seleksi daun beluntas (pluchea indica less) sebagai … · gula, asam amino, dan glikosida...

26
31 SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh tingkat ketuaan daun beluntas yang paling potensial sebagai sumber antioksidan alami dan ketepatan pelarut yang digunakan. Seleksi didasarkan pada tingkat ketuaan daun beluntas (kelompok daun 1-3, 4-6 dan >6) dan jenis pelarut untuk mengekstrak daun beluntas yang meliputi metanol, etil asetat, air, dan n-butanol. Hasil menunjukkan bahwa senyawaan fitokimia, terutama fenolik lebih terkonsentrasi pada daun yang lebih muda. Total fenol dan total flavonoid kelompok daun 1-3 > kelompok daun 4-6 > kelompok daun > 6. Daun beluntas mengandung grup senyawa flavonoid, tanin, sterol, dan fenol hidrokuinon. Daun beluntas 1-6 dipilih sebagai sumber antioksidan berdasarkan kemampuan menangkap radikal bebas DPPH. Hasil seleksi berdasarkan perbedaan pelarut menunjukkan bahwa grup senyawa tanin, flavonoid, dan fenol hidrokuinon ditemukan pada ekstrak metanolik daun beluntas (EMB), fraksi etil asetat (FEA), fraksi air (FA), dan fraksi n-butanol (FNB), sedangkan grup senyawa sterol tidak ditemukan pada FA. Senyawa fenolik penyusun EMB sebagian besar bersifat semipolar, yang ditunjukkan oleh total fenol dan total flavonoid terbesar dimiliki oleh FEA. Fraksi FEA lebih berpotensi sebagai penangkap radikal bebas DPPH, dengan nilai IC 50 dan AE (efisiensi antiradikal) masing-masing sebesar 3.3 mg/L dan 0.00115. Kata Kunci : beluntas (Pluchea indica Less), ketuaan daun, ekstrak metanolik, fraksi etil asetat, fraksi air, fraksi n-butanol, dan DPPH. Abstract This study was conducted to refer the age level of Pluchea leaves which giving the most potential natural antioxidant source as well as the proper solvents being utilized. The selection was based on the difference of the age level of the leaves (13, 46, and >6 leaves groups) and the different type of solvents included methanol, ethyl acetate, water, and n-butanol. The results showed that phytochemical compounds, especially phenolic were more concentrated on the younger leaves. Total phenol and total flavonoid of leaves were rank as 1-3 > 4-6 > >6 group, respectively. Pluchea leaves contained flavonoid, tannin, sterol, and phenol hydroquinone compound groups. 1-6 age level leaves were chosen as a source of natural antioxidants based on DPPH free radical scavenging activity. Tannin, flavonoid, and phenol hydroquinone compound groups were found in Pluchea leaves methanolic extract (EMB), ethyl acetate fraction (FEA), water fraction (FA), and n-butanol fraction (FNB), while sterol compound group was not found in the FA. FEA had the highest total phenol and flavonoid, which showed that the major phenolic compounds of EMB were semi polar. This fraction was potential as DPPH free radical scavenging, hence it IC 50 and AE (radical efficiency) value were 3.3 mg/L and 0.00115, respectively. Keywords: Pluchea indica Less, leaf age, methanolic extract, ethyl acetate fraction, water fraction, n-butanol fraction, and DPPH.

Upload: hakhuong

Post on 19-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

31

SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI

SUMBER ANTIOKSIDAN ALAMI

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh tingkat ketuaan daun beluntas

yang paling potensial sebagai sumber antioksidan alami dan ketepatan pelarut

yang digunakan. Seleksi didasarkan pada tingkat ketuaan daun beluntas

(kelompok daun 1-3, 4-6 dan >6) dan jenis pelarut untuk mengekstrak daun

beluntas yang meliputi metanol, etil asetat, air, dan n-butanol. Hasil menunjukkan

bahwa senyawaan fitokimia, terutama fenolik lebih terkonsentrasi pada daun yang

lebih muda. Total fenol dan total flavonoid kelompok daun 1-3 > kelompok daun

4-6 > kelompok daun > 6. Daun beluntas mengandung grup senyawa flavonoid,

tanin, sterol, dan fenol hidrokuinon. Daun beluntas 1-6 dipilih sebagai sumber

antioksidan berdasarkan kemampuan menangkap radikal bebas DPPH. Hasil

seleksi berdasarkan perbedaan pelarut menunjukkan bahwa grup senyawa tanin,

flavonoid, dan fenol hidrokuinon ditemukan pada ekstrak metanolik daun beluntas

(EMB), fraksi etil asetat (FEA), fraksi air (FA), dan fraksi n-butanol (FNB),

sedangkan grup senyawa sterol tidak ditemukan pada FA. Senyawa fenolik

penyusun EMB sebagian besar bersifat semipolar, yang ditunjukkan oleh total

fenol dan total flavonoid terbesar dimiliki oleh FEA. Fraksi FEA lebih berpotensi

sebagai penangkap radikal bebas DPPH, dengan nilai IC50 dan AE (efisiensi

antiradikal) masing-masing sebesar 3.3 mg/L dan 0.00115.

Kata Kunci : beluntas (Pluchea indica Less), ketuaan daun, ekstrak metanolik,

fraksi etil asetat, fraksi air, fraksi n-butanol, dan DPPH.

Abstract This study was conducted to refer the age level of Pluchea leaves which

giving the most potential natural antioxidant source as well as the proper solvents

being utilized. The selection was based on the difference of the age level of the

leaves (1–3, 4–6, and >6 leaves groups) and the different type of solvents included

methanol, ethyl acetate, water, and n-butanol. The results showed that

phytochemical compounds, especially phenolic were more concentrated on the

younger leaves. Total phenol and total flavonoid of leaves were rank as 1-3 > 4-6

> >6 group, respectively. Pluchea leaves contained flavonoid, tannin, sterol, and

phenol hydroquinone compound groups. 1-6 age level leaves were chosen as a

source of natural antioxidants based on DPPH free radical scavenging activity.

Tannin, flavonoid, and phenol hydroquinone compound groups were found in

Pluchea leaves methanolic extract (EMB), ethyl acetate fraction (FEA), water

fraction (FA), and n-butanol fraction (FNB), while sterol compound group was

not found in the FA. FEA had the highest total phenol and flavonoid, which

showed that the major phenolic compounds of EMB were semi polar. This

fraction was potential as DPPH free radical scavenging, hence it IC50 and AE

(radical efficiency) value were 3.3 mg/L and 0.00115, respectively.

Keywords: Pluchea indica Less, leaf age, methanolic extract, ethyl acetate

fraction, water fraction, n-butanol fraction, and DPPH.

Page 2: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

32

Pendahuluan

Beluntas (Pluchea indica Less) merupakan tanaman herba famili

Asteraceae yang telah dimanfaatkan sebagai pangan dan sediaan obat bahan alam

(Ardiansyah et al. 2003). Kandungan senyawaan fitokimia pada daun beluntas

mempunyai beberapa aktivitas biologis, salah satunya sebagai antioksidan.

Senyawaan fitokimia pada tanaman terdistribusi dengan kadar yang

berbeda pada setiap bagian. Perbedaan kadar senyawaan fitokimia pada daun dan

buah sangat dipengaruhi oleh tingkat ketuaan daun atau kematangan buah

(Navarro et al. 2006), kondisi tanah, pemberian pupuk serta stress lingkungan

baik secara fisik, biologi maupun kimiawi (Chludil et al. 2008). Kandungan dan

kadar senyawaan fitokimia yang berbeda akan mempengaruhi aktivitas

antioksidannya (Tachakittirungrod et al. 2007). Kubola & Siriamornpun (2008)

menyatakan bahwa bagian yang berbeda dari tanaman Thai bitter gourd

(Momordica charantia L) mempunyai aktivitas menangkap radikal bebas DPPH

berbeda, secara berturutan aktivitas antioksidan bagian daun > buah hijau >

batang > buah matang.

Senyawaan fitokimia pada tanaman dapat diekstrak dengan pelarut yang

sesuai. Tingkat kepolaran pelarut menentukan komponen senyawaan fitokimia

yang terekstrak. Metanol secara efektif dapat mengekstrak senyawa polar, seperti

gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat

molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang (Yu Lin et al. 2009), flavonoid

aglikon (Dehkharghanian et al. 2010), antosianin, terpenoid, saponin, tanin,

santosilin, totarol, kuasinoid, lakton, flavon, fenon, dan polifenol (Cowan 1999).

Air dapat mengekstrak senyawa sangat polar, seperti glikosida, asam

amino, dan gula (Houghton & Raman 1998), aglikon (Liu et al. 2011), antosianin,

pati, tanin, saponin, terpenoid, polipeptida, lektin (Cowan 1999). n-Butanol dapat

mengekstrak senyawa polar, seperti glikosida, aglikon, dan gula (Liu et al. 2011).

Sedangkan etil asetat dilaporkan dapat mengekstrak senyawa alkaloid, aglikon,

dan glikosida (Houghton & Raman, 1998), sterol, terpenoid, dan flavonoid

(Cowan 1999).

Potensi ekstrak tanaman sebagai sumber antioksidan dapat ditentukan

berdasarkan kemampuan menangkap radikal bebas DPPH. Pengujian DPPH

merupakan metode yang paling cepat dan sederhana untuk menentukan

Page 3: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

33

kemampuan senyawa antioksidan mendonorkan atom hidrogen. Ekstrak yang

berpotensi menangkap radikal DPPH berfungsi sebagai antioksidan primer

(Pokorny et al. 2001; Qian & Nihorimbere 2004; Singh et al. 2007).

Perbedaan distribusi senyawa fitokimia pada tanaman dan perbedaan

kelarutan dalam berbagai pelarut yang mendasari dilakukannya seleksi daun

beluntas sebagai sumber antioksidan. Seleksi tersebut dilakukan berdasarkan

perbedaan tingkat ketuaan daun (kelompok daun 1-3, 4-6 dan >6) dan perbedaan

jenis pelarut (metanol, etil asetat, air, dan n-butanol). Seleksi ini diharapkan

diperoleh daun beluntas yang dapat menjadi sumber antioksidan alami untuk

mencegah WOF daging itik. Dengan demikian senyawa antioksidan daun beluntas

dapat menggantikan penggunaan antioksidan sintesis yang masih diragukan

tingkat keamanannya terhadap kesehatan (Chludil et al. 2008).

Bahan dan Metode

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai Juni–Agustus 2009 di Laboratorium Kimia

SEAFAST IPB, Laboratorium Penyakit Hewan Fakultas Kedokteran Hewan IPB,

dan Program studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Departemen Kimia, NUS,

Singapura.

Bahan Penelitian

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah daun beluntas

diperoleh dari daerah Dramaga, Bogor. Teh hijau diperoleh dari Tea Factory di

Singapura (Lim Lam Thye PTE, LTD). Rosemari kering dibeli dari cold storage di

Singapura.

Bahan kimia untuk analisis, terdiri dari petroleum eter, metanol, n-butanol,

akuades, etil asetat, pereaksi Dragendoft, Mayer dan Wagner, kloroform, amoniak,

asam sulfat, natrium hidroksida, eter, asam asetat anhidrat, logam magnesium,

etanol, asam klorida, amil alkohol, besi triklorida, pereaksi Folin Ciocalteu Fenol,

natrium karbonat, asam gallat, katekin, natrium nitrit, aluminium klorida, BHT,

dan DPPH.

Page 4: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

34

Metode Penelitian

Pada tahap pertama penelitian ini dilakukan seleksi daun beluntas sebagai

sumber antioksidan berdasarkan perbedaan tingkat ketuaan daun dan perbedaan

jenis pelarut. Pada tahap seleksi tingkat ketuaan daun dilakukan pengelompokan

daun beluntas menjadi 3 didasarkan perbedaan warna dan tekstur daun dengan

urutan dari pucuk (Gambar 13 & Gambar 14), yaitu daun 1-3, 4-6, dan > 6.

Gambar 13. Pengelompokan daun beluntas berdasarkan perbedaan tingkat

ketuaan daun

Selanjutnya masing-masing kelompok daun diekstraksi dengan metanol

menggunakan metode ekstraksi soxhlet. Daun yang berpotensi sebagai sumber

antioksidan diekstraksi kembali dengan cara yang sama dilanjutkan dengan

fraksinasi menggunakan beberapa pelarut yang berbeda tingkat kepolaran,

meliputi etil asetat (semi polar), n-butanol (polar), dan air (sangat polar) (Dorman

& Hiltunen 2004) (Gambar 15). Daun beluntas dan ekstrak atau fraksinya daun

beluntas yang dipilih sebagai sumber antioksidan didasarkan pada kemampuannya

dalam menangkap radikal bebas DPPH.

Gambar 14. Kenampakan ketiga kelompok daun beluntas

Kelompok daun 1-3

Kelompok daun 4-6

Kelompok daun > 6

4-6 >6 1-3

Page 5: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

35

Gambar 15. Diagram alir proses ekstraksi dan pengujian aktivitas ekstrak

metanolik daun beluntas dan fraksinya (Modifikasi Dorman &

Hiltunen 2004).

Diuji rendemen, total fenol, total flavonoid, senyawaan fitokimia, dan DPPH

Daun Beluntas kering suhu kamar

Residu daun

Dimaserasi (suhu kamar, 24 jam) dengan 400 mL petroleum eter

Filtrat

Diuapkan pelarutnya dan dikeringkan pada suhu kamar

Diekstraksi soxhlet dengan 150 mL metanol pada suhu 65 oC selama 3 jam

Diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator

Ekstrak Metanolik

Dipartisi dengan H2O/Etil asetat (1:1 v/v) Pelarut diuapkan dengan

Rotary evaporator

Fraksi etil asetat Fase air

Dipartisi dengan n-

butanol (1:1 v/v)

Fraksi n-butanol Fraksi air

Ditepungkan dengan ukuran 40 mesh

Tepung daun beluntas 100 g Uji kadar air

Disaring

10 g Residu daun kering

Pelarut diuapkan dengan

Rotary evaporator Pelarut diuapkan dengan

Rotary evaporator

Ekstrak atau fraksi yang mempunyai aktivitas antioksidan terbesar dilakukan analisis sbb:

Kemampuan menangkap hidrogen peroksida, radikal superoksida dan hidroksil

Kemampuan mereduksi ion besi

Kemampuan mengkelat ion besi

Kemampuan menghambat oksidasi asam linoleat- -karoten

Kemampuan mencegah WOF daging itik

Page 6: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

36

Ketiga kelompok daun beluntas yang telah dikeringkan pada suhu kamar

selama 7 hari ditepungkan dengan ukuran 40 mesh, lalu dianalisis kadar airnya

(Lampiran 1). Tepung daun setiap kelompok sebanyak 100 g dimaserasi dengan

petroleum eter pada suhu kamar selama 24 jam. Residu yang telah dikeringkan

sebanyak 10 g diekstrak dengan 150 mL metanol menggunakan metode ekstraksi

soxhlet pada suhu 65 oC selama 3 jam. Ekstrak diperoleh setelah pelarut metanol

diuapkan dengan rotary evaporator. Ekstrak dari masing-masing kelompok

disimpan pada suhu 4 oC dalam botol gelap sampai analisis selanjutnya.

Tepung daun beluntas kering sebanyak 1 kg dari setiap kelompok daun

yang mempunyai aktivitas tertinggi diekstraksi dengan cara yang sama. Ekstrak

metanol yang diperoleh dilarutkan dalam akuades dan selanjutnya dipartisi dengan

pelarut etil asetat 1:1 (v/v). Fase air yang diperoleh dipartisi dengan n-butanol

dengan perbandingan 1:1 (v/v). Selanjutnya fraksi etil asetat, n-butanol, dan air

diuapkan dengan rotary evaporator, untuk mendapatkan fraksi yang pekat.

Ekstrak daun beluntas dan fraksinya disimpan pada suhu 4 oC dan gelap sampai

analisis berikutnya, meliputi rendemen (Lampiran 3), total fenol (Lampiran 5),

total flavonoid (Lampiran 7), kemampuan menangkap radikal bebas DPPH

(Lampiran 9), dan senyawaan fitokimia (Lampiran 59).

Analisis Data

Data penelitian dinyatakan sebagai rata-rata ± SD dari dua ulangan. Semua

data dianalisis dengan prosedur sidik ragam (ANOVA) dengan bantuan program

SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 17. Apabila hasil analisis

sidik ragam menunjukkan ada perbedaan maka dilanjutkan dengan uji jarak

berganda Duncan (Duncan New Multiple Range Test /DMRT) pada taraf 5%.

Page 7: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

37

Hasil dan Pembahasan

Seleksi Daun Beluntas sebagai Sumber Antioksidan Berdasarkan

Perbedaan Tingkat Ketuaan Daun

Senyawaan Fitokimia pada Ketiga Kelompok Daun Beluntas

Senyawaan fitokimia ketiga kelompok daun beluntas dianalisis setelah

tepung daun beluntas kering suhu kamar dihilangkan kandungan lipidanya

(defatted) dengan petroleum eter dan diekstraksi dengan metanol guna

menghilangkan minyak atsiri yang terkandung dalam daun beluntas sehingga

dapat meminimalkan aroma yang ditimbulkan. Pokorny et al. (2001) menyatakan

bahwa salah satu syarat yang harus dipenuhi suatu bahan dapat berfungsi sumber

antioksidan yang ideal adalah tidak mempengaruhi warna dan aroma bahan yang

ditambahkan. Petroleum eter digunakan didasarkan pada laporan Houghton &

Raman (1998) bahwa pelarut non polar ini dapat melarutkan wax, lemak, minyak

atsiri, dan klorofil.

Seperti telah dilaporkan oleh Traithip (2005) telah melaporkan bahwa

daun beluntas mengandung sejumlah senyawa volatil kelompok terpena, seperti

boehmeril asetat, HOP-17-(21)-en-3 -asetat, linaloil glukosida, linaloil apiosil

glukosida, linaloil hidroksi glukosida, pluseosida C, kuauhtermona, 3-(2’-3’-

diasetoksi-2’-metil-butiril), pluseol A, pluseol B, pluseosida A, pluseosida B,

pluseosida E, dan pterokarptriol. Senyawa volatil ini merupakan penyusun minyak

atsiri yang memberikan aroma tertentu pada daun beluntas.

Hasil analisis kualitatif senyawaan fitokimia ketiga kelompok daun

beluntas ditunjukkan pada Tabel 4. Senyawaan fitokimia yang teridentifikasi pada

ekstrak metanolik daun beluntas meliputi grup senyawa tanin, sterol, flavonoid,

dan fenol hidrokuinon. Pengujian secara kualitatif menunjukkan keberadaan grup

senyawa tanin, sterol, flavonoid, dan fenol hidrokuinon pada ekstrak metanolik

daun beluntas masing-masing ditunjukkan oleh terbentuknya warna biru tua atau

hijau kehitaman, hijau, merah, dan merah, seperti yang diperoleh pada penelitian

Harbone (1996).

Data menunjukkan bahwa intensitas senyawaan fitokimia yang ditemukan

pada ketiga kelompok daun berbeda, perbedaan ini dapat memberikan gambaran

tentang perbedaan kadar senyawaan fitokimia yang ada. Grup senyawa tanin,

Page 8: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

38

sterol, dan flavonoid ditemukan pada ketiga kelompok daun, tetapi intensitasnya

semakin berkurang dengan meningkatnya ketuaan daun. Penentuan intensitas

warna didasarkan pada perbandingan kepekatan warna yang diamati secara visual

dari semua senyawa fitokimia yang teruji (Gambar 16).

a b c d

Gambar 16. Penentuan intensitas warna pada pengujian grup senyawa sterol

(a = ++++, b = +++, c = ++ dan d = +)

Tabel 4. Hasil analisis kualitatif senyawaan fitokimia pada ketiga kelompok

daun beluntas

Kelompok daun

Intensitas warna senyawaan fitokimia

Tanin Sterol Flavonoid Fenol hidrokuinon

1-3 ++++ ++++ +++ +

4-6 +++ +++ ++ -

> 6 ++ ++ + -

Keterangan : ∑+ = menunjukkan intensitas warna, ∑+ = didasarkan pada perbandingan intensitas

warna secara visual, + = positif lemah, ++ = positif, +++ = positif kuat, ++++ =

positif sangat kuat, - = negatif.

Berdasarkan hasil pengujian kualitatif atas warna yang dihasilkan

menunjukkan bahwa grup senyawa fenol hidrokuinon hanya ditemukan pada daun

1-3. Fenol hidrokuinon lebih terkonsentrasi pada daun yang masih muda karena

menurut Harbone (1996), senyawa ini mempunyai struktur molekul paling

sederhana (C6) diduga sebagai senyawa dasar pembentuk senyawa fenolik jenis

lain.

Kubola & Sariamornpun (2008) menyatakan bahwa tidak semua senyawa

fenolik tertentu (asam p-kaumarat, asam gallat, asam ferulat, asam tanat, asam

bensoat, asam kafeat, dan (+)-katekin) ditemukan pada daun, batang, buah muda,

dan buah matang dari Thai bitter gourd (Momordica charantia L.). Asam gallat

banyak ditemukan pada seluruh bagian tanaman tersebut, asam kafeat banyak

ditemukan di daun, asam p-kaumarat banyak ditemukan di batang, asam ferulat

hanya ditemukan di batang dan buah muda sedangkan asam bensoat tidak

Page 9: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

39

ditemukan di daun dan batang. Navarro et al. (2006) juga menginformasikan

bahwa perbedaan kadar senyawaan fitokimia pada daun dan buah sangat

dipengaruhi oleh tingkat ketuaan atau kematangan.

Kadar Air dan Rendemen pada Ketiga Kelompok Daun Beluntas

Kadar air dan rendemen ketiga kelompok daun beluntas ditunjukkan pada

Tabel 5. Kadar air ketiga kelompok daun beluntas berbeda signifikan, hal ini

terlihat bahwa perbedaan ketuaan daun mempengaruhi kadar air. Berdasarkan

kadar air tersebut diperoleh kadar rendemen basis kering berbeda secara nyata

antara ketiga kelompok daun. Kelompok daun yang lebih muda mempunyai

rendemen lebih tinggi dibandingkan kelompok daun yang lebih tua. Kondisi ini

seiring dengan hasil uji total fenol (TP) dan total flavonoid (TF), dimana

komponen terbesar yang terekstrak oleh metanol adalah senyawa fenol.

Tabel 5. Kadar air dan rendemen pada ketiga kelompok daun beluntas

Kelompok daun Rendemen (% b/b)

1 Kadar air (% b/b)

2

1-3 22.37c ± 0.78 14.57

b ± 0.13

4-6 19.08b ± 0.00 14.01

a ± 0.14

> 6 16.44a ± 0.46 15.38

c ± 0.01

Keterangan : 1 = satuan berat per berat basis kering,

2 = satuan berat per berat,

a-c = huruf

superskrip pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan signifikan pada taraf 5%.

Total Fenol dan Total Flavonoid pada Ketiga Kelompok Daun Beluntas

Hasil pengujian total fenol (TP) dan total flavonoid (TF) pada ketiga

kelompok daun ditunjukkan pada Tabel 6. Kadar TP dan TF pada ketiga

kelompok daun beluntas berbeda secara signifikan. Daun 1-3 mempunyai kadar

TP dan TF paling tinggi, diikuti oleh daun 4-6 dan kadar terendah dimiliki oleh

daun > 6. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa fenolik dan flavonoid lebih

terkonsentrasi pada daun yang lebih muda. Kondisi ini didukung oleh hasil

analisis kualitatif senyawaan fitokimia pada ketiga kelompok daun yang

ditunjukkan pada Tabel 4.

Tingginya kadar TP dan TF serta intensitas senyawaan fitokimia pada

daun yang lebih muda terkait dengan fungsi senyawa tersebut dalam tanaman

yaitu melindungi diri dari serangan herbivora dan penyakit (Hagerman et al.

1998). Navarro et al. (2006) menyatakan untuk mempertahankan

Page 10: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

40

keberlangsungannya, maka daun yang lebih muda mengandung TP dan TF lebih

tinggi.

Tabel 6. Kadar total fenol, total flavonoid, dan IC50 pada ketiga kelompok daun

beluntas

Kelompok daun Total fenol

(mg GAE/100 g bk)

Total flavonoid

(mg CE/100 g bk)

IC50

(mg/L)

1-3 415.11c ± 4.06 287.38

c ± 0.04 3.71

a ± 0.19

4-6 146.33b ± 3.42 118.65

b ± 1.52 6.85

a ± 0.18

> 6 38.27a ± 1.02 32.22

a ± 1.70 41.76

b ± 3.01

Keterangan : IC50 = konsentrasi penghambatan 50%, GAE = ekuivalen asam gallat,

CE = ekuivalen katekin, a-c

= huruf superskrip pada kolom yang sama

menunjukkan perbedaan signifikan pada taraf 5%.

Kemampuan Menangkap Radikal Bebas DPPH pada Ketiga Kelompok Daun

Beluntas

Kadar TP dan TF ketiga kelompok daun beluntas (Tabel 6) nampaknya

berkorelasi dengan kapasitasnya menangkap radikal bebas DPPH (Gambar 17).

Penambahan ekstrak metanolik daun beluntas 1-3 pada konsentrasi 5 ppm telah

menunjukkan kemampuan penghambatan terhadap radikal bebas DPPH. Pada

konsentrasi yang sama, penambahan ekstrak metanolik kelompok daun 4-6 dan >

6 belum menunjukkan kemampuan penghambatan terhadap DPPH mencapai

maksimum.

Korelasi positif antara TP dengan kemampuan menangkap radikal DPPH

dari ekstrak bagian yang berbeda juga ditemukan pada tanaman Thai bitter guord

(Momordica charantia L) (Kubola & Siriamornpun 2008). Selain itu Fu et al.

(2009) menyatakan bahwa buah raspberry yang berwarna hijau mempunyai

aktivitas antioksidan lebih tinggi dari buah berwarna merah muda, hal ini

disebabkan kadar prosianidin pada buah yang hijau lebih tinggi.

Berdasarkan hasil perhitungan IC50 (kemampuan antioksidan yang

ditunjukkan dari konsentrasi antioksidan yang diperlukan untuk menangkap 50%

radikal bebas DPPH), menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan kelompok daun

1-3 tidak berbeda signifikan dengan kelompok daun 4-6, tetapi keduanya lebih

tinggi dan berbeda nyata dengan kelompok daun >6 (Tabel 6).

Selain keberadaan senyawa flavonoid yang mampu mendonorkan atom

hidrogen pada radikal DPPH, keberadaan senyawa tanin (tanin terhidrolisa dan

tanin terkondensasi) pada ekstrak daun beluntas 1-6 juga dapat mendonorkan

Page 11: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

41

elektron pada radikal bebas DPPH, seperti yang dijelaskan oleh Hagerman et al.

(1998). Hasil analisis kualitatif senyawaan fitokimia menunjukkan bahwa

intensitas grup senyawa tanin pada ekstrak kelompok daun 1-6 cukup tinggi

dibandingkan daun > 6 (Tabel 4).

Gambar 17. Kemampuan menangkap radikal bebas DPPH dari ketiga kelompok

daun beluntas.

Adanya grup senyawa sterol pada ekstrak kelompok daun beluntas 1-6

juga dapat memberikan kontribusi kemampuannya menangkap radikal bebas

DPPH. Nystrom et al. (2007) dan Li et al.(2007) menyatakan bahwa grup

senyawa sterol, seperti (3β,22E)-stigmasta-5,22-dien-3-ol (stigmasterol) dan (3β)-

stigmast-5-en-3-ol (β-sitosterol) mampu mencegah oksidasi lemak dengan

memutus rantai oksidasi yang disebabkan oleh radikal bebas. Berdasarkan

kemampuan menangkap radikal bebas DPPH maka senyawa antioksidan yang

terkandung dalam ekstrak metanolik daun beluntas berfungsi sebagai antioksidan

primer, seperti yang dijelaskan oleh Pokorny et al. (2001); Qian & Nihorimbere

(2004) dan Singh et al. (2007).

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

0 2 4 6 8 10 12

Konsentrasi Ekstrak Metanolik Daun Beluntas (ppm)

Pen

gham

bat

an ter

had

ap D

PP

H (

%)c

Daun 1-3 Daun 4-6 Daun > 6

Page 12: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

42

Seleksi Daun Beluntas sebagai Sumber Antioksidan Berdasarkan

Perbedaan Jenis Pelarut

Daun beluntas dengan tingkat ketuaan terpilih (1-6) selanjutnya diuji

dengan beberapa jenis pelarut dengan tingkat kepolaran berbeda guna

memperoleh ekstrak yang potensial untuk diuji lebih lanjut. Pelarut yang

digunakan meliputi metanol, etil asetat, air, dan n-butanol.

Kadar Air dan Rendemen pada Ekstrak Metanolik Daun Beluntas dan

Fraksinya

Daun beluntas 1-6 yang sudah dikeringkan pada suhu kamar mempunyai

kadar air sebesar 10.38%, setelah dihilangkan lipidanya diekstraksi dengan

metanol diperoleh rendemen sebesar 15.22% bk (Tabel 7). Metanol digunakan

untuk mengekstrak komponen aktif dalam daun beluntas karena hasil beberapa

penelitian sebelumnya telah menginformasikan bahwa metanol efektif

mengekstrak senyawa fenolik dari jaringan tanaman segar (daun spesies

Etlingera), sehingga dihasilkan rendemen dan aktivitas antioksidan yang tinggi

(Chan et al. 2007a) serta menghambat polifenol oksidase yang dapat

mempengaruhi aktivitas antioksidan (Yao et al. 2004). Hasil uji rendemen ekstrak

metanolik daun beluntas segar sebesar 4.70% bb. Widyawati (2004) telah

melaporkan bahwa rendemen yang diperoleh dari ekstraksi daun beluntas segar

dengan etanol sebesar 1.40% bb.

Metanol juga menunjukkan efisiensi ekstraksi yang tinggi pada daun dan

bunga spesies Alphinia (Wong 2006a), daun muda dari Camelia sinensis (Chan et

al. 2007b). Rendemen ekstrak daun mulberry yang diperoleh dari pelarut metanol

(2.26%) > aseton (1.78%) > etil asetat (0.80%) > n-heksana (0.48%) (Yen et al.

1996). Chyau et al. (2002) menginformasikan bahwa ekstraksi daun Terminalia

catappa muda oleh metanol mempunyai rendemen (6.08%) > etil asetat (4.25%) >

n-pentana (3.97%) > diklorometana (2.36%). Kemampuan metanol dalam

mengekstrak jaringan tanaman disebabkan pelarut ini secara efektif dapat

melarutkan senyawa polar, seperti gula, asam amino, dan glikosida (Houghton &

Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

(Yu Lin et al. 2009), flavonoid aglikon (Dehkharghanian et al. 2010), antosianin,

terpenoid, saponin, tanin, santosilin, totarol, kuasinoid, lakton, flavon, fenon, dan

polifenol (Cowan 1999).

Page 13: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

43

Fraksinasi ekstrak metanolik daun beluntas (EMB) dengan berbagai

pelarut yang berbeda kepolaran (etil asetat, n-butanol, dan air) menunjukkan

bahwa komponen penyusun EMB ada yang bersifat semipolar, polar, dan sangat

polar. Komponen yang bersifat sangat polar merupakan penyusun terbesar EMB,

yang ditunjukkan oleh kadar rendemen fraksi air (FA) lebih tinggi dibandingkan

fraksi lainnya.

Komponen sangat polar penyusun rendemen FA terdiri atas senyawa

glikosida, asam amino, dan gula (Houghton & Raman 1998) serta senyawa

aglikon (Liu et al. 2011; Dehkharghanian et al. 2010), vitamin C (Dalimarta 2003).

Rukmiasih (2011) melaporkan bahwa daun beluntas mengandung protein sebesar

17.78-19.02%, vitamin C sebesar 98.25 mg/100 g, dan -karoten sebesar 2.55

g/100 g. Dalimarta (2003) menginformasikan jenis asam amino penyusun daun

beluntas, meliputi leusin, isoleusin, triptofan, dan treonin.

Tabel 7. Kadar rendemen, total fenol, dan total flavonoid pada ekstrak metanolik

daun beluntas dan fraksinya

Sampel Rendemen (%) Total fenol

(mg GAE /100 g bk)

Total flavonoid

(mg CE /100 g bk)

EMB 15.22* 314.01c 16.14 118.38

c 0.20

FEA 30.48** 126.97b 1.61 58.69

b 1.10

FA 44.54** 42.58a 1.08 41.54

a 5.45

FNB 14.87** 55.63a 0.41 38.78

a 0.35

Keterangan : EMB = ekstrak metanolik daun beluntas, FEA = fraksi etil asetat, FA = fraksi air,

FNB = fraksi n-butanol, * = satuan % b/b daun beluntas bk, ** = satuan % b/b

ekstrak metanolik daun beluntas, a-c

= huruf superskrip pada kolom yang sama

menunjukkan perbedaan signifikan pada taraf 5%.

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa kadar komponen semipolar dan

polar dalam EMB lebih rendah dari komponen sangat polar. Hal ini ditunjukkan

oleh rendemen fraksi etil asetat (FEA) lebih rendah dari FA. Senyawa semipolar

yang dilaporkan dapat terekstrak oleh etil asetat, meliputi senyawa alkaloid,

aglikon, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), sterol, terpenoid, dan

flavonoid (Cowan 1999). Senyawa yang bersifat polar merupakan komponen

penyusun EMB terendah yang dapat terekstrak oleh n-butanol (FNB), diduga

terdiri dari glikosida, aglikon, dan gula (Liu et al. 2011).

Page 14: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

44

Senyawaan Fitokimia, Total Fenol, dan Total Flavonoid pada Ekstrak

Metanolik Daun Beluntas dan Fraksinya

Komponen aktif yang terekstrak oleh masing-masing pelarut yang berbeda

tingkat kepolaran selanjutnya dilakukan uji senyawaan fitokimia, total fenol, dan

total flavonoid. Hasil analisis kualitatif senyawaan fitokimia yang terdeteksi pada

daun beluntas 1-6 menunjukkan bahwa semua senyawaan fitokimia yang

teridentifikasi pada EMB ada pada FEA dan FNB, hanya pada FA tidak

ditemukan adanya grup senyawa sterol, yang ditunjukkan pada Tabel 8.

Perbedaan tingkat kepolaran air dan sterol diduga sebagai penyebab

fenomena tersebut. Grup senyawa sterol bersifat non polar (Nystrom et al. 2007)

dengan tingkat kepolaran mendekati pelarut heksana (Li et al. 2007) dan

konstanta dielektrik sebesar 1.88, sedangkan air bersifat sangat polar dengan

konstanta dielektrik sebesar 80 (Carey & Sundberg 2007). Houghton & Raman

(1998) menyatakan bahwa senyawa yang mempunyai polaritas sama akan saling

melarutkan (like dissolve like). Dehkharghanian et al. (2010) juga

menginformasikan bahwa perbedaan tingkat kepolaran pelarut menentukan

perbedaan jenis dan komposisi senyawaan fitokimia serta mempengaruhi aktivitas

antioksidannya.

Tabel 8. Senyawaan Fitokimia yang terdeteksi pada ekstrak metanolik daun

beluntas dan fraksinya

Sampel

Intensitas warna senyawaan fitokimia

Sterol Flavonoid Tanin Fenol hidrokuinon

EMB + + + +

FEA + + + +

FA - + + +

FNB + + + +

Keterangan : + = senyawa terdeteksi, - = senyawa tidak terdeteksi, EMB = ekstrak metanolik

daun beluntas, FEA = fraksi etil asetat, FNB = fraksi n-butanol, FA = fraksi air.

Hasil pengujian total fenol dengan pereaksi Folin Ciocalteu Fenol

diperoleh kadar TP yang diperoleh pada EMB sebesar 314.01 mg GAE/100 g

daun beluntas bk. Pengujian ini tidak spesifik untuk senyawa polifenol, tetapi

beberapa senyawa yang dapat teroksidasi oleh pereaksi Folin dapat terdeteksi.

Reaksi antara senyawa fenol dengan pereaksi Folin juga ditentukan oleh jumlah

dan posisi gugus hidroksi yang tersubstitusi pada cincin aromatis (Wong et al.

2006b). Kadar TP dari EMB dipengaruhi oleh komposisi senyawaan fitokimia

Page 15: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

45

yang terekstrak yang berkontribusi pada reaksi redoks dengan pereaksi Folin.

Adanya gula, asam amino, vitamin C dan A dapat terlibat dalam reaksi redoks

dengan Folin sehingga mempengaruhi kadar TP terukur.

Metanol efektif mengekstrak senyawa fenolik dari daun beluntas

dibandingkan etanol. Hasil uji menunjukkan bahwa kadar TP ekstrak metanolik

daun beluntas segar sebesar 72.47 mg GAE/100 g daun beluntas bb, sedangkan

Widyawati (2004) menunjukkan bahwa ekstrak etanolik daun beluntas segar

sebesar 17,03 mg GAE/100 g daun beluntas bb.

Dugaan bahwa sebagian besar senyawa fenolik semipolar merupakan

penyusun ekstrak daun beluntas, didukung oleh Mariod et al. (2010) bahwa etil

asetat dapat mengekstrak senyawa fenolik dengan berat molekul rendah hingga

tinggi dengan tingkat kepolaran sedang, dalam bentuk aglikon maupun glikosida.

Anagnostopoulou et al. (2006) juga menyatakan bahwa fraksi etil asetat dari kulit

jeruk dapat mengekstrak senyawa fenolik dengan tingkat kepolaran sedang

(intermediate) dan fraksi ini mempunyai kadar TP tertinggi (105 mg GAE/100 g

sampel bk) dibandingkan fraksi n-butanol (42.7 mg GAE/100 g sampel bk), fraksi

dietil eter (17.2 mg GAE/100 g sampel bk), dan fraksi air (7.9 mg GAE/100 g

sampel bk).

Kemampuan Menangkap Radikal Bebas DPPH pada Ekstrak Metanolik

Daun Beluntas dan Fraksinya

Ekstrak metanolik daun beluntas (EMB) dan fraksinya diseleksi aktivitas

antioksidannya berdasarkan kemampuan menangkap radikal bebas DPPH. Pada

penelitian ini aktivitas antioksidan EMB dan fraksinya ditentukan dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan spektrometer stop flow UV-Vis serta

membandingkannya dengan antioksidan kontrol (ekstrak metanolik teh hijau

(EMT), ekstrak metanolik rosemari (EMR), dan BHT).

Kemampuan Menangkap Radikal Bebas DPPH dengan Spektrofotometer

UV-Vis

Pengujian aktivitas menangkap radikal DPPH oleh EMB dan fraksinya

dengan alat spektrofotometer UV-Vis hanya didasarkan pada konsentrasi ekstrak

atau fraksi yang digunakan untuk menghambat aktivitas DPPH sebesar 50%,

tanpa memperhitungkan kinetika reaksinya. Ukuran aktivitas antioksidan

Page 16: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

46

ditunjukkan dengan nilai IC50 (konsentrasi penghambatan 50%), semakin rendah

nilai IC50 menunjukkan aktivitas antioksidannya semakin tinggi dan demikian

sebaliknya (Qian & Nihorimbere 2004).

EMB dan fraksinya menunjukkan kemampuan menangkap radikal bebas

DPPH dibandingkan antioksidan kontrol (Gambar 18 dan Tabel 9). FEA

mempunyai kemampuan menangkap radikal bebas DPPH lebih kuat dibandingkan

BHT, EMR, EMB, dan fraksi yang lain, walaupun aktivitasnya lebih rendah dari

EMT. Berdasarkan kemampuan penghambatan terhadap radikal DPPH,

penambahan EMT pada konsentrasi 3 ppm telah menunjukkan persentase

penghambatan mencapai maksimum, sedangkan pada FEA kondisi ini tercapai

pada penambahan konsentrasi sebesar 5 ppm. Kondisi maksimum penambahan

senyawa antioksidan yang lain baru tercapai pada penambahan konsentrasi > 7

ppm. Potensi FEA sebagai penangkap radikal bebas DPPH diduga karena

keefektifan senyawa fenolik yang bersifat semipolar dalam mendonorkan atom

hidrogen atau elektron pada radikal DPPH. Hasil yang diperoleh sejalan dengan

hasil yang diperoleh Singh et al. (2007). FEA berpotensi sebagai antioksidan

primer.

Gambar 18. Kemampuan menangkap radikal bebas DPPH dari senyawa

antioksidan (EMB = ekstrak metanolik daun beluntas, FEA = fraksi

etil asetat, FNB = fraksi n-butanol, FA = fraksi air, EMT = ekstrak

metanolik teh hijau, EMR = ekstrak metanolik rosemari, BHT =

butil hidroksi toluena).

-20

0

20

40

60

80

100

120

0 2 4 6 8 10

Konsentrasi Antioksidan (ppm)

Pen

gham

bat

an ter

had

ap D

PP

H (

%) c

c

EMB FEA BHT EMT EMR FA FNB

Page 17: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

47

Tabel 9. Kemampuan penghambatan 50% (IC50) dari senyawa antioksidan uji

Senyawa antioksidan IC50 (mg/L)

EMB 4.3d ± 0.0

FEA 3.3b ± 0.0

FA 8.0f ± 0.0

FNB 3.7c ± 0.0

EMT 1.9a ± 0.1

EMR 3.9c ± 0.1

BHT 5.7e ± 0.3

Keterangan : EMB = ekstrak metanolik daun beluntas, FEA = fraksi etil

asetat, FNB = fraksi n-butanol, FA = fraksi air, EMT = ekstrak

metanolik teh hijau, EMR = ekstrak metanolik rosemari, BHT =

butil hidroksi toluena, a-c

= huruf superskrip menunjukkan

perbedaan signifikan pada taraf 5%.

FEA yang mempunyai kadar TP dan TF lebih rendah dari EMB ternyata

mempunyai kemampuan menangkap radikal DPPH lebih tinggi. Hal ini

dimungkinkan seperti yang dijelaskan oleh Huang et al. (2010) bahwa senyawa

antioksidan semipolar mempunyai aktivitas menangkap radikal DPPH lebih tinggi

dibandingkan senyawa antioksidan polar dan sangat polar. Selain itu Conforti et

al. (2009) menginformasikan bahwa tipe atau jenis senyawa fenolik yang

terkandung dalam ekstrak lebih menentukan aktivitas antioksidan dibandingkan

kadarnya. Perbedaan aktivitas antioksidan dari ekstrak tanaman disebabkan oleh

perbedaan kualitatif dan kuantitatif komposisi senyawa fenolik (asam fenolik,

flavonoid maupun turunannya). Aktivitas antioksidan asam fenolik dan

turunannya sangat tergantung pada jumlah dan posisi gugus hidroksil pada cincin

aromatis dalam molekul.

Kemampuan Menangkap Radikal Bebas DPPH dengan Spektrofotometer

Stop Flow UV-Vis

Cara kedua untuk menentukan potensi EMB dan fraksinya dalam

menangkap radikal DPPH dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer stop

flow UV-vis. Pada pengujian ini aktivitas antioksidan ditentukan oleh EC50

(konsentrasi efektif) dan waktu reaksi yang diperlukan untuk mencapai kondisi

steady state (kinetika reaksi) (TEC50). EC50 yaitu jumlah konsentrasi antioksidan

yang diperlukan untuk mereduksi konsentrasi DPPH awal (t=0) yang dinyatakan

dalam mg/g DPPH sebesar 50%. Parameter EC50 adalah pengukuran kuantitatif

secara langsung dari aktivitas antioksidan, semakin tinggi aktivitas antioksidan

Page 18: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

48

(efektif) ditunjukkan dengan nilai EC50 rendah dan sebaliknya (Qian &

Nihorimbere 2004).

Gambar 19. Penurunan Absorbansi vs waktu dari DPPH˙ pada penambahan

antioksidan (EMB = ekstrak metanolik daun beluntas, FEA = fraksi

etil asetat, FNB = fraksi n-butanol, FA = fraksi air, EMT = ekstrak

metanolik teh hijau, EMR = ekstrak metanolik rosemari, BHT = butil

hidroksi toluena) pada konsentrasi 0.05 mg/mL (a) dan 0.10 mg/mL

(b).

Berdasarkan data pada Gambar 19, dilakukan perhitungan aktivitas

senyawa antioksidan uji terhadap persentase penghambatan yang ditunjukkan

pada Gambar 20. EMT dan FEA pada konsentrasi yang sama mempunyai

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Waktu (detik)

Ab

sorb

ansi

EMT FEA EMR BHT FA FNB EMB

0.00

0.05

0.10

0.15

0.20

0.25

0.30

0.35

0.40

0.45

0.50

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20

Waktu (detik)

Ab

sorb

ansi

EMT FEA EMR BHT FA FNB EMB

b

a

Page 19: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

49

kemampuan menangkap radikal DPPH (antiradikal) hampir sama dan relatif lebih

tinggi dibandingkan antioksidan lain, yang ditunjukkan dengan persentase

penghambatannya lebih tinggi. EMT dan FEA pada konsentrasi 200 mg/L

aktivitas penghambatannya lebih tinggi dari 50%, sedangkan antioksidan yang

lain lebih rendah dari 50%. Hasil ini seiring dengan pengujian kemampuan EMT

dan FEA menangkap radikal DPPH dengan spektrofotometer UV-Vis bahwa

kedua bahan tersebut lebih efektif mendonorkan atom hidrogen/elektron terhadap

radikal DPPH (Qian & Nihorimbere 2004; Singh et al. 2007). Gambar 20 juga

menanjukkan bahwa kemampuan menangkap radikal DPPH EMB dan fraksinya

secara berturutan sebagai berikut : FEA> FA ~ EMB > FNB.

Penurunan absorbansi radikal DPPH karena penambahan berbagai

antioksidan sangat dipengaruhi oleh konsentrasi dan lama reaksi yang ditunjukkan

pada Gambar 19. Data menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi senyawa

antioksidan yang ditambahkan kemampuan menurunkan absorbansi warna ungu

yang dimiliki oleh radikal DPPH semakin tinggi dan waktu yang diperlukan untuk

bereaksi dengan radikal DPPH semakin pendek yang ditandai dengan waktu

mencapai kondisi steady state semakin singkat.

Gambar 20. Kemampuan menangkap radikal bebas DPPH dari senyawa

antioksidan (EMB = ekstrak metanolik daun beluntas, FEA = fraksi

etil asetat, FNB = fraksi n-butanol, FA = fraksi air, EMT = ekstrak

metanolik teh hijau, EMR = ekstrak metanolik rosemari, BHT =

butil hidroksi toluena) pada waktu reaksi 1 detik.

0

10

20

30

40

50

60

70

0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25

Konsentrasi (mg/ml)

Pen

gham

bat

an ter

had

ap D

PP

H (

%)

c

EMT EMR EMB FEA FA FNB BHT

Page 20: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

50

EMR

0

20

40

60

80

100

120

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Waktu (detik)

Ko

nse

ntr

asi D

PP

H

(%)

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

FEA

0

20

40

60

80

100

120

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Waktu (detik)

Ko

nse

ntr

asi D

PP

H

(%)

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

BHT

0

20

40

60

80

100

120

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Waktu (detik)

Kon

sentr

asi D

PP

H

(%)

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

FNB

0

20

40

60

80

100

120

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Waktu (detik)

Ko

nse

ntr

asi D

PP

H

(%)

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

EMT

0

20

40

60

80

100

120

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Waktu (detik)

Ko

nse

ntr

asi

DP

PH

(%)

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

FA

0

20

40

60

80

100

120

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Waktu (detik)

Ko

nse

ntr

asi D

PP

H

(%)

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

EMB

0

20

40

60

80

100

120

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2

Waktu (detik)

Ko

nse

ntr

asi

DP

PH

(%)

50 ppm 100 ppm 150 ppm 200 ppm

Gambar 21. Penurunan konsentrasi radikal bebas DPPH pada penambahan senyawa

antioksidan (EMB = ekstrak metanolik daun beluntas, FEA = fraksi etil

asetat, FNB = fraksi n-butanol, FA = fraksi air, EMT = ekstrak

metanolik teh hijau, EMR = ekstrak metanolik rosemari, BHT = butil

hidroksi toluena) pada waktu reaksi 1 detik.

Page 21: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

51

Gambar 22. Fraksi konsentrasi DPPH dalam larutan pada kondisi steady state vs

konsentrasi antioksidan (mg antioksidan / g DPPH˙) (EMB =

ekstrak metanolik daun beluntas, FEA = fraksi etil asetat, FNB =

fraksi n-butanol, FA = fraksi air, EMT = ekstrak metanolik teh hijau,

EMR = ekstrak metanolik rosemari, BHT = butil hidroksi toluena).

Penurunan absorbansi larutan DPPH tergantung pada kecepatan reaksi

antara DPPH dengan senyawa antioksidan (Yang et al. 2007). Kecepatan reaksi

sangat ditentukan oleh konsentrasi, semakin tinggi konsentrasi maka waktu yang

diperlukan semakin singkat dan waktu steady state semakin cepat tercapai.

Gambar 21 menunjukkan penurunan konsentrasi DPPH vs waktu reaksi dari

berbagai sampel uji. Konsentrasi DPPH (%) dihitung dengan persamaan : persen

(%) [DPPH˙] = ([DPPH˙]t / [DPPH˙]t=0) x 100%, dimana [DPPH˙]t adalah

konsentrasi DPPH pada t=t dan [DPPH˙]t=0 adalah konsentrasi DPPH pada t = 0.

[DPPH˙]t ditentukan berdasarkan persamaan berikut : A517 nm = 10.11 [DPPH˙]t −

0.011. Fraksi konsentrasi DPPH (x) pada kondisi steady state ditentukan dengan

persamaan x = %[DPPH˙]t / %[DPPH˙]t=0 pada kondisi steady state. Dengan

memplot fraksi konsentrasi DPPH (x) pada kondisi steady state vs konsentrasi

sampel (mg antioxidant/g DPPH˙) (Gambar 22), dapat ditentukan nilai EC50 untuk

setiap sampel melalui perhitungan regresi liniernya (Tabel 10). Berdasarkan data

EC50, kemampuan menangkap radikal DPPH secara berturutan adalah sebagai

berikut : FEA > EMT > EMR > FA > EMB > FNB > BHT.

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Konsentrasi Antioksidan (mg/g DPPH)

Fra

ksi

Ko

nse

ntr

asi D

PP

H p

ada

Ko

ndis

i cccc

Ste

ad

y S

tate

EMB FNB FA BHT EMR FEA EMT

Page 22: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

52

Qian & Nihorimbere (2004) mengatakan bahwa potensi senyawa

antioksidan menangkap radikal bebas DPPH (antiradikal) ditentukan oleh

rendahnya nilai EC50, waktu reaksinya lebih singkat dan efisiensi antiradikalnya

paling tinggi (AE). Berdasarkan parameter EC50, hasil menunjukkan bahwa BHT

mempunyai aktivitas antiradikal paling rendah diantara sampel uji. Parameter

efisiensi antiradikal (AE) lebih dapat menentukan potensi antioksidan

dibandingkan nilai EC50 (Sanchez-Moreno et al. 1997). Dengan pertimbangan

bahwa selain EC50, waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi hingga mencapai

kondisi steady state dari konsentrasi EC50 (TEC50), berpengaruh pada kapasitas

antiradikal, dimana AE=1/(EC50 x TEC50).

Aktivitas antiradikal sampel uji berdasarkan AE secara berturutan sebagai

berikut : BHT> EMT> FEA> EMR> EMB> FNB> FA. Pada perhitungan ini,

BHT mempunyai aktivitas antioksidan paling tinggi dari ekstrak metanolik dan

fraksi-fraksi, sesuai pendapat Huang et al. (2010) bahwa BHT adalah antioksidan

sintetik yang efektif menangkap radikal bebas, sehingga dapat memutus rantai

oksidasi akibat radikal bebas. Paramater AE lebih efektif menyeleksi antioksidan

dibandingkan EC50.

Tabel 10. Kemampuan penghambatan (EC50) dan efisien antiradikal (AE) dari

senyawa antioksidan uji

Senyawa

antioksidan

EC50

(mg/g

DPPH)

Interval waktu mencapai steady

state untuk berbagai

konsentrasi antioksidan (detik) TEC50 (detik) AE

EMT 3888.89 0.06-0.22 0.11 0.00225

FEA 3780.00 0.19-0.28 0.23 0.00115

EMR 6966.67 0.28-0.42 0.26 0.00055

BHT 10200.00 0.09-0.19 0.02 0.00467

FA 7560.00 0.30-0.39 0.27 0.00048

FNB 10000.00 0.31-0.45 0.20 0.00051

EMB 7760.00 0.11-0.22 0.25 0.00052

Keterangan : EMT = ekstrak metanolik teh hijau, FEA = fraksi etil asetat, EMT = ekstrak

metanolik rosemari, BHT = butil hidroksi toluena, FA = fraksi air, FNB = fraksi n-

butanol, EMB = ekstrak metanolik daun beluntas.

Berdasarkan IC50 maupun AE menunjukkan bahwa FEA lebih berpotensi

menangkap radikal DPPH dibandingkan EMB dan fraksi lainnya. Oleh karena itu

FEA dipilih untuk pengujian berikutnya.

Page 23: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

53

Simpulan

Senyawaan fitokimia yang terkandung dalam daun beluntas adalah tanin,

flavonoid, sterol, dan fenol hidrokuinon. Senyawaan fitokimia, terutama fenolik

lebih terkonsentrasi pada daun yang lebih muda, secara berturutan kadar total

fenol dan total flavonoid kelompok daun 1-3 > kelompok daun 4-6 > kelompok

daun > 6.

Kemampuan menangkap radikal bebas DPPH kelompok daun 1-3 tidak

berbeda nyata dibandingkan kelompok daun 4-6 dan lebih tinggi dari kelompok

daun > 6. Daun beluntas 1-6 berpotensi sebagai sumber antioksidan.

Ekstrak metanolik daun beluntas dan fraksinya sangat dipengaruhi oleh

tingkat kepolaran pelarut. Ekstrak metanolik daun beluntas, fraksi etil asetat,

fraksi air, dan fraksi n-butanol mengandung grup senyawa tanin, flavonoid, dan

fenol hidrokuinon. Grup senyawa sterol tidak ditemukan pada fraksi air. Senyawa

fenolik penyusun ekstrak metanolik daun beluntas umumnya bersifat semipolar.

Fraksi etil asetat lebih berpotensi sebagai penangkap radikal DPPH

dibandingkan ekstrak metanolik daun beluntas dan fraksi lainnya, dengan nilai

IC50 (konsentrasi penghambatan 50%), dan AE (efisiensi antiradikal) masing-

masing sebesar 3.3 mg/L dan 0.00115.

Daftar Pustaka

Anagnostopoulou MA et al. 2006. Radical scavenging activity of various extracts

and fractions of sweet orange peel (Citrus sinensis). Food Chemistry 94 : 19–25.

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1990. Official methods of

analysis of association of official analytical chemists. Edition ke-15. USA :

Kenneth Helrich.

Ardiansyah, Nuraida L, Andarwulan N. 2003. Aktivitas antimikroba daun

beluntas (Pluchea indica Less) dan stabilitas aktivitasnya pada berbagai

konsentrasi garam dan tingkat pH. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 14(2) :

90-97.

Carey F, Sundberg RJ. 2007. Advanced Organic Chemistry Part A: Structure and

Mechanisms. Fifth edition. New York : Springer Science+Business Media, LLC

Chan EWC, Lim YY, Omar M. 2007a. Antioxidant and antibacterial activity of

leaves of Etlingera species (Zingiberaceae) in Peninsular Malaysia. Food

Chemistry 104 : 1586-1593.

Page 24: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

54

Chan EWC, Lim YY, Omar M. 2007b. Antioxidant activity of leaves of Camelia

sinensis leaves and tea from a lowland plantation in Malaysia. Food Chemistry

102 : 1214-1222.

Chludil HD, Corbino GB, Leicarh SR. 2008. Soil quality effects on Chenopodium

album flavonoid content and antioxidant potential. Journal of Agricultural and

Food Chemistry. 56 : 5050–5056.

Chyau CC, Tsai SY, Ko PT, Mau JL. 2002. Antioxidant properties of solvent

extracts from Terminalia catappa Leaves. Food Chemistry 78 : 483-488.

Conforti F et al. 2009. The protective ability of Mediterranean dietary plants

against the oxidative damage : The role of radical oxygen species in inflammation

and the polyphenol, flavonoid and sterol content. Food Chemistry 112 : 587-594.

Cowan MM. 1999. Plant product as antimicrobial agents. Journal of Microbiology

Reviews 12(4) : 564-582.

Brand-Williams W, Cuvelier M E, Berset C. 1995. Use of a free radical method

to evaluate antioxidant activity, Lebensmittel-Wissenschaft und-Technologie 28 :

25–30.

Dalimarta S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jakarta : Trubus Agriwidya.

Dehkharghanian M, Adenier H, Vijayalakshmi MA. 2010. Analytical methods

study of flavonoids in aqueous spinach extract using positive electrospray

ionisation tandem quadrupole mass spectrometry. Food Chemistry 121 : 863–870.

Dorman HJD, Hiltunen R. 2004. Fe(III) reductive and free radical-scavenging

properties of summer savory (Satureja hortensis l.) extract and subfractions. Food

Chemistry 88 : 193–199.

Fu M et al. 2009.Antioxidant properties and involved compounds of daylily

flowers in relation to maturity. Food Chemistry 114 : 1192–1197.

Hagerman AE et al. 1998. High molecular weight plant polyphenolics (tannins) as

biological antioxidants. Journal of Agricultural and Food Chemistry 46 : 1887-

1892.

Harbone JB. 1996. Metode Fitokimia. Padmawinata K, Soediro I, penerjemah,

Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory Handbook for the Fractionation of

Natural Extracts. New York : Chapman & Hall.

Huang B et al. 2010. Antioxidant activity of bovine and porcine meat treated with

extracts from edible lotus (Nelumbo nucifera) rhizome knot and leaf. Meat

Science 87(1) : 46–53.

Page 25: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

55

Kubola J, Siriamornpun S. 2008. Phenolic contents and antioxidant activities of

bitter gourd (Momordica charantia L.) leaf, steam, and fruit fraction extracts in

vitro. Food Chemistry 110 : 881-890.

Li C et al. 2007. Flavonoid composition and antioxidant activity of tree peony

(Paeonia section moutan) yellow flowers. Journal of Agricultural and Food

Chemistry 57 : 8496–8503.

Liu J et al. 2011. The antioxidant and free-radical scavenging activities of extract

and fractions from corn silk (Zea mays L.) and related flavone glycosides. Food

Chemistry 126 : 261–269.

Ljubuncic P et al. 2005. Antioxidant activity and cytotoxicity of eight plants used

in traditional Arab medicine in Israel, Journal of Ethnopharmacology 99 : 43–47.

Mariod AA, Ibrahim RM, Ismail M, Ismail N. 2010. Antioxidant activities of

phenolic rich fractions (PRFs) obtained from black mahlab (Monechma ciliatum)

and white mahlab (Prunus mahaleb) seedcakes. Food Chemistry 118 : 120–127.

Navarro JM, Flores P, Garrido C, Martinez V. 2006. Changes in the contents of

antioxidant compounds in pepper fruits at different ripening stages, as affected by

salinity. Food Chemistry 96 : 66–73.

Nystrom L et al. 2007. A comparison of the antioxidant properties of steryl

ferulates with tocopherol at high temperatures. Food Chemistry 101 : 947–954.

Pokorny J, Yanishlieva N, Gordon M. 2001. Antioxidants in Food Practical

Applications. New York : Woodhead Publishing Limited.

Qian H, Nihorimbere V. 2004. Antioxidant power of phytochemicals from

Psidium guajava leaf, Journal Zhejiang University SCI 5(6) : 676-683.

Rukmiasih. 2011. Penurunan bau amis (off-odor) daging itik lokal dengan

pemberian daun beluntas (Pluchea indica Less) dalam pakan dan dampaknya

terhadap performa [disertasi] Bogor : Program Pascasarjana. Institut Pertanian

Bogor.

Sanchez-Moreno C, Larrauri JA, Saura-Calixto F. 1997. A procedure to measure

the antiradical efficiency of polyphenols. Journal of Agricultural and Food

Chemistry 76 : 270-276.

Sahreen S, Khan MR, Khan RA. 2010. Evaluation of antioxidant activities of

various solvent extracts of Carissa opaca fruits. Food Chemistry 122 : 1205–1211.

Singh R, Singh S, Kumar S, Arora S. 2007. Studies on antioxidant potential of

methanol extract/fractions of Acacia auriculiformis A. Cunn. Food Chemistry

103 : 505-511.

Page 26: SELEKSI DAUN BELUNTAS (Pluchea indica Less) SEBAGAI … · gula, asam amino, dan glikosida (Houghton & Raman 1998), fenolik dengan berat molekul rendah dan tingkat kepolaran sedang

56

Tachakittirungrod S, Okonogi S, Chowwanapoonpohn S. 2007. Study on

antioxidant activity of certain plants in Thailand : Mechanism of antioxidant

action of guava leaf extract. Food Chemistry. 103 : 381-388.

Traithip A. 2005. Phytochemistry and antioxidant activity of Pluchea indica.

[thesis] Thailand : Mahidol University.

Widyawati PS. 2004. Aktivitas antioksidan tanaman herba kemangi (Ocimum

Basicillum Linn) dan beluntas (Pluchea Indica Less) dalam sistem model asam

linoleat- -karoten [Laporan Penelitian Wima Grant] Surabaya : Unika Widya

Mandala Surabaya.

Wong LF. 2006a. Antioxidant and antimicrobial activities of Alpinia species

[thesis] Malaysia : Monash University Malaysia.

Wong SP, Leong LP, Koh JHW. 2006b. Antioxidant activities of aqueous extracts

of selected plants. Food Chemistry 99 : 775–783.

Yang D et al. 2007. Antioxidant activities of various extracts of lotus (Nelumbo

nuficera Gaertn) rhizome, Asia Pacific Journal Clinic Nutrition 16(Suppl 1) :

158-163.

Yao L et al. 2004. HPLC analysis of flavonols and phenolic acids in the fresh

young shoot of tea (Camellia sinensis) grown in Australia. Food Chemistry 84 :

253-263.

Yen GC, Wu SC, Duh PD. 1996. Extraction and identification of antioxidant

components from the leaves of mulberry (Morus alba L.). Journal of Agricultural

and Food Chemistry 44 : 1687-1690.

Yu Lin H, Kuo YH, Lin YL, Chiang W. 2009. Antioxidative effect and active

component from leaves of lotus (Nelumbo nucifera). Journal of Agricultural and

Food Chemistry 57 : 6623-6629.