budaya melayu
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan.
Perubahan dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam arti kurang mencolok.
Adapun perubahan yang pengaruhnya terbatas maupun yang luas, serta ada pula
perubahan-perubahan yang lambat sekali, akan tetapi ada juga yan berjalan dengan cepat.
Perubahan-perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma
sosial, pola-pola perilaku karena luasnya bidang dimana mungkin terjadi perubahan-
perubahan tersebut. Maka bilaman seseorang hendak membuat penelitian perlu terlebih
dahulu ditentukan secara tegas, perubahan apa yang dimaksudkannya. Dasar penelitian
mengkin tak akn jelas apabila hal tersebut tidak dikemukakan terlebih dahulu.
Perubahan-perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak dahulu,
landasan teori perubahan kebudayan suatu fenomena yang abadi dala kehidupan di dunia
ini. Perubahan kebudayaan adalah adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur
kebudayaan yang saling berbeda, sehingga terjadilah keadaan yang tidak sesuai dengan
fungsinya bagi kehidupan. Apabila manusia makhluk sosial, yang tidak bisa
mempertahankan hidup selamanya. Segala sesuatu yang ada di dunia ini akan mengalami
kerusakan dan hanya ada satu yang abadi yakni tuhan yang maha Esa.
1.2. Tujuan
Di dalam artikel mejelaskan dan menerangkan kebudayaan melayu yang
dibawa oleh negara-negara dibelahan nusantara yang mengembangkan nilai sosial,
tradisi, adat istiadat yang ada di indonesia. Di Nusantara kebudayan Melayu di datangkan
di Belahan Nusantara. Pengertian melayu ada dua, melayu tua ( Proto Melayu ) dengan
melayu muda (Deutro Melayu), Jadi semua ini untuk melihat kembali fakta-fakta
kebudayaan yang telah ada dan berkembang di Indonesia khususnya Riau.
1
BAB II
PEMBAHASAN
PENULISAN SEJARAH DAN BUDAYA MELAYU
2.1. Beberapa Pengertian
Secara sederhana, sejarah merupakan pengetahuan tentang masa lampau.Menurut
sejarawan Baverley Southgate (1996), pengertian sejarah dapat didefinisikan sebagai
“studi tentang peristiwa di masa lampau.”Dengan demikian, sejarah merupakan peristiwa
faktual di masa lampau,bukan kisah fiktif apalagi rekayasa. Definisi menurut Baverley
Southgate merupakan pemahaman paling sederhana. Pengertian sejarah menurut
Baverley menghendaki pemahaman obyektif terhadap fakta-fakta historis. Metode
penulisannya menggunakan narasi historis dan tidak dibenarkan secara analitis (analisis
sejarah). “
Secara Filosofis, sejarah tidak cukup didefinisikan secara sederhana seperti teori
Baverley, tetapi merupakan sebuah proses memahami secara utuh pula interaksi manusia
dengan segenap potensi yang dimilikinya dalam ruang dan waktu tertentu. Menurut
Benedetto Croce (1951) sejarah merupakan rekaman kreasi jiwa manusia di semua
bidang baik teiritikal maupun pratikal. Kreasi spiritual ini senantiasa lahir dalam hati dan
pikiran manusia jenius, budayawan, pemikir yang mengutamakan tindakan dan pembaru
agama.
Dengan mendefinisikan sejarah, perspektif filosofis semakin membuka cakrawala
pemahaman bahwa rangkaian peristiwa di masa lampau tidak cukup dipahami lewat
pendekatan politik. Sebab, peristiwa sejarah merupakan proses dialog yang melibatkan
jiwa dan pikiran manusia dalam ruang dan waktu tertentu, menempatkan manusia sebagai
actor (subyek) sejarah. Menurut filosof Plato (427-347), manusia adalah “Hewan
berpikir” (animal rational).
Dalam konteks sejarah pendekatan budaya, penulis mengarai lima unsur yang
masing-masing saling terkait, pertama, dimensi ruang dan waktu. Dalam konteks
penulisan sejarah perspektif budaya, maka di mana dan kapan suatu peristiwa tersebut
terjadi harus jelas dan tega. Pengandaian atau penyebutan secara samara jelas bakal
2
mengaburkan fakta sejarah. Kedua, konsep manusia sebagai anilan rational dan latar
belakang sejarahnya.
Menempatkan manusia sebagai actor sejarah yang memiliki kemampuan berpikir
merupakan cikal-bakal munculnya ide-ide kreatif muncul dalam proses dialog interaktif
manusia dengan realitas yang ia hadapi. Dari sinilah akar kebudayaan manusia. Ketiga,
setiap bangsa mendiami kawasan tertentu dan memiliki pola piker system social serta
budaya yang mereka warisi dari para pendahulu. Bangsa Persia yang mendiami kawasan
Barat Daya Iran merupakan bangsa pendatang.
Keempat, pola hubungan antara budaya dan kekuasaan. Setiap kebudayaan yang
memiliki oleh suatu bangsa jika tanpa ditopang oleh kekuasaan politik tertentu tidak akan
bertahan lama.
Kelima, bentuk kebudayaan dan unsur-unsur yang mempengaruhinya. Setiap
kebudayaan yang memiliki oleh suatu bangsa memiliki pertalian erat dengan kebudayaan
lain yang mempengaruhinya. Seperti tradisi paganisme di Timut Tengah pada Abad
Kelima Masehi merupakan bentuk pengaruh kebudayaan Persia dan Romawi
(Byzantium).
Sejarah” dalam uraian berikut tidak terpisah dari “budaya” atau “kebudayaan”
(cultural historiography). Kebudayaan diartikan sebagai hasil karya dan karsa manusia,
baik dalam bentuk materil, buah pikiran maupun corak hidup manusia. Menurut EB.
Taylor kebudayaan mewncakup aspek yang amat luas, yakni pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, dan adat istiadat dan bahkan segala kebiasaan yan dilakukan dan
dimiliki oleh manusia sebagai anggota masyarakat[1]. Secara singkat Kebudayaan adalah
ajaran atau doktrin yang diamalkan oleh suatu bangsa. Sifat dan bentuknya tergantung
dengan kondisi alam tempat hidupnya. Karena itu kebudayaan senantiasa berubah, baik
karena disempurnakan ataupun karena bersentuhan dengan kebudayaan lai. Persentuhan
dengan kebudayaan lain tidak selamanya dapat memperkukuh kebudayaan suatu bangsa,
bahkan dapat memperlemah dan mungkin menghancurkannya.
a. Istilah melayu
Terdapat berbagai istilah tentang melayu, salah satu dari istilah tersebut seperti
yang dikemukakan oleh seorang Cendikiawan Melayu bernama Burhanuddin Elhulaimy
3
yang juga pernah menjadi ketua umum partai Islam Tanah Melayu. Dalam bukunya yang
berjudul “ Asas Falsafah Kebangsaan Melayu yang terbit pertama kali pada tahun 1950,
mencatat beberapa istilah kata tersebut
Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal dari kata “ MALA” yang
berarti mula dan “YU” yang berarti negeri. Kemudian kata melayu dalam bahasa tamil
yang berarti tanah tinggi atau bukit. Di samping itu ada juga yang berasal dari istilah
”Malay” yang artinya hujan. Ini sesuai dengan negeri-negeri orang melayu yang pada
awalnya terletak pada perbukitan, seperti tersebut dalam sejarah melayu, Bukit Sigantang
Mahameru, negeri ini dikenal sebagai negeri yang banyak mendapatkan hujan karena
terletak diantara dua benua yaitu Asia dan Autralia.
Selanjutnya, dalam bahasa jawa kata melayu berarti berlari-lari atau berjalan
cepat. Semua istilah dan perkataan itu dapat dirangkum, sehingga melayu dapat diartikan
sebagai suatu negeri yang pertama didiami dan dilalui oleh sungai yang diberi nama
dengan sungai melayu.
Sejarah pertumbuhan kebudayaan melayu sejak zaman prasejarah. Keterangan-
keterangan yang diperlukan tentang manusia serta kebudayaannya masa itu, setidaknya
berdasarkan kepada dua sumber.
Pertama, peninggalan manusia prasejarah serta kebudayaannya yang meliputi fosil-fosil
(sisa tulang belulang manusia dan hewan) dan artefak-artefak (alat yang dipergunakan
oleh manusia prasejarah) yang ditemukan di dalam tanah.
Kedua, suku-suku bangsa yang waktu itu hidup terbelakang.
Di sumarta khususnya Riau menghadapi pesoalan prasejarah yang sulit, terutama
dalam usaha memperoleh gambaran tentang asal-usul penghuni pertama, beserta
kebudayaannya. Hampir tidak ditemukan fosil-fosil atau artefak-artefak yang dapat
mendukung ke arah penelitian itu. Hal ini berbeda dengan jawa yang banyak ditemuka
fosil-fosil dan artefak-artefak. Akhirnya penelitian arkeologi menyimpulkan di Sumatra
28 Mei – 8 Juli 1973, tidak menghasilkan tulang-tulang dari manusia pertama.
Walupun di Riau tidak ditemukan fosil-fosil atau artefak-artefak namu para
peneliti masih dapat mengambil manfaatnya karena terdapatnya suku-suku terbelakang di
Riau saat ini, yaitu: suku sakai di daerah Minas, Duri, Siak, Sungai Apit, Suku Orang
Hutan atau Oran Bomai di Kecamatan Kuto Darussalam dan Kepunahan Kampar, Suku
4
Akik di Kecamatan Rupat Bengkalis, Suku Talang Mamak di siberida, Rengat dan Pasir
Penyu, Suku Laut atau Orang Laut atau Orang Laut di Indragiri Hilir dan Kepulauan
Riau.
Masih terdapatnya suku-suku terbelakan di atas dapat memperkirakan adanya
gelombang kedatangan nenek-moyang itu ke daerah Riau. Yaitu yang terdiri dari ras
”Weddoide” (Wedda) yang datan sesudah zaman es terakhir dan zaman mesolitikum
yang menurut para ahli dinyatakan sebagai suku ras manusia pertama di nusantara.
Menurut Van Heekeren, kedatangan ras Wedda ini diikuti pula oleh ras Malanesia,
Austroloida dan Negrito. Mereka mencapai pulau nusantara dengan berperahu[3]. Di
Indonesia menurutnya ciri-ciri kehidupan orang Wedda itu ada pada orang sakai di Riau,
dan Oran Kubu di Riau, Palembang dan Jambi. Ciri-ciri mereka antara lain rambut
berombank-ombak, warna kulit sawo matang, bertubuh pendek (1,55 M) dan berkepala
“mesocephal”.
b. Pengertian orang melayu
Dalam arti luas istilah melayu merujuk kepada bangsa-bangsa Austronesia yang
terdapat disemenanjung tanah melayu dan kawasan-kawasan gugusan kepulauan melayu.
Berdasarkan ” The Malay Culture Studi Project (1972) konsep melayu merujuk kepada
suku bangsa disemenanjung tanah melayu termasuk orang-orang di thailand, indonesia,
indonesia, Filiphina, Madagaskar.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa pengertian melayu merujuk kepada bangsa
yang berbahasa melayu yang mendiami semenanjung Tanah Melayu, pantai timur
Sumatra, dan beberapa tempat lainnya di wilayah Nusantara. Dalam arti sempit yang
terdapat daalam perlembagaan Malaysia yakni perkara 153 mengatakan bahwa seseorang
itu dapat di kategorikan sebagai melayu apabila memiliki ciri-ciri seperti
a. Lazimnya berbahasa melayu
b. Berkebudayaan melayu
c. Beragama islam
Pengertian melayu menurut pengertian suku bangsa lebih berdasarkan etnis,
walaupun begitu syarat berbahasa melayu dan kebudayaan melayu masih dieperlukan,
5
tetapi mereka tidaklah semestinya beragama islam. Berdasarkan ini orang-orang melayu
adalah:
a. Orang-orang melayu yang mendiami kawasan Thai, pesisir Sumatra ( utara
medan, deli, serdang, palembang, riau lingga )
b. Ada yang beragamabudha dan kristen
c. Orang-orang melayu di Brunai dan Sabah
Pengertian melayu berdasarkan Ras, yaitu menerangkan penduduk seluruh
nusantara. Berdasarkan kajian Geldara dan Kern, kumpulan bangsa melayu berasal dari
utara selatan. Mereka berasal dari satu kelompok bangsa kemudian tersebar keseluruh
nusantara. Pengertian mengikut ras ini lebih tertumpu kepada suatu rumpun bangsa yang
besar dan berkaitan.
Pengertian orang melayu ini dapat dibedakan atas beberapa kategori atau
ketentuan, yakni:
Di bedakan antara melayu tua ( Proto Melayu ) dengan melayu muda (Deutro
Melayu).
1. Melayu Tua (Proto Melayu)
Disebut melayu tua (proto melayu) karena inilah gelombang parantau melayu
pertama yang datang ke kepulauan melayu. Leluhur melayu tua ini diperkirakan oleh para
ahli arkeologi dan sejarah tiba sekitar 3000-2500 sebelum masehi.
Adapun yang tergolong kedalam keturunan melayu tua (Proto Melayu) itu antara
lain orang talang mamak, oran sakai, dan suku laut. Keturunan melayu tua ini terkenal
amat tradisional, karena mereka amat teguh sekali memegang ada dan tradisinya.
Pemegang teraju adat seperti Patih, Batin dan Datuk Kayu, amat besar sekali peranannya
dalam mengatur lalu lintas kehidupan. Sementara itu alam pikiran yang masih sederhana
dan kehidupan yang sangat ditentukan oleh faktor alam, sehingga mereka mampu
menghasilkan makanan dengan cara bertani.
6
Perkampungan puak melayu tua pada masa dulu jauh terpencil dari
perkampungan melayu muda. Ini mungkin berlaku karena mereka ingin menjaga
kelestarian adat dan resam (tradisi) mereka. Keadaan ini menyebabkan mereka amat
ketinggalan dalam bidang pendidikan sehingga kemajuan kehidupan mereka amat lambat
sekali.
2 . Puak melayu muda
Puak melayu muda yang disebut juga Deutro Melayu gelombang kedua.
Kedatangan nenek moyan mereka tiba antara 300 – 250 tahun sebelum masehi, mereka
lebih suka mendiami daerah pantai yang ramai disinggahi perantau dan daerah aliran
sungai-sungai besar yang menjadi lalu lintas perdagangan, karena itu mereka bersifat
lebih terbuka dari melayu tua. System social dan system nilainya punya potensi
menghadapi perubahan ruang dan waktu, serta selera zaman.
Pada masanya, baik melayu tua maupun melayu muda sama-sama memegang
kepercayan nenek moyang yang disebut animisme (Semua benda yang mempunyai roh)
dan dinamisme ( roh-roh nenek moyang) kepercayaan ini kemudian semakin kental, oleh
ajaran hindu dan Buddha sebab antara kedua kepercayaan ini hamper tidak ada bedanya.
Keduanya sama-sama berakar pada alam pikiran leluhur, yang kemudian mereka beri
muatan motos, sehingga bermuatan spiritual, maka setelah kehadiran agama islam
terutama didaerah pesisir pantai serta daerah aliran sungai-sungai besar di Riau. Ternyata
Puak melayu muda lebih suka memeluk agama baru yang rasional itu. Kedatangan agama
islam itu telah membangkitkan semangat bermasyarakat yang lebih kuat dan kokoh,
sehingga berdirilah beberapa kerajaan melayu dengan dasar islam.
Ada 6 macam puak melayu yang ada di Riau
1. Puak melayu Riau – Lingga, mendiami kekas kerajaan Riau – Lingga, yaitu sebagian
besar daerah kepulauan Riau yang sekarang terdiri dari kabupaten kepulauan Riau,
karimun dan natuna. Mereka sebagian telah nikah – kawin dengan perantau Bugis dalam
abab ke- 18.
7
2. Puak melayu Siak, mendiami bekas kerajaan Siak yang sebagian besar merupakan
daerah aliran sungai Siak. Mereka sebagian nikah – kawin dengan keturunan Arab
sehingga sebagian dari sultan Siak keturunan Arab.
3. Puak melayu Kampar, mendiami daerah aliran batang Kampar, mereka ada yang nikah –
kawin dengan perantau minangkabau dan ada pula dengan orang jawa yang menjadi
Romusha Jepang.
4. Puak melayu Indragiri, mendiami daerah Indragiri takni daerah aliran sungai Indragiri,
mereka ada yang nikah – kawin dengan perantau Banjar dan juga keturuanan Arab.
5. Puak melayu Rantau Kuantan, mendiami daerah aliran Batang Kuantan yang telah
masuk kedalam kabupaten Kuantan Singingi.
6. Puak melayu Petalangan, mendiami daerah Belantara yang dilalui beberapa cabang
(anak) sungai didaerah Pangkalan Kuras.
Kepemimpinan melayu, baik melayu tua maupun melayu muda terdiri dari
pemangku adat (sebagai pemimpin formal) disamping tokoh tradisi seperti dukun, bomo,
pawing, kemantan, dan guru silat sebagai pemimpin informal. Tetapi setelah melayu
muda membentuk guru beberapa kerajaan melayu dengan dasar islam maka muncullah
pemegang kendali, kerajaan yang disebut raja, sultan dan pertuah. Kehadiran islam juga
telah menampilkan cendikiawan yang disebut ulama. Dengan demikian kehidupan
melayu muda ini dipandu oleh raja (sultan), ulama, emangku adapt dan tokoh tradisi.
Semua orang terpandang ini sering disebut dengan istilah orang patut. Disebut demikian
karena mereka dipandang patut atau layak dalam bidang kehidupan yang dipimpinnya.
Meskipun kita melihat ada perbedaan antara melatu tua dan melayu muda, namun
kedua keturunan puak melatu itu akan selalu menampilkan budaya perairan mereka,
mereka disebut manusia perairan, bukan manusia pegunungan. Sebab mereka menyukai
Air Laut dan suka mendiami daerah aliran sungai, tebing pantai dan rimba belantara yang
banyak di lalui oleh sungai-sungai. Sebab itu budaya mereka selalu berkaitan dengan air
laut, seperti sampan, rakit, perahu, jalur, titian, berenang dan bermacam perkakas
penangkapan ikan seperti jala dan kail (pancing).
Pada bagian yang kedua, pengertian orang melayu juga dapat dipakai terhadap
pihak yang telah menikah (kawin) dengan pihak puak melayu tua maupun melayu muda.
8
Dengan nikah- kawin itulah keturunan akan mempunyai tingkah laku sesuai dengan
sistem nilai yang patut dianut puak melayu.
Pada bagian ketiga,dalam rantangan yang telah panjang mungkin saja seseorang
atau suatu keluarga menyebut dirinya orang melayu, karena telah begitu lama menetap di
kampung orang melayu, walaupun mereka belum melakukan pernikahan dengan salah
satu puak melayu tadi, tetapi karena dibesarkan dalam lingkungan masyarakat dan
budaya melayu, akhirnya mereka merasa diri mereka sebagai bagian dari masyarakat
melayu di mana mereka tinggal. Mereka meningalkan orentasi budaya negeri asalnya,
lalu memakai bahasa dan budaya melayu.
Di samping itu, ada lagi cara yang khas bagi perantau yang ingin menjadi warga
suatu suku atau puak melayu, perantau itu mula-mula membeikan perlindungan sosial.,
jadi dirumah induk semang itulah biasanya perantau itu numpang, setelah itu barulah dia
mencari orang yang akan dijadikan ibu atau saudaranya, peristiwa suku inilah terkandung
dalam sebuah pantun melayu yaitu:
Kalau anak pergi ke lapau
Yu beli beranak beli
Ikan sembilang beli dahulu
Kalau anak pergi merantau
Induak semang cari dahulu.
Inilah pengartian orang mlayu yang terbatas pada asal ususl puak, di lengkapi kata
qori agama islam, serta kategori adat, seram dan bahasa. Pengertian ini bisa dipakani
pada daerah yang berpenduduk tradisional melayu, seperti deli dan langkat di sumatra
utara, Riau, Jambi, dan Palembang.
Diluar ini masih ada pengertian oran melayu hanya sebatas bahasa dan budaya
seperti melayu. Polonesia atau austronesia yang kawasannyaterbentang mulai dari pulau
paas dilaut teduh (sebelah timur) samapi ke madagarkar di barat. Serta dipulau formasa
atau taiwan utara sampai new zeland di selatan. Inilah rumpun melayu yang terbesar yang
mempunyai persamaan bahasa serta persamaan budaya seperti suku makan sirih dan
asam-asaman.
Sementara di malaysia berlaku pengertian orang melayu yang khas, disana
penduduk keturunan cina, keling, orang kulit putih dan berbagai suku bangsa lainnya
9
yang belum memeluk agama islam,dipandang bukan oran melayu. Sementara suku jawa,
makasar, banjar dan berbagai suku di Nusantara ini yang telah masuk agama islam akan
diperkenalkan sebagai orang melayu.
c. Identitas orang melayu
Orang melayu mengaku indentitas kepribadiannya yang utama adalah adat istiadat
melayu, bahasa melayu, dan agama islam. Dengan demikian seseorang yang mengaku
dirinya sebagai melayu haruslah beradat istiadat melayu, berbahasa melayu, beragama
islam. Di luar tiga ciri ini yang terutama kepribadian orang melayu tersebut, agama islam
yang menjadi dasar (pondasi) pokok agama inilah menjadi sumber adat istiadat
melayu,oleh sebab itulah adat istiadat melayu bersendikan syariah dan bersendikan
kitabullah.
a.a. Bahasa melayu
Bahasa melayu merupakan cikal bakal bahasa persahabatan indonesia, maka
melalui bahasa melayu (ungkapan-ungkapan pepatah, perumpamaan, pantun, syair, dan
sebagainya) telah tersirat pula norma kesopanan dari pergaulan yang memeberi corak tata
pergaulan nasional.
2.2. Perkembangan bahasa melayu
Ahli bahasa membagikan perkembangan bahsa melayu kepada tiga tahap utama,
yaitu: bahasa melayu kuno, bahasa melayu klasik, dan bahasa melayu modern.
bahasa melayu kuno
Merupakan keluarga bahasa nusantara yang pernah mencapai puncak
kegemilangan dari abad ke-7 sampai abad ke-13 pada zaman kerajaan Sri Wijaya,
sebagai bahasa penta’biran atau bahasa nasional.bahasa ini banyak di gunakan di
semenanjung kepulauan Riau dan Sumatra. Ia menjadi bahasa pentakbiran karena bersifat
sederhana dan mudah menerima pengaruh luar, tidak terikat kepada perbedaan susunan
lapisan masyarakat mempunyai sistem yang lebih mudah berbanding dengan bahasajawa
ciri-ciri bahasa melayu kuno:
1. Susunan kalima bersifat melayu
10
2. Bunyi vokal b menjadi w dalam melayu kuno, contoh: bulan menjadi wulan
3. Bunyi awalan ber menjadi mer, contoh: berlepas menjaji merlepas
4. Awalan di menjadi ni, contoh: di perbuat menjadi ni perbuat
Bahasa melayu klasik
Puncak kegemilangannya dibagi kepada tiga zaman, yaitu: zaman kerajaan
malaka, kerajaan aceh dan kerajaan johor Riau.
Ciri-cirinya:
1. Kalimatnya panjang, berulang berbelit-belit, contoh: sebermule maksud hamte
menjengah kesini
2. Menggunakan bahasa, contoh: patek, hambe, tuan
3. Kosa kata klasik, contoh: sahaya (biasa), masygul (bersedih)
4. Banyak menggunakan pangkal kalimat, contoh: sebermula, alkisah, adapun
2.3. . Bahasa melayu modern
Bermula pada abad ke-19 merupakan permulaan zaman bahasa melayu modern.
Bahasa melayu modern ini sering kita dengar dan tidak asing lagi bagi kita. Bahasa
melayu modern ini banyak digunakan oleh orang melayu sekarang, misalnya: bahasa
melayu yang ada di Riau sekarang,Malaysia, kepri, dan kawasan di nusantara lainnya.
a.b. Adat istiadat
Adat istiadat sama dengan kebiasaan lama. Adat adalah aturan-aturan tentang
beberapa segi kebutuhan manusia yang tumbuh dan usaha orang dalam suatu daerah yan
terbentuk di indonesia adalah sebagai kelompok sosial untuk mengatur tata tertib, tingkah
laku anggota masyarakat. Di indonesia itu menjadi hukum yang mengikat yang disebut
hukum adat.
. Masalah Penulisan Sejarah
Sejarah Islam di kawasan Melayu atau Asia Tenggara, Khususnya di awal
perkembangannya terasa agak rumit.
Sebenarnya di kalangan masyarakat tempatan banyak terdapat historiografi
berupa hikayat, silsilah, babad, cerita, syait, dan sejenisnya yang mengungkapkan
tentang “perkembangan awal” Uslam di berbagai kawasan Asia Tenggara. Akan tetapi,
ada ahli seperti A.H. John yang menilai bahwa kebanyakan literature Melayu seperti itu
11
tidak cukup memadai untuk memberikan kerangka yang jelas dalam mengungkap data
kesejahteraan. Dalam nada bersamaan, De Graaf menjelaskan, meskipun tidak dapat
kemudian diabaikan sama sekali, kebanyakan historiografi Nusantara itu lebih banyak
berisikan mitos daripada “sejarah” dakan pengertian Barat.
Sejarah membuktikan, penjajah Belanda datang ke Indonesia bukan hanya
mengeksploitasi kekayaan alam. Tapi, mereka juga berharap bias menghilangkan
pengaruh Islam terhadap bangsa Indonesia. Bersama para orientalisnya, kaum colonial
Belanda berusaha memeprkecil arti dan peran Islam dalam sejarah Melayu-Indonesia.
Dalam bukunya Nedrland en de Islam (hlm. 1), tokoh orientalis Belanda,
Christian Snouc Hurgronje mengatakan bahwa Islam baru masuk ke kepulauwan In do
nesia pad abad XIII setelah mencapai evolusinay yang lengkap. Snouck Hur grinje juga
menyatakan dalam bukunya, Arabie end Ostlndie (hlm. 22), bahwa orang Islam di
Indonesia sebenarnya hanya tampaknya saja memeluk Islam dan hanya di permukaan
kehidupan mereka dututupi agama ini. Ibarat berselimutan kain dengan lubang-lubang
besar, tamak keasliannyam yang bukan Islam
Akhir abad XIX mulai terjadi kebangkitan agama di kalangan umat Islam.
Ketakutan Pemerintah Hindia Belanda terhadap kebangkitan Islam melaterbelakangi
pengangkatan Snouck Hurgronje sebagai penasihat pemerintah untuk urusan pribumi dan
Islam. Proses Islamisasi di kepulauan Melayu-Indonesia, menurut pakar sejarah Melayu,
Syed Barat. Sebagaimana orientalis lainnya, Snouck Hurgronje menilai umat Islam dari
pratek-praktek merka pada saat kemunduran itu sehingga memeberikan pemahaman
kelitu tentang Islam.
Dalam karyanya orientalism, Edward Said mengungkapkan tentang bias
intelektual dan konseptual Barat dalam memandang dunia Timur (oriental), dan
khususnya Islam. Dengan menonjolkan superioritasnya, Barat senantiasa memandang
rendah kaum Muslim dan menghilangkan jasa-jasanya
Misionaris yang cukup “obyektif” pada umumbnya tulisan mereka bernada
negative, disebabkan perbedaan agama dan rasa dendam yang sulit disembunyikan.
Kedatangan colonial Belanda tidaklah membuat pengkajian Islam di Asia
Tenggara lebih baik, bahkan sangat kentara dibawa kea rah kepentingan pengukuhan
status quo kolonialisme.
12
Sejarah ini bertambah kompleks dengan adanya kecendrungan tertentu dikalangan
sijarawan atau ilmuawan social lainnya mengkaji Islam di Asia Tenggara. Sejak zaman
colonial sampai akhir-akhir ini, terlihat hasrat yang luar biasa di kalangan mereka yang
secara konseptual mengurangi tempat dan peranan Islam dan kebudayaannya, baik
dimasa lampau maupun sekarang di dalam masyarakat Asia Tenggara.
Secara dramatis pengurangan peranan Islam dan kebudayaan dumualai ole
Snouck Hurgronje denga pemisahan ada local pada satu pihak denga Islam di pihal lain.
Menurutnya tradisi local sama sekali berbeda dan tidak ada kaitannya dengan Islam.
Namun menurutnya kedauanya memiliki pertentangan-pertentangan formal yang
dilihat sebagai konflik antara ada yang aktuall dengan agama Islam yang hanya menjadi
cita ideal. Dinamika ini memunculkan konflik secara nyata antara Uleebalang dengan
Ulama, masing-masing sebagai pembela ada pada satu pihak dengan pembela agama di
pihaklain.
Konsep Snouch ini oleh pemerintah Belanda diformulasikan dengan apa yang
disebut Adatrecht. Konsepsi ini jelas memutarbalikkan kenyataan bahwa Islam jauh
sebelum datangnya kolonialis telah memberi kerangka dan konsep-konsep hokum serta
perbendaharaan istilah-istilah hokum melalui kaidah kebahasaan Melayu yang
mengalami arabiasasi, terutama menyangkut gagasan-gagasan dasar hokum, keadilan,
hak dan tidak terkecuali menempatkan ada itu sendiri dalam kerangka hokum Islam.
Belum lagi berakhir, muncul pula bahasa politik yang cukup minor dari tokoh
seperti Geertz memalui konsep yang disebut “Agama Jawa”. Melalui pemilah-pemilahan
sosiologis, ia mengajukan gagasan tentang terbelahnya masyarakat Jawa ke dalam varian
“santri”, “abangan”, dan”priyayi” yang membentuk hamper kulturnya masing-masing.
Dalam bentukm yang hamper sama, Ricklefs mengemukakan kategori-kategori yang
lebih problematic semacam “priyayi-abangan-kolot” dan ‘priyayi-santri moderen”.
Melalui berbagai varian seperti inilah penganut Islam di Asia Tenggara dipilah dan
sekaligus dipertentangkan.
BAB III
PENUTUP
13
3.1. Kesimpulan
Kalau membicarakan sejarah pasti berkenaan dengan masa lalau atau masa yang
silam. Sejarah” tidak terpisah dari “budaya” atau “kebudayaan” (cultural historiography).
Kebudayaan diartikan sebagai hasil karya dan karsa manusia, baik dalam bentuk materil,
buah pikiran maupun corak hidup manusia. Menurut EB. Taylor kebudayaan meencakup
aspek yang amat luas, yakni pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, dan adat istiadat
dan bahkan segala kebiasaan yang dilakukan dan dimiliki oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan melayu Ada pendapat yang mengatakan kata melayu berasal dari
kata “ MALA” yang berarti mula dan “YU” yang berarti negeri. Pengertian orang melayu
ini dapat dibedakan atas beberapa kategori atau ketentuan, yakni:
Di bedakan antara melayu tua ( Proto Melayu ) dengan melayu muda (Deutro
Melayu).
1. Melayu Tua (Proto Melayu)
Disebut melayu tua (proto melayu) karena inilah gelombang parantau melayu
pertama yang datang ke kepulauan melayu. Leluhur melayu tua ini diperkirakan oleh para
ahli arkeologi dan sejarah tiba sekitar 3000-2500 sebelum masehi.
Adapun yang tergolong kedalam keturunan melayu tua (Proto Melayu) itu antara
lain orang talang mamak, oran sakai, dan suku laut. Keturunan melayu tua ini terkenal
amat tradisional, karena mereka amat teguh sekali memegang ada dan tradisinya.
Pemegang teraju adat seperti Patih, Batin dan Datuk Kayu, amat besar sekali peranannya
dalam mengatur lalu lintas kehidupan. Sementara itu alam pikiran yang masih sederhana
dan kehidupan yang sangat ditentukan oleh faktor alam, sehingga mereka mampu
menghasilkan makanan dengan cara bertani.
2 . Puak melayu muda
Puak melayu muda yang disebut juga Deutro Melayu gelombang kedua.
Kedatangan nenek moyan mereka tiba antara 300 – 250 tahun sebelum masehi, mereka
14
lebih suka mendiami daerah pantai yang ramai disinggahi perantau dan daerah aliran
sungai-sungai besar yang menjadi lalu lintas perdagangan, karena itu mereka bersifat
lebih terbuka dari melayu tua. System social dan system nilainya punya potensi
menghadapi perubahan ruang dan waktu, serta selera zaman.
Pada masanya, baik melayu tua maupun melayu muda sama-sama memegang
kepercayan nenek moyang yang disebut animisme (Semua benda yang mempunyai roh)
dan dinamisme ( roh-roh nenek moyang) kepercayaan ini kemudian semakin kental, oleh
ajaran hindu dan Buddha sebab antara kedua kepercayaan ini hamper tidak ada bedanya.
Keduanya sama-sama berakar pada alam pikiran leluhur, yang kemudian mereka beri
muatan motos, sehingga bermuatan spiritual, maka setelah kehadiran agama islam
terutama didaerah pesisir pantai serta daerah aliran sungai-sungai besar di Riau. Ternyata
Puak melayu muda lebih suka memeluk agama baru yang rasional itu. Kedatangan agama
islam itu telah membangkitkan semangat bermasyarakat yang lebih kuat dan kokoh,
sehingga berdirilah beberapa kerajaan melayu dengan dasar islam.
3.2. Saran
Kami sebagai penyusun dan penulis Makalah ini mohon maaf kepada pembaca
karena dalam pengetikan dan penyusunan serta dari segi isi dan bahasa masih ada
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan sarab
pembaca untuk kesempurnaan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
E.B. Taylor. Primitive Cultural, New York: Brentano’s, 1924,
15
______Suhaimi, dkk, Pengantar Studi Tamadun Melayu, (Pekanbaru, UNRI Press, 2008)
H.R. van Heekeren. Penghidupan dalam zaman Pra Sejarah diIndonesia. Edisi
______terjemahan. Jakarta: Lembaga Kebudayaan Indonesia. 1955,
Al-Azmy, Asal Usul Melayu, (2009)
______A.A John, “The Turning Image: Myth and Reality in Malay Perceptions of the
Past” dalam Anthony Reid & David Marr (eds). Perception of the Past in Southeast Asia.
Singapura: Heinemann Education Books Latd. 1979,
16