sejarah taman siswa berdiri
TRANSCRIPT
TAMAN SISWA
Disusun Oleh:
1. FERONIKA SIMANJUNTAK
2. INDAH PERMATA SARI
3. JOHAN ADE SAPUTRA
4. MARSELINO DWIYANTO
KELAS XI IPS 2
Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki
Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa
berarti murid).Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah
Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut
Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau
bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon.
Apa itu Taman Siswa?
Prinsip Dasar Taman SiswaPrinsip dasar dalam
sekolah/pendidikan Taman Siswa yang menjadi pedoman bagi
seorang guru dikenal sebagai Patrap Triloka. Konsep ini
dikembangkan oleh Suwardi setelah ia mempelajari sistem
pendidikan progresif yang diperkenalkan oleh Maria
Montessori (Italia) dan Rabindranath Tagore
(India/Benggala). Patrap Triloka memiliki unsur-unsur (dalam
bahasa Jawa)
Petrap TrilokaTAMAN SISWA
Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani.
Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari
belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan),
ing madya mangun karsa (di tengah atau di
antara murid, guru harus menciptakan
prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada
(di depan, seorang pendidik harus
memberi teladan atau contoh tindakan yang
baik).
TAMAN SISWA
Sekarang
Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai
Ibu Pawiyatan
(Majelis Luhur)
di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta,
dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Ki Hajar Dewantara
Sejarah hidup bapak pendidikan Nusantara ...
Biografi Singkat
Memiliki nama asli sebagai
Raden Mas KHD Soerjaningrat
Lahir di
Yogyakarta, 2 Mei 1889
Wafat di
Yogyakarta, 26 April 1959
Tanggal lahirnya diperingati sebagai HarDikNas
(Hari Pendidikan Nasional)
Masa Muda dan Awal Karir
KHD berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.
AktivitasPergerakan Nasional
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
KHD muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, KHD diajaknya pula. KHD diasingkan oleh Belanda dikarenakan menulis artikel “Als ik een Nederlander was” yang diterbitkan pada surat kabar De Expres edisi 13 Juli 1913. Beliau pun diasingkan ke Belanda pada 1913.
Masa Pengasing
an
Dalam pengasingan di Belanda, KHD aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).
Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini KHD terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.