selayang pandang - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. pada...

20
SELAYANG PANDANG SEPUCUK JAMBI SEMBILAN LURAH A. SEJARAH PROVINSI JAMBI Munculnya nama Jambi sebagai satu kawasan di sekitar Sungai Batanghari memiliki latar belakang sejarah dengan berbagai versi. Ada yang mengatakan bahwa nama Jambi muncul sejak daerah ini dikendalikan oleh seorang ratu bernama Puteri Selaras Pinang Masak, yaitu semasa keterikatan dengan Kerajaan Majapahit. Waktu itu bahasa keraton dipengaruhi bahasa Jawa, di antaranya kata pinang disebut jambe. Sesuai dengan nama ratunya “Pinang Masak”, maka kerajaan tersebut dikatakan Kerajaan Melayu Jambe. Lambat laun rakyat setempat umumnya menyebut “Jambi”. Versi tersebut disangkal oleh kenyataan lain, seperti apa yang ditulis dalam berita Cina oleh Sang Hui Yao. Catatan tersebut mengemukakan bahwa pada tahun 1082 Kerajaan Jambi masih utuh. Kata Jambi ini ditulisnya dengan aksara Cina yang bacaannya: /Champei/. Hal ini menunjukkan bahwa versi pertama, yang mengaitkan dengan nama Puteri Pinang Masak, agak meragukan dibandingkan dengan versi kedua. Sebab pendapat versi kedua ini berjarak 300 tahun sebelumnya. Versi ketiga, kata Jambi ini sebelum ditemukan oleh Orang Kayo Hitam atau sebelum disebut Tanah Pilih, bernama Kampung Jam, yang berdekatan dengan Kampung Teladan, yang diperkirakan di sekitar daerah Buluran Kenali sekarang. Dari kata Jam inilah akhirnya disebut “Jambi”. Versi keempat berpedoman pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van de Archipel bahwa Kerajaan Melayu Jambi dari abad ke-7 s.d. 13 merupakan bandar atau pelabuhan dagang yang ramai. Di sini berlabuh kapal-kapal dari berbagai bangsa, seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya. Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis oleh Chaniago menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu, seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani berlayar bersama suaminya dengan

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

SELAYANG PANDANG

SEPUCUK JAMBI SEMBILAN LURAH

A. SEJARAH PROVINSI JAMBI

Munculnya nama Jambi sebagai satu kawasan di sekitar Sungai Batanghari

memiliki latar belakang sejarah dengan berbagai versi. Ada yang mengatakan

bahwa nama Jambi muncul sejak daerah ini dikendalikan oleh seorang ratu

bernama Puteri Selaras Pinang Masak, yaitu semasa keterikatan dengan Kerajaan

Majapahit. Waktu itu bahasa keraton dipengaruhi bahasa Jawa, di antaranya kata

pinang disebut jambe. Sesuai dengan nama ratunya “Pinang Masak”, maka

kerajaan tersebut dikatakan Kerajaan Melayu Jambe. Lambat laun rakyat setempat

umumnya menyebut “Jambi”.

Versi tersebut disangkal oleh kenyataan lain, seperti apa yang ditulis dalam

berita Cina oleh Sang Hui Yao. Catatan tersebut mengemukakan bahwa pada tahun

1082 Kerajaan Jambi masih utuh. Kata Jambi ini ditulisnya dengan aksara Cina yang

bacaannya: /Champei/. Hal ini menunjukkan bahwa versi pertama, yang

mengaitkan dengan nama Puteri Pinang Masak, agak meragukan dibandingkan

dengan versi kedua. Sebab pendapat versi kedua ini berjarak 300 tahun

sebelumnya.

Versi ketiga, kata Jambi ini sebelum ditemukan oleh Orang Kayo Hitam atau

sebelum disebut Tanah Pilih, bernama Kampung Jam, yang berdekatan dengan

Kampung Teladan, yang diperkirakan di sekitar daerah Buluran Kenali sekarang.

Dari kata Jam inilah akhirnya disebut “Jambi”.

Versi keempat berpedoman pada buku sejarah De Oudste Geschiedenis van

de Archipel bahwa Kerajaan Melayu Jambi dari abad ke-7 s.d. 13 merupakan

bandar atau pelabuhan dagang yang ramai. Di sini berlabuh kapal-kapal dari

berbagai bangsa, seperti: Portugis, India, Mesir, Cina, Arab, dan Eropa lainnya.

Berkenaan dengan itu, sebuah legenda yang ditulis oleh Chaniago

menceritakan bahwa sebelum Kerajaan Melayu jatuh ke dalam pengaruh Hindu,

seorang puteri Melayu bernama Puteri Dewani berlayar bersama suaminya dengan

Page 2: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

kapal niaga Mesir ke Arab, dan tidak kembali. Pada waktu lain, seorang putri

Melayu lain bernama Ratna Wali bersama suaminya berlayar ke Negeri Arab, dan

dari sana merantau ke Ruhum Jani dengan kapal niaga Arab. Kedua peristiwa

dalam legenda itu menunjukkan adanya hubungan antara orang Arab dan Mesir

dengan Melayu. Mereka sudah menjalin hubungan komunikasi dan interaksi secara

akrab.

Kondisi tersebut melahirkan interpretasi bahwa nama Jambi bukan tidak

mungkin berasal dari ungkapan-ungkapan orang Arab atau Mesir yang berkali-kali

ke pelabuhan Melayu ini. Orang Arab atau Mesir memberikan julukan kepada rakyat

Melayu pada masa itu sebagai ”Janbi”, ditulis dengan aksara Arab: , yang secara

harfiah berarti ’sisi’ atau ’samping’, secara kinayah (figuratif) bermakna ’tetangga’

atau ’sahabat akrab’.

B. DINAMIKA JAMBI

Penduduk yang berdiam di wilayah Jambi ini dapat dikategorikan atas dua

golongan:

(1) Orang Jambi asli pertama, yaitu penduduk asli yang bercampur dengan imigran

Hindia Belakang dan keturunan-keturunannya. Orang Melayu tua (porto

Melayu) ini hidup 25 abad yang lalu. Yang termasuk dalam kategori ini adalah

Suku Bajau, Kerinci, dan Batin;

(2) Orang Jambi asli kedua, yaitu keturunan penduduk asli dengan imigran Hindia

Belakang yang bercampur dengan orang Jawa di masa pengaruh Majapahit,

orang Minangkabau, dan Palembang. Yang termasuk kategori (Deutron Melayu)

ini adalah Melayu Jambi, Penghulu, dan Suku Pindah.

Pada abad ke-4, masyarakat Jambi asli pertama mendirikan kerajaan.

Adanya kerajaan, tentu dalam masyarakat itu ada orang yang dirajakan. Pada masa

ini raja sangat absolut dan rakyatnya masih primitif. Pada abad ke-7, di Hilir Sungai

Batanghari, berdiri kerajaan Melayu. Kerajaan Melayu Jambi ini merupakan

perkembangan kerajaan Jambi semenjak kira-kira 300 tahun sebelumnya. Hanya

kemudian mempunyai sebutan khusus ”Kerajaan Melayu”.

Kerajaan Melayu Jambi pada abad ke-7 dikenal luas dalam sejarah dunia.

Kerajaan ini memegang peranan penting pada masa itu, karena kerajaan ini

menjadi titik pertemuan lalu lintas pelayaran. Dari India ke Cina, dari bagian barat

ke Maluku bagian timur, dari Cina ke barat, kapal-kapal layar itu dipaksa alam

melepas sauh di Pelabuhan Melayu Jambi. Di sini mereka menunggu peredaran

musim, arah angin, dan ke mana pelayaran mereka selanjutnya. Dengan dermikian,

Page 3: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

kerajaan Melayu Jambi menjadi pusat perdagangan dan transaksi pedagang Persia,

Arab, India, Mesir, Cina, dan Eropa lainnya. Pada masa ini kerajaan Melayu Jambi

dikenal sebagai penghasil lada, hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan

Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah mendirikan

sekolah tinggi yang dikunjungi orang-orang dari berbagai kerajaan untuk

mempelajari agama Budha dan bahasa Sanskerta.

Pada masa kerajaan Melayu, Jambi belum memiliki batas wilayah yang jelas

dan kongkret secara agraris. Batas-batas tersebut baru berupa konvensi menurut

adat dan kekuasaan, yaitu: dari Tanjung Jabung sampai Durian Takuk Rajo; dari

Sialang Belantak Besi ke Bukit Tambun Tulang. Tanjung Jabung adalah daerah

pantai Jambi, termasuk Pulau Berhala, Pulau Telor, Pulau Laya, dan Pulau Majin

sampai ke Tungkal. Durian Takuk Rajo berada di Setinjau Laut, sedangkan Bukit

Tambun Tulang berada di Singkut.

Batas-batas tersebut diakui dan tersimpan di hati segenap rakyat Jambi, yang harus

dipertahankan dari invasi Belanda yang telah mangkal di daerah tetangganya,

seperti Palembang, Padang, Bengkulu, dan Riau pada masa itu.

Pada permulaan abad ke-8 salah seorang raja Melayu Jambi (Sri Maharaja

Srindrawarman) menganut agama Islam. Namun, antara permulaan abad ke-8 dan

permulaan abad ke-12 terjadi masa vacum dakwah Islam di Jambi. Agama Islam

mazhab Syafi’i baru mulai berkembang di Jambi, setelah daerah ini takluk di bawah

kekuasaan Samudra Pasai (1285—1522).

Yang memberi corak khusus dan yang menentukan jalannya perkembangan

serta yang nyata-nyata mengubah kebudayaan Melayu Jambi adalah pengaruh-

pengaruh dari agama Islam. Pengaruh ini menghasilkan ciptaan-ciptaan yang

memberi ciri tertentu kepada kebudayaan Melayu Jambi. Agama Hindu/Budha, yang

dalam zaman purba telah menentukan corak dan disebut kebudayaan Melayu Jambi

didesak oleh agama Islam. Dalam pembentukan kebudayaan baru, yang tumbuh

dan berkembang adalah kebudayaan pengaruh Islam. Pengaruh Islam itu pulalah

yang memberikan dan menentukan arah baru serta corak khusus kebudayaan

material dan spiritual Melayu Jambi.

Dalam kurun Islam pada abad ke-15 dan 16, pemerintahan kesultaan

muncul di Jambi. Di Kesultanan Jambi pada abad ke-20 dan awal abad ke-21,

struktur pemerintahannya terdiri atas:

(1) Kuasa Sultan,

Page 4: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

(2) Kuasa Patih Dalam.

(3) Kuasa Patih Luar,

(4) Kuasa Batin (Jenang),

(5) Kuasa Tengganai, dan

(6) Kuasa Dusun (Penghulu).

Sesudah proklamasi 17 Agustus 1945, daerah Jambi merupakan daerah

keresidenan, bagian dari Provinsi Sumatera. Ketika Provinsi Sumatera pecah

menjadi Provinsi Sunmatera Utara, Sumatera Tengah, dan Sumatera Selatan,

Keresidenan Jambi yang terdiri dari Kabupaten Merangin, Kabupaten Batanghari,

dan Kotapraja Jambi masuk Provinsi Sumatera Tengah.

Jambi kemudian menjadi daerah Swatantra Tingkat I, yang terlepas dari

Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah. Jambi menjadi Provinsi Daerah

Tingkat I Jambi melalui badan Kongres Rakyat Djambi (BKRD) sampai kebijakan

otonomi daerah dengan diberlakukannya Undang-undang nomor 32 tahun 2004,

tentang Pemerintahan Daerah.

C. POTENSI BUDAYA

Provinsi Jambi memiliki potensi kebudayaan yang cukup banyak dan

beraneka ragam, seperti peninggalan sejarah dan kepurbakalaan, bahasa dan

sastra, dan kesenian lainnya. Di Provinsi Jambi terdapat 123 situs peninggalan

sejarah, dengan rincian: Kota Jambi 5 situs, kabupaten Batanghari dan Muaro

Jambi 31 situs, Kabupaten Tebo dan Bungo sebanyak 16 situs, di Kabupaten

Merangin dan Sarolangun 16 situs, Kabupaten Kerinci 49 situs, dan Kabupaten

Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat 6 situs.

Jambi sebagai salah satu daerah budaya Nusantara, masyarakatnya dalam

berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Melayu, yang dikenal dengan

Melayu Jambi. Pertumbuhan dan perkembangan bahasa Melayu menunjukkan pula

pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan Melayu Jambi.

Sastra Melayu Jambi dapat ditelusuri lewat beberapa tahapan

perkembangan, yakni;

1. sastra Melayu Jambi asli,

2. sastra pengaruh Hindu/Budha,

3. sastra pengaruh peralihan.

Page 5: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

4. sastra pengaruh Islam. Masimg-masing tahapan itu memiliki bentuk dan genre

sendiri-sendiri, yang memperkaya khazanah kebudayaan Melayu di Nusantara.

Di bidang kesenian, berbagai cabang seni dimiliki pula oleh Provinsi Jambi.

Seni musik, seni tari, seni rupa, seni lakon, dan seni krya tradisional lainnya

memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan sedemikian rupa sehingga dapat

menjadi inspirasi, bahan, dan konvensi dalam penciptaan kesenian modern di Jambi

khususnya dan Nusantara umumnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya

berbagai cabang kesenian Melayu Jambi tersebut mengalami akulturasi dengan

unsur-unsur kesenian bangsa lain atau suku bangsa lain di Nusantara. Dengan

demikian kesenian Melayu Jambi ada yang orisinal atau tradisional dan ada pula

yang bersifat akulturatif, kombinatif, kolaboratif atau modern.

D. ADAT MELAYU JAMBI

Salah satu ranah kebudayaan Melayu Jambi yang tak lapuk karena hujan

dan tak lekang karena panas adalah adat. Adat, baik adat istiadat, adat yang

teradat, adat yang diadatkan, dan adat yang sebenarnya adat merupakan pedoman

perilaku keseharian masyarakat Melayu Jambi. Untuk menentukan salah atau benar

sesuatu perbuatan diteliti (disimak) dari ungkapan-ungkapan dalam pepatah dan

petitih serta seloko adat yang ada kaitannya dengan perbuatan atau kejadian

tersebut. Contoh ungkapan tersebut, antara lain:

Terpijak benang arang, hitam tapak.

Tersuruk di gunung kapur, putih tengkuk.

Sia-sia negeri alah

Tateko hutang tumbuh.

Pinjam memulangkan

Sumbing menitik

Hilang mengganti

Bagi masyarakat Melayu Jambi, adat merupakan elemen perekat dalam

sendi kemasyarakatannya yang memungkinkan masyarakat tumbuh dan

berkembang secara serasi dalam suasana kekeluargaan yang harmonis dan

dinamis. Hal ini dimungkinkan karena dalam sistem adat memuat komponen hukum

yang bersifat duniawi dan ukhrawi, seperti tertuang dalam ungkapan: ”Adat

bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah”.

E. LETAK GIOGRAFIS

Page 6: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

Secara geografis Propinsi Jambi terletak antara 0º 45¹ 2º 45¹ LS dan 101º 0¹ -

104º 55 BT dengan wilayah keseluruhan seluas 53.435.72 KM² dengan luas daratan

51.000 Km2 , luas lautan 425,5 Km2 dan panjang pantai 185 Km. Batas-batas

Wilayah Propinsi Jambi adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara dengan Propinsi Riau

• Sebelah Selatan dengan Propinsi Sumatera Selatan

• Sebelah Barat dengan Propinsi Sumatera Barat

• Sebelah Timur dengan Laut Cina Selatan

Topografi bagian Timur Provinsi Jambi umumnya merupakan rawa-rawa

sedangkan wilayah Barat pada umumnya adalah tanah daratan (lahan kering)

dengan topografi bervariasi dari datar, bergelombang sampai berbukit. Jenis tanah

yang potensial untuk pertanian secara umum didominasi oleh Podsolik Merah

Kuning (PMK) yaitu sebesar 44,56%. Jenis tanah lainnya adalah Latosol termasuk

Regosol 18,67% dan Gley Humus 10,74%. Sebahagian besar wilayah Provinsi

Jambi beriklim tipe B berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson dengan

bulan basah antara 8-10 bulan dan bulan kering 2-4 bln. Rata-rata CH bulanan

Jambi adalah 179-279 mm pada bulan basah dan 68-106 mm pada bulan kering.

Sedangkan jumlah penduduk Jambi berdasarakan hasil sensus tahun 2011 sebesar

3.094.950 jiwa.

Dengan adanya pemekaran Wilayah Kabupaten seperti UU No. 25 Tahun

2008 kini Propinsi Jambi terbagi menjadi 9 Kabupaten dan 2 Kota yaitu :

Prov. Jambi ke Kabupaten Kerinci, (Ibukota Sungai Penuh) 419 Km.

Prov. Jambi ke Kabupaten Sarolangun, (Ibukota Sarolangun) 179 Km

Page 7: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

Prov. Jambi ke Kabupaten Merangin, (Ibukota Bangko) 190 Km

Prov. Jambi ke Kabupaten Bungo, (Ibukota Muara Bungo) 252 Km.

Prov.Jambi ke Kabupaten Tebo, (Ibukota Muara Tebo) 206 Km

Prov.Jambi ke Kabupaten Batanghari, (Ibukota Muara Bulian) 60 Km

Prov.Jambi ke Kabupaten Muara Jambi, (Ibukota Sengeti) 27 Km

Prov.Jambi ke Kab. Tanjung Jabung Barat, (Ibukota Ka. Tungkal) 131 Km

Prov.Jambi ke Kab Tanjung Jabung Timur, (Ibukota Muara Sabak) 129 Km

Prov.Jambi k e Kota Jambi (Ibukota Propinsi Jambi) 3 Km

Prov.Jambi ke Kota Sungai Penuh (Ibukota Kerinci) 420 Km

F. IKLIM

Musim hujan di Propinsi Jambi dari bulan November sampai Maret dan

musim kemarau dari bulan Mei sampai Oktober. Iklim Propinsi Jambi bertype A

(Schmidt and Ferguson) dengan curah hujan rata-rata 1.900 – 3.200 mm/tahun

dan rata-rata curah hujan 116 – 154 hari

Page 8: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah
Page 9: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah
Page 10: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah
Page 11: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah
Page 12: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah
Page 13: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah
Page 14: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah
Page 15: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

PROVINSI

JAMBI

Page 16: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

SEJARAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

undefined/undefined

Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti Merlung, Tanjung Paku, Suban yang

sudah dipimpin oleh seorang Demong, jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang

Padang Panjang yang dipimpin oleh Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor. Kemudian

memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah

Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah

Orang Kayo Depati. Setelah lama memerintah Ornag Kayo Depati pulang ke Johor dan ia digantikan oleh

Orang Kayo Syahbandar yang berkedudukan di Lubuk Petai. Setelah Orang Kayo Syahbandar kemudian

diganti lagi oleh Orang Kayo Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk petai) dan Datuk

Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung rengas sampai ke Hilir

Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang.

Memasuki abad ke- 18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan dibawah Pemerintahan

Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat itu kesultanan Jambi mengirim seorang

Page 17: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

Pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungka Ulu sekarang Kedatangannya

disambut baik oleh orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.

Setelah terbukanya kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang mulai datang, sekitar tahun 1902

dari suku Banjar yang berimigrasi dari Pulau Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16

orang antara lain : H.Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan Gelar Kucir,

Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan jumlah agak lebih besar yaitu 56 orang yang

dipimpin oleh Haji Anuari dan iparnya Haji Baharuddin, Rombongan 56 orang ini banyak menetap di

Bram Itam Kanan dan Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku Bugis, Jawa, Suku Donok atau

Suku Laut yang banyak hidup dipantai/laut, dan Cina serta India yang datang untuk berdagang .

Pada tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada Pemerintahan Belanda termasuk Tanah

Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang Konteleir jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh.

Sehingga pecahlah perperangan antara masyarakat Tungkal ulu dan Merlung dengan Belanda. Karena

mendapat serangan yang cukup berat akhirnya pemerintah Belanda mengundurkan diri dan hengkang

dari wilayah itu. Perperangan itu dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzaman. Raden Usman

kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.

Selanjutnya muncullah Pemerintahan kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh Orang Kayo Usman Lubuk

Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan

Orang Kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru.

Orang Kayo pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang oleh rombongan dari Jambi. Ia

diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka bernamalah pemerintahan itu dengan

Pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah

Patah dan asal mula namanya adalah :

Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis.

Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari dusun Timong dalam.

Dusun Ranatu Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air dan Air Talun.

Dusun Pulau Pauh tadinya berasal dari kampung Jelmu pulau Embacang.

Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau.

Dusun Merlung tadinya berasal dari suku Pulau Ringan yang dibagi lagi dalam beberapa suku yaitu :

Pulau Ringan, Kebon Tengah, Langkat, Aur Duri, Kuburan Panjang, Gemuruh, dan Teluk yang tunduk

dengan Demong.

Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik.

Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun Lubuk Lalang dan Tanjung Kemang.

Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan Lubuk Petai.

Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun Pecang Belango.

Dusun Badang tadinya berasal dari Badang Lepang di dalam.

Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.

Dusun Pematang Pauh.

Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang.

Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan Lubuk Petai. Kemudian disebut

Taman Raja karena dulunya merupakan tempat pertemuan dan musyawarah raja Lubuk Petai dan raja

Gagak.

Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam.

Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.

Dusun Kampung Baru.

Dusun Tanjung Bojo.

Dusun Kebun.

Dusun Tebing Tinggi.

Dusun Teluk Ketapang.

Dusun Senyerang. Marga Tungkal Ulu :

Pesirah MT.Pahruddin (195 Zaman pemerintahan Orang Kayo H.Muhammad Dahlan berakhir sampai

sekitar tahun 1949, kemudian barulah gelar Orang Kayo berubah menjadi Pesirah sekitar tahun 1951.

Page 18: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

Sebelum Kabupaten Dati II Tanjung Jabung terbentuk, berada dalam Kewedanaan Tungkal yang

memimpin beberapa Pesirah. Adapun para Pesirah di tanah tungkal ini dahulunya adalah :1-1953)

Pesirah Daeng Ahmad anak dari H.Dahlan (1953-1959)

Pesirah Zikwan Tayeb (1959-1967)

1969 masa transisi perubahan marga

Syafei Manturidi (1969-1973)

Adnan Makruf (1974-1982) Marga Tungkal Ilir :

Raden Syamsuddin (Pemaraf)

M.Jamin

Pesirah H.Berahim

Pesirah Ahmad

Pesirah Asmuni

Pesirah H.M.Taher Seiring bergulirnya perkembangan zaman berdasarkan keputusan Komite Nasional

Indonsia (KNI) untuk Pulau Sumatera di Kota Bukit Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April

1946, maka pulau Sumatera di bagi menjadi 3 (tiga) Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi

Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Selatan, pada waktu itu Daerah Keresidenan Jambi terdiri dari

Batanghari dan Sarolangun Bangko, tergabung dalam Provinsi sumatera Tengah yang dikukuhkan

dengan undang - undang darurat Nomor 19 Tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang - undang

Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal 6 januari 1958 Keresidenan Jambi menjadi Provinsi Tingkat I Jambi

yang terdiri dari : Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten Kerinci.

Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten Batanghari dipecah menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Kabupaten Dati II

Batanghari dengan Ibukota Kenaliasam, Kabupaten Dati II Tanjung Jabung dengan Ibukotanya Kuala

Tungkal. Kabupaten Dati II Tanjung Jabung diresmikan menjadi daerah kabupaten pada tanggal 10

Agustus 1965 yang dikukuhkan dengan Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1965 (Lembaran Negara

Nomor 50 Tahun 1965), yang terdiri dari Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Tungkal Ilir dan kecamatan

Muara Sabak.

Setelah memasuki usianya yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya Era Desentralisasi daerah, dimana

daerah di beri wewenang dan keleluasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, maka kabupaten

Tanjung Jabung sesuai dengan Undang-undang No.54 Tanggal 4 Oktober 1999 tentang pemekaran

wilayah kabupaten dalam Provinsi Jambi telah memekarkan diri menjadi dua wilayah yaitu :

1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Kabupaten Induk dengan Ibukota Kuala Tungkal

2. Kabupaten Tanjung Jabung Timur Sebagai Kabupaten hasil pemekaran dengan Ibukota Pangkalan

Bulian.

Sumber : Selayang Pandang Kabupaten Tanjung Jabung Barat 2006

Label: TANJUNG JABUNG BARAT DALAM ANGKA 2009

SELAYANG PANDANG KAB. TANJUNG JABUNG BARAT

Page 19: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti

Merlung, Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong, jauh

sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang Panjang yang

dipimpin oleh Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.

Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut Tungkal

saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang

menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah Orang Kayo Depati.

Setelah lama memerintah Ornag Kayo Depati pulang ke Johor dan ia digantikan

oleh Orang Kayo Syahbandar yang berkedudukan di Lubuk Petai. Setelah Orang

Kayo Syahbandar kemudian diganti lagi oleh Orang Kayo Ario Santiko yang

berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk petai) dan Datuk Bandar Dayah yang

berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung rengas sampai ke Hilir

Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang.

Memasuki abad ke- 18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan

dibawah Pemerintahan Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin.

Pada saat itu kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama

Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungka Ulu sekarang Kedatangannya

disambut baik oleh orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.

Setelah terbukanya kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang mulai

datang, sekitar tahun 1902 dari suku Banjar yang berimigrasi dari Pulau

Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16 orang antara lain :

H.Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan Gelar

Kucir, Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan jumlah agak lebih

besar yaitu 56 orang yang dipimpin oleh Haji Anuari dan iparnya Haji

Baharuddin, Rombongan 56 orang ini banyak menetap di Bram Itam Kanan dan

Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku Bugis, Jawa, Suku Donok atau

Suku Laut yang banyak hidup dipantai/laut, dan Cina serta India yang

datang untuk berdagang.

Pada tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada Pemerintahan

Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang Konteleir

jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecahlah perperangan

antara masyarakat Tungkal ulu dan Merlung dengan Belanda. Karena mendapat

serangan yang cukup berat akhirnya pemerintah Belanda mengundurkan diri dan

hengkang dari wilayah itu. Perperangan itu dipimpin oleh Raden Usman anak

dari Badik Uzaman. Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di

Pelabuhan Dagang.

Selanjutnya muncullah Pemerintahan kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh

Orang Kayo Usman Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada

waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan Orang Kayo yang pertama

dalam penyusunan pemerintahan yang baru.

Orang Kayo pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang oleh

rombongan dari Jambi. Ia diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka

bernamalah pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman

kemerdekaan. Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula

namanya adalah : Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan

Lingkis. Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari dusun Timong dalam. Dusun

Ranatu Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air dan Air Talun. Dusun Pulau

Pauh tadinya berasal dari kampung Jelmu pulau Embacang. Dusun

Penyambungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau. Dusun Merlung

tadinya berasal dari suku Pulau Ringan yang dibagi lagi dalam beberapa suku

yaitu : Pulau Ringan, Kebon Tengah, Langkat, Aur Duri, Kuburan Panjang,

Gemuruh, dan Teluk yang tunduk dengan Demong. Dusun Tanjung Paku tadinya

Page 20: SELAYANG PANDANG - jambi2.kemenag.go.id · ke pelabuhan Melayu ini. ... hasil hutan, dan emas. Pada masa ini pun kerajaan Melayu yang sudah dipengaruhi Hindu—pada mulanya animisme—telah

berasal dari Tangga Larik. Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun

Lubuk Lalang dan Tanjung Kemang. Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan

Lubuk Petai. Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun

Pecang Belango. Dusun Badang tadinya berasal dari Badang Lepang di dalam.

Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung. Dusun Pematang Pauh.

Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang. Dusun Taman

Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan Lubuk Petai. Kemudian

disebut Taman Raja karena dulunya merupakan tempat pertemuan dan

musyawarah raja Lubuk Petai dan raja Gagak. Dusun Suban tadinya berasal dari

Suban Dalam. Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.

Dusun Kampung Baru. Dusun Tanjung Bojo. Dusun Kebun. Dusun Tebing Tinggi.

Dusun Teluk Ketapang. Dusun Senyerang. Marga Tungkal Ulu : – Pesirah MT.

Pahruddin (195 Zaman pemerintahan Orang Kayo H.Muhammad Dahlan berakhir

sampai sekitar tahun 1949, kemudian barulah gelar Orang Kayo berubah menjadi

Pesirah sekitar tahun 1951. Sebelum Kabupaten Dati II Tanjung Jabung

terbentuk, berada dalam Kewedanaan Tungkal yang memimpin beberapa

Pesirah. Adapun para Pesirah di tanah Tungkal ini dahulunya adalah :1-1953) –

Pesirah Daeng Ahmad anak dari H.Dahlan (1953-1959) – Pesirah Zikwan Tayeb

(1959-1967) – 1969 masa transisi perubahan marga – Syafei Manturidi (1969-

1973) – Adnan Makruf (1974-1982) Marga Tungkal Ilir : – Raden Syamsuddin

(Pemaraf) – M.Jamin – Pesirah H.Berahim – Pesirah Ahmad – Pesirah Asmuni –

Pesirah H.M. Taher Seiring bergulirnya perkembangan zaman berdasarkan

keputusan Komite Nasional Indonsia (KNI) untuk Pulau Sumatera di Kota Bukit

Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April 1946, maka pulau Sumatera

di bagi menjadi 3 (tiga) Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi

Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Selatan, pada waktu itu Daerah

Keresidenan Jambi terdiri dari Batanghari dan Sarolangun Bangko, tergabung

dalam Provinsi sumatera Tengah yang dikukuhkan dengan undang – undang

darurat Nomor 19 Tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang – undang

Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal 6 januari 1958 Keresidenan Jambi menjadi

Provinsi Tingkat I Jambi yang terdiri dari : Kabupaten Batanghari, Kabupaten

Sarolangun Bangko dan Kabupaten Kerinci. Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten

Batanghari dipecah menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Kabupaten Dati II Batanghari

dengan Ibukota Kenaliasam, Kabupaten Dati II Tanjung Jabung dengan

Ibukotanya Kuala Tungkal. Kabupaten Dati II Tanjung Jabung diresmikan

menjadi daerah kabupaten pada tanggal 10 Agustus 1965 yang dikukuhkan

dengan Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1965 (Lembaran Negara Nomor 50

Tahun 1965), yang terdiri dari Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Tungkal Ilir

dan kecamatan Muara Sabak. Setelah memasuki usianya yang ke-34 dan seiring

dengan bergulirnya Era Desentralisasi daerah, dimana daerah diberi wewenang

dan keleluasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, maka kabupaten

Tanjung Jabung sesuai dengan Undang-undang No.54 Tanggal 4 Oktober 1999

tentang pemekaran wilayah kabupaten dalam Provinsi Jambi telah memekarkan

diri menjadi dua wilayah yaitu :1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai

Kabupaten Induk dengan Ibukota Kuala Tungkal. Kabupaten Tanjung Jabung

Timur Sebagai Kabupaten hasil pemekaran dengan Ibukota Muara Sabak.