sejarah antibiotika

Upload: pentana-akhir-p

Post on 19-Oct-2015

29 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mengenai sejarah antibiotika

TRANSCRIPT

. Sejarah AntibiotikaKegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan secara kebetulan oleh dr. Alexander Fleming (Inggris,1928, penisilin). Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan Perang Dunia II di tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran.Kemudian, para peneliti di seluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat antibiotika. Akan tetapi, berhubung dengan sifat toksisnya bagi manusia, hanya sebagian kecil saja yang dapat digunakan sebagai obat. Yang terpenting diantaranya adalah streptomisin (1944), kloramfenikol (1952), rifampisin (1960), bleomisin (1965) dan doksorubisin (1969), mikosin (1972), dan tobramisin (1974).

B. Pengertian AntobiotikaAntibiotika (anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat tersebut, tang dibuat secara semi-sintesis, termasuk kelompok ini; begitu pula senyawa sistesis dengan khasiat antibakteri lazimnya disebut antibiotika.Antibiotika yang ditemukan oleh Alexander Flemming pada tahun 1929 dan digunakan untuk membunuh bakteri secara langsung atau melemahkan bakteri sehingga kemudian dapat dibunuh dengan sistem kekebalan tubuh kita. Antibiotika ada yang merupakan produk alami, semi sintetik yang berasal dari alam dibuat dengan beberapaperubahan agar lebih kuat, mengurangi efek samping atau untuk memperluasjenis bakteri yang dapat dibunuh, dan full sintetik.

C. Golongan AntibiotikaAntibiotika dapat digolongkan sebagai berikut :1. Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Aktif terutama terhadap mikroba gram negatif termasuk basil tuberkulosis. Penggolongannya meliputi streptomisin dengan toksisitas tinggi karena dapat merusak saraf cranial 8 (nervus vestibulokoklearis) dengan gejala awal seperti pusing, mual, muntah, tuli, bersifat reversivel dan resistensi cepat, penggunaan harus kombinasi dengan INH dan PAS Na atau rifampicin serta pemberiannya parenteral. Neomisin dengan sediaan topical dan oral dan dapat digunakan untuk sterilisasi sebelum operasi. Kanamisin dengan sediaan berupa larutan atau bubuk injeksi dan merupakan obat alternative untuk basil TBC (bakteriostatik). Dan gentamicin digunakan untuk infeksi kuman gr (-) terutama Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Enterobacter pada penyakit meningitis, osteomielitis, pneumonia, luka baker dan toksik terhadap ginjal dan N. 8.2. Antibiotika golongan sefalosforin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri. Bersifat bakterisid, spektrum kerja luas terhadap kuman gram positif dan negatif. Bukan obat pilihan pertama untuk kasus infeksi dan efek samping berupa gangguan lambung dan usus, reaksi alergi, tromboflebitis, nyeri tempat suntik. Beberapa obat generik gol. Sefalosporin yaitu Sefaklor, Sefadroksil, Sefotaksim, Seftazidim, Seftriakson, Sefuroksim, Sefaleksin, Sefradin dan Sefazolin.3. Antibiotika golongan klorampenikol, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Antibiotika dengan spektrum luas dan memiliki daya antimikroba yang kuat baik untuk kuman H. influenza, demam tifoid, abses otak dan infeksi berat lainnya. Dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal dan rasa sangat pahit, biasanya sediaan dalam bentuk K-palmitat dan K-stearat/suksinat. Efek samping berupa Kerusakan sumsum tulang belakang yang mengakibatkan pembuatan eritrosit terganggu sehingga timbul anemia aplastik, Gangguan gastrointestinal:mual,muntah,diare, Gangguan neuron:sakit kepala,neuritis optik,neuritis perifer dan Pada bayi atau bayi prematur dapat menyebabkan gray sindrome. Penggunaan Drug of choice untuk thypus abdominalis dan infeksi parah meningitis, pneumonia. Sebaiknya tidak diberikan pada bayi prematur, ibu hamil dan menyusui. Derivat : tiamfeniko4. Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Eritromisin yaitu sebagai bakteriostatik,dengan mekanisme kerja merintangi sintesis protein bakteri. Antibiotika ini tidak stabil pada suhu kamar. Merupakan alternatif pengobatan pengganti penisilin dan Sediaan berupa kapsul 250, 500, syrup. Dan Spiramisin sama dengan eritromisin, hanya lebih lemah. Daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan saluran pernapasan lebih baik dari eritromisin, sediaan : tablet 250, 500 mg, syrup.5. Antibiotika golongan penisilin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan. Resistensi : bakteri membentuk enzim beta laktamase atau membentuk bakteri tanpa dinding sel. Derivat-derivat penisilin: Penisilin spektrum sempit Benzil penisilin (G), tidak tahan asam lambung, sediaan injeksi Penisilin V (Fenoksimetil penisilin), tahan asam lambung, pemberian sebelum makan, Penisilin tahan penisilinase, tidak terurai oleh penisilinase, untuk kuman yang resisten dengan 2 jenis obat di atas. Ex : kloksasilin,dikloksasilin, flukloksasilin Penisilin spektrum luas. Ampisilin : kuman gram (+) dan (-) yang tidak peka penisilin G. Baik untuk infeksi saluran pernafasan, pencernaan, ISK. Amoksilin : Absorpsi lebih cepat dari ampisilin. Beberapa obat generik golongan penisilin yaitu Benzil penisilin (penisilin G), Fenoksi metil penisilin (Penisilin V), Ampisilin, Amoksisilin dan Co amoksiklav.6. Antibiotika golongan beta laktam golongan lain, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.7. Antibiotika golongan kuinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri. Bila muncul tanda radang di sekitar tendo maka pemakaian harus dihentikan.8. Antibiotika golongan tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Merupakan antibiotika dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan menghambat sintesa protein bakteri. Mudah terurai oleh cahaya menjadi anhidro dan epitetrasiklin yang toksis untuk ginjal. Tetrasiklin tidak boleh diminum bersama dengan susu dan obat-obat antasida (mengandung Ca, Mg dan Fe) karena akan mengurangi aktifitasnya. Penggunaan berupa bronkhitis akut dan kronis, disentri amoeba,pneumonia,kolera, infeksi saluran empedu. Efek sampingnya berupa Mual,muntah,diare karena adanya perubahan pada flora usus. Mengendap pada jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh,menyebabkan gigi menjadi bercak-bercak coklat dan mudah berlubang serta pertumbuhan tulang terganggu. Foto sensitasi dan Sakit kepala,vertigo. Kontra indikasi Tidak boleh diberikan pada anak dibawah 8 tahun,ibu hamil dan menyusui dan Tidak boleh diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati. Anngota golongan tetrasiklin yang lain yaitu Klortetrasiklin, oral/parenteral/topical; Oksitetrasiklin, oral/injeksi; Doksisiklin, oral, long acting; dan Minosiklin, oral, untuk meningitis, bronkitis, acne.9. Kombinasi antibakteri10. Antibiotika golongan lain

D. Jenis Antibiotka1. Narrow spectrum, berguna untuk membunuh jenis-jenis bakteri secara spesifik.Mungkin kalau di militer bisa disamakan dengan sniper, menembak 1 targetdengan tepat. Antibiotik yang tergolong narrow spectrum adalah ampicillin danamoxycilin (augmentin, surpas, bactrim, septrim).2. Broad spectrum, membunuh semua jenis bakteri didalam tubuh, atau bisadisamakan dengan bom nuklir. Dianjurkan untuk menghindari mengkonsumsi antibiotika jenis ini, karena more toxic dan juga membunuh jenis bakteri lainnya yangsangat berguna untuk tubuh kita. Antibiotika yang termasuk kategori ini adalahcephalosporin (cefspan, cefat, keflex, velosef, duricef, dan lain-lain).

E. Pembuatan AntibiotikaLazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungsi dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara steril disalurkan ke dalam cairan pembiakan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi antibiotikumnya. Setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotikum dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan. Antibiotika semisintesis, yaitu apabila pada persemian (cultur substrate) dibubuhi zat-zat pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkorporasi ke dalam antibiotikum dasarnya. Hasilnya disebut senyawa semisintesis, misalnya penisilin-V Antibiotika sintesis tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis tersebut, melainkan dengan sintesa kimiawi, misalnya kloramfenikol.

F. Mekanisme Kerja AntibiotikaCara kerja yang terpenting adalah perintangan sintesa protein, sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi, misalnya kloramfenikol, tetrasiklin, aminoglikosida, makrolida, dan linkomisin. Selain itu beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (polimiksin, zat-zat polyen dan imidazol).Antibiotika tidak aktif terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan tergantung seluruhnya dari proses tuan-rumah.Secara ringkas mekanisme kerja antibiotika yaitu:Menghambat sintesis dinding sel (penisilin)Menghambat sintesis membran sel (polipeptida)Menghambat sintesa protein sel (klorampenikol)Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA/RNA), ex : Ripamfisin

G. Aktivitas AntibiotikaPada umumnya aktivitasnya dinyatakan dengan satuan berat (mg), kecuali zat-zat yang belum dapat diperoleh 100% murni dan terdiri dari campuran beberapa zat. Misalnya, polimiksin B, basitrasin, dan nistatin, yang aktivitasnya selalu dinyatakan dengan Satuan Internasiona (I.U). Begitu pula senyawa kompleks dari penisilin, yakni prokain- dan benzatin-penisilin.Dapat dikatakan aktivitas dari antibiotika yaitu:Spektrum sempit : zat yang aktif terhadap satu atau beberapa jenis bakteri saja, ex : eritromisin, kanamisin, klindamisin (gram positif), gentamisin (gram negatif)Spektrum luas : terhadap semua jenis bakteri baik gram positif dan negatif, ex : ampisilin, sefalosporin.

H. Manfaat AntibiotikaAntibiotika adalah senyawa kimia yang dibuat untuk melawan bibit penyakit, khususnya kuman. Ada beragam jenis kuman, ada kuman yang besar, ada yang kecil, dengan sifat yang beragam pula.Kuman cenderung bersarang di organ tertentu di tubuh yang ditumpanginya. Ada yang suka di otak, di paru-paru, di usus, saraf, ginjal, lambung, kulit, atau tenggorok, dan lainnya. Di organ-organ tempat bersarangnya itu, kuman tertentu menimbulkan infeksi. Kuman tipus menimbulkan penyakit tipus di usus, kuman TBC di paru-paru, selain bisa juga di tulang, ginjal, otak, dan kulit. Kuman lepra di saraf dan kulit, kuman difteria di tenggorokan, tetanus di saraf, dan banyak lagi Awalnya, ditemukan jenis antibiotika penisilin, lalu sulfa, yang digunakan untuk mengobati semua penyakit infeksi. Sekarang, sudah berpuluh-puluh jenis antibiotika ditemukan, baik dari rumpun yang sama, maupun dari jenis yang lebih baru. Setiap antibiotika memiliki kemampuannya sendiri dalam melawan kuman. Itu sebab, setiap rumpun kuman memiliki penangkalnya masing-masing yang spesifik. Namun, kebanyakan antibiotika bersifat serba mempan atau broadspectrum. Artinya, semua kuman dapat dibasminya. Selain itu, ada pula jenis antibiotika yang sempit pemakaiannya, spesifik hanya untuk kuman-kuman tertentu saja. Misalnya, antibiotika untuk kuman TBC (mycobacterium tuberculosis), untuk lepra atau kusta (mycobaterium leprae), atau untuk tipus (salmonella tyhphi).

I. Penggunaan Antibiotika Secara Umum dan Jangka PanjangSebelum mengetahui bagaimana penggunaan antibiotika sebaiknya harus mengetahui terlebih dahulu sebagai berikut pemakaian harus sesuai resep dokter,pemakaian tidak boleh dihentikan meskipun gejala telah hilang (obat yangdiberikan harus diminum sampai habis). Jika tidak maka bakteri/ kuman penyebab penyakit akan kebal (resisten) terhadap Antibiotika tersebut, bila anda alergi terhadap suatu Antibiotika, informasikan kepada dokter pada saat berobat, perhatikan tanggal kadaluarsa obat, angan menggunakan Antibiotika tanpa konsultasi dahulu dengan dokter. Antibiotika sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup rapat, hindari dari panas, sinar matahari dan udara lembab, jangan disimpan di kulkas, kecuali sesuai petunjuk, dan jauhkan dari jangkauan anak-anak.Kemudian pemakaian antibiotika tidak semua dalam bentuk obat minum, ada juga dalam bentuk suntikan (parenteral), salep, krim, supositoria (dimasukkan ke liang dubur atau vagina); lotion, dan tetes. Infeksi kulit memakai salep atau krim antibiotika, infeksi mata merah memakai tetes atau salep mata, infeksi telinga tengah memakai tetes kuping antibiotika, keputihan kuman dipakai antibiotika berbentuk peluru yang dimasukkan ke dalam vagina (bagi yang sudah menikah, tidak buat yang masih gadis). Antibiotika streptomycine, garamycine, hanya dalam bentuk suntikan, tidak tersedia dalam bentuk tablet atau kapsul. Sebaliknya, kebanyakan antibiotika yang diminum belum tentu ada dalam bentuk suntikannya. Tapi, ada juga antibiotika baik dalam bentuk suntikan maupun yang diminum. Membubuhi serbuk antibiotika pada lubang gigi yang sakit seperti kebiasaan sementara orang atau pada luka, tidak terlalu tepat. Efek penembusan antibiotika ke jaringan gusi yang terinfeksi tidak sebaik jika diminum, atau bisa menyerap optimal seperti antibiotika yang sudah dalam bentuk salep atau krim jika untuk dipakai pada kulitAntibiotika digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi jika kuman memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya sendiri-sendiri. Ada yang lewat mulut bersama makanan dan minuman, lewat udara napas memasuki paru-paru, lewat luka renik di kulit, melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui aliran darah, lalu kuman menuju organ yang disukainya untuk bersarang. Gejala umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi merah meradang, bengkak, panas, dan nyeri. Contohnya bisul di usus, bergejala mulas, mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri tenggorok, atau sesak napas. Di otak, nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih, kencing merah atau seperti susu. Namun, gejala suhu tubuh meninggi, demam, nyeri kepala, dan nyeri, bisa juga bukan disebabkan oleh kuman, melainkan infeksi oleh virus atau parasit. Dari keluhan, gejala dan tanda, dokter dapat mengenali apakah infeksi disebabkan oleh kuman, virus, atau parasit. Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan antibiotika. Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi antinya, seperti antimalaria, antijamur, dan anticacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya dokter langsung memberikan antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal bisul di kulit, tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah.Untuk infeksi yang meragukan, diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan jenis kuman penyebabnya. Caranya dengan melakukan pembiakan (kultur) kuman. Bahan biakannya diambil dari darah atau air liur, dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan, atau kerokan kulit. Dengan biakan kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung diperiksa pula jenis antibiotika yang cocok untuk menumpasnya (tes resistensi). Dengan demikian, pengobatan infeksinya lebih tepat. Jika tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika yang dianggap mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis antibiotika yang dianggap ampuh tersebut.Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi.Penggunaan penting non-terapeutis adalah sebagai stimulans pertumbuhan dalam perternakan sapi, babi, dan ayam. Efek ini secara kebetulan ditemukan pada tahun 1940-an, tetapi mekanisme kerjanya belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan antibiotika bekerja setempat di dalam usus dengan menstabilisir floranya. Kuman-kuman buruk yang merugikan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan lebih baik. Pertumbuhan dapat distimulasi dengan rata-rata 10%. Yang digunakan adalah terutama makrolida dan glikopeptida dalam makanan ternak dan jumlahnya kini sudah meningkat sampai lebih dari 3 kali daripada penggunaannya sebagai obat pada manusia.Menurut dokter umum Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) Fajar Rudi Qimindra, antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Umumnya, antibiotika yang saat ini beredar dimasyarakat dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh.Pria yang akrab disapa dr Qimi ini menjelaskan, antibiotika yang ditemukan pada tahun 1928 oleh Alexander Fleming ini, sekarang menghadapi masalah baru berupa kekebalan (resistansi), karena penggunaannya yang bebas, tidak sesuai dengan indikasi. Efek dari resistansi ini adalah dikhawatirkan obat tersebut sudah tidak lagi efektif saat terjadi infeksi yang membutuhkan antibiotika. Dikatakannya, selain bahaya kekebalan, efek lain yang bisa terjadi adalah timbulnya reaksi alergi. Alergi adakah mekanisme pertahanan tubuh yang terlalu sensitif. Ia bersifat individual dan dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti debu, udang, telur, maupun obat-obatan sendiri. Alergi obat ini tidak tergantung pada dosisnya. Misalnya masyarakat menganggap yang mengandung 500 mg termasuk dosis tinggi dan dapat menimbulkan alergi dibanding 200 mg. Padahal setiap jenis antibiotika mempunyai dosis tersendiri yang spesifik. Reaksi alergi yag timbul bisa bersifat ringan ataupun berat yang sampai mengancam jiwa. Yang ringan seperti gatal, mual, muntah, pusing dan sebagainya. Sedang reaksi yang berat disebut reaksi anafilaksis. Reaksi anafilaksis ini adalah timbulnya kondisi syok pada pasien yaitu dalam hitungan detik pasien langsung tidak sadar, tetapi begitu mendapat suntikan anti-nya ia akan sadar kembali. Oleh karena itu diperlukan kerjasama yang baik antara pasien dan dokter. Seorang dokter akan menanyakan riwayat adanya alergi obat atau tidak,dan pasien wajib mencatat dan mengingat ada riwayat alergi apa saja. Pencegahan reaksi alergi yang lain, biasanya akan dilakukan tes kulit (skin test) untuk antibiotika yang berbentuk suntikan/injeksi. Cara sejumlah kecil dosis obat diencerkan kemudian disuntikan di bawah kulit. Jika setelah dilakukan skin test si pasien mengidap alergi maka timbul akan bentol-bentol di sekitar tempat suntikan. Jika sudah demikian maka pemberian antibiotika tersebut tidak akan diberikan. Dengan kata lain, jika antibiotika tersebut tidak cocok pada tubuh pasien, maka si pasien harus mendapatkan obat lain sebagai penggantinya, ujar Qimi. Dikatakan lebih lanjut, efek samping antibiotika dari penggunaan jangka panjang yang dipikirkan adalah pada organ tubuh yang memecah/ mengeluarkan racunnya, yaitu ginjal. Perlu kewaspadaan apabila pada pasien tersebut sudah ada gejala kerusakan ginjal maka harus dipilih antibiotika yang sesuai..Sebenarnya lama pemakaian antibiotika bervariasi, tergantung jenis infeksi dan kuman penyebabnya. Paling sedikit 4-5 hari. Namun, jika infeksinya masih belum tuntas, antibiotika perlu dilanjutkan sampai keluhan dan gejalanya hilang. Pada tipus, perlu beberapa minggu. Demikian pula pada difteria, tetanus. Pling lama pada TBC yang memakan waktu berbulan-bulan. Termasuk pada kusta.Pada infeksi tertentu, setelah pemakaian antibiotika satu kir, perlu dilakukan pemeriksaan biakan kuman ulang untuk memastikan apakah kuman sudah terbasmi tuntas. Infeksi saluran kemih, misalnya, setelah selesai satu kir antibiotika dan keluhan gejalanya sudah tiada, biakan kuman dilakukan untuk melihat apa di ginjal masih tersisa kuman. Jika masih tersisa kuman dan antibiotikanya tidak dilanjutkan, penyakit infeksinya akan kambuh lagi. Selain itu, termasuk pada infeksi gigi. Sakit gigi biasanya disebabkan oleh adanya kuman yang memasuki gusi dan tulang rahang melalui gigi yang bolong atau keropos. Dalam keadaan demikian, gusi membengkak dan gigi nyeri. Antibiotika diberikan sampai keluhan nyeri gigi hilang. Jika antibiotika hanya diminum sehari-dua, kuman di dalam gusi belum mati semua, sehingga infeksi gusi dan sakit gigi akan kambuh lagi.Kemudian, masalah resistensi atau kekebalan kuman terhadap antibiotika semakin mengancam. Dikhawatirkan di masa yang akan datang, antibiotika ampuh yang ditemukan di abad 20 juga tidak mampu lagi untuk mengatasi kuman yang ada.Penggunaan antibiotika secara berlebihan merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi kuman. Demikian juga yang terjadi di negara-negara Eropa saat ini. Penelitian dilakukan terhadap pasien-pasien rawat jalan di 26 negara di Eropa, dengan melakukan analisa data antara tahun 1997 hingga 2002 dan hubungan antara penggunaan antibiotika dengan tingkat resistensi kuman. Hasil analisa ini menunjukkan variasi yang besar dari tiap-tiap negara terhadap penggunaan antibiotika. Diantara dokter-dokter di negara Eropa, yang paling sedikit meresapkan antibiotika adalah dokter-dokter dari Belanda, sedang yang paling banyak adalah dokter-dokter dari negara Perancis. Secara umum, penggunaan antibiotika lebih tinggi terjadi di Eropa Selatan dan Timur dan lebih rendah di Eropa Utara.Dari penelitian ini juga terlihat bahwa terjadi pergeseran dari penggunaan antibiotika spektrum sempit yang lama ke antibiotika spektrum luas yang lebih baru. Juga terlihat adanya hubungan erat antara penggunaan antibiotika dan resistensi kuman. Misalnya yang terjadi di Perancis, penggunaan tertinggi untuk penisilin dalam mengatasi pasien rawat jalan di tahun 2002, juga mempunyai angka resistensi kuman Streptococcus Pnemumoniae terhadap Penisilin yang tertinggi pula. Kebalikan pada kedua parameter itu terjadi di negara Belanda. Oleh karena itu, perlu adanya tindakan nyata untuk mengatasi masalah ini dan perlunya penggunaan antibiotika secara rasional, semakin ditekankan.

J. Efek Samping atau Bahaya AntibotikaSeperti obat umumnya, antibiotika juga punya efek samping masing-masing. Ada yang berefek buruk terhadap ginjal, hati, ada pula yang mengganggu keseimbangan tubuh. Dokter mengetahui apa efek samping suatu antibiotika, sehingga tidak diberikan pada sembarang pasien. Pasien dengan gangguan hati, misalnya, tidak boleh diberikan antibiotika yang efek sampingnya merusak hati, sekalipun ampuhmembasmi kuman yang sedang pasien idap. Dokter perlu memilihkan antibiotika lain, mungkin kurang ampuh, namun tidak berefek pada hati. Namun, jika suatu antibiotika tidak ada penggantinya, antibiotika tetap dipakai, dengan catatan, bahaya efek samping pada seorang pasien memerlukan monitoring oleh dokter, jika dipakai untuk jangka waktu yang lama. Antibiotika untuk TBC, misalnya, yang diminum sedikitnya 6 bulan, perlu pemeriksaan fungsi hati secara berkala, agar jika sudah merusak hati, obat dipertimbangkan untuk diganti.Selain itu, efek samping yang dialami pemakai apabila mengkonsumsi AB yaitu:1. Gangguan saluran cerna (diare, mual, muntah, mulas) merupakan efeksamping yang paling sering terjadi.2. Reaksi alergi. Mulai dari yang ringan seperti ruam, gatal sampai denganyang berat seperti pembengkakan bibir/kelopak mata, gangguan nafas, dan lain-lain.3. Demam (drug fever). Antibiotika yang dapat menimbulkan demam bactrim, septrim,sefalsporoin & eritromisin.4. Gangguan darah. Beberapa antibiotika dapat mengganggu sumsum tulang, salah satunyakloramfenikol.5. Kelainan hati. Antibiotika yang paling sering menimbulkan efek ini adalah obat TBseperti INH, rifampisin dan PZA (pirazinamid).6. Gangguan fungsi ginjal. Golongan antibiotika yang bisa menimbulkan efek ini adalah aminoglycoside (garamycine, gentamycin intravena), Imipenem/Meropenem dan golongan Ciprofloxacin. Bagi penderita penyakit ginjal, harus hati-hatimengkonsumsi antibiotika. Pemakaian antibiotika tidak pada tempatnya dan berlebihan (irrational) juga dapat menimbulkan efek negatif yang lebih luas (long term), yaitu terhadap kita dan lingkungan sekitar, contohnya:a. Irrational use ini juga dapat membunuh kuman yang baik dan berguna yang ada didalam tubuh kita. Sehingga tempat yang semula ditempati oleh bakteri baik ini akan diisi oleh bakteri jahat atau oleh jamur. Kondisi ini disebut juga sebagai superinfection.b. Pemberian antibiotika yang berlebihan akan menyebabkan bakteri-bakteri yang tidak terbunuh mengalami mutasi dan menjadi kuman yang resistance terhadap antibiotika, biasa disebut SUPERBUGS. Jadi jenis bakteri yang awalnya dapat diobati dengan mudah dengan antibiotika yang ringan, apabila antibiotikanya digunakan dengan irrational, maka bakteri tersebut mutasi dan menjadi kebal, sehingga memerlukan jenis antibiotika yang lebih kuat. Bayangkan apabila bakteri ini menyebar ke lingkungan sekitar. Lama kelamaan, apabila pemakaian antibiotika yang irrational ini terus berlanjut, maka suatu saat akan tercipta kondisi dimana tidak ada lagi jenis antibiotika yang dapat membunuh bakteri yang terus menerus bermutasi ini. Hal ini akan membuat kita kembali ke zaman sebelum antibiotika ditemukan, dimana infeksi yang diakibatkan oleh bakteri ini tidak dapat diobati sehingga angka kematian akan drastis melonjak naik. Semakin sering mengkonsumsi antibiotika, semakin sering kita sakit. Kesimpulannya efek samping dari semua penggunaan antibiotika dapat di klasifikasikan sebagai berikut:Hipersensitif : kepekaan tubuh yang berlebihan terhadap suatu zat tertentu, seperti gatal-gatal, kemerah-merahan, bentol, syok anafilaktik.Resistensi : jika digunakan tidak tepat dosis/waktu, dapat menyebabkan kepekaan kuman berkurang.Super infeksi : infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana penyebab dan sifat infeksi berbeda dari yang pertama.Pemakaian antibiotika yang terlalu sering tidak dianjurkan karena dapat membahayakan. Di negara kita, orang bebas membeli antibiotika dan memakainya kapan dianggap perlu. Sedikit batuk pilek, langsung minum antibiotika. Baru mencret sekali, langsung antibiotika. Padahal belum tentu perlu. Kenapa? Belum tentu batuk pilek disebabkan oleh kuman. Awalnya oleh virus. Jika kondisi badan kuat, penyakit virus umumnya sembuh sendiri. Yang perlu dilakukan pada penyakit yang disebabkan oleh virus adalah memperkuat daya tahan tubuh dengan cukup makan, istirahat, dan makanan bergizi. Pemberian antibiotika pada batuk pilek yang disebabkan oleh virus hanya merupakan penghamburan dan merugikan badan, sebab memikul efek samping antibiotika yang sebetulnya tak perlu terjadi.

Kasus batuk pilek virus yang sudah lama, yang biasanya sudah ditunggangi oleh kuman, baru membutuhkan antibiotika untuk membasmi kumannya, bukan untuk virus flunya. Tanda batuk pilek membutuhkan antibiotika adalah dengan melihat ingusnya. Yang tadinya encer bening sudah berubah menjadi kental berwarna kuning-hijau. Selama ingusnya masih encer bening, antibiotika tak diperlukan Minum antibiotika kelewat sering juga mengganggu keseimbangan flora usus. Kita tahu, dalam usus normal tumbuh kuman yang membantu pencernaan dan pembentukan vitamin K. Selain itu, di bagian-bagian tertentu tubuh kita juga hidup kuman-kuman jinak yang hidup berdampingan dengan damai dengan tubuh kita. Di kemaluan wanita, di kulit, di mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang tidak mengganggu namun bermanfaat (simbiosis).Terlalu sering minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak yang bermanfaat bagi tubuh. Jika populasi kuman jinak yang bermanfat bagi tubuh terbasmi, keseimbangan mikroorganisme tubuh bisa terganggu, sehingga jamur yang tadinya takut oleh kuman-kuman yang ada di tubuh kita berkesempatan lebih mudah menyerang. Itu maka, banyak orang yang setelah minum antibiotika yang kelewat lama, kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di kulit, usus, seriawan di mulut, atau di mana saja. Keputihan sebab jamur pada wanita, antara lain lantaran vagina kelewat bersih oleh antisepsis yang membunuh kuman bermanfaat di sekitar vagina.