sekilas info perdagangan dan investasi - … · 2013-10-23 · asean masih menjadi asal impor...
TRANSCRIPT
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 1
PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN PERKEMBANGAN
PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Edisi 2 Tahun II, Maret 2011 Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas
DAFTAR ISI
BAGIAN I - PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
A. Perkembangan Perdagangan Luar Negeri � Perkembangan Ekspor
� Perkembangan Impor
� Perkembangan Neraca Perdagangan
B. Perkembangan Perdagangan Dalam Negeri � Indeks Penjualan Ritel
C. Perkembangan Harga Komoditas � Harga Bahan Pokok Pasar Domestik
� Harga Pasar Internasional
BAGIAN II - PERKEMBANGAN INVESTASI
A. Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI)
B. Realisasi PMDN dan PMA Sektor Nonmigas
BAGIAN III – ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN
DAN INVESTASI
A. Isu Perdagangan Terkini
B. Isu Investasi Terkini
BAGIAN IV – PERKEMBANGAN KERJASAMA EKONOMI
INTERNASIONAL � Keketuaan Indonesia Untuk ASEAN Tahun 2011
BAGIAN V - PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA � Ease of Doing Business
� IMD World Competitiveness Yearbook
� Global Competitiveness Index
Penanggung Jawab:
Adhi Putra Alfian
Penyunting: Ratna Sri Mawarti Mustikaningsih
Amalia Adininggar Widyasanti Florentinus Krsitiartono
Deasy Damayanti Putri Pane Arianto Christian Hartono
Tim Redaksi:
Imarita Trihanda
Dwi Martini
Yunus Gastanto
Alamat: Gedung Madiun Lt.5
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jalan Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310,
Indonesia
Telepon:
(+6221) 31934267
Email: [email protected]
Kata Pengantar
Tahun 2010 telah berlalu, menarik untuk melihat sejauh mana perkembangan dan kinerja perdagangan dan investasi Indonesia sepanjang tahun 2010. Pada edisi kedua ini, media Sekilas Info memuat berita perkembangan perdagangan, investasi, dan kerjasama ekonomi internasional secara ringkas, padat, dan menarik. Besar harapan kami dapat meningkatkan kualitas informasi yang disajikan dari waktu ke waktu pada masa mendatang. Akhirnya kami dari redaksi, mohon maaf jika media ini belum memenuhi harapan para pembaca dan kami akan terus berusaha untuk memenuhi harapan para pembaca pada penerbitan-penerbitan selanjutnya.
Salam hangat Jakarta, Maret 2011
Redaksi
Semua data dan informasi pada media ini
diperoleh/diolah dari berbagai sumber
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
I. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN A. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI
A.1 Perkembangan Ekspor
Nilai ekspor Indonesia tahun 2010 mencapai US$ 157,78
dibanding ekspor tahun 2009 yang jatuh seiring menurunnya permintaan luar negeri akibat krisis global yang terjadi
pada semester II 2009. Peningkatan ini dipacu oleh peningkatan ekspor migas sebesar 47,4 persen,
migas sebesar 33,1 persen.
Sementara itu ekspor pada bulan Januari 2011 mengalami
sebelumnya. Lebih rendahnya nilai ekspor di bulan Januari dibandingkan dengan bulan sebelumnya
diakibatkan oleh pola pemesanan ekspor yang selalu tinggi disaat menjelang libur natal dan tahun baru, yang
kemudian mereda di bulan berikutnya.
Sepanjang tahun 2010, ekspor
produk industri masih menjadi
penyumbang terbesar ekspor
dengan kontribusinya sebesar 62,1
persen, diikuti oleh komoditas
pertambangan (17,8 persen) dan
komoditas pertanian (3,2 persen).
Impor non migas mencakup 82,2
persen dari total ekspor, sementara
migas 17,8 persen. Sementara itu
sektor pertambangan mencatat
pertumbuhan tertinggi yaitu 35,8
persen pada tahun 2010.
Memasuki awal tahun 2011, ekspor
produk industri terlihat tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan
komoditas pertambangan dan
pertanian, yaitu dengan laju
sebesar 38,4 persen (yoy).
Komoditas
2006
Total Ekspor 100.798,6
Migas 21.209,5
Non Migas 79.589,1
Komoditas 2006
Total Ekspor 17,7%
Migas 10,3%
Pertanian 16,8%
Industri 17,0%
Pertambangan 40,8%
Komoditas 2006
Migas 21,0%
Pertanian 3,3%
Industri 64,5%
Pertambangan 11,1%
Sumber: BPS (diolah)
Sepanjang tahun 2010, Jepang
masih menjadi pangsa pasar
ekspor nonmigas Indonesia
terbesar, dengan kontribusi
sebesar 12,7 persen. Sementara
pada tahun yang sama, China
menjadi negara tujuan ekspor
terbesar kedua setelah Jepang,
dengan kontribusi sebesar 10,9
persen. Padahal di dua tahun
sebelumnya (2009 dan 2010),
China menduduki urutan ketiga
setelah Jepang dan Amerika;
sedangkan di tahun-tahun
sebelumnya (2003-2007) China
menempati urutan keempat.
Sumber: BPS (diolah)
2003
Pasar Ekspor Lainnya 51,5%
India 3,4%
Cina 5,9%
Singapura 10,1%
Amerika Serikat 14,7%
Jepang 14,4%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Pe
rse
nta
se
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 2
ERKEMBANGAN PERDAGANGAN
78 miliar mengalami peningkatan sebesar 35,4 persen
tahun 2009 yang jatuh seiring menurunnya permintaan luar negeri akibat krisis global yang terjadi
oleh peningkatan ekspor migas sebesar 47,4 persen, dan ekspor non
ekspor pada bulan Januari 2011 mengalami penurunan sebesar 14,1 persen dibandingkan bulan
di bulan Januari dibandingkan dengan bulan sebelumnya lebih
selalu tinggi disaat menjelang libur natal dan tahun baru, yang
PERKEMBANGAN EKSPOR
Nilai Ekspor (Juta USD)
2007 2008 2009 2010 Jan-10 Jan-11
114.100,9 137.020,4 116.490,7 157.779,1 11.595,9 14.454,5
22.088,6 29.126,3 19.018,3 28.039,6 2.344,9 2.518,2
92.012,3 107.894,1 97.472,4 129.739,5 9.251,0 11.936,3
Pertumbuhan (y-o-y)
2007 2008 2009 2010 Jan-11
13,2% 20,1% -15,0% 35,4% 24,7%
4,1% 31,9% -34,7% 47,4% 7,4%
8,7% 25,3% -4,8% 14,6% 6,0%
17,6% 15,6% -16,9% 33,5% 38,4%
6,2% 25,4% 32,0% 35,8% 4,1%
Kontribusi
2007 2008 2009 2010 Jan 2011
21,0% 19,4% 21,3% 16,3% 17,8% 17,4%
3,3% 3,2% 3,3% 3,7% 3,2% 2,7%
64,5% 67,0% 64,5% 63,0% 62,1% 64,3%
11,1% 10,4% 10,9% 16,9% 16,9% 15,7%
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jan-10 Jan-11
51,5% 50,7% 50,7% 50,3% 51,2% 52,5% 52,1% 51,2% 49,6% 55,6%
3,4% 3,8% 4,2% 4,2% 5,3% 6,5% 7,5% 7,6% 7,7% 6,6%
5,9% 6,1% 6,0% 6,9% 7,2% 7,2% 9,1% 10,9% 10,9% 9,7%
10,1% 9,6% 10,3% 9,9% 9,8% 9,4% 8,2% 7,4% 7,1% 7,5%
14,7% 14,8% 14,4% 13,4% 12,3% 11,6% 10,7% 10,3% 10,7% 10,5%
14,4% 15,0% 14,3% 15,3% 14,2% 12,8% 12,3% 12,7% 14,0% 10,1%
PANGSA PASAR NEGARA TUJUAN UTAMA EKSPOR
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
A.2 Perkembangan Impor
Nilai impor Indonesia sepanjang tahun 2010 mencapai US$1
2009 yang besarnya US$96,9 miliar. Sementara pada bulan Januari, nilai impor Indonesia mencapai US$ 12,5 miliar,
meningkat 32,2 persen dibandingkan Januari 2010.
Impor migas pada tahun 2010 meningkat sebesar 44,4 persen dibandingkan tahun 2009, sementara impor non migas
meningkat sebesar 39,0 persen (dengan peningkatan terbesar terjadi pada impor barang konsumsi yang sebesar
47,9 persen)
Impor non migas berkontribusi
sebesar 79,8 persen dari total impor
Indonesia tahun 2010, sementara
impor non migas berkontribusi
sebesar 28,3 persen. Impor bahan
baku masih mendominasi impor
Indonesia tahun 2010 dengan 72,8
persen dari total impor, diikuti oleh
impor barang modal (72,8 persen),
dan barang konsumsi (7,4 persen).
Pertumbuhan impor nonmigas
didorong oleh tingginya
pertumbuhan impor barang
konsumsi seperti pada kelompok
barang serealia, gula dan kembang
gula, serta kapas.
Impor kelompok barang konsumsi
sepanjang tahun 2010 mengalami
peningkatan tajam bila
dibandingkan tahun 2009, seiring
pulihnya tingkat konsumsi
masyarakat paska krisis global.
Komoditas
2006
Total Impor 61.065,5
Migas 18.962,9
Non Migas 42.102,6
Komoditas
2006
Total Impor 5,8%
Migas 8,6%
Non Migas 4,6%
Barang Konsumsi 2,5%
Bahan Baku 5,3%
Barang Modal 10,5%
Komoditas
2006
Total Impor 100,0%
Migas 31,1%
Non Migas 68,9%
Barang Konsumsi 7,8%
Bahan Baku 77,2%
Barang Modal 15,0%
Sumber: BPS (diolah)
Pada tahun 2010 negara-negara
ASEAN masih menjadi asal impor
Indonesia yang terbesar, yaitu
sebesar 17,6 persen.
China menjadi Negara asal impor
terbesar kedua (setelah ASEAN)
dengan kontribusi sebesar 14,5
persen.
Sumber: BPS (diolah)
2005
Negara Lainnya 24,0%
Korea Selatan 4,2%
Amerika Serikat 9,5%
China 11,3%
Jepang 17,1%
Uni Eropa 14,4%
ASEAN 19,5%
0,0%
25,0%
50,0%
75,0%
100,0%
Pe
rse
nta
se
PANGSA IMPOR BERDASARKAN NEGARA ASAL
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 3
mencapai US$135,7 miliar atau meningkat 40,1 persen dibanding tahun
Sementara pada bulan Januari, nilai impor Indonesia mencapai US$ 12,5 miliar,
2010 meningkat sebesar 44,4 persen dibandingkan tahun 2009, sementara impor non migas
meningkat sebesar 39,0 persen (dengan peningkatan terbesar terjadi pada impor barang konsumsi yang sebesar
PERKEMBANGAN IMPOR
NILAI IMPOR (Juta USD)
2006 2007 2008 2009 2010 Jan-10 Jan-11
61.065,5 74.473,4 129.197,3 96.855,9 135.663,3 9.490,5 12.548,7
18.962,9 21.879,6 30.552,9 18.988,6 27.412,7 1.936,9 2.971,8
42.102,6 52.523,1 98.644,4 77.867,3 108.250,6 7.553,6 9.576,9
Pertumbuhan (y-o-y)
2006 2007 2008 2009 2010 Jan-11
5,8% 21,8% 73,6% -25,0% 40,1% 32,2%
8,6% 15,4% 39,6% -37,9% 44,4% 53,4%
4,6% 24,8% 87,8% -21,1% 39,0% 26,8%
2,5% 38,0% 27,0% -18,6% 47,9% 64,8%
5,3% 19,7% 76,1% -30,0% 41,8% 33,7%
10,5% 25,1% 86,9% -4,5% 31,7% 15,4%
Kontribusi Terhadap Impor
2006 2007 2008 2009 2010 Jan-11
100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100% 100,0%
31,1% 29,4% 23,6% 19,6% 20,2% 23,7%
68,9% 70,6% 76,4% 80,4% 79,8% 76,3%
7,8% 8,8% 6,4% 7,0% 7,4% 8,2%
77,2% 75,8% 77,0% 71,9% 72,8% 75,1%
15,0% 15,4% 16,6% 21,1% 19,8% 16,7%
2006 2007 2008 2009 2010 Jan-10 Jan-11
24,0% 25,2% 23,8% 21,0% 23,1% 21,4% 22,9% 22,5%
4,0% 3,8% 4,9% 4,9% 5,2% 5,2% 5,9%
9,4% 9,0% 7,8% 9,0% 8,6% 7,9% 7,1%
11,3% 13,1% 15,1% 15,2% 17,3% 18,2% 24,0% 19,0%
17,1% 13,0% 12,3% 15,1% 12,6% 15,6% 18,3% 14,4%
14,4% 14,3% 14,6% 10,7% 11,1% 9,0% 8,9% 8,7%
19,5% 20,9% 21,4% 25,4% 21,9% 22,0% 22,4% 22,4%
PANGSA IMPOR BERDASARKAN NEGARA ASAL
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
A.3 Perkembangan Neraca Perdagangan
Pada Januari 2011 neraca perdagangan menghasilkan defisit sebesar
2010 sebesar 1,48 USD miliar, atau turun sebesar 3,06 USD miliar dari Januari 2010.
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2010
perdagangan pada tahun 2009. Hal tersebut lebih diakibatkan oleh impor tahun 2010
dibandingkan peningkatan ekspornya.
Neraca perdagangan, secara tren
relatif menurun sejak 2006 silam.
Hal tersebut diakibatkan oleh laju
pertumbuhan (5 tahun terakhir)
impor (23,3 persen) tumbuh lebih
cepat daripada laju pertumbuhan
ekspor (14,3 persen). Pada Januari
2011 neraca perdagangan RI-
Asean dan RI-China juga
mengalami defisit masing-masing
sebesar -692,8 USD dan -662,5 USD
juta.
Sumber: BPS (diolah)
B. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI
B.1 Perkembangan Indeks Penjualan Ritel
Indeks penjualan ritel pada bulan Desember 2010 tercatat sebesar 269,7. Secara rata
sepanjang tahun 2010 tercatat sebesar 235,9.
Setelah sempat mengalami
penurunan pada bulan Oktober,
indeks penjualan ritel mengalami
puncaknya pada bulan Desember
2010 mengikuti tren meningkatnya
konsumsi akhir tahun seiring hari
raya Natal dan Tahun Baru.
Sementara itu nilai indeks penjualan
ritel pada bulan Januari 2011 turun
menjadi 256,5.
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Impor Non Migas
Impor Migas
Ekspor Non Migas
Ekspor Migas
Neraca Perdagangan
(30.000,0)
-
30.000,0
60.000,0
90.000,0
120.000,0
150.000,0
180.000,0
Nil
ai
(US
D J
uta
)
186,9
213,6
100,0
150,0
200,0
250,0
300,0
Ind
ek
s O
kt
20
00
= 1
00
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 4
Januari 2011 neraca perdagangan menghasilkan defisit sebesar -0,95 USD miliar, turun dibanding Desember
3,06 USD miliar dari Januari 2010.
Surplus neraca perdagangan Indonesia pada tahun 2010 lebih kecil sebesar 33,3 persen dari surplus neraca
perdagangan pada tahun 2009. Hal tersebut lebih diakibatkan oleh impor tahun 2010 yang meningkat lebih tinggi
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN DALAM NEGERI
Indeks penjualan ritel pada bulan Desember 2010 tercatat sebesar 269,7. Secara rata-rata, indeks penjualan ritel
(diolah)
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Jan-10 Jan-11
27.495 25.490 24.763 24.939 34.792 40.243 42.102 52.523 98.644 77.867 108.25 7.553, 9.576,
6.019, 5.471, 6.525, 7.531, 11.732 17.457 18.962 21.879 30.552 18.988 27.412 1.936, 2.971,
30.359 34.953 38.092 41.821 40.975 66.420 79.580 92.003 107.88 97.472 129.73 9.251, 9.251,
9.694, 10.464 11.722 11.622 7.872, 19.231 21.209 22.088 29.126 19.018 19.018 2.344, 2.344,
Neraca Perdagangan 6.539, 14.455 18.526 21.053 2.323, 27.951 39.724 39.689 7.813, 19.634 13.094 2.105, (952,8
NERACA PERDAGANGAN
213,6 207,3 213,5 217,9227,7 231
240,2257,9 263,2
242,8 245,8
269,7256,5
NILAI INDEKS PENJUALAN RITEL
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
C. PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS
C.1 Harga Komoditas Bahan Pokok di Pasar Domestik
Sepanjang 2010, harga beras medium, gula pasir, minyak goreng kemasan, dan minyak goring curah mengalami tren peningkatan harga. Harga tepung terigu relative stabil dibandingkan harga bahan pokok lainnya.
Harga rata-rata nasional beras (kwalitas medium) per 18 Februari 2011 tercatat Rp.7.423,-/kg. Harga rata-rata bulan Februari 2011 tercatat Rp.7.463,-/kg.
Harga beras medium tertinggi terjadi di Pekanbaru sebesar Rp.11.500,-/kg dan terendah di Kendari & Mataram sebesar Rp.5.700,-/kg. *Sampai dengan 18 Februari 2011
Sumber: Kemendag (diolah)
C.2 Harga Komoditas di Pasar Internasional
Harga minyak mentah naik sebesar 5,6 persen pada bulan Februari 2011 mengalami peningkatan selama tujuh bulan terakhir, dimana harga rata-rata bulan Februari adalah sebesar US$ 92.7/bbl.
Harga komoditas pada bulan Februari 2011 naik sebesar 5,6 persen, melanjutkan tren meningkat selama Sembilan bulan terakhir. Peningkatan disumbangkan oleh komoditas kapas (18,7 persen) karena stok yang terbatas. Beberapa komoditas lainnya berkontribusi terhadap peningkatan harga komoditas pertanian seperti jagung, karet, kakao, dan kopi.
Sumber: Commodity Price Data
II. PERKEMBANGAN INVESTASI Perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2010 dinilai baik dan kuat yang ditandai dengan capaian pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1 persen (y-o-y) sementara tahun 2009 hanya 4,6 persen dan dengan pertumbuhan PMTB sebesar 8,5 persen meningkat dari 3,3 persen (y-o-y).
Stabilitas dan ketangguhan ekonomi Indonesia, serta didukung oleh kemampuan dalam meningkatkan aliran masuk investasi, diapresiasi oleh Moody’s dengan meningkatkan sovereign Indonesia dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu tingkat di bawah investment grade pada tgl 17 Januari 2011, dan Fitch dari stabil ke positif pada peringkat BB+ pada tgl 14 Februari 2011. Dampak dari membaiknya credit profile Indonesia, maka pada tahun 2011 aliran investasi ke Indonesia diperkirakan mencapai USD 13-15 miliar (Imiliar yang mengalir ke emerging market Asia.
Beras Medium (Kg)
Gula Pasir (Kg)
M.Goreng Kemasan (620ml)
M.Goreng Curah (Kg)
Tepung Terigu (Kg)
5.000
7.000
9.000
11.000
13.000
HARGA KOMODITAS BAHAN POKOK PASAR DOMESTIK
Energy
Agriculture
Metals and Minerals
150,0
200,0
250,0
300,0
350,0
400,0
450,0
IND
EK
S
20
00
= 1
00
INDEKS HARGA KOMODITAS
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 5
C.1 Harga Komoditas Bahan Pokok di Pasar Domestik
*Sampai dengan 18 Februari 2011
)
Commodity Price Data (diolah)
Perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2010 dinilai baik dan kuat yang ditandai dengan capaian pertumbuhan y) sementara tahun 2009 hanya 4,6 persen dan dengan pertumbuhan PMTB sebesar
Stabilitas dan ketangguhan ekonomi Indonesia, serta didukung oleh kemampuan dalam meningkatkan aliran masuk investasi, diapresiasi oleh Moody’s dengan meningkatkan sovereign Indonesia dari Ba2 ke Ba1 yang berada satu
grade pada tgl 17 Januari 2011, dan Fitch dari stabil ke positif pada peringkat BB+ pada tgl 14 Februari 2011. Dampak dari membaiknya credit profile Indonesia, maka pada tahun 2011 aliran
15 miliar (International Investment Finance/IIF) dari USD 400
2009 (rt2) Tw I 2010Tw II 2010
Tw III 2010
Tw IV 2010
Jan-11 Feb-18*
Beras Medium (Kg) 5.706 6.353 6.218 6.619 6.859 7.376 7.463
8.691 11.154 10.212 10.551 11.043 11.178 11.100
M.Goreng Kemasan (620ml) 8.493 8.428 8.516 8.469 8.349 8.751 9.031
M.Goreng Curah (Kg) 9.089 9.537 9.358 9.710 10.579 11.322 11.335
Tepung Terigu (Kg) 7.643 7.643 7.508 7.520 7.554 7.556 7.583
5.000
7.000
9.000
11.000
13.000
HARGA KOMODITAS BAHAN POKOK PASAR DOMESTIK
2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2010 2011 2011
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agust Sep Oct Nov Dec Jan Feb
267,5 259,3 259,8 287,5 260,1 258,1 257,3 260,1 261,1 277,6 287,8 307,3 320,4 333,1
222,1 215,9 212,6 217,8 214,4 213,9 219,3 228,2 238,1 252,1 264,9 278,3 294,5 311,1
Metals and Minerals 303,4 286,8 306,8 368,7 331,3 318,2 325,5 368,7 385,8 385,7 387,8 403,9 425,0 432,6
INDEKS HARGA KOMODITAS
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
Mulai Tahun 2010 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan perubahan pencatatan realisasi penanaman modal dengan menggunakan data Laporan Kegiatan PeUsaha Tetap (IUT). LKPM merupakan metode pencatatan investasi berdasarkan aliran modal masuk pada suatu periode pelaporan tertentu.
A. PERKEMBANGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT
Arus masuk FDI tahun 2010 meningkat tajam 161 persen, dari USD 4,9 miliar tahun 2009 menjadi USD 12,7 miliar. Besarnya aliran masuk FDI tahun 2010 terutama merupakan kontribusi dari besarnya equity capital & reinvested earnings yang mencapai USD 1,2 miliar atau meningkat 134,1 persen dari tahun 2009. Besarnya aliran masuk FDI ke Indonesia, meningkatkan surplus aliran direct investment menjadi sebesar USD 9,8 miliar atau meningkat sebesar 274,2 persen dibandingkan tahun 2009 yang hanya mencapai USD 2,6 miliar.
Sumber: Bank Indonesia (diolah
B. REALISASI INVESTASI PMDN DAN PMA NONMIGAS
Sepanjang tahun 2010, realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp. 60,6 triliun, sedangkan realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai USD 16,2 miliar. Realisasi PMDN maupun PMA mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, didorong oleh perekonomian dunia yang mulai pulih pasca krisis global.
REALISASI NILAI PMDN dan PMA NONMIGAS
TAHUN
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010* Sumber: BKPM (diolah)
Catatan:
1)
Diluar Investasi Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, dan Sewa Guna Usaha 2)
Sampai dengan tahun 2009 3)
Mulai Tahun 2010 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan L
Modal (LKPM)
Lokasi yang paling diminati PMDN dan PMA pada Tahun 2010 didominasi oleh propinsi-propinsi di Pulau Jawa. Sementara itu, propinsi di luar Pulau Jawa yang diminati oleh kedua investor adalah propinsi Kalimantan Timur. Perkembangan eksplorasi migas di provinsi Kalimantan Timur mendorong tumbuhnya perekonomian dan investasi pada sektor-sektor pendukung pada provinsi tersebut yang kaya dengan tambang.
5 LOKASI UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS
PMDN PROPINSI
Rp milyar
Jawa Barat 15.799,8
Jawa Timur 8.084,1
Kalimantan Timur
7.881,3
Banten 5.852,5
DKI Jakarta 4.598,5
Propinsi lain 18.410,1
TOTAL 60.626,3Sumber: BKPM (diolah)
In Indonesia (FDI)
Ke luar
Investasi langsung
-3.000
-2.000
-1.000
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
Juta
US
D
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 6
Mulai Tahun 2010 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan perubahan pencatatan realisasi penanaman modal dengan menggunakan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) menggantikan Ijin Usaha Tetap (IUT). LKPM merupakan metode pencatatan investasi berdasarkan aliran modal masuk pada suatu
PERKEMBANGAN FOREIGN DIRECT INVESTMENT (FDI)
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
REALISASI INVESTASI PMDN DAN PMA NONMIGAS
REALISASI NILAI PMDN dan PMA NONMIGAS 1)
PMDN PMA
Rp Miliar US$ juta 15.409,4 4.571,9
30.724,2 8.911,0
20.649,0 5.991,7
34.878,7 10.341,4
20.363,4 14.871,4
37.799,8 10.815,2
60.626,3 16.214,8
Diluar Investasi Perbankan, Lembaga Keuangan Non Bank, Asuransi, dan Sewa Guna Usaha
Sampai dengan tahun 2009 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan Ijin Usaha Tetap (IUT)
ahun 2010 pencatatan nilai PMDN dan PMA berdasarkan Laporan Kegiatan Penanaman
5 LOKASI UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS
Rp milyar %
Thd Total PMA
PROPINSI USD juta
% Thd Total
15.799,8 26,1 DKI Jakarta 6429,3 39,7
8.084,1 13,3 Jawa Timur 1769,2 10,9
7.881,3 13,0 Jawa Barat 1692,0 10,4
5.852,5 9,7 Banten 1544,2 9,5
4.598,5 7,6 Kalimantan Timur
1092,2 6,7
18.410,1 30,4 Propinsi lain 3687,9 22,7
60.626,3
16.214,8
2008 Q-I
Q-II Q-III Q-IV2009 Q-I
Q-II Q-III Q-IV2010 Q-I
Q-II Q-III Q-IV
2.361 1.632 3.388 1.937 1.904 1.446 987 540 2.911 3.279 2.806 3.739
-1730 -1436 -1517 -1217 -1276 -872 -340 239 -427 -982 -1191 -300
631 196 1.871 720 628 574 647 779 2.484 2.297 1.615 3.439
FOREIGN DIRECT INVESTMENT
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 7
Bidang usaha yang banyak diminati baik oleh PMDN maupun PMA Tahun 2010 adalah sektor tersier terutama bidang usaha transportasi, gudang dan komunikasi. Sektor primer yang diminati adalah tanaman pangan dan perkebunan, serta pertambangan. Industri makanan merupakan satu-satunya sektor sekunder yang diminati investor. Dibandingkan dengan kedua sektor lainnya, sektor sekunder kurang berkembang, sebagai akibat dari kurangnya daya dukung energi (BBM, listrik, dll) dan infrastruktur di dalam negeri, serta terkait melonjaknya harga bahan baku, efek dari krisis global yang terjadi pada tahun 2009.
5 BIDANG USAHA UTAMA PMDN dan PMA NONMIGAS 1)
PMDN SEKTOR/BIDANG
USAHA Rp milyar
% Thd Total
PMA SEKTOR/BIDANG
USAHA USD juta
% Thd Total
Industri makanan 16.403,4 27,1
Transportasi, gudang, & telekomunikasi
5.046,3 31,1
Transportasi, gudang, & telekomunikasi
13.787,7 22,7 Pertambangan 2.229,3 13,7
Tanaman pangan & perkebunan
8.727,3 14,4 Listrik, gas, & air 1.428,4 8,8
Listrik, gas, & air 4.929,8 8,1 Perumahan kawasan industri & perkantoran
1.050,2 6,5
Jasa lainnya 3.328,6 5,5 Industri makanan 1.025,9 6,3
Lain-lain 13.449,5 22,2 Lain-lain 5.434,7 33,5
TOTAL 60.626,3
16.214,8
Sumber: BKPM (diolah)
Catatan: 4)
Sektor Primer: Industri pangan & perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan
pertambangan
Sektor Sekunder: Industri industri pengolahan antara lain seperti Industri logam, mesin, dan
elektronika, Industri kertas, Industri kimia dan farmasi, Industri kendaraan bermotor.
Sektor Tersier: Antara lain industri transportasi, gudang dan komunikasi; perdagangan dan jasa.
Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat menjadi negara-negara dengan investasi terbesar di Indonesia sepanjang tahun 2010. Negara utama asal PMA Tahun 2010 lainnya adalah Jepang, Belanda, Mauritius, Hongkong, Malaysia, Korea Selatan, dan Australia.
10 NEGARA INVESTOR UTAMA
Sumber: BKPM (diolah)
III. ISU-ISU TERKINI TERKAIT PERDAGANGAN DAN INVESTASI
A. ISU PERDAGANGAN TERKINI
a. Permasalahan Logistik Nasional
Dibandingkan dengan Negara tetangga, sistem logistik di Indonesia masih tidak efisien. Inefisiensi ini dapat diukur dengan oleh Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index/LPI) dari Bank Dunia pada tahun 2007, yang menunjukkan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-43 dari 150 negara yang disurvei, di bawah Singapura (urutan ke-1), Malaysia (urutan ke-27) dan Thailand (urutan ke-31). Survei tersebut juga mengungkapkan indeks biaya logistik domestik Indonesia berada di urutan ke-93, yang berarti bahwa biaya logistik domestik di Indonesia masih tinggi. Dalam survei terbaru, posisi Indonesia turun drastis menjadi peringkat ke-75, dan masih tetap berada di bawah kinerja beberapa negara ASEAN lainnya (World Bank, 2009). Rendahnya kinerja sistem logistik nasional ditandai dengan: (i) masih terjadinya kelangkaan stok dan fluktuasi harga kebutuhan bahan pokok masyarakat, terutama pada hari-hari besar nasional dan keagamaan; (ii) masih tingginya disparitas harga untuk daerah perbatasan, terpencil dan terluar; (iii) masih rendahnya tingkat penyediaan infrastruktur baik kuantitas maupun kualitas; (iv) masih adanya pungutan tidak resmi dan biaya transaksi yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi; (v) masih tingginya waktu pelayanan ekspor dan impor dan adanya hambatan operasional pelayanan di pelabuhan; serta (vi) masih terbatasnya kapasitas dan jaringan pelayanan penyedia jasa logistik nasional.
Singapura31%
Inggris12%
Amerika Serikat6%
Jepang4%
Belanda4%
Mauritius4%
Hong Kong3%
Malaysia3%
Korea Selatan2%
Australia1%
Negara Lain30%
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 8
b. Implikasi Krisis Timur Tengah
Kondisi politik di Timur Tengah sampai saat ini masih tidak kondusif yang dimulai sejak awal tahun 2011. Hal ini ditunjukkan dengan pengunduran diri presiden Tunisia di bulan Januari, kemudian pergantian Perdana Menteri Jordania di awal Februari, serta pengunduran diri Presiden Mesir Hosni Mobarak di bulan Februari menjadi pencetus unjuk rasa di Libya yang menuntut Presiden Moammar Khadafy untuk mundur. Padahal, negara-negara Timur Tengah ini merupakan produsen utama minyak dunia. Oleh sebab itu, ketidakstabilan politik di negara-negara timur tengah menjadi penyebab utama harga minyak terdorong ke angka di atas USD 100 per barrel di awal tahun 2011. Sedangkan di akhir tahun 2010 kenaikan harga minyak lebih disebabkan oleh permintaan yang tinggi akibat musim dingin. Ke depan diperkirakan bahwa peningkatan permintaan minyak mentah dunia akan tetap menjadi pendorong naiknya harga minyak dunia. International Energy Agency (IEA) dan Energy Information Administration (EIA) dalam laporan Februari 2011 memperkirakan konsumsi minyak global rata-rata 1,5 juta barrel per hari pada tahun 2011 yang ditopang oleh konsumsi negara-negara non-OECD, khususnya China, Brasil, dan Timur Tengah, serta pertumbuhan konsumsi di negara OECD Amerika Utara. Selain itu, OPEC dalam laporan bulan Februari 20 11 memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak global 2011 sebesar 1,4 juta barrel per hari. Utamanya ditopang oleh meningkatnya aktivitas manufaktur di AS dan China yang disebabkan oleh stimulus dan insentif perekonomian yang diberikan oleh pemerintahnya. Sedangkan di kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh tetap tingginya permintaan minyak mentah dari China dan peningkatan permintaan gasoline dan gasoil di India.
c. Dampak Tsunami Jepang Terhadap Kinerja Ekspor Indonesia
Bencana gempa yang disusul dengan tsunami di Jepang dapat berpotensi terhadap penurunan ekspor Indonesia ke Jepang; yang kemudian dapat berdampak terhadap kinerja ekspor Indonesia. Produk seperti ikan tuna, udang, biji kakao, tetes tebu, marmer, hasil alam, kopi, berbagai kerajinan, dan aromaterapi dikhawatirkan akan menyusut atau mengalami penundaan. Jepang merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia, dimana kontribusinya terhadap ekspor nonmigas Indonesia tahun 2010 adalah sebesar 12,7 persen. Penurunan ekspor ke Jepang, tentunya akan berpotensi menahan laju pertumbuhan ekspor Indonesia di tahun 2011. Bank Dunia (2011) memperkirakan bahwa perlambatan ekonomi Jepang akibat tsunami yang sebesar 0.25-0.5 persen akan berpotensi memperlambat ekspor negara-negara berkembang di Asia Timur sebesar 0.75-1.5 persen. Atau dengan kata lain, elastisitas PDB Jepang terhadap impor dari negara-negara berkembang di Asia Timur adalah sebesar 3.
Sementara itu, bencana tsunami di Jepang diperkirakan berpotensi mendorong permintaan Jepang terhadap minyak mentah untuk perbaikan infrastruktur yang rusak serta pemenuhan kebutuhan listrik yang selama ini dipasok oleh tenaga nuklir. Kondisi ini tentunya akan menambah tekanan sisi permintaan minyak mentah dunia, yang sejak akhir tahun lalu harganya meningkat tinggi. Selain itu, ledakan reaktor nuklir di Jepang paska tsunami dapat menyebabkan negara lain membatalkan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir untuk pemenuhan kebutuhan listrik negaranya, sehingga kondisi ini dapat mendorong tetap tingginya permintaan minyak mentah di masa datang.
Disisi lain, apabila ke depan Indonesia dapat dengan cermat menangkap peluang ekspor yang akan terbuka seiring dengan masa pemulihan Jepang paska tsunami, potensi efek negatif tsunami terhadap kinerja ekspor Indonesia tentunya dapat dihindari. Indonesia dapat memanfaatkan peluang ekspor non-migas terutama pada produk untuk bahan bangunan seperti besi, baja dan dan produk kayu. Selain itu kebutuhan pangan juga diprediksi akan meningkat, seperti hasil pertanian dan perikanan menyusul adanya ancaman bahaya radiasi dari produk pangan Jepang. Kebutuhan energi untuk industri kemungkinan juga akan beralih dari energi nuklir yang akan membuka peluang bagi Indonesia, yang opsinya antara lain energi batubara ataupun gas. Peluang ini akan terbuka, sepanjang Indonesia mampu berkompetisi dengan negara eksportir lain seperti China, Malaysia, dan Thailand.
14,3%15,3%
14,2%12,8% 12,3% 12,3% 12,7%
0,0%
2,0%
4,0%
6,0%
8,0%
10,0%
12,0%
14,0%
16,0%
18,0%
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
14.000
16.000
18.000
2005 2006 2007 2008 2009 2009 2010
Juta USD
PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA KE JEPANG
Share Thd Ekspor Nonmigas Nilai Ekspor Nonmigas
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 9
Sumber: BKPM (diolah)
14,1 13,5
22,8
12,815,1
6,0
9,2
6,34,4
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
-
400,0
800,0
1.200,0
1.600,0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Juta
US
D
REALISASI PMA DARI JEPANG (2002-2010)
Japan % share Jepang thd Total
SURVEY INVESTASI JEPANG OLEH JBIC, 2010
Ranking Country/ Region
No. of Companies
Percentage Share
2010 2009 2010 2009 (516) (480) 2010 2009
1 1 China 388 353 77,3 73,5
2 2 India 312 278 60,5 57,9
3 3 Vietnam 166 149 32,2 31,0
4 4 Thailand 135 110 26,2 22,9
5 6 Brazil 127 95 24,6 19,8
6 8 Indonesia 107 52 20,7 10,8
7 5 Russia 75 103 14,5 21,5
8 7 USA 58 65 11,2 13,5
9 9 Korea 30 31 5,8 6,5
10 10 Malaysia 29 26 5,6 5,4
10 11 Taiwan 29 21 5,6 4,4
Sumber: Japan Bank for International Cooperation (diolah)
B. ISU INVESTASI TERKINI
Perekonomian dunia dan dampaknya terhadap investasi sektor riil
Secara umum tahun 2011 perekonomian dunia diperkirakan akan lebih stabil meskipun masih dibayangi ketidakpastian global sebagai dampak dari masalah di masing-masing kawasan. AS sebagai pusat perekonomian dunia masih menghadapi masalah kondisi anggaran belanja dan fiskalnya. Kelompok Uni Eropa masih belum dapat lepas dari penyelesaian masalah hutang negara anggotanya (Yunani dan Irlandia). Implikasi dari perekonomian negara-negara maju tersebut terhadap Indonesia adalah kemungkinan akan sulit untuk mengharapkan aliran masuk investasi sektor riil dari kedua kawasan tersebut.
Konflik politik yang membawa dinamika perubahan tatanan pemerintahan di beberapa negara Arab kemungkinan dapat memicu konflik yang lebih luas di kawasan tersebut dan akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi yang tinggi. Nilai dan share investasi dari negara-negara Arab di Indonesia tidak tinggi, namun ketidakpastian di kawasan tersebut justru dapat memberi peluang untuk masuknya investasi asing dalam bentuk FDI lebih besar ke Indonesia yang semula berada di kawasan tersebut.
Atmosfir politik di Libya yang belum mengarah pada kepastian penyelesaian, telah memicu kenaikan harga minyak dunia. Sebagai negara pengimpor minyak neto (net importir), Indonesia kemungkinan akan mendapat pengaruhnya yang berdampak pada kenaikan biaya produksi industri di dalam negeri.
Perlu juga diperhatikan dampak terjangan tsunami, gempa bumi, dan bahaya ledakan PLTN yang melanda Jepang baru-baru ini. Rusaknya infrastruktur dan berkurangnya pasokan energi telah menurunkan produktivitas dan memukul perekonomian domestik negara tersebut. Besar kemungkinan Jepang akan lebih inward looking berkonsentrasi pada rekonstruksi dalam negerinya yang akan menyedot anggaran pemerintah dan korporasi. Hal itu kemungkinan berdampak terhadap aliran masuk investasi Jepang ke Indonesia, mengingat Jepang merupakan salah satu investor utama di Indonesia. Mengingat Jepang merupakan salah satu investor utama di Indonesia. Pada posisi tahun 2010, share PMA sektor non migas dari Jepang mencapai 4,4 persen terhadap total PMA non migas dan menduduki peringkat ke 4 terbesar.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh JBIC terhadap investasi Jepang di beberapa negara yang dikeluarkan pada tanggal 23 Maret 2010, posisi Indonesia untuk tahun 2010 menduduki peringkat ke 6 lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang berada pada ranking ke 8. Peringkat yang dicapai tahun 2010 merupakan capaian tertinggi Indonesia setelah periode krisis moneter 1997.
Meskipun Jepang selalu menjadi investor utama dan tetap menempatkan Indonesia sebagai negara tujuan investasi Jepang, sharenya menunjukkan kecenderungan menurun sejak tahun 2005. Oleh karena itu, iklim investasi domestik perlu terus ditingkatkan selain untuk menarik investor baru masuk, juga untuk mempertahankan investor yang sudah lama beroperasi (existing) mengingat daya saing dari negara lain semakin tinggi.
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional
IV. PERKEMBANGAN KERJASAMA
Keketuaan Indonesia Untuk ASEAN Tahun 2011
Pada upacara penutupan KTT ASEAN ke
Oktober 2010, telah diumumkan secara resmi
di tahun 2011. Sebagai Ketua ASEAN pada tahun 2011, Indonesia bertanggung
jawab untuk menyelenggarakan pertemuan tingkat Kepala Negara/Pemerintahan,
berbagai pertemuan Dewan Koordinasi dan Komunitas ASEAN, pertemuan tingkat
Menteri, pejabat tinggi sektoral, serta
ASEAN yaitu politik keamanan, ekonomi, dan sosial buday
berjumlah 126 pertemuan.
Indonesia sebagai tuan rumah akan menyelenggarakan pertemuan
dan East Asia Summit (EAS). Rangkaian pertemuan ASEAN lainnya
Community (APSC) Council, ASEAN Economic Community (AEC) CouncilCouncil, ASEAN Foreign Ministers’ (AMM) Meeting, ASEAN Coordinating CoASEAN Finance Ministers Meeting, ASEAN Economic Ministers’ Meeting, ASEAN Defense Ministers’ MeeASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crimes, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, ASEAN Commission on the Promotion and Protection the Rights of Women and Children.
Logo Keketuaan Indonesia adalah gunungan wayang, yang
ASEAN 2011 untuk mewujudkan 3 pilar Komunitas ASEAN dan mendorong kerja sama yang saling
menguntungkan. Sedangkan tema Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2011
Community in a Global Community of Nations”. Tema ini diangkat dalam rangka pencapaian Ko
2015. Dengan terbentuknya Komunitas ASEAN di tahun 2015, ASEAN
kolektifnya dalam penanganan berbagai isu dan tantangan global sehingga dapat memberikan suatu kontribusi
positif bagi komunitas global bangsa-bangsa.
Prioritas Keketuaan Indonesia untuk ASEAN tahun 2011 adalah : (i)
ditandai oleh kemajuan yang signifikan dalam pencapaian Komunitas ASEAN; (ii) memastikan terpeliharanya
tatanan dan situasi di kawasan yang kondusif bagi upaya pencapaian pembangunan, antara lain melalui
Summit (EAS), yang dimotori oleh peran sentral ASEAN; dan (iii) menggulirkan pembahasan mengenai perlunya
visi “ASEAN pasca-2015”, yaitu peran masyarakat ASEAN dalam masyarakat dunia (
community of nations).
Selanjutnya, Indonesia sebagai salah satu “founding countries”menandai pembentukan ASEAN telah berpartisipasi aktif
memberikan landasan yang kuat di tengah konstelasi global yang ditandai oleh Perang Dingin, melalui
kesepakatan Bali Concord I. Kemudian pada tahun 2003, Indonesia kembali berhasil memberikan landasan yang
kuat bagi proses transformasi ASEAN menjadi suatu organisasi yang
masyarakat melalui kesepakatan Bali Concord II.
Sebagai ketua ASEAN pada tahun ini, Indonesia bertekad untuk dapat kembali memberikan kontribusi
konkrit dan bermanfaat melalui pemikiran ASEAN beyond 2015selanjutnya oleh ASEAN setelah terbentuknya ASEAN Community akan diupayakan oleh Indonesia ketika menjadi Ketua ASEAN tahun 2011. Komunitas ASEAN akan menjadi inti
dari pengembangan arsitektur kawasan, dalam suatu tatanan regional yang mengedepankan
equilibrium”, yang secara strategis tercermin pada perkembangan
Rusia dan Amerika Serikat pada masa Keketuaan Indonesia di tahun 2011.
ASEAN, Indonesia berupaya mewujudkan suatu People-Orienteddan manfaat ASEAN yang diperoleh harus dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat ASEAN secara luas.
Bagi Indonesia, Keketuaan untuk ASEAN tahun 2011 merupakan m
meletakkan pondasi atau landasan bagi kemajuan ASEAN pasca Komunitas ASEAN di tahun 2015 dengan terus
memperkokoh implementasi secara penuh Cetak Biru Pilar Politik
menuju Komunitas ASEAN di tahun 2015; (ii) memperkuat peran ASEAN dalam membentuk Arsitektur regional di
kawsan Asia Pasifik; (iii) lebih meningkatkan peran ASEAN di tingkat global; (iv) merefleksikan “kepemimpinan”
Indonesia di ASEAN dan bukan hanya sekedar menjalankan fungsi penyelenggara Keketu
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 10
PERKEMBANGAN KERJASAMA ASEAN
Keketuaan Indonesia Untuk ASEAN Tahun 2011
Pada upacara penutupan KTT ASEAN ke-17 di Hanoi, Vietnam, tanggal 30
Oktober 2010, telah diumumkan secara resmi Keketuaan Indonesia untuk ASEAN
Ketua ASEAN pada tahun 2011, Indonesia bertanggung
jawab untuk menyelenggarakan pertemuan tingkat Kepala Negara/Pemerintahan,
berbagai pertemuan Dewan Koordinasi dan Komunitas ASEAN, pertemuan tingkat
Menteri, pejabat tinggi sektoral, serta working group berdasarkan ketiga pilar
ASEAN yaitu politik keamanan, ekonomi, dan sosial budaya yang diperkirakan
akan menyelenggarakan pertemuan KTT ke-18 ASEAN, KTT ke-19 ASEAN
angkaian pertemuan ASEAN lainnya adalah sebagai berikut: ASEAN Political Security ASEAN Economic Community (AEC) Council, ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC)
ASEAN Coordinating Council (ACC), ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN Economic Ministers’ Meeting, ASEAN Defense Ministers’ Mee ting dan
ASEAN Ministerial Meeting on Transnational Crimes, ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights, Commission on the Promotion and Protection the Rights of Women and Children.
wayang, yang merepresentasikan Indonesia sebagai Ketua
mewujudkan 3 pilar Komunitas ASEAN dan mendorong kerja sama yang saling
Sedangkan tema Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di tahun 2011 ini adalah “ASEAN
Tema ini diangkat dalam rangka pencapaian Komunitas ASEAN
2015. Dengan terbentuknya Komunitas ASEAN di tahun 2015, ASEAN dituntut untuk memperkuat kontribusi
kolektifnya dalam penanganan berbagai isu dan tantangan global sehingga dapat memberikan suatu kontribusi
Prioritas Keketuaan Indonesia untuk ASEAN tahun 2011 adalah : (i) memastikan bahwa tahun 2011 akan
ditandai oleh kemajuan yang signifikan dalam pencapaian Komunitas ASEAN; (ii) memastikan terpeliharanya
tatanan dan situasi di kawasan yang kondusif bagi upaya pencapaian pembangunan, antara lain melalui East Asia yang dimotori oleh peran sentral ASEAN; dan (iii) menggulirkan pembahasan mengenai perlunya
2015”, yaitu peran masyarakat ASEAN dalam masyarakat dunia (ASEAN Community in a global
“founding countries” penandatangan Deklarasi Bangkok yang
telah berpartisipasi aktif pada tahun 1967. Pada tahun 1976, Indonesia berhasil
memberikan landasan yang kuat di tengah konstelasi global yang ditandai oleh Perang Dingin, melalui
ahun 2003, Indonesia kembali berhasil memberikan landasan yang
nsformasi ASEAN menjadi suatu organisasi yang rules-based dan berorientasi kepada
, Indonesia bertekad untuk dapat kembali memberikan kontribusi
ASEAN beyond 2015. Antara lain yaitu, visi atau apa yang perlu diraih
ASEAN Community di tahun 2015. Landasan ke depan inilah yang
menjadi Ketua ASEAN tahun 2011. Komunitas ASEAN akan menjadi inti
uatu tatanan regional yang mengedepankan “dynamic strategis tercermin pada perkembangan East Asia Summit dengan mengikutsertakan
pada masa Keketuaan Indonesia di tahun 2011. Pada masa Kepemimpinannya di
Oriented and People-Centered ASEAN, dimana segala hasil
dan manfaat ASEAN yang diperoleh harus dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat ASEAN secara luas.
ahun 2011 merupakan momen penting dalam rangka untuk: (i)
meletakkan pondasi atau landasan bagi kemajuan ASEAN pasca Komunitas ASEAN di tahun 2015 dengan terus
memperkokoh implementasi secara penuh Cetak Biru Pilar Politik-Keamanan ASEAN, Ekonomi, dan Sosial Budaya
memperkuat peran ASEAN dalam membentuk Arsitektur regional di
kawsan Asia Pasifik; (iii) lebih meningkatkan peran ASEAN di tingkat global; (iv) merefleksikan “kepemimpinan”
Indonesia di ASEAN dan bukan hanya sekedar menjalankan fungsi penyelenggara Keketuaan ASEAN.
SEKILAS INFO PERDAGANGAN DAN INVESTASI
Direktorat Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Bappenas - 11
V. PERKEMBANGAN DAYA SAING INDONESIA
Posisi Indonesia dalam doing business 2011 menurun dibandingkan tahun 2010 (yang sudah disesuaikan kriterianya) dari posisi 115 menjadi 121.
Selama setahun terakhir, Indonesia telah melakukan tiga reformasi positif di tiga kriteria, yaitu pendirian usaha (pengurangan biaya dan waktu pembuatan akte pendirian usaha), pengurangan tarif pajak penghasilan serta pengurangan waktu ekspor dengan NSW. Tetapi indonesia masih buruk dalam pelaksanaan kontrak (dari segi jumlah prosedur, waktu serta biaya)
Secara umum kemudahan usaha di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata (masih di bawah Vietnam).
EASE OF DOING BUSINESS
Negara
Peringkat
2006 2007 2008 2009 2010 2010
(adjusted)* 2011*
Singapore 2 1 1 1 1 1 1
New Zealand 1 2 2 2 2 3 3
United States 3 3 3 3 4 5 5
UK 5 6 6 6 5 4 4
Australia 9 8 9 9 9 10 10
Thailand 19 18 15 13 12 16 19
Malaysia 25 25 24 20 23 23 21
Vietnam 98 104 91 92 93 88 78
Philippines 121 126 133 140 144 146 148
Indonesia 131 135 123 129 122 115 121
Jumlah negara yang disurvey 155 175 178 181 183 183 183
Sumber: Ease of Doing Business
Posisi Indonesia pada WCY sejak tahun 2009 mengalami perbaikan yang cukup signifikan, tetapi masih berada dibawah Singapura, Malaysia dan Thailand.
Naiknya daya saing Indonesia lebih didasarkan pada nilai trading (dominasi impor) dan angka inflasi, bukan kondisi perkembangan industri dalam negeri. Sementara itu hasil pemeringkatan 2010 sangat dipengaruhi volatilitas dalam pertumbuhan ekonomi dan kurs, khususnya dolar AS terhadap euro, krisis finansial, arus investasi dan perdagangan, serta ketenagakerjaan.
IMD WORLD COMPETITIVENESS YEAR BOOK
Negara
Peringkat Score
2006 2007 2008 2009 2010 2010
Singapore 3 2 2 3 1 100
Hongkong 2 3 3 2 2 99,4
USA 1 1 1 1 3 99,1
Australia 6 12 7 7 5 92,2
Taiwan 17 18 13 23 8 90,4
Malaysia 22 23 19 12 10 87,2
China 18 15 17 20 18 80,2
UK 20 20 21 21 22 76,8
Korea 32 29 31 27 23 76,3
Thailand 29 33 27 26 26 73,2
Japan 16 24 22 17 27 72,1
India 27 27 29 30 31 64,6
Philipines 42 45 40 43 39 56,5
Indonesia 52 54 51 42 35 60,7
Total Negara 53 55 55 57 58
Sumber: IMD World Competitiveness Year Book
Pada publikasi tahun 2010-2011 peringkat Indonesia berdasarkan skornya untuk indeks daya saing global adalah 44 (score 4,43) dari 139 negara yang disurvei. Posisi Indonesia tersebut naik 10 peringkat dibanding periode sebelumnya yaitu peringkat 54 (score 4,26) dari 133 negara.
Perbaikan terutama dikontribusikan oleh kondisi makroekonomi yang sehat serta dari sektor pendidikan. Sementara sektor infrastruktur Indonesia masih rendah walaupun sudah menunjukkan perbaikan.
Posisi GCI Indonesia masih kurang kompetitif dibanding negara-negara Asia Tenggara yang lain, seperti: Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. Indonesia juga masih dibawah Korea dan China, tetapi di atas India.
GLOBAL COMPETITIVENESS INDEX
Negara
Peringkat Global Competitiveness Index Score
2006-2007
2007-2008
2008-2009
2009-2010 2010-2011
Swiss 4 2 2 1 1 5,63
Swedia 9 4 4 4 2 5,56
Singapura 8 7 5 3 3 5,48
USA 1 1 1 2 4 5,43
Jerman 7 5 7 7 5 5,39
Jepang 5 8 9 8 6 5,37
Hongkong 10 12 11 11 11 5,3
UK 2 9 12 13 12 5,25
Korea 23 11 13 19 22 4,93
Malaysia 19 21 21 24 26 4,88
China 35 34 30 29 27 4,84
India 42 48 50 49 51 4,33
Brunei Darussalam - - 39 32 28 4,75
Thailand 28 28 34 36 38 4,51
Indonesia 54 54 55 54 44 4,43
Vietnam 64 68 70 75 59 4,27
Filipina 75 71 71 87 85 3,96
Total Negara 122 131 134 133 139
Sumber: Global Competitiveness Index