seeding dan aklimatisasi.docx

Upload: anggik-pratama

Post on 02-Jun-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    1/18

    Laporan Tetap

    Teknik Pengolahan Limbah

    Nama : Anggik Pratama (061330400289)

    Deka Pitaloka (061330400293)

    Eka Anggraini (061330400298)

    Irda Agustina (061330400301)

    Nurul Agustini (061330400306)

    Raden Ayu Wilda Anggraini (061330400309)

    Ridho Tri Julian (061330400311)

    Kelas : 2KA

    Dosen Pembimbing

    Ir. Hj. Sofiah, M.T

    Politeknik Negeri Sriwijaya

    2014

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    2/18

    Seeding dan Aklimatisasi

    1. Tujuan PercobaanMelakukan pembenihan dan pengembang biakan mikroorganisme untuk

    mengolah limbah cair secara aerobic.

    2. Dasar TeoriSalah satu langkah yang penting dalam pengolahan limbah cair adalah

    penyiapan atau penyesuaian bakteri agar berkembang sesuai dengan kondisi yangdiinginkan. Bakteri yang berasal dari biakan murni atau lingkungan sekitar sumberlimbah yang akan diolah dikondisikan pada suatu temat dengan diberi umpan yang

    konsentrasinya sedikit demi sedikit menyerupai konsentrasi limbah yang akan diolah.Biasanya ada tahap awal sebagai umpan digunakan bahan-bahan kimia yang mudahdiperoleh dengan komposisi yang jelas.

    Untuk bakteri aerob maka perlu ditamabahkan aliran udara yang berasal darikompresor, blower atau pompa yang disemburkan (spray aerator).Sebagai sumber karbon biasa digunkan glukosa, sedang nitrogen dan posfor dapatdigunakan Kalium Nitrat dan Kalium Dihidrofosfat. Pengaturan pH dapat digunakankapur atau asam sulfat. Untuk bakteri aerob ditambahkan udara yang cukup agar

    proses oksidasinya dapat berjalan dengan sempurna. Jika konsentrasi BOD atau CODdalam tempat pengembangan telah relative konstan, dengan fluktuasi sekitar 5%,maka konsentrasi umpan dan volume pembibitan ditambah. Proses ini terus dilakukanhingga volume pembibitan mencapai sekitar 10% kolam yang pengolahan yang dibuatdan VSS sekitar 3000 - 4000 mg/l.

    Pembibitan (Seeding)Proses seeding dilakukan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme

    sehingga didapatkan jumlah biomassa yang mencukupi untuk mengolah air buangan pabrik minyak kelapa sawit. Bibit mikroorganisme diambil dari lumpur kolam pengolahan air buangan pabrik minyak kelapa sawit yang ditumbuhkan secara aerob.

    Pada tahap seeding ini yang perlu diperhatikan adalah konsentrasi zat organik(substrat), dan VSS.

    Selama periode waktu detensi tertentu dilakukan pemeriksaan parameterorganik, VSS, TSS, pH, dan temperatur. Terjadinya penambahan biomassa ditandaidengan warna lumpur yang semakin gelap (coklat kehitaman). Konsentrasi oksigenterlarut (DO) selalu dijaga di atas 4 mg/l untuk memastikan proses aerob dapat

    berlangsung dengan baik. Temperatur juga dijaga pada temperatur kamar, selain itu pH juga dijaga agar tetap dalam kisaran normal yaitu berkisar antara 7,0-8,5 dengancara penambahan larutan asam atau basa.

    Aklimatisasi

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    3/18

    Proses aklimatisasi dilakukan untuk mendapatkan suatu kulturmikroorganisme yang stabil dan dapat beradaptasi dengan air buangan pabrik kelapasawit yang telah disiapkan. Selama masa aklimatisasi kondisi dalam reaktor dibuattetap aerob dengan menjaga konsentrasi, temperatur, dan pH. Proses ini dilakukan

    secara batch.Proses aklimatisasi dapat dianggap selesai jika pH, VSS, temperatur, danefisiensi penyisihan senyawa organik telah konstan dengan fluktuasi yang tidak lebihdari 10%.

    Tahap Pembibitan (Seeding) dan AklimatisasiKebutuhan nitrogen dan fosfor secara umum didasarkan pada rasio air

    buangan dengan rasio COD:N:P sebesar 100:5:1 (Benefild dan Randall,1980). Pada proses seeding dan aklimatisasi diperlukan suatu kondisi lingkungan yang mendukunguntuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme secara optimal. Jika pHcenderung asam, dilakukan penambahan basa (NaOH), sebaliknya jika pH cenderung

    basa dilakukan penambahan asam (H2SO4). Jika terjadi kekurangan biomassa padareaktor (ditentukan dengan pengukuran VSS), maka ditambahkan biomassa darireaktor cadangan. Pada masa aklimatisasi parameter yang diukur adalah persentase

    penyisihan zat organik (COD), VSS, pH, DO dan temperatur. Pemeriksaan kandunganorganik air buangan dilakukan pada influen dan efluen hasil pengolahan, sehinggadiperoleh persentase penyisihan.

    Proses aklimatisasi dilakukan dengan rasio waktu yang sama dengan wakturunning. Proses ini dilakukan sampai didapatkan kandungan organik, pH, dan

    temperatur di dalam reaktor cenderung konstan dengan fluktuasi yang tidak lebih dari10%. Selama masa aklimatisasi, penyisihan zat organik terus meningkat dan akhirnyarelatif stabil. pH berada dalam rentang yang masih dapat ditolerir oleh bakteri yaitu7,5-8,5.

    Aklimatisasi adalah masa adaptasi tanaman hasil pembiakan pada kultur jaringan yang semula kondisinya terkendali kemudian berubah pada kondisi lapanganyang kondisinya tidak terkendali lagi, disamping itu tanaman juga harus mengubah

    pola hidupnya dari tanaman heterotrop ke tanama autotrop.Dalam melakukan aklimatisasi pengelompokan plantlet hasil seleksi. Plantletdikelompokan berdasarkan ukurannya untuk memperoleh bibit yang seragam.Sebelum ditanam plantlet sebaiknya diseleksi dulu berdasarkan kelengkapan organ,warna, hekeran pertumbuhan, dan ukuran. Plantlet yang baik adalah yang organnyalengkap, mempunyai pucuk dan akar, warna pucuknya hijau mantap artinya tidaktembus pandang dan pertumbuhan akar bagus.Menurut Trubus (2005) ciri-ciri bibit yang berkulitas baik yaitu planlet tampak sehatdan tidak berjamur, ukuran planlet seragam, berdaun hijau segar, dan tidak ada yangmenguning. Selain itu planlet tumbuh normal, tidak kerdil, komposisi daun dan akarseimbang, pseudobulb atau umbi semu mulai tampak dan sebagian kecil telah

    mengeluarkan tunas baru, serta memiliki jumlah akar serabut 3 4 akar dengan panjang 1,5 2,5 cm. Prosedur pembiakan dengan kultur in vitro baru bisa dikatakan

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    4/18

    berhasil jika planlet dapat diaklimatisasi ke kondisi eksternal dengan keberhasilanyang tinggi. Aklimatisasi bertujuan untuk mempersiapkan planlet agar siap ditanam dilapangan. Tahap aklimatisasi mutlak dilakukan pada tanaman hasil perbanyakansecara in vitro karena planlet akan mengalami perubahan fisiologis yang disebabkan

    oleh faktor lingkungan. Hal ini bisa dipahami karena pembiakan in vitro (dalam botol)semua faktor lingkungan terkontrol sedangkan di lapangan faktor lingkungan sulitterkontrol (Herawan, 2006).Di dalam botol kultur, kelembapan hampir selalu 100%. Aklimatisasi merupakantahap kritis karena kondisi iklim mikro di rumah kaca, rumah plastik, rumah bibit, danlapangan sangat jauh berbeda. Kondisi di luar botol berkelembapan nisbi jauh lebihrendah, tidak aseptik, dan tingkat intensitas cahayanya jauh lebih tinggi daripadakondisi di dalam botol.planlet atau tunas mikro lebih bersifat heterotrofik karenasudah terbiasa tumbuh dalam kondisi berkelembaban sangat tinggi, aseptik, sertasuplai hara mineral dan sumber energi berkecukupan.Disamping itu, tanaman tersebut memperlihhatkan gejala ketidaknormalan, seperti

    bersifat sangat sukulen, lapisan kutikula tipis, dan jaringan vasikulernya tidak berkembang sempurna, morfologi daun abnormal dengan tidak berfungsinya stomatasebagaimana mestinya, struktur mesofil berubah, dan aktivitas fotosintesis sangatrendah. Aklimatisasi dilakukan dengan mengkondisikan planlet dalam media

    pengakaran ex vitro. Media yang kita gunakan dalam proses aklimatisasi padaanggrek adalah pakis dan arang kayu / genting. Selain itu juga kelembapan tempataklimatisasi di atur tetap tinggi pada minggu pertama, menurun bertahap padaminggu minggu berikutnya hingga tumbuh akar baru dari planlet. Cahaya diatur dari

    intensitas rendah, meningkat secara bertahap. Sebaiknya suhu tempat aklimatisasidijaga agar tidak melebihi 32oC.Setelah proses aklimatisasi anggrek diperlakukan sebagai berikut:a. CompottingUkuran pot yang digunakan untuk kompot berdiameter sekitar 7 cm pada pot ini diisi

    bibit sekitar 30 bibit anggrek atau tergantung ukuran bibitnya. Pertama-tama pot yangakan digunakan diisi dengan sterofoam sekitar 1/3 bagian, kemudian pakis cacah lalu

    bibit anggrek ditata dengan rapi. b. Seedling (Penanaman ke Single Pot)Seedling adalah proses memindahkan bibit dari kompot ke pot individu. Seedlingdilakukan pada saat bibit berusia 5 bulan. Apabila tanaman terlambat diseedling dapatmengakibatkan bibit dalam kompot kompetisi sehingga penyerapan hara terhalangdan akar beresiko menjadi rusak. Biasanya seedling dilakukan diletakkan di dalamgelas bekas air mineral. Media yang digunakan untuk setiap anggrek berbeda-bedatergantung pada kebutuhan airnya. Media untuk Dendrobium adalah sphagnum yangdibalutkan pada akar tanaman, kemudian tanaman ditanam dalam gelas plastic yangtelah diisi sterofoam dan pakis cacah. Biasanya juga ditanam pada media pakis

    batangan yang kemudian diikat menggunakan tali raffia. Ciri-ciri dari bibit yang siapdi seedling yaitu ditandai dengan perakaran yang tumbuh lebih kuat dan daun daun

    tampak sudah keluar dari bibir pot.c. Overpot (Pemindahan Bibit)

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    5/18

    Overpot dilakukan ketika tanaman dalam single pot memenuhi syarat untukdipindahkan, yaitu ditandai denga banyaknya umbi. Tanamn dipindahkan ke pot yanglebih besar. Biasanya dilakukan setelah seedling berumur 2-3 bulan. Media yangdigunakan adalah potongan pakis batangan yang disusun secara teratur atau satu per

    satu dan diikat denga tali raffia.d. RepottingRepotting atau pengepotan ulang adalah pemindahan tanaman tanaman dari pot yanglama ke pot yang baru. Repotting dilakukan jika anggrek pada pot seedling telahtumbuh besar dan memenuhi popt plastik. Pengepotan ulang dilakukan dengan alasanmedia dalam pot seedling telah lapuk dan hancur sehingga ph menjadi rendah (asam)dan rentan terhadap serangan penyakit (Parnata, 2005). Selain itu juga untukmengantisipasi media yang telah kehabisan unsur hara. Media untuk repotting juga

    berbeda untuk setiap jenis anggrek tergantung kebutuhan airnya.

    PENGOLAHAN LIMBAH MENGGUNAKAN LUMPUR AKTIF

    pencemaran_airSebagaimana kita ketahui banyak metode dalam pengolahan limbah salah satunyametode biologis dengan pemanfaatan lumpur aktif. Proses pengolahan limbah denganmetode Biologi adalah metode yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai katalisuntuk menguraikan material yang terkandung di dalam air limbah. Mikroorganismesendiri selain menguraikan dan menghilangkan kandungan material, juga menjadikanmaterial yang terurai tadi sebagai tempat berkembang biaknya. Metode pengolahan

    lumpur aktif (activated sludge) adalah merupakan proses pengolahan air limbah yangmemanfaatkan proses mikroorganisme tersebut.

    Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba tersuspensi yang pertama kali dilakukan di Ingris pada awal abad 19. Sejak itu proses ini diadopsiseluruh dunia sebagai pengolah air limbah domestik sekunder secara biologi. Prosesini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi material organikmenjadi CO2 dan H2O, NH4. dan sel biomassa baru. Udara disalurkan melalui pompa

    blower (diffused) atau melalui aerasi mekanik. Sel mikroba membentuk flok yangakan mengendap di tangki penjernihan (Gariel Bitton, 1994).

    Anna dan Malte (1994) berpendapat keberhasilan pengolahan limbah secara biologidalam batas tertentu diatur oleh kemampuan bakteri untuk membentuk flok, dengandemikian akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Lumpur aktif adalahekosistem yang komplek yang terdiri dari bakteri, protozoa, virus, dan organisme-organisme lain. Lumpur aktif dicirikan oleh beberapa parameter, antara lain, IndeksVolume Lumpur (Sludge Volume Index = SVI) dan Stirrd Sludge Volume Index(SSVI). Perbedaan antara dua indeks tersebut tergantung dari bentuk flok, yangdiwakili oleh faktor bentuk (Shape Factor = S). Pada kesempatan lain Anna dan Malte

    (1997) menyatakan bahwa proses lumpur aktif dalam pengolahan air limbahtergantung pada pembentukan flok lumpur aktif yang terbentuk oleh mikroorganisme

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    6/18

    (terutama bakteri), partikel inorganik, dan polimer exoselular. Selama pengendapanflok, material yang terdispersi, seperti sel bakteri dan flok kecil, menempel pada

    permukaan flok. Pembentukan flok lumpur aktif dan penjernihan dengan pengendapan flok akibat agregasi bakteri dan mekanisme adesi. Selanjutnya

    dinyatakan pula bahwa flokulasi dan sedimentasi flok tergantung pada hypobisitasinternal dan eksternal dari flok dan material exopolimer dalam flok, dan tegangan permukaan larutan mempengaruhi hydropobisitas lumpur granular dari reaktor lumpuranaerobik.

    Frank et all (1996) mencoba menggambarkan bahwa dalam sistem pengolah lumpuraktif baik untuk domestik maupun industri mengandung 1-5% padatan total dan 95-99% bulk water (liqour ?). Pembuangan kelebihan lumpur merupakan proses yangmahal, dilakukan dengan mengurangi volume lumpur melalui proses pengepresan(dewatering). Pada bagian lain dinyatakan pula bahwa konsentrasi besi yang tinggikonsentrasi besi yang tinggi, 70-90% dalam bentuk Fe (III), ditemukan dalam lumpuraktif. akumulasi besi dapat berasal dari influent air limbah atau melalui penambahanFeSO4 yang digunakan untuk menghilangkan fosfor. Jumlah besi dalam lumpur aktifakan berkurang setelah memasuki kondisi anaerobik dan mungkin berasosiasi denganadanya aktifitas bakteri heterotrofik. Berkurangnya fosfor dalam lumpur aktif dapatmenyebabkan fosfor terlepas kedalam air. Jika ini terjadi merupakan potensi untukterjadinya eutrofikasi pada perairan.

    Dewasa ini metode lumpur aktif merupakan metode pengolahan air limbah yang

    paling banyak dipergunakan, termasuk di Indonesia, hal ini mengingat metode lumpuraktif dapat dipergunakan untuk mengolah air limbah dari berbagai jenis industriseperti industri pangan, Perhotelan, Rumah tinggal, Sekolah, bahan Pabrik dan lainsebaginya.

    Dengan menerapkan sistem ini didapatkan air bersih yang tidak lagi mengandungsenyawa organik beracun dan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan. Air tersebutdapat dipergunakan kembali sebagai sumber air untuk kegiatan industri selanjutnya.Diharapkan pemanfaatan sistem daur ulang air limbah akan dapat mengatasi

    permasalahan persediaan cadangan air tanah demi kelangsungan kegiatan industri dankebutuhan masyarakat akan air.

    CARA PENGOLAHAN LIMBAH

    Dapat dilihat gambar seperti dibawah ini:Limbah yang datang dari segala macam aktifitas akan ditampung kedalam bak

    penyaring. bak penyaring berfungsi sebagai penyaring kotoran padat dan sampahyang dapat mengganggu proses peralatan selanjutnya atau peralatan lainnya air yangtelah disaring selanjutnya menuju ke bak equalizing, bak equalizing berfungsi sebagai

    penampung dalam proses awal agar kualitas air rata dan teratur.

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    7/18

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    8/18

    peningkatan jumlah presentase padat. Ada beberapa metode yang berbeda untukmencapai hal ini dari semua pilihan yang tersedia biasanya

    isi lumpur dapat ditingkatkan dengan , 4-5 lipatan tergantug pada seberapa baik peralatan dioperasikan.

    Metode mengandalkan pada prinsip gravitasi dapat diterapkan baik diobati primer dan bahkan limbah lumpur aktif. Hal ini biasanya dilakukan dalam tangki melingkarserupa di desain dibandingkan dengan tangki sedimentasi tanaman khas. Aliranlumpur berasal dari sistem aerasi diarahkan ke pusat dengan baik dan desainsedemikian rupa sehingga ada cukup waktu penahanan yang cukup untukmenyelesaikan baik untuk mengambil tempat. Sampah yang

    Sampah yang dikumpulkan di bagian bawah tangki diperbolehkan untuk menetap,menjadi kompak dan kemudian dipompa keluar dari pipa outlet limbah bawah akantetap baik digester atau sekunder dewatering. Biasanya ada bendung dan saluranunutk air diperjelas untuk keluar meluap dan menyapu lengan berputar dengan pisauakan berbalik kedalam gerakan melingkar untuk menciptakan efek pengadukanlambat. Hasilnya adalah bahwa dengan melakukan ini, maka akan

    dikumpulkan di bagian bawah tangki

    memastikan bahwa kekompakan akan terjadi dan mendapatkan lumpur untukmelakukan perjalanan ke bawah. Kadang-kadang proses dapat ditingkatkan denganmemperlambat laju umpan sementara desain harus benar merencanakan untukmemberikan waktu penahanan yang cukup.

    Sistem Lumpur Aktif Konvensional

    Tangki aerasi

    Oksidasi aerobik material organik dilakukan dalam tangki ini. Efluent pertama masukdan tercampur dengan Lumpur Aktif Balik (Return Activated Sludge =RAS) ataudisingkat LAB membentuk lumpur campuran (mixed liqour), yang mengandung

    padatan tersuspensi sekitar 1.500 - 2.500 mg/l. Aerasi dilakukan secara mekanik.Karakteristik dari proses lumpur aktif adalah adanya daur ulang dari biomassa.Keadaan ini membuat waktu tinggal rata-rata sel (biomassa) menjadi lebih lamadibanding waktu tinggal hidrauliknya (Sterritt dan Lester, 1988). Keadaan tersebutmembuat sejumlah besar mikroorganisme mengoksidasi senyawa organik dalamwaktu yang singkat. Waktu tinggal dalam tangki aerasi berkisar 4 - 8 jam.

    Tangki Sedimentasi

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    9/18

    Tangki ini digunakan untuk sedimentasi flok mikroba (lumpur) yang dihasilkanselama fase oksidasi dalam tangki aerasi. Seperti disebutkan diawal bahwa sebaghiandari lumpur dalam tangki penjernih didaur ulang kembali dalam bentuk LAB kedalamtangki aerasi dan sisanya dibuang untuk menjaga rasio yang tepat antara makanan dan

    mikroorganisme (F/M Ratio).

    Parameter

    Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (Davis dan Cornwell, 1985;Verstraete dan van Vaerenbergh, 1986) adalah sebagai berikut:

    Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi tangki aerasi dalam sistem lumpur aktifdisebut sebagai mixed liqour yang diterjemahkan sebagai lumpur campuran. MLSSadalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik danmineral, termasuk didalamnya adalah mikroorganisma. MLSS ditentukan dengan caramenyaring lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan

    pada temperatur 1050C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.

    Mixed-liqour volatile suspended solids (MLVSS). Porsi material organik pada MLSSdiwakili oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba, mikroba hidupdan mati, dan hancuran sel (Nelson dan Lawrence, 1980). MLVSS diukur denganmemanaskan terus sampel filter yang telah kering pada 600 - 6500C, dan nilainyamendekati 65-75% dari MLSS.

    Food - to - microorganism ratio (F/M Ratio). Parameter ini merupakan indikasi bebanorganik yang masuk kedalam sistem lumpur aktif dan diwakili nilainya dalamkilogram BOD per kilogram MLSS per hari (Curds dan Hawkes, 1983; Nathanson,1986). Adapun formulasinya clip_image005[4]sebagai berikut : F/M = Q x BOD5

    MLSS x V

    dimana :

    Q = Laju alir limbah Juta Galon per hari (MGD)

    BOD5 = BOD5 (mg/l)

    MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l)

    V = Volume tangki aerasi (Gallon)

    Rasio F/M dikontrol oleh laju sirkulasi lumpur aktif. Lebih tinggi laju sirkulasi

    lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Untuk tangki aerasi konvensional rasioF/M adalah 0,2 - 0,5 lb BOD5/hari/lb MLSS, tetapi dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    10/18

    digunakan oksigen murni(Hammer, 1986). Rasio F/M yang rendah mencerminkan bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar, semakin rendah rasioF/M pengolah limbah semakin efisien. Hidraulic retention time (HRT). Waktu tinggalhidraulik (HRT) adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh larutan influent masuk

    dalam tangki aerasi untuk proses lumpur aktif; nilainya berbanding terbalik denganlaju pengenceran (D) (Sterritt dan Lester, 1988).

    HRT = 1/D = V/ Q

    dimana :

    V = Volume tangki aerasi

    Q = Laju influent air limbah ke dalam tangki aerasi

    D = Laju pengenceran.

    Umur lumpur (Sludge age). Umur lumpur adalah waktu tinggal rata-ratamikroorganisme dalam sistem. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka waktutinggal sel mikroba dalam tangki aerasi dapat dalam hari lamanya. Parameter ini

    berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan mikroba. Umur lumpur dihitung denganformula sebagai berikut (Hammer, 1986; Curds dan Hawkes, 1983) :

    Umur Lumpur (Hari) = MLSS x V

    SSe x Qe + SSw X Qw

    dimana :

    MLSS = Mixed liquor suspended solids (mg/l).

    V = Volume tangki aerasi (L)

    SSe = Padatan tersuspensi dalam effluent (mg/l)

    SSw = Padatan tersuspensi dalam lumpur limbah (mg/l)

    Qe = Laju effluent limbah (m3/hari)

    Qw = Laju influent limbah (m3/hari).

    Umur lumpur dapat bervariasi antara 5 - 15 hari dalam konvensional lumpur aktif.

    Pada musim dingin lebih lama dibandingkan musim panas (U.S. EPA, 1987a).Parameter penting yang mengendalikan operasi lumpur aktif adalah laju pemuatan

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    11/18

    organik, suplay oksigen, dan pengendalian dan operasi tangki pengendapan akhir.Tangki ini mempunyai dua fungsi: penjernih dan penggemukan mikroba. Untukoperasi rutin, orang harus mengukur laju pengendapan lumpur dengan menentukanindeks volume lumpur (SVI), Voster dan Johnston, 1987.

    Penebalan Flotasi

    Flotasi penebalan dianggap sebagai proses perbaikan metode dan pada dasarnyamenggunakan prinsip yang sama seperti disebutkan sebelumnya seperti sistem DAF.Untuk rekap kembali, apa yang dilakukannya adalah bahwa udara tekanandiperkenalkan ke saluran makanan yang masuk dan kemudian ini dialihkan ke sebuajkapal tekanan untuk memaksa udara untuk larut dalam air. Setelah itu, aliran akan

    perlahan-lahan dilepas sehingga saat terkena tekanan atmosfir, udara yang terlarutakan menjadi terdispresi halus gelembung membawa bersama-sama dengan lumputitu mengambang ke atas. Metode flotasi biasanya diterapkan untuk limbah lumpuraktif dan efisiensi sistem biasanya memperhitungkan udara terhadap padat dankadang-kadang penambahan koagulan atau polimer digunakan untuk membantudalam proses pemisahan.

    clip_image006[4]clip_image008

    Centrifugal Penebalan

    Metode ini sering digunakan untuk limbah padat yang berasal dari proses pengolahan biologis pertumbuhan tersuspensi. Secara umum dapat digunakan bersama-samadengan pengental gravitasi untuk lebih berkonsentrasi dan meningkatkan kadar padat.Seperti disebutkan sebelumnya bukan hanya memainkan peran dan fungsi untukmengentalkan lumpur, tetapi membantu dalam proses dewatering juga.Distribusi Bakteri Heteropik Aerobik Dalam Lumpur Aktif Standard (Hiraishi et al.(1989).

    Genus kelompok

    PERSENTASI

    DARI TOTAL ISOLAT

    Comamonas-Pseudomonas

    50

    Alkaligenes

    5.8

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    12/18

    Pseudomonas (Kelompok Florescent)

    1.0

    Paracoccus

    11.5

    Unidentified (gram negative rods)

    1.9

    Aeromomas

    1.9

    Flavobacterium - Cytophaga

    13.5

    Bacillus

    1.9

    Micrococcus

    1.9

    Coryneform

    5.8

    Arthrobacter

    1.9

    Aureobacterium-Microbacterium

    1.9

    Jumlah total bakteri dalam lumpur aktif standard adalah 108 CFU/mg lumpur.

    menunjukkan beberapa genus bakteri yang ditemui dalam standard lumpur aktif.

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    13/18

    Sebagian besar bakteri yang diisolasi diidentifikasi sebagai spesies-spesiesComamonas-Psudomonas.

    Caulobacter, bakteri bertangkai umumnya ditemukan dalam air yang miskin bahan

    organik, dapat diisolasi dari kebanyakan pengolahan limbah,

    clip_image010

    khususnya lumpur aktif (MacRae dan Smit, 1991).

    Fungi

    Lumpur aktif biasanya tidak mendukung kehidupan fungi walaupun beberapafungi berfilamen kadang-kadang ditemukan dalam flok lumpur aktif. Fungi dapattumbuh pesat dibawah kondisi pH yang rendah, toksik, dan limbah yang kekurangannitrogen. Genus yang dominan ditemukan dalam lumpur aktif adalah Geotrichum,Penicillium, Cephalosporium, Cladosporium, dan Alternaria. Lumpur ringan (SludgeBulking) dapat dihasilkan oleh pertumbuhan yang pesat Geotrichum candidum, yangdirangsang oleh pH rendah dari limbah yang asam.

    Protozoa

    Protozoa adalah significant predator dalam lumpur aktif seperti dalamlingkungan akuatik alam. Pemakanan bakteri oleh protozoa dapat ditentukan denganeksperimen pemakanan bakteri yang telah diberi 14C atau 35C atau flouresen.Pemakanan bakteri tersebut dapat mereduksi toksikan. Contoh, Aspidisca costatayang memakan bakteri dalam lumpur aktif dapat menurunkan Kadmium. Protozoa

    paling sering ditemukan dalam lumpur aktif adalah Carchesium, Paramecium sp,Opercularia sp, Chilodenella sp, Vorticella sp, Apidisca sp

    Cilliata. Siliata atau bulu getar digunakan untuk pergerakan dan mendorong partikelmakanan kedalam mulut . Siliata dibagi menjadi tiga, yaitu : Siliata bebas (free),merayap (creeping), dan bertangkai (stalked). Siliata bebas (tidak terikat) memakan

    bakteri bebas yang terbang. Genus yang paling penting sering ditemukan dalamlumpur aktif adalah Chilodonella, Colpidium, Blepharisma, Euplotes, Paramecium,Lionotus, Trachelophyllum, dan Spirostomum. Siliata merayap memakan bakteriyang berada dipermukaan flok lumpur aktif. Dua genus penting, yaitu : Aspidisca danEuplotes. Cilitas bertangkai menempel tangkainya pada flok. Tangkai mempunyaimyoneme untuk menangkap mangsa. Contoh siliata bertangkai adalah Vorticella,

    Carchesium, Opercularia, dan Epistylis.

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    14/18

    Rotifers

    Rotifers adalah metazoa (organisme bersel banyak) dengan ukuran bervariasi

    dari 100 mm - 500 m m. Tubuhnya menancap pada partikel flok dan sering tercabutdari permukaan flok. Rotifers ditemukan dalam instalasi pengolahan air limbahtermasuk dua orde pertama, Bdelloidea (contoh : Philodina spp., Habrotrocha spp.)dan Monogononta (contoh : Lecane spp., Notommata spp.). Peranan rotifers dalamlumpur aktif adalah : (1) menghilangkan bakteri tersuspensi (contoh : bakteri yangtidak membentuk flok; (2) memberi kontribusi terhadap pembentukan flok melalui

    pelet kotoran yang dikelilingi oleh mukus. Kehadiran rotifers dalam tahap akhir pengolahan limbah sistem lumpur aktif dikarenakan kenyataan bahwa hewan inimempunyai siliata yang kuat yang menolong dalam mencari makan dan menurunkan

    jumlah bakteri tersuspensi (membuat air lebih jernih) dan aksi siliatanya lebih kuatdibandingkan protozoa.

    3. Alat Yang Digunakan Gelas Kimia 2 buah Aerator 1 buah Cawan Penguap 1 buah Desikator 1 buah Erlenmeyer 1 buah Kertas saring 2 buah Spatula 1 buah Batang Pengaduk 1 buah Neraca Analitik 1 buah Oven 1 buah Termometer 1 buah Kertas pH 1 buah

    4. Bahan Yang Digunakan Glukosa KNO3 KH2PO4 NaOH Aquadest Tanah yang berasal dari selokan rumah tangga

    5. Prosedur Kerja Membuat substrat dengan berat masing-masing :

    Glukosa 0,375 grKNO3 0,135 grKH2PO4 0,027 gr

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    15/18

    Melarutkan substrat tersebut dalam 1 liter aquadest. Menimbang tanah sebanyak 100 gr dan melarutkannya dalam air aquadest

    sebanyak 1 liter didalam gelas kimia 2 liter. Memasukkan substrat kedalam larutan tanah sebanyak 100 ml.

    Mengecek pH, DO dan temperature serta TSS dari larutan tanah. Melakukan aerasi secara terus menerus. Melakukan pemberian substrat setiap hari dan pengecekan pH, DO, temperature

    dan TSS dilakukan sampai dicapai biosolid yang diinginkan.

    6. Data PengamatanPengamatan Hari

    Kamis Jumat Senin Selasa Rabu

    Konduktivitas 6.9 ms 9,4 ms 11,3 ms 11,9 ms 13,2 ms

    Suhu 28 0C 25,7 0C 26,6 0C 26,6 0C 27,1 0C

    Salinitas 0 % 0 % 0 % 0 % 0 %

    TDS 4 mg/l 4 mg/l 6 mg/l 6 mg/l 7 mg/l

    pH 5 5 6,5 7 7

    Penetapan konsentrasi biomassaSetelah dipanaskan dengan aquadest

    Crus + tutup + kertas saring = 40,776 gr

    Kertas saring = 0,3387 gr

    Setelah dipanaskan dengan sampel

    Crus + tutup + kertas saring = 40,7967 gr

    Kertas saring = 0,34219 gr

    Volume air sampel = 40 ml

    7. Perhitungan

    = x 106

    mg/l= x 10 6 mg/l

    517,5 mg/l

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    16/18

    8. Analisa PercobaanPada percobaan seeding dan aklimitasi yaitu pengembang biakaan

    mikroorganisme, organisme yang akan dibiakkan kali ini adalah organisme yang

    bersiat aerob. Lingkngan diatur agar hanya bakteri aerob saja yang tumbuh dan

    membunuh mikroorganisme yang memiliki karakteristik yang berbeda. Hal yang

    harus diperhatikan dalam penumbuhan mikroorganisme adalah pH, suhu serta

    substratnya

    Pada percobaan kali ini bakteri aerob yang ingin dibiakkan adalah bakteri yangmemakan nitrogen. Pertama-tama tanah dilarutkan pada 1 liter air. Masukkan ke

    dalam wadah lalu tanah tersebut disaring dan dipindahkan ke dalam baskom, periksa

    derajat keasamaan, pastikan agar derajat keasamaannya netral, bila nilai pH terlalu

    basa dapat ditambahkan basa begitupun sebaliknya. Tahap selanjutnya adalah

    pemberian makan bakteri makanan yang diberikan adalah larutan KNO 3, KH 2PO 4,

    dan glukosa. Makanan tersebut sesuai dengan kriteria mikroorganisme yang ingin

    dikembangkan biakkan . Setelah diberi makan selanjutnya mengecek suhu,

    konduktivitas, salinitas, dan TDS. Pada hariselanjutnya pengecekan dilakukansebelum pemberian makan, Dimaksudkan untuk mengetahui perubahan yang terjadi.

    Pengecekan yang diutamakan adalah pengecekan TDS karena semakin tinggi TDS

    maka semakin banyak mikroba yang berkembang. Lazimnya semakin diberi makan,

    TDS akan semakin meningkat. Tahap selanjutnya yaitu menghitung TSS. TSS

    berfungsi untuk mengetahui banyaknya mikroorganisme yang hidup. Nilai TSS

    merupakan indikator adanya mikroorganismenyang aktif dan memegang peranan

    penting dalam biologis. Langkah pertama kentungan TSS adalah kertas saring

    dimasukkan ke dalam krusible lalu ditimbang. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    17/18

    berat awal kertas saring + krusible, selanjutnya dipanaskan di dalam oven selama 1

    jam pada suhu 110 0C. Lalu didinginkan dengan cara dimasukkan ke dalam desikator.

    Lalu ambil 40 ml sampel air lalu dimasukkan ke dalam krusible dan timbang. Lalu

    dipanaskan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 110 0C dan dinginkan di dalam

    desikator dan ditimbang. TSS yang didapat adalah 517,5 mg/l

    9. Kesimpulan Seeding adalah perkembang biakan satu mikroorganisme dengan memanipulasi

    tempat tinggalnya, sedangkan aklimitasi adalah pemilihan mikroorganisme yang

    akan dikembang biakkan Hal yang perlu diperhatikan pada saat sesering adalah suhu, ph, dan

    makanannya Makanan yang diberi sesuai dengan karakteristik bakteri Tujuan dilakukan sesering untuk mendapatkan lumpur aktif (lumpur yang dapat

    ditumbuhi mikroorganisme) Pemberian makanan bersifat kontinu agar pertumbuhan mikroorganisme stabil TSS yang didapat pada praktikum kali ini adalah 517,5 mg/l

    Daftar Pustaka

    Tim Lab. Teknik Pengolahan Limbah.2013.Penuntun Praktikum Teknik PengolahanLimbah. Politeknik Negeri Sriwijaya : Palembang

    http://kc12engineer.blogspot.com/2013/11/seeding-dan-aklimatisasi-aerob.html

  • 8/11/2019 Seeding dan Aklimatisasi.docx

    18/18

    Gambar Alat

    Neraca Analitik Kaca Arloji Gelas Kimia Pengaduk

    Aerator Desikator Baskom

    Krusible