sejarah dan perkembangan pondok pesantren ...repository.uinjambi.ac.id/5531/1/dwi maryati...

83
1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN NURUL JADID DI DESA PASAR SINGKUT KECAMATAN SINGKUT KABUPATEN SAROLANGUN 2001-2019 SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Sejarah Peradaban Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora Oleh Dwi Maryati Asnarita AS 160944 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2020

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1

    SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN NURUL

    JADID DI DESA PASAR SINGKUT KECAMATAN SINGKUT

    KABUPATEN SAROLANGUN 2001-2019

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar

    Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Sejarah Peradaban Islam pada

    Fakultas Adab dan Humaniora

    Oleh

    Dwi Maryati Asnarita

    AS 160944

    FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

    2020

  • i

  • ii

  • iii

  • iv

    MOTTO

    َطلَُب الِعْلِم َفِرْيَضةٌ َعلَْى ُكّلِ ُمْسِلم

    Artinya : Mencari Ilmu itu Fardhu atas Setiap Muslim (H.R Ibnu Majah)

  • v

    PERSEMBAHAN

    ِحيمِ َرْحمِن الرَّ بِْسِم ّللّاِ الَّ

    Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT atas kasih sayang dan

    karunia-Nya yang telah memberikan ku kekuatan serta membekaliku dengan

    ilmu pengetahuan sehingga diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi

    ini .

    Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah

    Muhammad SAW semoga kelak kita mendapatkan syafaat dari

    beliau.Aamiin..

    Teristimewa kupersembahkan karya kecil ini kepada cahaya hidup

    yang sangat kusayangi Ayahanda (Zaini) dan Ibunda (Rusmita) tercinta,

    terkasih, dan yang tersayang sebagai tanda bakti, hormat dan terimakasih

    yang setulusnya.Tiada kata yang bisa menggantikan segala sayang, usaha,

    do’a, semangat dan materi yang telah diberikan untuk penyelesaian tugas

    akhir ini dibangku kuliah. Semoga ini menjadi awal untuk membuat Ibunda

    dan Ayahanda bahagia.

    Seluruh keluarga besarku yang tercinta, untuk adikku yang tercinta

    (Septrya Rochmawati Asmarita) terimakasih atas do’a, cinta, kasih sayang

    dan bantuan kalian selama ini. Serta keponakan-keponakan kutersayang

    terimakasih untuk senyum dan tawanya. Hanya karya kecil ini yang dapatku

    persembahkan, semoga dapat menjadi kebanggaan kalian semua.

    Terkhusus untuk Almamater dan kampus biru tercinta.

    Tak lupa untuk sahabat dan teman seperjuanganSPI’16.

    Serta sahabat, kawan-kawan sehidup, seperjuangan dan

    sependeritaan dikontrakan, Terimakasih untuk do’a, nasehat, hiburan,

    kerjasama, ide, traktiran, tebengan dan semangat yang kalian berikan selama

    ini. Sukses untuk kita semua

    Aaminn..

  • vi

    KATA PENGANTAR

    ِحيمِ َرْحمِن الرَّ بِْسِم ّللّاِ الَّ

    AssalamualaikumWrWb

    Alhamdulilah segala puji syukur kehadirat ALLh SWT, yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya kepada penulis

    berupa kesehatan rohani dan jasmani kepada penulis, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

    Dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki, tidak sedikit hambatan

    dan kendala yang penulis hadapi dalam upaya menyelesaikan skripsi ini.

    Namun, berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya

    hambatan dan kendala tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena

    itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

    pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis yaitu

    Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag serta Bapak Rahyu Zami M.Hum. Adapun

    maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendapat gelar sarjana

    di UIN STS Jambi.

    Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih tak terhingga kepada

    semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan demi

    kesempurnaan penulisan skripsi ini, terimakasih saya ucapkan kepada:

    1. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asyari, MA,Ph.D selaku Rektor UIN

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    2. Yth. Ibu DR. Rofiqoh Ferawati, Yth. Bapak DR. As‟ad Isma,Yth. Bapak

    DR Bahrul Ulum selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi.

    3. Yth. Ibu Dr. Halimah Dja‟far,S.Ag.,M.Fil.I selaku Dekan Fakultas Adab

    dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    4. Yth. BapakDr. Alfian,S.Pd., M.Ed , Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag,

    Yth. Ibu Dr.Roudhoh, S.Ag, SS., M.Pd.I selaku Wakil Dekan I, II, dan

    IIIFakultasAdabdanHumaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    5. Yth. Bapak Agus Fiadi,M.Si selakuketuaJurusanSejarahPeradaban Islam

    UIN SulthanThahaSaifuddin Jambi.

    6. Yth. BapakDr. Ali Muzakir, M.Ag danYth. Bapak Rahyu Zami, M.Hum

    selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu

    dan memberi kritikan maupun saran serta nasehat dalam penyusunan

    skripsi ini.

    7. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag Selaku Dosen Pembimbing

    Akademik.

  • vii

    8. Yth. Seluruh Dosen Fakultas AdabdanHumaniora UIN Sulthan Thaha

    Saifuddin Jambi yang telah mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan

    kepada penulis.

    9. Yth. Seluruh karyawan/ti di lingkungan FakultasAdabdanHumaniora

    UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    10. Yth. Kepala Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta

    stafnya serta Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi.

    11. Yth. Bapak Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I, M.Si selaku pengasuh

    Pondok Pesantren Nurul Jadid yang telah memberikan ilmunya dan

    membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

    12. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta

    do‟a yang tiada hentinya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

    13. Sahabat-sahabati SPI‟16 yang sama-sama berjuang di Fakultas Adab

    dan Humaniora UIN STS Jambi. Khususnya lokal SPI/A yang telah

    menjadi partner diskusi yang baik bagi penulis.

    Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

    semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah

    SWT memberikan keberkahan kepada kita semua. Akhir kata penulis sangat

    berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

    Wassalamu’alaikum Wr. Wb

    Jambi, November 2020

    Penulis

    Dwi Maryati Asmarita

    AS.160944

  • viii

    ABSTRAK

    Skripsi ini berjudul „‟Sejarah dan Perkembangan Pondok

    Pesantren Nurul Jadid di Desa Pasar Singkut Kecamatan Singkut

    Kabupaten Sarolangun 2001-2019’’. Adapun faktor penelitian yang dibahas

    dalam skripsi ini meliputi: 1) Bagaimana sejarah berdirinya Pondok Pesantren

    Nurul Jadid ? 2) bagaimana perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid ?

    3) bagaimana tradisi Pondok Pesantren Nurul Jadid ?

    Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah melalui

    tahapan-tahapan heuristik mengumpulkan sumber-sumber sejarah dengan

    cara wawancara dan arsip-arsip berupa akta pendirian pondok pesantren,

    verifikasi (kritik terhadap data), interprestasi,dan historiografi. Dalam

    penelitian penulis menggunakan pendekatan historis sedangkan teorinya

    menggunakan teori continuity and change oleh John Voll.

    Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Pondok Pesantren

    Nurul Jadid berdiri pada tahun 2001, sebelum berdiri Pondok Pesantren Nurul

    Jadid hanya berupa mushola tempat mengaji TPQ anak-anak sekitar,

    kemudian masyarakat setempat membangunkan sebuah pesantren untuk

    belajar ilmu agama. 2) Pondok Pesantren Nurul Jadid mengalami

    perkembangan dari berbagai aspek. Baik aspek bangunan, maupun aspek

    santri/santriwari aspek pengajar dll. Perkembangan sarana dan prasarana. 3)

    Tradisi pondok pesantren.

    Pondok pesantren Nurul Jadid sejak awal berdiri menggunakan

    metode pengajaran salafi. Seiring perkembangannya hingga saat ini sudah

    bercampur dengan pelajaran umum, meski telah modern dalam pendidikan

    dan pengajaran, pondok pesantren ini tetap mempertahankan ideologi

    pendidikan pondok pesantren dengan memegang teguh terhadap

    perkembangan nilai-nilai positif yang ada didalamnya serta mempertahankan

    pendidikan pondok pesantren yang lebih mengedepankan Akhlakul Karimah.

    Kata Kunci : Sejarah, Pondok, Perkembangan

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL

    NOTA DINAS ........................................................................................................... i

    PENGESAHAN ....................................................................................................... ii

    SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................ iii

    MOTTO ................................................................................................................... iv

    PERSEMBAHAN .................................................................................................... v

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

    ABSTRAK ............................................................................................................ viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 6

    C. Batasan Masalah .................................................................................................. 6

    D. Tujuan dan Kegunaan ........................................................................................... 6

    E. Tinjauan Pustaka .................................................................................................. 6

    BAB II KERANGKA TEORI

    A. Sejarah ................................................................................................................ 10

    B. Perkembangan Pesantren ................................................................................... 11

    C. Pengertian Pesantren .......................................................................................... 11

    a. Pondok ........................................................................................................ 13

    b. Masjid .......................................................................................................... 14

    c. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik ............................................................ 15

    d. Santri .......................................................................................................... 16

    e. Kyai ............................................................................................................. 16

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian ................................................................................................ 20

    B. Metode Penelitian Sejarah ................................................................................. 20

    1. Heuristik ........................................................................................................... 20

    2. Verifikasi .......................................................................................................... 23

  • x

    3. Interprestasi ...................................................................................................... 23

    4. Penulisan Sejarah ............................................................................................. 24

    BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

    A. Sejarah Pondok Pesantren Nurul Jadid ............................................................... 29

    B. Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren ......................................................... 34

    1. Perkembangan Kyai ..................................................................................... 35

    2. Perkembangan Santri.................................................................................... 38

    3. Perkembangan Pondokan ............................................................................. 44

    4. Perkembangan Masjid ................................................................................. 48

    5. Perkembangan Kitab-Kitab Islam Klasik ..................................................... 52

    C. Tradisi Pondok Pesantren Nurul Jadid ................................................................ 54

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan ........................................................................................................ 64

    B. Saran ................................................................................................................... 65

    DAFTAR PUSTAKA

    CURRICULUM VITAE

  • xi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua Indonesia.1

    Pesantren telah berkontribusi besar dalam pembangunan manusia seutuhnya

    di kepulauan Nusantara. Bahkan tokoh Ki Hajar Dewantara pernah

    menerapkan model pendidikan ala pesantren serta menganggap sebagai

    model pendidikan yang paling ideal. Ki Hajar Dewantara wafat pada tanggal

    26 April 1959, berpendapat pondok pesantren selaras dengan jiwa dan

    kepribadian luhur bangsa Indonesia. Oleh karena itu Taman Siswa adalah

    nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tanggal 3 Juli

    1922 di Yogyakarta yang dibangun dengan asas untuk menjadi kepercayaan

    luhur, aliran jiwa dan bercorak religi harus diciptakan dan dikembangkan

    melalui sistem pondok Indonesia.

    Dengan demikian pondok pesantren dapat dianggap sebagai wadah

    untuk menanamkan pendidikan karakter yang sesuai dan yang selaras dengan

    jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Pondok pesantren yang ada di

    Indonesia telah dibangun sejak berabad-abad yang silam yang menunjukkan

    bahwa model pendidikan ini bertahan dalam melawati berbagai perubahan

    zaman dan pergantian rezim dari berbagai sistem pemerintah di Nusantara.

    Hal ini membuktikan bahwa pesantren mampu mempertahankan diri beserta

    sistemnya.2

    Dalam perjalanan panjang ini tentu pola pengajaran dan pendidikan

    pesantren pada masa-masa awal masuknya Islam ke Indonesia bisa dipastikan

    berbeda dengan lembaga pesantren yang kita kenal saat ini, baik dari segi

    konten, pola pengajaran maupun struktur kelembagaan. Oleh karena itu

    pesantren tidak hanya identik dengan keislamananya, namun juga

    1 Sarkowi dan Rina Oktavia Putri, Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren

    Al-Madani LubukLinggau Tahun 2011-2018, STKIP PGRI Lubuklinggau,13 Januari 2019,

    hlm.53 2Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Wahana Logos, 1999), hlm.

    185

  • 2

    mengandung makna keaslian Indonesia yang diwariskan leluhur bangsa

    Indonesia. Ketangguhan pondok pesantren secara sosio-historis memiliki akar

    yang sangat kuat sehingga menduduki posisi yang relatif sentral dalam dunia

    keilmuan masyarakat Indonesia dan tetap bertahan di tengah berbagai

    gelombang perubahan yang terjadi dari masa ke masa.3 Namun dalam

    perjalanannya pesantren-pesantren yang ada di Indonesia banyak mengalami

    penyesuaian dan pembenahan dalam pengajaran dan kurikulumnya sesuai

    dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    Pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan Islam, dan tradisi

    yang muncul hanyalah satu dari beberapa Islam di Indonesia masa kini.4

    Tahun munculnya pondok pesantren sendiri, penulis tidak menemukan secara

    tepat kapan dan dimana serta pesantren mana yang awal berdiri. Karena

    secara garis besar pesantren dikenal sebagai lembaga pendidikan tradisional

    yang terasimilasikan dari sebuah budaya yang ada di Indonesia.5 Kemudian

    pesantren dikenal akrab karena adanya elemen di dalamnya sebagai ciri dari

    pesantren itu sendiri yaitu seorang kyai,6 ustad, santri,

    7 masjid/mushola, dan

    3Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta:

    Logos Wacana Ilmu,1998), hlm. 87 4Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat,hlm. 85

    5Hal ini bisa ditelusuri dari ciri pesantren yang berbentuk asrama. Bentuk asrama

    sendiri telah diterapkan oleh agama Budha sebelum Islam datang, lihat dalam Hanun

    Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, 144. Dalam makalah lain yang ditulis pula oleh Hanun

    Asrohahmenceritakan bahwa ada beberapa teori yang membentuk adanya pesantren, yakni

    pertama asimilasi budaya Hindu-Budha; seperti dalam pemakaian kata santri, kedua diadopsi

    dari Timur Tengah seperti pemakaian pembelajaran kitab kuning, ketiga warisan budaya

    Hindu-Budha seperti sistem pesantren yang berasrama, hubungan guru dan murid, dan sifat

    pesantren yang jauh dari keramaian, lihat Hanun Asrohah, Lembaga Pendidikan Islam

    Tradisional di Indonesia; Makalah Sejarah Sosial Pendidikan Islam,(Surabaya:IAIN-Sunan

    Ampel,tt) hlm.6 6Kata kyai sendiri merupakan makna yang agung,keramat dan dituahkan, seperti

    penuahan terhadap suatu benda semisal kris, oleh sebab itu ketika istilah ini dinisbatkan

    kepada seseorang, maka secara tidak langsung ada penghormatan di dalamnya yang di

    anggap sebagai seorang yang arif, dihormati, dan mempunyai kelebihan. Dikalangan umat

    Islam-jawa, kyai di sandang sebagai seseorang yang mengasuh pesantren, selengkapnya lihat

    dalam Imron Arifin, Kepemimpinan Kiai; Kasus Pondok Pesantren Tebuireng,(Malang:

    Kalimasahada,1993), hlm. 14 7Istilah ini diperuntukkan terhadap seseorang yang belajar mendalami agama di

    pesantren, Dhofier dalam Imrom Arifin membagi sebutan santri atas dua hal, pertama santri

    mukim yakni santri yang bertempat tinggal atau hidup dalam pesantren, kedua santri kalong,

    yaitu santri yang tidak menetap dalam pesantren, biasanya didominasi pada daerah sekeliling

  • 3

    pembelajaran kitab kuning di dalamnya.8Dalam catatan sejarah dinyatakan

    bahwa sejarah perkembangan pesantren di Indonesia sangat erat kaitannya

    dengan sejarah Islam di Indonesia sendiri, sebagaimana pesantren sebagai

    media dakwah penyebaran Islam terlebih pada masa Wali Songo9 yang

    menggunakan pesantren sebagai salah satu tempat Islamisasi masyarakat

    Indonesia, dan di sisi lain pesantren menyemaikan semangat perlawanan

    terhadap penjajah (nasionalisme).

    Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tidak pernah

    lepas dari pandangan masyarakat Indonesia secara umum. Di sisi lain, pondok

    pesantren tidak hanya berperan mendidik santri-santrinya untuk menjadi

    individu yang berkepribadian Islami, tetapi juga memiliki peranan lain, yaitu

    sebagai pusat penyebaran agama Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga

    pendidikan dan pusat penyebaran agama Islam lahir dan berkembang

    semenjak masa-masa permulaan kedatangan Islam di Indonesia. Sebagaimana

    diketahui bahwa pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang

    tertua di Indonesia telah menunjukan kemampuannya dalam mencetak kader-

    kader ulama dan turut berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

    Indonesia. Pondok pesantren sebagai pendidikan non formal merupakan

    lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam yang tradisional. Hal ini

    dibuktikan dengan berdirinya pondok-pondok pesantren sejak abad ke-15

    M.10

    Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam di Indonesia yang

    membentuk perilaku Islami masyarakat, dimana para pengasuhnya dan para

    santrinya tinggal dalam satu lokasi yang sama. Pondok pesantren dewasa ini

    pesantren yang jarak tempuhnya tidak begitu jauh dari pesantren, lihat dalam Imron Arifin,

    Kepemimpinan Kiai; Ibid, hlm. 12 8 Zamakhssyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan Hidup

    Kyai, (Jakarta: LP3ES,1982), hlm.5 9Kata Wali Songo merupakan kata majemuk yakni Wali dan Songo, Wali sendiri

    disandari atas bahasa arab Waliyullah, yang berarti ‘’orang yang mencintai dan dicintai

    Allah’’, sedangkan Songo sendiri ialah sembilan orang yang mencintai dan cintai oleh Allah

    yang mengadakan dakwah Islam di daerah yang belum memeluk agama Islam di pulau Jawa,

    Lihat dalam Ridwan Sofwan, dkk, Islamisasi di Jawa, (Yogyakarta: Pustaka Belajar,2004),

    hlm. 7 10

    Azhari, Eksistensi Sistem Pesantren Salafi Dalam Menghadapi Era Modern,

    Islamic Studies Journal, Vol. 2 No. 1 Januari – Juli 2014, hlm, 53-54

  • 4

    merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok pesantren yang

    memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara tradisional

    sistem pendidikan formal berbentuk madrasah bahkan sekolah umum dalam

    berbagai tingkatan dan kejuruan menurut kebutuhan masyarakat masing-

    masing. Sejarah perkembangan pesantren di Indonesia terus berkembang

    sejalan dengan perkembangan zaman di negara-negara yang mayoritas Islam,

    khusunya di Indonesia sendiri, dimana pesantren oleh para ulama Indonesia

    selalu menjadi kajian-kajian yang menarik dalam menghasilkan generasi-

    generasi Islami yang mampu menghadapi perubahan sosial.

    Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus tempat

    tinggal para santri memiliki corak yang khas dan berbeda dengan lembaga

    pendidikan umum lainnya. Pondok pesantren yang identik dengan

    keislamannya ternyata tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu keagamaan saja

    melainkan juga mengajarkan ilmu-ilmu umum, sains, dan teknologi.

    Pesantren-pesantren di Indonesia banyak mengalami penyesuaian-

    penyesuaian dan pembenahan sehingga pesantren mampu menciptakan

    generasi berkualitas, memiliki daya saing, dan berintegritas tinggi. Dalam

    konteks kekinian, membangun sebuah pondok pesantren tidak semudah dan

    sesederhana membangun pondok pesantren pada masa lalu dimana jiwa

    gotong royong masih sangat kental di tengah-tengah masyarakat Indonesia.

    Saat ini sebagian masyarakat Indonesia memiliki sifat individualisme yang

    sangat tinggi akibat transformasi dan serangan budaya barat di tengah-tengah

    kehidupan bangsa, sehingga untuk membangun sebuah pondok pesantren atau

    lembga pendidikan lainnya sangat jarang ditemukan dilakukan secara kolektif

    oleh masyarakat.

    Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah salah satu pondok pesantren

    yang berkembang di Desa Pasar Singkut, Kecamatan Singkut, Kabupaten

    Sarolangun. Pondok Pesantren Nurul Jadid didirikan oleh Dr. KH. Imam

    Hambali S.Pd.I, M.Si beserta sang istri ibu Nyai Hj. Lailis Sa‟adah. Pondok

    pesantren ini berdiri pada tahun 2001. Diberi nama Nurul Jadid karena ada

    yang mengusulkan yaitu seorang ulama yang bernama H. Klerek. H. Klerek

  • 5

    merupakan orang yang menjadi panutan untuk membangun pondok pesantren

    tersebut. H. Klerek ialah orang tua salah satu santri yang ada di Pondok

    Pesantren. H. Klerek merupakan Kyai atau guru yang menjadi panutan oleh

    Dr. KH. Imam Hambali. Menurut filosofi Nurul Jadid itu berarti Cahaya

    Baru. Biar ada penyegaran dan juga ada pembaruan. Pada awal mula pondok

    pesantren Nurul Jadid hanya memiliki 8 santri, bangunan yang tidak

    mendukung. Pondok pesantren Nurul Jadid melakukan pengajian dan belajar

    mengaji pada setiap malam. Setelah beberapa tahun, tepatnya tahun 2003

    mulai banyak santri yang datang. Pada tahun 2003 dimulai pembangunan

    seperti gedung madrasah ibtidaiyah, dan tsanawih, dan aliyah. Hingga

    mempunyai cabang pondok pesantren di Kecamatan Air Hitam, lebih

    tepatnya di Desa Suban Kecamatan Air Hitam Kabupaten Sarolangun

    Provinsi Jambi Alasan utama membangun pondok pesantren di Air Hitam

    karena atas permintaan masyarakat setempat dan anak yang ingin mondok

    tetapi jauh. Untuk mewadahi anak-anak yang dari Air Hitam dan sekitarnya

    supaya tidak terlalu jauh. Masyarakat juga ingin di sana mendirikan

    pondok.11

    Pondok pesantren yang ada di Desa Pasar Singkut baru berusia 17

    tahun, dengan usia yang belum begitu lama, sudah banyak dikenal oleh

    kalangan masyarakat Desa Pasar Singkut maupun dari kalangan masyarakat

    luar, sudah banyak melahirkan alumni yang paham dengan ilmu agama, yang

    siap mengabdi ke masyarakat luas, melihat pemimpin yang begitu terkenal

    dan disegani oleh masyarakat.

    Hingga kini masih berdiri kokoh ditengah-tengah masyarakat modern.

    Dalam perkembangannya, pondok pesantren tersebut bukan pondok pesantren

    besar jika dibandingkan dengan pondok pesantren yang berada di Singkut.

    Pondok Pesantren Nurul Jadid memiliki keunikan dibandingkan dengan

    Pondok Pesantren yang ada di Kabupaten Sarolangun, yaitu memiliki seni

    kaligrafi yang bisa membuat pondok pesantren itu dikenal banyak kalangan

    masyarakat. Berkat karya seni kaligrafi yang dimiliki santri, banyak para

    orang tua untuk memasukkan anaknya di Pesantren Nurul Jadid. Selain seni

    11

    Bapak Munji, Wawancara di Pondok Pesantren Nurul Jadid, 11 Januari 2020

  • 6

    kaligrafi terdapat juga seperti belajar membatik dan membuat batik sendiri

    untuk diproduksinya.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana sejarah dan perkembangan pondok pesantren Nurul Jadid ?

    2. Bagaimana tradisi pondok pesantren Nurul Jadid ?

    C. Batasan Masalah

    Untuk mempermudah pembahasan proposal ini, maka peneliti

    membatasi agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami nya, peneliti hanya

    membahas Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid di Desa

    Pasar Singkut, Kecamatan Singkut, Kabupaten Sarolangun. Peneliti juga

    memberikan batasan waktu, yaitu dari tahun 2001-2019.

    D. Tujuan dan Kegunaan

    Sesuai pokok rumusan masalah , maka penelitian ini bertujuan :

    1. Untuk mengetahui Sejarah berdirinya pondok pesantren Nurul Jadid dan

    untuk mengetahui perkembangan pondok pesantren Nurul Jadid dalam

    masyarakat di Desa Pasar Singkut.

    2. Untuk mengetahui bagaimana tradisi pondok pesantren Nurul Jadid.

    Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

    1. Untuk memperkaya Historiografi Islam

    2. Sebagai wahana pengembangan ilmu sejarah peradaban Islam di UIN

    Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

    3. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana strata satu

    (S1), pada jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora

    Universitas Islam Negeri Saifuddin Jambi.

    E. Tinjauan Pustaka

    Selama ini telah banyak buku maupun karangan yang membahas

    tentang sejarah pondok pesantren di Indonesia umumnya, namun belum

    belum ada informasi yang didapat ada yang melakukan pembahasan secara

    khusus tentang sejarah Pondok Pesantren Nurul Jadid di Desa Pasar Singkut

    Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun.

  • 7

    Satu hal penting yang harus dilakukan penulis dalam penelitian ilmiah

    adalah melakukan tinjauan atas penelitian-penelitian terdahulu. Hal ini lazim

    disebut dengan istilah prior research. Prior research penting dilakukan

    dengan alasan untuk menghindari adanya duplikasi ilmiah, untuk

    menghindari duplikasi ilmiahdan membandingkan kekurangan atau kelebihan

    antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan untuk

    menggali informasi penelitian atas tema yang diteliti dari peneliti

    sebelumnya. Berdasarkan pengamatan penulis hingga saat ini yang

    membahas mengenai sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren, baik

    berupa buku, jurnal, tesis dan skripsi, diantaranya;

    Pertama, tesis Hendra Gunawan, S. Hum Perkembangan Kontemporer

    Madrasah Nurul Iman di Kota Jambi (1970-2013). Dalam penelitian ini

    memfokuskan pada keadaan situasi sosial, keagamaan, struktur kelembagaan

    Madrasah Nurul Iman dan melihat perubahan sistem pendidikan di Madrasah

    Nurul Iman.

    Kedua, skripsi Wandi, Madrasah Al-Khairiyah Perkembangannya di

    Kota Jambi, IAIN STS Jambi, 2014. Dalam penelitian inilebih memfokuskan

    pada tujuan berdirinya Madrasah Al-Khairiyah, visi dan misi serta

    perkembangan berdasarkan periodesasi sejak tahun 1937-2014.

    Ketiga, skripsi M Rudini, Sejarah dan Perkembangan Pondok

    Pesantren As‟ad Olak Kemang Kota Jambi (2000-2013), IAIN STS Jambi

    2014. Dalam penelitian ini membahas sejrah dan perkembangan pondok

    pesantren As‟ad Olak Kemang dan melihat perubahan yang terjadi di pondok

    pesantren As‟ad Olak Kemang.

    Penelitian lain mengenai lembaga pendidikan Islam di Indonesia juga

    dilakukan oleh Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren :Studi Tentang

    Pandangan Hidup Kyai, pada awalnya merupakan disertasi yang telah

    menghantarkan Zamakhasyari Dhofier meraih gelar Doktoral dalam bidang

    antrolopologi sosial. Penelitian Zamakhsyari Dhofier mendasarkan kajiannya

    dengan pendekatan sosiologis atas dua lembaga pesantren, Tegalsari di Jawa

    Tengah dan Tebuireng di Jawa Timur. Fokus utama studi lapangan itu adalah

  • 8

    peranan Kyai dan kedua pesantren tersebut melestarikan dan menyebarkan

    Islam Tradisional.12

    Dapat disimpulkan bahwa sosok Kyai dan pesantren

    dengan segala tradisi dan warna-warni kehidupan bukanlah entitas yang

    jumud dan anti perubahan,mengingat mereka sangat kuat memelihari tradisi.

    Sebaliknya, kyai dan pesantren merupakan entitas yang selalu berusaha selalu

    akomodatif dengan setiap perubahan yang terjadi di masyarakat, sekaligus

    tetap menjaga tradisi demi kontinuitas kesejarahan kehidupan manusia. Hal

    ini terlihat dari penegasan Zamakhsyari yang menyatakan bahwa kehidupan

    kyai dan pesantren terbingkai dalam istilah continuity dan change. Penelitian

    Zamakhsyari ini menemukan adanya kesamaan pandangan hidup yang sangat

    mendasar dari semua kyai yakni selalu mengupayakan melesatarikan tradisi

    di tengah-tengah arus perubahan. Walaupun penelitian ini hanya melihat

    kasus di Pasentren Tebuireng dan Pesantren Tegalsari, namun setidaknya hal

    tersebut dapat dijadikan cerminan untuk kehidupan kyai dan pesantren di

    Jawa.

    Berbagai studi tentang perkembangan pesantren di Provinsi Jambi

    yang telah banyak yang melakukan penelitian secara historis, perkembangan

    ataupun lainnya, umumnya terfokus pada semua yang bersifat eksotis dan

    terpaut pada peristiwa dalam perkembangan pesantren. Penelitian-penelitian

    tersebut cukup memberikan informasi tentang perkembangan pesantren di

    Provinsi Jambi. Namun belum ada yang fokus membahas tentang pesantren

    Nurul Jadid yang ada di Singkut.

    12

    Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren; Studi Tentang Pandangan

    Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES,1982), hlm.5

  • 9

  • 10

    BAB II

    KERANGKA TEORI

    Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid akan dianalisis

    menggunakan teori Continuity and Change13

    oleh Zamakhsyarif Dhofier yaitu

    kesinambungan dan perubahan. Perkembangan yang dialami oleh Pondok

    Pesantren Nurul Jadid secara berkesinambungan dari tahun ke tahun,

    sehingga dapat terlihat dengan jelas perubahan atau perkembangan yang

    terjadi dari segi fisik maupun nonfisik.

    Dalam upaya mencari landasan yang jelas secara teoritis yang akan

    membantu penulis dalam kegiatan penelitian dan pembahasan, penulis telah

    mencoba mengumpulkan serangkaian teori yang bersumber dari pendapat

    para ahli yang di anggap cocok untuk dijadikan landasan didalam kegiatan

    penelitian dan penulisan ini adalah;

    A. Sejarah

    Sejarah berasal dari kata Arab yaitu Syajaratun yang artinya pohon

    sedangkan dalam bahasa Inggris sejarah adalah History yang artinya masa

    lampau,.dalam bahasa Yunani Historia yang berarti ilmu, dan bahasa Jerman

    Geschicte sesuatu yang terjadi pada masa lampau umat manusia yang harus

    berkembang dati tingkat yang sederhana ketingkat yang lebih maju.14

    Sejarah

    adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis

    keseluruhan perkembangan masyarakat serta segala kejadiannya. Sejarah

    merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau yang

    mempunyai bukti dan fakta-fakta sejarah. Sejarah terbagi menjadi dua bagian,

    yaitu sejarah kisah dan sejarah sebagai peristiwa. Sejarah sebagai kisah ialah

    sejarah dalam pengertian subjektif karena peristiwa masa lalu itu menjadi

    pengetahuan manusia. Sedangkan sejarah sebagai peristiwa merupakan

    sejarah secara objektif sebab peristiwa masa lampau itu sebagai kenyataan

    yang masih diluar pengetahuan manusia. Sebab lapangan sejarah meliputi

    13

    14Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta :

    Yayasan Penerbit Univ. Indonesia), 1985, hlm. 32

  • 11

    segala pengetahuan manusia yang mengungkap fakta mengenai apa, siapa,

    kapan, dimana, dan bagaimana sesuatu telah terjadi.15

    B. Perkembangan Pesantren

    Ditinjau dari sudut pandang bahasa kata perkembangan

    menunjukkan pada pemahaman tentang fase lanjutan yang sudah barang

    tentu tidak bisa dipisahkan dari sumbernya.16

    Perkembangan adalah perubahan yang progresif dan kontiue atau

    berkesinambungan dalm diri individu mulai lahir sampai mati. Dalam

    disertasi Adrianus Chatib yang berjudul Sejarah Sosial Intelektual Muslim

    Indonesia (Reformasi Pemikiran dan Gerakan Sosial-Keagamaan di Sumatra

    Tengah) yang berpendapat bahwa perubahan sosial dalam pendidikan bisa saj

    di pengaruhi karena adanya pegaruh agam dalam diri orang tersebut ataupun

    lebih mengkolaborasikan mengenai teori diatas baik dari segi politik,

    ekonomi, maupun sosial.17

    C. Pengertian Pesantren

    Kata pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe di depan

    dan diakhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan pendapat

    yang mengatakan bahwa santri sesungguhanya berasal dari bahasa Jawa,

    dari kata cantrik yang berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru

    kemana guru ini pergi menetap. Karena pergeseran tertentu kata cantrik

    berubahmenjadi kata santri dengan demikian proses terjadinya sesuai

    dengan hukum tata bahasa Indonesia. Sedangkan kata pondok penyesuaian

    ucapan kata punduk dalam bahasa arab yang berarti tempat menginap.18

    Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional yang bersifat

    non formal, dengan materi-materi keagamaan. Sejarah perkembangnya

    15

    Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah, (Yogyakarta: Ar-Azzuz

    Media ), 2007, hlm13-15 16

    Hm. Amin Haedari, Masa Depan Pesantren Dalm Modernitas, dan Tantangan

    Komplesitas, hlm52 17

    Adrianus Chatib,Sejarah Sosial Intelektual Muslim Indonesia (Reformasi

    Pemikiran dan Gerakan Sosial-Keagamaan di Sumatra Tengah),(Jambi: Sulthan Thaha

    Press,2013), hlm239 18

    Faisal Yusuf Amir, Reorintasi Pendidikan Islam, (Jakarta : Gema Insani, 1995),

    hlm.94

  • 12

    Pondok Pesantren adalah sejarah perkembangan Agama Islam di Indonesia

    dan merupakan salah satu pendidikan bercirikan Islam yang tertua.

    Secara bahasa pondok berasal dari bahasa Arab Al-Funduq berarti

    hotel, penginapan, sedangkan Pesantren diambil dari kata Santri yang berarti

    murid dengan mendapatkan imbuhan pe+an menjadi pesantrian, lalu

    bermetamorfosis menjadi Pesantren. Arti pondok pesantren dapat dipahami

    sebagai pusat kajian Islam untuk siswa-siswi yang di asramakan.19

    Menurut Azyumardi Azra, kehadiran pondok pesantren disebabkan

    karena 2 alasan, yaitu ; Pertama, Pondok Pesantren hadir untuk merespon

    situasi dan kondisi suatu masyarakat yang dihadapkan pada runtuh nya

    sendi-sendi moral atau bisa disebut perubahan sosial. Kedua,didirikannya

    Pondok Pesantren adalah untuk menyebar luaskan ajaran Islam di pelosok

    Nusantara.20

    Menurut M. Arifin, pondok pesantren merupakan suatu lembaga

    pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui oleh masyarakat sekitar, dengan

    sistem asrama, dimana para santri menerima pendidikan agama melalui

    sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah

    kedaulatan dari seorang atau beberapa kyai dengan ciri khas yang bersifat

    kharismatik, serta independent dalam segela hal.

    Dalam Peraturan Pemerintahan (PP) No 55 Tahun 2007 tentang

    Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, pesantren disebutkan

    sebagai Lembaga pendidikan keagamaan Islam berbasisi masyarakat yang

    menyelenggarakan pendidikan Diniyah atau secara terpadu dengan jenis

    pendidikan lainnya.21

    Maka secara sistem pendidikan nasional, secara jelas

    disebutkan bahwa pesantren mengembangkan pembelajaran kemasyarakatan

    yang dalam kaitannya ini ialah membimbing santri memiliki kepribadian

    Islami dan membekali ilmu agama supaya bisa menyebarkan ajaran Islam

    19

    Zammakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, LP3ES,( Jakarta:1982), hlm.18 20

    Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenial

    Baru, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu , 2000), hlm. 51 21

    Depdiknas, Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 Tentang

    Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan, (Bandung: Fokus Media, 2009), hlm 146

  • 13

    dalam masyarakat sekitar melalui ilmu yang dimilikinya, dan juga mampu

    mengembangkan aktivitas kemasyarakatan (konteks kekinian). Selain

    mampu dalam kapabelitas ilmu agama, setidaknya pesantren juga mampu

    memberikan penyuluhan dalam bidang ekonomi, pertanian, ataupun

    teknologi. Maka dalam modelnya pesantren atas dua bentuk:

    a. Pesantren Salaf, dalam istilah ini pesantren dikenal sebagai lembaga

    pendidikan yang masih mempertahankan pengajaran kitab-kitab klasik

    sebagai inti pengajarannya, hal ini sebagaimana diterangkan oleh

    Dhofier dalam Wahjoetomo. Sedangkan dalam proses pengajarannya

    menggunakan metodologi yang dikenal dengan istilah sorongan22

    dan

    bandongan atau weton.23

    b. Pesantren Khalaf, lebih dikenal dengan sebutan pesantren modern

    yang mana dalam pembelajarannya memasukkan pelajaran umum atau

    terbentuknya madrasah formal yang dikembangkan. Tujuan

    terbentuknya pesantren modern ini ialah untuk menyeimbangkan

    kemajuan global yang ada pada era saat ini.

    Menurut Zamakhsyari Dhofier, terdapat lima elemen dasar sebuah

    pesantren yaitu: pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik, dan

    kyai.24

    a. Pondok

    Definisi singkat istilah pondok adalah tempat sederhana yang

    merupakan tempat tinggal kyai bersama para santrinya. Komplek sebuah

    pesantren memiliki gedung-gedung selain dari asrama santri dan rumah

    kyai, termasuk perumahan ustad, gedung madrasah, lapangan olahraga,

    kantin, koperasi, lahan pertanian dan bahkan lahan peternakan. Kadang-

    kadang bangunan pondok didirikan sendiri oleh kyai dan kadang oleh

    22

    Yakni seorang santri maju satu persatu untuk membaca dan menguraikan isi

    kitab dihadapan kyai atau ustadnya. 23

    Bandongan atau weton sendiri secara umum digunakan dalam pembelajaran di

    pesantren karena dalam kaitannya ini ialah mengefektifkan waktu secara kolektif, weton

    sendiri berasal dari bahasa Jawa yaitu waktu disebut demikian karena metode ini dilakukan

    karena pada saat-saat tertentu seperti setelah solat fardhu. 24

    Zammakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai,

    hlm.44

  • 14

    penduduk desa yang bekerja sama untuk mengumpulkan dana yang

    dibutuhkan.

    Sistem asrama ini merupakan ciri khas tradisi pesantren yang

    membedakan sistem pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan Islam

    lainnya seperti sistem pendidikan Islam di minangkabau yang disebut

    dengan surau atau sistem yang digunakan di Afganistan.25

    Pondok

    merupakan asrama bagi para santri, tempat berkumpul dan belajar dibawah

    bimbingan kyai. Kata pondok di susun dengan kata-kata pesantren menjadi

    „‟pondok pesantren„‟ yang merupakan lembaga pendidikan Islam di

    Indonesia. Ada tiga alasan utama kenapa pesantren harus menyediakan

    asrama bagi para santri.

    a. Kemasyhuran seorang kyai dan kedalaman pengetahuannya tentang

    Islam menarik para santri-santri dari jauh;

    b. Hampir semua pesantren berada di desa-desa dimana tidak tersedia

    perumahan yang cukup untuk menampung para santri ;

    c. Ada sikap timbal balik, antara kyai dan santri. Sikap timbal balik ini

    menimbulkan ke akraban dan kebutuhan untuk saling berdekatan terus

    menerus.

    Sistem pondok bukan saja merupakan elemen paling penting dari

    tradisi pesantren, tapi merupakan penompang utama bagi pesantren untuk

    terus berkembang.26

    b. Masjid

    Sangkut paut pendidikan Islam dalam masjid sangat dekat dan erat

    dalam tradisi Islam diseluruh dunia. Dahulu kaum muslimin selalu

    memanfaatkan masjid untuk tempat beribadah dan juga sebagai tempat

    lembaga pendidikan Islam. Sebagai pusat kehidupan rohani, sosial, politik,

    dan pendidikan islam.Masjid merupakan aspek kehidupan sehari-hari yang

    sangat penting bagi masyarakat. Dalam rangka pesantren, masjid dianggap

    25

    Hasbullah, Sejarah Islam di Indonesia, hlm.142 26

    Zammakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

    hlm.45-48

  • 15

    sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama

    dalam praktek sembahyang lima waktu, khutbah dan sholat juma‟at, dan

    pengajaran kitab-kitab islam klasik.27

    c. Santri

    Santri merupakan unsur penting dalam perkembangan sebuah

    pesantren karena langkah pertama dalam tahap-tahap membangun pesantren

    adalah harus ada murid yang datang untuk belajar dari seorang alim. Kalau

    murid itu sudah menetap dirumah alim, baru seorang alim itu disebut kyai

    dan mulai membangun fasilitas yang lengkap untuk pndoknya.

    Santri merupakan para pelajar yang mendalami ilmu agama di

    pesantren. Dhofier membagi jenis santri kedalam 2 kelompok santri yaitu;

    Santri mukim, murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan

    menetap dalam kelompok pesantren.

    Santri kalong, murid yang berasal dari desa-desa sekeliling pesantren,

    yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.28

    Di Pondok Pesantren

    Nurul Jadid ada santri kalong tetapi hanya sedikit.

    Seorang santri pergi dan menetap disuatu pesantren karena berbagai

    alasan, diantaranya:

    1) Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam

    secara lebih mendalam dibawah bimbingan kyai yang memimpin

    pesantren.

    2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren,baik

    dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan

    dengan pesantren-pesantren terkenal lainnya.

    3) Ia ingin memusatkan studinya dipesantren tanpa disibukkan

    dengan kegiatan sehari-hari dirumah keluarganya.

    27

    Zammakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

    hlm 49 28

    Zammakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

    hlm 51

  • 16

    d. Pengajaran Kitab Islam Klasik

    Kitab-kitab Islam klasik dikarang para ulama terdahulu dan termasuk

    pelajaran mengenai macam-macam ilmu pengetahuan agama islam dan

    bahasa arab. Dalam kalangan pesantren, kitab-kitab islam klasik sering

    disebut kitab kuning oleh karena waktu kertas edisi-edisi kitab kebanyakan

    warna kuning. Menurut Dhofier pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab

    klasik merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam

    lingkungan pesantren.

    Pada masa sekarang, kebanyakan pesantren telah mengambil

    pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian yang juga penting

    dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab islam klasik

    masih diberi kepentingan tinggi. Pada umumnya, pelajaran dimulai dengan

    kitab-kitab yang sederhana, kemudiandilanjutkan dengan kitab-kitab yang

    lebih mendalam dan tingkatan pesantren dapat diketahui dari jenis kitab

    yang diajarkan.29

    e. Kyai

    Keberadaan Kyai dalam pondok pesantren sangat penting karena dia

    adalah perintis, pendiri, pengasuh, pimpinan. Kyai merupakan tokoh sentral

    di Pesantren, biasanya kyai juga merupakan tokoh pendiri pondok

    Pesantren. Peran kyai bukan hanya sebagai tenaga pendidik tetapi juga

    sebagai panutan baik dalam pesantren maupun luar pesantren. Peran penting

    kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan, dan pengurusan sebuah

    pesantren berarti kyai merupakan unsur yang sangat esensial. Sebagai

    pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan hanya tergantung pada

    keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatik, serta keterampilan kyai.30

    Perlu ditekankan disini bahwa ahli-ahli pengetahuan Islam dikalangan

    umat Islam disebut ulama. Di Jawa Barat mereka disebut Ajengan, di Jawa

    Tengah dan Jawa Timur ulama yang memimpin pesantren disebut Kyai,

    namun zaman sekarang banyak juga ulama ynag cukup berpengaruh di

    29

    Menurut Dhofier dikutip oleh Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,

    hlm.144 30

    Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, hlm.144

  • 17

    masyarakat juga mendapat gelar kyai, walaupun mereka tidak memimpin

    pesantren, gelar kyai biasanya dipakai untuk menunjukan para ulama dari

    kelompok islam tradisonal.31

    Seorang guru disuatu pondok, kata Geertz, dan setiap sarjana dalam

    ilmu keislaman pada umumnya disebut Kyai. Keterangan Geertz yang sangat

    dikenal teorinya mengenai varian santri, abangan, dan priyayi dalam budaya

    Jawa. Secara sepintas saja sudah menunjukkan pada kekurangan, tidak setiap

    guru dalam pondok, sekalipun guru agama dapat disebut yai. Banyak syarat

    yang harus ditambahkan pada seorang guru di pondok untuk disebut kyai,

    antara lain dari segi ilmu, kualitas kepribadian atau kepemimpinan. Menurut

    asal usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk 3 jenis gelar

    yang saling berbeda antara lain:

    1) Sebagai gelar kehormatan bagi barrang-barang yang dianggap

    keramat, misalnya „‟Kyai Garuda Kencana‟‟ dipakai untuk sebutan

    kereta emas yang ada di Keraton Yogyakarta.

    2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya.

    3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama

    Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan

    mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain

    gelar kyai beliau juga sering disebut seorang alim (orang yang

    dalam pengetahuan Islam).

    Dalam sebuah pondok pesantren kyai seringkali mempunyai power

    dan authority yang mutlak. Tidak seorangpun santri atau orang lain yang

    dapat melawan otoritaskyai kecuali kyai yang lebih besar pengaruhnya. Para

    santri selalu mengharap dan berfikir bahwa kyai yang dianutnya merupakan

    orang yangpenuh self confident, baik dalam pengetahuan Islam, maupun

    dalam otoritas dan manajemen pondok.32

    Oleh karena itu perkembangan dan

    maju mundurnya pondok salah satunya adalah ditentukan oleh kapabilitas

    31

    Zammakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren studi tentang Pandangan Hidup

    Kyai, hlm. 55 32

    Zammakhsari Dhofier, Tradisi Pesantren studi tentang Pandangan Hidup Kyai,

    hlm.56

  • 18

    seorang kyai. Banyak pondok yang gulung tikar karena ditinggal oleh

    kyainya, sementara itu dia tidak memiliki penurus yang dapat meneruskan

    perjuangannya. Seorang kyai menguasai atas diri para santrinya, tidak hanya

    waktu dipondok, untuk seumur hidupnya akan senantiasa terikat dengan

    kyainya, minimal sebagai inspirasi dan sebagai penunjang moral dalam

    kehidupan dirinya. Dalam menentukan urusan pekerjaan, membagi harta

    pusaka, bahkan dalam memilih jodoh seorang santri merasakan kewajiban

    moral untuk konsultasi dan mengikuti petunjuk-petunjuk kyainya.

  • i

  • 20

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Lokasi Penelitian

    Lokasi penelitian adalah tempat suatu penelitian untuk memperoleh

    data-data yang berkenaan dengan topik pembahasan. Penelitian ini dilakukan

    Di Desa Pasar Singkut Kabupaten Sarolangun. Penelitian ini merupakan

    penelitian kualitatif yang menggunakan metode sejarah. Mengkaji lebih

    mendalam tentang Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid

    di Desa Pasar Singkut Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun 2001-2019.

    B. Metode Penelitian Sejarah

    1.Heuristik

    Heuristik berasal dari kata Yunani Heurishein, artinya memperoleh.

    Menurut G. J Renier yang dikutip Dudung dalam bukunya yang berjudul

    Metode Penelitian Sejarah Islam yang menjelaskan bahwa, heuristik adalah

    suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik

    tidak mempunyai peraturan umum. Heuristik merupakan suatu keterampilan

    dalam menemukan, menangani, dan memperoleh bibliografi, atau

    mengklarifikasi dan merawat catatan-catatan.33

    Catatan-catatan tersebut peneliti bisa dapatkan melalui observasi,

    merupakan teknik awal yang peneliti gunakan untuk mendapatkan data yang

    akurat berdasarkan permasalahan yang akan penulis teliti.

    33

    Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak,

    2011), hlm. 52

  • 21

    Observasi merupakan alat pengumpulan data disebut panduan

    obeservasi. Metode ini menggunakan pengamatan langsung terhadap suatu

    benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku.34

    Penelitian menggunkan teknik observasi secara partipasip dengan

    maksud, pengamatan terlihat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan

    peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran peneliti, tanpa

    mengakibatkan perubahan pada kegiatan yang bersangkutan dan tentu saja

    dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti.35

    Observasi ini

    merupakan sumber primer untuk mendapatkan data sejarah yang berkaitan

    dengan penelitian.

    Dalam heuristik sejarawan harus mencari sumber primer. Sumber

    primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan saksi mata.

    Sedangkan dalam sumber lisan yang dianggap primer ialah wawancara

    langsung dengan pelaku peristiwa atau saksi mata.

    Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

    informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna

    dalam suatu topik tertentu.36

    Metode ini merupakan salah satu cara dalam

    mengumpulkan data yang harus dilakukan untuk mendukung observasi.

    Peneliti menggunakan teknik wawancara tak berstruktur, wawancara tak

    berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan

    pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

    34

    Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, hlm. 52 35

    Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 72 36

    Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 64

  • 22

    pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis

    besar permasalahan yang akan ditanya.37

    Selain menggunakan teknik wawancara peneliti juga menggunakan

    teknik dokumentasi,dimana dokumentasi merupakan teknik pengumpulan

    data dengan mempelajari catatan mengenai data pribadi responden. Didalam

    sebuah dokumentasi, sering dikeanl dengan istilah dokumen, record, foto,

    video/film. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa

    bentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.38

    Dari penjelasan diatas maka sumber-sumber dalam heuristik dapat

    dikelompokan menjadi dua yaitu sumber primer dan sumber skunder.

    a. Sumber Primer

    Data primer adalah data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan

    oleh peneliti dari sumber pertama / utama.39

    Sumber primer merupakan

    kata-kata dan tindakan orang-orang. Dalam sumber lisan yang digunakan

    dalam sumber primer adalah wawancara langsung dengan pelaksana

    peristiwa dan saksi mata „‟Sejarah danPerkembangan Pondok Pesantren

    Nurul Jadid di Desa Pasar Singkut Kecamatan Singkut Kabupaten

    Sarolangun 2001-2019‟‟ sebagai berikut:

    1) Dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian, antara lain:

    a) Akta Notaris Pondok Pesantren Nurul Jadid

    b) SK pengesahan Akta pendirian Pondok Pesantren Nurul Jadid

    37

    Sugiono,Memahami Penelitian Kualitatif hlm. 74 38

    Sugiono,Memahami Penelitian Kualitatif hlm. 82 39

    Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab

    dan Humaniora Sastra dan Kebudayaan Islam, hlm. 31

  • 23

    c) PIAGAM Pendirian Pondok Pesantren Nurul Jadid dari

    Dapertemen Agama

    d) Arsip Pondok Pesantren Nurul Jadid

    e) Foto kegiatan Pondok Pesantren Nurul Jadid

    f) Visi Misi dan tujuan Pondok Pesantren Nurul Jadid

    2) Wawancara yang berkaitan dengan judul penelitian, antara lain:

    a) Wawancara dengan Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I M.si

    merupakan pendiri sekaligus pengasuh Pondok Pesantren

    Nurul Jadid

    b) Wawancara dengan Bapak Munji yang merupakan ustad

    Pondok Pesantren Nurul Jadid

    c) Wawancara dengan beberapa alumni dan pengurus Pondok

    Pesantren Nurul Jadid

    b. Sumber Skunder

    Data skunder merupakan data pendukung yang dikumpulkan,

    diolah, dan disajikan dari beberapa buku bacaan yang memberikan

    komentar, analisis, kritik dan sejenisnya yang berkaitan dengan data

    primer.40

    Data skunder ini digunakan oleh peneliti untuk diproses lebih

    lanjut. Dalam penelitian ini data skunder bisa berupa buku yang

    mendukung dalam penelitian ini:

    1) Buku-buku yang membahas terkait dengan pondok pesantren

    40

    Tim Penyusun Buku Pedoman Skripsi, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab

    dan Humaniora Sastra dan Kebudayaan Islam, hlm. 34

  • 24

    2) Artikel ataupun jurnal yang membahas tentang pondok

    pesantren

    2. Verifikasi

    Setelah sumber sejarah -dalam kategorinya terkumpul, tahap yang

    berikutnya ialah verifikasi atau sering disebut dengan kritik untuk

    memperoleh keabsahan sumber. Kritik merupakan tahap dimana setelah

    mendapatkan datat-data yang bisa menjadi acuan dalam penelitian, penulis

    memilah-milah data yang sesuai dengan ruang lingkup yang akan dibahas

    dalam penelitian. Yang dilakukan penulis adalah membandingkan antara

    data dan fakta, yang menyelidiki koentetikan sumber sejarah baik bentuk

    maupun isinya. Dengan demekian semua data yang diperoleh harus

    diselidiki untuk memperoleh fakta yang valid. Sesuai dengan pokok bahasan

    dan diklasifikasikan berdasarkan permasalahan untuk dianalisis.

    Kritik sumber dilakukan melalui dengan 2 cara, yaitu kritik

    eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal dilakukan dengan melihat

    otentitas dan integritas data mengenai obyek penelitian, sedangkan kritik

    internal dilakukan dengan menilai secara instrinsik sumber-sumber sejarah

    serta membuat perbandingan kesaksian dari berbagai sumber pengujian dan

    analisis data dilakukan, maka semua fakta sejarah yang telah diperoleh,

    kemudian diberi makna atau dilakukan interprestasi.41

    3. Interprestasi

    41

    W. Pranoto, Teori dan Metodelogi Penelitian Sejarah, ( Yogyakarta: PT Graha

    Ilmu, 2010 ) hlm. 55

  • 25

    Interprestasi atau penafsiran sejarah sering disebut analisis sejarah.

    Analisis sendiri berarti menguraikan,dan secara terminologis berbeda

    dengan sintesis yang berati menyatuka. Namun keduanya, analisis dan

    sintesis,dipandang sebagai metode-metode utama didalam interprestasi.

    Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang

    diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama dengan teori-teori

    disusunlah fakta itu kedalam suatu interprestasi yang menyeluruh.42

    Interprestasi dalam penelitian sejarah sangat diperlukan, kegunaan

    dari interprestasi ini untuk menganalisi data yang telah dikumpulkan dan

    yang telah dicari keabsahannya tentang data tersebut.

    4. Penulisan sejarah

    Merupakan tahap akhir dari produser penelitian, penulisan ini

    diusahakan selalu memperhatikan aspek kronologis, sedangkan

    penyajiannya berdasarkan tema-tema yang penting.

    Menurut Dudung Abdurahman historiografi merupakan cara

    penulisan , pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah

    dilakukan. Penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan

    gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal hingga akhir.43

    Syarat umum yang harus diperhatikan peneliti didalam pemaparan

    sejarah adalah:

    a) Peniliti harus memiliki kemampuan mengungkapkan dengan

    bahasa yang baik. Misalnya peneliti harus memperhatikan

    42

    Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 114 43

    Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 117

  • 26

    atauran atau pedoman bahasa Indonesia yanng baik, mengerti

    bagaimana memilih kata atau gaya bahasa yang tepat dalam

    menggunakan maksudnya, bahasa yang jelas dan mudah

    dipahami, dan data dipaparkan seperti apa adanya atau seperti

    yang dipahami oleh peneliti dan bahasa yang khas.

    b) Terpenuhinya kesatuan sejarah, yakni suatu penulisan sejarah

    disadari sebagaian dari sejarah yang lebih umum, karena ia

    didahului oleh masa dan diikuti oleh masa pula. Dengan kata

    lain, penulisan itu ditempatkan sebagai perjalanan sejarah.

    c) Menjelaskan apa yang ditemukan oleh peneliti dengan

    menyajikan bukti-bukti dan menbuat garis-garis umum yang

    akan dikuti secara jelas oleh pemikiran pembaca. Dalam hal

    ini perlu dibuat pola penulisan atau sistematika penyusunan

    atau pembahasan.

    d) Keseluruhan pemaparan sejarah harus argumentif, artinya

    usaha peneliti yang dalam mengarahkan ide-idenya dalam

    merekontruksi masa lampau itu dilandaskan atas bukti-bukti

    yang terseleksi, bukti yang cukup lengkap, detail fakta yang

    akurat.44

    Historiografi dalam penelitian sejarah digunakan untuk

    menyimpulkan data yang telah didapatkan oleh peneliti melalui penelitian,

    44

    Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam, hlm. 116-118

  • 27

    setalah data dikumpulkan maka peneliti perlu menggunakan teknik

    historografi sebagai fase terakhir dalam penulisan sejarah.

    C. Sistematika Pembahasan

    Untuk mempermudah dalam pembahasan skripsi ini, penulis

    menyusun kerangka pembahasan secara sistematis kedalam lima bab.

    Bab pertama merupakan pendahuluan, yang terdiri dari latar

    belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan,

    Tinjauan pustaka, dasar-dasar analisis, dan sistematika pembahasan.

    Bab kedua membahas tentang kerangka teori, yaitu untuk membantu

    penulis dalam kegiatan peneltian.

    Bab ketiga membahas tentang metodologi penelitian, yang terdiri

    dari lokasi penelitian dan metode peneltian sejarah.

    Bab keempat merupakan pembahasan tentang sejarah dan

    perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid di Desa Pasar Singkut

    Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun.

    Bab kelima merupakan penutup yang meliputi kesimpulan dan

    saran-saran yang diharapkan dapat menjawab permasalahan-permasalahan

    yang ada dan menjadikan pertimbangan dalam penelitian selanjutnya.

  • i

  • 29

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nurul Jadid

    Pesantren dalam sejarah telah menjadi objek para sarjana Barat yang

    mempelajari Islam. Dilihat dari fungsi dan manfaat pesantren sebagai

    lembaga pendidikan Islam memiliki ciri khas, maka didaerah lain (luar jawa)

    hidup lembaga pendidikan Islam mempunyai fungsi dan manfaat yang sama

    dengan nama yang berbeda. Misalnya maeunusah di Aceh, surau di sumatra,

    rangkang di Kalimantan. Menurut para ahli dikenal dengan sebutan zawiyah

    dimana sistem belajarnya melingkar yang sekarang dikenal dengan sistem

    bandongan.

    Pondok pesantren adalah lembaga yang bisa dilakukan merupakan

    wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan Nasional. Pesantren

    tidak hanya identik dengan keislaman, tetapi juga mengandung makna

    keaslian Indonesia. Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya

    telah ada sejak ada masa kekuasaan Hindu-Budha. Sehingga Islam hanya

    meneruskan dan mengislamkan lembaga pendidikan yang sudah ada.45

    Dalam sejarah perkembangan pondok pesantren mengalami fase-fase

    perkembangan, terutama dilihat dari bangunan fisiknya, juga tak ketinggalan

    pada sistem pengajaran/pendidikannya. Sehingga mendudukkan lembaga

    tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu pada aneka ragam tipe-tipe yang

    sederhana dan salafi sampai tipe yang formal dan modern.

    Perkembangan pondok pesantren tidak hanya berkembang didaerah

    pesisir melainkan juga berkembang didaerah pedalaman maupun perkotaan.

    Pondok pesantren Nurul Jadid merupakan contoh pondok pesantren yang

    berkembang didaerah perkotaan yang terletak di Desa Pasar Singkut

    Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun.

    Pondok pesantren Nurul Jadid didirikan oleh Dr. KH. Imam Hambali

    S.Pd.I M.Si beserta sang istri ibu Nyai Hj. Lailis Sa‟addah. Dr. KH. Imam

    45

    Nurcholis Masjid, Bilik-Bilik Pesantren ( Jakarta: Paramadima, 1997), hlm.3

  • 30

    Hambali S.Pd.I M.Si merupakan pimpinan atau pengasuh pondok pesantren

    Nurul Jadid. Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I M.Si dahulu nya menempuh

    pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah di Desa Gaji Kecamatan Klerek

    Kabupaten Tuban,Madrasah Aliyah di Kabupaten Sarolangun kemudian

    pindah di Pondok Pesantren Al-Anwar Rembang, Strata 1 di STAI Bintang

    Hati Jambi, S2 di STAI Yayasan Pasar Minggu Jakarta Selatan, S3 di

    Universitas Merdeka Malang Prodi Sosial Budaya. Dr. KH. Imam Hambali

    S.Pd.I M.Si berasal dari keluarga yang sederhana. Beliau memiliki istri yang

    bernama Nyai Hj Lailis Sa‟adah dan memiliki enam orang anak, yaitu:

    Innayatul Hanifah, Fatin, Fahrul Rozi, Imomi, Ridwan Al-Imami, Faza

    Mustopa Al-Imami. Gagasan beliau mendirikan pesantren karena dahulu ada

    seorang santri yang berasal dari Musi Rawas, santri tersebut datang ingin

    belajar ilmu agama dan melihat lingkungan tempat tinggal yang kurang akan

    pengetahuan agama. Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I M.Si mendirikan pondok

    pesantren awal mula dengan menggunakan dana pribadi, dibantu oleh H.

    Klerek dan mendapat juga bantuan dari Bupati Sarolangun dan masyarakat

    sekeliling pondok pesantren.

    Pondok pesantren Nurul Jadid berdiri tanggal 26 Juni 2001,

    diresmikan oleh Gubernur Jambi Alm. Bapak Zulkifli Nurdin. Diberi nama

    Nurul Jadid karena ada yang mengusulkan yaitu seorang ulama, yang

    bernama H. Klerek menurut filosofi Nurul Jadid itu berarti cahaya yang baru.

    Pada awal mula berdirinya pondok pesantren Nurul Jadid dahulunya

    hanya sebuah mushola kecil yang dijadikan untuk tempat mengaji, setelah

    ada tpq banyak anak yang ikut mengaji maka dibangunkan sebuah pondok

    pesantren.46

    Pada awalnya hanya memiliki 8 orang santri. Dahulunya ada

    anak dari Pangkalan Musi Rawas yang mau pondok tetapi dahulu belum

    mempunyai gedung SMP jadi anak tersebut bersekolah di Mts. Selama kurun

    waktu 2 tahun, tepatnya tahun 2003 banyak yang anak yang berdatangan

    ingin mondok kemudian pondok pesantren Nurul Jadid mendirikan SMP

    sendiri. Pondok pesantren Nurul Jadid melakukan pengajian dan belajar

    46

    Kyai Imam Hambali, (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid), 11 Januari 2020

  • 31

    mengaji pada setiap malam. Pada tahun 2003 di mulai pembangunan seperti

    gedung madrasah ibtidaiyah, dan tsanawih, dan aliyah. Hingga mempunyai

    cabang pondok pesantren di Kecamatan Air Hitam. Di bangunnya pondok

    pesantren di Air Hitam karena atas permintaan masyarakat setempat dan

    anak yang ingin mondok tetapi jauh. Untuk mewadahi anak-anak yang dari

    Air Hitam dan sekitarnya supaya tidak terlalu jauh. Masyarakat juga ingin di

    sana mendirikan pondok.47

    Pondok pesantren yang ada di Desa Pasar Singkut baru berusia 17

    tahun, dengan usia yang belum begitu lama, sudah banyak di kenal oleh

    kalangan masyarakat Desa Pasar Singkut maupun dari kalangan masyarakat

    luar, sudah banyak melahirkan alumni yang paham dengan ilmu agama, yang

    siap mengabdi ke masyarakat luas, melihat pemimpin yang begitu terkenal

    dan disegani oleh masyarakat. Pondok Pesantren Nurul Jadid dahulunya

    pondok pesantren yang tipe salafiah kemudian dengan mengikuti

    perkembangan zaman pondok pesantren berubah menjadi tipe khalafiah yaitu

    tipe pesantren modern, yang didalamnya mengajarkan ilmu-ilmu pengetahuan

    umum, tetapi masih tetapi masih mengajarkan kitab-kitab klasik seperti

    pesantren salafiah.48

    1. Tokoh yang Berperan Dalam Berdirinya Pondok Pesantren

    Dalam perjalanan suatu lembaga, tidak bisa lepas dari tokok-tokoh

    yang berperan didalamnya. Pondok pesantren Nurul Jadid tidak akan berdiri

    tanpa adanya sosok yang mendirikannya. Adapun nama-nama tokoh yang

    ikut berperan dalam mendirikan pondok pesantren Nurul Jadid.

    a) Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I M.Si

    Merupakan pendiri pondok pesantren dan pengasuh dari tahun

    2001-2019. Beliau merupakan sosok terpenting dalam berdirinya

    pondok pesantren.

    47

    Bapak Munji (ustad), Wawancara di Pondok Pesantren Nurul Jadid, 11 Januari

    2020 48

    Salafiyah, tipe pesantren yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam atau

    kitab-kitab klasik yang ditulis oleh para ulama terdahulu.

  • 32

    Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I M.Si lahir di Tuban 13 Maret

    1973. Menempuh pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah di Desa Gaji

    Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, Madrasah Tsanawiyah di Desa

    Gaji Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, Madrasah Aliyah di

    Kabupaten Sarolangun kemudian pindah di Pondok Pesantren Al-

    Anwar Rembang, Strata 1 di STAI Bintang Hati Jambi, S2 di STAI

    Yayasan Pasar Minggu Jakarta Selatan, S3 di Universitas Merdeka

    Malang Prodi Sosial Budaya. Beliau memiliki istri yang bernama Nyai

    Hj Lailis Sa‟adah dan memiliki enam orang anak, yaitu: Innayatul

    Hanifah, Fatin, Fahrul Rozi, Imomi, Ridwan Al-Imami, Faza Mustopa

    Al-Imami.

    Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I M.Si mendirikan pondok

    pesantren Nurul Jadid dengan tujuan untuk mengembangkan dan

    memantapkan agama Islam pada masyarakat Desa Pasar Singkut

    untuk memberikan bekal para santrinya tentang berbagai ilmu agama

    Islam untuk kehidupan beragama dimasyarakat kelak.49

    Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid

    49

    Kyai Imam Hambali (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid), Wawancara di

    Pondok Pesantren Nurul Jadid 29 Februari 2020

  • 33

    2. Visi dan Misi Pondok Pesantren Nurul Jadid

    Pondok pesantren menjadi sarana yang digunakan para santri untuk

    belajar ilmu agama sebagai bekal berdakwah pada masyarakat umum. Selain

    itu pondok pesantren Nurul Jadid berperan sebagai wadah dakwah didalam

    lingkungan masyarakat sekitar pondok pesantren agar dapat menjadi bagian

    dari perbaikan akhlak dan pengetahuan ilmu agama masyarakat dimasa

    mendatang.

    Untuk mencapai hal tersebut, maka sebuah lembaga Pondok Pasantren

    Nurul Jadid memiliki visi misi dan tujuan, sebagai berikut:

    1) Visi

    Religius, Unggul Prestasi Akademik, Luhur Budi Pekerti Serta

    Luas Dalam Wawasan.

    2) Misi

    a) Membentuk peserta didik yang memiliki ketaqwaan terhadap

    Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan-kegiatan keagamaan

    b) Mewujudkan kegiatan pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan

    menyenangkanMengembangkan sikap dan kepribadian yang

    santun, beretika, dan berestetika

    c) Membentuk peserta didik yang memiliki pengetahuan yang

    memadai untuk mengikuti pendidikan yang lebih lanjut

    d) Membentuk peserta didik yang memiliki pengetahuan dan

    kecakapan hidup yang tercermin pada sikap dan perilaku

    sehari-hari.50

    3. Tujuan

    Tujuan lembaga pendidikan Pondok Pesantren Nurul Jadid

    adalah:

    a) Terbinanya umat Islam yang beriman, bertaqwa, berilmu dan

    beramal saleh dalam rangka mengabdi kepada Allah swt

    untuk mencapai ridhonya.

    50 Data Pondok Pesantren Nurul Jadid, diambil 11 Januari 2020

  • 34

    b) Membangun sarana pendidikan pondok pesantren yang

    dilengkapi dengan pendidikan umum, agama dan latihan

    keterampilan yang memadai dan didukung sarana ibadah,

    asrama ,maupun pusat kegiatan usaha.

    c) Melahirkan kader-kader Islam dari kalangan masyarakat yang

    berwawasan kedepan.51

    B. Perkembangan Pondok Pesantren Nurul Jadid

    a) Periodesasi 2001-2005

    Pada periode ini merupakan awal dari dibangunnya Pondok

    Pesantren Nurul Jadid, tepatnya pada 26 Juni 2001. Hanya berawal dari 8

    santri sehingga kegitan belajar mengajar masih bertempat dirumah kyai.

    Hingga pada tahun 2005 mencapai 115 santri. Pondok pesantren yang

    pada awalnya hanya memiliki sedikit fasilitas.52

    b) Periodesasi 2005-2012

    Pada periode ini merupakan mulai ada perubahan-perubahan yang

    terjadi diantaranya adalah peresmian pondok pesantren nurul jadid dan

    pembangunan mushola untuk kegiatan belajar sehari-hari. Perkembangan

    yang baik dalam pondok pesantren Nurul Jadid. Dalam periode ini ada

    banyak kemajuan serta banyak pembangun yang dibangun seperti

    menambah fasilitas untuk asrama santri, pembangunan gedung SMP dan

    SMA.53

    Jumlah santri makin bertambah maka banyak dibangun kamar-

    kamar yang akan digunakan oleh para santri puta dan putri untuk

    bermukim. Disamping itu juga perubahan terjadi pada penataan

    manajemen pesantren, dengan membentuk dewan pengurus pondok

    pesantren, jadwal kegiatan belajar mengajar, metode pengajaran dan tata

    tertib sudah mulai diterapkan dengan baik. Sehingga ada kebijakan yang

    diambil oleh kyai pada masa itu.

    51 Data Pondok Pesantren Nurul Jadid, diambil 11 Januari 2020

    52 Kyai Imam Hambali (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid), Wawancara di Pondok Pesantren Nurul Jadid 12 Oktober 2020

    53 Kyai Imam Hambali (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid), Wawancara di

    Pondok Pesantren Nurul Jadid 12 Oktober 2020

  • 35

    c) Periodesai 2012-2019

    Pada periode ini terjadi kembali pembangunan pondok pesantren

    yang nantinya untuk tempat tinggal santri putra dan juga pembangunan

    masjid untuk santri putra dan putri. Sistem pendidikan dimasa ini tidak

    mengalami perubahan, hanya dewan pengurus saja yang mengalami

    perubahan struktur, dikarenakan ada dari anggota lama yang sudah pulang

    kekampung halamannya (boyong), sekaligus menerapkan ilmu-ilmu yag

    sudah dipelajari selama berada dipondok pesantren untuk masyarakat

    sekita tempat tinggalnya.54

    Pada periode ini merupakan perkembangan

    yang sangat pesat karena di periode ini pondok pesantren melakukan

    banyak pembangunan dan membangun cabang pondok pesantren nurul

    jadid dikecamatan Air Hitam.55

    1. Kyai

    Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.

    Ia merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu

    pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya.

    Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk

    tiga jenis gelar yang berbeda:

    a) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap

    keramat, umpamanya “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk

    sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton Yogyakarta

    b) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya

    c) Gelar yang diberikan oleh masyrakat kepada seorang yang ahli

    agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan

    mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada santrinya. Selain gelar

    kyai, ia juga sering disebut seorang alim (orang yang dalam

    pengetahuan Islam).

    54 Kyai Imam Hambali (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid), Wawancara di

    Pondok Pesantren Nurul Jadid12 Oktober 2020

    55

    Bapak Munji (ustad) Wawancara di Pondok Pesantren Nurul Jadid, 12 Oktober

    2020

  • 36

    Figure kyai yang paling berpengaruh dalam Pondok Pesantren

    Nurul Jadid adalah Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I M.Si pendiri pondok

    pesantren. Beliau berasal dari Pulau Jawa. Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I

    M.Si lahir di Tuban 13 Maret 1973. Menempuh pendidikan di Madrasah

    Ibtidaiyah di Desa Gaji Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, Madrasah

    Tsanawiyah di Desa Gaji Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, Madrasah

    Aliyah di Kabupaten Sarolangun kemudian pindah di Pondok Pesantren

    Al-Anwar Rembang, Strata 1 di STAI Bintang Hati Jambi, S2 di STAI

    Yayasan Pasar Minggu Jakarta Selatan, S3 di Universitas Merdeka

    Malang Prodi Sosial Budaya. Beliau memiliki istri yang bernama Nyai

    Hj Lailis Sa‟adah dan memiliki enam orang anak, yaitu: Innayatul

    Hanifah, Fatin, Fahrul Rozi, Imomi, Ridwan Al-Imami, Faza Mustopa

    Al-Imami.56

    Dr. KH. Imam Hambali S.Pd.I M.Si mendirikan pondok pesantren

    Nurul Jadid dengan tujuan untuk mengembangkan dan memantapkan

    agama Islam pada masyarakat Desa Pasar Singkut untuk memberikan

    bekal para santrinya tentang berbagai ilmu agama Islam untuk kehidupan

    beragama dimasyarakat kelak. Aktivitas beliau di lingkungan pesantren

    mengajarkan kitab-kitab kuning kepada para santri lelaki. Beliau juga

    mengisi ceramah-ceramah di masjid dan pengajian yang dilaksanakan

    dilingkungan sekitar pesantren. Tidak hanya dilingkungan pesantren saja

    beliau mengisi ceramah atau tausiyah, tetapi beliau mengisi diluar daerah

    juga. Kepemimpinan kyai tidak terlihat oleh struktur yang normatif,

    bahwa pengaruh utama kyai terhadap kehidupan masyarakat terletak

    pada hubungan perorangan dengan menembus segala hambatan sebagai

    akibat perbedaan strata di tengah-tengah masyarakat. Bagi anggota

    masyarakat luar, pola kehidupan kyai dan pondok pesantrennya

    merupakan gambaran idela dan tidak mungkin dapat direalisasikan dalam

    kehidupan sendiri. Profesi kyai sebagai pendakwah maupin pengajar

    56

    Kyai Imam Hambali (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid), Wawancara di Pondok Pesantren Nurul Jadid 18 Februari 2020

  • 37

    pendidikan Islam membuahkan pengaruh yang melampaui batas-batas

    desa dimana Pondok Pesantren mereka berada. Kaitannya dengan peran

    dalam Pondok Pesantren seorang kyai dengan ustad/ustadah merupakan

    hirakri kekuasaan satu-satunya yang secara eksplisit diakui dalam

    lingkungan pesantren sedangkan dalam lingkungan masyarakat peran

    kyai juga termasuk sangat sentral sebab keberadaan seorang kyai mampu

    menunjang atau meningkatkan keberagamaan masyarakat sekitar.

    Besarnya kekuasaan dan pengaruh seorang kyai atas para santrinya, maka

    para santri akan merasa senantiasa ada keterkaitan yang mendalam

    terhadap kyai dalam gerak langkahnya, yang secara berangsur akan

    menjadi sumber inspirasi dalam kehidupan pribadinya. Secara umum

    kyai memiliki wewenang penuh didalam membawa perjalanan pesantren

    untuk diarahkan kepada suatu tujuan yang telah digariskan. Oleh sebab

    itu, pelaksanaan proses dakwah yang terjadi di dalam pesantren maupun

    di lingkungan masyarakat tergantung pada kyai. Walaupun biasanya

    operasionalnya dilakukan oleh para guru atau para pembantunya, namun

    ide-ide yang mewarnainya tetap tidak lepas dari campur tangan kyai. Ada

    hal yang perlu diingat, bahwa pesantren merupakan lembaga transformasi

    nilai yang bertugas untuk membentuk mental spiritual santri dalam segala

    bidang kehidupan. Dengan kata lain, bahwa transfer pengetahuan dari

    para pengasuh kepada para snatri itu hanya merupakan salah satu bagian

    dari sistem program yang dimiliki atau diterapkan oleh pesantren.

    Tuntutan agar santri menghormati kyai bukanlah merupakan

    pengembangan terhadap budaya kelas, karena santri menganggap kyai

    sebagai figur yang ditokohkan, yang dalam hal banyak memiliki

    keunggulan, maka dia merasa dirinya kecil dam kurang bermakna

    dihadapannya, sehingga perasaan demikian melahirkan ketaatan, yang

    dinilai berlebihan dari dirinya. Memang harus diakui bahwa kyai dalam

    pondok pesantren memiliki posisi sentral. Karena disamping

    keberadaannya sebagai satu-satunya figur yang sangat disegani dan

    dihormati, kyai juga dapat diyakini dapat memberikan barokah kepada

  • 38

    para santrinya lantaran kyai dianggap sebagai orang suci yang dekat

    dengan Allah SWT.

    Ustad dan Ustadzah Pondok Pesantren Nurul Jadid

    2. Santri

    Santri adalah orang yang belajar kitab teks-teks keagamaan,

    menurut pengertian dalam lingkungan orang-orang pesantren;

    Pondok Pesantren Nurul Jadid adalah suatu lembaga yang

    berbentuk pesantren, dimana santri tinggal diasrama dalam satu

    kawasan(pondok) bersama guru,kyai, dan senior mereka. Pada awal

    berdirinya, santri yang terdapat di pondok pesantren Nurul Jadid belum ada

    yang menetap adanya hanya santri yang mengaji TPQ dan Al-Qur‟an. Pada

    tahun 2003 mulai ada santri yang berdatangan dan menetap dipondok

    pesantren, meskipun hanya ada sekitar 20 santri yang merupakan putra

    semua. Santri-santri yang berada dipondok pesantren Nurul Jadid ini berasal

    dari berbagai daerah dengan latar belakang yang berbeda-beda. Jumlah

    santri/santriwati secara keseluruhan berjumlah 790. Berdasarkan dari tahun

    ketahun banyak penambahan jumlah santri yang menetap dipondok

    pesantren Nurul Jadid dapat digambarkan pada tabel berikut:

  • 39

    Tabel 3.4

    Daftar Jumlah Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid

    No Tahun Santri Putra Santri Putri Jumlah

    1 2003 22 - 22

    2 2004 25 32 57

    3 2005 55 60 115

    4 2006 74 95 169

    5 2007 98 130 221

    6 2008 115 133 248

    7 2009 148 150 298

    8 2010 155 195 350

    9 2011 215 268 483

    10 2012 232 265 497

    11 2013 257 275 532

    12 2014 280 295 575

    13 2015 295 327 622

    14 2016 315 367 682

    15 2017 325 370 695

    16 2018 335 380 715

    17 2019 340 450 790

    Data Pondok Pesantren Nurul Jadid

    Santri yang ada di Pondok Pesantren Nurul Jadid dari berbagai

    daerah, ada santri yang berasal dari Muara Rupit, Trans Subur, Lubuk

    Linggau, Pamenang, Nibung, Merangin, Sarolangun, Pauh dan Singkut.57

    Dalam kehidupan sehari-hari para santri di pondok pesantren dalam

    upaya menuntut ilmu, mereka mulai beraktivitas pada pukul 03.30 Wib para

    santri mulai bangun tidur dan langsung dibimbing oleh pengurus untuk

    mengambil wudhu dan setelah itu mereka langsung melakukan salat tahajud

    sebelum datang waktu salat subuh, setelah mereka melaksanakan salat

    57

    Umi Evianti (ustadzah), Wawancara di Pondok Pesantren Nurul Jadid, 24 Februari 2020

  • 40

    subuh merekapun berkumpul perkelompok untuk dibimbing membaca Al-

    Qur‟an bersama pembimbing kelompok masing-masing dan wajib disetiap

    para santri untuk menghafal dan menyetor kepada ustad/ustadzah mereka.

    Pada pukul 06.50 merekapun masuk sekolah dan melaksanakan kegiatan

    belajar mengajar. Pukul 14.00 santri selesai kegiatan disekolah, dan

    dilanjutkan dengan makan siang dan setelah itu mereka beristrirahat disiang

    hari. Bangun dari tidur, para santri langsung berwudhu untuk melaksanakan

    salat ashar berjamaah kemudian dilanjutkan dengan membaca Al-Qur‟an

    bersama yang dilaksanakan langsung di masjid seusai salat ashar berjamaah.

    Kemudian para santri belajar kitab atau tentang ilmu agama. Selain belajar

    kitab para santri juga melakukan kegiatan berolahraga. Setelah melakukan

    jadwal kegiatan diwaktu sore. Para santri kemudian bersiap-siap untuk

    melaksanakan salat magrib berjamaah dimasjid, sembari menunggu waktu

    isya tiba para santri membaca Al-Qur‟an, setelah salat isya berjamaah

    selesai para santri dilanjutkan dengan belajar kitab-kitab sesuai tingkatan

    kelasnya masing-masing. Selesai belajar pada pukul 22.00 wib para santri

    kembali keasrama untuk istirahat.58

    Santri Putri Pondok Pesantren Nurul Jadid

    58

    Desi Nirwani (Santri Pondok Pesantren Nurul Jadid), Wawancara di Asrama Putri24 Februari 2020

  • 41

    Kehidupan santri dalam menuntut ilmu di pesantren Nurul jadid selain

    ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum ada juga kegiatan ektrakulikuler,

    seperti;

    a) Hadrah

    b) Seni kaligrafi

    c) Pramuka

    d) Silat

    e) Tari Saman

    f) Tari Zabin

    g) Menjahit

    Dalam pesantren, perasaan hormat dan kepatuhan murid kepada

    gurunya adalah mutlak dan tidak boleh putus, artinya berlangsung seumur

    hidup. Sikap hormat tersebut ditunjukkan dalam seluruh aspek

    kehidupannya, baik dalam kehidupan keagamaan, kemasyarakatan maupun

    pribadi. Kepribadian sikap iklas santri pada kyai merupakan syarat mutlak

    bagi para santri. Karena pada hakikatnya snatri merupakan orang yang

    menyerahkan diri pada kyai untuk dididik menjadi muslim yang baik. Kyai

    dapat dikatakan sebagai tokoh nonformal yang ucapan dan seluruh

    perilakunya akan dicontoh oleh komunitas disekitarnya dan juga berfungsi

    sebgagai suri tauladan yang baik, tidak hanya dilingkungan pesantren tetapi

    juga menjadi panutan bagi seluruh masyarakat disekitar pesantren.

    Hubungan kyai dengan santri di pondok pesantren terjalin secara erat

    karena jasa yang diberikan kyai terhadap santri dan pengikutnya. Jasa

    tersebut berupa pendidikan dan ilmu. Santri akan selalu memandang kyai

    atau gurunya sebagai orang yang mutlak harus dihormati dan dimuliakan,

    malahan dianggap memiliki kekuatan ghaib yang bisa membawa

    keberkahan. Para santri harus menunjukkan sikap hormat dan patuh kepada

    kyainya, bukan hanya sebagai manifestasi dari penyerahan total kepada kyai

    yang dianggap memiliki otoritas, tapi karena keyakinan santri kepada kyai

    sebagai seseorang yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dalam bidang

    ilmu pengetahuan yang dimiliki. Hubungan kyai dan santri tidak hanya

  • 42

    terbatas pada hubungan guru dan murid belaka, tetapi lebih dari itu ada

    hubungan timbal balik dimana santri menganggap kyainya sebagai

    bapaknya sendiri, sementara itu kyai menganggap santri sebagai titipan

    Tuhan yang senantiasa harus dilindungi.59

    Kyai juga dianggap sebagai pelindung, para santrinya. Kyai

    memiliki peran yang besar dan strategis dalam upaya melakukan

    pembinaan akhlak santri.

    Para santri putra bisa bertemu dengan kyai jika melaksanakan salat

    berjamaah dimasjid dan saat belajar kitab, tetapi untuk santri putri mereka

    hanya bisa bertemu dengan kyai jika ada pengajian atau acara di pondok

    pesantren.

    Pramuka Pondok Pesantren Nurul Jadid Singkut

    Tim Tari Saman Pondok Pesantren Nurul Jadid Singkut

    59

    Kyai Imam Hambali (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid), Wawancara di

    Pondok Pesantren Nurul Jadid, 14 Maret 2020

  • 43

    Kegiatan BLK Pondok Pesantren Nurul Jadid

    Kegiatan Upacara

    Upacara di Pondok Pesantren Nurul Jadid

  • 44

    BLK Pondok Pesantren Nurul Jadid Singkut

    3. Pondokan

    Dalam pondok asrama putra dan putri memiliki kegiatan harian yang

    dilakukan para santri setiap hari, minggu, bahkan bulanan.

    Jadwal Kegiatan Pondok Pesantren Nurul Jadid

    No Jam