded and

    monitored by the government.

    Keywords : conversion, wetland, production, effectiveness, policy

    PENDAHULUAN

    Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin baik menimbulkan

    terjadinya suatu perubahan struktur perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari penurunan

    kontribusi sektor pertanian diiringi dengan peningkatan kontribusi sektor non pertanian

    terhadap Prodak Domestik Bruto (PDB).

    Pertanian mengalami penurunan kontribusi sebesar 2,22 persen terhadap PDB

    Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan 2010, meskipun nilai PDB sektoral

    mengalami kenaikan sebesar 31,43 persen. Berbeda dengan sektor listrik gas air bersih,

    bangunan, perdagangan hotel restoran, pengangkutan komunikasi, keuangan persewaan

    jasa perusahaan, dan jasa-jasa mengalami kenaikan kontribusi yang signifikan (BPS

    Indonesia, 2011).

    Penurunan kontribusi sektor pertanian terhadap PDB berkaitan dengan semakin

    besarnya konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian. Hal ini

    mengindikasikan tingkat pendayagunaan lahan pertanian yang masih rendah seiring

    dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin maju. Konversi lahan didefinisikan

  • 3

    sebagai perubahan fungsi sebagian atau seluruh lahan yang membawa dampak negatif

    terhadap lingkungan dan potensi lahan tersebut (Utomo, 1992).

    Lahan pertanian telah beralih fungsi sekitar 935.000 hektar dari tahun 1983

    sampai dengan 1993, terdiri dari 425.000 hektar lahan sawah dan 510.000 hektar bukan

    sawah. Bila dirata-ratakan, konversi lahan sawah per tahun sekitar 40.000 hektar.

    Perkembangan konversi lahan tahun 1993 sampai dengan 2003 dari hasil sejumlah

    penelitian diperkirakan mencapai dua kali lipat, yakni sekitar 80.000 hingga 100.000

    hektar per tahun. Konversi lahan terbesar terjadi di pulau Jawa, yakni sebesar 54 persen

    dengan perubahan dominan menjadi lahan perkampungan/pemukiman, sebesar 69

    persen dan kawasan industri, sebesar 20 persen (Badan Pusat Statistik, 2003).

    Tendensi konversi lahan yang tinggi selama ini terjadi pada sebagian kota besar di

    pulau Jawa sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Jika aktivitas

    perekonomian di suatu wilayah semakin besar, maka permintaan terhadap lahan akan

    semakin tinggi. Ketersediaan lahan yang relatif tetap akan mempertinggi kompetisi

    penggunaan lahan untuk berbagai alternatif penggunaan, seperti sektor perdagangan

    pemukiman, industri, maupun untuk pertanian. Dengan demikian, maka pemanfaatan

    lahan akan diprioritaskan pada yang bernilai kompetitif paling besar.

    Kota Tasikmalaya merupakan daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang

    cukup tinggi di Jawa Barat. Kemudahan aksesibilitas dan letak geografis yang strategis

    dengan pusat pertumbuhan, seperti Bandung dan Jakarta, mendorong pemerintah dan

    swasta untuk meningkatkan pembangunan yang mengharuskan dilakukannya konversi

    lahan. Lahan pertanian sering kali menjadi sasaran konversi, karena dianggap memiliki

    nilai ekonomi lebih tinggi pada penggunaan non pertanian.

    Konversi lahan sawah ke non pertanian berpotensi dapat mempengaruhi hasil

    produksi padi sawah, karena perubahan luas panen akan mempengaruhi potensi hasil

    produksi padi sawah sebesar luas lahan sawah yang dikonversi. Lahan sawah yang

    beralih fungsi ke penggunaan non pertanian, kecil kemungkinan untuk kembali ke

    bentuk semula. Hal ini mengancam terhadap hasil produksi padi sawah dan ketahanan

    pangan nasional secara makro.

    Dengan demikian, maka diperlukan suatu penelitian tentang pengaruh konversi

    lahan sawah ke non pertanian terhadap hasil produksi padi sawah di Kota Tasikmalaya

    serta efektifitas kebijakan pemerintah untuk mengendalikannya.

  • 4

    Penelitian dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui 1).Pengaruh konversi

    lahan sawah ke non pertanian terhadap hasil produksi padi sawah di Kota Tasikmalaya;

    2).Efektifitas kebijakan pemerintah Kota Tasikmalaya untuk mengendalikan konversi

    lahan sawah ke non pertanian.

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan mengambil kasus

    konversi lahan sawah di Kota Tasikmalaya Jawa Barat. Data yang digunakan adalah

    data sekunder.

    Hubungan konversi lahan sawah ke non pertanian dengan hasil produksi padi

    sawah diketahui dari koefisien korelasi (r) dan determinasi ( ).

    Alat analisis yang digunakan adalah regresi linear sederhana yang disusun seperti

    berikut :

    = a + b +

    keterangan :

    = hasil produksi padi sawah (ton GKG/tahun) = lahan sawah yang terkonversi ke non pertanian (hektar)

    = lahan sawah tahun ke-(i-1) dikurangi lahan sawah tahun ke-i

    b = koefisien regresi variabel luas lahan sawah yang dikonversi yang akan

    diestimasikan

    a = konstanta atau intercept yang akan diestimasikan

    = kesalahan pengganggu

    Uji-t dilakukan dengan membandingkan nilai dengan pada taraf

    nyata () lima persen.

    Hipotesis yang digunakan yakni :

    : b = 0 : b 0

    dengan kaidah keputusan sebagai berikut :

    1) Jika > , maka tolak (signifikan), sehingga konversi lahan sawah

    ke non pertanian berpengaruh terhadap hasil produksi padi sawah.

    2) Jika , maka terima (non signifikan), sehingga konversi lahan

    sawah ke non pertanian tidak berpengaruh terhadap hasil produksi padi sawah.

    Penelitian dilaksanakan di Kota Tasikmalaya selama tiga setengah bulan yang

    dimulai dari minggu ketiga April sampai dengan akhir Juli 2013.

  • 5

    PEMBAHASAN

    Pengaruh Konversi Lahan Sawah Ke Non Pertanian Terhadap Hasil Produksi

    Padi Sawah

    Hasil analisis menunjukkan bahwa besarnya koefisien korelasi adalah 0,053,

    koefisien determinasi adalah 0,003, dan koefisien estimasi yang disusun model regresi

    linear sederhana sebagai berikut = 80.329,436 + 9,385 X. Selanjutnya, uji statistik

    menunjukkan bahwa nilai sebesar 0,118 lebih kecil dari sebesar 2,571,

    sehingga konversi lahan sawah ke non pertanian tidak berpengaruh terhadap hasil

    produksi padi sawah di Kota Tasikmalaya.

    Berdasarkan hasil analisis, konversi lahan sawah ke non pertanian tidak terbukti

    dapat mempengaruhi hasil produksi padi sawah. Hal ini disebabkan hasil produksi padi

    sawah secara makro dalam setahun berkaitan dengan intensitas penanaman padi.

    Besarnya intensitas penanaman disesuaikan dengan umur tanam varietas padi yang

    digunakan dan ketersediaan air di setiap musim terutama lahan sawah beririgasi tadah

    hujan.

    Tabel 1.

    Proporsi Lahan Sawah Menurut Penggunaan dan Luas Panen Padi Di Kota

    Tasikmalaya Dari Tahun 2005 Sampai Dengan 2012 (Kecuali 2007)

    Tahun

    Proporsi Lahan Sawah Yang

    Setahun Ditanami Padi (%) Tak

    Ditanami

    Padi (%)

    Luas Panen

    (ha)

    Hasil

    Produksi (ton

    GKG) 2 kali 1 kali

    2005 81,99 18,01 0 14.753 76.125

    2006 81,97 18,03 0 12.762 65.571

    2008 83,41 15,82 0,77 13.244 75.257

    2009 82,96 16,77 0,27 15.008 87.257

    2010 97,16 2,56 0,28 15.789 95.808

    2011 94,26 5,65 0,09 13.925 85.382

    2012 94,13 5,70 0,17 13.105 80.707

    Sumber : BPS Kota Tasikmalaya, 2006 sampai 2012 (Kecuali 2008) dan Dinas Pertanian

    Perikanan Kehutanan Kota Tasikmalaya, 2005 sampai 2012 (Kecuali 2007)

    Tabel 1. menunjukkan bahwa lahan sawah yang lebih dari sekali ditanami padi

    memiliki proporsi terendah dari tahun lainnya pada tahun 2006, sedangkan lahan sawah

    yang sekali ditanami padi paling memiliki proporsi tertinggi, sehingga luas panen dan

    hasil produksi dalam setahun paling rendah. Lain halnya dengan tahun 2010, lahan

    sawah yang lebih dari sekali ditanami padi memiliki proporsi tertinggi dari tahun

  • 6

    lainnya, sedangkan lahan sawah yang sekali ditanami padi memiliki proporsi terendah,

    sehingga luas panen dan hasil produksi dalam setahun paling tinggi

    Jika luas lahan sawah yang lebih dari sekali ditanami padi lebih besar daripada luas

    lahan sawah yang sekali ditanami padi dalam setahun, maka luas tanam, luas panen, dan

    hasil produksi akan meningkat. Begitu pun sebaliknya, jika luas lahan sawah yang lebih

    dari sekali ditanami padi dalam setahun lebih kecil daripada luas lahan sawah yang

    sekali ditanami padi, maka luas tanam, luas panen, dan hasil produksi akan menurun.

    Meskipun luas tanam tidak selalu sama dengan luas panen pada suatu tahun (karena

    adanya perbedaan tahun antara waktu tanam dengan waktu panen dan pengaruh faktor

    biotik seperti serangan hama yang dapat menggagalkan panen), tetapi intensitas

    penanaman masih dapat mewakili dalam menentukan luas panen dan hasil produksi.

    Konversi lahan sawah ke non pertanian tidak mempengaruhi hasil produksi padi

    sawah juga disebabkan adanya intervensi pemerintah untuk menekan dampak konversi

    melalui program intensifikasi dan mekanisasi. Pemerintah melalui Dinas Pertanian

    Perikanan Kehutanan Kota Tasikmalaya berupaya mengoptimalkan hasil produksi padi

    sawah meskipun pertanian tidak menjadi sektor andalan. Program pemerintah

    dilaksanakan setiap tahun, baik yang pendanaannya dari APBD Kota Tasikmalaya

    maupun bantuan dari APBD Provinsi Jawa Barat dan Kementerian Pertanian.

    Program pemerintah ikut menentukan hasil produksi padi sawah dalam setahun.

    Ketika program pemerintah berjalan efektif, maka hasil produksi setahun akan

    meningkat, begitu pun berlaku sebaliknya.

    Gambaran upaya penanggulangan dampak konversi lahan sawah ke non pertanian

    terhadap hasil produksi padi sawah ditunjukkan pada Gambar 1.

    Gambar1.

    Skema Upaya Penanggulangan Dampak Konversi Lahan Sawah Ke Non Pertanian

    Terhadap Hasil Produksi Padi Sawah Di Kota Tasikmalaya

    Intensitas penanaman berubah

    Mekanisasi Intensifikasi Luas panen setahun berubah

    Hasil produksi setahun berubah

    Intervensi pemerintah

    Dampak konversi tereliminasi

  • 7

    Kota Tasikmalaya memiliki 6.422 hektar lahan sawah di awal pembentukannya

    tahun 2001. Lahan sawah secara kontinyu mengalami konversi dari tahun 2005, kecuali

    tidak terjadi konversi pada tahun 2007. Total lahan sawah terkonversi sekitar 6,31

    persen dari luas lahan sawah awal sebagai tuntutan perkembangan ekonomi dan untuk

    mendukung pembangunan. Konversi terbesar terjadi tahun pada 2005, yakni sekitar

    37,69 persen dari total lahan sawah terkonversi untuk mendukung kemandirian

    pemerintahan yang baru terbentuk, seperti dibangun kantor pemerintahan dan

    perumahan penduduk. Perkembangan luas lahan sawah pada tahun yang mengalami

    konversi ditunjukkan pada Tabel 2.

    Tabel 2.

    Luas dan Konversi Lahan Sawah Di Kota Tasikmalaya Tahun 2005 Sampai 2012

    (Kecuali 2007)

    Tahun Luas lahan sawah (ha) Sawah Terkonversi (ha)

    2005 6.269,352 152,648

    2006 6.269 0,352

    2008 6.184 85

    2009 6.172 12

    2010 6.088 84

    2011 6.076 12

    2012 6.017 59

    Total 405

    Sumber : BPS Kota Tasikmalaya, 2006 sampai 2012 (Kecuali 2008) dan Dinas Pertanian

    Perikanan Kehutanan Kota Tasikmalaya, 2012

    Besarnya luas lahan sawah terkonversi setiap tahun disesuaikan dengan permintaan

    lahan untuk beragam kebutuhan. Rata-rata luas lahan sawah terkonversi dalam tujuh

    tahun sekitar 57,86 hektar per tahun. Jika hal ini terus terjadi, maka diprediksi pada

    tahun 2031 Kota Tasikmalaya hanya memiliki 4.917,71 hektar lahan sawah atau

    berkurang 18,27 persen dari tahun 2012. Prediksi dilakukan dengan asumsi luas lahan

    sawah terkonversi setiap tahun dianggap konstan.

    Kota Tasikmalaya memiliki rata-rata rasio luas panen atas luas lahan sawah sekitar

    2,28 kali dalam sebelas tahun. Artinya, jika lahan sawah seluas satu hektar, maka rata-

    rata luas panen yang diperoleh sekitar 2,28 hektar. Nilai tersebut juga menunjukkan

    bahwa rata-rata penanaman padi sawah sekitar 2,28 kali dalam setahun. Selain itu, juga

    diketahui bahwa rata-rata produktivitas padi sawah di tiap tahun sekitar 5,52 ton GKG

    per hektar. Jika luas lahan sawah sebesar 4.917,71 hektar, maka diprediksi tahun 2031

  • 8

    Kota Tasikmalaya memiliki luas panen padi sawah sekitar 11.216, 37 hektar dan hasil

    produksinya sekitar 61.915,38 ton GKG yang menurun 23,28 persen dari tahun 2012.

    Prediksi dilakukan dengan asumsi rata-rata rasio luas panen atas luas lahan sawah dan

    produktivitas padi sawah dianggap konstan.

    Produksi padi sawah di Kota Tasikmalaya mampu menghasilkan 80.707 ton GKG

    selama tahun 2012. Beras yang dihasilkan dari pengolahan hasil panen selama setahun

    sebesar 48.424,20 ton dengan rata-rata rendemen sekitar 60 persen yang maksimal

    mampu memenuhi sekitar 74,03 persen permintaan beras penduduk selama setahun.

    Sisanya sekitar 25,97 persen permintaan beras ditutupi dari stok di pasar, ketersediaan

    di penggilingan, dan gudang di Bulog (Dinas Pertanian Perikanan Kehutanan Kota

    Tasikmalaya, 2012).

    Diprediksi tahun 2031, jumlah penduduk Kota Tasikmalaya sebanyak 933.857

    orang dan 37.149,23 ton beras yang dihasilkan maksimal mampu memenuhi 39 persen

    permintaan beras penduduk yang menurun 35,03 persen dari tahun 2012. Sekitar 61

    persen permintaan beras penduduk harus dipenuhi dari luar pengolahan hasil panen

    setahun, sehingga diperkirakan Kota Tasikmalaya akan defisit stok beras tahun 2031

    akibat ledakan pertumbuhan penduduk dan diikuti konversi lahan sawah yang tidak

    terkendali. Prediksi dilakukan dengan asumsi rata-rata LPP, rendemen, dan permintaan

    beras per kapita tiap bulan dianggap konstan, serta semua beras dari hasil pengolahan

    hasil panen setahun hanya untuk konsumsi penduduk Kota Tasikmalaya tanpa ada yang

    dijual ke luar kota.

    Efektifitas Kebijakan Pemerintah Mengendalikan Konversi Lahan Sawah Ke Non

    Pertanian

    Pemerintah Kota Tasikmalaya mengeluarkan kebijakan yang erat kaitannya dengan

    upaya pengendalian konversi lahan sawah, yakni Peraturan daerah (Perda) Nomor 4

    tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011 sampai 2031.

    Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang dibahas dalam Bab X Perda Nomor 4 tahun

    2012 yang sinergi dengan pengaturan pemanfaatan lahan sawah dan diselenggarakan

    melalui :

  • 9

    1) Ketentuan umum peraturan zonasi

    Kawasan peruntukkan pertanian terdiri dari ketentuan umum peraturan zonasi

    kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura. Ketentuan umum peraturan zonasi

    kawasan pertanian tanaman pangan meliputi a).pengarahan untuk pembudidayaan

    tanaman pangan. b). pengizinan adanya kegiatan pendukung pertanian. c). pelarangan

    adanya kegiatan budidaya yang dapat mengurangi luas kawasan sawah irigasi. d).

    pelarangan adanya kegiatan budidaya yang mengurangi atau merusak fungsi lahan dan

    kualitas tanah.

    2) Ketentuan Perizinan

    Perizinan yang harus dipenuhi dalam pemanfaatan ruang termasuk sebelum

    pemanfaatan lahan sawah yang disesuaikan dengan zonasi dari pola ruang

    peruntukkannya yang meliputi fatwa pengarahan lokasi, izin/penetapan lokasi, izin

    pemanfaatan tanah/ bangunan, serta izin pendirian bangunan.

    3) Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif

    Insentif diberikan sebagai stimulan bagi yang mendukung kebijakan pemerintah,

    salah satunya dalam pengembangan ruang terbuka hijau. Insentif dapat berupa

    kemudahan perizinan maupun pemberian pelayanan utilitas.

    Disinsentif diberikan untuk membatasi pembangunan di kawasan resapan air

    termasuk lahan sawah agar tidak dikonversi meskipun bukan pada kawasan

    peruntukkan pertanian tanaman pangan. Disinsentif dapat berupa pengenaan biaya

    perizinan yang lebih besar (izin usaha di bidang perdagangan, izin usaha industri, izin

    mendirikan bangunan, dan lain-lain), persyaratan koefisien dasar bangunan yang kecil

    dan koefisien daerah hijau yang besar, persyaratan spesifikasi bangunan, kompensasi

    untuk mengganti resapan air yang berkurang.

    4) Ketentuan sanksi

    Keberadaan kawasan peruntukkan tanaman pangan harus dipertahankan agar tidak

    dikonversi dengan cara pemberian sanksi administratif bagi pihak yang melanggar di

    bidang penataan ruang, termasuk bagi yang menutup akses sumber air irigasi untuk

    lahan sawah. Sanksi administratif dapat berupa peringatan tertulis, penghentian

    sementara kegiatan, penghentian sementara pelayanan umum, penutupan lokasi,

    pencabutan izin, pembatalan izin, pembongkaran bangunan, pemulihan fungsi ruang,

    dan/atau denda administratif.

  • 10

    Kebijakan pemerintah dalam upaya pengendalian konversi lahan sawah akan

    berjalan efektif ketika terdapat pengajuan perizinan pembangunan yang memanfaatkan

    lahan sawah. Pengajuan perizinan umumnya dilakukan oleh pihak yang akan

    membangun lokasi bagi kegiatan industri, perdagangan, atau perumahan yang

    mengkonversikan lahan sawah secara gradual dengan membelinya dari petani/pemilik.

    Hal ini dapat ditandai dengan terkonsentrasinya lahan sawah yang dikonversi pada suatu

    hamparan yang luas. Lain halnya dengan konversi yang langsung dilakukan oleh

    petani/pemilik lahan sawah dengan tidak perlu mengajukan perizinan kepada

    pemerintah. Konversi hanya terpantau ketika lahan sawah sudah beralih fungsi pada saat

    pendataan pemanfaatan lahan di akhir tahun dan tidak terpantau ketika proses konversi

    akan dilakukan. Proses konversi yang dilakukan oleh petani berlangsung secara instan

    yang ditandai dengan lahan sawah terkonversi berada dalam luasan kecil dan tersebar di

    berbagai tempat. Dengan demikian, tidak semua proses konversi lahan sawah dapat

    terdata dan terpantau oleh pemerintah.

    PENUTUP

    Simpulan

    1) Konversi lahan sawah ke non pertanian tidak berpengaruh terhadap hasil produksi

    padi sawah di Kota Tasikmalaya;

    2) Kebijakan pemerintah yang berkaitan erat dalam upaya pengendalian konversi lahan

    sawah adalah Perda Kota Tasikmalaya Nomor 4 tahun 2012 Tentang Rencana Tata

    Ruang Wilayah dari Tahun 2011 sampai dengan 2031 yang berjalan efektif ketika

    terdapat pengajuan perizinan pembangunan dengan memanfaatkan lahan sawah,

    sehingga tidak semua proses konversi lahan sawah dapat terdata dan terpantau oleh

    pemerintah.

    Saran

    1) Pemerintah mengintensifkan perbaikan jaringan irigasi agar ketersediaan air

    terjamin sepanjang tahun dan luas lahan sawah yang lebih dari sekali ditanami padi

    meningkat;

    2) Pemerintah lebih mengintensifkan kegiatan penyuluhan terutama kepada pemilik

    sekaligus penggarap lahan sawah agar hasil produksi padi, pendapatan, dan nilai

    lahan sawahnya dapat meningkat. Selain itu, pemerintah dapat memberikan insentif

  • 11

    kepada petani yang mempertahankan lahan sawahnya serta memotivasi tentang

    pentingnya keberadaan lahan sawah dan dampak negatif yang muncul jika lahan

    sawah terus berkurang, sehingga pemilik tidak tertarik untuk mengkonversikannya.

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2012. Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya

    Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tasikmalaya

    Tahun 2011-2031. Kota Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.

    Badan Pusat Statistik. 2006. Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2006. Kota Tasikmalaya:

    BPS.

    .2007. Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2007. Kota Tasikmalaya : BPS.

    .2008. Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2008. Kota Tasikmalaya : BPS.

    .2009. Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2009. Kota Tasikmalaya : BPS.

    .2010. Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2010. Kota Tasikmalaya : BPS.

    .2011. Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2011. Kota Tasikmalaya : BPS.

    .2011. Produk Domestik Bruto Nasional. Jakarta : BPS.

    2012. Kota Tasikmalaya Dalam Angka 2012. Kota Tasikmalaya : BPS.

    Dinas Pertanian Perikanan Kehutanan. 2006. Laporan Realisasi Tanam, Panen,

    Produksi, dan Produktivitas Padi Sawah. Kota Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.

    . 2008. Laporan Realisasi Tanam, Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi

    Sawah. Kota Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.

    . 2009. Laporan Realisasi Tanam, Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi

    Sawah. Kota Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.

    . 2010. Laporan Realisasi Tanam, Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi

    Sawah. Kota Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.

    . 2011. Laporan Realisasi Tanam, Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi

    Sawah. Kota Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.

    . 2012. Laporan Realisasi Tanam, Panen, Produksi, dan Produktivitas Padi

    Sawah. Kota Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.

  • 12

    2012. Produksi dan Permintaan beras Kota Tasikmalaya Tahun 2012. Kota

    Tasikmalaya : Tidak diterbitkan.

    Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia.

    2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

    Pemerintahan Daerah. Jakarta : Tidak diterbitkan..

    Utomo. 1992. Pembangunan dan Pengendalian Alih Fungsi Lahan. Lampung :

    Universitas Lampung..