sejarah tim mawar, - gelora45.com · salah satunya arsip tertanggal 7 mei 1998 yang mengungkap...
TRANSCRIPT
1
Sejarah Tim Mawar,
Penculikan Aktivis '98, & Keterlibatan Prabowo
Subianto dan Kopassus. FOTO/xaydungviet.info
Oleh: Iswara N Raditya - 13 Maret 2019
Sejarah dan status Tim Mawar di Kopassus masih teka-teki, begitu pula dengan
peran Prabowo Subianto dalam operasi penculikan aktivis 1998.
tirto.id - Baru-baru ini beredar video kesaksian Agum Gumelar mengenai sidang
pemecatan Prabowo Subianto dari kemiliteran pada 1998 silam. Pemecatan itu terkait
keberadaan Tim Mawar dari Kopassus yang disebut-sebut telah menculik beberapa
aktivis. Sejarah mencatat, Prabowo adalah mantan Danjen Kopassus kendati saat
disidang ia sudah tidak mengemban jabatan itu.
Dalam video tersebut, Agum Gumelar mengatakan bahwa sebelum Prabowo disidang,
Dewan Anggota Kehormatan (DKP) telah menyelidiki perkara itu terlebih dulu. Agum
adalah anggota DKP bersama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang kini mendukung
Prabowo sebagai capres.
“Tugasnya adalah memeriksa kasus ini, menyelidiki kasus. Kasus pelanggaran HAM berat.
Berjalanlah DKP, bekerjalah DKP, sebulan lebih memeriksa yang namanya Prabowo
Subianto, periksa. Dari hasil pemeriksaan mendalam, ternyata didapat fakta bukti yang
nyata bahwa dia melakukan pelanggaran HAM yang berat,” beber Agum.
“Tim Mawar yang melakukan penculikan itu, bekas anak buah saya semua, dong. Saya juga
pendekatan dari hati ke hati kepada mereka, di luar kerja DKP. Karena mereka bekas
anak buah saya, dong. Di sinilah saya tahu bagaimana matinya orang-orang itu, di mana
2
dibuangnya, saya tahu betul,” lanjutnya.
Dalam persidangan, ungkap Agum yang juga pernah menjabat sebagai Danjen Kopassus,
Prabowo dinyatakan bersalah kemudian dipecat. “Dengan kesalahan terbukti, yang
direkomendasikan supaya yang bersangkutan diberhentikan dari dinas militer,” tandas
Agum dalam video itu.
[Baca juga: Karier Militer Prabowo: Melesat Lalu Terpeleset]
Teka-Teki Tim Mawar
Asal-usul dan status Tim Mawar sendiri sebenarnya masih menjadi teka-teki bahkan
hingga saat ini. Apakah tim ini adalah satuan resmi dari Kopassus? Jika bukan, mengapa
dan untuk apa tim yang beranggotakan personel Kopassus (anak buah Prabowo) ini
dibentuk?
Made Supriatma dalam artikelnya bertajuk “Melacak Tim Mawar” yang dimuat di
Indoprogress pada 27 Mei 2014, rupanya juga penasaran dengan tim penculik ini. Made
menyebut, keberadaan Tim Mawar di luar kebiasaan operasi Kopassus.
Di pengadilan militer, Mayor Inf. Bambang Kristiono selaku Komandan Tim Mawar, tulis
Made, mengaku membentuk tim untuk menculik atas inisiatif pribadi. Tentu hal yang
janggal di kemiliteran jika suatu tim khusus, yang punya misi khusus dan berisiko pula,
dibentuk tanpa sepengetahuan atasannya.
Lewat tulisannya, Made juga membeberkan bahwa beberapa narasumbernya
mengungkapkan, sejumlah perwira yang terlibat dalam penculikan aktivis 1998 pernah
bertugas di Timor-Timur sebelum Pemilu 1997 dan Pemilihan Presiden 1998. “Mereka
tahu bahwa perwira-perwira tersebut adalah perwira-perwira Kopassus,” tulis Made.
[Baca juga: Sejarah Timor Timur Lepas dari RI yang Diungkit Prabowo]
Selain itu, Made melihat pula keanehan mengenai komposisi Tim Mawar. “Yang kita
ketahui dari proses peradilan adalah bahwa hanya ada 8 perwira pertama dan 3 bintara
yang terlibat dalam penculikan. Komposisi terlihat sangat janggal mengingat banyaknya
perwira dan sedikitnya prajurit yang terlibat,” urainya.
Teka-Teki Terkait Prabowo
Lantas, apakah Tim Mawar memang dibentuk Prabowo Subianto? Pengakuan Mayor Inf.
3
Bambang Kristiono yang mengatakan dirinya membentuk Tim Mawar atas inisiatif pribadi
terasa janggal, seperti yang ditulis Made.
Pada 2014 lalu, sempat keluar pernyataan kontradiktif dari mantan Komandan Pusat
Polisi Militer (Danpuspom) TNI, Mayjen TNI (Purn.) Syamsu Djalal.
“Komandan Tim Mawar mengakui penculikan atas perintah komandannya [Danjen
Kopassus],” ucapnya dalam acara Konsolidasi Nasional Ikatan Keluarga Orang Hilang
Indonesia (IKOHI) di Jakarta, 25 Juni 2014, seperti diberitakan Republika.
Danjen Kopassus saat itu adalah Prabowo Subianto yang menjabat sejak Desember 1995
hingga Maret 1998 dan selanjutnya ditunjuk sebagai Pangkostrad.
[Baca juga: Kesaksian Andi Arief Soal Prabowo & Penculikan 1998]
Namun, hanya sehari berselang, Syamsu Djalal menganulir ucapannya. Ia menegaskan
anggota Tim Mawar yang menculik aktivis sudah diadili Mahkamah Militer dan tidak
terkait dengan Prabowo Subianto.
“Prabowo hanya merasa bertanggung jawab saja, dalam militer tidak ada prajurit yang
bersalah, yang salah komandannya,” tandas Syamsu Djalal, seperti diberitakan Antara.
Syamsu Djalal mengaku tahu tujuan awal dibentuknya Tim Mawar, yakni untuk
pengamanan Sidang Umum MPR. “Namun Tim Mawar menyalahgunakan wewenangnya,”
ucapnya.
Pada akhirnya, ia meminta persoalan ini tidak perlu diungkit-ungkit lagi. “Sebagai orang
beragama, tidak boleh membongkar aib, tidak ada gunanya. Mulut itu harus dijaga, kita
menyakiti orang lain berdosa apalagi ngomongin orang lain. Jangan sok tahu,” elak Syamsu
Djalal.
Namun, keterlibatan Prabowo dalam aksi penculikan aktivis yang dilakukan Tim Mawar
kembali terangkat pada 2018. Arsip Keamanan Nasional (NSA) merilis 34 dokumen
rahasia Amerika Serikat terkait situasi sekitar reformasi di Indonesia.
Salah satunya arsip tertanggal 7 Mei 1998 yang mengungkap catatan staf Kedutaan
Besar AS di Jakarta mengenai nasib para aktivis yang menghilang. “Penghilangan itu
diperintahkan Prabowo yang mengikuti perintah dari Presiden Soeharto,” demikian yang
4
tertulis dalam dokumen itu, dikutip dari BBC.
Prabowo boleh jadi tidak terlibat langsung dalam garis komando Tim Mawar yang
beranggotakan para anak buahnya yang personel Kopassus itu. Namun, bukan mustahil
juga Prabowo yang memerintahkan penculikan tersebut atas titah mertuanya,
sebagaimana diungkap dalam dokumen rahasia AS.
[Baca juga: Mereka Pernah Diculik Tim Mawar]
Seperti yang diakui Made Supriatma, melacak Tim Mawar memang rumit, “Terlalu banyak
misteri yang meliputi tim ini.”
“Namun, satu hal yang jelas, pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan dan perbuatan
yang dilakukan tim ini tidak pernah dijawab dengan jelas,” simpul Made.
[Baca juga artikel terkait PENCULIKAN AKTIVIS atau tulisan menarik lainnya Iswara
N Raditya (tirto.id - Politik)]
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Mufti Sholih
Arsip Rahasia AS mengungkap bahwa penculikan aktivis 1998 oleh Tim Mawar atas
perintah Prabowo Subianto.
https://tirto..id/sejarah-tim-mawar-penculikan-aktivis-98-keterlibatan-prabowo-djgG
Dulu Tim Mawar Kopassus, Kini Jenderal
Dulu Tim Mawar Kopassus, Kini... Tim Mawar Kopassus dalam sidang
mahkamah milter. [Grafis/Tf Subarkah/Foto/dok.kontras]
5
Oleh: Kukuh Bhimo Nugroho - 30 Agustus 2016
Empat perwira anggota Tim Mawar Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI AD
sukses menjadi jenderal di tahun 2016. Tiga di antaranya pernah dipecat dari TNI
pada persidangan di Mahmilti tahun 1999 dalam kasus penculikan Aktivis di
penghujung rezim Orde Baru.
tirto.id - Tanggal 30 Agustus merupakan Hari Penghilangan Orang Secara Paksa
Internasional atau International Day for the Disappeared. Ingatan orang pasti akan
meluncur ke peristiwa penculikan sejumlah aktivis 17 tahun silam. Bagaimana kabar 11
anggota Tim Mawar Kopassus?
Tahun 2016 rupanya menjadi tahun baik bagi empat anggota Tim Mawar. Mereka sukses
menjadi jenderal setelah menyandang pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI..
Keempatnya pernah divonis bersalah – tiga bahkan dipecat dari TNI-- dalam kasus
penculikan aktivis pro demokrasi, pada persidangan di Mahkamah Militer Tinggi II
Jakarta, pada Selasa, 6 April 1999.
Empat anggota Tim Mawar yang baru saja menerima kenaikan pangkat menjadi Brigjen
adalah Kolonel Inf Fauzambi Syahrul Multazhar (Wakil Komandan Tim Mawar yang dulu
bernama Fausani Syahrial Multhazar), Kolonel Inf Drs Nugroho Sulistyo Budi, Kolonel
Inf Yulius Selvanus dan Kolonel Inf Dadang Hendra Yuda.
Keempatnya dipromosikan menjadi jenderal setelah menerima promosi ke jabatan yang
diemban oleh seorang Brigjen. Memang, jabatan yang diterima keempatnya bukan
jabatan di struktur resmi TNI, melainkan di institusi pemerintahan sipil yang tetap
berada di lingkungan TNI, yakni di Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Badan Intelijen
Negara (BIN) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Kolonel Yulius Selvanus menjadi anggota Tim Mawar pertama yang menjadi brigjen,
setelah Panglima TNI mengeluarkan Surat Perintah Nomor: Sprin/120/I/2016 tentang
“Kenaikan Pangkat”, pada 19 Januari 2016. Brigjen TNI Yulius Selvanus menjabat Kepala
BIN Daerah Kepulauan Riau.
Lima bulan setelah itu, tepatnya 9 Juni 2016, Kolonel Fauzambi Syahrul Multazhar dan
Kolonel Nugroho Sulityo Budi menyusul menjadi Brigjen. Panglima TNI menerbitkan
Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/463/VI/2016 tentang Pemberhentian dari dan
Pengangkatan dalam jabatan di lingkungan TNI untuk pengangkatan kedua jenderal itu.
6
Fauzambi dipromosikan dari Kepala Sub Direktorat Analisa Strategi, Direktorat
Jenderal Strategi Pertahanan, Kemenhan, menjadi Direktur Veteran, Direktorat
Jenderal Potensi Pertahanan, Kemenhan. Sedangkan Nugroho Sulistyo Budi dari agen
madya BIN Daerah Jawa Tengah menjadi Direktur Komunikasi Massa Deputi Bidang
Komunikasi dan Informasi BIN.
Terakhir, pada 1 Agustus 2016, Kol Dadang Hendra Yuda menyusul menjadi Brigjen pasca
keluarnya Keputusan Panglima TNI Nomor: Kep/613/VIII/2016 tentang
“Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan TNI”, khususnya
mutasi jabatan 43 Perwira Tinggi TNI. Dadang dipromosikan dari Kepala Sub Direktorat
Pengawasan dan Kontra Propaganda dan Deradikalisasi BNPT, menjadi Kepala Biro Umum
Sekretariat Utama BNPT yang dijabat seorang Brigjen.
Meski menjabat di pemerintahan sipil, keempatnya tetaplah seorang prajurit TNI aktif
yang jenjang kepangkatannya ditentukan oleh Panglima TNI. Hal itu diatur dalam UU
Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia. Pada pasal 47 ayat (2)
disebut; “Prajurit aktif dapat menduduki jabatan pada kantor yang membidangi
koordinator bidang politik dan keamanan negara, pertahanan negara, sekretaris militer
presiden, intelijen negara, sandi negara, lembaga ketahanan nasional, dewan prtahanan
nasional, SAR Nasional, narkotika nasional, dan Mahkamah Agung.
” Kemudian pasal (5) menyebut, “Pembinaan karier prajurit yang menduduki jabatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Panglima bekerja sama dengan
pimpinan departemen dan lembaga pemerintah nondepartemen yang bersangkutan”.
Sudah Tempuh Banding
Apa yang diraih oleh empat anggota TIM Mawar tentu luar biasa. Sebab, mereka dulu
bersama tujuh prajurit lainnya pernah menjadi pesakitan di pengadilan Mahkamah
Militer II Jakarta dalam kasus penculikan terhadap sembilan aktivis pro demokrasi
sebelum menjelang kejatuhan rezim Presiden Soeharto, di tahun 1998.
Pada Selasa (9/4/1999), di persidangan Mahkamah Militer Tinggi II Jakarta yang
dipimpin Kolonel (Chk) Susanto, diputus perkara nomor
PUT.25-16/K-AD/MMT-II/IV/1999. Hasilnya, Komandan Tim Mawar Mayor (Inf)
Bambang Kristiono divonis 22 bulan penjara dan dipecat anggota TNI.
Kapten (Inf) Fausani Syahrial Multhazar selaku Wakil Komandan Tim Mawar, Kapten
(Inf) Nugroho Sulistiyo Budi, Kapten (Inf) Yulius Selvanus dan Kapten (Inf) Untung Budi
7
Harto, masing-masing divonis 20 bulan penjara dan dipecat sebagai anggota TNI.
Sementara enam prajurit lainnya divonis penjara, namun tak dipecat sebagai anggota
TNI. Mereka adalah Kapten (Inf) Dadang Hendra Yuda, Kapten (Inf) Djaka Budi Utama,
Kapten (Inf) Fauka Noor Farid masing-masing 1 tahun 4 bulan. Sedangkan Serka Sunaryo,
Serka Sigit Sugianto dan Sertu Sukadi hanya dikenai hukuman penjara 1 tahun.
Kelima prajurit yang dipecat mengajukan banding, sehingga sanksi pemecatan belum bisa
dikenakan atas mereka. Koordinator Kontras Usman Hamid, pada Mei 2007, pernah
menyesalkan ketertutupan proses pengadilan di tingkat banding, pasca pengadilan
Mahkamah Militer Tinggi II Jakarta.
Pada persidangan di Mahmilti II terungkap bagaimana Tim Mawar yang berasal dari Grup
IV Kopassus melakukan penculikan teerhadap sembilan aktivis. Menurut Mayor Bambang
Kristiono, selaku komandan Tim Mawar, seluruh kegiatan penculikan aktivis dilaporkan
kepada Kolonel Chairawan selaku Komandan Grup IV.
Chairawan sendiri tak pernah diajukan ke
pengadilan. Pihak ABRI saat itu membentuk
Dewan Kehormatan Perwira (DKP) untuk
menangani kasus tersebut. Atas rekomendasi
DKP, Panglima ABRI Jenderal Wiranto
menjatuhkan hukuman berupa pengakhiran masa
dinas TNI terhadap Komandan Jenderal
Kopassus Letjen TNI Prabowo Subianto dan
Wakil Danjen Kopassus Mayjen TNI Muchdi PR.
Sementara Chairawan, dibebastugaskan dari
jabatan karena dinilai tak mampu mengetahui
segala kegiatan anak buahnya.
Berdasarkan data KontraS (Komisi untuk Orang
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan), selama
periode 1997-1998, sebanyak 23 orang telah
dihilangkan oleh alat-alat negara. Perinciannya,
satu orang meninggal dunia, 13 orang hilang tak
tentu rimba, sementara sembilan orang
dilepaskan oleh para penculiknya.
8
Suara Para Korban
Lalu bagaimana tanggapan korban penculikan soal mantan penculiknya yang kini menjadi
jenderal?
Mugiyanto, salah satu dari sembilan korban penculikan Tim Mawar, mengaku tak kaget.
“Sebenarnya saya tidak kaget dengan kenaikan pangkat yang mereka alami. Karena dari
awal, pengadilan militer yang menghukum Tim Mawar bukan benar-benar pengadilan yang
fair dan terbuka,” kata Mugiyanto kepada tirto.id, saat ditemui di kantor Komnas
Perempuan, Jakarta, pada Kamis (25/8/2016).
Menurutnya, peradilan militer tidak sesuai untuk menangani kasus penculikan aktivis.
Menurut hukum internasional, penculikan aktivis merupakan pelanggaran HAM berat
karena melakukan penghilangan orang secara paksa. Pelanggaran HAM harusnya diproses
di pengadilan yang imparsial atau pengadilan umum menggunakan UU hukum pidana atau
UU HAM.
Mugi meyakini, dirinya dan delapan aktivis yang dilepaskan penculik merupakan korban
dari Tim Mawar. “Prabowo pernah mengatakan, saya hanya menculik sembilan orang dan
sudah dilepaskan semua, sementara saya tidak tahu yang lain,” katanya mengutip
pernyataan Prabowo Subianto.
Sementara itu, Al Araf, pengamat militer, menganggap peradilan militer belum bisa
memberikan keadilan dalam menghukum seorang prajurit yang melakukan tindak pidana.
“Peradilan militer sering sekali menjadi sarana impunitas. Dan mereka yang pernah
sidang di peradilan militer justru mendapat ruang baru dalam promosi dan karier,”
katanya kepada tirto.id, pada Minggu (21/8/2016).
Dia pun menyarankan reformasi peradilan militer melalui revisi UU Nomor 31 tahun 1997
yang mengaturnya. “Kita berharap agar kemudian di masa datang, mereka-mereka yang
terlibat pelanggaran HAM dihukum melalui mekanisme peradilan yang adil dan benar.
Pangkal persoalannya ada di situ. revisi peradilan militer yang belum tuntas,” tegas Al
Araf.
Pihak TNI sendiri enggan menanggapi promosi jenderal anggota Tim Mawar ini. “Masalah
apa? Tim mawar? Waduh itu baiknya kamu ke Kadispenad saja ya. Karena angkatan darat
itu, bukan ke saya,” kata Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Tatang
Sulaiman, pada Senin (15/8/2016).
9
Sementara Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad), Brigjen TNI Mohamad
Sabrar Fadhilah, juga enggan berkomentar banyak. “Masa kalau orang sudah dihukum,
lalu kena hukuman sepanjang masa? Kalau sudah keputusannya inkrah dan sudah dijalani?”
katanya kepada tirto.id, pada Sabtu (20/6/2016).
Lalu bagaimana tanggapan empat prajurit Tim Mawar itu sendiri? “Itu kan sudah lalu dan
melalui proses. Jadi saya pikir..., sudahlah. Jangan mencari-cari. Kita diberikan
kesempatan. Kalau saya memang tidak bagus, ya tidak mungkinlah sekarang di BNPT. Kita
sudah lakukan yang terbaik untuk bangsa,” kata Dadang Hendra Yudha kepada tirto.id,
pada Rabu (24/8/2016).
Reporter: Mawa Kresna, Aditya Widya Putri & Reja Hidayat
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti Subscribe Now
Empat perwira anggota Tim Mawar Kopassus
dipromosikan menjadi jenderal pada tahun 2016.
https://tirto.id/dulu-tim-mawar-kopassus-kini-jenderal-bEYP`
Karier Militer Prabowo: Melesat Lalu Terpeleset
Prabowo Subianto. Antara news/www.aktual.co
Oleh: Petrik Matanasi - 3 Agustus 2017
Pada 1998, Prabowo dipecat dengan pangkat akhir letnan jenderal.
tirto.id - Setelah kalah pada Pilpres 2014, Prabowo tak banyak muncul di hadapan publik.
Ia sesekali tampil misalnya saat bertemu Presiden Jokowi atau seperti pekan lalu saat ia
10
menemui Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas. Prabowo dan SBY sama-sama
menjadi taruna Akabri pada 1970, hanya saja SBY lulus pada 1973, sedangkan Prabowo
baru lulus setahun kemudian.
Karier militer Prabowo boleh dibilang supercemerlang. Ia memulai karirnya di ABRI
tentu sejak 1974. Tak tanggung-tanggung, Prabowo masuk satuan elit baret merah,
Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Di tahun-tahun awal tugasnya, dia dikirimkan ke
Timor Leste, dan di sana dia berkawan dengan Herkules Rosario Marshall.
Pulang dari Timor Leste, ketika masih berpangkat kapten, Prabowo dikirim ke Jerman.
Maraknya terorisme membuat Prabowo dan perwira lain seperti Mayor Luhut Binsar
Pandjaitan dikirim untuk belajar kontra-terorisme pada Polisi Elit Jerman Barat,
Grenzschutzgrupppe 9 (GSG-9). Pulang dari sana, keduanya menjadi pendiri dan
pemimpin unit Detasemen 81/Penanggulangan Teror yang dikenal sebagai Gultor 81. Di
satuan anti-teror itu, Prabowo menjadi wakil komandan hingga tahun 1985.
Kisah mereka berdua di unit itu disinggung dalam buku Sintong Panjaitan Perjalanan
Seorang Prajurit Para Komando (2009). Di dalamnya dikisahkan bagaimana Prabowo
menyiagakan pasukan dan hendak menggerakkan pasukannya untuk sebuah gerakan
sekitar Maret 1983.
Menurut Salim Said dalam buku Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto
(2016), kala itu “Prabowo mencurigai Benny Moerdani merencanakan kudeta penyingkiran
Soeharto. Ketegangan antara Moerdani dan Prabowo diselesaikan secara internal oleh
Panglima ABRI Jenderal Jusuf.”
Benny Moerdani kemudian menjadi Panglima ABRI menggantikan Jusuf pada 1983-1988.
Setelah jabatan itu, mulai 1988 hingga 1993, Benny diangkat menjadi Menteri
Pertahanan Keamanan (Menhankam). Di masa-masa Benny jadi Panglima, pada 1985,
beberapa tahun setelah ketegangannya dengan Benny selesai, Prabowo ditempatkan di
Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Semula, ia menjadi Wakil Komandan Batalyon Infantri Lintas Udara 328 di Jawa Barat,
1985-1987. Kemudian ia naik jabatan menjadi Komandan Batalyon, 1987-1991. Dari 1991
hingga 1993, Prabowo menjabat Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad.
Setelah Benny tak jadi orang nomor satu di Departemen Pertahanan, Prabowo kembali ke
Kopasssus lagi. Sejak 1993, dia jadi Komandan Grup 3 Kopassus di Cijantung hingga tahun
11
1994. Setelah melalui posisi Wakil Komandan Kopassus, dia pun jadi Komandan Kopassus
antara Desember 1995 hingga Maret 1998. Aksi terkenal Prabowo di posisi itu adalah
Pembebasan Tim Lorenzt yang disandera OPM pada 1996 di Mapenduma, Papua.
Jelang kejatuhan Soeharto, di bulan Maret 1998 Prabowo memegang lagi pasukan yang
jumlahnya lebih besar dari Kopassus. Dia kembali ke Kostrad sebagai panglima, jabatan
yang sama dengan mertuanya dulu di tahun 1965—jelang naiknya Soeharto jadi presiden.
Karena jabatan itulah bintang di pundaknya bertambah menjadi tiga: letnan jenderal.
Soeharto jatuh, karier militer Prabowo pun suram. Sehari setelah bapak mertuanya
mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, esok harinya, “Saya menerima laporan mengenai
pergerakan pasukan Kostrad. Oleh karena itu Panglima ABRI saya beri perintah untuk
segera mengganti Pangkostrad, dan kepada Pangkostrad baru diperintahkan
mengembalikan pasukan Kostrad ke basis masing-masing pada hari ini juga sebelum
matahari,” aku mantan Presiden Baharuddin Jusuf Habibie dalam Detik-Detik Yang
Menentukan (2006).
Presiden B.J. Habibie meminta Prabowo tak lagi jadi pangkostrad dan menjadi Komandan
Sekolah Staf dan Komando ABRI.
Rupanya, nama Prabowo juga dikaitkan dengan penculikan aktivis. Para penculik-penculik
aktivis itu, yang disebut Tim Mawar, adalah bawahan Prabowo juga. Bintara dan perwira
Kopassus yang menculik aktivis itu dipimpin oleh Mayor Bambang Kristiono. Namun, nama
Prabowo tak pernah disebut sebagai pemberi perintah penculikan. Bambang, yang tampil
sebagai tertuduh, juga anggota pasukan penculiknya, kemudian dihukum.
“Prabowo, mantan Danjen Kopassus dipersalahkan karena ia tidak mampu mengetahui
segala kegiatan-kegiatan bawahannya yag dilakukan dalam wewenang komandonya.
Selanjutnya sidang Dewan Kehormatan Perwira memberi rekomendasi Panglima ABRI
untuk mengeluarkan keputusan administratif […] Saran itu ditindaklanjuti dengan
dikeluarkannya keputusan Panglima ABRI untuk memberhentikan Letnan Jenderal
Prabowo Subianto dari dinas militer,” aku Sintong di buku Sintong Panjaitan Perjalanan
Seorang Prajurit Para Komando (2009).
Prabowo diberhentikan dari dinas militer karena tak bisa mengurus bawahannya dengan
baik.
https://tirto.id/karier-militer-prabowo-melesat-lalu-terpeleset-ctGX
12
Bisnis Miliaran PT Mawar Sebelas
Kantor PT Mawar Sebelas. TIRTO/Andrey Gromico
Oleh: Mawa Kresna - 30 Agustus 2016
Sebuah perusahaan bernama PT Mawar Sebelas yang bergerak di jasa pengamanan
berdiri di Kota Serang, Provinsi Banten. Direktur Utama PT Mawar Sebelas Anik
Fitri Wandriani adalah isteri Brigjen (TNI) Yulius Selvanus, Kepala BIN Daerah
Riau. Klien utamanya PT Freeport Indonesia.
tirto.id - Gambar bunga mawar tercetak pada dinding salah satu bangunan, di Jalan
Mawar nomor 11, Drangong, Taktakan, Kota Serang. Selain gambar bunga mawar, juga
tertera tulisan PT Mawar Sebelas dengan cat warna merah.
Berseberangan dengan bangunan itu ada lapangan rumput luas. Empat buah tenda barak
hijau berdiri di sisi lapangan, sementara di tengah lapangan, kawat berduri di pasang
setinggi sekitar 50 cm, melintang membentuk persegi panjang sejauh 10 meter..
“Itu untuk latihan merayap, tenda ini untuk tempat tidur. Masih ada lapangan satu lagi
untuk latihan,” kata Andi Fianto, Direktur Umum PT Mawar Sebelas, kepada tirto.id,
beberapa waktu lalu.
PT Mawar Sebelas bergerak di jasa pengamanan. Lapangan yang ditunjukan Andi Fianto
itu merupakan tempat latihan para tenaga keamanan PT Mawar Sebelas yang jumlahnya
seitar 500 orang.
Sebelum menunjukan lapangan, Andi sempat memamerkan ruang latihan menembak di
dalam gedung PT Mawar Sebelas. Ruang latihan menembak dibuat bekerja sama dengan
Perbakin Serang, sebab menjadi tempat latihan bersama antara anggota Perbakin dan
13
tenaga keamanan PT Mawar Sebelas.
“Ini tempat latihan kita juga, kerja sama dengan Perbakin di sini,” ujar Andi.
Fasilitas milk PT Mawar Sebelas yang baru didirikan pada 2012 memang cukup
mengagumkan. Mereka tidak hanya sebagai jasa penyalur tenaga keamanan, tapi juga
sudah mengantongi izin untuk melakukan pelatihan.
Di dua lapangan milik PT Mawar Sebelas, fasilitas latihan pun cukup lengkap. Mulai dari
barak, kelas, hingga fasilitas latihan fisik lainnya.
Maka tak perlu heran jika dengan fasilitas seperti itu, PT Mawar Sebelas dipercaya PT
Mitra Siaga dan PT Harmoni Sinergi untuk menjadi mitra dalam penyedia tenaga
keamanan di PT Freeport Indonesia, di Papua. Dari total 500-an tenaga keamanan PT
Mawar Sebelas, sebanyak 360 personil menjadi tenaga keamanan di Freeport..
Jenderal di Balik PT Mawar Sebelas
Andi mulanya enggan membeberkan siapa pemilik PT Mawar Sebelas. Namun, dia akhirnya
hanya memberikan informasi bahwa pemilik PT Mawar Sebelas adalah seorang jenderal
yang masih aktif.
“Saya tidak perlu menyebut nama. Tapi yang jelas, yang punya orang hebat. Beliau orang
hebatlah, dari baret merah, masih aktif, jenderal dia,” kata Andi.
Andi pun bercerita ikhwal berdirinya PT Mawar Sebelas. Pada awalnya Andi merupakan
tenaga keamanan di Papua. Di sana, dia kerap bertemu dengan sang jenderal tadi. Pada
suatu hari, mereka sama-sama memiliki ide untuk mendirikan perusahaan yang bergerak
di bidang jasa keamanan.
Dari obrolan itu, maka mereka kemudian bersepakat untuk mendirikan sebuah BUJP
(Badan Usaha Jasa Pengamanan) yang diberi nama PT Mawar Sebelas.
“Yang punya kan sering ke Freeport, tugas khusus. Jadi kita sounding-sounding jadilah
PT ini,” terang Andi.
Nama PT Mawar Sebelas memang identik dengan Tim Mawar yang beranggotakan 11
orang yang terlibat dalam penculikan para aktivis pro demokrasi di tahun 1998.
14
Adakah kaitannya? Menurut Andi, penamaan Mawar Sebelas lebih karena alamat kantor
yang berada di Jalan Mawar nomor 11.
Berdasarkan penelusuran tirto.id, diketahui Direktur Utama PT Mawar Sebelas adalah
Anik Fitri Wandriani, isteri Brigjen (TNI) Yulius Selvanus, mantan anggota Tim Mawar
yang kini menjabat sebagai Kepala BIN Daerah Riau.
Melibatkan Aparat
Secara blak-blakan, Andi menjelaskan bahwa sebagian besar tenaga keamanan yang
direkrut Mawar Sebelas untuk dikirim ke Freeport adalah mantan anggota TNI. Mereka
ada yang berstatus dipecat atau pensiunan.
15
“Itu karena mereka punya skill. Kalau yang pensiunan bukan jadi anggota, mereka leader
di sana. Jadi sistemnya sekian puluh sipil, leader-nya mantan anggota. Karena di sana
rawan, untuk patroli saja harus pakai mobil anti peluru, baju anti peluru,” beber Andi.
Sementara untuk jasa pengawalan khusus VVIP (very very important person) yang juga
ditawarkan Mawar Sebelas, mereka melibatkan anggota TNI aktif sebagai leader.
Mereka memang tidak turun ke lapangan, tetapi hanya mengatur strategi dan menerima
laporan.
“Hanya mengatur saja. Atur jalur misalnya. Jadi tidak perlu terjun ke lapangan langsung.
Jadi tidak menggangu kegiatannya dia,” ungkapnya.
Dari bisnis jasa pengamanan ini, PT Mawar Sebelas bisa meraup omzet hingga miliaran
rupiah. Andi enggan menyebut angka pastinya. Namun menurutnya, setiap bulan, PT
Mawar Sebelas harus membayar pajak mencapai Rp 300 juta.
PT Mawar Sebelas tidak hanya bergerak di bidang jasa pengamanan. PT Mawar Sebelas
bahkan memiliki anak perusahaan yakni PT Valerie Bara Nusantara, PT Valerie Bara
Medika dan Aqua Land Serang.
PT Valerie Bara Nusantara bergerak di BUJP sama seperti Mawar Sebelas. Bedanya
pada pangsa pasar. Sementara PT Valerie Bara Medika bergerak di bidang kesehatan
dengan membuka klinik di Serang. Usaha lainnya yang tak kalah menarik adalah Water
Park yang diberi nama Aqua Land Serang.
Reporter: Mawa Kresna
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Kukuh Bhimo Nugroho
PT Mawar Sebelas bergerak di bisnis jasa pengamanan.
https://tirto.id/bisnis-miliaran-pt-mawar-sebelas-bEYR