selasa, 6 desember 2011 berburu prestasi di jalur bersih · kertas atau daun yang ber-serakan. di...

1
9 N N USANTARA USANTARA SELASA, 6 DESEMBER 2011 DENNY SUSANTO T IM penilai Adipura itu berjumlah enam orang. Sebagian besar adalah pegawai di Kementerian Ling- kungan Hidup Regional Kali- mantan. Mereka datang berterang- terang ke kantor Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, pekan lalu. Tuan rumah pun sudah mempersiapkan penyambutan. Sapaan ramah dan senyum le- bar dari pejabat dan pegawai pemerintah kabupaten menjadi suguhan bagi sang tamu. Sambutan lain juga terlihat dari rapi dan bersihnya ba- ngunan perkantoran dan taman kota. Kedua lokasi yang posisi- nya berdekatan itu memang menjadi objek titik pantau atau penilaian tim. Di perkantoran, sejumlah tempat sampah yang masih baru terlihat menghiasi halam- an depan. Tidak ada potongan kertas atau daun yang ber- serakan. Di taman kota, jalan masuk yang sebelumnya dipenuhi rerumputan liar juga sudah bersih. Sangat jelas terlihat rumput dan ilalang itu belum lama dipotong. “Baru kemarin tukang pe- motong rumput datang dan membersihkannya dengan mesin,” kata seorang pria yang mengaku biasa beristirahat di taman kota. Rombongan tim penilai Adi- pura yang dipimpin seorang pegawai dari Kementerian Lingkungan Hidup Regional Kalimantan, seperti sudah paham betul tugas mereka. Setelah berbasa-basi sebentar, mereka beranjak untuk melihat ke titik-titik pantau. Rombongan pun bertam- bah besar. Sejumlah pegawai Pemkab Tanah Bumbu ikut mengawal tim melakukan pengamatan, memeriksa serta memotret lokasi. Siang itu, paling tidak ada 30 titik pantau yang mereka da- tangi dan nilai. Mulai dari jalan, terminal, tempat pembuangan akhir, sekolah, terminal, hingga pasar,dan bangunan perkan- toran. Di setiap titik pantau, ada belasan kriteria penilaian, se- perti kebersihan, penghijauan, drainase, trotoar hingga penge- lolaan limbah. Tanah Bumbu adalah kabu- paten pemekaran. Dalam be- berapa tahun terakhir, daerah ini sangat gencar mengundang investor untuk mengeksploitasi sumber daya tambang me- reka. Setelah seharian berada di Tanah Bumbu, berkeliling dan menilai kebersihan kota, peker- jaan tim dianggap kelar. Per- jalanan serupa pun dialihkan ke daerah tetangga, Kabupaten Tanah Laut. Wilayah itu dikenal sebagai sentra pertanian dan pertam- bangan. Tanah Laut juga per- nah menyabet predikat best effort , sebuah penghargaan setingkat di bawah Adipura. Demi Adipura, Tanah Laut serius mempersiapkan diri. “Kami berharap kabupaten ini dapat meraih piala Adipura,” tutur Adriansyah, Bupati Ta- nah Laut. Pura-pura Di Kalimantan Selatan, tim penilai Adipura dibagi da- lam tiga regu. Dua kelompok menilai masing-masing enam kabupaten dan kota. Khusus untuk Kota Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan, Ke- menterian Lingkungan Hidup menerjunkan satu tim. “Kriteria penilaian Adipura dari tahun ke tahun semakin berat dan terus disempurna- kan,” tutur Pemimpin Tim Pe- nilai Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup Regional Kalimantan. Upaya peningkatan kualitas ini bukan tanpa tujuan. Banyak suara miring terhadap hasil penilaian tim pemantau. Keti- ka masyarakat menilai suatu daerah sebagai kotor, justru daerah itu terpilih menerima Anugerah Adipura. Dengan peningkatan kualitas penilaian, jurang perbeda- an antara hasil penilaian tim dan pengamatan masyarakat diharapkan tidak akan jauh berbeda. “Dalam beberapa tahun ter- akhir, banyak daerah melaku- kan pengelolaan lingkungan dan kebersihan secara instan. Sesaat menjelang penilaian Adipura, mereka bergerak, se- hingga lingkungan kotor bisa langsung disulap jadi bersih,” tutur Agus Rahman, anggota tim penilai yang juga seorang wartawan. Tidak mengherankan jika sejumlah daerah terlihat bersih hanya saat tim Adipura turun untuk menilai. Setelah, tim ber- lalu, kotor dan kesemrawutan dibiarkan tumbuh kembali. Agus menilai kondisi itu se- bagai kepura-puraan. “Padahal tujuan utama Anugerah Adipu- ra ini adalah untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi bersih dan teduh. Adipura juga identik dengan hasil kinerja maupun kepedulian pemerin- tah daerah terhadap lingkung- an,” tandasnya. Piala Adipura menjadi tujuan bagi banyak daerah. Mereka menilai, dengan memeluk piala ini, sebuah daerah dini- lai telah berhasil menciptakan kebersihan serta pengelolaan lingkungan wilayahnya. Program Adipura mulai di- laksanakan sejak 1986 hingga sekarang. Kementerian Ling- kungan membagi penilaian Adipura dalam empat kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu kategori kota metropoli- tan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil. Di Kalimantan Selatan, baru Kota Banjarbaru yang berhasil menyabet Anugerah Adipura pada 2010, untuk kategori kota sedang. Sebuah pencapaian yang belum sempat dirasakan daerah lain di provinsi itu. (N-2) denny_susanto @mediaindonesia.com Berburu Prestasi di Jalur Bersih Banyak pemimpin daerah yang menjadikan Adipura sebagai tujuan sehingga pengelo- laan lingkungan digeber secara instan. ASAL USUL KUNINGAN ialah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikenal kaya dengan seni dan budaya. Warga juga sering menggelar upacara adat. Salah satu upacara adat yang banyak menampilkan kesenian khas daerah itu ialah Seren Taun, yang digelar satu ta- hun sekali oleh masyarakat di Kecamatan Cigugur, pada bulan rayagung (bulan kenaik- an haji). Salah satunya ialah Tari Buyung, yang dibawakan para mojang se- bagai pembuka Seren Taun. Buyung adalah alat untuk mengambil air, yang terbuat dari tanah liat atau logam. Dulu, alat itu digunakan perempuan desa untuk mengambil air di kolam, mata air, sungai, dan danau. Tari Buyung hasil kreasi se- orang seniman perempuan, Emalia Djatikusumah, pada sekitar 1970-an. Perempuan asli Tasikmalaya itu istri Pangeran Djatikusumah, sesepuh adat di Cigugur. Konon, ilham untuk men- ciptakan tari itu datang ketika ia mengamati kebiasaan para gadis di Cigugur. Mereka biasa mengambil air dengan buyung secara beramai-ramai di pan- curan, sumber air yang ada di wilayah itu. Kebiasaan itu sudah lama berakar dan menyatu dengan perilaku masyarakat yang suka tolong-menolong, dan gotong royong tanpa memandang la- tar belakang status sosial dan kepercayaan. Tari buyung tidak mudah dilenggangkan. Penari harus membawa buyung di kepala- nya sambil terus menggoyang- kan tangan, kaki, dan tubuhnya. Tari itu juga menjadi unik dan istimewa karena kemampuan para mojang untuk menari di atas kendi, sambil menjunjung buyung di kepala. Bagi Emalia, tari itu ber- makna keseimbangan. Manu- sia hidup perlu keseimbangan sehingga dia bisa bertanggung jawab terhadap kehidupan itu sendiri. Gerakan Tari Buyung se- lalu identik dengan ngojay (renang), nyeuseuh (mencuci), dan keramas. Pergelaran Tari Buyung juga dibawakan dalam beberapa formasi, di antaranya Jala Sutra, Nyakra Bumi, Bale Bandung, Medang Kamulan, dan Nugu Telu. Makna yang tersirat ialah petani Sunda adalah ma- syarakat yang religius. Tuhan diyakini sebagai sebab akibat dari semua kehidupan. Manusia adalah ciptaan Tuhan dan mahluk penghuni bumi yang paling sempurna. Dulu, murid Emalia hanya lima orang. Namun, seiring dengan waktu, gadis yang berminat belajar terus mening- kat, bahkan pernah mencapai sekitar 100 orang. Mereka tidak hanya berasal dari Cigugur. Ada juga mojang dari Garut, Tasikmalaya, dan Bandung. Upacara adat Seren Taun sen- diri seringkali juga mendapat banyak perhatian dari warga di luar Jawa Barat. (Berbagai sumber/N-2) Tari Buyung BERSIH-BERSIH UNTUK ADIPURA: Taman dan sungai kecil di daerah Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, terlihat sangat bersih, dan anak-anak sekolah juga dikerahkan untuk membersihkan lingkungan sekolah mereka, pekan lalu. Hal itu terkait dengan kedatangan tim penilai untuk penghargaan Adipura. FOTO-FOTO: MI/DENNY SUSANTO ANTARA

Upload: hathuy

Post on 18-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SELASA, 6 DESEMBER 2011 Berburu Prestasi di Jalur Bersih · kertas atau daun yang ber-serakan. Di taman kota, jalan masuk yang sebelumnya dipenuhi rerumputan liar juga sudah bersih

9NNUSANTARAUSANTARASELASA, 6 DESEMBER 2011

DENNY SUSANTO

TIM penilai Adipura itu berjumlah enam orang. Sebagian besar adalah

pegawai di Kementerian Ling-kungan Hidup Regional Kali-mantan.

Mereka datang berterang-terang ke kantor Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, pekan lalu. Tuan rumah pun sudah mempersiapkan penyambutan. Sapaan ramah dan senyum le-bar dari pejabat dan pegawai pemerintah kabupaten menjadi suguhan bagi sang tamu.

Sambutan lain juga terlihat dari rapi dan bersihnya ba-ngunan perkantoran dan taman kota. Kedua lokasi yang posisi-nya berdekatan itu memang menjadi objek titik pantau atau penilaian tim.

Di perkantoran, sejumlah tempat sampah yang masih baru terlihat menghiasi hala m-an depan. Tidak ada potong an kertas atau daun yang ber-serakan.

Di taman kota, jalan masuk yang sebelumnya dipenuhi rerumputan liar juga sudah bersih. Sangat jelas terlihat rumput dan ilalang itu belum lama dipotong.

“Baru kemarin tukang pe-motong rumput datang dan membersihkannya dengan mesin,” kata seorang pria yang mengaku biasa beristirahat di taman kota.

Rombongan tim penilai Adi-pura yang dipimpin seorang pegawai dari Kementerian Lingkungan Hidup Regional Kalimantan, seperti sudah paham betul tugas mereka. Setelah berbasa-basi sebentar, mereka beranjak untuk melihat ke titik-titik pantau.

Rombongan pun bertam-bah besar. Sejumlah pegawai Pemkab Tanah Bumbu ikut mengawal tim melakukan pengamatan, memeriksa serta memotret lokasi.

Siang itu, paling tidak ada 30

titik pantau yang mereka da-tangi dan nilai. Mulai dari jalan, terminal, tempat pembuangan akhir, sekolah, terminal, hingga pasar,dan bangunan perkan-toran.

Di setiap titik pantau, ada belasan kriteria penilaian, se-perti kebersihan, penghijauan, drainase, trotoar hingga penge-lolaan limbah.

Tanah Bumbu adalah kabu-paten pemekaran. Dalam be-berapa tahun terakhir, daerah ini sangat gencar mengundang investor untuk mengeksploitasi sumber daya tambang me-reka.

Setelah seharian berada di Tanah Bumbu, berkeliling dan menilai kebersihan kota, peker-jaan tim dianggap kelar. Per-jalanan serupa pun dialihkan ke daerah tetangga, Kabupaten Tanah Laut.

Wilayah itu dikenal sebagai sentra pertanian dan pertam-bangan. Tanah Laut juga per-nah menyabet predikat best effort, sebuah penghargaan setingkat di bawah Adipura.

Demi Adipura, Tanah Laut serius mempersiapkan diri. “Kami berharap kabupaten ini dapat meraih piala Adipura,” tutur Adriansyah, Bupati Ta-nah Laut.

Pura-puraDi Kalimantan Selatan, tim

penilai Adipura dibagi da-lam tiga regu. Dua kelompok menilai masing-masing enam kabupaten dan kota. Khusus untuk Kota Banjarmasin, ibu kota Kalimantan Selatan, Ke-menterian Lingkungan Hidup menerjunkan satu tim.

“Kriteria penilaian Adipura dari tahun ke tahun semakin berat dan terus disempurna-kan,” tutur Pemimpin Tim Pe-nilai Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup Regional Kalimantan.

Upaya peningkatan kualitas ini bukan tanpa tujuan. Banyak suara miring terhadap hasil penilaian tim pemantau. Keti-

ka masyarakat menilai suatu daerah sebagai kotor, justru daerah itu terpilih menerima Anugerah Adipura.

Dengan peningkatan kualitas penilaian, jurang perbeda-an antara hasil penilaian tim dan pengamatan masyarakat diharapkan tidak akan jauh berbeda.

“Dalam beberapa tahun ter-akhir, banyak daerah melaku-kan pengelolaan lingkungan dan kebersihan secara instan. Sesaat menjelang penilaian Adipura, mereka bergerak, se-hingga lingkungan kotor bisa langsung disulap jadi bersih,” tutur Agus Rahman, anggota tim penilai yang juga seorang wartawan.

Tidak mengherankan jika sejumlah daerah terlihat bersih hanya saat tim Adipura turun untuk menilai. Setelah, tim ber-lalu, kotor dan kesemrawutan dibiarkan tumbuh kembali.

Agus menilai kondisi itu se-bagai kepura-puraan. “Padahal tujuan utama Anugerah Adipu-ra ini adalah untuk mendorong kota-kota di Indonesia menjadi bersih dan teduh. Adipura juga identik dengan hasil kinerja maupun kepedulian pemerin-tah daerah terhadap lingkung-an,” tandasnya.

Piala Adipura menjadi tujuan bagi banyak daerah. Mereka menilai, dengan memeluk piala ini, sebuah daerah dini-lai telah berhasil menciptakan kebersihan serta pengelolaan lingkungan wilayahnya.

Program Adipura mulai di-laksanakan sejak 1986 hingga sekarang. Kementerian Ling-kungan membagi penilaian Adipura dalam empat kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu kategori kota metropoli-tan, kota besar, kota sedang, dan kota kecil.

Di Kalimantan Selatan, baru Kota Banjarbaru yang berhasil menyabet Anugerah Adipura pada 2010, untuk kategori kota sedang. Sebuah pencapaian yang belum sempat dirasakan daerah lain di provinsi itu. (N-2)

[email protected]

Berburu Prestasi di Jalur BersihBanyak pemimpin daerah yang menjadikan Adipura sebagai tujuan sehingga pengelo-laan lingkungan digeber secara instan.

ASAL USUL

KUNINGAN ialah salah satu kabupaten di Jawa Barat yang dikenal kaya dengan seni dan budaya. Warga juga sering menggelar upacara adat.

Salah satu upacara adat yang banyak menampilkan kesenian khas daerah itu ialah Seren Taun, yang digelar satu ta-hun sekali oleh masyarakat di Kecamatan Cigugur, pada bulan rayagung (bulan kenaik-an haji).

Salah satunya ialah Tari Buyung, yang dibawakan para mojang se-bagai pembuka Seren Taun.

Buyung adalah alat untuk mengambil air, yang terbuat dari tanah liat atau logam. Dulu, alat itu digunakan perempuan desa untuk mengambil air di kolam, mata air, sungai, dan danau.

Tari Buyung hasil kreasi se-orang seniman perempuan, Emalia Djatikusumah, pada sekitar 1970-an. Perempuan asli Tasikmalaya itu istri Pangeran Djatikusumah, sesepuh adat di Cigugur.

Konon, ilham untuk men-ciptakan tari itu datang ketika ia mengamati kebiasaan para gadis di Cigugur. Mereka biasa mengambil air dengan buyung secara beramai-ramai di pan-curan, sumber air yang ada di wilayah itu.

Kebiasaan itu sudah lama berakar dan menyatu dengan perilaku masyarakat yang suka tolong-menolong, dan gotong royong tanpa memandang la-tar belakang status sosial dan kepercayaan.

Tari buyung tidak mudah

dilenggangkan. Penari harus membawa buyung di kepala-nya sambil terus menggoyang-kan tangan, kaki, dan tubuhnya. Tari itu juga menjadi unik dan istimewa karena kemampuan para mojang untuk menari di atas kendi, sambil menjunjung buyung di kepala.

Bagi Emalia, tari itu ber-makna keseimbangan. Manu-sia hidup perlu keseimbangan sehingga dia bisa bertanggung jawab terhadap kehidupan itu sendiri.

Gerakan Tari Buyung se-lalu identik dengan ngojay (renang), nyeuseuh (mencuci), dan keramas. Pergelaran Tari Buyung juga dibawakan dalam beberapa formasi, di antaranya Jala Sutra, Nyakra Bumi, Bale Bandung, Medang Kamulan, dan

Nugu Telu. Makna yang tersirat ialah petani Sunda adalah ma-syarakat yang religius.

Tuhan diyakini sebagai sebab akibat dari semua kehidupan. Manusia adalah ciptaan Tuhan dan mahluk penghuni bumi yang paling sempurna.

Dulu, murid Emalia hanya lima orang. Namun, seiring dengan waktu, gadis yang berminat belajar terus mening-kat, bahkan pernah mencapai sekitar 100 orang.

Mereka tidak hanya berasal dari Cigugur. Ada juga mojang dari Garut, Tasikmalaya, dan Bandung.

Upacara adat Seren Taun sen-diri seringkali juga mendapat banyak perhatian dari warga di luar Jawa Barat. (Berbagai sumber/N-2)

Tari Buyung

BERSIH-BERSIH UNTUK ADIPURA: Taman dan sungai kecil di daerah Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan, terlihat sangat bersih, dan anak-anak sekolah juga dikerahkan untuk membersihkan lingkungan sekolah mereka, pekan lalu. Hal itu terkait dengan kedatangan tim penilai untuk penghargaan Adipura.

FOTO-FOTO: MI/DENNY SUSANTO

ANTARA