sejarah islam di papua.pdf
TRANSCRIPT
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 1/14
Sejarah Islam di Papua (Irian Jaya)
Islam masuk lebih awal sebelum agama lainnya di Papua. Namun, banyak upaya
pengaburan, seolah-olah, Papua adalah pulau Kristen. Bagaimana sejarahnya?
Upaya-upaya pengkaburan dan penghapusan sejarah dakwah Islam berlangsung dengan
cara sistematis di seantero negeri ini. Setelah Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi
Tengah, Sulawesi Utara dan Maluku diklaim sebagai kawasan Kristen, dengan berbagai
potensi menariknya, Papua merupakan jualan terlaris saat ini. Papua diklaim milik Kristen!
Ironis, karena hal itu mengaburkan fakta dan data sebenarnya di mana Islam telah hadirberperan nyata jauh sebelum kedatangan mereka (agama Kristen Missionaris) .
Menurut HJ. de Graaf, seorang ahli sejarah asal Belanda, Islam hadir di Asia Tenggara
melalui tiga cara : Pertama, melalui dakwah oleh para pedagang Muslim dalam alur
perdagangan yang damai; kedua, melalui dakwah para dai dan orang-orang suci yang datang
dari India atau Arab yang sengaja ingin mengislamkan orang-orang kafir; dan ketiga, melalui
kekuasan atau peperangan dengan negara-negara penyembah berhala.
Dari catatan-catatan yang ada menunjukkan bahwa kedatangan Islam di tanah Papua,
sesungguhnya sudah sangat lama. Islam datang ke sana melalui jalur-jalur perdagangan
sebagaimana di kawasan lain di nusantara.
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 2/14
Sayangnya hingga saat ini belum ditentukan secara persis kapan hal itu terjadi. Sejumlah
seminar yang pernah digelar seperti di Aceh pada tahun 1994, termasuk yang dilangsungkan
di ibukota provinsi Kabupaten Fakfak dan di Jayapura pada tahun 1997, belum menemukan
kesepakatan itu. Namun yang pasti, jauh sebelum para misionaris menginjakkan kakinya di
kawasan ini, berdasarkan data otentik yang diketemukan saat ini menunjukkan bahwa
muballigh-muballigh Islam telah lebih dahulu berada di sana.
Aktivitas dakwah Islam di Papua merupakan bagian dari rangkaian panjang syiar Islam di
Nusantara. Menurut kesimpulan yang ditarik di dalam sebuah seminar tentang masuknya
Islam ke Indonesia, Medan 1963, Islam masuk ke Indonesia sudah sejak abad ke-7 dan ke-8
Masehi. Di mana daerah pertama yang didatangi oleh Islam adalah pesisir Utara Sumatera,
dan setelah berkembangnya para pemeluk Islam, maka kerajaan Islam yang pertama di
Indonesia ialah Kerajaaan Perlak, tahun 840, di Aceh.
Perkembangan agama Islam bertambah pesat pada masa Kerajaan Samudera Pasai, sehingga
menjadi pusat kajian Agama Islam di Asia Tenggara. Saat itu dalam pengembangan
pendidikan Islam mendapatkan dukungan dari pimpinan kerajaan, sultan, uleebalang, panglima sagi dan lain-lain. Setelah kerajaan Perlak, berturut-turut muncul Kerajaan Islam
Samudera Pasai(1042), Kerajaan Islam Aceh(1025), Kerajaan Islam Benua Tamiah(1184) ,
Kerajaan Islam Darussalam(1511) .
Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa sebelum tahun 1416 Islam sudah masuk di Pulau
Jawa. Penyiaran Islam pertama di tanah jawa dilakukan oleh Wali Songo (Wali Sembilan).
Yang terkenal sebagai orang yang mula-mula memasukkan Islam ke Jawa ialah Maulana
Malik Ibrahim yang meninggal tahun 1419. Ketika Portugis mendaratkan kakinya di
pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1526, Islam sudah berpengaruh di sini yang dipimpin oleh
Falatehan. Putera Falatehan, Hasanuddin, pada tahun 1552 oleh ayahnya diserahi memimpin
Banten.
Di bawah pemerintahannya agama Islam terus berkembang. Dari Banten menjalar ke
Sumatera Selatan, Lampung dan Bengkulu. Juga di pulau Madura agama Islam berkembang.
Sejak Kerajaan Majapahit
Seorang Guru Besar Bidang Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Dr.
Moehammad Habib Mustofo, yang sekaligus Ketua Asosiasi Ahli Epigrafi Indonesia (AAEI)
Jawa Timur menjelaskan bahwa dakwah Islam sudah ada sejak zaman Kerajaan Majapahit.
Apalagi dengan diketemukanya data artefak yang waktunya terentang antara 1368-1611Myang membuktikan adanya komunitas Muslim di sekitar Pusat Keraton Majapahit, di
Troloyo, yakni sebuah daerah bagian selatan Pusat Keraton Majapahit yang waktu itu
terdapat di Trowulan.
Kajian leh L.C. Damais dan de Casparis dari sudut paleografi membuktikan telah terjadi
saling pengaruh antara dua kebudayaan yang berbeda (yakni antara Hindu-Budha- Islam)
pada awal perkembangan Islam di Jawa Timur. Data-data tersebut menjelaskan bahwa
sesungguhnya dakwah Islam sudah terjadi terjadi jauh sebelum keruntuhan total kerajaan
Majapahit yakni tahun 1527M. Dengan kata lain, ketika kerajaan Majapahit berada di puncak
kejayaannya, syiar Islam juga terus menggeliat melalui jalur-jalur perdagangan di daerah-
daerah yang menjadi kekuasaan Majapahit di delapan mandala (meliputi seluruh nusantara)hingga Malaysia, Brunei Darussalam, dan di seluruh kepulauan Papua.
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 3/14
Masa antara abad XIV-XV memiliki arti penting dalam sejarah kebudayaan Nusantara. Pada
saat itu ditandai hegemoni Majapahit sebagai Kerajaan Hindu-Budha mulai pudar. Sezaman
dengan itu, muncul jaman baru yang ditandai penyebaran Islam melalui jalan perdagangan
Nusantara.
Melalui jalur damai perdagangan itulah, Islam kemudian semakin dikenal di tengahmasyarakat Papua. Kala itu penyebaran Islam masih relatif terbatas di kota-kota pelabuhan.
Para pedagang dan ulama menjadi guru-guru yang sangat besar pengaruhnya di tempat-
tempat baru.
Sebagai kerajaan tangguh masa itu, kekuasaan Kerajaan Majapahit meliputi seluruh wilayah
Nusantara, termasuk Papua. Beberapa daerah di kawasan tersebut bahkan disebut-sebut
dalam kitab Negarakertagama, sebagai wilayah yurisdiksinya. Keterangan mengenai hal itu
antara disebutkan sebagai berikut:
“Muwah tang i Gurun sanusanusa mangaram ri Lombok Mirah lawan tikang i Saksakadi
nikalun kahaiyan kabeh nuwati tanah i bantayan pramuka Bantayan len luwuk tekenUdamakatrayadhi nikang sanusapupul”.
“Ikang sakasanusasanusa Makasar Butun Banggawai Kuni Ggaliyao mwang i [ng] Salaya
Sumba Solot Muar muwah tigang i Wandan Ambwan Athawa maloko Ewanin ri Sran ini
Timur ning angeka nusatutur”.
Dari keterangan yang diperoleh dalam kitab klasik itu, menurut sejumlah ahli bahasa yang
dimaksud “Ewanin” adalah nama lain untuk daerah ” Onin” dan “Sran” adalah nama lain
untuk “Kowiai”. Semua tempat itu berada di Kaimana, Fak-Fak. Dari data tersebut
menjelaskan bahwa pada zaman Kerajaan Majapahit sejumlah daerah di Papua sudah
termasuk wilayah kekuasaan Majapahit.
Menurut Thomas W. Arnold : “The Preaching of Islam”, setelah kerajaan Majapahit runtuh,
dikalahkan oleh kerajaan Islam Demak, pemegang kekuasan berukutnya adalah Demak
Islam. Dapat dikatakan sejak zaman baru itu, pengaruh kerajaan Islam Demak juga menyebar
ke Papua, baik langsung maupun tidak.
Dari sumber-sumber Barat diperoleh catatan bahwa pada abad ke XVI sejumlah daerah di
Papua bagian barat, yakni wilayah-wilayah Waigeo, Missool, Waigama, dan Salawati, tunduk
kepada kekuasaan Sultan Bacan di Maluku.
Catatan serupa tertuang dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh Periplus Edition, di buku
“Irian Jaya”, hal 20 sebuah wadah sosial milik misionaris menyebutkan tentang daerah yang
terpengaruh Islam. Dalam kitab Negarakertagama, di abad ke 14 di sana ditulis tentang
kekuasaan kerajaan Majapahit di Jawa Timur, di mana di sana disebutkan dua wilayah di
Irian yakni Onin dan Seran.
Bahkan lebih lanjut dijelaskan: Namun demikian armada-armada perdagangan yang
berdatangan dari Maluku dan barangkali dari pulau Jawa di sebelah barat kawasan ini, telah
memiliki pengaruh jauh sebelumnya.
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 4/14
….Pengaruh ras austronesia dapat dilihat dari kepemimpinan raja di antara keempat suku,
yang boleh jadi diadaptasi dari Kesultanan Ternate, Tidore dan Jailolo. Dengan politik
kontrol yang ketat di bidang perdagangan pengaruh kekuasaan Kesultanan Ternate ditemukan di raja Ampat, di Sorong dan di seputar Fakfak dan diwilayah Kaimana
Sumber cerita rakyat mengisahkan bahwa daerah Biak Numfor telah menjadi bagian dari
wilayah kekuasaan Sultan Tidore sejak abad ke-XV. Sejumlah tokoh lokal, bahkan diangkat
oleh Sultan Tidore menjadi pemimpin-pemimpin di Biak. Mereka diberi berbagai macam
gelar, yang merupakan jabatan suatu daerah. Sejumlah nama jabatan itu sekarang ini dapat
ditemui dalam bentuk marga/fam penduduk Biak Numfor.
Kedatangan Orang Islam Pertama
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa, masuknya Islam ke Papua, tidak bisadilepaskan dengan jalur dan hubungan daerah ini dengan daerah lain di Indonesia. Selain
faktor pengaruh kekuasaan Kerajaan Majapahit, masuknya Islam ke kawasan ini adalah lewat
Maluku, di mana pada masa itu terdapat kerajaan Islam berpengaruh di kawasan Indonesia
Timur, yakni kerajaan Bacan.
Bahkan keberadaan Islam Bacan di Maluku sejak tahun 1520 M dan telah menguasai
beberapa daerah di Papua pada abad XVI telah tercatat dalam sejarah. Sejumlah daerah
seperti Waigeo, Misool, Waigama dan Salawati pada abad XVI telah mendapat pengaruh dari
ajaran Islam. Melalui pengaruh Sultan Bacan inilah maka sejumlah pemuka masyarakat di
pulau-pulau tadi memeluk agama Islam, khususnya yang di wilayah pesisir. Sementara yang
dipedalaman masih tetap menganut faham animisme.
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 5/14
Thomas Arnold yang seorang orientalis berkebangsaan Inggris memberi catatan kaki dalam
kaitannya dengan wilayah Islam tersebut: “…beberapa suku Papua di pulau Gebi antara
Waigyu dan Halmahera telah diislamkan oleh kaum pendatang dari Maluku”
Tentang masuk dan berkembangnya syi’ar Islam di daerah Papua, lebih lanjut Arnold
menjelaskan: “Di Irian sendiri, hanya sedikit penduduk yang memeluk Islam. Agama ini pertama kali dibawa masuk ke pesisir barat [mungkin semenanjung Onin] oleh para pedagang
Muslim yang berusaha sambil berdakwah di kalangan penduduk, dan itu terjadi sejak tahun
1606. Tetapi nampaknya kemajuannya berjalan sangat lambat selama berabad-abad
kemudian…”
Bila ditinjau dari laporan Arnold tersebut, maka berarti masuknya Islam ke daerah Papua
terjadi pada awal abad ke XVII, atau dua abad lebih awal dari masuknya agama Kristen
Protestan yang masuk pertama kali di daerah Manokwari pada tahun 1855, yaitu ketika dua
orang missionaris Jerman bernama C.W. Ottow dan G.J. Geissler mendarat dan kemudian
menjadi pelopor kegiatan missionaris di sana.
Dalam buku “Nieuw Guinea” W.C. Klein menceritakan sebagai berikut : “de Heer Pieterz
maakte on 1664 eenwreks naar Onin. Indie raiswaren ook een aantal mensen uitSoematera,
Waarin de Heer Abdul Ghafur betrokken is” (Tuan Pieterz pada tahun 1664 melakukan
perjalanan ke Onin di mana ikut serta beberapa orang dari Sumatera, termasuk Abdul Ghafur)
Bahkan bila ditelusuri dari catatan pewaris kesultanan Islam di kawasan ini, dapat diketahui
bahwa kedatangan Agama Islam sebenarnya lebih tua lagi.
Di pusat kota Distrik Kokas, terdapat mesjid peninggalan sejarah penyebaran agama Islam di
Papua Barat. Mesjid Tua Patumburak dibangun pada tahun 1870 oleh seorang imam bernama
Abuhari Kilian.
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 6/14
Mesjid Tua Patimburak, Distrik Kokas, Fakfak. Pusat penyebaran agama Islam di Papua
Barat.
Mesjid ini mempunyai desain yang unik. Bangunannya merupakan perpaduan mesjid dan
gereja. Demikian juga dengan pilar pilarnya.Mesjid ini sampai sekarang masih menjadi pusat penyebaran agama Islam di Papua Barat.
Penyebaran agama Islam di Papua tak lepas dari kekuasaan Kesultanan Tidore. Menurut
penuturan masyarakat Kokas, Agama Islam mulai masuk ke Papua Barat pada Abad XV.
Sultan Ciliaci adalah sultan Tidore pertama yang mengenalkan agama Islam kepada
masyarakat Kokas.
Pada masa Perang Pasifik (1941-1945), Distrik Kokas juga menjadi saksi pertempuaran
perang tersebut. Tentara Jepang membangun basis pertahanan militer berupa gua. Terletak di
pinggir pantai, gua ini menghadap ke laut. Memasuki gua tersebut, terdapat sebuah kerukan
sepanjang 138 meter. Diperkirakan, dahulu tempat ini tempat menyimpan logistik untukkeperluan perang.
Setelah melakukan pendataan di tempat tempat tersebut, Tim Ekspedisi Garis Depan
Nusantara kembali ke dermaga Kokas. Pukul 13.00 WIT, Kapal Layar Motor Cinta Laut
mulai berlayar menuju Sorong, Papua Barat. Jarak dari Distrik Kokas ke Sorong sekitar 124Mil laut dan akan ditempuh selama 24 jam pelayaran.
Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat
Kepulauan Raja Ampat merupakan kepulauan yang berada di barat pulau Papua di provinsi
Papua Barat merupakan terdapat salah satu kerajaan Islam, tepatnya di bagian kepala burung
Papua. Kepulauan ini merupakan tujuan penyelam-penyelam yang tertarik akan keindahan
pemandangan bawah lautnya
Kabupaten Raja Ampat memiliki populasi muslim sebanyak lima puluh persen, selebihnya
pemeluk agama lain. Angka itu, jauh menurun dari tahun-tahun sebelumnya. Padahal daerah
ini dulunya adalah wilayah yang memiliki penduduk mayoritas muslim, sebab statusnya
sebagai salah satu peninggalan kerajaan Islam Tidore.
“Mulai mengalami penyusutan sejak dilakukan pemekaran kabupaten. Sehingga banyak
warga lain masuk ke Raja Ampat ini, yang kemudian menambah populasi agama lain di
sana,” jelas pria tambun yang juga Kepala Dinas Keuangan Kabupaten Raja Ampat ini.
Lebih jauh dijelaskan Labagu, meskipun keadaannya seperti itu, kehidupan beragama di Raja
Ampat sangatlah kondusif. Agama bagi masyarakat Raja Ampat, tidak akan memisahkan rasa
kekeluargaan di antara mereka.
“Jadi di sana biasa ada dibilang agama keluarga. Dalam satu keluarga ada berbagai macam
agama, tapi tetap sangat menjaga kekerabatan. Kristen, misalnya, itu mereka punya piringsendiri. Untuk yang muslim, mereka juga sudah sedia,” tukas Labagu.
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 7/14
Kabupaten Fakfak, Papua Barat
Kabupaten Fakfak sendiri yang memiliki luas wilayah 38.474 km2 dan berpenduduk
sebanyak 50.584 jiwa (tahun 2000), justru sangat kental dengan Islam.
M. Syahban Garamatan, keturunan Raja Patipi, salah satu anak keturunan kerajaan yang
pertama kali memeluk Islam di kabupaten itu mengatakan, kedatangan Islam di Fakfak sangat
lama.
Banyak fakta yang bisa dijadikan saksi. Diantaranya adalah bukti otentik berupa keberadaan
beberapa mushaf al-Qur’an dan kitab-kitab tua. Saat ini bukti otentik itu dijaga dengan baik
oleh Ahmad Iba, salah satu pewaris Raja Patipi.
Mushaf al-Quran yang konon dibawa oleh Syeikh Iskandarsyah dari Kerajaan Samudera
Pasai itu mendarat di daerah kekuasaan Kerajaan Mes, yang berada di daerah Kokas, sekitar
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 8/14
50 km dari pusat Kabupaten Fakfak. Di tempat ini ternyata sudah banyak penduduk yang
masuk Islam. Bahkan dalam kerajaan itu pun terdapat masjid.
Selain mushaf al-Quran dan beberapa kitab-kitab tua, di kabupaten itu juga berdiri pusat
ibadah umat Islam. Di Kampung Pattimburak, sekitar 10 km sebelum Kokas, berdiri sebuah
masjid tua dengan arsitektur Portugis. Masjid Pattimburak, demikian kaum Muslimmenyebut, diperkirakan dibangun sekitar tahun 1870 M. Namun sebagian masyarakat ada
yang meyakini, masjid beratap dua tingkat berukuran sekitar 5 x 8 m persegi dan menyerupai
bangunan gereja itu dibangun cukup lama. Ini saksi kehadiran agama Islam di kabupaten itu.
Kapal Dakwah Papua Gegerkan Aktivis Gereja
Gegernya aktifis gereja di Papua terkait keberadaan kapal dakwah itu, bermula dari berita
yang disampaikan sekelompok orang Budha di Jakarta. Kabar itu kemudian tersebar dikalangan aktivis gereja, tepatnya di Jayapura. Kedatangan kapal dakwah dari Jakarta tersebut
sontak membuat geger aktivis gereja. Mereka berkumpul dan menggelar rapat dengan sesama
aktivis gereja, bahkan sempat minta klarifikasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
setempat perihal kapal dakwah Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN), sebuah lembaga sosial-
dakwah yang dipimpin oleh putra daerah Papua asal Fakfak, Ustadz Muhammad Zaaf
Fadzlan Rabbani Al Garamatan atau yang lebih dikenal dengan Ustadz Fadzlan.
Perlu diketahui, beberapa waktu lalu (18/7), Badan Wakaf Al Qur’an (BWA) baru saja
melakukan serah terima kapal dakwah kepada AFKN di Putri Duyung, Ancol, Jakarta . Hadir
dalam acara tersebut, antara lain: Ustadz Harry Moekti, Opick, Dr Bambang Sardjono dari
Departemen Kesehatan, Dr Kholiqurrahman Raus DAP (Ketua Dewan Pembina AFKN),
Djuwono Banukisworo (Senior Vice President BNI Syariah), Ustadz Ihsan Salam (Direktur
BWA).
Kapal Dakwah yang dinamakan AFKN Khilafah I itu berasal dari donatur umat Islam. Uang
yang terkumpul tersebut dikoordinir oleh BWA melalui kegiatan penggalanan dana yang
diberi tajuk “Papua Muslim Care” di Balai Kartini, Jakarta (9/1). Dana yang terkumpul pada
malam itu, cukup fantastis, yakni, mencapai Rp 2 Milyar. Selain kapal dakwah, BWA juga
mengajak para donator untuk berkomitmen dalam program wakaf khusus, dalam pengadaan
Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) di pedalaman Papua, rencananya akan
ditempatkan di Kaimana. Ini merupakan program jangka panjang untuk Muslim Papua.
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 9/14
Kapal laut dakwah untuk Muslim Papua itu sendiri dibeli seharga Rp 600 juta. Kapal yang
memiliki panjang 13,5 m dan lebar 3,3 meter ini mampu menampung 20 penumpang dan
beban seberat 10 ton, juga dilengkapi standar keselamatan seperti rakit penyelamat, ringboy,
karet pelampung serta alat komunikasi. Mengingat, perairan di Papua sangat luas, maka
masalah transportasi menjadi sangat penting sebagai sarana dakwah..
Jika sebelumnya, AFKN harus menyewa kapal dengan biaya yang sangat mahal, belum lagi
bahan bakarnya. Per liter bisa dikenakan Rp 23 ribu. “Terkadang, kita harus berhari-hari
mengarungi laut dengan perahu. Jika menyewa boat, biaya pun habis untuk bahan bakar.
Padahal, amanah berupa sedekah dari umat Islam dari berbagai daerah di Indonesia melalui
AFKN harus disampaikan untuk Muslim Papua yang ada di pedalaman,” tutur Ustadz
Fadzlan.
Selain berdakwah, AFKN sering membantu saudara-saudara muslim untuk memasarkan hasil
karya tangan ataupun pertanian mereka. Sering kali, karena kesulitan alat transportasi, yang
dibawa pun tidak banyak. Nah, dengan kapal dakwah, hasil panen atau kerajinan yang
dihasilkan masyarakat Papua pedalaman bisa dipasarkan dalam jumlah yang banyak.
“Dalam waktu dekat ini, program kapal dakwah akan bersilaturahim dengan saudara-saudara
Muslim Papua di seluruh wilayah dan desa-desa Islam, yang belum terjamah. Kehadiran
kapal dakwah ini bisa membantu umat Muslim di wilayah pedalaman untuk memasarkan
hasil pertaniannya. Diharapkan perekonomian umat Muslim di Papua bisa meningkat,” ujarFadzlan.
Provokasi Gereja
Sejak kedatangan Kapal Dakwah AFKN tersebut, pihak gereja mulai memprovokasi dengan
menyebarkan surat edaran kepada masyarakat dan sesama aktivis gereja di Papua, seputar
ketakutan-ketakutan mereka. Disinyalir, mereka yang memprovokasi adalah sekelompok
orang Ambon Kristen. “Saya sendiri belum melihat surat edaran. Sekarang disimpan mufti di
Irian. Yang jelas, surat edaran itu disebarkan ke gereja dan masyarakat. Saya juga belum
konfirmasi teman-teman AFKN di Jayapura tentang langkah aktivis gereja selanjutnya,” kata
Fadzlan.
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 10/14
Ketua MUI Jayapura yang didatangi aktivis gereja itu, mengontak Ustadz Fadzlan untuk
minta klarifikasi. Ustadz Fadzlan pun menanggapinya dengan enteng. “Itu opini sesat yang
sengaja dibuat pihak gereja. Gereja memang selalu memprovokasi ketika AFKN melakukan
sesuatu. Mereka selalu sinis bila melihat dakwah AFKN atau lembaga-lembaga lain. Sinisnya
adalah mereka kerap membangun opini-opini keliru. Apapun yang terjadi, AFKN tetap
berdakwah. Kami tidak ada urusan dengan mereka. Dakwah harus dilanjutkan,” jelasFadzlan.
Takala AFKN membawa 55 ribu Al Qur’an dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Papua, gereja
geger. Padahal Al Qur’an itu adalah bantuan dari umat Islam yang dikoordinir oleh BWA. Isu
lain yang disebarkan pihak gereja adalah kapal dakwah ini memuat 1.500 orang untuk
mengislamkan orang Irian. Gereja kembali geger ketika AFKN mengirim 35 mahasiswa,
anak binaannya untuk melakukan program Kafilah Da’i yang ditempatkan di Teluk Bintuni
dan Kabupaten Raja Ampat. Para mahasiswa itu berdakwah di kampung mereka.
Ditambah lagi, AFKN memiliki program beasiswa bagi generasi Muslim Papua untuk
disekolahkan di luar Papua, dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi. Belum lama ini,
misalnya, AFKN bekerjama dengan Departemen Kesehatan baru saja melepas 50 calon
mahasiswa untuk belajar ilmu kebidanan dan keperawatan di Medan . Pemberian beasiswa ini
bukan kali pertama, yang jelas sudah beberapa angkatan. Mereka ditempatkan di sejumlah
pesantren dan perguruan tinggi beberapa kota di Indonesia .
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 11/14
Bagi Ustadz Fadzlan, pendidikan adalah investasi untuk mencerdaskan generasi Muslim
Papua. Sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, merekalah yang akan membangun Irian
menjadi lebih baik dan bertauhid. Untuk mendapakan beasiswa, AFKN memberi persyaratan,
misalnya, mereka harus lahir di Papua dan bisa mengaji. Bagi yang ahwat harus mengenakan
jilbab.
AFKN pun kerap mendapat bantuan dari umat Islam, apa yang dibutuhkan Muslim Papua.
Bantuan tersebut juga bukan yang pertama. Terakhir (9/6), AFKN menerima bantuan dari
umat Islam di Jakarta dan sekitarnya berupa 20 karung pakaian layak pakai, 500 kardus berisi
Al Quran, iqro, buku-buku, dan majalah, 150 kardus perlengkapan mandi, obat-obatan, 15
mesin jahit, 2 buah genset, 3 buah water torn, 25 gulung karpet masjid, serta 15 buah kuba
masjid. Bantuan yang diangkut hingga delapan truk ini dibawa dari gudang AFKN di Bekasi
menuju pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara untuk selanjutnya diangkut KM Ciremai
menuju Pelabuhan Fakfak, Papua.
“Bantuan itu dalam rangka Safari Bhakti Dakwah dan Silaturahim ke-17 desa di pedalaman
Papua. Sabun mandi saja jumlahnya sangat banyak, sampai dua truk. Begitu juga dengankubah masjid. Semua bantuan akan kami salurkan ke masyarakat di kampung-kampung
dhuafa dan muallaf di Papua,” jelas Fadzlan.
Melihat geliat dakwah yang dilakukan AFKN saat ini, boleh jadi membuat gereja iri dan
cemburu, seraya membangun opini sesat. Sampai-sampai mereka meminta
AFKN menyampaikan visi misi melalui surat pernyataan untuk mereka. Tetapi AFKN tidak
memenuhi permintaan mereka.
“Semestinya mereka tidak boleh cemburu. Yang seharusnya cemburu adalah umat Islam,
karena selama ini umat Islam di Irian kurang sekali mendapat fasilitas. Justru yang sering
mendapat fasilitas adalah mereka (Kristen), baik dari negara maupun hasil kekayaan alam
negeri yang mereka ambil. Otsus itu mereka yang makan semua, sementara umat Islam tidak
ada. Bukankah selama ini seluruh orang Kristen, misionaris dan gereja, menggunakan
pesawat modern, tapi umat Islam tidak ganggu. Kok dengan kapal kecil gini aja mereka
cemburu,” tukas Fadzlan.
Melihat kesenjangan ini, AFKN ingin membangun keadilan dengan cara mendatangi semua
lembaga Islam, majelis taklim dan semua umat Islam, dan menyerukan umat Islam agar
menyelamatkan Muslim Irian. Karena umat Islam Irian adalah bagian dari NKRI. Apa yang
dilakukan AFKN adalah upaya untuk mendukung program pemerintah. Ketika Umat Islam
kurang mendapat perhatian dan fasilitas, maka AFKN ingin terlibat untuk membantu umat,khususnya Muslim Papua.
Ketika ditanya, perlukah AFKN melakukan pertemuan dengan aktivis gereja? “Kalau mereka
mau, saya akan temui. Tapi harus ada beberapa persyaratan. Pertemuan tidak boleh dilakukan
di Irian, harus di tengah-tengah umat Islam.”
Bantu Program Pemerintah
Seperti diketahui, pemerintah daerah Kabupaten Fakfak sedang menjalankan program buta
aksara kitab suci (Al Qur’an dan Injil). Untuk mewujudkan program pemerintah tersebut,
AFKN membantu dalam memberantas buta aksara kitab suci, dalam hal ini Al Qur’an bagiumat Islam. “Buta Aksara Kitab Suci adalah program pemerintah, tapi AFKN yang
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 12/14
melaksanakan. Masyarakat bersama pemerintah silahkan membangun negeri ini, tapi bangun
dengan cara yang ahsan, bukan dengan egoistic dan hawa nafsu serta kebodohan,” kata
Fadzlan.
Ketika AFKN membawa Al Qur’an atas bantuan umat Islam di Jakarta , mer eka menuduh
pemerintah, seakan-akan pemerintah yang membiayai itu semua. Padahal AFKN tidak adahubungannya dengan pemerintah. Kalau hubungan sebagai anak bangsa ya. Tapi kalau secara
finansial, pemerintah tidak ada kaitannya sama sekali.
Pola dakwah AFKN sendiri, dikatakan Fadzlan, selalu melakukannya dengan cara damai,
tidak ada unsur kekerasan. Mereka terlalu berlebihan dalam menilai AFKN. Padahal AFKN
selalu santai, dan berdakwah dengan kecerdasan. Kalau ada yang masuk Islam, AFKN tidak
pernah memaksa orang-orang tertentu
.
Terhadap reaksi aktivis gereja terkait kapal dakwah, tidak membuat AFKN terpancing
dengan provokasi kelompok Nasrani. “Kita ingin hidup dengan kecerdasan bersama orang
lain, sekalipun kita difitnah, diancam, dipenjara, bahkan dibunuh sekalipun. Kita tidak ingin
merusak dan mengotori negeri yang kita cintai ini. Kita ingin negeri ini aman, damai, dan
makmur. AFKN ingin membangun masyarakat Irian dengan ilmu dan kecerdasan.”
Ketika ditanya, kenapa baru kali ini mereka gerah dengan dakwah AFKN, bukan kah AFKN
sudah lama berdakwah? “Itulah ketakutan mereka. Intinya, mereka tidak suka dengan dakwah
Islam, dan mereka ingin melarang. Yang jelas, saat ini belum ada gangguan terhadap dakwah
AFKN. Irian itu negeri Muslim kok,” tandas Fadzlan.
Yang membuat aktivis gereja geger adalah perihal isu yang beredar, bahwa Qur’an sebanyak
55 ribu itu akan dibagi- bagikan kepada kaum Nasrani. “Kalau ada orang Kristen yang
meminta Al Qur’an untuk dipelajari, ya kami kasih, karena mereka ingin baca. Siapa tahu
kehidupan mereka jauh lebih baik. Tapi kalau AFKN membagi Al Qur’an pada gereja atau
aktivis gereja, jelas tidak mungkin. Kita hanya melayani orang yang mau membaca Al
Qur’an, dalam hal ini umat Islam. Dulu kami hanya membagikan satu mushaf Alquran ke tiap
masjid. Sekarang, satu keluarga satu Alquran. Kadang mereka berkelahi karena berebutan
Alquran, seperti orang berebutan sembako.”
Tidak ada kekhawatiran sedikit pun pada aktivis dakwah AFKN soal kemungkinan terjadinya pemboikotan terhadap kapal dakwah. Ustadz Fadzlan yakin, kebenaran itu datang dari Allah
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 13/14
Swt, maka jangan kamu ragu. Untuk apa takut. Kita hanya takut pada Allah Swt saja. “Belum
lama, saya mendapat SMS dari seorang romo yang menyampaikan pesan bunda Maria. Tapi
saya tidak membalas SMS-nya. Karena saya anggap itu, adalah orang-orang yang ingin
berspekulasi.”
Menurut rencana, Insya Allah kapal dakwah ini akan diwakafkan sebanyak tiga kapal.Termasuk pengadaan, ambulance dan helicopter. Bahkan AFKN akan membeli pulau khusus
untuk kegiatan dakwah. AFKN sudah mempersiapkan tanah seluas 150 hektar di Fakfak-
Papua. Nantinya akan mempersiapkan generasi Irian secara khusus agar mereka menyiapkan
dirinya dengan SDM yang baik dan membangun tauhid.
Jika sebelumnya AFKN berdakwah dengan jalan kaki, perahu kayu, kini dengan kapal
dakwah. “Dengan satu kapal saja, tentu tidak cukup. Perlu banyak kapal untuk dakwah secara
merata hingga ke pelosok desa-desa Papua. Tapi kenapa aktivis gereja gerah?” tukas Fadzlan
heran. ■
Ustadz Muhammad Zaaf Fadzlan Rabbani Al Garamatan bersama santri asal papua
7/27/2019 Sejarah Islam di Papua.pdf
http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-islam-di-papuapdf 14/14
Santri Putra AFKN
Santri Putri AFKN
: