sehat jiwa baru

16
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan manusia dewasa ini semakin sulit dan komplek. Kondisi tersebut diperparah dengan bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern yang cenderung sekuler. Hal tersebut menyebabkan manusia tidak dapat menghindari tekanan-tekanan hidup yang dialami. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas penyakit mental-emosional manusia Kondisi diatas dapat menimbulkan gangguan jiwa dalam tingkat ringan amaupun berat yang memerlukan penanganan di rumah sakit, baik itu di rumahs akit jiwa atau di unit pelayanan keperawatan jiwa di rumah sakit umum dan unit pelayanan lainnya. Pelayanan di rumah sakit tidak mungkin dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan sangat diperlukan karena merupakan bagian integral dari proses penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Untuk merawat klien/pasien dengan baik seorang perawat harus mengetahui konsep dasar keperawatan dan juga harus memahami serta mengaplikasikan proses keperawatan.

Upload: affdie

Post on 06-Feb-2016

72 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SEHHHHHHHHHAT JIWA BARU

TRANSCRIPT

Page 1: sehat jiwa baru

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia dewasa ini semakin sulit dan komplek. Kondisi tersebut

diperparah dengan bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat modern

yang cenderung sekuler. Hal tersebut menyebabkan manusia tidak dapat menghindari

tekanan-tekanan hidup yang dialami. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap

peningkatan kualitas dan kuantitas penyakit mental-emosional manusia

Kondisi diatas dapat menimbulkan gangguan jiwa dalam tingkat ringan amaupun

berat yang memerlukan penanganan di rumah sakit, baik itu di rumahs akit jiwa atau di

unit pelayanan keperawatan jiwa di rumah sakit umum dan unit pelayanan lainnya.

Pelayanan di rumah sakit tidak mungkin dapat berjalan dengan baik tanpa adanya

pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan sangat diperlukan karena merupakan

bagian integral dari proses penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Untuk

merawat klien/pasien dengan baik seorang perawat harus mengetahui konsep dasar

keperawatan dan juga harus memahami serta mengaplikasikan proses keperawatan.

Page 2: sehat jiwa baru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sehat 

a. Menurut WHO (Notosoedirjo,2005):

“Keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun social, tidak hanya terbebas dari

penyakit/cacat”

Pengertian sehat menurut WHO tersebut merupakan kondisi ideal dari sisi biologis,

psikologis dan social. Apakah ada seseorang yang berada dalam kondisi sempurna

secara biopsikososial?  Memang sulit untuk mendapatkan seseorang yang berada

dalam kondisi kesehatan yang sempurna, namun yang mendekati pada kondisi ideal

dapat didapatkan.

b. UU. No 23, 1992 tentang kesehatan

Sehat: keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yg memungkinkan setiap orang

hidup produktif secara sosial dan ekonomis

B. Pengertian Kesehatan Jiwa

Pengertian kesehatan jiwa banyak dikemukakan oleh para ahli termasuk oleh organisasi,

diantaranya menurut :

a. Menurut WHO

Kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguanjiwa, melainkan mengandung

berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

b. Menurut UU Kesehatan Jiwa No 3 tahun 1966

Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi yg memungkinkan perkembangan fisik,

intelektual dan emosional yg optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan

selaras dengan orang lain.

c. Stuart & Laraia

Indikator sehat jiwa meliputi sifat yang positif terhadap diri sendiri, tumbuh kembang,

memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai

kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

d. Rosdahl

Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan

keselarasan, dalam pengendalian dir serta terbebas dari setress yang serius.

Page 3: sehat jiwa baru

C. Kriteria Sehat Jiwa

1. WHO, mengemukakan bahwa kriteria sehat jiwa terdiri dari:

a. Sikap positif terhadap diri sendiri

Hal ini dapat dipercayai jika melihat diri sendiri secara utuh/total

contoh: membendingkan dengan teman sebaya pasti ada kekurangan dan kelebihan.

Apakah kekurangan tersebut dapat diperbaiki atau tidak. Ingat, jangan mimpi bahwa

anda tidak punya kelemahan.

b. Tumbuh dan berkembang baik fisik dan psikologis dan puncaknya adalah

aktualisasi diri

c. Integrasi

Harus mempunyai satu kesatuan yang utuh. Jangan hanya menonjolkan yang positif

saja tapi yang negatif juga merupakan bagian anda. Jadi seluruh aspek merupakan

satu kesatuan.

d. Otonomi

Orang dewasa harus mengambil keputusan untuk diri sendiri dan menerima masukan

dari orang lain dengan keputusan sendiri sehingga keputusan pasienpun bukan diatur

oleh perawat tapi mereka yang memilih sendiri

e. Persepsi sesuai dengan kenyataan

Stressor sering dimulai secara tidak akurat. Contoh: putus pacar karena perbedaan

adat.

Dadang Hawari ( PR,19-1-1995) mengemukakan pendapat WHO ( Organisasi

kesehatan dunia). Bahwa ada delapan kriteria jiwa (mental) yang sehat, yaitu sebagi

berikut :

a. Mampu belajar dari pengalaman.

b. Mudah beradaptasi

c. Lebih senang memberi daripada menerima

d. Lebih senang menolong daripada ditolong.

e. Mempunyai rasa kasih sayang.

f. Memperoleh kesenangan dari hasil usahanya.

g. Menerima kekecewaan untuk dipakai sebagai pengalaman.

h. Berpikir positif

Page 4: sehat jiwa baru

2. A. H. Maslow

Bila kebutuhan dasar terpenuhi maka akan tercapai aktualisasi diri. Cirinya adalah:

a. Persepsi akurat terhadap realitas

b. Menerima diri orang lain, dan hakekat manusia tinggi

c. Mewujudkan spontanitas

d. Promblem centered yang akhirnya memerlukan self centered

e. Butuh privasi

f. Otonomi dan mandiri

g. Penghargaan baru, hal ini bersifat dinamis sehingga mampu memperbaiki diri

h. Mengalami pengalaman pribadi yang dalam dan tinggi

i. Berminat terhadap kesejahteraan manusia

j. Hubungan intim dengan orang terdekat

k. Demokrasi

l. Etik kuat

m. Humor/tidak bermusuhan

n. Kreatif

o. Bertahan atau melawan persetujuan asal bapak senang

3. Yahoda

a. Sikap positif terhadap diri sendiri

b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri

c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan)

d. Otonomi

e. Persepsi realitas

f. Environmental Mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)

D. Paradigma sehat

paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang

bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah

yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu

wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan per - lindungan terhadap

penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.

Page 5: sehat jiwa baru

Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang

bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber

daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun teta p mengupayakan yang sakit

segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk

mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit. Telah dikembangkan

pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural.

E. Aspek-aspek pendukung kesehatan

Banyak orang berpikir bahwa sehat adalah tidak sakit, maksudnya apabila tidak ada

gejala penyakit yg terasa berarti tubuh kita sehat. Padahal pendapat itu kurang tepat. Ada

kalanya penyakit baru terasa setelah cukup parah, seperti kanker yg baru diketahui setelah

stadium 4. Apakah berarti sebelumnya penyakit kanker itu tidak ada? Tentu saja ada,

tetapi tidak terasa. Berarti tidak adanya gejala penyakit bukan berarti sehat.

        Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan, di mana seluruh sistem

organ di tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor yg mempengaruhi keselarasan

tersebut berlangsung seterusnya adalah:  

1. Nutrisi yang lengkap dan seimbang. 

2. stirahat yang cukup.

3. Olah Raga yang teratur.

4. Kondisi mental, sosial dan rohani yang seimbang.

5. Lingkungan yang bersih

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN

KESEHATAN

1. Faktor Internal

a.      Tahap Perkembangan

Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini

adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia

(bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan

yang berbeda-beda.

Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat

pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan.

Contohnya: secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan

Page 6: sehat jiwa baru

penyakit sehingga perlu dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau

mengembangkan perilaku pencegahan penyakit..

b.      Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual

yang terdiri dari pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar

belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit

dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan  untuk menjaga kesehatan

sendirinya.

c.       Persepsi tentang fungsi

Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan

terhadap kesehatan dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi

jantung yang kronik merasa bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan

orang yang tidak pernah mempunyai masalah kesehatan yang berarti. Akibatnya,

keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan kesehatan pada masing-

masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah berhasil

sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan

mereka terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.

Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif

yiatu tentang cara klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas,

atau nyeri), juga data objektif   yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan,

dan bunyi paru). Informasi ini memungkinkan perawat merencanakan dan

mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.

d.      Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan

cara melaksanakannya.

Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya

cenderung berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan

cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.

Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai

respons emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional

terhadap ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit

Page 7: sehat jiwa baru

pada dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan. Contoh: seseorang dengan

napas yang terengah-engah dan sering batuk mungkin akan menyalahkan cuaca

dingin jika ia secara emosional tidak dapat menerima kemungkinan menderita

penyakit saluran pernapasan. Banyak orang yang memiliki reaksi emosional yang

berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai mereka

berpikir tentang risiko menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan

menolak untuk mencari pengobatan. Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih

diterima secara emosional, sehingga mereka akan mengakui gejala penyakit yang

dialaminya dan mau mencari pengobatan yang tepat.

e.       Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan

dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari harapan dan arti dalam

hidup.

Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan

seseorang. Spiritual seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap

kesehatan dilihat dari perspektif yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan

kesehatan dengan keyakinan terhadap kekuatan yang lebih besar, yang telah

memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk mencintai. Kesehatan

dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk menjalani

kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara

seseorang berlatih secara spiritual.

Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan

pengobatan tertentu, sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien

sehingga mereka dapat dilibatkan secara efektif dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan.

2. Faktor Eksternal

a.      Praktik di Keluarga

Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya

mempengaruhi cara klien dalam melaksanakan kesehatannya.Misalnya:

Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi

mejadi penyakit berat  dan mereka segera mencari pengobatan, maka

Page 8: sehat jiwa baru

bisasnya anak tersebut akan malakukan hal yang sama ketika mereka

dewasa.

Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika

keluarganya melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang

tuanya untuk melakukan pemeriksaan kesehatan  rutin, maka ketika punya

anak dia akan melakukan hal yang sama.

b.      Faktor Sosioekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit

dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap

penyakitnya.

Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja.

Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara

pelaksanaannya.

c.       Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan

individu, termasuk sistem pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan

pribadi.

Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan

perilaku dan bahasa yang digunakan.

G. Upaya Kesehatan Jiwa (Dir. Bina Pelayanan Keperawatan Depkes RI)

1. Ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan kejiwaan yang

sehat, bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan lain yang dapat mengganggu

kesehatan jiwa

2. Terdiri atas peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan pasien gangguan

jiwa dan masalah psikososial

3. Menjadi tanggungjawab bersama pemerintah dan masyarakat

Page 9: sehat jiwa baru

4. Pemerintah dan masyarakat bertanggungjawab menciptakan kondisi kesehatan jiwa

yang optimal dan menjamin ketersediaan, aksesibilitas, mutu dan pemerataan upaya

kesehatan jiwa

5. Pemerintah berkewajiban untuk mengembangkan upaya kesehatan jiwa keseluruhan,

termasuk akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.

H. Keperawatan Jiwa

Keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional merupakan bagian integral yang

tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Hal ini ditekankan

dalam Undang-Undang RI No.23 tahun 1992 tentang kesehatan yang dilakukan dengan

pengobatan dan atau perawatan.

Pelayanan keperawatan yang diberikan adalah upaya mencapai derajad kesehatan

semaksimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan

dalam bidang promotif, prefentif, kuratif dan rehabilitative dengan menggunakan proses

keperawatan.

Penerapan asuhan keperawatan di rumah sakit jiwa memang sedikit berbeda dengan

RSU. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik penderita yang

dilayani yaitu pasien di RSJ merupakan orang yang sedang mengalami gangguan jiwa.

Proses pengobatan gangguan jiwa memerlukan waktu yang lama, disamping itu asuhan

keperawatan yang dilakukan sangat menetukan keberhasilan pengobatan (Keliat, 1998)

Hasil evaluasi terhadap dokumentasi di 2 RSJ yang besar, ditemukan kurang dari 40%

pelaksanaan asuhan keperawatan belum memenuhi kriteria sesuai standar asuhan yang

baik. Kondisi ini tentunya tidak boleh memupuskan motivasi dalam merawat pasien

dengan gangguan jiwa (Keliat, 1998).

Motivasi untuk merawat klien dengan masalah kesehatan jiwa adalah:

a. Gangguan jiwa tidak merusak seluruh kepribadian dan perilaku manusia

b. Perilaku manusia selalu dapat diarahkan pada respon yang baru

c. Perilaku manusia selalu dipengaruhi faktor yang menimbulkan tekanan sosial,

dikuatkan atau dilemahkan

I. Peran Perawat dalam Kesehatan Jiwa

1. Mekanisme utama yang mendorong sistem social (Parson, 1951, dalam The Bride to

Profesional Nursing Practice, Cresia, 2001)

Page 10: sehat jiwa baru

2. Set perilaku unik menggambarkan posisi yang merefleksikan domain personal, social

ayau okupasi

3. Pola perilaku tersebut dimanifestasikan ke dalam penampilan melaksanakan tugas dan

kewajiban

4. Pembentukan peran perawat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi, individu perawat

dan interaksi perawat dengan yang terlibat dalam set peran tersebut

5. Peran professional unik karena dipengaruhi oleh kode etik yang membantu

memperlihatkan secara tajam perilaku professional dan sebagai kerangka dari harapan

peran tersebut.

Semua peran perawat tersebut dapat dilaksanakan dalam memberikan pelayanan

keperawatan jiwa, baik pada institusi sarana kesehatan RS, Puskesmas maupun praktik

mandiri/swasta. Untuk melaksanakan perasn tersebut dipersiapkan perawat yang

memiliki kompetensi dan kewenangan untuk melaksanakannya (registrasi, sertifikasi

dan lisensi).

J. Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Diri Sendiri

1.   Solitude (nyepi)

Perlu waktu utk diri sendiri utk memahami apa yang terjadi waktu bersama orang

lain

Bukan fisikal, sama dengan “time out”

Menghindari dituntut dan menuntut orang lain

2.   Kesehatan diri sendiri (Personal Physical Health)

Makanan yang sehat

Istirahat yang cukup

Olahraga

3.  Merawat dengan memperhatikan tanda-tanda stres internal (ettending to internal stress

signals)

Setiap orang pernah marah, karena hal yang kecil

Penting bagi perawat untuk mengenal dan berespon pada tanda-tanda stresnya

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: sehat jiwa baru

Hawari, 2002. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan Psikologi, FKUI Jakarta

Notosoedirdjo, M, 2005. Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. UMM Press,

          Malang

Yosep, 2011. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama, Bandung