seks dan supremasi kristus - momentum.or.id · jika gereja masa kini benar‐benar menganggap...

17
Seks dan Supremasi Kristus Penerbit Momentum 2008 John Piper | Justin Taylor Copyright © momentum.or.id

Upload: truongtuyen

Post on 28-Mar-2019

295 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus

Penerbit Momentum 2008

John Piper | Justin Taylor

Copyright © momentum.or.id

Page 2: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Daftar Isi

Kontributor   Pendahuluan  1   JUSTIN TAYLOR 

Bagian 1 : Allah dan Seks 1 Seks dan Supremasi Kristus: Bagian Satu  17 

   JOHN PIPER 

2  Seks dan Supremasi Kristus: Bagian Dua  29    JOHN PIPER 

3 Kebaikan Seks dan Kemuliaan Allah  41    BEN PATTERSON 

Bagian 2 : Dosa dan Seks 4 Jadikan Segalanya Baru: Memulihkan Sukacita Sejati bagi 

Mereka yang Hancur Secara Seksual  61    DAVID POWLISON 

5 Pernikahan Homoseksual sebagai Tantangan bagi Gereja:   Refleksi‐refleksi Alkitabiah dan Kultural  119 

   R. ALBERT MOHLER, JR. 

Bagian 3 : Pria dan Seks 6 Seks dan Pria Lajang  149 

  MARK DEVER, MICHAEL LAWRENCE, MATT  SCHMUCKER, DAN 

SCOTT CROFT 

7 Seks, Kemesraan, dan Kemuliaan Allah: Apa yang Perlu Diketahui Setiap Suami Kristen  173 

   C. J. MAHANEY 

Copyright © momentum.or.id

Page 3: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus viii

Bagian 4 : Wanita dan Seks 8 Seks dan Wanita Lajang  211 

CAROLYN MCCULLEY 

9 Seks, Kemesraan, dan Kemuliaan Allah:  Apa yang Perlu Diketahui Setiap Istri Kristen  235 

  CAROLYN MAHANEY 

Bagian 5 : Sejarah dan Seks 10 Reformasi Pernikahan oleh Martin Luther  249   JUSTIN TAYLOR 

11 Hedonis Kristen atau Orang Sopan yang Religius?  Pemikiran Kaum Puritan tentang Seks  287 

  MARK DEVER 

Bacaan‐bacaan Pendalaman yang Disarankan  319 

DesiringGod  321 

   

 

 

 

 

 

 

 

 

Copyright © momentum.or.id

Page 4: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

PENDAHULUAN

Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!

- ROMA 11:36

Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.

- 1 KORINTUS 10:31

JU ST I N TA Y L O R

edua ayat  ini  termasuk ayat‐ayat Alkitab yang paling sering di‐kutip oleh para penginjil. Namun, mengutip bagian Alkitab ber‐

beda  dengan  membentuk  suatu  wawasan  dunia  dengan  bagian‐bagian tersebut. Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa “segala  sesuatu,”  tidakkah  kita  akan menyaksikan munculnya  arus khotbah‐khotbah  dan  buku‐buku  yang  provokatif  yang  mengalir mantap tentang tema “Bagaimana Memiliki Hubungan Seksual yang Memuliakan  Allah”?  Sebaliknya,  pemikiran  untuk  menyampaikan suatu khotbah seperti  itu saja mungkin sudah menimbulkan dehem‐dehem karena gugup atau rasa malu yang menyebabkan wajah men‐jadi merah. 

K

Munculnya buku ini dan upayanya untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dari Konferensi Nasional Desiring God  (2004), yang berjudul “Seks dan Supremasi Kristus.” Kami  ingin mendekati  topik ini dengan  terus  terang dan  rasa hormat, dengan  supremasi Kristus sebagai  dasar  kami  dan  sekaligus  tujuan  kami.  Apakah  hubungan antara  seks  dan  supremasi Kristus,  dan  apakah  implikasi‐implikasi dari hubungan tersebut bagi kehidupan kita sehari‐hari? 

Apa yang Alkitab Katakan mengenai Seks  Andaikan Anda  ingin mengetahui apa yang Alkitab ajarkan menge‐nai  seks,  bagaimanakah Anda  akan mencarinya?  Sebuah  pencarian kata dari istilah sex dalam Alkitab Bahasa Inggris menunjukkan bah‐wa istilah tersebut hampir selalu dipakai di dalam konteks  imoralitas 

Copyright © momentum.or.id

Page 5: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus 2

seksual (Yun.: porneia – yang darinya kita memperoleh istilah “porno‐grafi”). Maka Anda mungkin menyimpulkan bahwa Alkitab tidak ba‐nyak mengajar kita tentang seks, dan bahwa ketika Alkitab membica‐rakan  tentang  seksualitas,  itu  dilakukan  hanya  dalam  bentuk  yang negatif, bersifat melarang, dan terlalu sopan. 

Tetapi  ini merupakan  kesimpulan  yang  agak  dangkal.  Alkitab berbicara banyak tentang seks, sebab Alkitab berbicara banyak tentang segala sesuatu. Maka, daripada hanya mencari  istilah seks di dalam Alkitab, strategi yang  lebih produktif adalah mencari di dalam Alkitab  frasa segala sesuatu, sebab seks jelas merupakan salah satu bagian dari segala sesuatu.  Berikut  ini  adalah  contoh  dari  pencarian  seperti  ini,  yang tersingkap dalam Firman Allah yang berkuasa: 

• Seks diciptakan oleh Allah (“Di dalam Dialah telah dicipta‐kan segala sesuatu” – Kol. 1:16). 

• Seks terus ada oleh kehendak Kristus (“segala sesuatu ada di dalam Dia” – Kol. 1:17). 

• Seks disebabkan oleh Allah (“segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendak‐Nya” – Ef. 1:11). 

• Seks  tunduk  kepada Kristus  (“Segala  sesuatu  telah  diletak‐kan‐Nya di bawah kaki Kristus” – Ef. 1:22) 

• Kristus  memperbarui  seks  (“Lihatlah,  Aku  menjadikan segala sesuatu baru!” – Why. 21:5). 

• Seks baik  (“semua yang diciptakan Allah  itu baik”  –  1Tim. 4:4). 

• Seks sah dalam konteks perkawinan  (“Segala  sesuatu diper‐bolehkan” – 1Kor. 10:23). 

• Ketika kita melakukan hubungan  seks, kita harus melaku‐kannya  untuk  kemuliaan  Allah  (“jika  engkau  melakukan sesuatu yang  lain,  lakukanlah semuanya  itu untuk kemuliaan Allah” – 1Kor. 10:31). 

• Seks dipakai oleh Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi anak‐anak Allah  (“Allah  turut bekerja dalam  segala  sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan renca‐na Allah” – Rm. 8:28). 

Copyright © momentum.or.id

Page 6: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Pendahuluan                                                         3

• Kita  harus  bersyukur  kepada Allah  atas  seks  (“Suatu  pun tidak ada yang haram, jika diterima dengan ucapan syukur” – 1Tim. 4:4). 

• Seks harus dikuduskan oleh Firman Allah dan doa (semua … dikuduskan oleh firman Allah dan oleh doa” – 1Tim. 4:4‐5). 

• Kita  harus  berjaga‐jaga  agar  tidak  diperbudak  oleh  seks (“Aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun” – 1Kor. 6:12). 

• Kita tidak boleh bersungut‐sungut tentang seks (“Lakukan‐lah  segala  sesuatu  dengan  tidak  bersungut‐sungut”  –  Flp. 2:14). 

• Kita harus bersukacita di dalam Tuhan  selama melakukan hubungan seks (“Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan!” – Flp. 4:4). 

• Kita  harus  puas  di  dalam  seks  (“Supaya  kamu  senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu” – 2Kor. 9:8). 

• Kita  harus melakukan  dan menginginkan  hubungan  seks dalam pengudusan dan penghormatan: “supaya kamu ma‐sing‐masing mengambil seorang perempuan menjadi  isteri‐mu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghor‐matan” – 1Tes. 4:4). 

• Pasangan  hidup  tidak  boleh  “saling menjauhi  [secara  sek‐sual], kecuali dengan persetujuan bersama untuk sementara waktu,”  supaya mereka  bisa mengabdikan  diri  pada  doa (1Kor. 7:5). 

• Namun  kemudian  mereka  diperintahkan  untuk  “kembali hidup  bersama‐sama  [secara  seksual],  supaya  Iblis  jangan menggodai [mereka] karena [mereka] tidak tahan bertarak” (1Kor. 7:5). 

• Dalam zaman yang bobrok  ini, seks  itu suci dan  tidak suci (“Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi  orang  tidak  beriman  suatu  pun  tidak  ada  yang  suci, karena  baik  akal maupun  suara  hati mereka  najis”  –  Tit. 1:15). 

Betapa semua ayat Alkitab  ini bisa menjadi rangkaian khotbah yang hebat! Suatu studi yang saksama  terhadap ayat‐ayat  ini, dalam kon‐teks keseluruhan keputusan kehendak Allah, akan menunjukkan bah‐wa seks tidak bisa dipahami dengan tepat atau dipraktikkan dengan 

Copyright © momentum.or.id

Page 7: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus 4

sepatutnya  tanpa melihat  bagaimana  seks  berkaitan  dengan  Allah. Merupakan harapan dan doa kami agar bab‐bab yang terkumpul da‐lam buku  ini menolong Anda mengorientasikan  seluruh hidup dan wawasan  dunia Anda  –  termasuk  kehidupan  seks Anda  dan  pan‐dangan Anda tentang seksualitas – kepada kemuliaan Allah di dalam Kristus. 

Rasa Malu dalam Gereja  Salah satu hal yang merintangi pembahasan tentang seksualitas yang terus terang dan membangun adalah rasa malu. Rasa malu bisa sehat, dan rasa malu bisa berdosa. Pada umumnya, budaya kita benar‐benar ingin menghapus kesusilaan dan rasa malu yang tersisa dalam segala sesuatu  yang  berhubungan dengan  seks.  Sebagai  reaksi yang  berle‐bihan, gereja  sering  terlalu malu‐malu untuk memulai pembicaraan tentang topik tersebut, sebab takut melanggar perintah Paulus bahwa “menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat‐tem‐pat yang  tersembunyi  telah memalukan”  (Ef. 5:12). Tetapi rasa malu yang sepatutnya  ini bisa dengan mudah berubah menjadi rasa malu yang  tidak sepatutnya, dan sikap enggan untuk menerapkan keselu‐ruhan keputusan kehendak Allah pada suatu persoalan yang sangat penting  ini merupakan  suatu keengganan yang  tidak  sehat. Namun begitu, sikap seperti ini bukanlah pilihan bagi tubuh Kristus, sebagai‐mana yang telah diperingatkan oleh Al Mohler kepada kita:  

Umat Kristen tidak berhak untuk merasa malu ketika harus membicara‐kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan atau rasa malu yang tak sehat dalam menghadapi isu‐isu ini merupakan bentuk ketidakhormatan terhadap ciptaan Allah. Apa pun yang  telah Allah  jadikan  itu baik, dan segala  sesuatu  yang  baik  yang  telah Allah  jadikan  itu memiliki  tujuan ultimat untuk mengungkapkan kemuliaan‐Nya. Ketika orang‐orang Kris‐ten konservatif menanggapi seks dengan ambivalensi atau rasa malu, kita memfitnah kebaikan Allah dan menyembunyikan kemuliaan Allah yang dimaksudkan untuk dinyatakan di dalam penggunaan  karunia‐karunia ciptaan dengan benar.1  

1  R.  Albert  Mohler,  Jr.,  “The  Seduction  of  Pornography  and  the  Integrity  of  Christian 

Marriage,” ceramah yang disampaikan kepada para pria di Boyce College (13 Maret 2004), tersedia di situs www.sbts.edu/docs/Mohler/EyeCovenant.pdf  (diakses 14  Januari 2005). Ceramah  ini mut‐lak harus dibaca oleh semua pria. 

Copyright © momentum.or.id

Page 8: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Pendahuluan                                                         5

Seks di Dunia Pada  tahun  1950‐an,  terjadi persetujuan yang  luas  terhadap  tatanan moral yang berada di luar diri kita, yang menguasai dan membentuk wacana dan  etika  kita.  Pemahaman  yang dimiliki  bersama  tersebut runtuh pada  tahun 1960‐an dengan bangkitnya  revolusi seksual. Se‐bagai ganti dari tatanan lama, muncullah sebuah etika baru. Sebagian orang mengatakan bahwa apa yang sebenarnya kita miliki adalah re‐lativisme  yang  merajalela  dan  nihilisme  narsisis.  Namun  analisis seperti  ini cenderung meleset. Etika baru – yang adakalanya disebut “etika  autentisitas”2  –  “bersikeras  bahwa  suara  batin  memiliki otoritas  moral  dan  seharusnya  diikuti  tanpa  keraguan.”3  Dinesh D’Souza  menyebutnya  sebagai  “diri  sebagai  raja.”4  Bagi  para penyembah  dan  pengikut  Diri  sebagai  Raja,  rujukan  kepada “moralitas yang objektif”  tidak mungkin bisa memberikan pengaruh yang signifikan. Frederica Mathewes‐Green menulis: 

Para murid  ini memiliki  suatu moralitas  yang  objektif.  Sangat  berbeda dengan apa yang kita miliki. Mereka yakin bahwa secara objektif meru‐pakan kesalahan jika merendahkan orang dengan cara yang tak berpera‐saan. Merupakan kesalahan jika melakukan hubungan seks dengan sese‐orang  yang  tidak  bersedia. Merupakan  kesalahan  jika melanggar  satu dari seratus petunjuk etiket tentang siapa yang boleh tidur dengan siapa dalam keadaan apa. Ada banyak moralitas yang objektif di pihak mereka, dan mereka  pikir  itu  lebih  baik  daripada  apa  yang  kita miliki.  Sejauh yang  bisa  kita  lihat, moralitas  yang mereka miliki  berhasil  diterapkan dan moralitas yang kita miliki tampak sulit diterapkan. Mengapa mereka harus menukarnya? Sanggahan  ini kedengarannya  tidak  lebih dari “ka‐rena aku mengatakan begitu.”5

“Karena aku mengatakan begitu” tidak terlalu membujuk anak‐anak yang berusia lima tahun yang sedang merajuk, dan “karena aku me‐ngatakan begitu”  tidak  terlalu efektif untuk para mahasiswa berusia dua puluh lima tahunan yang melakukan hubungan seks bebas. 

2 Lihat karya Charles Taylor, The Ethics of Authenticity (Cambridge, Mass.: Harvard University 

Press, 1991). 3  Dinesh  D’Souza,  “The  Imperial  Self,”  tersedia  di  situs  http://www.tothesouce.org/ 

12_1_2004/12_1_2004.htm  (diakses 26  Januari 2005). Saya bersandar pada analisis D’Souza di  sini untuk bagian ini. 

4 Ibid. 5 Frederica Mathewes‐Green, “What to Say at a Naked Party,” Christianity Today, Februari 2005, 

tersedia di situs http://www.christianitytoday.com/ct/2005/002/14.48.html (diakses 21 Januari 2005). 

Copyright © momentum.or.id

Page 9: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus 6

Konsep  “karena  aku mengatakan begitu” perlu diganti dengan wawasan dunia yang berdasarkan pada preposisi bahwa Allah menga‐takan  begitu.  Panggilan  kita  bukanlah  semata‐mata  untuk  membeo ucapan‐ucapan  tersebut, melainkan memaparkan  theologi yang alki‐tabiah  yang  memperhatikan  dengan  serius  perintah‐perintah  yang penuh  anugerah  dan  larangan  yang  penuh  anugerah  dari  Pencipta kita  yang  kudus  dan  pengasiih.6 Ketika  kita menantang  gereja  dan budaya, kita harus berjuang untuk menjalani gambaran Paulus  ten‐tang  kehidupan Kristen  sebagai  “orang  berdukacita,  namun  senan‐tiasa  bersukacita”  (2Kor.  6:10). Kita  harus  belajar  berbicara  dengan terus  terang namun bijaksana;  secara  kenabian namun  juga dengan kejelasan makna; dengan berani namun  juga dengan  jiwa yang han‐cur. Singkat kata, kita harus belajar untuk menjadi diri kita apa ada‐nya:  tubuh Kristus yang  telah ditebus – orang berdosa yang sedang dikuduskan yang mencerminkan baik keteguhan maupun kelemah‐lembutan kemurahan Tuhan dan Juruselamat kita. 

Seks Adalah Penunjuk Arah, Bukan Pengganti Allah Bruce Marshall, dalam novelnya The World, the Flesh, and Father Smith, menulis  sebuah  kalimat  yang  sangat provokatif:  “Anak muda  yang membunyikan bel di rumah bordil secara tidak sadar sedang mencari Allah.”7 Apa yang dilihat Marshall – dan apa yang jarang diucapkan orang – adalah bahwa ada suatu kaitan yang mendalam antara Allah dan seks. Peter Kreeft melihatnya. Sesudah berargumen bahwa “seks adalah agama yang efektif dari budaya kita,” dia menjelaskan: 

Seks itu seperti agama bukan hanya karena seks itu secara objektif kudus pada  dirinya  sendiri,  tetapi  juga  karena  seks  secara  subjektif memberi kita suatu cicipan awal akan sorga, akan keterlupaan atas diri, akan pem‐berian diri yang melampaui diri, dan untuk  itulah hati kita yang  terda‐lam dirancang, merindukan dan tak akan terpuaskan sampai mendapat‐

6 Mereka yang mencari bahan untuk mendukung tugas ini akan sangat terbantu oleh dua buku 

terkenal  yang  diterbitkan  baru‐baru  ini  oleh  Crossway  Books: Daniel  R. Heimbach,  True  Sexual Morality:  Recovering  Biblical  Standards  for  a  Culture  in  Crisis  (Wheaton,  Ill.:  Crossway,  2004);  dan Andreas J. Köstenberger bersama David W. Jones, God, Marriage, and Family: Rebuilding the Biblical Foundation  (Wheaton,  Ill.: Crossway,  2004). Untuk mempelajari  lebih  luas pengajaran hakiki dari Kitab Kejadian, lihatlah karya O. Palmer Robertson, The Genesis of Sex: Sexual Relationships in the First Book of the Bible (Phillipsburg, N.J.: Presbyterian & Reformed, 2002). 

7 Bruce Marshall, The World, the Flesh, and Father Smith (Boston: Houghton Mifflin, 1945), 108. 

Copyright © momentum.or.id

Page 10: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Pendahuluan                                                         7

kannya sebab kita dijadikan menurut gambar Allah sendiri dan pemberi‐an diri ini merupakan kehidupan di dalam Trinitas.8

Seks  dirancang  untuk  menjadi  penunjuk  arah,  bukan  pengganti Allah. Hati manusia,  sebagaimana  diperhatikan  oleh  Pascal,  adalah suatu  kekosongan  yang  dibentuk Allah,  yang  hanya  bisa  diisi  oleh Allah sendiri: 

Dalam diri manusia pernah ada satu kebahagiaan sejati yang kini hanya tersisa tandanya dan kekosongan belaka, yang dengan sia‐sia dia coba isi dengan  segala  sesuatu di  sekelilingnya, yang mencari dari hal‐hal yang tak ada pertolongan yang  tidak didapatkannya dalam hal‐hal yang ada. Namun semua  ini  tidak cukup, sebab  jurang yang dalam dan  tidak  ter‐batas ini hanya bisa diisi oleh suatu objek yang tak terbatas dan tidak ber‐ubah, yang berarti hanya oleh Allah sendiri.9

Dengan dasar pertimbangan  inilah kita bisa mempelajari hubungan antara seks dan supremasi Kristus. 

Sekilas Pandang tentang Seks dan Supremasi Kristus  Dalam dua bab pembukaan, John Piper menjabarkan hubungan antara Allah dan seks ini dengan mengajukan dua poin yang sederhana na‐mun  kuat.  Secara  positif,  dia  berargumen  bahwa  seksualitas  diran‐cang  oleh Allah  sebagai  satu  jalan untuk mengenal Allah di dalam Kristus  secara  lebih  penuh;  dan  bahwa  mengenal  Allah  di  dalam Kristus  secara  lebih  penuh  dirancang  sebagai  jalan  untuk menjaga dan memandu  seksualitas kita. Atau  jika dinyatakan  secara negatif: semua  penyalahgunaan  seksualitas  kita merusak  pengenalan  sejati terhadap Kristus; dan  semua  penyalahgunaan  seksualitas  kita  dise‐babkan oleh tidak adanya pengenalan sejati akan Kristus. Dalam bab 2 – bagian kedua dari penjabaran Piper – dia mengembangkan poin kedua  ini, dengan menolong kita melihat dan merasakan supremasi Kristus di dalam dan  di  atas  segala  sesuatu. Rintangan  utama dari mengenal  supremasi Kristus adalah murka Allah yang adil dan ku‐dus terhadap kita, ciptaan‐ciptaan‐Nya yang berdosa dan memberon‐tak. Dan solusinya adalah kebenaran Kristus yang menyerap murka tersebut dan membukakan bagi kita pintu menuju hidup yang kekal. 

8 Peter Kreeft, How to Win the Culture War: A Christian Battle Plan for a Society in Crisis (Downers 

Grove, Ill.: InterVarsity Press, 2002), 95. 9 Blaise Pascal, Pascal’s Pensées, terj. W. F. Trotter (New York: E. P. Dutton, 1958), 113. 

Copyright © momentum.or.id

Page 11: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus 8

Maka  Piper  menyimpulkan  dengan  mengajukan  dan  menjawab pertanyaan  tentang  bagaimana  pengetahuan  tentang  supremasi Kristus – yang dibukakan oleh  Injil bagi kita – bisa memandu, men‐jaga, dan memerintah kehidupan seksual kita, menjadikan seksualitas kita kudus, memuaskan, dan meninggikan Kristus. 

Dalam  babnya  yang  berjudul  “Kebaikan  Seks  dan  Kemuliaan Allah,” Ben Patterson mengatakan bahwa gambaran C. S. Lewis  ten‐tang  kesenangan  duniawi  dalam  The  Screwtape  Letters  –  “suatu  ke‐inginan  yang  semakin  meningkat  akan  kesenangan  yang  semakin berkurang”  –  persis  seperti  apa  yang  sedang  terjadi  dalam  budaya kita. Namun,  agenda  Allah  untuk  seks  dan  kesenangan,  Patterson berargumen,  adalah berbeda. Seks  itu baik karena Allah yang men‐ciptakan seks  itu adalah Allah yang baik. Dan Allah sangat dimulia‐kan  ketika  kita  menerima  karunia‐Nya  dengan  rasa  syukur  dan menikmatinya  sesuai  dengan  cara  yang  dimaksudkan‐Nya.  Untuk menunjukkan  kebenaran  ini,  Patterson  membawa  kita  menjelajah Alkitab, dengan menunjukkan pentingnya perkawinan – pada awal, pada akhir, dan di sepanjang Alkitab. Secara khusus, dia mengagumi gambaran dari Kidung Agung, dan  visi  kitab  tersebut  tentang  seks yang seutuhnya dan begitu erotis, yang dilakukan dengan cara dan di dalam  konteks  yang  Allah maksudkan,  yang  sama  sekali  bertolak belakang dengan seks murahan yang beracun yang dilakukan menu‐rut anjuran dunia. Dalam paruh kedua babnya, Patterson memeriksa dasar‐dasar  theologis untuk merayakan  seks di dalam kovenan per‐nikahan.  Allah  bukan  hanya  menciptakan  segala  sesuatunya  baik, dari ketiadaan,  tetapi Dia mengutus Anak‐Nya yang  tunggal untuk menjadi manusia, yang menunjukkan bahwa  jasmani merupakan sa‐rana yang sesuai untuk bersekutu dengan Allah. Dan Allah memper‐lihatkan kebaikan  ini dengan menciptakan kita sebagai  laki‐laki dan perempuan, sebagai makhluk‐makhluk seksual yang dijadikan untuk bersekutu bersama, dan yang menemukan makna diri kita  saat kita menyerahkan diri. Patterson menutup  babnya dengan mempersem‐bahkan sebuah contoh yang menyentuh dari kehidupannya sendiri di mana dia mengalami  kembali  lagi  rasa  syukur dan  sukacita  karena telah dikaruniai seorang istri oleh Allah yang baik dan penuh rahmat. 

Dalam Bagian Dua, kita beralih kepada persoalan‐persoalan se‐putar dosa seksual dan kehancuran seksual. David Powlison berargu‐men bahwa kita semua terlibat dalam suatu peperangan, dan bahwa 

Copyright © momentum.or.id

Page 12: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Pendahuluan                                                         9

peperangan itu lebih panjang, lebih besar, lebih dalam, dan lebih ter‐selubung daripada yang disadari kebanyakan orang. Kita harus mem‐perluas pandangan kita  tentang peperangan  itu, memandangnya se‐bagai peperangan seumur hidup. Kita harus memperluas pandangan kita tentang peperangan tersebut, bukan dengan memusatkan pikiran hanya  pada  dosa‐dosa  yang  berat  yang  membuat  kita  kehilangan gambaran  besarnya. Kita  harus memperdalam  pandangan  kita  ten‐tang peperangan tersebut dengan menyadari bahwa dosa seksual ha‐nyalah  satu  ungkapan  dari  suatu  perang  yang  lebih  dalam,  yang memperebutkan  baik  kesetiaan  hati maupun  kasih  yang  terutama. Kita harus  juga mengenali bahwa peperangan  tersebut  lebih  terselu‐bung  daripada  yang  sering  kita  pikirkan  ketika  kita mulai melihat lapisan‐lapisan rumit dari dosa dalam hati kita – sebagian jelas, seba‐gian  tersamar;  sebagian  terwujud  secara  eksternal,  sebagian  hanya secara internal; sebagian melibatkan dosa kita terhadap sesama; seba‐gian melibatkan orang  lain yang berdosa  terhadap kita. Tujuan dari peperangan  ini  bukanlah  “hanya  berkata  tidak”  dan  bukan  hanya “sarana  anugerah”;  sebaliknya,  tujuannya  adalah  untuk  melihat Yesus Kristus  sendiri. Karena kasih Kristus  lebih panjang dan  lebih dalam dan  lebih  lebar daripada yang bisa kita bayangkan. Powlison mengakhiri esainya dengan memberikan kepada kita beberapa nasi‐hat praktis tentang bagaimana terjun ke dalam pertempuran‐pertem‐puran dalam Perang Besar. 

Salah  satu  “dosa  paling  terkenal”  dalam  budaya  kita  adalah homoseksualitas.  Begitu  banyak  diskusi  dalam  gereja  dan  dalam budaya  sudah  dilakukan  dengan  istilah  “kita” melawan  “mereka.” Namun Albert Mohler menjelaskan mengapa dia memandang “Perni‐kahan Homoseksual  sebagai Tantangan bagi Gereja.” Tantangannya pertama‐tama dan  terutama  berkaitan dengan  akan menjadi  seperti apa kita – sebagai tubuh Kristus – nantinya. Mohler secara meyakin‐kan berargumen bahwa “kita harus menjadi orang‐orang yang  tidak bisa  membahas  tentang  pernikahan  homoseksual  hanya  dengan membahas  tentang  pernikahan  homoseksual”  –  artinya,  kita  harus memulai  dengan  membahas  persoalan‐persoalan  yang  lebih  besar yang dipertaruhkan. “Kita harus menjadi orang‐orang yang tidak bisa membahas  tentang  seks  tanpa membahas  tentang  pernikahan,  dan orang‐orang yang tidak bisa membahas tentang apa pun yang hakiki atau  signifikan dari pernikahan  tanpa  bersandar pada Alkitab. Kita 

Copyright © momentum.or.id

Page 13: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus 10

harus menjadi  orang‐orang  yang memiliki  theologi  yang memadai untuk menjelaskan  tipu daya dosa  yang membawa maut, dan  juga theologi yang memadai untuk menjelaskan kemenangan Kristus atas dosa. Kita harus berkata jujur tentang dosa sebagai penyangkalan ter‐hadap kemuliaan Allah, bahkan ketika kita menunjuk kepada pene‐busan sebagai kemuliaan Allah yang dipulihkan. Kita harus menjadi orang‐orang yang mengasihi kaum homoseksual melebihi kaum ho‐moseksual mengasihi homoseksualitas mereka sendiri, dan kita harus menjadi orang‐orang yang menyatakan kebenaran tentang pernikah‐an homoseksual dan menolak untuk menerimanya, bahkan kemung‐kinan  konseptualnya  sekalipun,  karena  kita  tahu  apa  yang diperta‐ruhkan.” 

Bagian Tiga dari buku ini berfokus secara khusus pada seks dan pria. Mark Dever membuka bagian  ini dengan membahas “Seks dan Pria Lajang.” Dia meneliti  tantangan‐tantangan unik  yang dihadapi hari ini oleh para pria lajang, karena sebagian pria muda menunda le‐bih lama untuk menikah dan menurunnya penilaian budaya terhadap pernikahan.  Dever  berargumen  bahwa  ada  pilihan  alkitabiah  bagi pola penundaan yang lebih lama dan sikap pasif terhadap pernikah‐an  ini. Berikutnya, Michael Lawrence membangun dasar theologis un‐tuk  seks.  Lebih  dari  sekadar  menyajikan  daftar  harus‐dan‐jangan, Lawrence menunjukkan kepada kita makna  seks  sebagaimana yang Allah  rancang  dan  implikasi‐implikasinya  terhadap  keintiman  sek‐sual  dan masturbasi. Matt  Schmucker memfokuskan  pada  persoalan keintiman  fisik,  memperlihatkan  bahwa  kebanyakan  kita  memiliki standar ganda untuk perihal bagaimana pria yang telah menikah ha‐rus berinteraksi dengan wanita yang bukan  istri mereka, dan bagai‐mana pria  lajang harus berinteraksi dengan wanita yang bukan  istri mereka.  Schmucker  kemudian menawarkan  empat  alasan mengapa keintiman  fisik dengan  seorang wanita yang bukan  istri harus dila‐rang.  Jadi, seperti apakah seharusnya hubungan yang sesuai Alkitab? Sesudah mendefinisikan masa pacaran dan kencan, Scott Croft men‐jelaskan berbagai motivasi, pikiran, dan metode yang berbeda antara keduanya. Berdasarkan prinsip  alkitabiah bahwa komitmen menda‐hului keintiman, Croft berargumen bahwa model pacaran merupakan model  yang  paling  konsisten  dengan  aturan‐aturan  alkitabiah  bagi suatu hubungan dengan lawan jenis. 

Copyright © momentum.or.id

Page 14: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Pendahuluan                                                         11

C.  J. Mahaney, dalam  babnya  tentang pria  yang  telah menikah, membawa kita kembali kepada Kidung Agung untuk melihat petun‐juk seksualitas yang saleh. Bersama sebagian besar sarjana Injili kon‐temporer,  dia  dengan  penuh  hormat menolak  penafsiran  kitab  ini secara alegoris atau tipologis dengan berargumen sebaliknya, bahwa kitab  tersebut  meliputi  model  dari  suatu  hubungan  seksual  yang penuh gairah dalam konteks kovenan pernikahan. Mahaney berargu‐men  bahwa  salah  satu  pelajaran  utama  yang  bisa  kita  peroleh dari kitab ini adalah bahwa agar kemesraan meningkat dalam pernikahan kita, kita harus belajar menyentuh hati dan pikiran istri kita sebelum kita menyentuh  tubuhnya.  Ini berarti menyusun kata‐kata yang cer‐mat dan membangun kemesraan melalui perencanaan yang sungguh‐sungguh. Dia menawarkan usulan‐usulan praktis tentang bagaimana menyentuh pikiran dan hatinya. Pada bagian akhir dari bab tersebut, dia memberikan nasihat yang bijaksana dan  alkitabiah  tentang  seks itu sendiri dan karunia keintiman dalam pernikahan. 

Kita beralih kepada topik tentang “Wanita dan Seks” pada Bagi‐an Empat. Carolyn McCulley memulai dengan membuat sejumlah pe‐nelitian tentang seks dan wanita lajang dalam budaya Amerika abad kedua puluh  satu. Tetapi bagaimana, dia penasaran, wanita Kristen yang berkomitmen untuk melajang, yang oleh anugerah Allah meng‐hindari  imoralitas seksual, bisa berbicara kepada budaya kita dalam topik  ini? Dia  bersikukuh  bahwa  untuk  bisa melakukannya,  pesan yang kontrarevolusioner harus dipusatkan pada Injil dan kuasa Yesus Kristus yang menanggung dosa dan mengubah hidup. Dia kemudian beralih  untuk  meneliti  apa  yang  Alkitab  ajarkan  tentang  karunia melajang dan karunia yang dimiliki oleh wanita di dalam Amsal 31. Sepanjang  pembahasan  tersebut  dia menjawab  persoalan‐persoalan seperti menghindari godaan seksual di  tempat kerja dan bagaimana para wanita  lajang harus berfungsi di gereja  sebagai  anggota  tubuh Kristus yang tidak bisa diabaikan. Pengharapan tertinggi seorang wa‐nita  lajang bukanlah perkawinan, melainkan kehadiran Kristus. Ke‐bungkaman Allah bukanlah petunjuk bahwa Allah menolak, melain‐kan persiapan bagi penyataan, ketika para wanita lajang itu bertekad untuk menjalani kehidupan mereka demi supremasi Kristus. 

Carolyn Mahaney, pada gilirannya, berbicara kepada para wanita yang  telah menikah  tentang  seks.  Jelas  dia  tidak melupakan  derita dan kebingungan yang pernah banyak wanita alami dalam hubung‐

Copyright © momentum.or.id

Page 15: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus 12

an‐hubungan seksual di masa lampau, namun dia berargumen bahwa tidak ada situasi yang berada di  luar  jangkauan anugerah Allah dan kuasa salib Kristus. Dia menekankan bahwa oleh anugerah Allah, se‐mua wanita yang menikah bisa menikmati hubungan seksual dengan suami mereka,  dan  dia menawarkan  penelitian  tentang  seperti  apa hubungan  yang  penuh  gairah  seperti  itu  dari  sudut  pandang  istri. Mengetahui  bahwa  Alkitab  tidak  memberikan  petunjuk‐petunjuk eksplisit tentang seks dalam pernikahan, Ny. Mahaney melihat bebe‐rapa prinsip alkitabiah yang bisa menumbuhkan apa yang dia sebut “hubungan intim kelas A.” Para istri, begitu argumennya, hendaklah menjadi  seorang  yang menarik,  menyediakan  diri, mengantisipasi, agresif, dan suka berpetualang. Dia mengakhiri babnya dengan kata‐kata dorongan yang lemah lembut dan nasihat yang bijaksana kepada para wanita yang berada dalam bahaya akan keputusasaan dan kehi‐langan pengharapan  tentang hubungan seksual mereka dengan sua‐mi mereka. 

Di bagian akhir buku ini, “Sejarah dan Seks,” kita beralih kepada satu pasangan  historis dan  sebuah  gerakan  historis untuk memberi kita  sejumlah perspektif. Dalam bab  saya  tentang “Reformasi Perni‐kahan oleh Martin Luther,”  saya memperhatikan kehidupan Martin Luther,  sang Reformator besar dari  Jerman. Ketika Luther memulai untuk  mereformasi  pernikahan  melalui  pengajaran,  khotbah,  dan tulisan‐tulisannya, dia yakin bahwa dia sendiri dipanggil untuk mela‐jang  dan  tidak  akan  pernah  menikah.  Lagi  pula,  dia  pikir  bahwa mungkin dia akan mati sebagai martir hanya dalam waktu beberapa tahun  saja! Namun  Allah memiliki  rencana‐rencana  yang  berbeda, dan satu unsur penting dari rehabilitasi dan reformasi Luther  terha‐dap  lembaga pernikahan adalah masa pacarannya yang singkat dan kehidupan pernikahannya yang panjang dengan Katherine von Bora, seorang biarawati muda yang dia  tolong melarikan diri dari sebuah biara.  Kehidupan  mereka  bersama  –  seiring  dengan  pengajaran Luther tentang seks, pernikahan, kasih, dan anak‐anak – memberikan dampak  yang  revolusioner  terhadap  Reformasi  Jerman  dan  terus mempengaruhi gereja Injili masa kini. 

Pada  bab  terakhir, Mark Dever meneliti  peranan  kaum  Puritan dan seks. Kaum Puritan dan seks? Apakah mereka pernah menikmati hal  semacam  itu? Bukankah  “Puritanisme”  adalah  “ketakutan  yang terus membayangi bahwa  seseorang, di  tempat  tertentu sedang ber‐

Copyright © momentum.or.id

Page 16: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Pendahuluan                                                         13

bahagia”?10  Dever  membantah  pandangan‐pandangan  yang  salah karena  tidak  sesuai dengan  fakta  sejarah, dan, dalam  kutipan demi kutipan,  membiarkan  kaum  Puritan  berbicara  untuk  diri  mereka sendiri. Sesudah meneliti  latar belakang historis dari  tradisi Katolik Roma  dan  revolusi  Lutheran,  Dever  merinci  pandangan  Puritan tentang pernikahan, seks, kemesraan, dosa seksual, dan kesenangan. Dever menunjukkan  bahwa  kaum  Puritan  sendiri  tidak menentang kesenangan  itu  sendiri;  mereka  menentang  kesenangan  sepanjang kesenangan  itu  tidak  tunduk  kepada  kesenangan  di  dalam  Allah. Dever menutup bab tersebut dengan memaparkan delapan pelajaran yang  bisa  kita  petik  dari  kaum  Puritan  sehubungan  dengan pandangan  alkitabiah  tentang  seksualitas.  Juga  terlampirkan  pada esainya, sebuah apendiks yang mensurvei studi‐studi yang dilakukan terhadap kaum Puritan di dalam dunia akademis. 

Kiranya Kristus memberkati Anda ketika Anda membaca buku ini. Doa kami, semoga buku  ini akan menarik Anda  lebih dekat ke‐pada‐Nya, sebab Anda melihat supremasi‐Nya di dalam segala sesua‐tu – termasuk seks. 

Ucapan Terima Kasih Proses menyunting  dan menulis  sebuah  buku  tidak  pernah  terjadi tanpa pengaruh dari luar. Istri kami, Noël dan Lea, dengan penuh ke‐murahan  dan  sukacita mendukung  kami  dalam  pelayanan  ini,  dan mereka layak menerima ucapan terima kasih yang khusus atas bantu‐an  mereka  dan  atas  kesabaran mereka.  Kami  berutang  budi  pada banyak  sahabat,  yang  tanpa mereka  proyek  ini  tidak  akan  pernah ada. Jon Bloom, direktur eksekutif dari Desiring God, menjaga keber‐langsungan  perputaran  roda  dalam  pelayanan  ini.  Scott Anderson, koordinator konferensi dari Desiring God, bekerja keras selama ber‐jam‐jam  untuk  mewujudkan  konferensi  “Seks  dan  Supremasi Kristus.” Vicki Anderson, asisten administrasi kami, membuat kami bebas bekerja dalam proyek‐proyek seperti  ini. Kami  juga  ingin me‐nyatakan  penghargaan  kami  kepada  Carol  Steinbach  dan  Robert Williams, yang dengan murah hati dan cepat menyusun indeks Alki‐tab  dan  Tokoh  bagi  kami.  Kami  menyatakan  rasa  syukur  yang mendalam  kepada  para  kontributor  buku  ini,  yang  setuju  bukan 

10 H. L. Mencken, A Mencken Chrestomathy (New York: Vintage, 1982), 624. 

Copyright © momentum.or.id

Page 17: Seks dan Supremasi Kristus - momentum.or.id · Jika gereja masa kini benar‐benar menganggap penting frasa ... bekerja menurut ... kan tentang seks dan seksualitas. Sikap enggan

Seks dan Supremasi Kristus 14

hanya untuk menyajikan pembahasan mereka di Minneapolis,  tetapi juga untuk mengubahnya menjadi bab‐bab  tertulis di  tengah‐tengah jadwal pelayanan mereka yang padat. 

Yang teramat penting, kami mengakui utang kami kepada Yesus Kristus. Kami pernah menjalani kehidupan kami di seputar apa pun dan  segala  sesuatu  kecuali  Engkau. Namun  dengan  anugerah‐Mu, Engkau  telah  menempatkan  diri‐Mu  sendiri  di  pusat  kehidupan kami. Kami berdoa kiranya buku  ini akan memuliakan Engkau dan supremasi nama‐Mu.  

 

Copyright © momentum.or.id