sebaran granit di indonesia

7
SEBARAN GRANIT DI INDONESIA Orogenesis di Kepulauan Indonesia diikuti oleh intrusi seperti batolit granit sebagai inti geantiklin. Granit ini berumur Permo-Triassic sampai Tersier akhir, sedemikian sehingga mereka menyebar secara berangsur lebih muda di jalur orogenesa dari pusat diastrofisma yang berbeda. Di pusat orogenesa pasti mempunyai tahap diatrofisma dan granit yang paling tua, kemudian gejalanya menjadi lebih muda ke arah busur sebelah luar. Perkecualian dibentuk oleh granit Sumba berumur Mesosoikum. Di dataran Sunda sebaran massa plutonik dari yang bagian dalam ke sebelah luar sudah jelas. Poros Daratan Sunda dibentuk oleh jalur Anambas-Schwaner yang berumur Permotrias. Perjalanan ke utara dari poros ini, ditemukan pertama Zona Natuna-Semitau dengan umur lebih tua, sekitar Trias. Di Seberuwang didapatkan diorit berumur Kapur Akhir. Di Ketungau batuan berumur Tersier Tengah diduga diorit. Di Sumatra busur bagian dalam dari Sistem Pegunungan Sunda terdapat jalur dengan massa seperti granit di unit terlipat. Jalur berumur Kapur akhir ini meluas dari timur melalui Pulau Jawa ke Flores. Di Ambon, Kaibodo, Manipa dan Kellang tempat busur Banda ini berakhir dijumpai batuan seperti granit berumur Tersier Tengah. Dari Kalimantan ke timur kita bertemu granit berumur Kapur Meratus, dan kemudian granit berumur Tersier di Sulawesi utara. Distribusi granit ini betul-betul menyatakan bahwa telah ada suatu pertumbuhan granit sejak Mesosoikum dari Anambas-Schwaner

Upload: bella-r-juliarka

Post on 10-Apr-2016

614 views

Category:

Documents


28 download

DESCRIPTION

Sebaran Granit Di Indonesia

TRANSCRIPT

Page 1: Sebaran Granit Di Indonesia

SEBARAN GRANIT DI INDONESIA

Orogenesis di Kepulauan Indonesia diikuti oleh intrusi seperti batolit granit  sebagai inti

geantiklin. Granit ini berumur Permo-Triassic sampai Tersier akhir, sedemikian sehingga mereka

menyebar secara berangsur lebih muda di jalur  orogenesa dari pusat diastrofisma yang berbeda.

Di pusat orogenesa pasti mempunyai tahap diatrofisma dan granit yang paling tua, kemudian

gejalanya menjadi lebih muda ke arah busur sebelah luar. Perkecualian dibentuk oleh granit

Sumba berumur Mesosoikum. Di dataran Sunda sebaran massa plutonik dari yang bagian dalam

ke sebelah luar sudah jelas. Poros Daratan Sunda dibentuk oleh jalur  Anambas-Schwaner yang

berumur Permotrias. Perjalanan ke utara dari poros ini, ditemukan pertama Zona Natuna-Semitau

dengan umur lebih tua, sekitar Trias. Di Seberuwang didapatkan diorit  berumur Kapur Akhir. Di

Ketungau batuan berumur Tersier Tengah diduga diorit.

Di Sumatra busur bagian dalam dari  Sistem Pegunungan Sunda terdapat jalur  dengan massa

seperti granit di unit terlipat. Jalur berumur Kapur akhir ini meluas dari timur melalui Pulau Jawa

ke Flores. 

Di Ambon, Kaibodo, Manipa dan Kellang tempat busur Banda ini berakhir dijumpai batuan

seperti granit berumur Tersier Tengah.

Dari Kalimantan ke timur kita bertemu granit berumur Kapur  Meratus, dan kemudian granit

berumur Tersier di Sulawesi utara. Distribusi granit ini betul-betul menyatakan bahwa telah ada

suatu pertumbuhan granit sejak Mesosoikum dari Anambas-Schwaner ke arah Sistem

Pegunungan Sunda. Di bagian pusat sekarang membentuk kerak bumi yang kaku seperti karakter

kontinental.  Intrusi granit terjadi secara bertahap sesuai evolusi orogenesa. Pada puncak dari 

geantiklin kita temukan aktivitas jenis magma volkanis seri Pacific, dengan komposisi basalik-

andesit. Aktivitas ini di dalam jalur geantiklin  didahului oleh tekanan dan intrusi ofiolit  di

geosinklin;  langkah-langkah berikutnya terjadi evolusi orogenesa dan magma Mediteran. Oleh

karena itu diperlukan  memandang masalah dari  asal granit Kepulauan Indonesia dalam

hubungan dengan formasi dari  asal magma  granit.  

A. SUMATERA

Batuan granit di sekitar Sumatera memiliki usia dari Paleozoic (Silur) hingga Tersier (Cobbing,

2005; Setijadji, 2009 dalam Setijadji, 2011). Batuan granit tersebut merupakan produk dari

Page 2: Sebaran Granit Di Indonesia

sejarah geologi yang kompleks dari pulau Sumatera. Granitoid Mesozoikum-Paleozoikum hadir

sebagai bukit terisolasi hingga pegunungan yang sebagian besar ditutupi oleh batuan yang lebih

muda yang mengakibatkan kesulitan untuk menentukan sabuk, disaat terdapat sabuk. Sabuk

granitoid Sumatera dianggap sebagai kelanjutan dari sabuk granit Asia Tenggara, meskipun

korelasi tersebut masih kontroversial. Gambar 2 menunjukkan usaha untuk menghubungkan

sabuk granit Asia Tenggara dan Sumatera menurut Cobbing (2005) dalam Setijadji (2011).

Gambar 2. Batuan granit di Sumatera dan pulau-pulau Tin (Bangka, Belitung) dan kemungkinan

hubungan dengan granit Asia Tenggara (dimodifikasi dari Cobbing 2005).

Pulau Belitung / Pulau Tin

Secara geologi, batuan granit ini berumur Trias hingga Kapur, atau terbentuk kira-kira antara 200

juta tahun hingga 65 juta tahun yang lalu (Gambar 3. Peta Geologi Lembar Belitung, Baharuddin

dan Sidarto, 1995). Batuan ini merupakan hasil pembekuan magma yang bersifat asam, yaitu

dengan kandungan silika yang tinggi lebih dari 65%.

Page 3: Sebaran Granit Di Indonesia

Gambar 3. Peta Geologi Belitung (Baharuddin dan Sidarto, 1995; P3G Bandung)

Dari peta geologi terlihat bahwa granit tertua berumur Trias (Triassic) tersebar di Belitung

bagian barat laut, termasuk di Pantai Tanjungtinggi, Pulau Kepayang dan Pulau Lengkuas.

Singkapannya dengan bongkah-bongkah besar berwara abu-abu terang, berkristal kasar hingga

sangat kasar. Granit ini kaya akan mineral kasiterit primer. Umur absolutnya menurut

penyelidikan Priem et al. 1975 (dalam Baharuddin dan Sidarto, 1995) 208 – 245 juta (Zaman

Trias).

Intrusi granit berikutnya berumur Zaman Jura (Jurasic)tersebar terutama di bagian selatan

Belitung, di Pantai Penyabong, termasuk juga Bukit Baginde, dan Pantai Klumpang. Granit ini

pada peta geologi disebut Adamelit Baginda denganwarna abu-abu hingga kehijauan, berbutir

kasar hingga sangat kasar dan banyak dijumpai xenolit (batuan lain yang masuk ke dalam intrusi)

dan tidak mengandung kasiterit. Umur absolutnya menurut penyelidikan Priem et al. 1975

(dalam Baharuddin dan Sidarto, 1995) 106 – 208 – 245 juta (Zaman Jura).

Intrusi granit paling muda adalah berumur Kapur (Cretaceous) tersebar di timur laut Belitung, di

Pantai Burungmandi dan Gunung Bolong – Tanjung, yang lebih intermedier dan dikenal sebagai

Page 4: Sebaran Granit Di Indonesia

Granodiorit Burungmandi, serta dalam sebaran terbatas di Gunung Batubesi dan Air Dengong

sebagai Diorit Kuarsa Batubesi. Warnanya umumnya lebih gelap karena lebih banyak kandungan

mineral berwarna gelap felspar. Butirannya sedang, tidak kasar. Umur absolutnya menurut

penyelidikan Priem et al. 1975 (dalam Baharuddin dan Sidarto, 1995) 115 – 106 juta (Zaman

Kapur).

Seluruh intrusi granit, granodiorit dan diorit ini menerobos batuan sedimen yang terlebih dahulu

diendapkan pada Masa Paleozoik (Permo-Karbon), yaitu Formasi Kelapakampit berupa selang-

seling batupasir-batulempung dan sisipan batuan sedimen lain, serta Formasi Tajam berupa

batupasir kuarsa dengan sisipan batulanau. Itulah sebabnya kedua formasi batuan sedimen ini

mengalami proses metamorfosis sehingga berubah menjadi metasedimen yang lebih keras.

Selain itu formasi-formasi ini diterobos oleh urat-urat kuarsa yang banyak membawa mineral

bijih primer kasiterit.

Dari sisi mineralogi, jika kita amati batu granit, maka kita akan jumpai banyak mineral yang

mudah dikenal, yaitu yang berwarna terang seperti kaca dengan bentuk tidak beraturan yang

disebut sebagai mineral kuarsa. Mineral lain yang biasanya muncul pada granit adalah K-felspar

atau orthoklas dan plagioklas yang biasanya dicirikan oleh mineral-mineral memanjang

berwarna coklat, merah muda pucat, atau putih. Mineral lain adalah biotit yang berwarna coklat

pucat dengan bentuk pipih tipis sehingga disebut juga sebagai mika. Mineral lain dalam

persentase yang sangat kecil adalah mineral-mineral mafik golongan felspar yang berwarna

gelap, seperti hornblenda atau piroksen.

Kompleks Granitoid Sibolga, Sumatera Utara

Menurut Subadrio (2012), Kompleks Granitoid Sibolga di Sumatra Utara memperlihatkan

karateristik granitoid tipe-A. Pluton granitoid Sibolga terletak berbatasan dengan pantai barat

Sumatra Utara. Berdasarkan identifikasi tekstur dan mineralogi, daerah penelitian dibagi menjadi

empat fasies, yaitu granit biotit, sienit biotit, sienit hornblende dan meta-volkanik. Granit biotit

mencakup fasies yang terluas di daerah penelitian, Granitoid Sibolga mengintrusi batuan meta-

sedimen berumur Karbon Formasi Kluet. Pluton Kompleks Granitoid Sibolga yang berumur

Perm Akhir-Trias Akhir ini dipotong oleh intrusi berupa korok batuan mafic. Batuan granitoid

Sibolga umumnya mempunyai kandungan SiO2 antara 59-76%, alkali total relative tinggi 8-

11%, kaya akan Rb, Zr dan Ga serta nilai perbadingan tinggi Ga/Al, tetapi rendah kadar Ba, Sr

dan logam transisi. Pengayaan Mo-U dapat dijumpai di beberapa tempat. Berdasarkan saturasi

Page 5: Sebaran Granit Di Indonesia

aluminina, batuan Sibolga teridentifikasi sebagai batuan transisi antara metaluminus ringan

hingga peraluminus dengan kisaran A/CNK 0,8 hingga 1,3. Ciri-ciri geokimia lainnya adalah

granitoid Sibolga cenderung berasosiasi dengan lingkungan tektonik late-orogenic hingga

anorogenic serta Within Plate Granite (WPG).

A. KALIMANTAN

Batuan granit di Kalimantan didominasi oleh Cretaceous I-jenis (magnetit-series) batolit,

meskipun lebih tua dan lebih muda batu juga hadir (Setijadji et al., 2010) Data radiometrik

menunjukkan panjang sejarah magmatisme sejak Late Carboniferous sampai Kuarter. Granit

Tertua adalah S-type Lumo Granit (Late Carboniferous-Early Permian), terletak di dekat

Pegunungan Meratus di Tenggara Pulau Kalimantan (Hartono et al., 2000 di Setijadji et al.,

2010).

Granodiorit berumur Tersier tengah juga di Kalimantan Utara (Kinabalu), yang belakangan

menjadi anggota busur orogenesa Pilipina. Intrusi diorit di daerah Telen Kalimantan Timur

menduduki suatu posisi terisolasi. Mereka mungkin menjadi anggota Zona Semitau. Dari zona

Anambas-Schwaner ke arah selatan dijumpai  granit Malaya berumur Yura di Kepulauan Riau-

Lingga, Bangka, Billiton, Karimata Pulau dan Kalimantan Barat. Zone ini  dapat dibagi menjadi

dua jalur. Di bagian dalam cebakan timah jarang dijumpai, dan sebelah luar  membentuk jalur

timah