self-control terhadap agresivitas satuan polisi...

132
PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Disusun oleh: Al- ahmatillah NIM: 106070002189 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Upload: ngodien

Post on 10-Mar-2019

212 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

PENGARUH TIPE KEPRIBADIAN BIG FIVE DAN

SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS

SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA

TANGERANG

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Psikologi (S.Psi)

Disusun oleh:

Al- ahmatillah

NIM: 106070002189

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

Page 2: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan
Page 3: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan
Page 4: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan
Page 5: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“Allah SWT Mengikuti Prasangka Hambanya”

“Kehidupan ini ibarat jalan satu arah, seberapa bannyakpun perubahan rute yang anda

tempuh, tidak satupun membawa anda kembali. Begitu anda mengetahui dan menerima hal

itu, kehidupan akan tampak jauh lebih sederhana.”

(Isabel Moore)

“Jika semua yang kita inginkan harus kita miliki, lantas darimana kita bisa belajar ikhlas?

Jika semua yang kita mau harus terpenuhi, lantas darimana kita bisa belajar sabar? Jika doa

kita langsung dikabulkan, bagaimana kita memaksimalkan kemampuan yang diberikan pada

kita? Jika kehidupan kita selalu bahagia, darimana kita dapat mengenal Allah dekat?

Yakinlah bahwa segala kektentuan-Nya adalah yang TERBAIK untuk kita..”

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini aku persembahkan untuk

Ayah, Ibu, Kekasih dan Sahabatku.

Page 6: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

v

ABSTRAK

(A). Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(B). Juni 2011

(C). Al-Jum’atu Rahmatillah

(D). Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Self-Control Terhadap Agresivitas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang

(E). 110 hal, 38 tabel, 10 gambar, lampiran

(F). Agresivitas dapat dilakukan oleh siapa saja. Bahkan pegawai pemerintah penegak hukum (seperti Satpol PP) berkecenderungan melakukan perilaku agresif. Hal ini terlihat dari beberapa pemberitaan tentang Satpol PP yang kerap kali berlaku anarkis. Perilaku tersebut tidak seharusnya dilakukan oleh Satpol PP, karena tugas utama Satpol PP yaitu melindungi dan mengayomi masyarakat. Namun mengapa agresivitas masih sering terjadi. Faktor yang mungkin menjadi penyebabnya adalah kepribadian masing-masing individu. Dimana individu yang memiliki kepribadian agresif akan lebih mudah memunculkannya dalam banyak situasi dibanding individu yang memiliki sifat agresif yang rendah. Salah satu tipe kepribadian adalah big five personality, yaitu suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah domain kepribadian yaitu neuoriticism, extraversion, openness to experiences, agreeableness, conscientiousneess. Selain itu, self control juga dapat mempengaruhi agresivitas seseorang. Self-control adalah kemampuan dalam mengatur tingkah laku, mengatur kognisi, dan membuat keputusan. Jika self control tinggi, maka kemungkinan individu itu mampu dalam mengendalikan emosi dan mampu menciptakan pola tingkah laku yang positif bagi lingkungannya juga dirinya, dan sebaliknya. Faktor usia, etnis juga dapat mempengaruhi munculnya agresivitas.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh trait big five, dimensi self control, usia, etnis terhadap agresivitas satpol pp Kota Tangerang. Penelitian kuantitatif ini melibatkan 168 anggota satpol pp yang bertugas di Kota Tangerang. Instrument pengumpulan data dengan menggunakan skala Likert. Alat ukur agresivitas diadaptasi dari skala agresivitas oleh Buss dan Perry (1992), alat ukur big five didapat dengan menggunakan skala baku Costa & McCrae (1997), alat ukur self control dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Averill (1973). Analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik Multiple Regression Analysis. Secara umum tipe kepribadian big five, self control memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas satpol pp Kota Tangerang. Berdasarkan koefisien regresi menunjukkan ada enam variabel yang signifikan berpengaruh terhadap agresivitas yaitu neuroticism, agreeableness, conscientiousneess, cognitif control, decisional control, dan etnis. Selanjutnya berdasarkan proporsi varian dari masing-masing IV menunjukkan tujuh variabel yang signifikan pengaruhnya terhadap agresivitas, yaitu extraversion sebesar 19,2 %, agreeableness sebesar 3,7 %, conscientiousneess sebesar 15,8 %, cognitif control sebesar vi

Page 7: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

vi

8,1 %, decisional control sebesar 2,7 %, etnis sebesar 26,1 %. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan meneliti variabel lain selain yang ada dalam penelitian ini. Kemudian juga perlu mengkaji variabel lain diluar penelitian ini yang mempengaruhi agresivitas. Untuk satpol pp, agar dapat meningkatkan self control dalam dirinya dengan berbagai pelatihan seperti pelatihan peningkatan diri dan meminimalisir dalam merekruit anggota dengan kepribadian extraversion.

(G). Bahan Bacaan: 28 Buku, 2 Bulletin, 4 Jurnal, 3 Tesis, 1 Skripsi, 10 Web

Page 8: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

vii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas

segala rahmat dan karunia yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Tipe Kepribadian Big Five dan Self Control

terhadap Agresivitas Satuan Polisi Pamong Praja Kota Tangerang.” Shalawat serta

salam semoga selalu tercurahkan kepada Rosul tauladan, Nabi Muhammad SAW, kepada

keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang senantiasa mencintainya.

Penulisan laporan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Selama pengerjaan skripsi ini, penulis dihadapkan dengan beragam

cobaan, kesulitan, rintangan, dan penuh perjuangan serta kesabaran yang telah memberikan

banyak pelajaran hidup yang berarti bagi penulis. Penulis menyadari tidaklah mudah untuk

menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan, bimbingan, masukan, dorongan dan do’a dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi. Untuk itu dengan

segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Jahja Umar, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah memberikan arahan dan nasehat-nasehatnya.

2. Dra. Hj. Fadhilah Suralaga, M.Si, selaku Pembantu Dekan bagian Akademik, yang telah

memberikan semangat dan masukan guna menyelesaikan skripsi ini.

3. Bambang Suryadi, Ph.D sebagai dosen penguji I, Ikhwan Luthfi, M.Psi sebagai dosen

pembimbing I dan penguji II, atas motivasi, arahan, bimbingan dan masukan yang sangat

membangun. Bapak Gazi Saloom, M.Si sebagai pembimbing II, yang dengan sabar dan

kebesaran hati dalam membimbing penulis. Terima kasih telah meluangkan waktu Bapak

berdua untuk penulis agar dapat mewujudkan skripsi ini.

4. H. Alwani sebagai Kepala Bagian Perencanaan Operasi di Kantor Satpol PP Kota

Tangerang dan para Stafnya yang telah memberikan informasi dan data yang dibutuhkan

oleh penulis serta kesediaan waktunya untuk mendampingi penulis dalam menyebarkan

kuesioner.

5. Ibunda dan Ayahanda tercinta, terimakasih atas doa yang tak henti-hentinya di panjatkan

untuk penulis agar dapat menjadi yang terbaik. Terimakasih atas motivasi, nasehat dan

dukungan materil, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Mas To dan Mas

Page 9: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

viii

Pan, kakakku tersayang, terimakasih atas dukungan dan bantuannya selama pembuatan

skripsi.

6. Teman-teman Kelompok Pencinta Alam (KPA) Arkadia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah memberikan inspirasi, pengalaman yang berharga dan berbagai cerita seru yang

unik dan lucu. Kebersamaan seperti awan yang berarak. Setiyawan, kekasihku tercinta,

terimakasih atas motivasi dan dukungan yang selalu diberikan agar dapat menyelesaikan

skripsi ini. Terimakasih juga atas kebersamaan yang takkan pernah dilupakan.

7. Sahabatku, Rikha, Ana, terimakasih atas dukungan, motivasi dan tumpangannya selama

ini. Tanpamu skripsi ini tidak akan selesai dengan cepat. Mas Zaman, Zulfa, Baiti, Erlinda,

ka Ega, Eja, Nur’aini, Kartika, Qiki terimakasih untuk motivasi, dan dukungannya.

8. Adiyo, ka Via, terimakasih telah banyak membantu penulis dalam menganalisa data.

Teman-teman Psikologi UIN Jakarta khususnya kelas A angkatan 2006 dan seluruh pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terimakasih telah memberikan semangat

dan dukungannya kepada penulis.

Hanya doa dan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya yang dapat penulis

sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu ataupun terlibat dalam penelitian dan

penyusunan skripsi ini. Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu penulis

mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak guna perbaikan untuk masa yang akan

datang. Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 10 Juni 2011

Penulis

Page 10: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

ix

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan Pembimbing......................................................................................... i

Lembar Pengesahan ............................................................................................................ ii

Lembar Pernyataan Orisinalitas............................................................................................ iii

Motto dan Persembahan ....................................................................................................... iv

Abstrak ................................................................................................................................ v

Kata Pengantarv ................................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................................. ix

Daftar Tabel ......................................................................................................................... xii

Daftar Gambar ..................................................................................................................... xiv

BAB I Pendahuluan ........................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ...................................................... 9

1.2.1 Perumusan Masalah ..................................................................................... 9

1.2.2 Pembatasan Masalah ................................................................................... 10

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................................. 11

1.3.1 Tujuan ......................................................................................................... 11

1.3.2 Manfaat ....................................................................................................... 11

1.4 Sistematika Penulisan............................................................................................ 12

BAB II Landasan Teori ..................................................................................................... 13

2.1 Agresivitas ............................................................................................................ 13

2.1.1 Pengertian Agresivitas ................................................................................. 13

2.1.2 Teori Agresi ................................................................................................ 14

2.1.3 Bentuk-bentuk Agresivitas .......................................................................... 19

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas ............................................ 22

2.2 Kepribadian Big Five ............................................................................................ 25

2.2.1 Pengertian Kepribadian Big Five ................................................................. 25

2.2.2 Trait-trait dalam Big Five Personality.......................................................... 26

Page 11: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

x

2.3 Self Control ........................................................................................................... 33

2.3.1 Pengertian Self Control................................................................................ 33

2.3.2 Aspek-aspek Self Control ............................................................................ 35

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri .......................................... 37

2.4 Kerangka Berfikir ................................................................................................. 38

2.5 Hipotesis Penelitian............................................................................................... 44

BAB III Metode Penelitian ................................................................................................ 46

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .............................................. 46

3.1.1 Populasi ...................................................................................................... 46

3.1.2 Sampel Penelitian ........................................................................................ 46

3.2 Variabel Penelitian ................................................................................................ 47

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................................... 48

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ............................................................................... 49

3.5 Uji Validitas .......................................................................................................... 54

3.5.1 Variabel Konstruk Agresivitas ..................................................................... 56

3.5.2 Validitas Konstruk Kepribadian Big Five .................................................... 58

3.5.3 Validitas Konstruk Self Control ................................................................... 69

3.6 Prosedur Penelitian ............................................................................................... 75

3.7 Metode Analisis Data ............................................................................................ 75

BAB IV Hasil Penelitian .................................................................................................... 79

4.1 Gambaran Umum Responden ................................................................................ 79

4.1.1 Responden Berdasarkan Usia ...................................................................... 79

4.1.2 Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ............................................... 80

4.1.3 Responden Berdasarkan Etnis...................................................................... 81

4.1.4 Responden Berdasarkan Masa Kerja ............................................................ 81

4.2 Analisis Deskriptif ................................................................................................ 82

4.2.1 Kategori Tipe Kepribadian .......................................................................... 82

4.2.2 Kategori Self Control................................................................................... 83

4.2.3 Kategori Agresivitas .................................................................................... 85

4.3 Uji Hipotesis ......................................................................................................... 86

Page 12: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

xi

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian ............................................................ 86

4.3.2 Proporsi Varian untuk Masing-masing Independen Variabel ....................... 93

BAB V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran ........................................................................... 98

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 98

5.2 Diskusi .................................................................................................................. 99

5.3 Saran ..................................................................................................................... 105

5.3.1 Saran Teoritis .............................................................................................. 105

5.3.2 Saran Praktis ............................................................................................... 106

Daftar Pustaka ................................................................................................................... 107

Lampiran ........................................................................................................................... xii

Page 13: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Agresivitas

Tabel 3.2 Blue Print Skala Big Five

Tabel 3.3 Blue Print Skala Self Control

Tabel 3.4 Item Valid Agresivitas

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Neuroticism

Tabel 3.6 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari Item Neuroticism

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion

Tabel 3.8 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari Item Extraversion

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Openness

Tabel 3.10 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari Item Openness

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Agreeableness

Tabel 3.12 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari Item Agreeableness

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Conscientiousness

Tabel 3.14 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari Item Conscientiousness

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Behavior Control

Tabel 3.16 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari Item Behavior Control

Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Cognitve Control

Tabel 3.18 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari Item Cognitive Control

Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Decisional Control

Tabel 3.20 Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari Item Decisional Control

Tabel 4.1 Distribusi Sampel Penelitian Berdasarkan Usia

Tabel 4.2 Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir xiii

Page 14: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

xiii

Tabel 4.3 Responden Berdasarkan Etnis

Tabel 4.4 Responden Berdasarkan Masa Kerja

Tabel 4.5 Kategori Tipe Kepribadian Satpol PP

Tabel 4.6 Kategori Self Control

Tabel 4.7 Self Control

Tabel 4.8 Kategori Agresivitas

Tabel 4.9 Anova

Tabel 4.10 Model Summary

Tabel 4.11 Koefisien Regresi

Tabel 4.12 Variabel Etnis

Tabel 4.13 Model Summary

Tabel 4.14 Uji Beda Variabel Etnis

Tabel 4.15 Uji Beda Big Five

Table 4.16 Perhitungan Proporsi Varian Agresivitas xiv

Page 15: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Episodik dari GAAM

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatori dari Agresivitas

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Neuroticism

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Extraversion

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Openness

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Agreeableness

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Conscientiousness

Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Behavior Control

Gambar 3.8 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Cognitive Control

Gambar 3.9 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Decisional Control

Gambar 4.1 Bagan Proporsi Varian

Page 16: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

1. 1. Latar Belakang Masalah

Agresivitas bukanlah masalah yang sederhana, bukan juga masalah yang baru karena

agresi merupakan tema yang kompleks dan mempunyai sejarah panjang. Kekerasan

yang meningkat baik pada skala nasional maupun internasional, telah menarik kaum

professional dan masyarakat ramai untuk mengajukan pertanyaan umum mengenai

sifat dan penyebab agresi. Tercatat (dalam http://www.who.int), lebih dari 1,6 juta

orang diseluruh dunia dengan rentang usia 15-44 tahun meninggal akibat kekerasan,

setiap tahunnya. Di Indonesia, peningkatan perilaku agresif dapat terlihat dibeberapa

kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan beberapa kota besar lainnya.

Aksi kekerasan ini dapat dilakukan oleh siapa saja. Bukan hanya masyarakat sipil

biasa, bahkan pegawai pemerintah penegak hukum (seperti Satpol PP) sekalipun

berkecenderungan melakukan perilaku agresif. Hal ini terlihat dari beberapa

pemberitaan tentang Satpol PP yang kerap kali berlaku anarkis pada saat menjalankan

tugasnya. Menurut data Institute for Ecosoc Rights (solocybercity.com), pada tahun

2006 terjadi 146 kasus penggusuran yang dilakukan oleh satpol pp dengan korban

Page 17: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

2

42.498 warga. Pada tahun 2007 terjadi 99 penggusuran dengan 45.345 korban.

Hingga Februari 2008 terjadi 17 penggusuran dengan 5.704 korban. Tahun 2009,

Kontras mencatat kekerasan yang dilakukan Satpol PP sebanyak 9 kasus dengan

obyek penggusuran rumah 620 unit dan korban luka 2 orang. Dalam tindakan

penggusuran PKL, terjadi 11 kali. Sekitar 62 unit kios yang menjadi sasaran dan 11

orang luka-luka (www.solocybercity.com).

bentrok terjadi antara Satpol PP, TNI dan warga sipil menyebabkan 134 korban luka-

luka dan 2 orang tewas (http://rumahabi.info), belum lagi pemberitaan PKL

(Pedagang Kaki Lima) yang merugi hingga Rp 5 Juta dikarenakan ulah Satpol PP

yang mengambil paksa barang dagangannya dalam penggusuran PKL di Kawasan

Stadiun Teladan Medan, Sumatra Utara (http://www.waspada.co.id). Kemudian,

sebanyak lima warga Cina Benteng melaporkan oknum Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP) Kota Tangerang yang melakukan pengeroyokan saat penggusuran yang

terjadi senin 12 April 2010 (www.tempointeraktif.com).

Ditambah lagi dengan pemberitaan pencabulan remaja yang dilakukan Satpol PP di

kawasan Monas pada bulan Juli 2010 (http://rumahabi.info/satpol-pp-cabuli-gadis-di-

bawah-umur.html). Pemberitaan tertangkapnya oknum Satpol PP yang sedang

menghisap ganja di sebuah warung kopi Dusun Brenggolo, Desa Dawuhan,

Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri pada bulan Juli 2010

(http://news.okezone.com). Berita adanya anggota Satpol PP yang membuat

Page 18: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

3

keributan dengan salah satu satpam kantor Pikiran Rakyat pada malam tahun baru di

Bandung, Jawa Barat (http://bandung.detik.com) menambah panjang catatan buruk

Satpol PP.

Perilaku negatif diatas tidak seharusnya dilakukan oleh Satpol PP. Tentunya bukan

secara intitusional Satpol PP bersalah, tetapi keberadaan personil yang melakukan

tindakan kriminal tersebut mau tidak mau telah mencemarkan nama baik institusi.

Karena tugas utama Satpol PP yang adalah melindungi dan mengayomi masyarakat.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merupakan perangkat daerah yang bertugas

dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan peraturan

daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan

peraturan daerah (id.wikipedia.org/wiki/ Polisi_Pamong_Praja). Menurut Peraturan

Pemerintah RI no.32 tahun 2004, Satpol PP dapat berkedudukan di daerah Provinsi

dan daerah Kabupaten/Kota. Standar pelayanan Satpol PP meliputi: pelaksanaan

ketentraman, pelaksanaan ketertiban, pelaksanaan penyidikan, pelaksanaan

penindakan, pengawasan pelaksanaan perda, pelaksanaan operasi pembongkaran,

penghentian dan penutupan.

Karena itu, menjadi aneh bila Satpol PP yang sudah memiliki peraturan tetap namun

masih terjadi tindakan agesif. Hal ini memunculkan pertanyaan, faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi agresivitas Satpol PP?

Page 19: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

4

Setidaknya terdapat beberapa faktor munculnya agresivitas, antara lain faktor internal

dan eksternal. Faktor internal yaitu : frustasi, deindividualisasi, stress, hormon,

gender, dan kepribadian (personality). Faktor eksternal yaitu : kekuasaan dan

kepatuhan, efek senjata, provokasi, alkohol dan obat-obatan, suhu udara, polusi

udara, media, dan budaya (Luthfi, 2009).

Penelitian-penelitian tentang perilaku agresif yang terkait dengan kepribadian telah

banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Glass (dalam Baron & Byrne, 2005)

menyimpulkan bahwa faktor kepribadian berperan penting dalam perilaku agresif.

Menurut Glass, kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif dapat dilihat dari

kepribadiannya. Individu yang memilki kepribadian tipe A cenderung lebih agresif

dalam banyak situasi daripada individu dengan kepribadian tipe B.

Penelitian lain dilakukan Furnham dan Saipe (1993; dalam Tremblay, 2002)

mengenai hubungan antara agresi pengemudi dengan tiga model faktor (three factor

model) dari Eysenck (1990; dalam Trembley, 2002), menyimpulkan bahwa perilaku

agresif berkorelasi positif dengan tipe Extraversion dan Neuroticism dalam tiga

model faktor kepribadian dari Eysenck. Penelitian yang dilakukan oleh Juan J.

Bartemi (2005) mengenai agresivitas dan kepribadian big five yang dihubungkan

dengan prestasi belajar siswa, menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang

signifikan antara agresivitas dan kepribadian big five dengan prestasi belajar pada

siswa tingkat delapan (setara dengan SMP).

Page 20: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

5

Kepribadian itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah organisasi dinamis di dalam

sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan

pikirannya (Allport, 1937; dalam Ghufron, 2010). Kepribadian seseorang

mempengaruhi cara individu dalam beraksi, berpikir, merasa, berinteraksi, dan

beradaptasi dengan orang lain, termasuk dalam bentuk perilaku agresif (Larsen &

Buss, 2005). Mischel (1968; dalam Friedman, 2008) menyimpulkan bahwa

kepribadian itu terdiri dari struktur, antara lain adalah trait dan tipe (type). Trait

adalah konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe

adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep trait,

tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar dibandingkan trait.

Faktor kepribadian adalah faktor manusia yang dianggap cukup berperan dalam

perilaku agresif, karena kepribadian merupakan salah satu variabel person yang dapat

menyebabkan terjadinya perilaku agresif. Kepribadian dapat mempengaruhi kognisi

dengan membuat konsep agresi lebih mudah diakses di dalam memori. Di dalam

memori tersebut, jaringan asosiatif menghubungkan pikiran, agresi, emosi dan

kecenderungan untuk bertingkah laku (Anderson & Bushman, 2002). Dengan

demikian individu yang memiliki sifat agresif hanya akan membutuhkan sedikit

energi untuk mengaktifkan konsep-konsep agresi, sehingga konsep-konsep agresi

tersebut menjadi semakin mudah untuk diakses dan lebih siap untuk teraktivasi pada

situasi lain, yang dapat membimbing tingkah laku di masa yang akan datang.

Kepribadian juga dapat mengaktivasi konsep-konsep yang berhubungan dengan

Page 21: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

6

agresi di dalam memori yang dapat mempengaruhi cognition, affect, dan arrousal

yang dapat mempengaruhi hasil akhir tingkah laku. Moyer (dalam Luthfi, 2009)

beranggapan bahwa agresivitas merupakan suatu proses yang ada didalam otak dan

saraf pusat. Orang-orang yang memiliki kecenderungan agresivitas tinggi memiliki

struktur dan komponen otak yang berbeda dengan orang yang agresivitasnya rendah.

Dalam Anderson & Bushman (2002), Bushman menyatakan bahwa terdapat

perbedaan individual dalam merespon stimulasi agresif dan ambigu yang disebabkan

karena adanya perbedaan individu dalam struktur memorinya. Menurut Bushman, hal

ini disebabkan karena individu yang memiliki sifat agresi yang tinggi memiliki

jaringan asosiatif kognitif tentang agresi yang lebih banyak dan lebih berkembang

daripada individu yang memiliki sifat agresif rendah. Perbedaan jaringan asosiatif ini

menyebabkan individu dengan sifat agresif yang lebih tinggi lebih cepat mengakses

konsep-konsep agresi, yang dapat dengan mudah teraktivasi dengan hanya adanya

sedikit situasi yang tidak menyenangkan. Selain itu juga, individu dengan sifat agresi

tinggi dapat menginterpretasi hal-hal yang ambigu menjadi terasosiasi dengan konsep

agresi dibandingkan dengan individu yang memiliki sifat agresif rendah. Maksudnya

adalah individu dengan sifat agresif tinggi akan mengartikan hal-hal yang belum pasti

berhubungan dengan agresi, menjadi terkait dengan konsep-konsep agresi yang

dipunyainya.

Salah satu tipe kepribadian adalah big five personality, yaitu suatu pendekatan yang

digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang

Page 22: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

7

tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan

menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences.

Selain tipe kepribadian, variabel lain yang juga mempengaruhi agresivitas seorang

individu adalah self control yang dimilikinya. Self-control bisa muncul karena adanya

perbedaan dalam pengelolaan emosi, cara mengatasi masalah, tinggi rendahnya

motivasi dan kemampuan mengolah segala potensi dan pengembangan

kompetensinya. Self-control berkaitan dengan bagaimana individu mampu

mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya (Hurlock, 2000).

Sel-Control dapat diartikan sebagai pengatur proses fisik, psikologis dan perilaku

seseorang. Self-Control juga berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan

emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Dengan adanya kontrol diri yang

baik, akibat yang tidak menyenangkan dari suatu situasi dapat diantisipasi (Luthfi,

2009).

Ketika seseorang memiliki self-control yang tinggi terhadap perubahan-perubahan

yang terjadi akan peran, nilai dan pola hidup yang baru, maka kemungkinan ia

berhasil dalam mengolah emosinya dan menciptakan pola tingkah laku yang positif

bagi lingkungan sekitar dan mengembalikan kebermaknaan hidup pada diri individu

tersebut. Namun sebaliknya, jika seseorang memiliki self-control yang rendah,

kemungkinan ia tidak akan berhasil dalam mengolah emosinya dan menciptakan pola

Page 23: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

8

tingkah laku yang negatif bagi lingkungan sekitar. Dengan kata lain, seseorang yang

memiliki self-control rendah akan cenderung untuk melakuakan agresivitas.

Selain tipe kepribadian dan self-control, faktor usia, dan etnis/suku bangsa juga

mempengaruhi agresivitas. Penelitian Parry (1968; dalam Tremblay, 2002) yang

mengkaitkan usia dengan agresivitas menemukan, pengemudi yang lebih muda

mempunyai dorongan untuk melakukan agresi lebih besar dibandingkan pengemudi

yang lebih tua. Wiesenthal, dkk (2000; dalam Tremblay, 2002) juga menemukan

bahwa pengemudi yang lebih muda (usia 18-23) memiliki skor signifikan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pengemudi yang lebih tua (usia 24-66) pada the Driving

Vengeance Questionnaire.

Pendapat ahli dari ilmu antropologi dan psikologi seperti Segall, Dasen, Berry dan

Poortinga, 1999; dalam Sarwono, 2009) menyebutkan bahwa lingkungan geografis

mempengaruhi agresivitas. Masyarakat yang hidup di pantai/pesisir, menunjukkan

karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. Dalam penelitian

di Amerika Serikat, diketahui bahwa masyarakat di bagian selatan Amerika Serikat

mempunyai Agresivitas lebih tinggi. Hal ini diketahui melalui angka pembunuhan

yang tinggi (Taylor, Peplau, dan Sears, 2009). Penelitian Dewi Suryani Ekawati

(2007; dalam Nashori, 2008) juga menyatakan ada perbedaan perilaku agresif antara

mahasiswa etnis Jawa dan mahasiswa etnis Batak yang tinggal di Yogyakarta.

Dimana mahasiswa etnis Batak memiliki perilaku agresif yang lebih tinggi dibanding

mahasiswa etnis Jawa.

Page 24: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

9

Dari uraian diatas, faktor kepribadian big five, self-control, usia, dan etnis/ suku

bangsa dinilai dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat prediksi dan

estimasi efektivitas sikap dan perilaku Satpol PP saat sekarang dan akan datang.

Selain itu, bahwa selama ini pembahasan dan penelitian dengan tema permasalahan

agresivitas Satpol PP yang dikaitkan dengan faktor-faktor tersebut belum banyak

diteliti. Atas dasar inilah penulis dengan segala keterbatasan yang ada mencoba

mengungkap pengaruh kepribadian big five, self-control, usia, dan etnis/ suku bangsa

terhadap agresivitas pada Satpol PP.

Dari fenomena-fenomena yang ada dan penelitian-penelitian sebelumnya yang telah

dilakukan, maka peneliti sangat tertarik untuk meneliti topik agresivitas. Dengan

demikian penelitian ini berjudul Big Five dan Self-

Control terhadap Agresivitas Satuan Polisis Pamong Praja Kota Tangerang

1.2. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah

1.2.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Variabel apa sajakah yang mempengaruhi agresivitas satpol pp Kota Tangerang?

2. Dari variabel-variabel yang dianalisis, manakah yang memiliki pengaruh paling

besar dan signifikan terhadap agresivitas satpol pp Kota Tangerang?

Page 25: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

10

3. Bagaimanakah model persamaan regresi yang dapat dipakai untuk memprediksi

agresivitas satpol pp Kota Tanngerang?

1.2.2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari peninjauan yang terlalu luas terhadap masalah yang akan diteliti,

maka penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

- Agresivitas merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif.

Sedangkan perilaku agresif adalah sebagai suatu cara untuk melawan dengan

sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang

lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk

melukai orang lain atau merusak milik orang lain (Baron, 2003).

- Big Five Personality adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam psikologi

untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah

domain kepribadian yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor.

Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion, agreeableness,

conscientiousness, neuoriticism, dan openness to experiences.

- Self-control adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri (behavior

control), kemampuan untuk mengolah informasi (cognitive control), dan

kemampuan untuk memilih suatu tindakan yang diyakininya (decisional control).

- Usia merupakan usia partisipan yang diperoleh melalui identitas partisipan.

Page 26: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

11

- Etnis/suku bangsa merupakan suku bangsa dari mana partisipan berasal. Data ini

diperoleh melalui identitas partisipan yang diisikan pada lembar kuesioner.

- Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) merupakan perangkat daerah yang

bertugas dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan

peraturan daerah di Kota Tangerang.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh tipe

kepribadian, dan self control terhadap agresivitas Satpol PP.

1.3.2. Manfaat

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi

perkembangan ilmu psikologi, khususnya pada ranah psikologi sosial. Yang mana

hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber data tambahan bagi pengembangan studi

tentang agresivitas, self-control dan kepribadian Big Five mana yang lebih kuat

mempengaruhinya.

Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa, para

pendidik ataupun bagi instansi pemerintah dalam mengetahui kepribadian yang

semestinya dimiliki oleh petugas Satpol PP agar lebih dapat selektif dalam

melakukan rekruitmen.

Page 27: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

12

1.4. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Di dalam bab ini akan dibahas sejumlah teori yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti secara sistematis, beserta kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

BAB III : Metodelogi Penelitian

Bab ini meliputi, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel, variabel penelitian,

definisi operasional variabel, instrument pengumpulan data, uji validitas, prosedur

penelitian, dan metode analisis data.

BAB IV : Analisis Hasil Penelitian

Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian meliputi, gambran

umum responden, analisis deskriptif, dan uji hipotesis.

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan meyimpulkan hasil

penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi dan saran.

Daftar Pustaka

Page 28: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

13

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini, akan dibahas mengenai agresivitas, kepribadian big five, self

control, satpol pp, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

2. 1. Agresivitas

2. 1. 1. Pengertian Agresivitas

Buss dan Perry (1992; juga lihat Anderson & Bushman, 2002; Berkowitz, 1995)

mendefinisikan agresivitas sebagai kecenderungan untuk terlibat dalam agresi fisik

dan verbal, permusuhan (Hostility), dan kemarahan (Anger). Dalam kamus Psikologi,

agresivitas adalah kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif (J.P. Chaplin,

2000).

Definisi agresif yang paling sederhana diungkapkan oleh Geen (1998; dalam Taylor,

2009), agresif adalah setiap tindakan yang menyakiti atau melukai orang lain.

Definisi ini mengabaikan niat orang yang melakukan tindakan. Pendekatan ini

didukung oleh pendekatan behavioris atau belajar.

Hal berbeda ditunjukkan oleh David O. Sears (1985; dalam Taylor, 2009),

menurutnya perilaku agresif adalah setiap perilaku yang bertujuan menyakiti orang

lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri

seseorang. Agresif menurut Baron & Richardson (1994; dalam Krahe, 2005) adalah

Page 29: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

14

tingkah laku yang diarahkan kepada tunjuan untuk menyakiti makhluk hidup lain

yang ingin menghindari perlakuan semacam itu.

Aggressive behavior is relatively stable as an individual characteristic, and because

stable aggression predicts antisocial behavior during adolescence and adulthood for

males at least (Hartup, 2005).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa agresivitas merupakan

kecenderungan individu untuk berperilaku agresif, yaitu perilaku yang dimunculkan

seseorang yang sifatnya menyakiti lawannya baik secara fisik maupun psikis, dengan

rasa permusuhan (hostility), dan kemarahan (anger) dengan disertai tujuan maupun

tanpa tujuan.

2. 1. 2. Teori Agresi

Teori agresi memberi gambaran bagaimana perilaku agresi itu muncul. Pendekatan

untuk memberikan penjelasan kemunculan agresi terdiri dari 4 (empat), yaitu sebagai

berikut (Baron & Byrne, 2005):

1. Teori Bawaan

Teori bawaaan menekan pada kemunculan agresi sebagai sesuatu yang inheren/

terberi dalam setiap orang.

Page 30: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

15

a. Agresi sebagai instink

Kelompok ini beranggapan bahwa agresi sebagai dorongan naluriah/instingtif yang

dimiliki seseorang. Setiap orang memilki insting/naluri untuk agresi. Perbedaan

kemunculan agresivitas antar individu dipengaruhi dari control individu tersebut.

Agresi sebagai insting merujuk pada teori psikoanalisa dengan tokoh utama Sigmund

Freud. Dalam teorinya, Freud berpendapat bahwa setiap manusia memiliki insting

hidup dan insting mati. Agresi adalah bentuk dari insting mati (dalam Brehm &

Kassin, 1993).

Tokoh kedua adalah Koward Lorens (1966; dalam Luthfi, 2009) yang menyatakan

bahwa setiap orang memiliki survivial insting, yaitu dorongan/insting untuk

mempertahankan hidup dengan beradaptasi dengan lingkungan.

b. Genetis

Kelompok ini menganggap bahwa agresi adalah sesuatu yang terdapat dalam biologis

seseorang. Ada 2 tokoh yang mengembangkan pandangan ini. Yang pertama adalah

Moyer (dalam Davidoff, 1991) beranggapan bahwa agresivitas merupakan suatu

proses yang ada didalam otak dan saraf pusat. Orang-orang yang memiliki

kecenderungan agresivitas tinggi memiliki struktur dan komponen otak yang berbeda

dengan orang yang agresivitasnya rendah.pokok pikiran lainnya adalah bahwa agresi

terkait dengan hormon testosteron. Semakin tinggi hormone testosterone yang

dimiliki oleh seseorang maka orang tersebut cenderung untuk menjadi agresif.

Page 31: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

16

Tokoh kedua adalah Lagerspetz (1979, dalam Luthfi, 2009) berpandangan bahwa

agresi adalah karakter atau sifat yang diturunkan dari orang tua ke anak dan

seterusnya. Orang tua yang agresif, maka anaknya akan agresif pula. Dasar pikiran

Lagerspetz adalah teori Mendell.

2. Teori Lingkungan

Agresi merukan perilaku yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Agresi adalah

reaksi terhadap stimulus lingkungan.

a. Frustasi Agresi Klasik

Frustasi agresi klasik menekankan pada munculnya perilaku agresi disebabkan karena

rasa frustasi yang dialami oleh seseorang. Rasa frustasi muncul bila seseorang tidak

dapat mencapai/mendapatkan apa yang didinginkannya. Ketidakberhasilan

mendatangkan frustasi yang kemudian memunculkan agresi. Dollard (1939) dan

Miller (1941) sebagai tokoh utamanya (Luthfi, 2009).

b. Neo Frustasi Agresi

Teori ini muncul sebagai usaha untuk mengevaluasi teori frustasi klasik. Burstein &

Worchel (1962; dalam Luthfi, 2009) menganggap bahwa frustasi mendapatkan

sesuatu tidaklah seta merta memunculkan agresi. Tetapi frustasi yang dimiliki

seseorang akan memicu kemarahannya. Dan kemarahan inilah yang akan

memunculkan agresi. Jadi antara frustasi dan agresi memiliki variabel antara yaitu

Page 32: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

17

marah. Dan frustasi baru akan memunculkan marah bila ternyata tidak ada perilaku

lain yang dapat dijadikan alternative.

c. Deprivasi

Berkowitz (1995) memberikan istilah untuk kondisi kekurangan untuk deprivasi.

Keadaan kurang ini bersifat subjektif. Seseorang akan merasa kurang atau merasa

cukup dengan membandingkan keadaan dirinya dengan orang lain. Kondisi

kekurangan yang bersifat objektif (benar-benar kekurangan) disebut deprivasi

absolute, sedangkan deprivasi relative adalah perasaan kurang yang dimiliki oleh

seseorang. Kondisi yang dianggap tidak sebandingkan atau tidak sama dengan yang

dimiliki oleh orang lain. Dan deprivasi relative lebih berpeluang memunculkan agresi

dibandingkan dengan deprivasi absolute (Myers, 2009). Tetapi yang perlu dicatat

adalah kondisi deprivasi tidak serta merta mendatangkan agresi. Tetapi masih

-hal yang dapat memicu adalah peluang,

kesempatan dan media massa.

d. Belajar Sosial

Teori belajar sosial menekankan pada faktor yang menimbulkan agresi berasal dari

luar. Tokoh utama teori belajar sosial tentang agresi adalah Albert Bandura (1979;

dalam Brehm & Kassin, 1993) yaitu perilaku agresif dipelajari dari model yang

dilihat di lingkungan sosial, baik dalam keluarga, maupun media massa.

Page 33: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

18

Selain belajar sosial dengan modeling, reward dan punishment adalah faktor yang

juga memperkuat munculnya agresi. Seseorang yang merasa mendapatkan imbalan/

reward dengan agresi, tentunya dia akan mengulanginya lagi dikesempatan lain.

3. Teori Kognitif

Agresi menurut pendekatan kognisi adalah hasil penggolahan inform di level/ranah

kognisi. Proses kognisi menimbulkan agresi adanya kesalahan dalam melakukan

kategorisasi dan atribusi.

Teori kognitif yang lebih memberikan gambaran munculnya agresi adalah teori

excitation transfer. Teori ini menjelaskan bahwa agresi muncul karena interpretasi

terhadap stimulus atau kejadian. Kejadian yang akan memunculkan agresi adalah

kejadian yang interpretasi/atribusi sebagai awal dari sebuah kecelakaan atau kerugian.

Sebaliknya, kalau suatu kejadian yang menimpa seseorang diinterpretasi sebagai hal

4. Teori Afektif (GAAM; General Affective Aggression Model)

Dikemukakan oleh Anderson dkk (2002). Teori GAAM (General Affective

Aggression Model) adalah teori yang mencoba menjelaskan agresi dari sisi internal

maupun eksternal. Agresi akan muncul bila kondisi-kondisi yang berperan muncul

secara bersamaan. Faktor-faktor/kondisi tersebut adalah faktor internal sebagai

individual differences, yang meliputi trait, attitude, dan belief tentang kekerasan,

nilai-nilai kekerasan, skill atau pengetahuan dan kemampuan berkelahi dan senjata.

Page 34: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

19

Sedangkan faktor eksternal meliputi situasi-situasi yang mendatangkan frustasi

seperti serangan dari pihak lain, munculnya model/provokator, keberadaan

cue/pencetus (seperti keberadaan senjata) dan ketidaknyamanan yang dirasakan

secara subjektif.

Agresi baru akan muncul bila seluruh faktor-faktor diatan muncul secara bersamaan.

Bila salah satu faktor ternyata tidak hadir, besar kemungkinan agresi tidak akan

dimunculkan seseorang.

Gambar 2.1 Proses episodic dari The General Aggression Model

(Anderson & Bushman, 2002)

2. 1. 3. Bentuk-bentuk Agresivitas

Bentuk agresivitas mengacu pada perilaku agresi. Buss dan Perry (1992)

mengelompokkan bentuk agresi tersebut kedalam empat bentuk agresi, yaitu agresi

fisik, agresi verbal, agresi dalam bentuk kemarahan (anger) dan agresi dalam bentuk

Page 35: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

20

kebencian (hostility). Keempat bentuk agresivitas ini mewakili komponen perilaku

manusia, yaitu komponen motorik, afektif dan kognitif.

a. Agresi Fisik, merupakan komponen dari perilaku motorik seperti melukai dan

menyakiti orang lain secara fisik misalnya dengan menyerang dan memukul.

b. Agresi Verbal, merupakan komponen motorik seperti melukai dan menyakiti orang

lain, hanya saja melalui verbalisasi, misalnya berdebat, menunjukkan

ketidaksukaan dari ketidaksetujuan pada orang lain, kadang kala sering

menyebarkan gossip.

c. Sikap Permusuhan, merupakan perwakilan dari komponen kognitif seperti perasaan

benci dan curiga pada orang lain, merasa kehidupan yang dialami tidak adil dan iri

hati.

d. Rasa Marah, merupakan emosi atau afektif seperti keterbangkitan dan kesiapan

psikologis untuk bersikap agresif, misalkan mudah kesal, hilang kesabaran dan

tidak mampu mengontrol rasa marah.

Taylor & Peplau (2009) membagi agresi menjadi tiga macam, yaitu:

1. Prosoial Aggression (Agresi Prososial)

Agresi prososial adalah tindakan agresi yang sebenarnya diatur atau disetujui oleh

norma social, seperti polisi memukul penjahat.

Page 36: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

21

2. Antisocial Aggression (Agresi Antisosial)

Agresi antisosial adalah tindakan melukai orang lain dimana tindakan itu secara

normative dilarang oleh norma masyarakat, seperti orang yang mempunyai

kekuasaan bertindak sewenang-wenang terhadap warga miskin dan tak berdaya.

3. Sanctioned Aggression (Agresi yang disetujui)

Jenis agresi ini termasuk tindakan yang tidak diharuskan oleh norma sosial tetapi

ada di dalam batas-batasnya. Tindakan ini tidak melanggar standar moral yang

diterima luas. Misalnya, pelatih yang menghukum pemain tim dengan

menyuruhnya push-up biasanya dianggap bertindak sesuai dengan haknya dan

masih dalam batas yang diterima. Demikian juga wanita yang menyerang

pemerkosa.

Bond, dkk (1997) membagi agresi menjadi :

1. Affective Aggression atau Hostile Aggression (rasa benci), yaitu keungkapan

kemarahan yang ditandai dengan emosi yang tinggi. Agresi ini disebut juga

dengan agresi jenis panas.

2. Instrumental Aggression (agresi sebagai sarana mencapai tujuan), yaitu jenis

agresi ini tidak disertai emosi, misalnya polisi yang menembak kaki tahanan yang

kabur.

Page 37: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

22

2. 1. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Agresivitas

Taylor, Peplau, dan Sears (1997) menyebutkan bahwa perilaku agresif disebabkan

oleh dua faktor utama yaitu adanya serangan serta frustasi. Serangan merupakan salah

satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam bentuk

serangan verbal atau serangan fisik. Faktor penyebab agresi selanjutnya adalah

frustasi. Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu

tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.

Koeswara (1988; dalam Luthfi, 2009) menyebutkan bahwa faktor penyebab

seseorang berperilaku agresif bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan

menjadi faktor internal (frustasi, deindividuasi, stres, dan kepribadian) dan faktor

eksternal (kekuasaan dan kepatuhan, efek senjata, provokasi, alkohol dan obat-

obatan, suhu udara, media massa, budaya), yaitu:

1. Faktor Internal

a. Frustasi yakni suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha mencapai

tujuan tertentu yang diinginkannya, dari frustasi maka akan timbul perasaan-

perasaan agresif

b. Deindividuasi adalah suatu keadaan dimana individu kehilangan kesadaran atas

dirinya (self awareness) yang diakibatkan oleh situasi yang merasa tertekan.

Anonymity memperbesar deindividuasi (Wiggins & Zanden, 1994).

Page 38: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

23

c. Stress, dalam istilah psikologi stress dikatakan sebagai stimulus, seperti ketakutan,

kesakitan, yang mengganggu atau menghambat mekanisme-mekanisme fisiologis

yang normal dari organisme.

d. Kepribadian. Orang dengan kepribadian otoriter memiliki kecenderungan agresi

yang lebih tinggi. Demikian juga halnya dengan orang-orang yang bertemperamen

pemarah, memiliki kecenderungan agresi lebih tinggi dibandingkan temperamen

bukan pemarah.

2. Faktor Eksternal

a. Kekuasaan dan kepatuhan. Kekuasaan yang dimaksud adalah kekuasaan yang

cenderung disalahgunakan dan penyalahgunaan tersebut merubah kekuasaan

menjadi kekuasaan yang memaksa, yang memiliki efek langsung maupun tidak

langsung terhadap perilaku agresif, seperti yang ditunjukkan oleh Hitler,

Mussolini, Stalin dan sejumlah besar manipulator kekuasaan lainnya.

b. Efek senjata. Dalam penelitian Berkowitz dan Lepage (1967; dalam Berkowitz,

1995) yang menguji tentang efek senjata api terhadap kecenderungan perilaku

agresi pada individu akan menghasilkan kesimpulan bahwa individu yang

berhubungan dengan senjata api cenderung menjadi lebih agresif dari pada

individu yang tidak berhubungan dengan senjata api.

c. Provokasi yaitu oleh pelaku agresi provokasi dilihat sebagai ancaman yang harus

dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya yang diisaratkan oleh

ancaman tersebut.

Page 39: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

24

d. Akohol dan obat-obatan. Ada petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar

alkhohol dan obat-obatan. Subyek yang menerima alkohol dalam takaran-takaran

yang tinggi menunjukkan taraf agresivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

subjek yang tidak menerima alkhohol atau menerima alkhohol dalam taraf yang

rendah. Alkhohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya, sehingga taraf

agresivitas juga tinggi (Myers, 2009).

e. Suhu, polusi udara, bau busuk dan kebisingan dilaporkan dapat menimbulkan

perilaku agresi. Clarsmith dan Anderson (1979; dalam Iska, 2008), menyimpulkan

bahwa musim panas terjadi lebih banyak tingkah laku agresif karena musim panas

hari-hari lebih panjang serta individu memiliki keleluasaan bertindak yang lebih

besar ketimbang pada musim-musim yang lain.

f. Media massa. Film dan TV dengan kekerasan dapat menimbulkjan agresi pada

seorang anak, makin banyak menonton kekerasan dalam acara TV makin besar

tingkat agresif mereka terhadap orang lain, makin lama mereka menonton, makin

kuat hubungannya tersebut.

g. Budaya. Beberapa daerah mengembangkan budaya kekerasan/agresi. Orang yang

lebih agresif mendapatkan penghargaan sosial yang lebih tinggi dalam suatu

masyarakat.

Page 40: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

25

2. 2. Kepribadian Big Five

2. 2. 1. Pengertian Kepribadian Big Five

Allport (1937; dalam Ghufron 2010) mendefinisikan kepribadian sebagai sebuah

organisasi dinamis di dalam sistem psikis dan fisik individu yang menentukan

karakteristik perilaku dan pikirannya. Allport menemukan ribuan kata sifat yang bisa

menggambarkan kepribadian dalam bahasa Inggris, tetapi ia mengasumsikan daftar

tersebut harus dikurangi dengan menghilangkan istilah yang memmilki arti yang

sama. Cattell kemudian mengembangkan metode leksikal (berdasarkan bahasa).

Sejumlah trait yang Allport temukan dikelompokkan, dinilai, dan dihitung

berdasarkan metode analisis faktor oleh Cattell (1966; dalam Friedman 2008), yang

mengemukakan adanya 16 trait kepribadian dasar. Dari analisis inilah mulai muncul

berbagai penelitian mengenai trait, dan kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa

pendekatan trait terhadap kepribadian dapat dilihat melalui lima dimensi, yang biasa

disebut big five personality (Friedman, 2008).

Secara modern bentuk dari taksonomi big five, diukur dengan dua pendekatan utama.

Cara pertama dengan berdasar pada self rating pada trait kata sifat tunggal, seperti

talkactive, warm, moody, dsb. Pendekatan lain dengan self rating pada item-item

kalimat, seperti hidupku seperti langkah yang cepat (Larsen & Buss, 2005).

Page 41: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

26

2. 2. 2. Trait-Trait dalam Big Five Personality

Trait-trait dalam domain-domain dari Big Five Personality Costa & McCrae (1997;

dalam McCrae & John, tanpa tahun) :

1. Neuroticism (N)

Neuroticism menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang

negatif seperti rasa khawatir dan rasa tidak aman. Secara emosional mereka labil,

seperti juga teman-temannya yang lain, mereka juga mengubah perhatian menjadi

sesuatu yang berlawanan. Seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang rendah

cenderung akan lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan dengan

seseorang yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Selain memiliki kesulitan

dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, mereka juga memiliki tingkat self

esteem yang rendah. Individu yang memiliki nilai atau skor yang tinggi di

neuroticism adalah kepribadian yang mudah mengalami kecemasan, rasa marah,

depresi, dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Facet yang terdapat dalam

Neuroticism adalah sebagai berikut:

Anxiety ; Kecenderungan untuk gelisah, penuh ketakutan, merasa kuatir, gugup

dan tegang

Hostility ; Kecenderungan untuk mengalami amarah, frustasi dan penuh kebencian

Depression ; Kecenderungan untuk mengalami depresi pada individu normal

Self-consciousness ; Individu yang menunjukkan emosi malu, merasa tidak

nyaman diantara orang lain, terlalu sensitive, dan mudah merasa rendah diri

Page 42: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

27

Impulsiveness ; Tidak mampu mengotrol keinginan yang berlebihan atau dorongan

untuk melakukan sesuatu

Vulnerability ; Kecenderungan untuk tidak mampu menghadapi stress, bergantung

pada orang lain, mudah menyerah dan panik bila menghadapi sesuatu yang datang

mendadak.

2. Extraversion (E)

Faktor kedua adalah extraversion, atau bisa juga disebut faktor dominan-patuh

(dominance-submissiveness). Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam

kepribadian, dimana extraversion ini dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial.

Menurut penelitian, seseorang yang memiliki faktor extraversion yang tinggi, akan

mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi dengan lebih banyak orang

dibandingkan dengan seseorang dengan tingkat extraversion yang rendah. Dalam

berinteraksi, mereka juga akan lebih banyak memegang kontrol dan keintiman.

Peergroup mereka juga dianggap sebagai orang-orang yang ramah, fun-loving,

affectionate, dan talkative.

Extraversion dicirikan dengan afek positif seperti memiliki antusiasme yang tinggi,

senang bergaul, memiliki emosi yang positif, energik, tertarik dengan banyak hal,

ambisius, workaholic juga ramah terhadap orang lain. Extraversion memiliki tingkat

motivasi yang tinggi dalam bergaul, menjalin hubungan dengan sesama dan juga

dominan dalam lingkungannya. Extraversion dapat memprediksi perkembangan dari

hubungan sosial. Seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang tinggi dapat

Page 43: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

28

lebih cepat berteman daripada seseorang yang memiliki tingkat extraversion yang

rendah. Extraversion mudah termotivasi oleh perubahan, variasi dalam hidup,

tantangan dan mudah bosan. Sedangkan orang-orang dengan tingkat ekstraversion

rendah cenderung bersikap tenang dan menarik diri dari lingkungannya. Facet yang

terdapat dalam extraversion adalah sebagai berikut:

Warmth ; Kecenderungan untuk mudah bergaul dan membagi kasih sayang

Gregariousness ; Kecenderungan untuk banyak berteman dan berinteraksi dengan

orang banyak

Activity ; Individu yang sering mengikuti berbagai kegiatan, memiliki energi dan

semangat yang tinggi

Assertiveness ; Individu yang cenderung tegas

Excitement-seeking ; Individu yang suka mencari sensasi dan suka mengambil

resiko

Positive emotion ; Kecenderungan untuk mengalami emosi-emosi yang positif

seperti bahagia, cinta, dan kegembiraan.

3. Openness to Experience (O)

Faktor openness terhadap pengalaman merupakan faktor yang paling sulit untuk

dideskripsikan, karena faktor ini tidak sejalan dengan bahasa yang digunakan tidak

seperti halnya faktor-faktor yang lain. Openness mengacu pada bagaimana seseorang

bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang baru.

Page 44: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

29

Openness mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas untuk menyerap informasi,

menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada berbagai perasaan, pemikiran

dan impulsivitas. Seseorang dengan tingkat openness yang tinggi digambarkan

sebagai seseorang yang memiliki nilai imajinasi, broadmindedness, dan a world of

beauty. Sedangkan seseorang yang memiliki tingkat openness yang rendah memiliki

nilai kebersihan, kepatuhan, dan keamanan bersama, kemudian skor openess yang

rendah juga menggambarkan pribadi yang mempunyai pemikiran yang sempit,

konservatif dan tidak menyukai adanya perubahan.

Openness dapat membangun pertumbuhan pribadi. Pencapaian kreatifitas lebih

banyak pada orang yang memiliki tingkat openness yang tinggi dan tingkat

agreeableness yang rendah. Seseorang yang kreatif, memiliki rasa ingin tahu, atau

terbuka terhadap pengalaman lebih mudah untuk mendapatkan solusi untuk suatu

masalah. Facet yang terdapat dalam Opennes to Experience adalah sebagai berikut:

Fantasy ; Individu yang memiliki imajinasi yang tinggi dan aktif

Aesthetic ; Individu yang memiliki apresiasi yang tinggi terhadap seni dan

keindahan

Feelings ; Individu yang menyadari dan menyelami emosi dan perasannya sendiri

Action ; Individu yang berkeinginan untuk mencoba hal-hal baru

Ideas ; Berpikiran terbuka dan mau menyadari ide baru dan tidak konvensional

Values ; Kesiapan seseorang untuk menguji ulang nilai-nilai social politik dan

agama.

Page 45: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

30

4. Agreeableness (A)

Agreebleness dapat disebut juga social adaptibility atau likability yang

mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah,

menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain.

Berdasarkan value survey, seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi

digambarkan sebagai seseorang yang memiliki value suka membantu, forgiving, dan

penyayang. Sedangkan orang-orang dengan tingkat agreeableness yang rendah

cenderung untuk lebih agresif dan kurang kooperatif.

Namun, ditemukan pula sedikit konflik pada hubungan interpersonal orang yang

memiliki tingkat agreeableness yang tinggi, dimana ketika berhadapan dengan

konflik, self esteem mereka akan cenderung menurun. Selain itu, menghindar dari

usaha langsung dalam menyatakan kekuatan sebagai usaha untuk memutuskan

konflik dengan orang lain merupakan salah satu ciri dari seseorang yang memiliki

tingkat aggreeableness yang tinggi. Pria yang memiliki tingkat agreeableness yang

tinggi dengan penggunaan power yang rendah, akan lebih menunjukan kekuatan jika

dibandingkan dengan wanita. Facet agreeableness adalah sebagai berikut:

Trust ; Tingkat kepercayaan individu terhadap orang lain

Straight-forwardness ; Individu yang terus terang, sungguh-sungguh dalam

menyatakan sesuatu

Altruism ; Individu yang murah hati dan memiliki keinginan untuk membantu

orang lain

Page 46: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

31

Compliance ; Karakteristik dari reaksi terhadap konflik interpersonal

Modesty ; Individu yang sederhana dan rendah hati

Tender-mindedness ; Simpatik dan peduli terhadap orang lain.

5. Conscientiousness (C)

Conscientiousness dapat disebut juga dependability, impulse control, dan will to

achieve, yang menggambarkan perbedaan keteraturan dan self discipline seseorang.

Seseorang yang conscientious memiliki nilai kebersihan dan ambisi. Orang-orang

tersebut biasanya digambarkan oleh teman-teman mereka sebagai seseorang yang

well-organize, tepat waktu, dan ambisius.

Conscientiousness mendeskripsikan kontrol terhadap lingkungan sosial, berpikir

sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana,

terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Disisi negatifnya trait kepribadian ini

menjadi sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic, membosankan. Tingkat

conscientiousness yang rendah menunjukan sikap ceroboh, tidak terarah serta mudah

teralih perhatiannya. Facet conscientiousness adalah sebagai berikut:

Competence ; Kesanggupan, efektifitas dan kebijaksanaan dalam melakukan

sesuatu

Order ; Kemampuan mengorganisasi

Dutifulness ; Memegang erat prinsip hidup

Achievement-striving ; Aspirasi individu dalam mencapai prestasi

Page 47: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

32

Self-discipline ; Mampu mengatur diri sendiri

Deliberation ; Selalu berpikir dahulu sebelum bertindak

Berikut ini merupakan gambaran karakteristik individu ketika diukur dengan skor

tinggi rendah (Pervin, 2005):

Skala Trait Karakteristik Skor

Tinggi Rendah Neuroticism (N) Menggambarkan stabilitas emosional dengan cakupan-cakupan perasaan negatif yang kuat termasuk kecemasan, kesedihan, irritability dan nervous tension.

Cemas, gugup, emosional, merasa tidak aman, merasa tidak mampu, mudah panik

Tenang, santai, merasa aman, puas terhadap dirinya, tidak emosional, tabah.

Ekstraversion (E) Mengukur kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal, tingkatan aktivitas, kebutuhan akan dorongan, dan kapasitas dan kesenangan. Agreeableness (A) Mengukur kualitas dari apa yang dilakukan dengan orang lain dan apa yang dilakukan terhadap orang lain.

Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, aktif, banyak bicara, orientasi pada hubungan sesama, optimis, fun-loving, affectionate. Lembut hati, dapat dipercaya, suka menolong, pemaaf, penurut.

Tidak ramah, bersahaja, suka menyendiri, orientasi pada tugas, pendiam. Sinis, kasar, curiga, tidak kooperatif, pendendam, kejam, manipulatif.

Openness (O) Gambaran keluasan, kedalaman, dan kompleksitas mental individu dan pengalamannya.

Ingin tahu, minat luas, kreatif, original, imajinatif, untraditional.

Konvensional, sederhana, minat sempit, tidak artistik, tidak analitis.

Conscientiousness(C) Mendeskripsikan perilaku yang diarahkan pada tugas dan tujuan dan kontrol dorongan secara sosial.

Teratur, pekerja keras, dapat diandalkan, disiplin, tepat waktu, rapi, hati-hati.

Tanpa tujuan, tidak dapat diandalkan, malas, sembrono, lalai, mudah menyerah, hedonistic.

Page 48: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

33

2. 3. Self-Control

2. 3. 1. Definisi Self-Control

Averill (1973) mendefinisikan kontrol diri sebagai kemampuan untuk membimbing

tingkah laku sendiri (behavior control), kemampuan untuk mengolah informasi

(cognitive control), dan kemampuan untuk memilih suatu tindakan yang diyakininya

(decisional control).

Calhoun dan Acocella (1990) mendefinisikan kontrol diri (self-control) sebagai

pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan perilaku seseorang, dengan kata lain

serangkaian proses yang mebentuk dirinya sendiri. Golfried dan Merbaum (dalam

Lazaruz, 1976) mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk

menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat

membawa individu kearah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan

keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perilaku

yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang

diinginkan.

Dalam Chaplin (2000), self-control diartikan sebagai kemampuan untuk membimbing

tingkah laku sendiri, kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau

tingkah laku impulsive.

Synder dan Ganested (1986; dalam Ghufron, 2010) mengatakan bahwa konsep

mengenai kontrol diri secara langsung sangat relevan untuk melihat hubungan antara

Page 49: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

34

pribadi dengan lingkungan masyarakat dalam mengatur kesan masyarakat yang sesuai

dengan isyarat situasional dalam bersikap dan berpendirian yang efektif.

Hurlock (2000) menyebutkan bahwa kontrol diri berkaitan dengan bagaimana

individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Menurut

konsep ilmiah, pengendalian emosi berarti mengarahkan energy emosi ke saluran

ekspresi yang bermanfaat dan dapat diterima secara social. Konsep ilmiah

menitikberatkan pada pengendalian. Tetapi, tidak sama artinya dengan penekanan.

Ada dua criteria yang menentukan apakah kontrol emosi dapat diterima secara social

atau tidak. Kontrol emosi dapat diterima bila reaksi masyarakat terhadap

pengendalian emosi adalah positif. Namun, reaksi positif saja tidaklah cukup

karenanya perlu diperhatihkan kriteria lain, yaitu efek yang muncul setelah

mengontrol emosi terhadap kondisi fisik dan psikis. Kontrol emosi seharusnya tidak

membahyakan fisik dan psikis individu. Artinya, dengan mengontrol emosi kondisi

fisik dan psikis individu harus membaik.

Hurlock (2000) menyebutkan tiga kriteria emosi, yaitu dapat melakukan kontrol diri

yang bisa diterima secara sosial, dapat memahami seberapa banyak kontrol yang

dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarkat,

dan dapat menilai secara kritis sebelum meresponnya dan memutuskan cara beraksi

terhadap situasi tersebut.

Page 50: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

35

Berdasarkan penjelasan diatas, maka kontrol diri dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku,

kemampuan untuk mengolah informasi, dan kemampuan untuk memilih hasil atau

suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.

2. 3. 2. Aspek-Aspek Self-control

Averill (1973) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu :

1. Kontrol perilaku (behavior control)

Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang dapat secara

langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.

Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu:

a. Mengatur pelaksanaan (regulated administration), merupakan kemampuan

individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan.

Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan

dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakn sumber eksternal.

b. Kemampuan memodifikasi stimulus (stimulus modifiability), merupakan

kemampuan untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak

dikehendaki dihadapi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan, yaitu mencegah

atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggangbwaktu diantara rangkaian

stimulus yang sedang berlangsung, menghentikan stimulus sebelum waktunya

berakhir, dan membatasi intensitasnya.

Page 51: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

36

2. Kontrol kognitif (cognitive control)

Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang

tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu

kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi

tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu:

a. Memperoleh informasi (information gain), maksudnya dengan informasi yang

dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan,

individu dapat mengantisipasi keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.

b. Melakukan penilaian (appraisal), berarti individu berusaha menilai dan

menafsirkan suatu keadaaan atau peristiwa dengan cara memerhatikan segi-segi

positif secara subjektif.

3. Mengontrol keputusan (decisional control)

Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau

suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya. Kontrol diri

dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan,

kebebasan, atau kemungkinan pada diri individu untuk memilih kemungkinan

berbagai tindakan.

Page 52: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

37

Menurut Block dan Block (1952; dalam Lazarus, 1991) ada tiga jenis kualitas kontrol

diri, yaitu:

1. Over Control, merupakan kontrol diri yang dilakuakan oleh individu secara

berlebihan yang menyebabkan individu banyak menahan diri dalam bereaksi

terhadap stimulus.

2. Under Control, merupakan suatu kecenderuangan individu untuk melepaskan

impulsivitas dengan bebas tapa perhitungan yang masak.

3. Appropriate Control, merupakan kontrol individu dalam upaya mengendalikan

impuls secara tepat.

2. 3. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri

Sebagaimana faktor psikologis lainnya, kontrol diri dipengaruhi oleh faktor internal

(dari diri individu) dan faktor ekternal (lingkungan individu).

1. Faktor Internal

Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol diri adalah usia. Semakin bertambah

usia seseorang, maka semakin baik kemampuan mengontrool diri seseorang itu.

2. Faktor Ekternal

Faktor ekternal ini diantaranya adalah lingkungan keluarga, terutama orang tua

menentukan bagaimana kemampuan mengontrol diri seseorang. Hasil penelitian

Nasichah (2000; dalam Ghufron, 2010) menunjukkan bahwa persepsi remaja

terhadap penerapan disiplin orang tua yang semakin demokratis cenderung diikuti

Page 53: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

38

tingginya kemampuan mengontrol dirinya. Oleh sebab itu, bila orang tua menerapkan

sikap disiplin kepada anaknya secara intens sejak dini, dan orang tua tetap konsisten

terhadap semua konsekuensi yang dilakukan anak bila ia menyimpang dari yang

sudah ditetapkan, maka sikap kekonsistenan ini akan didinternalisasi anak. Di

kemudian akan menjadi kontrol diri baginya.

2.4. Kerangka Berfikir

Agresivitas dapat dilakukan oleh siapa saja, bukan hanya masyarakat sipil biasa.

Bahkan pegawai pemerintah penegak hukum (seperti Satpol PP) sekalipun

berkecenderungan melakukan perilaku agresif. Tindakan ini biasanya dilakukan

satpol pp saat menjalankan tugasnya. Padahal, menurut Peraturan Pemerintah RI

no.32 tahun 2004, standar pelayanan Satpol PP meliputi: pelaksanaan ketentraman,

pelaksanaan ketertiban, pelaksanaan penyidikan, pelaksanaan penindakan,

pengawasan pelaksanaan perda, pelaksanaan operasi pembongkaran, penghentian dan

penutupan. Namun, tampaknya standar pelayanan ini belum dipahami betul sehingga

perilaku agresi masih sering dilakukan oleh oknum satpol pp.

Karena itu, menjadi aneh bila Satpol PP yang sudah memiliki peraturan tetap namun

masih terjadi tindakan agesif. Hal ini memunculkan pertanyaan, faktor-faktor apa saja

yang mempengaruhi agresivitas Satpol PP?

Setidaknya terdapat beberapa faktor munculnya agresivitas, antara lain faktor internal

dan eksternal. Faktor internal yaitu: frustasi, deindividualisasi, stress, hormon,

Page 54: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

39

gender, dan kepribadian. Faktor eksternal yaitu: kekuasaan dan kepatuhan, efek

senjata, provokasi, alcohol dan obat-obatan, suhu udara, polusi udara, media, dan

budaya (Luthfi, 2009; Baron&Byrne, 2005; Krahe, 2005).

Penelitian-penelitian tentang penyebab munculnya perilaku agresif telah banyak

dilakukan, diantaranya adalah penelitian Glass (dalam Baron & Byrne, 2005) yang

menyimpulkan bahwa faktor kepribadian berperan penting dalam perilaku agresif.

Menurutnya bahwa kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif dapat dilihat

dari kepribadiannya. Individu yang memilki kepribadian tipe A cenderung lebih

agresif dalam banyak situasi daripada individu dengan kepribadian tipe B.

Penelitian yang dilakukan oleh Juan J. Bartemi (2005) mengenai agresivitas dan

kepribadian big five yang dihubungkan dengan prestasi belajar siswa, menyimpulkan

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara agresivitas dan kepribadian big five

dengan prestasi belajar pada siswa tingkat delapan (setara dengan SMP).

Kepribadian itu sendiri didefinisikan sebagai sebuah organisasi dinamis di dalam

sistem psikis dan fisik individu yang menentukan karakteristik perilaku dan

pikirannya (Allport, 1937; dalam Ghufron, 2010). Kepribadian seseorang

mempengaruhi cara individu dalam beraksi, berpikir, merasa, berinteraksi, dan

beradaptasi dengan orang lain, termasuk dalam bentuk perilaku agresif (Larsen &

Buss, 2005). Mischel (1968; dalam Friedman, 2008) menyimpulkan bahwa

kepribadian itu terdiri dari struktur, antara lain adalah trait dan tipe (type). Trait

Page 55: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

40

adalah konsistensi respon individu dalam situasi yang berbeda-beda. Sedangkan tipe

adalah pengelompokan bermacam-macam trait. Dibandingkan dengan konsep trait,

tipe memiliki tingkat regularity dan generality yang lebih besar dibandingkan trait.

Faktor kepribadian adalah faktor manusia yang dianggap cukup berperan dalam

perilaku agresif, karena kepribadian merupakan salah satu variabel person yang dapat

menyebabkan terjadinya perilaku agresif. Kepribadian dapat mempengaruhi kognisi

dengan membuat konsep agresi lebih mudah diakses di dalam memori (Anderson &

Bushman, 2002). Individu yang memiliki sifat agresif hanya akan membutuhkan

sedikit energi untuk mengaktifkan konsep-konsep agresi, sehingga konsep-konsep

agresi tersebut menjadi semakin mudah untuk diakses dan lebih siap untuk teraktivasi

pada situasi lain. Kepribadian juga dapat mengaktivasi konsep-konsep yang

berhubungan dengan agresi di dalam memori yang dapat mempengaruhi cognition,

affect, dan arrousal yang dapat mempengaruhi hasil akhir tingkah laku. Moyer

(dalam Luthfi, 2009) beranggapan bahwa agresivitas merupakan suatu proses yang

ada didalam otak dan saraf pusat. Orang-orang yang memiliki kecenderungan

agresivitas tinggi memiliki struktur dan komponen otak yang berbeda dengan orang

yang agresivitasnya rendah.

Salah satu tipe kepribadian adalah big five personality, yaitu suatu pendekatan yang

digunakan dalam psikologi untuk melihat kepribadian manusia melalui trait yang

tersusun dalam lima buah domain kepribadian yang telah dibentuk dengan

Page 56: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

41

menggunakan analisis faktor. Lima traits kepribadian tersebut adalah extraversion,

agreeableness, conscientiousness, neuoriticism, openness to experiences.

Neuroticism menggambarkan stabilitas emosional dengan cakupan-cakupan perasaan

negatif yang kuat termasuk kecemasan, kesedihan, irritability dan nervous tension.

Ekstraversion mengukur kuantitas dan intensitas dari interaksi interpersonal,

tingkatan aktivitas, kebutuhan akan dorongan, dan kapasitas dan kesenangan.

Openness mengukur gambaran keluasan, kedalaman, dan kompleksitas mental

individu dan pengalamannya. Agreeableness mengukur kualitas dari apa yang

dilakukan dengan orang lain dan apa yang dilakukan terhadap orang lain.

Conscientiousness mendeskripsikan perilaku yang diarahkan pada tugas dan tujuan

dan kontrol dorongan secara sosial. Dengan demikian, neuroticism memiliki

hubungan positif dengan agresivitas. Sedangkan trait yang lain tidak memiliki

hubungan yang positif (Mastuti, 2005).

Self-control juga mempengaruhi agresivitas seseorang. Sel-Control dapat diartikan

sebagai pengatur proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Self-Control juga

berkaitan dengan bagaimana individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan

dari dalam dirinya. Dengan adanya kontrol diri yang baik, akibat yang tidak

menyenangkan dari suatu situasi dapat diantisipasi (Luthfi, 2009).

Ketika seseorang memiliki self-control yang tinggi, maka kemungkinan ia berhasil

dalam mengolah emosinya dan menciptakan pola tingkah laku yang positif bagi

Page 57: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

42

lingkungan sekitar. Namun sebaliknya, jika seseorang memiliki self-control yang

rendah, kemungkinan ia tidak akan berhasil dalam mengolah emosinya dan

menciptakan pola tingkah laku yang negatif bagi lingkungan sekitar. Dengan kata

lain, seseorang yang memiliki self-control rendah akan cenderung untuk melakukan

agresivitas.

Selain tipe kepribadian dan self-control, faktor usia, dan etnis/suku bangsa juga

mempengaruhi agresivitas. Penelitian Parry (1968; dalam Tremblay, 2002) yang

mengkaitkan usia dengan agresivitas menemukan, pengemudi yang lebih muda

mempunyai dorongan untuk melakukan agresi lebih besar dibandingkan pengemudi

yang lebih tua. Wiesenthal, dkk (2000; dalam Tremblay, 2002) juga menemukan

bahwa pengemudi yang lebih muda (usia 18-23) memiliki skor signifikan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pengemudi yang lebih tua (usia 24-66) pada the Driving

Vengeance Questionnaire.

Pendapat ahli dari ilmu antropologi dan psikologi seperti Segall, Dasen, Berry dan

Poortinga (1999; dalam Sarwono, 2009) menyebutkan bahwa lingkungan geografis

mempengaruhi agresivitas. Masyarakat yang hidup di pantai/pesisir, menunjukkan

karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. Dalam penelitian

di Amerika Serikat, diketahui bahwa masyarakat di bagian selatan Amerika Serikat

mempunyai Agresivitas lebih tinggi. Hal ini diketahui melalui angka pembunuhan

yang tinggi (Taylor, Peplau, dan Sears, 2009). Penelitian Dewi Suryani Ekawati

(2007; dalam Nashori, 2008) juga menyatakan ada perbedaan perilaku agresif antara

Page 58: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

43

mahasiswa etnis Jawa dan mahasiswa etnis Batak yang tinggal di Yogyakarta.

Dimana mahasiswa etnis Batak memiliki perilaku agresif yang lebih tinggi dibanding

mahasiswa etnis Jawa.

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir

Kepribadian big five

Self control

Etnis

Usia

Decisional control

Cognitif control

Behavior control

Page 59: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

44

2. 6. Hipotesis Penelitian

A. Hipotesa Mayor : Ada pengaruh yang signifikan tipe kepribadian big five

(neuroticism, extraversion, openness, agreeableness, conscientiousness), self

control (behavior control, cognitive control, decisional control), usia dan etnis

terhadap agresivitas.

B. Hipotesa Minor :

1. Ada pengaruh yang signifikan neuroticism dalam kepribadian Big five

terhadap agresivitas

2. Ada pengaruh yang signifikan extraversion dalam kepribadian Big five

terhadap agresivitas

3. Ada pengaruh yang signifikan openness dalam kepribadian Big five terhadap

agresivitas.

4. Ada pengaruh yang signifikan agreeableness dalam kepribadian Big five

terhadap agresivitas.

5. Ada pengaruh yang signifikan conscientiousness dalam kepribadian Big five

terhadap agresivitas.

6. Ada pengaruh yang signifikan antara behavior control dalam self-control

terhadap agresivitas.

7. Ada pengaruh yang signifikan antara cognitif control dalam self-control

terhadap agresivitas.

Page 60: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

45

8. Ada pengaruh yang signifikan antara decisional control dalam self-control

terhadap agresivitas.

9. Ada pengaruh yang signifikan tingkat usia dengan agresivitas.

10. Ada pengaruh yang signifikan antara etnis/ suku bangsa dengan agresivitas.

11. Ada pengaruh yang signifikan variabel dominan dengan agresivitas.

Page 61: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

46

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas populasi, sampel, teknik pengambilan sampel,

variabel penelitian, devinisi operasional variabel, instrument pengumpulan data, uji

validitas, prosedur penelitian, dan metode analisis data.

3. 1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

3. 1. 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja)

di wilayah Kota Tangerang yang berjumlah 259 orang.

3. 1. 2. Sampel Penelitian

Penentuan sampel penelitian dengan dasar rumus dari Slovin (1960; dalam Sevilla,

1993) yaitu sebagai berikut: n =

n = ukuran sampel

N = ukuran populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian

pengambilan sampel populasi).

Dari rumus tersebut didapat ukuran sampel yang disyaratkan adalah sebanyak 157,2

(dibulatkan menjadi 158 orang). Untuk meminimalisir kesalahan, maka peneliti

mengambil sampel sebanyak mungkin hingga mendekati populasi. Namun dari 170

Page 62: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

47

kuesioner yang disebar, hanya 168 kuesioner yang kembali. Jadi, sampel yang

digunakan peneliti sebanyak 168 orang.

Metode pengambilan sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah non-acak

atau non-probability sampling dimana semua anggota atau subjek penelitian tidak

memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel, dimana pengambilan

sampel didasarkan pada hal-hal tertentu yang dikenakan ke dalam sub kelompok

(Sevilla, 1993). Sedangkan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sampel purposive yaitu suatu teknik pengambilan sampel yang

digunakan oleh seorang peneliti jika peneliti memiliki pertimbangan-pertimbangan di

dalam pengambilan sampelnya, dimana sampel diasumsikan sesuai dengan

karakteristik populasi yang telah ditetapkan (Sevilla, 1993).

Karakteristik sampel yang akan diambil adalah :

1. Satuan Polisi Pamong Praja di wilayah Kota Tangerang yang bekerja di lapangan

maupun staff kantor.

2. Masih aktif bertugas saat pengambilan sampel berlangsung.

3. Telah bekerja sebagai Satpol PP minimal satu tahun.

3. 2. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini, yaitu :

1. Dependent variabel (outcome variabel) adalah agresivitas.

Page 63: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

48

2. Independen variabel (predictor variabel) adalah neuroticism, extraversion,

openness, agreeableness, conscientiousness, behavior control, cognitive control,

decisional control, usia, suku/etnis.

3. 3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Agresivitas adalah skor yang diperoleh dari pengukuran terhadap agresivitas

memlaui indikator agresi fisik, agresi verbal, permusuhan (hostility), dan

kemarahan (anger).

2. Neuroticism (dalam Kepribadian Big Five) yaitu menggambarkan stabilitas

emosional dengan cakupan-cakupan perasaan negatif yang kuat termasuk

kecemasan, kesedihan, irritability dan nervous tension.

3. Extraversion (dalam Kepribadian Big Five) yaitu mengukur kuantitas dan

intensitas dari interaksi interpersonal, tingkatan aktivitas, kebutuhan akan

dorongan, dan kapasitas dan kesenangan.

4. Openness (dalam Kepribadian Big Five) yaitu gambaran keluasan, kedalaman,

dan kompleksitas mental individu dan pengalamannya.

5. Agreeableness (dalam Kepribadian Big Five) yaitu mengukur kualitas dari apa

yang dilakukan dengan orang lain dan apa yang dilakukan terhadap orang lain.

6. Conscientiousness (dalam Kepribadian Big Five) yaitu mendeskripsikan perilaku

yang diarahkan pada tugas dan tujuan dan kontrol dorongan secara sosial.

Page 64: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

49

7. Behavior control (dalam Self-Control) yaitu mengukur kemampuan individu

untuk menentukan siapa yang mengendalikan siatuasi dan memodifikasi suatu

keadaan yang tidak menyenangkan.

8. Cognitive control (dalam Self-Control) yaitu mengukur kemampuan individu

dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi,

menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif

sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan.

9. Decisional control (dalam Self-Control) yaitu kemampuan seseorang untuk

memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau

disetujuinya.

10. Usia merupakan usia partisipan yang diperoleh melalui identitas partisipan.

11. Suku Bangsa/etnis merupakan suku bangsa dari mana partisipan berasal yang

diperoleh melalui identitas partisipan yang diisikan pada lembar kuesioner.

3. 4. Instrumen Pengumpulan Data

1. Agresivitas didapatkan dari alat ukur agresivitas yang disusun oleh peneliti

dengan mengadaptasi skala agresivitas Buss dan Perry (1992), dengan

pengelompokan yang diukur melalui bentuk-bentuk agresi fisik, agresi verbal,

permusuhan (hostility), kemarahan (anger). Skala Buss dan Perry dimodifikasi

oleh peneliti sesuai dengan apa yang sering terjadi di lapangan. Sehinga alat ukur

Page 65: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

50

ini terdiri dari 10 item agresi fisik, 10 item agresi verbal, 10 item permusuhan

(hostility), 10 item kemarahan (anger). Dengan rentangan respon yang diberikan

mulai dari sangat sesuai sangat tidak sesuai.

2. Neuroticism (dalam Kepribadian Big Five) didapatkan dari alat ukur kepribadian

Big Five dengan menggunakan Skala Costa & McCrae (1997). Skala ini terdiri

dari 10 item dengan rentangan respon mulai dari sangat sesuai sangat tidak

sesuai.

3. Extraversion (dalam Kepribadian Big Five) didapatkan dari alat ukur kepribadian

Big Five dengan menggunakan Skala Costa & McCrae (1997). Skala ini terdiri

dari 10 item dengan rentangan respon mulai dari sangat sesuai sangat tidak

sesuai.

4. Openness (dalam Kepribadian Big Five) didapatkan dari alat ukur kepribadian

Big Five dengan menggunakan Skala Costa & McCrae (1997). Skala ini terdiri

dari 10 item dengan rentangan respon mulai dari sangat sesuai sangat tidak

sesuai.

5. Agreeableness (dalam Kepribadian Big Five) didapatkan dari alat ukur

kepribadian Big Five dengan menggunakan Skala Costa & McCrae (1997). Skala

ini terdiri dari 10 item dengan rentangan respon mulai dari sangat sesuai sangat

tidak sesuai.

Page 66: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

51

6. Conscientiousness (dalam Kepribadian Big Five) didapatkan dari alat ukur

kepribadian Big Five dengan menggunakan Skala Costa & McCrae (1997). Skala

ini terdiri dari 10 item dengan rentangan respon mulai dari sangat sesuai sangat

tidak sesuai.

7. Behavior control (mengontrol tingkah laku) didapatkan dari alat ukur self-control

yang disusun oleh peneliti. Alat ukur ini terdiri dari 10 item, dengan rentangan

respon sangat sesuai sangat tidak sesuai.

8. Cognitive control (mengontrol kognisi) didapatkan dari alat ukur self-control

yang disusun oleh peneliti. Alat ukur ini terdiri dari 10 item, dengan rentangan

respon sangat sesuai sangat tidak sesuai.

9. Decisional control (mengontrol keputusan) didapatkan dari alat ukur self-control

yang disusun oleh peneliti. Alat ukur ini terdiri dari 10 item, dengan rentangan

respon sangat sesuai sangat tidak sesuai.

10. Usia merupakan usia partisipan yang diperoleh melalui identitas partisipan.

11. Suku Bangsa/etnis merupakan suku bangsa dari mana partisipan berasal yang

diperoleh melalui identitas partisipan yang diisikan pada lembar kuesioner.

Adapun blue print skala agresivitas, big five dan self control adalah sebagai berikut:

Page 67: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

52

Tabel 3.1 Blue Print Skala Aggresivitas

Aspek Indikator F U Jumlah

Item Valid

Fisik

Menampar 17* 21 10 5 Memukul 1* 5 Menendang 9* 13 Mendorong 25* 29 Merusak barang 33* 37

Verbal

Menghina 2* 6 10 4 Memaki 10* 14 Membentak 18* 22 Berteriak 26* 30 Mengancam 34 38

Hostility Curiga 3,11*,19*,35* 31,39 10 4 Merasa kehidupan tidak adil

27* 7,15,23

Anger

Mudah kesal 4*,12* 10 5 Tidak mampu mengontrol rasa marah

20*,28 8*,16,40

Hilang kesabaran 36* 24,32 40 18

Ket. *) item yang valid

Tabel 3.2 Blue Print Skala Big Five

Aspek Indikator F U Jumlah

Item valid

Neoruticism

Kecemasan 14*,24* 10 3 Kemarahan 29,39 Depresi 49 Kesadaran diri 44 19 Kurangnya kontrol diri 9 Kerapuhan 4*,34

Page 68: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

53

Extraversion

Minat Berteman 21* 26 10 5 Minat Berkelompok 11*,31* 46 Kemampuan Asertif 6 Tingkat Aktivitas 1* Mencari Kesenangan 41* 36 Emosi Positif 16

Openness to Experience

Kemampuan Imajinasi 15 30,40 10 3 Minat terhadap Seni 5 Kemampuan Menyelami Emosi

35*

Minat Berpetualang 45* Berpikiran terbuka 10,20,5

0 Kebebasan 25*

Agreeableness

Kepercayaan 42 10 2 Kesungguhan 7*,47 32 Perilaku Menolong 22 Kemampuan Bekerjasama

37 12

Kerendahan Hati 27 Simpatik 17* 2

Conscientiosness

Kecukupan diri 3,43* 38* 10 5 Keteraturan 33 Rasa Tanggung Jawab 13 Keinginan Berprestasi 48 Disiplin Diri 23 8*,28* Kehati-hatian 18*

Jumlah 50 18 Ket. *) item yang valid

Page 69: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

54

Tabel 3.3 Blue Print Skala Self control

Aspek Indikator F U Jumlah

Item Valid

Behavior control

Kemampuan Mengatur Pelaksanaan

1*,7*,13* 4*, 28* 10 7

Kemampuan memodifikasi stimulus

19*, 25* 10, 16, 22

Cognitive control

Kemampuan memperolah informasi

3*,9*,15* 5*,11* 10 6

Kemampuan melakukan penilaian

21, 27 17*, 23, 29

Decisional control

Kemampuan memilih dan menentukan bentuk tindakan

6*, 12, 18, 24*,

30*

2, 8, 14, 20, 26

10 3

Jumlah 30 16 Ket. *) item yang valid

3. 5. Uji Validitas

Pada instrument 1) agresivitas, 2) neuroticism, 3) extravertion, 4) openness, 5)

agreeableness, 6) conscientiousness, 7) behavior control, 8) cognitive control, dan 9)

decisional control, peneliti melakukan uji validitas konstruk instrument tersebut.

Oleh karena itu, digunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) untuk pengujian

validitas instrument dengan menggunakan software LISREL 8.70 (Joreskog, dan

Sorbom, 2006). Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut

(Widhiarso, 2004):

Page 70: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

55

1) Dilakukan uji CFA dengan model unidimensional (satu faktor) dan dilihat nilai

Chi Square yang dihasilkan. Jika nilai Chi Square tidak signifikan (p > 0,05)

berarti semua item telah mengukur sesuai dengan yang diteorikan, yaitu hanya

mengukur satu faktor saja. Jika ini terjadi maka analisis dilanjutkan ke langkah

ketiga, yaitu melihat muatan faktor pada masing-masing item. Namun jika nilai

Chi Square signifikan (p < 0,05), maka diperlukan modifikasi terhadap model

pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini.

2) Jika nilai Chi Square signifikan, maka dilakukan modifikasi model pengukuran

dengan cara mengestimasi korelasi antar kesalahan pengukuran pada beberapa

item yang mungkin bersifat multidimensional. Ini berarti bahwa selain suatu item

mengukur konstruk yang diniati ingin diukur (sesuai teori), juga dapat dilihat

apakah item tersebut mengukur hal yang lain (mengukur lebih dari satu hal). Jika

setelah beberapa kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi dan

akhirnya diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan

digunakan pada langkah selanjutnya.

3) Setelah diperoleh model pengukuran yang fit (unidimensional) maka dilihat

apakah ada item yang muatan faktornya negatif. Jika ada, item tersebut harus

didrop (tidak diikutsertakan dalam skoring).

4) Dengan menggunakan SPSS dan model unidimensional (satu faktor) kemudian

dihitung (diestimasi) nilai skor faktor (true score) bagi setiap orang untuk

variabel yang bersangkutan. Dalam hal ini yang dianalisis faktor hanya item yang

baik saja (tidak didrop).

Page 71: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

56

Adapun kriteria item yang baik pada CFA adalah (Wijayanto, 2008):

1) Melihat signifikan tidaknya item tersebut mengukur faktornya dengan melihat

nilai t bagi koefisien muatan faktor item. Perbandingannya adalah jika t > 1,96

maka item tersebut tidak akan didrop dan sebaliknya.

2) Melihat koefisien muatan faktor dari item. Jika item tersebut sudah diskoring

dengan favorable (pada skala Likert 1- 4), maka nilai koefisien muatan faktor

harus bermuatan positif, dan sebaliknya. Apabila item favorable, namun

koefisien muatan faktor item bernilai negatif, maka item tersebut akan didrop dan

sebaliknya.

3) Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi, maka

item tersebut akan didrop. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa yang

hendak diukur, ia juga mengukur hal lain.

Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah hasil pengukuran dalam bentuk

skor faktor seperti yang diperoleh pada langkah keempat dalam melakukan uji

validitas CFA di atas, kecuali untuk variabel usia, dan suku. Adapun uji validitas alat

ukur akan dipaparkan pada subbab berikut:

3.5.1. Validitas Konstruk Agresivitas

Pada konstruk Agresivitas ini, teorinya mensyaratkan untuk dilakukan CFA dua

tingkat (second order CFA). Dalam hal ini, diteorikan bahwa ada 4 faktor

Page 72: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

57

(komponen) agresivitas yaitu fisik, verbal, permusuhan, dan kemarahan. Berikut

gambar second order CFA dengan 4 faktor:

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatori dari Agresivitas

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 40 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 1, 9, 17, 25, 33, 5, 13, 21, 29, 37, 2, 10, 18, 26, 34, 6, 14,

22, 30, 38, 3, 11, 19, 27, 35, 7, 15, 23, 31, 39, 4, 12, 20, 28, 36, 8, 16, 24, 32, 40.

Page 73: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

58

Gambar diatas merupakan hasil awal analisis second order CFA yang dilakukan,

model satu faktor tidak fit dengan Chi Square = 2927,07 , df = 736, P-Value =

0,00000, RMSEA = 0,134. Namun, setelah dilakukan modifikasi terhadap model,

dimana kesalahan pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama

lainnya maka diperoleh Chi Square = 1338,96 , df = 672, P-Value = 0,00000,

RMSEA = 0,077. Model pengukuran ini terdapat kesalahan pengukuran pada

beberapa item yang saling berkorelasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa beberapa

item tersebut sebenarnya bersifat multidimensi pada dirinya masing-masing (gambar

dapat dilihat pada lampiran). Namun karena model ini belum menemukan nilai fit (p-

value < 0,05) dan untuk menghitung (mengestimasi) skor faktor yang bersifat general

(dua tingkat) cukup rumit untuk dilakukan, maka dalam penelitian ini untuk melihat

validitas item pada agresivitas, dilihat dengan menggunakan alpha-cronbach. Setelah

item yang tidak valid (<0,3) didrop, maka didapat Alpha Cronbach sebesar 0,877.

3.5.2. Validitas Konstruk Kepribadian Big Five

1. Neoriticism

Page 74: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

59

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Neuroticism

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 10 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 9,19,29,39,49,4,14,24,34,44.

Dari gambar diatas, bahwa nilai Chi Square menghasilkan P-Value > 0,05 yaitu

0,4926 (tidak signifikan), yang artinya model dengan hanya satu faktor dapat

diterima, bahwa seluruh item terbukti mengukur satu hal saja.

Tabel 3.5 Muatan Faktor Item Neuroticism

No. Item Koefisien Std.Error Nilai t Signifikan 9. 0,07 0,08 0,92 X

19. -0,65 0,08 -8,41 X 29. -0,17 0,09 -1,97 X 39. -0,58 0,07 -7,72 X 49. -0,73 0,07 -10,67 X 4. 0,68 0,07 9,50 V

14. 0,61 0,07 8,23 V 24. 0,82 0,07 11,99 V 34. 0,41 0,08 5,01 V 44. 0,02 0,09 0,27 X

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dan

bermuatan negative yaitu item 9, 19, 29, 39, 49, dan 44. Dengan demikian item-item

tersebut akan di drop. Artinya bobot nilai pada item-item tersebut tidak ikut dianalisis

dalam penghitungan faktor skor.

Page 75: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

60

Tabel 3.6

Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Neoriticism

9 19 29 39 49 4 14 24 34 44 9 1

19 1 29 V V 1 39 V 1 49 1 4 V 1

14 V 1 24 V 1 34 V V V V 1 44 V V V V V V 1

Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Dari tabel diatas, dapat dilihat kesalahan pengukuran item terbanyak terdapat pada

item 34 dan 44. Artinya item tersebut mengukur lebih dari satu hal, sehingga item

tersebut di drop.

2. Extraversion

Page 76: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

61

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Extraversion

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 10 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 1,11,21,31,41,6,16,26,36,46.

Dari gambar diatas, bahwa nilai Chi Square menghasilkan P-Value > 0,05 yaitu

0,14069 (tidak signifikan), yang artinya model dengan hanya satu faktor dapat

diterima. Namun terdapat beberapa kesalahan item, dimana terdapat beberapa item

yang saling berkorelasi.

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion

No. Item Koefisien Std.Error Nilai t Signifikan 1. 0,24 0,08 2,87 V

11. 0,26 0,08 3,06 V 21. 0,32 0,09 3,68 V 31. 0,56 0,08 7,15 V 41. 0,42 0,08 5,06 V 6. -0,38 0,08 -4,58 X

16. -0,09 0,09 -1,08 X 26. -0,45 0,09 -5,05 X 36. -0,46 0,08 -5,52 X 46. -0,74 0,08 -9,28 X

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dan

bermuatan negative yaitu item 6, 16, 26, 36, dan 46. Dengan demikian item-item

tersebut akan di drop. Artinya bobot nilai pada item-item tersebut tidak ikut dianalisis

dalam penghitungan faktor skor.

Page 77: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

62

Tabel 3.8

Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Extraversion

1 11 21 31 41 6 16 26 36 46 1 1

11 1 21 1 31 1 41 1 6 V V V 1

16 V 1 26 1 36 V V V 1 46 V 1

Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Dari tabel diatas, dapat dilihat kesalahan pengukuran item terbanyak terdapat pada

item 6 dan 36. Artinya item tersebut mengukur lebih dari satu hal, sehingga item

tersebut di drop.

Page 78: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

63

3. Openness

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Openness

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 10 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 5,15,25,35,45,10,20,30,40

Dari gambar diatas, bahwa nilai Chi Square menghasilkan P-Value > 0,05 yaitu

0,05169 (tidak signifikan), yang artinya model dengan hanya satu faktor dapat

diterima. Namun terdapat beberapa kesalahan item, dimana terdapat beberapa item

yang saling berkorelasi.

Page 79: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

64

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Openness

No. Item Koefisien Std.Error Nilai t Signifikan 5 0,12 0,08 1,43 X

15 0,05 0,08 0,63 X 25 0,58 0,08 7,34 V 35 0,54 0,08 6,81 V 45 0,55 0,08 6,89 V 10 -0,37 0,08 -4,56 X 20 0,11 0,08 1,37 X 30 -0,22 0,09 -2,54 X 40 -0,10 0,08 -1,17 X 50 -0,89 0,08 -11,74 X

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dan

bermuatan negative yaitu item 5, 15, 10, 20, 30, 40, 50. Dengan demikian item-item

tersebut akan di drop. Artinya bobot nilai pada item-item tersebut tidak ikut dianalisis

dalam penghitungan faktor skor.

Tabel 3.10

Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Openness

5 15 25 35 45 10 20 30 40 50 5 1

15 V 1 25 1 35 1 45 1 10 V V 1 20 V V V 1 30 V V V 1 40 V V V 1 50 1

Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Page 80: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

65

Dari tabel diatas, dapat dilihat kesalahan pengukuran item terbanyak terdapat pada

item 20, 30 dan 40. Artinya item tersebut mengukur lebih dari satu hal, sehingga item

tersebut di drop.

4. Agreeableness

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Agreeableness

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 10 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 7,17,27,37,47,2,12,22,32,42.

Dari gambar diatas, bahwa nilai Chi Square menghasilkan P-Value > 0,05 yaitu

0,07178 (tidak signifikan), yang artinya model dengan hanya satu faktor dapat

diterima. Namun terdapat beberapa kesalahan item, dimana terdapat beberapa item

yang saling berkorelasi.

Page 81: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

66

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Agreeableness

No. Item Koefisien Std.Error Nilai t Signifikan 7 0,85 0,13 6,78 V

17 0,43 0,08 5,38 V 27 0,14 0,07 1,88 X 37 0,06 0,08 0,82 X 47 0,11 0,08 1,45 X 2 -0,42 0,10 -4,11 X

12 -0,69 0,11 -6,40 X 22 0,02 0,09 -2,69 X 32 -0,24 0,09 -2,69 X 42 -0,46 0,09 -5,34 X

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dan

bermuatan negative yaitu item 27, 37, 47, 2, 12, 22, 32, dan 42. Dengan demikian

item-item tersebut akan di drop. Artinya bobot nilai pada item-item tersebut tidak ikut

dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

Tabel 3.12

Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Agreeableness

1 11 21 31 41 6 16 26 36 46 1 1

11 1 21 1 31 1 41 V V 1 6 V V V 1

16 V 1 26 V V V 1 36 V V V V 1 46 V 1

Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Page 82: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

67

Dari tabel diatas, dapat dilihat kesalahan pengukuran item terbanyak terdapat pada

item 36. Artinya item tersebut mengukur lebih dari satu hal, sehingga item tersebut di

drop.

5. Conscientiousness

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Conscientiousness

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 10 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 3,13,23,33,8,18,28,38,48.

Dari gambar diatas, bahwa nilai Chi Square menghasilkan P-Value > 0,05 yaitu

0,06436 (tidak signifikan), yang artinya model dengan hanya satu faktor dapat

diterima. Namun terdapat beberapa kesalahan item, dimana terdapat beberapa item

yang saling berkorelasi.

Page 83: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

68

Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Conscientiousness

No. Item Koefisien Std.Error Nilai t Signifikan 3 0,11 0,09 1,26 X

13 0,15 0,09 1,66 X 23 0,08 0,09 0,89 X 33 -0,63 0,08 -8,03 X 43 0,20 0,09 2,31 V 8 0,64 0,08 8,11 V

18 0,63 0,08 8,06 V 28 0,30 0,09 3,54 V 38 0,77 0,07 10,26 V 48 -0,01 0,09 -0,14 X

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dan

bermuatan negative yaitu item 3, 13, 23, 33, dan 48. Dengan demikian item-item

tersebut akan di drop. Artinya bobot nilai pada item-item tersebut tidak ikut dianalisis

dalam penghitungan faktor skor.

Tabel 3.14

Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Conscientiousness

3 13 23 33 43 8 18 28 38 48 3 1

13 V 1 23 V 1 33 V 1 43 V V V 1 8 V V 1

18 1 28 V 1 38 1 48 V V V V 1

Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Page 84: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

69

Dari tabel diatas, dapat dilihat kesalahan pengukuran item terbanyak terdapat pada

item 48. Artinya item tersebut mengukur lebih dari satu hal, sehingga item tersebut di

drop.

3.5.3. Variabel Konstruk Self control

1. Behavior control

Gambar 3.7 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Behavior control

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 10 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 1,7,13,19,25,4,10,16,22,28.

Dari gambar diatas, bahwa nilai Chi Square menghasilkan P-Value > 0,05 yaitu

0,20305 (tidak signifikan), yang artinya model dengan hanya satu faktor dapat

diterima. Namun terdapat beberapa kesalahan item, dimana terdapat beberapa item

yang saling berkorelasi.

Page 85: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

70

Tabel 3.15 Muatan Faktor Item Behavior control

No. Item Koefisien Std.Error Nilai t Signifikan 1 0,42 0,08 5,11 V 7 0,82 0,09 9,61 V

13 0,35 0,09 4,09 V 19 0,37 0,08 4,70 V 25 0,41 0,09 4,83 V 4 0,32 0,08 3,89 V

10 -0,59 0,14 -4,18 X 16 -0,01 0,08 -0,18 X 22 -0,17 0,08 -2,17 X 28 0,42 0,09 4,76 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dan

bermuatan negative yaitu item 10, 16, dan 22. Dengan demikian item-item tersebut

akan di drop. Artinya bobot nilai pada item-item tersebut tidak ikut dianalisis dalam

penghitungan faktor skor.

Tabel 3.16

Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Behavior control

1 7 13 19 25 4 10 16 22 28 1 1 7 1

13 1 19 1 25 1 4 V 1

10 V V V V 1 16 V 1 22 V 1 28 V V V 1

Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Page 86: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

71

Dari tabel diatas, dapat dilihat kesalahan pengukuran item terbanyak terdapat pada

item 10. Artinya item tersebut mengukur lebih dari satu hal, sehingga item tersebut di

drop.

2. Cognitive control

Gambar 3.8 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Cognitif control

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 10 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 3,9,15,21,27,5,11,17,23,29.

Dari gambar diatas, bahwa nilai Chi Square menghasilkan P-Value > 0,05 yaitu

0,07798 (tidak signifikan), yang artinya model dengan hanya satu faktor dapat

diterima. Namun terdapat beberapa kesalahan item, dimana terdapat beberapa item

yang saling berkorelasi.

Page 87: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

72

Tabel 3.17 Muatan Faktor Item Cognitif control

No. Item Koefisien Std.Error Nilai t Signifikan 3 0,33 0,08 4,05 V 9 0,65 0,11 5,97 V

15 0,53 0,08 6,76 V 21 0,17 0,09 1,95 X 27 -0,22 0,09 -2,50 X 5 0,47 0,08 5,97 V

11 0,79 0,08 9,32 V 17 0,26 0,08 3,25 V 23 0,06 0,08 0,68 X 29 0,49 0,08 6,04 V

Keterangan : tanda V = signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dan

bermuatan negative yaitu item 21, 27, dan 23. Dengan demikian item-item tersebut

akan di drop. Artinya bobot nilai pada item-item tersebut tidak ikut dianalisis dalam

penghitungan faktor skor.

Tabel 3.18

Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Cognitif control

3 9 15 21 27 5 11 17 23 29 3 1 9 1

15 1 21 1 27 V V 1 5 V V 1

11 V V 1 17 V 1 23 V V 1 29 V V V 1

Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Page 88: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

73

Dari tabel diatas, dapat dilihat kesalahan pengukuran item terbanyak terdapat pada

item 29. Artinya item tersebut mengukur lebih dari satu hal, sehingga item tersebut di

drop.

3. Decisional control

Gambar 3.9 Analisis Faktor Konfirmatori dari Faktor Decisional control

Ket: Pada gambar diatas, item 1 s/d 10 hanya sebagai symbol, sedangkan urutan

item yang benar adalah 6,12,18,24,30,2,8,14,20,26.

Dari gambar diatas, bahwa nilai Chi Square menghasilkan P-Value > 0,05 yaitu

0,07114 (tidak signifikan), yang artinya model dengan hanya satu faktor dapat

diterima. Namun terdapat beberapa kesalahan item, dimana terdapat beberapa item

yang saling berkorelasi.

Page 89: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

74

Tabel 3.19 Muatan Faktor Item Decisional control

No. Item Koefisien Std.Error Nilai t Signifikan 6 0,27 0,08 3,29 V

12 0,13 0,12 1,08 X 18 -0,18 0,09 -2,03 X 24 0,33 0,08 4,13 V 30 0,53 0,08 6,62 V 2 -0,03 0,10 -0,29 X 8 -0,72 0,08 -8,44 X

14 -0,74 0,08 -8,93 X 20 -0,17 0,09 -1,86 X 26 -0,16 0,08 -1,89 X

Keterangan : tanda V =signifikan (t > 1,96) ; X = tidak signifikan

Pada tabel diatas, nilai t bagi koefisien muatan faktor yang tidak signifikan dan

bermuatan negative yaitu item 12, 18, 2, 8, 14, 20, dan 26. Dengan demikian item-

item tersebut akan di drop. Artinya bobot nilai pada item-item tersebut tidak ikut

dianalisis dalam penghitungan faktor skor.

Tabel 3.20

Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Decisional control

6 12 18 24 30 2 8 14 20 26 6 1

12 1 18 V 1 24 V 1 30 V 1 2 V V V 1 8 V V V 1

14 V 1 20 V V V 1 26 V V V 1

Tanda V menunjukkan korelasi kesalahan pengukuran item

Page 90: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

75

3. 6. Prosedur Penelitian

Tahapan pertama penelitian ini mempersiapkan alat ukur, kemudian pengambilan

data sesungguhnya. Sebelum mengambil data, peneliti melakukan serangkaian

perijinan. Proses perijinan dimulai dari kampus, kemudian diproses di Kesbang &

Linmas Kota Tangerang untuk mendapatkan surat rekomendasi. Setelah itu, peneliti

langsung meminta ijin ke kantor Satpol PP di Kota Tangerang. Penyebaran angket di

bantu oleh komandan Satpol PP, dimana angket di berikan kepada Danton kemudian

disebar kepada masing-masing anggota.

Dalam pengambilan data, mula-mula subjek diminta untuk mengisi lembar kesediaan

menjadi partisipan pada penelitian ini dan juga lembar data diri. Untuk pengisian

nama, boleh menggunakan inisial saja jika subjek tidak bersedia mencantumkan nama

asli.

Skala kepribadian big five, skala self-control, dan skala agresivitas yang didahului

oleh lembar petunjuk pengisian diberikan secara bersamaan kepada subjek setelah

lembar kesediaan dan lembar data diri. Setelah subjek mengisi semua aitem alat ukur,

angket dikumpulkan kembali dan peneliti mengucapkan terima kasih.

3. 7. Metode Analisis Data

Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian yaitu apakah terdapat pengaruh yang

signifikan masing-masing variabel terhadap agresivitas, dan untuk mengetahui

seberapa besar sumbangan yang diberikan masing-masing variabel terhadap

Page 91: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

76

agresivitas, penulis menggunakan metode statistikakarena datanya berupa angka-

angka yang merupakan hasil pengukuran atau perhitungan. Dalam hal ini berdasarkan

hipotesis yang akan diukur peneliti menggunakan teknik analisis multiple regression

atau analisis regresi berganda untuk mengetahui besar dan arah hubungan antara

independen variabel dengan dependen variabel. Analisis multi regresi adalah suatu

metode untuk mengkaji akibat-akibat dan besarnya akibat dari lebih satu variabel

bebas terhadap satu variabel terikat, dengan menggunakan prinsip-prinsip korelasi

dan regresi (Pedhazur, 1982).

Adapun persamaan umum analisis regresi berganda ini adalah :

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3

Keterangan:

Y : Nilai yang diprediksi (DV) yang dalam hal ini adalah agresivitas

X : Nilai variabel predictor (IV)

a : Koefisien variabel

b : Konstanta

Dalam analisis multiple regression ini dapat diperoleh beberapa informasi, yaitu :

1. R2 yang menunjukkan proporsi varian (presentase varian) dari dependen variabel

(DV) yang bisa diterangkan oleh independen variabel (IV).

Page 92: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

77

2. Uji hipotesis mengenai signifikan atau tidaknya masing-masing koefisien regresi.

Koefisien yang signifikan menunjukan dampak yang signifikan dari independen

variabel (IV) yang bersangkutan.

3. Persamaan regresi yang ditemukan bisa digunakan untuk membuat prediksi

tentang berapa harga Y jika nilai setiap independen variabel (IV) diketahui.

Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumus sebagai berikut:

Dimana SSreg merupakan jumlah kuadrat dari regresi dan y2 adalah jumlah kuadrat

dari DV. Uji R2 merupakan proporsi varian y yang mempengaruhi IV. Uji hipotesis

secara statistika tentang apakah DV yang dipengaruhi IV signifikan atau tidak, maka

digunakan uji F untuk membuktikan hal tersebut dengan menggunakan rumus F

(Pedhazur, 1982), yaitu sebagai berikut:

Dimana k adalah jumlah independent variable dan N adalah jumlah sampel. Dari hasil

uji F signifikan dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis minor yaitu, apakah masing-

masing variabel independent mempengaruhi dependent variable.

Page 93: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

78

Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel-variabel

independent signifikan terhadap dependent variable maka peneliti melakukan uji t

(Pedhazur, 1982). Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard eror dari

koefisien b. Hasil uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang dilakukan oleh

peneliti. Uji t yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :

Page 94: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

79

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah

dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi tiga bagian yaitu: gambaran umum

responden, analisis deskriptif, dan pengujian hipotesis penelitian.

4. 1. Gambaran Umum Responden

Berikut ini akan diuraikan gambaran responden berdasarkan usia, pendidikan

terakhir, dan masa kerja. Pada penelitian ini, penulis menggunakan sampel sebanyak

168 orang Satpol PP Kota Tangerang.

4.1.1. Responden Berdasarkan Usia

Pengelompokan responden berdasarkan usia, peneliti membaginya berdasarkan jarak

dari usia termuda sampai usia tertua, dimana usia tertua dikurangi usia termuda.

Adapun usia termuda yaitu 25 tahun, sedangkan usia tertua yaitu 48 tahun sehingga

luas sebarannya adalah 23. Dalam penelitian ini skor usia dibagi ke dalam 3 kategori,

maka didapat rentangan sebesar 7,67 yang dibulatkan menjadi 8.

Tabel 4.1

Ditribusi sampel penelitian berdasarkan usia

Usia Frekuensi Persentase 25 32 80 47,62 % 33 40 71 42,26 % 41 48 17 10,12 % Jumlah 168 100 %

Page 95: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

80

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa responden yang

memiliki presentase terbesar yakni 47,62% atau berjumlah 80 orang terdapat pada

rentangan usia 25 32 tahun. Selanjutnya dengan presentase 42,26% atau berjumlah

71 orang terdapat pada rentangan usia 33 40 tahun. Presentase 10,12% atau

berjumlah 17 orang terdapat pada rentangan usia 41 48 tahun.

4.1.2. Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Di bawah ini tabel yang menunjukkan jumlah responden berdasarkan pendidikan

terakhir.

Tabel 4.2

Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pendidikan Frekuensi Persentase SMU/sederajat 148 88,1%

D3 3 1,8 % S1/S2 17 10,1% Total 168 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa mayoritas responden pada

penelitian ini tingkat pendidikannya adalah SMU atau sederajat yaitu sebanyak 148

orang atau 88,1%. Responden yang berpendidikan D3 sebanyak 3 orang atau 1,8%,

sedangkan responden yang berpendidikan sarjana sebanyak 17 orang atau 10,1%. Hal

ini dikarenakan syarat untuk dapat mengikuti pelatihan sebagai anggota satpol pp

berpendidikan minimal SMU/sederajat.

Page 96: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

81

4.1.3. Responden Berdasarkan Etnis/Suku Bangsa

Di bawah ini tabel yang menunjukkan jumlah responden berdasarkan etnis/suku

bangsa.

Tabel 4.3

Responden Berdasarkan Etnis

Etnis Frekuensi Persentase Jawa 27 16,1% Sunda 35 20,8% Betawi 100 59,5%

Minang/Flores 6 3,6 % Total 168 100 %

Dari tabel diatas, didapat bahwa 100 orang atau 59,5 % berasal dari suku betawi, 35

orang atau 20,8 % berasal dari suku sunda, 27 orang atau 16,1 % berasal dari suku

jawa. 6 orang atau 3,6 % berasal dari suku minang/flores, dimana 4 orang atau 2,4 %

berasal dari suku minang, dan 2 orang atau 1,2 % berasal dari suku flores. Artinya

bahwa mayoritas responden berasal dari suku Betawi. Hal ini mungkin dikarenakan

lokasi dalam pengambilan sampel yang berada di wilayah Kota Tangerang, yang

masih dalam kawasan Jakarta, dengan suku asli Betawi.

4.1.4. Responden Berdasarkan Masa Kerja

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai rata-rata skor variabel masa kerja =

7.6786, modus = 9, median = 8.00, standar deviasi = 3.22104, varian = 10.375, min =

2, dan max = 21. Distribusi frekuensi masa kerja yang sudah dikelompokkan terlihat

dalam tabel berikut :

Page 97: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

82

Tabel 4.4

Responden Berdasarkan Masa Kerja

Interval Kelas Frekuensi Presentase 2 8 98 58,33 %

9 15 66 39,29 % > 16 tahun 4 2,38 %

Total 168 100 %

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa masa kerja dengan jumlah frekuensi

tertinggi yaitu 98 orang atau 58,33 % terdapat pada rentangan 2 8 tahun.

Selanjutnya dengan presentase 39,29 % atau 66 orang terdapat pada rentangan masa

kerja 9 15 tahun. Frekuensi terendah dengan nilai presentase 2,38 % atau 4 orang

terdapat pada rentang masa kerja 16 tahun keatas.

4.2 Analisis Deskriptif

4.2.1 Kategori Tipe Kepribadian

Kategori ini menggambarkan tipe kepribadian yang dimiliki oleh satpol pp Kota

Tangerang, dengan melihat nilai true-skor terbesar pada masing-masing kategori.

Perhitungannya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Kategori Tipe Kepribadian Satpol PP

Kategori Frekuensi Persentase Neuroticism 44 26,2 % Extraversion 36 21,4 % Openness 16 9,5 % Agreeableness 26 15,5 % Conscientiousness 46 27,4 %

Jumlah 168 100 %

Page 98: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

83

Berdasarkan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa tipe Kepribadian yang

menonjol pada satpol pp Kota Tangerang yaitu conscientiousness dan neuroticism.

Hal ini menggambarkan bahwa 27,4% atau 46 orang anggota satpol pp Kota

Tangerang memiliki sifat conscientiousness, dimana individu mampu mengontrol

tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya, berpikir sebelum bertindak, menunda

kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana, terorganisir, dan

memprioritaskan tugas. Disisi lain trait kepribadian ini menggambarkan orang yang

sangat perfeksionis, kompulsif, workaholic, dan membosankan. Kemudian 26,2%

atau 44 orang anggota satpol pp Kota Tangerang memiliki sifat neuroticsm. Individu

yang memiliki kepribadian ini mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi,

dan memiliki kecenderungan emotionally reactive. Sedangkan karakteristik yang

paling sedikit dimiliki satpol pp Kota Tangerang adalah openness yaitu sebesar 9,5%

atau sebanyak 16 orang. Individu ini mempunyai ciri mudah bertoleransi, kapasitas

untuk menyerap informasi, menjadi sangat fokus dan mampu untuk waspada pada

berbagai perasaan, pemikiran dan impulsivitas.

4.2.2 Kategori Self control

Kategori skor self control yang dipergunakan adalah dua kategori, tinggi, dan rendah.

Dimana kategori tinggi adalah nilai t-skor diatas rata-rata, kategori rendah adalah

nilai t-skor dibawah rata-rata. Dengan nilai mean = 49.9972, standar deviasi = 10.00,

skor minimum = 24.88, skor maximum = 70,56. Hasil perhitungan kategori dapat

dilihat pada tabel berikut :

Page 99: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

84

Tabel 4.6 Kategori Self control

Kategori T Skor Frekuensi Persentase

Self control Tinggi 81 48,21 %

Rendah < mean 87 51,79 % Jumlah 168 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa 48,21% atau 81 anggota

satpol pp Kota Tangerang memiliki self control yang tinggi, dan 51,79% atau 87

anggota satpol pp Kota Tangerang memiliki self control yang rendah.

Dalam perhitungan tiap dimensi digunakan mean dari t-skor masing-masing dimensi.

Dimana kategori tinggi adalah nilai t-skor diatas rata-rata, dan kategori rendah adalah

nilai true skor dibawah rata-rata. Adapun tabelnya adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Self control

Dimensi Kategori T skor Frekuensi Presentase

Behavior control Tinggi 82 48,81 %

Rendah < mean 86 51,19 %

Cognitif control Tinggi 89 52,98 %

Rendah < mean 79 47,02 %

Decisional control Tinggi 81 48,21 %

Rendah < mean 87 51,79 %

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat :

1. Untuk behavior control, memiliki Mean sebesar 49,998. Nilai > 49,998 dinyatakan

dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 48,81% atau sebanyak 82 orang. Nilai <

49,998 dinyatakan dalam kategori rendah, yaitu sebesar 51,19% atau sebanyak 86

Page 100: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

85

orang. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa satpol pp di Kota Tangerang

memiliki kontrol perilaku yang rendah.

2. Untuk cognitif control, memiliki Mean sebesar 50,00. Nilai > 50,00 dinyatakan

dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 52,98% atau sebanyak 89 orang. Nilai < 50,00

dinyatakan dalam kategori rendah, yaitu sebesar 47,02% atau sebanyak 79 orang.

Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa satpol pp di Kota Tangerang memiliki

kontrol kognitif yang tinggi.

3. Untuk decisional control, memiliki Mean sebesar 49,997. Nilai > 49,997

dinyatakan dalam kategori tinggi, yaitu sebesar 48,21% atau sebanyak 81 orang.

Nilai < 49,997 dinyatakan dalam kategori rendah, yaitu sebesar 51,79% atau

sebanyak 87 orang. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa satpol pp di Kota

Tangerang memiliki kontrol yang rendah dalam mengambil keputusan.

4.2.3 Kategori Agresivitas

Kategori skor agresivitas yang dipergunakan adalah dua kategori, tinggi dan rendah.

Dimana kategori tinggi adalah dengan skor diatas rata-rata, dan kategori rendah

adalah dibawah skor rata-rata. Diperoleh nilai mean = 49,6071, median = 48,00,

standar deviasi = 10,24142, minimum = 31,00, maksimum = 76,00. Hasil perhitungan

kategori dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.8 Kategori Agresivitas

Kategori Frekuensi Persentase Tinggi 74 44,05 % Rendah < Mean 94 55,95 %

Jumlah 168 100 %

Page 101: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

86

Berdasarkan tabel diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa 55,95 % atau 94 anggota

satpol pp di Kota Tangerang memiliki tingkat agresivitas yang rendah, dan 44,05 %

atau 74 anggota satpol pp Kota Tangerang memiliki tingkat agresivitas yang tinggi.

Kemungkinan hal ini terjadi karena mayoritas satpol pp Kota Tangerang memiliki

tipe kepribadian conscientiousness.

4.3 Uji Hipotesis

4.3.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian

Peneliti melakukan uji hipotesis dengan teknik analisis regresi multivariate, dimana

perhitungannya dibantu oleh software SPSS 17. Dalam analisis regresi ini, ada 3 hal

yang dilihat yaitu, melihat apakah IV berpengaruh signifikan terhadap DV, kedua

melihat besaran R Square untuk mengetahui berapa persen (%) varian pada DV yang

dijelaskan oleh IV, ketiga melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari

masing-masing IV.

Langkah pertama peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variabel

terhadap agresivitas. Karena variabel etnis merupakan data kategorik, maka pengujian

hipotesis untuk variabel ini tidak dimasukkan kedalam analisis keseluruhan

independent variabel. Sedangkan untuk Tipe Kepribadian dapat dijadikan data

kategorik maupun nominal.

Hasil uji F dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 102: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

87

Tabel 4.9 Anova ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 8581.182 9 953.465 18.557 .000a

Residual 8117.922 158 51.379 Total 16699.105 167

a. Predictors: (Constant), Usia, Extraversion, CognitifControl, Neuroticism, DecisionalControl, Agreeableness, Openness, BehaviorControl, Conscientiousness b. Dependent Variable: Agresivitas

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa Sig. 0,000 (p < 0,05), maka hipotesis

nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independen

variabel terhadap agresivitas ditolak. Artinya ada pengaruh yang signifikan dari trait

Big Five (Neurotic, Extraversion, Openness, Agreeableness, dan Conscientiousness),

Self control (Behavior control, Cognitif control, dan Decisional control), dan Usia

terhadap Agrevitas. Sedangkan tabel R square, dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.10 Model Summary Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

1 .717a .514 .486 7.16793

a. Predictors: (Constant), Usia, Extraversion, CognitifControl, Neuroticism, DecisionalControl, Agreeableness, Openness, BehaviorControl, Conscientiousness

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa perolehan R Square sebesar 0.514 atau

51,4 %. Artinya proporsi varian dari agresivitas yang dijelaskan oleh semua

independen variabel adalah sebesar 51,4 %, sedangkan 48,6 % sisanya dipengaruhi

oleh variabel lain selain variabel dalam penelitian ini.

Page 103: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

88

Selanjutnya adalah melihat koefisien regresi tiap independen variabel. Adapun

penyajiannya ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 4.11 Koefisien Regresi Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 39.617 6.240 6.349 .000

Neuroticism .254 .066 .254 3.837 .000

Extraversion .108 .073 .108 1.480 .141

Openness .090 .068 .090 1.329 .186

Agreeableness .240 .065 .240 3.668 .000

Conscientiousness -.341 .080 -.341 -4.286 .000

BehaviorControl .107 .076 .107 1.413 .160

CognitifControl -.362 .067 -.362 -5.406 .000

DecisionalControl .207 .069 .207 3.008 .003

Usia -.142 .114 -.072 -1.240 .217

a. Dependent Variable: Agresivitas

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat variabel (IV) mana saja yang mempengaruhi

secara signifikan terhadap agresivitas (DV). Dengan melihat pada kolom Sig. < 0,05

maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap agresivitas

dan sebaliknya. Dari hasil diatas hanya koefisien Neuroticism, Agreeableness,

Conscientiousness, Cognitif control dan Decisional control, sedangkan yang lainnya

tidak signifikan (sig. > 0,05). Adapun informasi yang disampaikan dari hasil tersebut

adalah sebagai berikut :

Page 104: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

89

1. Variabel Neuroticism : Diperoleh nilai sig. 0.000 (< 0.05), yang berarti bahwa

variabel ini signifikan. Nilai regresi sebesar 0.254, yang berarti bahwa variabel ini

secara positif mempengaruhi agresivitas satpol pp.

2. Variabel Extraversion : Diperoleh nilai sig. 0.141 (> 0.05), yang berarti bahwa

variabel ini tidak signifikan atau dengan kata lain variabel ini tidak memberikan

pengaruh terhadap agresivitas satpol pp. Nilai regresi dari variabel ini sebesar

0.108.

3. Variabel Openness : Diperoleh nilai sig. 0.186 (> 0.05), yang berarti bahwa

variabel ini tidak signifikan atau variabel ini tidak memberikan pengaruh terhadap

agresivitas satpol pp. Nilai regresi variabel ini sebesar 0.090.

4. Variabel Agreeableness : Diperoleh nilai sig. 0.000 (< 0.05), yang berarti bahwa

variabel ini signifikan. Nilai regresi sebesar 0.240, yang berarti bahwa variabel ini

secara positif mempengaruhi agresivitas satpol pp.

5. Variabel Conscientiousness : Diperoleh nilai sig. 0.000 (< 0.05), yang berarti

bahwa variabel ini signifikan. Nilai regresi sebesar -0.341, bahwa variabel ini

secara negatif mempengaruhi agresivitas satpol pp. Artinya jika skor variabel

conscientiousness tinggi maka agresivitas rendah, dan sebaliknya.

6. Variabel Behavior control : diperoleh nilai sig. 0.160 (> 0.05), yang berarti bahwa

variabel ini tidak signifikan atau variabel ini tidak memberikan pengaruh terhadap

agresivitas satpol pp. Nilai regresi variabel ini sebesar 0.107.

Page 105: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

90

7. Variabel Cognitif control : diperoleh nilai sig. 0.000 (< 0.05), yang berarti bahwa

variabel ini signifikan. Nilai regresi sebesar -0.362, bahwa variabel ini secara

negative mempengaruhi agresivitas satpol pp. Artinya jika skor cognitive control

tinggi maka agresivitas rendah, dan sebaliknya.

8. Variabel Decisional control : diperoleh nilai sig. 0.003 (< 0.05), yang berarti

bahwa variabel ini signifikan. Nilai regresi sebesar 0.207, bahwa variabel ini

secara positif mempengaruhi agresivitas satpol pp.

9. Variabel Usia : diperoleh nilai sig. 0.217 (> 0.05), yang berarti bahwa variabel ini

tidak signifikan atau variabel ini tidak memberikan pengaruh terhadap agresivitas

satpol pp. Nilai regresi variabel ini sebesar -0.142.

Dengan demikian dapat disusun persamaan regresi pada agresivitas, yaitu :

Persamaan 4.1 Regresi Agresivitas

Agresivitas = 39,617 + 0,254*Neuroticism + 0,108*Extraversion +

0,090*Openness + 0,240*Agreeableness 0,341*Conscientiousness

+ 0,107*Behavior control 0,362*Cognitif control +

0,207*Decisional control 0,142*Usia

Page 106: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

91

Hasil uji F untuk variabel etnis dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12 Variabel Etnis ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 4363.059 3 1454.353 19.335 .000a

Residual 12336.046 164 75.220 Total 16699.105 167

a. Predictors: (Constant), VAR00004, VAR00002, VAR00003 b. Dependent Variable: Agresivitas

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sig. 0,000 (p < 0,05) , maka hipotesis

nihil ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari variabel etnis terhadap

agresivitas. Untuk R square, dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.13 Model Summary

Model R R

Square Adjusted R

Square Std. Error of the

Estimate

Change Statistics

R Square Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .511a .261 .248 8.67293 .261 19.335 3 164 .000

a. Predictors: (Constant), VAR00004, VAR00002, VAR00003

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar 0,261 atau

26,1 %. Artinya proporsi varians dari agresivitas yang dijelaskan oleh variabel etnis

adalah sebesar 26,1%.

Hasil uji beda variabel etnis adalah sebagai berikut :

Page 107: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

92

Tabel 4.14 Uji Beda Variabel Etnis Report

Agresivitas

Etnis Mean N Std. Deviation

Jawa 49.9137 27 11.92250 Sunda 59.5337 35 8.04806 Betawi 47.1614 100 7.96104 minang/flores 42.0850 6 5.71985 Total 50.0000 168 9.99973

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa etnis yang agresivitasnya paling tinggi

berasal dari suku Sunda dengan mean = 59,5337. Selanjutnya suku Jawa dengan

mean = 49,9137, suku Betawi dengan mean = 47,1614. Dan yang paling rendah

agresivitasnya berasal dari suku Minang/Flores dengan mean = 42,0850.

Hasil uji beda tipe kepribadian Big Five adalah sebagai berikut:

Tabel 4.15 Uji Beda Tipe Kepribadian

Report Agresivitas

BigFive Mean N Std. Deviation

neuroticism 49.8514 44 11.03339 extraversion 55.9706 36 8.02664 openness to experience 52.9469 16 10.71804 agreeableness 52.1119 26 9.74503 conscientiousness 43.2509 46 5.73043 Total 50.0000 168 9.99973

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tipe kepribadian dengan agresivitas

paling tinggi adalah extraversion dengan mean = 55,9706. Selanjutnya kepribadian

Page 108: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

93

openness to experience dengan mean = 52,9469, kepribadian agreeableness dengan

mean = 52,1119. Dan yang paling rendah agresivitasnya adalah kepribadian

conscientiousness dengan mean = 43,2509. Hal inilah yang menjadi asumsi bahwa

rendahnya agresivitas satpol pp Kota Tangerang, disebabkan sebagian besar satpol pp

Kota Tangerang memiliki kepribadian conscientiousness.

Langkah berikutnya adalah menguji penambahan proporsi varians dari tiap

independen variabel jika IV tersebut dimasukkan satu per satu kedalam analisis

regresi. Tujuannya adalah melihat penambahan proporsi varian dari tiap IV apakah

signifikan atau tidak. Untuk analisis berikutnya dibahas pada sub bab berikut.

4.3.2 Proporsi Varians Untuk Masing-masing Independent Variabel

Pengujian pada tahapan ini bertujuan untuk melihat apakah signifikan tidaknya

penambahan proporsi varians dari tiap IV, dimana tiap IV tersebut dianalisis secara

satu per satu. Pada tabel 4.16 kolom pertama adalah IV yang dianalisis secara satu per

satu, kolom kedua merupakan total penambahan varians DV dari tiap IV yang

dianalisis satu per satu tersebut, kolom ketiga merupakan nilai murni varians DV dari

tiap IV yang dimasukkan secara satu per satu, kolom keempat adalah harga f hitung

bagi IV yang bersangkutan, kolom df adalah derajat bebas bagi IV yang bersangkutan

pula, yang terdiri dari numerator dan denumerator, kolom f tabel adalah kolom

mengenai nilai/harga IV pada tabel f dengan df dan taraf level of significance 5 %

yang telah ditentukan sebelumnya, harga pada kolom inilah yang akan dibandingkan

dengan harga pada kolom f hitung. Apabila harga f hitung lebih besar daripada f

Page 109: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

94

tabel, maka kolom selanjutnya, yaitu kolom signifikan akan dituliskan signifikan dan

sebaliknya. Jika signifikan artinya bahwa penambahan proporsi varians dari IV yang

bersangkutan, dampaknya signifikan. Besarnya proporsi varians pada agresivitas

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.16 Perhitungan Proporsi Varians Agresivitas

IV R2 R2 Change

F Hitung

DF F Tabel

Signifikan

Neuroticism 0,000 0,000 0,027 1,166 3,90 Tidak Signifikan

Extraversion 0,192 0,192 39,259 1,165 3,90 Signifikan Openness 0,204 0,012 2,386 1,164 3,90 Tidak

Signifikan Agreeableness 0,241 0,037 7,983 1,163 3,90 Signifikan Conscientiousness 0,399 0,158 42,609 1,162 3,90 Signifikan Behavior control 0,401 0,002 0,570 1,161 3,90 Tidak

Signifikan Cognitif control 0,482 0,081 24,922 1,160 3,90 Signifikan Decisional control 0,509 0,027 8,810 1,159 3,90 Signifikan Usia 0,514 0,005 1,538 1,158 3,90 Tidak

signifikan Etnis 0,775 0,261 19,333 3,164 2,67 Signifikan Total 0,775

Dari tabel diatas maka dapat disimpulkan :

Variabel Neuroticism tidak memberikan sumbangan varians sama sekali, sebesar

0 % pada agresivitas. Sumbangan ini tidak signifikan dengan nilai F hitung sebesar

= 0,027 dan df = 1,166.

Page 110: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

95

Variabel Extraversion memberikan sumbangan varians sebesar 19,2 % pada

agresivitas. Sumbangan ini signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 39,259 dan

df = 1,165.

Variabel Openness memberikan sumbangan varians sebesar 1,2 % pada

agresivitas. Sumbangan ini tidak signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 2,386

dan df = 1,164.

Variabel Agreeableness memberikan sumbangan varians sebesar 3,7 % pada

agresivitas. Sumbangan ini signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 7,983 dan df

= 1,163.

Variabel Conscientiousness memberikan sumbangan varians sebesar 15,8 % pada

agresivitas. Sumbangan ini signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 42,609 dan

df = 1,162.

Variabel Behavior control memberikan sumbangan varians sebesar 0,2 % pada

agresivitas. Sumbangan ini tidak signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 0,57

dan df = 1,161.

Variabel Cognitif control memberikan sumbangan varians sebesar 8,1 % pada

agresivitas. Sumbangan ini signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 24,922 dan

df = 1,160.

Page 111: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

96

Variabel Decisional control memberikan sumbangan varians sebesar 2,7 % pada

agresivitas. Sumbangan ini signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 8,810 dan df

= 1,159.

Variabel Usia memberikan sumbangan varians sebesar 0,5 % pada agresivitas.

Sumbangan ini tidak signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 1,538 dan df =

1,158.

Variabel etnis memberikan sumbangan varians sebesar 26,1 % pada agresivitas.

Sumbangan ini signifikan dengan nilai F hitung sebesar = 19,333 dan df = 3,164. F

tabel = 2,67.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada 6 IV yang signifikan sumbangannya

terhadap agresivitas satpol pp, yaitu: Extraversion, Agreeableness,

Conscientiousness, Cognitif control, Decisional control, dan Etnis. Sedangkan 4 IV

lainnya tidak memberikan sumbangan secara signifikan.

Page 112: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

97

Gambar 4.1 Bagan Proporsi Varian

19,2 %

0,2%

2,7%

8,1%

26,1%

0,5%

Neuroticism

Behavior control

Cognitif control

Decisional control

Usia

Etnis/Suku Bangsa

Consenciousness

Ekstraversion

Openness

Agreebleness

Kepribadian big five

Page 113: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

98

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini

juga akan dimuat diskusi dan saran.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil dari

penelitian ini adalah : big five

dan self control

hipotesis mayor yang menyatakan bahwa ada pengaruh dari tipe kepribadian dan self

control secara bersama-sama terhadap agresivitas diterima.

Selanjutnya, dari hipotesis minor, dapat dinyatakan bahwa dari 10 variabel

independen yang diuji hanya 6 variabel yang dinyatakan signifikan mempengaruhi

agresivitas, yaitu: neuroticism, agreeableness, conscientiousness, cognitive control,

desicional control, dan etnis/suku bangsa terhadap agresivitas satpol pp Kota

Tangerang. Sedangkan 4 variabel lainnya walaupun memberikan pengaruh namun

pengaruh tersebut tidak signifikan hingga hipotesis peneliti yang menyatakan adanya

pengaruh ditolak.

Namun jika dilihat berdasarkan sumbangan proporsi varians terhadap agresivitas,

terdapat 6 variabel yang dinyatakan signifikan, yaitu: Extraversion, Agreeableness,

Conscientiousness, Cognitive control, Decisional control, dan etnis. Dimana masing-

Page 114: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

99

masing memberikan sumbangan sebesar 19,2 % dari extraversion, 3,7% dari

agreeableness, 15,8% dari conscientiousness, 8,1% dari cognitive control, 2,7% dari

decisional control, dan 26,1 % dari etnis. Sehingga diketahui bahwa sumbangan

proporsi varians yang terbesar diberikan oleh etnis yaitu sebesar 26,1 %.

5.2 Diskusi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh tipe kepribadian dan self control

secara bersama-sama terhadap agresivitas. Hal ini sesuai dengan penelitian Glass

(dalam Baron & Byrne, 2005) yang menyimpulkan bahwa faktor kepribadian

berperan penting dalam perilaku agresif. Menurutnya bahwa kecenderungan

seseorang untuk berperilaku agresif dapat dilihat dari kepribadiannya. Senada dengan

teori Anderson & Bushman (2002) yang menyatakan bahwa faktor kepribadian

adalah faktor manusia yang dianggap cukup berperan dalam perilaku agresif, karena

kepribadian merupakan salah satu variabel person (variabel masukan) yang dapat

menyebabkan terjadinya perilaku agresif. Selain itu, kepribadian juga dapat

mengaktivasi konsep-konsep yang berhubungan dengan agresi di dalam memori yang

dapat mempengaruhi cognition, affect, dan arrousal yang dapat mempengaruhi hasil

akhir tingkah laku. Variabel person (kepribadian) dapat mempengaruhi kognisi

dengan membuat konsep agresi lebih mudah diakses di dalam memori. Di dalam

memori tersebut, jaringan asosiatif menghubungkan pikiran, agresi, emosi dan

kecenderungan untuk bertingkah laku. Dengan demikian individu yang memiliki sifat

agresif hanya akan membutuhkan sedikit energi untuk mengaktifkan konsep-konsep

Page 115: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

100

agresi, sehingga konsep-konsep agresi tersebut menjadi semakin mudah untuk

diakses dan lebih siap untuk teraktivasi pada situasi lain, yang dapat membimbing

tingkah laku di masa yang akan datang.

Dalam penelitian ini, tipe kepribadian yang dimaksud adalah big five. Dimana

neuroticism, agreeableness dan conscientiousness memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap agresivitas. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Denson,

dkk (2006) yang menunjukkan bahwa trait neuroticism, agreeableness, dan

conscientiousness dalam kepribadian big five memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap agresivitas.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Furnham dan Saipe (1993) mengenai

hubungan antara agresi pengemudi dengan tiga model faktor (three factor model),

disimpulkan bahwa perilaku agresif berkorelasi positif dengan tipe Extraversion dan

Neuroticism dalam tiga model faktor kepribadian. Hal ini menjelaskan bahwa

perbedaan faktor (trait) menyebabkan perbedaan korelasi antara trait yang ada dengan

agresivitas sebagai dependent varibelnya. Jika dalam penelitian Furnham dan Saipe

(1993) yang berkorelasi adalah faktor extraversion dan neuroticism, maka dalam

penelitian yang dilakukan, yang berkorelasi adalah faktor neuroticism, agreeableness

dan conscientiousness. Dimana neuroticism dan agreeableness berkorelasi secara

positif dengan agresivitas. Sedangkan conscientiousness berkorelasi negatif terhadap

agresivitas. Artinya semakin tinggi skor neuroticism dan agreeableness yang dimiliki

Page 116: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

101

seseorang maka semakin tinggi tingkat agresivitasnya, namun semakin tinggi skor

conscientiousness maka semakin rendah tingkat agresivitasnya, begitupun sebaliknya.

Diteorikan (Costa & McCrae, 1997) bahwa karakteristik individu yang memiliki skor

neuroticism tinggi merupakan individu yang mudah cemas, gugup, emosional, merasa

tidak aman, merasa tidak mampu, mudah panik. Hal ini sesuai dengan teori

agresivitas (Buss dan Perry, 1992; Anderson & Bushman, 2001; Berkowitz, 1993)

yang menyatakan bahwa agresivitas merupakan kecenderungan untuk terlibat dalam

agresi fisik dan verbal, rasa permusuhan dan rasa kemarahan. Kesesuain ini juga

ditunjukkan oleh teori Geen (1998) yang menyatakan bahwa agresif adalah setiap

tindakan yang menyakiti atau melukai individu lain dengan mengabaikan niat dari

individu itu sendiri.

Penelitian menunjukkan bahwa trait agreeableness mempengaruhi secara positif

terhadap agresivitas. Hal ini tidak sesuai dengan teori (Costa & McCrae, 1997) yang

menyebutkan bahwa karakteristik individu dengan skor agreeableness tinggi yang

mengindikasikan seseorang yang ramah, memiliki kepribadian yang selalu mengalah,

menghindari konflik dan memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang lain.

Berdasarkan survey, seseorang yang memiliki skor agreeableness yang tinggi

digambarkan sebagai seseorang yang memiliki sifat suka membantu, forgiving

(mudah memaafkan), dan penyayang. Ketidaksesuaian ini mugkin terjadi karena

sampel pada penelitian adalah satpol pp. Dimana dalam menjalankan beberapa

tugasnya, satpol pp diharuskan untuk agresif. Namun karena sifat dasar individu itu

Page 117: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

102

yang agreeableness maka tindakan agresif tersebut hanya dilakukan saat bekerja.

Agresivitas seperti ini dimasukkan dalam tipe agresi prososial, yaitu tindakan agresi

yang sebenarnya diatur atau di setujui oleh norma sosial seperti polisi memukul

penjahat (Taylor & Peplau, 2009). Sifat agreeableness juga dapat dimasukkan dalam

tipe agresi yang disetujui (sanctioned aggression), dimana jenis agresi ini termasuk

tindakan yang tidak diharuskan oleh norma social tetapi ada di dalam batas-batasnya.

Tindakan ini tidak melanggar standar moral yang diterima luas. Misalnya, pelatih

yang menghukum pemain tim dengan menyuruhnya push-up biasanya dianggap

bertindak sesuai dengan haknya dan masih dalam batas yang diterima.

Trait conscientiousness yang memberikan pengaruh negatif terhadap agresivitas.

Artinya, semakin tinggi skor conscientiousness maka semakin rendah tingkat

agresivitas, begitupun sebaliknya. Hal ini sesuai dengan teori (Costa & McCrae,

1997) yang menyebutkan bahwa karakteristik individu conscientiousness memiliki

sifat yang mampu mengontrol tingkah laku terhadap lingkungan sosialnya, berpikir

sebelum bertindak, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma, terencana,

terorganisir, dan memprioritaskan tugas. Sedangkan agresivitas memiliki sifat

sebaliknya.

Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa self control memberikan pengaruh terhadap

agresivitas seseorang. Dimana variabel behavior control memiliki nilai regresi

sebesar 0,107 dan sig. 0,160. Artinya variabel behavior control tidak mempengaruhi

agresivitas. Variabel ini memberikan sumbangan varians sebesar 0,2 %, walaupun

Page 118: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

103

sumbangan ini tidak signifikan dengan F hitung. Cognitif control memiliki nilai

regresi sebesar -0,362 dan sig. 0,000. Artinya variabel cognitif control

mempengaruhi secara negatif terhadap agresivitas. Jika cognitif control nya tinggi

maka agresivitasnya rendah, dan sebaliknya. Variabel ini memberikan sumbangan

sebesar 8,1 % dan signifikan dengan F hitung. Sedangkan decisional control

memiliki nilai regresi sebesar 0,207 dan sig. 0,003. Artinya variabel cognitif control

mempengaruhi secara positif terhadap agresivitas. Jika decisional control nya tinggi

maka agresivitas juga tinggi, dan sebaliknya. Variabel ini memberikan sumbangan

sebesar 2,7 % dan signifikan dengan F hitung. Hasil penelitian yang dilakukan

Stephen W. Baron (2003) yang menyebutkan bahwa rendahnya self control dapat

memprediksi tindakan kriminal, yang identik dengan perilaku agresif. Penelitian

Nurfaujiyanti (2010) juga menunjukkan hal yang sama, bahwa ada hubungan yang

negatif antara self control dengan agresivitas anak jalanan, dengan korelasi sebesar -

0,529. Hal ini mendukung teori Calhoun dan Acocella (1990) yang mendefinisikan

kontrol diri (self-control) sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis, dan

perilaku seseorang, dengan kata lain serangkaian proses yang mebentuk dirinya

sendiri. Golfried dan Merbaum juga mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu

kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk

perilaku yang dapat membawa individu kearah konsekuensi positif. Kontrol diri juga

menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk

menyatukan perilaku yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu

seperti yang diinginkan.

Page 119: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

104

Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa variabel usia tidak mempengaruhi

agresivitas. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wiesenthal, dkk

(2000; dalam Tremblay, 2002) yang menemukan bahwa pengemudi yang lebih muda

(usia 18-23) memiliki skor agresivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan

pengemudi yang lebih tua (usia 24-66) pada the Driving Vengeance Questionnaire.

Hasil penelitian juga menyebutkan bahwa etnis/suku bangsa mempengaruhi

agresivitas. Dimana sumbangannya sebesar 26,1%. Hal ini sesuai dengan pendapat

ahli dari berbagai bidang ilmu seperti antropologi dan psikologi, (seperti Segall,

Dasen, Berry dan Poortinga, 1999; Kottak, 2006; Groos, 1992; Price dan Crapo,

2002; dalam Sarwono, 2009) yang menyebutkan bahwa lingkungan geografis

mempengaruhi agresivitas. Masyarakat yang hidup di pantai/pesisir, menunjukkan

karakter lebih keras daripada masyarakat yang hidup di pedalaman. Dalam penelitian

di Amerika Serikat, diketahui bahwa masyarakat di bagian selatan Amerika Serikat

mempunyai Agresivitas lebih tinggi. Hal ini diketahui melalui angka pembunuhan

yang tinggi (Taylor, Peplau, dan Sears, 2009). Penelitian Dewi Suryani Ekawati

(2007; dalam Nashori, 2008) juga menyatakan ada perbedaan perilaku agresif antara

mahasiswa etnis Jawa dan mahasiswa etnis Batak yang tinggal di Yogyakarta.

Dimana mahasiswa etnis Batak memiliki perilaku agresif yang lebih tinggi dibanding

mahasiswa etnis Jawa.

Sebelum dilakukan analisis item, pada variabel big five terdapat 50 item yang terdiri

dari 10 item Neuroticism, 10 item Extraversion, 10 item Openness, 10 item

Page 120: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

105

Agreeableness, 10 item Conscientiousness. Namun setelah dilakukan analisis faktor

konfirmatori, maka item yang digunakan untuk uji hipotesis adalah 3 item

Neuroticism, 5 item Extraversion, 3 item Openness, 2 item Agreeableness, dan 5 item

Conscientiousness. Pada variabel agresivitas dari 40 item, hanya 18 item yang valid

dan dipakai dalam uji hipotesis. Kemungkinan hal ini terjadi dalam pembuatan item

yang mengukur lebih dari satu faktor atau pada sampel yang tidak mengerti dengan

kalimat dalam skala item yang diberikan, atau dikarenakan dalam pengisian kuesioner

yang asal-asalan.

5.3 Saran

Peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan yang ada dalam

penelitian yang telah dilakukan. Namun hal tersebut merupakan pembelajaran yang

berharga baik bagi peneliti sendiri maupun peneliti dibidang yang sama pada masa

yang akan datang. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka ada beberapa

saran yang kiranya dapat bermanfaat, sebagai

berikut:

5.3.1 Saran Metodologis

1. Variasi dari 9 independen variabel yang ada hanya menyumbang 51,4 %. Sisanya

sebanyak 48,6 % kemungkinan dipengaruhi oleh variabel lainnya. Oleh sebab itu,

disarankan untuk penelitian selanjutnya agar meneliti/ menganalisa variabel-

variabel lain yang mempengaruhi agresivitas.

Page 121: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

106

2. Pada penelitian selanjutnya disarankan untuk membuat item agresivitas yang lebih

baik. Sehingga meminimalisir banyaknya item yang di drop.

3. Dalam penelitian selanjutnya, lebih baik mengambil sampel dalam jumlah yang

lebih banyak. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sudah cukup memadai,

namun dalam proses analisis data ditemukan beberapa hambatan karena jumlah

sampel yang tidak seimbang dengan jumlah item pernyataan yang terdapat dalam

seluruh skala pengukuran pada penelitian ini.

5.3.2 Saran Praktis

Untuk mengurangi agresivitas maka disarankan kepada satpol pp:

1. Meningkatkan self control dalam pribadi masing-masing. Peningkatan self control

dapat dilatih dengan berbagai pelatihan yang ada, seperti dengan mengikuti

pelatihan peningkatan diri.

2. Meminimalisir dalam merekruit anggota dengan kepribadian extraversion.

Page 122: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

107

DAFTAR PUSTAKA

Anderson & Bushman. 2002. Human aggression. Iowa State University. Anderson & Huesmann. 2003. The sage handbook of social psychology. Thousand

Oaks, CA: Sage Publications, Inc.

Averill, JR. 1973. Personal control over aversive stimuli and to stress. Psychological Bulletin No.80.

Baron & Byrne. 2005. Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.

Baron, Stephen W. 2003. Self-control, social consequences and criminal behavior: street youth and the general theory of crime. Journal of Research in Crime and Deliquency. Vol.40 No.4 . Sage Publications.

Barthelemy, Juan J. 2005. Aggression and the big five personality factors of grades and attendance. Disertasi Univercity of Tennessee

Benjamin, James, et al. 2006. Personality and aggressive behavior under provoking and neutral condition: a meta-analitic review. Psychological Bulletin Vol. 132 No.5 hal 751-756.

Berkowitz, Leonard. 1995. Agresi: sebab & akibatnya. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo

Bond, Alyson J. et al. 1997. Aggression individual differences, alchohol, and benzodiazepines. Psychology Press.

Brehm & Kassin. 1993. Social psychology_2nd ed. USA: Houghton Miflin Company. Buss & Perry. 1992. The aggression questionaire. Journal of Personality and Social

Psychology Vol. 63 hal. 452-458. Calhoun & Acocella. 1990. Psychology of adjusment & human relationship. Chaplin, J.P. 2000. Kamus lengkap psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Davidoff, Linda L. 1991. Psikologi suatu pengantar, jilid 2_edisi kedua. Jakarta:

Erlangga. Denson, Thomas F., et al. 2006. The displaced aggression questionaire. Journal of

Personality & Social Psychology Vol. 90 No. 6 hal. 1032. Feldman, Robert S. 1985. Social psychology, theories, research and applications.

Singapore: McGraw_Hill.

Friedman & Schustack. 2008. Kepribadian: teori klasik dan riset modern. Jakarta: Erlangga.

Ghufron & Risnawita. 2010. Teori-teori psikologi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Page 123: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

108

Hartup, Willard et al. 2005. Development origins of aggression. New York: The Guilford Press.

Hurlock, Elizabeth B. 2000. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Iska, Zikri Neni. 2008. Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan. Jakarta:

Krahe, Barbara. 2005. Perilaku agresif, buku panduan psikologi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Larsen & Buss. 2005. Personality psichology: domains of knowledge about human human nature_2nd editon. New York.

Lazarus, Richard S. 1991. Emotion and adaptation. New York: Oxford Univercity Press.

Luthfi, Ikhwan dkk. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta

Mastuti, Endah. 2005. Analisis faktor alat ukur kepribadian big five (adaptasi dari ipip) pada mahasiswa suku jawa. Tesis Fakultas Psikologi Universitas Erlangga.

McCrae & John. Tanpa Tahun. An introdapplications.

Myers, David G. 2009. exploring social psychology_5th ed. USA: McGraw-Hill, Inc.

Nashori, Fuad. 2008. Psikologi sosial islami. Bandung: Rafika Aditama. Nurfaujiyanti. 2010. Hubungan self-control dengan agresivitas anak jalanan. Skripsi

Fakultas Psikologi UIN Pedhazur, Elazar J. 1982. Multiple regression in behavioral research, explanation

and prediction_2nd ed. New York: CBS College Publishing. Pervin, Lawrence, et al. 2005. Personality theory & research_9th ed. USA: John

Willey & Sons, Inc. Sarwono, Sarlito W. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sevilla, Consuelo G. 1993. Pengantar metode penelitian. Jakarta: UI-Press. Taylor, Shelly E. dkk. 2009. Psikologi sosial. Jakarta: Kencana.

Tremblay, Paul F. 2002. A review of driver aggression research: conceptual, theoritical, and methodological issues. London, Ontario, Canada.

Wade & Tavris. 2007. Psikologi, jilid dua_edisi ke 9. Jakarta: Erlangga. Widhiarso, Wahyu. 2004. Evaluasi faktor dalam big five: pendekatan analisis

konfirmatori. Yogyakarta: Univ. Gajah Mada.

Page 124: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

109

Wigins & Zanden. 1994. Social psychology_5th ed. USA: McGraw-Hill, Inc.

Wijayanto, Setyo Hari. 2008. Structural equation modeling dengan lisrel 8.8_edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Website: Arif, Solichan. 2010. Nyimenk, oknum Satpol PP ditangkap. news.okezone.com

diunduh pada 17 Januari 2011.

Gandapurna, Baban. 2011. Berulah tahun baru, Satpol PP Jabar periksa anggota. bandung.detik.com diunduh pada 17 Januari 2011.

Hadi, Mahardika Satria. 2010. Warga Cina Benteng Adukan Oknum Satpol PP ke Polda Metro. tempointeraktif.com/hg/kriminal/2010/04/14/brk,20100414-240423,id.html diunduh pada tanggal 16 Juni 2011.

Irwansyah, Romi. 2011. Satpol pp rugikan PKL 5 juta. waspada.com diundah pada 17 januari 2011.

Tanpa nama. Tanpa tahun. Polisi Pamong Praja. id.wikipedia.org diunduh pada 17 Januari 2011.

Tanjung, Satria. 2010. Tragedi makam mbah priuk, bukti kurang komunikasi. rumahabi.info diunduh pada 17 Januari 2011.

Tanjung, Satria. 2010. Satpol pp cabuli gadis di bawah umur. rumahabi.info diunduh pada 17 Januari 2011.

Tanpa nama. Tanpa tahun. Kepribadian. rumahbelajarpsikologi.com diunduh pada 17 Januari 2011.

Tanpa nama. 2010. Satpol pp. solocybercity.com diunduh pada 20 Januari 2011.

Tanpa nama. 2010. Data and Statistics. who.int diunduh pada 20 Januari 2011.

Page 125: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

CFA Agresivitas 1st Order

Page 126: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

CFA Agresivitas 2nd Order setelah Dimodifikasi

Page 127: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 651 Minimum Fit Function Chi-Square = 1222.44 (P = 0.0)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 1145.64 (P = 0.0) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 494.64

90 Percent Confidence Interval for NCP = (404.32 ; 592.81)

Minimum Fit Function Value = 7.32 Population Discrepancy Function Value (F0) = 2.96 90 Percent Confidence Interval for F0 = (2.42 ; 3.55)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.067 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.061 ; 0.074)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.00

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 8.88 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (8.34 ; 9.47)

ECVI for Saturated Model = 9.82 ECVI for Independence Model = 36.82

Chi-Square for Independence Model with 780 Degrees of Freedom = 6068.86

Independence AIC = 6148.86 Model AIC = 1483.64

Saturated AIC = 1640.00 Independence CAIC = 6313.82

Model CAIC = 2180.59 Saturated CAIC = 5021.65

Normed Fit Index (NFI) = 0.80

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.87 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.67

Comparative Fit Index (CFI) = 0.89 Incremental Fit Index (IFI) = 0.89

Relative Fit Index (RFI) = 0.76

Critical N (CN) = 101.80

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.11 Standardized RMR = 0.10

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.74 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.68

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.59

uji validitas cfa AGRESIFITAS Modification Indices and Expected Change

Page 128: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

Output CFA Big Five trait Agreeableness

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 20 Minimum Fit Function Chi-Square = 31.04 (P = 0.055)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 29.88 (P = 0.072) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 9.88

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 28.66)

Minimum Fit Function Value = 0.19 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.059 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.17)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.054 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.093)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.39

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.60 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.54 ; 0.71)

ECVI for Saturated Model = 0.66 ECVI for Independence Model = 2.14

Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 337.18

Independence AIC = 357.18 Model AIC = 99.88

Saturated AIC = 110.00 Independence CAIC = 398.42

Model CAIC = 244.22 Saturated CAIC = 336.82

Normed Fit Index (NFI) = 0.91

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.91 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.40

Comparative Fit Index (CFI) = 0.96 Incremental Fit Index (IFI) = 0.97

Relative Fit Index (RFI) = 0.79

Critical N (CN) = 203.11

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.060 Standardized RMR = 0.060

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.97 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.90

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.35

Page 129: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

Output CFA Big Five trait Conscientiousness

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 22 Minimum Fit Function Chi-Square = 33.29 (P = 0.058)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 32.83 (P = 0.064) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 10.83

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 30.30)

Minimum Fit Function Value = 0.20 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.065 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.18)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.054 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.091)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.39

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.59 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.53 ; 0.71)

ECVI for Saturated Model = 0.66 ECVI for Independence Model = 2.72

Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 433.85

Independence AIC = 453.85 Model AIC = 98.83

Saturated AIC = 110.00 Independence CAIC = 495.09

Model CAIC = 234.92 Saturated CAIC = 336.82

Normed Fit Index (NFI) = 0.92

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.94 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.45

Comparative Fit Index (CFI) = 0.97 Incremental Fit Index (IFI) = 0.97

Relative Fit Index (RFI) = 0.84

Critical N (CN) = 203.12

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.071 Standardized RMR = 0.071

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.96 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.91

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.38

Page 130: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

Output CFA Big Five trait Ekstraversion

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 27 Minimum Fit Function Chi-Square = 34.68 (P = 0.15)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 34.93 (P = 0.14) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 7.93

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 27.32)

Minimum Fit Function Value = 0.21 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.047 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.16)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.042 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.078)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.60

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.54 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.50 ; 0.66)

ECVI for Saturated Model = 0.66 ECVI for Independence Model = 1.75

Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 272.28

Independence AIC = 292.28 Model AIC = 90.93

Saturated AIC = 110.00 Independence CAIC = 333.52

Model CAIC = 206.40 Saturated CAIC = 336.82

Normed Fit Index (NFI) = 0.87

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.94 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.52

Comparative Fit Index (CFI) = 0.97 Incremental Fit Index (IFI) = 0.97

Relative Fit Index (RFI) = 0.79

Critical N (CN) = 227.13

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.064 Standardized RMR = 0.064

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.96 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.92

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.47

Page 131: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

Output CFA Big Five trait Neuroticsm

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 19 Minimum Fit Function Chi-Square = 19.33 (P = 0.44)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 18.45 (P = 0.49) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 0.0

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 13.68)

Minimum Fit Function Value = 0.12 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.082)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.0 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.066)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.85

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.54 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.54 ; 0.63)

ECVI for Saturated Model = 0.66 ECVI for Independence Model = 4.98

Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 810.95

Independence AIC = 830.95 Model AIC = 90.45

Saturated AIC = 110.00 Independence CAIC = 872.19

Model CAIC = 238.91 Saturated CAIC = 336.82

Normed Fit Index (NFI) = 0.98

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 1.00 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.41

Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.94

Critical N (CN) = 313.71

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.040 Standardized RMR = 0.040

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.98 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.94 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.34

Page 132: SELF-CONTROL TERHADAP AGRESIVITAS SATUAN POLISI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1608/1/AL-JUM... · SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TANGERANG Skripsi ... penulisan

Output CFA Big Five trait Openness

Goodness of Fit Statistics

Degrees of Freedom = 23 Minimum Fit Function Chi-Square = 36.21 (P = 0.039)

Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 35.03 (P = 0.052) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 12.03

90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 32.08)

Minimum Fit Function Value = 0.22 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.072 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.19)

Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.056 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.091)

P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.36

Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.59 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.52 ; 0.71)

ECVI for Saturated Model = 0.66 ECVI for Independence Model = 2.83

Chi-Square for Independence Model with 45 Degrees of Freedom = 452.01

Independence AIC = 472.01 Model AIC = 99.03

Saturated AIC = 110.00 Independence CAIC = 513.25

Model CAIC = 230.99 Saturated CAIC = 336.82

Normed Fit Index (NFI) = 0.92

Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.94 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.47

Comparative Fit Index (CFI) = 0.97 Incremental Fit Index (IFI) = 0.97 Relative Fit Index (RFI) = 0.84

Critical N (CN) = 193.06

Root Mean Square Residual (RMR) = 0.061 Standardized RMR = 0.062

Goodness of Fit Index (GFI) = 0.96 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.90 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.40