selasa, menjadi ”sekolah” terbaik · sebagai ”sekolah” yang ingin menghasilkan alumni...

1
Kami bersyukur atas kelahiran anak sekaligus buah hati kami yang kedua pada hari Minggu 26 April 2015 di RS St Elisabeth. Apresiasi ini kami persembahkan pula atas tindakan medis yang efek- tif dan efisien oleh dr Anantyo Binarso SpOG, sehingga persalinan berlangsung dengan lancar. Ungkapan terima kasih pun ingin kami sampaikan pada para suster yang telah selalu siaga setelah melahir- kan, dan ada saat ibu maupun bayi membutuhkan secara cepat dan tanggap meskipun tengah malam atau dini hari sekalipun. Tak lupa secara pribadi kami ingin menyampaikan rasa hormat kepada direktur rumah sakit beserta jajaran staf, semoga pelayanan baik yang telah ka- mi sekeluarga terima dapat dipertahankan dan semakin ditingkatkan. Joko Hamdani Jl. Cerme II No. 28 Semarang 082138743737 * * * Akses Kursi Roda di RS Kariadi Pada hari Minggu sore tanggal 19 April 2015 kami berkunjung ke RSUP dr Kariadi Semarang menengok saudara yang dirawat di sana. Kami masuk melalui pintu khusus pengunjung yang disediakan. Dari tiga pintu yang ada semua menggunakan tangga, kami begitu kesulit- an untuk bisa masuk ke sana karena tidak ada akses jalan untuk kursi roda ( kami memakai kursi roda). Untung ada bapak-bapak yang rela membantu kami mengangkat kursi roda, sehingga kami bisa mele- wati anak tangga tersebut. Dengan ini kami mengimbau kepada pengelola RSUP dr Kariadi agar dapat dibuatkan akses jalan untuk kursi roda sehingga kami para difabel tidak kesulitan bila berkunjung. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Tri Budiyono Desa Sulursari 01/05,Gabus Kab,Grobogan KP 58183 S epenggal surat RA Kartini, seorang pahlawan nasional pejuang bagi kaumnya dapat menjadi petunjuk untuk ”membaca” siapa RA Kartini. Kepeduliannya untuk memberikan ruang yang luas bagi kaumnya mem- peroleh pendidikan yang memadai tergambar jelas dari pernyataannya ter- sebut. RA Kartini sangat memper- hatikan kepentingan perempuan untuk berpendidikan. Ketertarikan RA Kartini pada pen- didikan perempuan bukanlah tanpa alasan. Melalui ”polesan” tangan seorang perempuan (ibu) akan terlahir pemimpin bangsa. Sungguh tak ter- bantahkan bahwa manusia mulai berkata-kata, berjalan, belajar, dan berpikir diperolehnya pertama-tama dari ibunya. Seorang ibu adalah madra- sah (sekolah) pertama dan utama bagi anak. Sedemikian mulia derajat perem- puan sebagai seorang ibu, sampai- sampai Rasulullah menyebutkan tiga kali ketika ditanya sahabatnya, sia- pakah manusia yang paling utama yang harus dihormati. Setelah tiga kali menjawab ibumu, baru kemudian bapak sebagai sosok yang setelahnya harus dihormati. Sebagai ”sekolah” pertama bagi seorang manusia, tentu seorang ibu harus memiliki bekal ilmu, mengajarkan ilmu tersebut, dan bekal-bekal lain agar para ”murid-murid”-nya dapat belajar dengan baik, nyaman, mampu menyerap ilmu dan mengamalkannya. Maka menjadi ironis jika sebuah sekolah yang tidak berkualitas akan melahirkan alumni yang berkualitas pula. Dalam kalimat lain, apa jadinya kualitas alumnus sebuah sekolah jika guru (ibu) mereka tidak berkualitas? Inilah yang menjadi dasar utama mengapa perem- puan harus memiliki pendidikan yang memadai sehingga mumpuni untuk melahirkan generasi-generasi beriman bertakwa, cerdas, terampil, berkuali- tas, dan berakhlakul karimah. Sekali lagi, sosok ibu merupakan ”sekolah” pertama yang akan dilalui oleh manusia. Sebagai ”sekolah” yang ingin menghasilkan alumni terbaik, sudah barang pasti harus menjadi ”sekolah” terbaik. Konsekuensinya adalah ketika ingin memberikan pendi- dikan terbaik tentu dimulai dengan pendidik (guru) terbaik. Pendidik ter- baik memiliki bekal pengetahuan dan metode terbaik untuk menyampaikan materi sehingga mampu terserap oleh siswanya. Ikhtiar untuk menjadi ”sekolah” terbaik sekaligus menjadi pendi- dik terbaik adalah ikhtiar seorang ibu yang didorong spirit untuk meng- hasilkan generasi unggul. Ikhtiar ini lahir dari komitmen bahwa tanggung jawab mendidik putra-putri untuk per- tama kalinya menggelayut di pundak seorang ibu. Sebagai sosok yang pertama kali menanamkan nilai-nilai pendidikan di usia dini, usia emas, seorang ibu adalah ibarat tinta yang tertoreh di kain putih bersih tak bernoda. Layaknya tinta yang tertoreh di kain putih bersih, sudah tentu torehan itu akan sangat nampak jelas, warnanya, guratannya, polanya, garisnya, tebal dan tipisnya. Bandingkan jika torehan tinta itu ada pada kain yang sudah memiliki warna (bukan kain putih). Tentu sangat berbeda baik dari keaslian warnanya, kejelasan pola dan garisnya, ketebalan dan ketipisan goresan dan ciri lainnya. Usia Emas Maknanya adalah didikan seorang ibu di usia emas bagi putra-putrinya sangat jelas dan membekas. Maka kehati-hatian seorang ibu dalam menorehkan tinta itu sangat diper- lukan. Seorang ibu harus memiliki bekal memadai untuk dapat menorehkan tinta sebaik-baiknya di kain putih yang pasif, siap diberikan warna apapun. Dengan demikian anggapan bahwa pendidikan perempuan meru- pakan hal yang kurang penting untuk dibahas sudah tidak memiliki relevansi dalam konstruksi masyarakat kekin- ian. Rasanya sangat tidak proporsional jika ”hanya” menempatkan perempu- an untuk mahir berkutat pada ranah manak, masak, macak (melahirkan, memasak, berdandan). ”Buat apa sekolah tinggi-ting- gi, kalau pada akhirnya kembali ke dapur, kasur, dan sumur.” Ungkapan seperti ini pun tidak sejalan dengan spirit pendidik- an terbaik yang mestinya harus dipersembahkan untuk putra- putri calon penerus bangsa. Apakah tidak terpikir bahwa perempuan (ibu) adalah guru pertama dan utama bagi anak? Apa jadinya anak jika ibu tidak dibekali dengan ilmu? Singkatnya pe- rempuan harus beril- mu, harus sekolah. Perempuan juga ha- rus menjadi model, teladan, uswatun ha- sanah bagi putra-putri- nya. Karena dengan ilmu dan keteladanan itulah perempuan akan berjihad mengantar- kan bangsa ini ke arah kebaikan (dalam ba- nyak dimensi) dengan menyiapkan generasi- generasi terbaik bang- sa melalui ”sekolah” terbaik. Ibu sebagai ”seko- lah” pertama dan uta- ma berarti menyedia- kan ruang bagi tumbuh kembang putra-putrinya dalam banyak aspek dan potensi. Dari sejumlah potensi yang dimiliki manu- sia (anak), maka potensi iman dan takwa merupakan aspek penting yang harus menjadi perhatian maksimal seorang ibu dalam menyiapkan pen- didikannya. Pendidikan Keimanan Keimanan dan ketakwaan merupa- kan modal yang sangat fundamental bagi bekal keberlangsungan kehidup- an anak kelak. Keimanan dan ketak- waan menghantarkan anak pada posisi terjaga dari hal-hal yang memungkin- kan membawa madharat bagi diri dan lingkungannya. Apa pun pekerjaan dan profesi anak kelak, maka basis keiman- an dan ketakwaan sangat diperlukan untuk menjadi kendali agar tidak ser- akah, sombong, iri dengki, dan sifat ter- cela lainnya. Jika hari ini kita masih men- geluhkan maraknya korupsi, misalnya tentu karena kehilangan kendali untuk mengekang keserakahan. Demikian pula, maraknya kejahatan, seperti begal, pembunuhan, pemerkosaan, narkoba, dan tindak kriminal lainnya, juga karena kehilangan kendali untuk menebarkan kemaslahatan bagi diri dan lingkungannya. Maka mendidik berarti membina, menanamkan, mengarahkan, menga- jarkan, dan memberi teladan kebaikan, kebenaran, keadilan, kejujuran, tang- gung jawab, kemandirian, dan nilai- nilai kebaikan lainnya. Mendidik berarti orang tua harus menjadi guru sekaligus kurikulumnya dalam bentuk tindakan dan tutur kata yang baik. Jika kerangka pikir demikian men- jadi kerangka pikir kolektif, tidak mus- tahil harapan menjadi bangsa yang mulia melalui jalur pendidikan kiranya bukan sekadar isapan jempol. Spirit mendidik putra putri adalah spirit membangun keimanan dan ketak- waan, yang selanjutnya dilengkapi dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan keimanan ini juga sesuai dengan amanat konstitusi. Sebagaimana diketahui, amanat kon- stitusi yang tertuang dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 secara tegas menye- butkan bahwa tujuan pendidikan ada- lah membentuk peserta didik agar memiliki keimanan dan ketakwaan. Keimanan dan ketakwaan yang dilengkapi dengan penguasaan ilmu pengetauan dan teknologi menempat- kan manusia pada derajat ”yang dilebihkan” oleh Allah. Firman Allah sebagaimana termaktub dalam QS Al Mujadilah Ayat 11 terjemahannya berbunyi,”...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara- mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...” Akhirnya kemuliaan seorang ibu salah satunya diukur dari kesuksesan dalam mengantarkan putra-putrinya menjadi generasi terbaik. Seperti hal- nya kesuksesan sekolah juga diukur dari mengantarkan alumninya menjadi alumni terbaik dan berprestasi. Maka jika terbangun sinergi yang positif antara dua ”sekolah” (ibu dan sekolah formal) tidak mustahil cita-cita luhur bangsa yang berdaulat, bermarta- bat, adil, makmur dan sejahtera serta aman dan sentosa akan terwujud. (81) — Ira Alia Maerani, dosen Fa- kultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), mahasiswi Pro- gram Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Fa- kultas Hukum Unissula SELASA, 5 MEI 2015 Halaman Perempuan memberi ruang bagi kaum wanita menulis berbagai masalah aktual tentang perempuan. Kirimkan naskah (sekitar 6000 karakter) + foto diri pose santai ke [email protected]. Sebutkan alamat, nomor telepon, dan nomor rekening bank. Diketik 1,5 spasi maksimal satu folio, ditandatangani dan dilengkapi fotokopi identitas diri. Isi seluruhnya tanggung jawab penulis dan tidak melayani permintaan identitas yang dirahasiakan. Redaksi berhak melakukan editing. Kirimkan ke alamat: [email protected] Oleh Ira Alia Maerani “Dari perempuanlah manusia itu pertama-tama menerima belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata Dan bagaimanakah ibu-ibu Bumiputra dapat mendidik anak-anaknya, kalau mereka sendiri tidak berpendidikan?” (Surat kepada Nyonya MCE Ovink-Soer, 2 November 1900, dalam Sulastrin, 1977: 76). Terima Kasih RS Elisabeth Menjadi ”Sekolah” Terbaik Meneguhkan... (Sambungan hlm 6) Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945 ada- lah harga mati bagi NU demi keu- tuhan dan kejayaan bangsa Indonesia. Dalam doktrin NU, cinta tanah air adalah tanda iman (hubbul wathan minal iman). Jika seseorang tidak mencintai tanah airnya, bahkan mengotorinya dengan nama agama, sungguh dia telah menodai agama dengan pemahaman dan tindakan yang menyimpang dari agama itu sendiri. Agama Islam yang dijunjung tinggi NU disebarkan dengan nilai-nilai kasih sayang, kedama- ian, persaudaraan, kelenturan dan ketentraman, bukan dengan sikap menyerang, menyesatkan, men- ganiaya, dan bahkan sampai membunuh orang lain. NU meneladani dakwah Nabi Muhammad saw. yang mengede- pankan akhlakul karimah dalam segala hal sehingga beliau menjadi uswah hasanah (teladan yang baik). Nabi tidak marah diludahi dan dicaci maki, justru beliau suka memaafkan kesalahan orang, mendoakannya, dan mengajak mereka bermusyawarah dalam segala urusan. Keteladan Nabi membuat orang-orang kafir kagum sehingga mereka masuk Islam dengan penuh kesadaran, bukan paksaan dan ancaman. Sejarah Nabi harus dipahami dengan benar, sehingga tidak menjadikan Islam sebagai agama yang misinya merebut kekuasaan dengan menghalalkan segala cara yang bertentangan dengan ajaran Islam yang suci dan agung. (81) — Jamal Ma’mur Asmani , peneliti Fiqh Sosial Institute Staimafa Pati , Pengurus Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (Asosiasi Pondok Pesantren NU) Jawa Tengah Perayaan May Day Tidak Ubah Nasib Buruh Setiap tahun, May Day diperingati sebagai Perayaan Hari Buruh. Demo buruh di mana mana. Terakhir, Presiden Jokowi melakukan dialog dengan 2.000 buruh di Ungaran. Hal ini percuma saja, karena pada kenyataannya tuntutan buruh hingga kini tak kunjung dikabulkan. Dalam sistem kapitalis, ren- dahnya gaji buruh justru menjadi penarik bagi para investor asing. Termasuk pemerintah, untuk kepentingan peningkatan penda- patan pemerintah, justru memeli- hara kondisi seperti ini. Kondisi ini menyebabkan pemerintah lebih sering memihak sang investor dibandingkan buruh yang merupakan rakyatnya sendiri ketika terjadi krisis perbu- ruhan. Sistem kapitalis mengalih- kan kewajiban negara kepada perusahaan untuk memberikan jaminan kepada rakyatnya agar bisa memenuhi kebutuhan hidup. Padahal ini merupakan kewajiban negara, bukan kewa- jiban perusahaan atau majikan. Hubungan ketenagakerjaan dalam pandangan Islam adalah hubungan kemitraan yang harus- nya saling menguntungkan. Tidak boleh satu pihak menzali- mi dan merasa dizalimi oleh pihak lainnya. Seharusnya gaji buruh diba- yarkan berdasarkan manfaat tenaga yang diberikan oleh buruh di pasar, bukan UMR/UMK. Buruh dan PNS sama, karena mendapatkan upahnya sesuai dengan ketentuan upah sepadan yang berlaku di tengah masyara- kat. Dengan begitu, akan terwu- judlah keadilan bagi seluruh rak- yat. Ike Wahyu Mujiani Genuk-Ungaran Kab. Semarang Novel... (Sambungan hlm 1) ”Hal ini sangat bertentangan dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses penyidikan,” ujarnya. Dia juga mengatakan, dalam penangkapan dan penahanan Novel itu, ada perbedaan antara perintah Presiden Joko Widodo dan pernyataan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti soal tidak ada penahanan dengan fakta pena- hanan Novel. Dia berpendapat, perbedaan perintah dan pernyataan itu karena tidak ada koordinasi antara Kapolri dan Kabareskrim Komjen Budi Waseso. Kabareskrim juga dinilai melawan perintah Kapolri dan Presiden. Direktur Tindak Pidana Umum yang membawahi penyidik juga lebih mendengar- kan perintah Kabareskrim diban- ding Kapolri dan Presiden. Dia menegaskan, penangkap- an dan penahanan terhadap Novel tidak sesuai prosedur, di antaranya surat perintah kedaluwarsa, pena- hanan tanpa memenuhi syarat subjektif, dan tidak sesuai prose- dur. Penangkapan dan penahanan juga disertai pelanggaran ketentu- an hukum. Terkait audit penyidik, menu- rut Tim Pengacara, untuk melihat bukti kepolisian, karena tidak pidana yang disangkakan ber- ubah-ubah sejak awal. Muji juga berharap, kasus ini dijadikan kesempatan bagi kepoli- sian untuk melakukan pembersi- han internal dari anggota yang telah menyimpang. Terkait gugatan tersebut, Ka- polri Badrodin Haiti mempersi- lakannya. Terlebih, hal itu meru- pakan hak Novel sebagai tersang- ka. ”Itu hak dari tersangka jadi biarkan saja,” tandas Badrodin. Sementara Budi Waseso me- nyatakan, pihaknya menghormati langkah hukum yang ditempuh Novel. Meski demikian, dia tetap berkeyakinan tidak ada kesalahan atas penangkapan dan penahanan tersebut. Dia mengatakan, penang- guhan penahanan Novel merupa- kan hasil koordinasi antara Kapolri dan Presiden. ”Tidak ada masalah karena semua untuk ke- baikan, tapi tidak menghilangkan kasus itu sendiri,” ujarnya. Dia menegaskan, proses penyidikan terhadap Novel tetap berjalan dan tidak akan dihentikan karena proses hukum harus tuntas. ”Sudah ada kesepakatan antara pimpinan Pori dan KPK,” ujarnya. Budi Waseso juga menyatakan kasus tetap diproses meskipun keluarga korban mencabut lapo- rannya. Sebab, kasus pidana itu harus diselesaikan secara hukum. Harus Dihormati Menanggapi pengajuan prap- eradilan oleh Novel, Plt Wakil Ketua KPK Johan Budi mengata- kan, hal itu merupakan hak. Meski demikian, dia menegaskan, KPK tidak akan ikut campur dalam pro- ses praperadilan. ”Soal praperadi- lan hak Novel dan harus dihor- mati,” ujar Johan. Pihaknya mempersilakan Novel menggunakan jalur hukum tersebut. ”Kalau merasa ada yang tidak tepat dalam penangkapan, silakan diajukan dalam sidang praperadilan,” tambahnya. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga mendukung langkah Novel. Menurutnya, upaya hu- kum yang ditempuh Novel sudah tepat. ”Bagus, bagus, bagus, ba- gus. Supaya jelas masalahnya,” ujar JK. (K24,K32 - 25,61)

Upload: others

Post on 29-Nov-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SELASA, Menjadi ”Sekolah” Terbaik · Sebagai ”sekolah” yang ingin menghasilkan alumni terbaik, sudah barang pasti harus menjadi ... Indonesia. Dalam doktrin NU, cinta tanah

Kami bersyukur atas kelahiran anak sekaligus buah hati kamiyang kedua pada hari Minggu 26 April 2015 di RS St Elisabeth.Apresiasi ini kami persembahkan pula atas tindakan medis yang efek-tif dan efisien oleh dr Anantyo Binarso SpOG, sehingga persalinanberlangsung dengan lancar. Ungkapan terima kasih pun ingin kamisampaikan pada para suster yang telah selalu siaga setelah melahir-kan, dan ada saat ibu maupun bayi membutuhkan secara cepat dantanggap meskipun tengah malam atau dini hari sekalipun. Tak lupasecara pribadi kami ingin menyampaikan rasa hormat kepada direkturrumah sakit beserta jajaran staf, semoga pelayanan baik yang telah ka-mi sekeluarga terima dapat dipertahankan dan semakin ditingkatkan.

Joko HamdaniJl. Cerme II No. 28 Semarang

082138743737* * *

Akses Kursi Roda di RS KariadiPada hari Minggu sore tanggal 19 April 2015 kami berkunjung ke

RSUPdr Kariadi Semarang menengok saudara yang dirawat di sana.Kami masuk melalui pintu khusus pengunjung yang disediakan. Daritiga pintu yang ada semua menggunakan tangga, kami begitu kesulit-an untuk bisa masuk ke sana karena tidak ada akses jalan untuk kursiroda ( kami memakai kursi roda). Untung ada bapak-bapak yang relamembantu kami mengangkat kursi roda, sehingga kami bisa mele-wati anak tangga tersebut. Dengan ini kami mengimbau kepadapengelola RSUP dr Kariadi agar dapat dibuatkan akses jalan untukkursi roda sehingga kami para difabel tidak kesulitan bila berkunjung.Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Tri BudiyonoDesa Sulursari 01/05,GabusKab,Grobogan KP58183

Sepenggal surat RA Kartini,seorang pahlawan nasionalpejuang bagi kaumnya dapatmenjadi petunjuk untuk

”membaca” siapa RA Kartini.Kepeduliannya untuk memberikanruang yang luas bagi kaumnya mem-peroleh pendidikan yang memadaitergambar jelas dari pernyataannya ter-sebut. RA Kartini sangat memper-hatikan kepentingan perempuan untukberpendidikan.

Ketertarikan RAKartini pada pen-didikan perempuan bukanlah tanpaalasan. Melalui ”polesan” tanganseorang perempuan (ibu) akan terlahirpemimpin bangsa. Sungguh tak ter-bantahkan bahwa manusia mulaiberkata-kata, berjalan, belajar, danberpikir diperolehnya pertama-tamadari ibunya. Seorang ibu adalah madra-sah (sekolah) pertama dan utama bagianak.

Sedemikian mulia derajat perem-puan sebagai seorang ibu, sampai-sampai Rasulullah menyebutkan tigakali ketika ditanya sahabatnya, sia-pakah manusia yang paling utamayang harus dihormati. Setelah tiga kalimenjawab ibumu, baru kemudianbapak sebagai sosok yang setelahnyaharus dihormati. Sebagai ”sekolah”pertama bagi seorang manusia, tentuseorang ibu harus memiliki bekalilmu, mengajarkan ilmu tersebut,dan bekal-bekal lain agar para”murid-murid”-nya dapatbelajar dengan baik, nyaman,mampu menyerap ilmu danmengamalkannya.

Maka menjadi ironisjika sebuah sekolah yangtidak berkualitas akanmelahirkan alumniyang berkualitas pula.Dalam kalimat lain,apa jadinya kualitasalumnus sebuah sekolah jika guru (ibu)mereka tidak berkualitas? Inilah yangmenjadi dasar utama mengapa perem-puan harus memiliki pendidikan yangmemadai sehingga mumpuni untukmelahirkan generasi-generasi berimanbertakwa, cerdas, terampil, berkuali-tas, dan berakhlakul karimah.

Sekali lagi, sosok ibu merupakan”sekolah” pertama yang akan dilaluioleh manusia. Sebagai ”sekolah” yangingin menghasilkan alumni terbaik,

sudah barang pasti harus menjadi”sekolah” terbaik. Konsekuensinyaadalah ketika ingin memberikan pendi-dikan terbaik tentu dimulai denganpendidik (guru) terbaik. Pendidik ter-baik memiliki bekal pengetahuan danmetode terbaik untuk menyampaikanmateri sehingga mampu terserap olehsiswanya.

Ikhtiar untuk menjadi ”sekolah”terbaik sekaligus menjadi pendi-dik terbaik adalah ikhtiars e o r a n gi b u

yang didorong spirit untuk meng-hasilkan generasi unggul. Ikhtiar inilahir dari komitmen bahwa tanggungjawab mendidik putra-putri untuk per-tama kalinya menggelayut di pundakseorang ibu.

Sebagai sosok yang pertama kalimenanamkan nilai-nilai pendidikan diusia dini, usia emas, seorang ibu adalahibarat tinta yang tertoreh di kain putihbersih tak bernoda. Layaknya tintayang tertoreh di kain putih bersih,

sudah tentu torehan itu akan sangatnampak jelas, warnanya, guratannya,polanya, garisnya, tebal dan tipisnya.

Bandingkan jika torehan tinta ituada pada kain yang sudah memilikiwarna (bukan kain putih). Tentu sangatberbeda baik dari keaslian warnanya,kejelasan pola dan garisnya, ketebalandan ketipisan goresan dan ciri lainnya. Usia Emas

Maknanya adalah didikan seorangibu di usia emas bagi putra-putrinyasangat jelas dan membekas. Makakehati-hatian seorang ibu dalammenorehkan tinta itu sangat diper-lukan. Seorang ibu harus memilikibekal memadai untuk dapatmenorehkan tinta sebaik-baiknya dikain putih yang pasif, siap diberikanwarna apapun.

Dengan demikian anggapanbahwa pendidikan perempuan meru-pakan hal yang kurang penting untukdibahas sudah tidak memiliki relevansidalam konstruksi masyarakat kekin-ian. Rasanya sangat tidak proporsionaljika ”hanya” menempatkan perempu-an untuk mahir berkutat pada ranah

manak, masak, macak (melahirkan,memasak, berdandan).

”Buat apa sekolah tinggi-ting-gi, kalau pada akhirnya kembalike dapur, kasur, dan sumur.”Ungkapan seperti ini pun tidaksejalan dengan spirit pendidik-an terbaik yang mestinya harusdipersembahkan untuk putra-putri calon penerus bangsa.

Apakah tidak terpikir bahwaperempuan (ibu) adalah guru

pertama dan utama bagianak? Apa jadinya anak

jika ibu tidak dibekalidengan ilmu?

Singkatnya pe-rempuan harus beril-mu, harus sekolah.Perempuan juga ha-rus menjadi model,teladan, uswatun ha-

sanah bagi putra-putri-nya. Karena denganilmu dan keteladananitulah perempuan akanberjihad mengantar-kan bangsa ini ke arahkebaikan (dalam ba-nyak dimensi) denganmenyiapkan generasi-generasi terbaik bang-sa melalui ”sekolah”terbaik.

Ibu sebagai ”seko-lah” pertama dan uta-ma berarti menyedia-kan ruang bagi tumbuh

kembang putra-putrinyadalam banyak aspek dan potensi. Darisejumlah potensi yang dimiliki manu-sia (anak), maka potensi iman dantakwa merupakan aspek penting yangharus menjadi perhatian maksimalseorang ibu dalam menyiapkan pen-didikannya.Pendidikan Keimanan

Keimanan dan ketakwaan merupa-kan modal yang sangat fundamentalbagi bekal keberlangsungan kehidup-

an anak kelak. Keimanan dan ketak-waan menghantarkan anak pada posisiterjaga dari hal-hal yang memungkin-kan membawa madharat bagi diri danlingkungannya. Apa pun pekerjaan danprofesi anak kelak, maka basis keiman-an dan ketakwaan sangat diperlukanuntuk menjadi kendali agar tidak ser-akah, sombong, iri dengki, dan sifat ter-cela lainnya.

Jika hari ini kita masih men-geluhkan maraknya korupsi, misalnyatentu karena kehilangan kendali untukmengekang keserakahan. Demikianpula, maraknya kejahatan, sepertibegal, pembunuhan, pemerkosaan,narkoba, dan tindak kriminal lainnya,juga karena kehilangan kendali untukmenebarkan kemaslahatan bagi diridan lingkungannya.

Maka mendidik berarti membina,menanamkan, mengarahkan, menga-jarkan, dan memberi teladan kebaikan,kebenaran, keadilan, kejujuran, tang-gung jawab, kemandirian, dan nilai-nilai kebaikan lainnya. Mendidikberarti orang tua harus menjadi gurusekaligus kurikulumnya dalam bentuktindakan dan tutur kata yang baik.

Jika kerangka pikir demikian men-jadi kerangka pikir kolektif, tidak mus-tahil harapan menjadi bangsa yangmulia melalui jalur pendidikan kiranyabukan sekadar isapan jempol. Spiritmendidik putra putri adalah spiritmembangun keimanan dan ketak-waan, yang selanjutnya dilengkapidengan penguasaan ilmu pengetahuandan teknologi.

Pendidikan keimanan ini jugasesuai dengan amanat konstitusi.Sebagaimana diketahui, amanat kon-stitusi yang tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan NasionalNo 20 Tahun 2003 secara tegas menye-butkan bahwa tujuan pendidikan ada-lah membentuk peserta didik agarmemiliki keimanan dan ketakwaan.

Keimanan dan ketakwaan yangdilengkapi dengan penguasaan ilmupengetauan dan teknologi menempat-kan manusia pada derajat ”yangdilebihkan” oleh Allah. Firman Allahsebagaimana termaktub dalam QS AlMujadilah Ayat 11 terjemahannyaberbunyi,”...Allah akan meninggikanorang-orang yang beriman di antara-mu dan orang-orang yang diberi ilmupengetahuan beberapa derajat...”

Akhirnya kemuliaan seorang ibusalah satunya diukur dari kesuksesandalam mengantarkan putra-putrinyamenjadi generasi terbaik. Seperti hal-nya kesuksesan sekolah juga diukurdari mengantarkan alumninya menjadialumni terbaik dan berprestasi.

Maka jika terbangun sinergi yangpositif antara dua ”sekolah” (ibu dansekolah formal) tidak mustahil cita-citaluhur bangsa yang berdaulat, bermarta-bat, adil, makmur dan sejahtera sertaaman dan sentosa akan terwujud. (81)

— Ira Alia Maerani, dosen Fa-kultas Hukum Universitas Islam SultanAgung (Unissula), mahasiswi Pro-gram Doktor Ilmu Hukum (PDIH) Fa-kultas Hukum Unissula

SELASA, 5 MEI 2015

Halaman Perempuan memberi ruang bagi kaum

wanita menulis berbagai masalah aktual tentang perempuan.

Kirimkan naskah (sekitar 6000 karakter) + foto diri pose santai

ke [email protected]. Sebutkan alamat,

nomor telepon, dan nomor rekening bank.

Diketik 1,5 spasi maksimal satu folio, ditandatangani dan dilengkapi fotokopi identitas diri. Isi seluruhnya tanggung jawab penulis dan tidak melayani

permintaan identitas yang dirahasiakan. Redaksi berhak melakukan editing. Kirimkan ke alamat: [email protected]

Oleh Ira Alia Maerani

“Dari perempuanlah manusia itu pertama-tama menerima belajar merasa, berpikir, dan berkata-kataDan bagaimanakah ibu-ibu Bumiputradapat mendidik anak-anaknya, kalaumereka sendiri tidak berpendidikan?”(Surat kepada Nyonya MCE Ovink-Soer,

2 November 1900, dalam Sulastrin, 1977: 76).

Terima Kasih RS Elisabeth

Menjadi ”Sekolah” Terbaik

Meneguhkan...

(Sambungan hlm 6)

Pancasila, NKRI, BhinnekaTunggal Ika, dan UUD 1945 ada-lah harga mati bagi NU demi keu-tuhan dan kejayaan bangsaIndonesia. Dalam doktrin NU,cinta tanah air adalah tanda iman(hubbul wathan minal iman). Jika

seseorang tidak mencintai tanahairnya, bahkan mengotorinyadengan nama agama, sungguh diatelah menodai agama denganpemahaman dan tindakan yangmenyimpang dari agama itusendiri.

Agama Islam yang dijunjungtinggi NU disebarkan dengannilai-nilai kasih sayang, kedama-ian, persaudaraan, kelenturan dan

ketentraman, bukan dengan sikapmenyerang, menyesatkan, men-ganiaya, dan bahkan sampaimembunuh orang lain.

NU meneladani dakwah NabiMuhammad saw. yang mengede-pankan akhlakul karimah dalamsegala hal sehingga beliau menjadiuswah hasanah (teladan yangbaik). Nabi tidak marah diludahidan dicaci maki, justru beliau suka

memaafkan kesalahan orang,mendoakannya, dan mengajakmereka bermusyawarah dalamsegala urusan. Keteladan Nabimembuat orang-orang kafirkagum sehingga mereka masukIslam dengan penuh kesadaran,bukan paksaan dan ancaman.

Sejarah Nabi harus dipahamidengan benar, sehingga tidakmenjadikan Islam sebagai agama

yang misinya merebut kekuasaandengan menghalalkan segala carayang bertentangan dengan ajaranIslam yang suci dan agung. (81)

— Jamal Ma’mur Asmani,peneliti Fiqh Sosial InstituteStaimafa Pati, Pengurus RabithahMa’ahid Islamiyyah (AsosiasiPondok Pesantren NU) JawaTengah

Perayaan May Day Tidak Ubah Nasib Buruh

Setiap tahun, May Daydiperingati sebagai PerayaanHari Buruh. Demo buruh dimana mana. Terakhir, PresidenJokowi melakukan dialogdengan 2.000 buruh di Ungaran.

Hal ini percuma saja, karenapada kenyataannya tuntutanburuh hingga kini tak kunjungdikabulkan.

Dalam sistem kapitalis, ren-dahnya gaji buruh justru menjadipenarik bagi para investor asing.Termasuk pemerintah, untukkepentingan peningkatan penda-patan pemerintah, justru memeli-hara kondisi seperti ini. Kondisiini menyebabkan pemerintah

lebih sering memihak sanginvestor dibandingkan buruhyang merupakan rakyatnyasendiri ketika terjadi krisis perbu-ruhan.

Sistem kapitalis mengalih-kan kewajiban negara kepadaperusahaan untuk memberikanjaminan kepada rakyatnya agarbisa memenuhi kebutuhanhidup.

Padahal ini merupakan

kewajiban negara, bukan kewa-jiban perusahaan atau majikan.Hubungan ketenagakerjaandalam pandangan Islam adalahhubungan kemitraan yang harus-nya saling menguntungkan.Tidak boleh satu pihak menzali-mi dan merasa dizalimi olehpihak lainnya.

Seharusnya gaji buruh diba-yarkan berdasarkan manfaattenaga yang diberikan oleh buruh

di pasar, bukan UMR/UMK.Buruh dan PNS sama, karenamendapatkan upahnya sesuaidengan ketentuan upah sepadanyang berlaku di tengah masyara-kat. Dengan begitu, akan terwu-judlah keadilan bagi seluruh rak-yat.

Ike Wahyu MujianiGenuk-UngaranKab. Semarang

Novel...(Sambungan hlm 1)

”Hal ini sangat bertentangandengan prinsip transparansi danakuntabilitas dalam setiap prosespenyidikan,” ujarnya.

Dia juga mengatakan, dalampenangkapan dan penahananNovel itu, ada perbedaan antaraperintah Presiden Joko Widododan pernyataan Kapolri JenderalBadrodin Haiti soal tidak adapenahanan dengan fakta pena-hanan Novel.

Dia berpendapat, perbedaanperintah dan pernyataan itu karenatidak ada koordinasi antaraKapolri dan Kabareskrim Komjen

Budi Waseso. Kabareskrim jugadinilai melawan perintah Kapolridan Presiden. Direktur TindakPidana Umum yang membawahipenyidik juga lebih mendengar-kan perintah Kabareskrim diban-ding Kapolri dan Presiden.

Dia menegaskan, penangkap-an dan penahanan terhadap Noveltidak sesuai prosedur, di antaranyasurat perintah kedaluwarsa, pena-hanan tanpa memenuhi syaratsubjektif, dan tidak sesuai prose-dur. Penangkapan dan penahananjuga disertai pelanggaran ketentu-an hukum.

Terkait audit penyidik, menu-rut Tim Pengacara, untuk melihatbukti kepolisian, karena tidakpidana yang disangkakan ber-

ubah-ubah sejak awal.Muji juga berharap, kasus ini

dijadikan kesempatan bagi kepoli-sian untuk melakukan pembersi-han internal dari anggota yangtelah menyimpang.

Terkait gugatan tersebut, Ka-polri Badrodin Haiti mempersi-lakannya. Terlebih, hal itu meru-pakan hak Novel sebagai tersang-ka. ”Itu hak dari tersangka jadibiarkan saja,” tandas Badrodin.

Sementara Budi Waseso me-nyatakan, pihaknya menghormatilangkah hukum yang ditempuhNovel. Meski demikian, dia tetapberkeyakinan tidak ada kesalahanatas penangkapan dan penahanantersebut.

Dia mengatakan, penang-

guhan penahanan Novel merupa-kan hasil koordinasi antaraKapolri dan Presiden. ”Tidak adamasalah karena semua untuk ke-baikan, tapi tidak menghilangkankasus itu sendiri,” ujarnya.

Dia menegaskan, prosespenyidikan terhadap Novel tetapberjalan dan tidak akan dihentikankarena proses hukum harus tuntas.”Sudah ada kesepakatan antarapimpinan Pori dan KPK,” ujarnya.

Budi Waseso juga menyatakankasus tetap diproses meskipunkeluarga korban mencabut lapo-rannya. Sebab, kasus pidana ituharus diselesaikan secara hukum.Harus Dihormati

Menanggapi pengajuan prap-eradilan oleh Novel, Plt Wakil

Ketua KPK Johan Budi mengata-kan, hal itu merupakan hak. Meskidemikian, dia menegaskan, KPKtidak akan ikut campur dalam pro-ses praperadilan. ”Soal praperadi-lan hak Novel dan harus dihor-mati,” ujar Johan.

Pihaknya mempersilakanNovel menggunakan jalur hukumtersebut. ”Kalau merasa ada yangtidak tepat dalam penangkapan,silakan diajukan dalam sidangpraperadilan,” tambahnya.

Wakil Presiden Jusuf Kalla(JK) juga mendukung langkahNovel. Menurutnya, upaya hu-kum yang ditempuh Novel sudahtepat. ”Bagus, bagus, bagus, ba-gus. Supaya jelas masalahnya,”ujar JK. (K24,K32 - 25,61)