sdm yang tidak profesional dan produktif · mulai dari rekruitmen, pola karir hingga akhir masa...
TRANSCRIPT
0
SDM YANG TIDAK PROFESIONAL
DAN PRODUKTIF
oleh :
Drs. IDRIS, M.Si
1
PENDAHULUAN
Di tengah kesulitan lapangan pekerjaan di Indonesia saat ini, pekerjaan sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) masih menjadi primadona, dimana setiap diadakannya
penerimaan PNS, jumlah pelamar selalu membludak. Mungkin saat ini PNS
merupakan “the best job ever ”. Namun, masalah sumber daya manusia di lingkungan
PNS masih menjadi sorotan, baik di Pemerintahan Pusat maupun di Pemerintahan
Daerah. Ada gambaran umum seorang PNS “Datang, absen, duduk, kemudian
pulang”, sehinggan PNS diplesetkan menjadi kependekan dari “Pegawai Nyantai
Sekali”. PNS juga identik dengan birokrasi yang berbelit-belit, lamban dalam
menyelesaikan pekerjaan, menggunakan fasilitas negara untuk kepentingan pribadi,
sigap mencari amplop dan sabetan, datang ke kantor paling akhir tapi pulang paling
awal, dan sering keluyuran saat jam kerja.
Berita-berita di media tentang maraknya PNS yang menerima suap
menyebabkan masyarakat meminta reformasi pelayanan publik yang jauh lebih
dalam lagi. Namun sejauh ini hanya sedikit indikasi bahwa reformasi yang diinginkan
ini menjadi prioritas. Reformasi birokrasi ini berjalan sangat lambat untuk tidak
dikatakan stagnan. Sudah sembilan tahun usia gerakan reformasi Indonesia, tidak
ada perubahan nyata terhadap kondisi birokrasi kita.
Miftah Toha, guru besar Ilmu Pemerintahan, menyatakan harapannya agar
Kementrian PAN RB menata kembali sisterm birokrasi di Indonesia. Miftah
mengatakan bahwa banyak hal yang harus dilakukan oleh Menneg PAN dalam
rangka reformasi birokrasi. Misalnya bagaimana memperbaiki kinerja pegawai negeri
dalam melaksanakan pelayanan publik, bagaimana merubah perilaku pejabat untuk
menghindarkan tindak pidana korupsi, dan menata jumlah pegawai negeri agar
disesuaikan dengan pekerjaan yang ada. Menurutnya hanya 40 persen pegawai
negeri yang benar-benar bekerja, sisanya hanya sekedar datang ke kantor tanpa
melakukan pekerjaan yang berarti. Sudah saatnya pemerintah memperbaikinya dan
memiliki program untuk meningkatkan profesionalitas dan produktivitas kinerja
pegawai negeri sipil. Dalam perekrutan dan penyelesaian CPNS, pemerintah harus
mempunyai standar baku yang mesti dinilai berdasarkan kompetensi, keahlian, serta
profesionalitas mereka sehinggamenghasilkan PNS yang benar-benar dapat
diandalkan.
2
PEMBAHASAN PERMASALAHAN
Apa yang terjadi dengan aparatur kita??
Sofyan Jalil dalam Liputan6.com mengatakan, basis PNS di Tanah Air yang
mencapai 4,6 juta orang sudah terlalu gemuk. Apalagi kinerja PNS selama ini dinilai
kurang produktif. "Dari segi jumlah PNS kita kebanyakan dan nggak produktif. Prinsip
umumnya, kita tidak terima PNS, tapi bagaimana harus memanfaatkan PNS yang
ada secara optimum,"
"Moratorium memang statement umum, nanti akan dilihat kebutuhannya. Kalau
ada kebutuhan secara spesifik akan dipertimbangkan,"
Lebih jauh dia mengatakan, anggaran belanja pegawai di daerah telah
menguras jatah anggaran pembangunan termasuk infrastruktur. Dengan demikian,
lanjutnya, pemerintah perlu menekan belanja pegawai rutin dan dialihkan ke belanja
lain yang lebih produktif. "Anggaran belanja pegawai di daerah sudah terlalu tinggi,
sehingga nggak ada lagi anggaran untuk pembangunan. Jadi kita perlu lihat utilisasi
anggaran bagaimana, dan menekan anggaran pegawai rutin supaya lebih banyak
uang untuk pembangunan," pungkas Sofyan.
Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa, Pemerintah menyatakan bakal
memanfaatkan 4,6 juta Pegawai Negeri Sipil (PNS) saat ini secara maksimal.
Pasalnya belanja pegawai menyedot anggaran negara sangat signifikan sehingga
moratorium (penghentian sementara) penerimaan Calon PNS menjadi salah satu
langkah tepat untuk efisiensi APBN.
Dari tribunnews.com Palembang menceritakan permasalahan yang lain lagi.
Harian online tersebut memberitakan tentang seorang guru PNS sebuah SMPN di
Palembang mengeluhkan ketidakmampuan beberapa tenaga tata usaha (TU) di
sekolahnya. Bahkan ada TU senior yang tak bisa menggunakan komputer, tapi hanya
bisa menggunakan mesin tik. Sehingga tak jarang guru atau pimpinan sekolah harus
mengetik sendiri atau menggunakan tenaga honorer.
Hal tersebut mendapat tanggapan dari ekretaris Daerah (Sekda)
Kota Palembang Ucok Hidayat. Meski saat ini kebijakan tersebut belum diatur secara
jelas dalam peraturan atau undang-undang, tetapi pemerintah sudah memulai
sosialisasi ini ke sejumlah PNS. Dengan diberlakukannya peraturan itu nantinya,
maka tidak ada lagi PNS tidak produktif yang akan dipertahankan.
3
"Akan ada uji kompetensi bagi PNS tersebut, jika nantinya menjelang akhir
tahun ia merasa dirinya tidak sanggup maka diizinkan untuk mengajukan pensiun
dini. Namun, jika di akhir tahun tersebut ternyata ia tetap bertahan dan kinerjanya
hanya di bawah 25 persen, maka akan dipecat dari statusnya sebagai PNS,"
Dari dua hal di atas dapat disimpulkan aparatur PNS pada negara kita belum
memberikan konstribusi optimal pada Negara. Rendahnya produktivitas dan
profesionalisme PNS menjadikan Negara kita lebih banyak membayar gaji PNS yang
tidak aktif.
Mengapa Terjadi Demikian??
Apabila dilihat dari pembahsan permasalahan sebelumnya, problematika
menyangkut profesionalisme dan produktivitas PNS berawal dari pengelolaan SDM
mulai dari rekruitmen, pola karir hingga akhir masa jabatan tidak terencana dan
terstruktur dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan jumlah PNS yang banyak, PNS
yang tidak berkompetensi, hingga Kualifikasi pendidikan yang belum mencukupi.
Dapat dikatakan pula bahwa, birokrasi kita masih ditandai rendahnya kinerja
sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur; sistem kelembagaan (organisasi)
dan tatalaksana (manajemen) pemerintahan yang belum memadai; rendahnya
efisiensi dan efektivitas kerja; rendahnya kualitas pelayanan umum; rendahnya
kesejahteraan PNS; dan banyaknya peraturan perundang-undangan yang sudah
tidak sesuai dengan perkembangan keadan dan tuntutan pembangunan mekanisme
kerja yang tidak efisien, jumlah pegawai yang gemuk, proses pelayanan yang
lamban, tidak modernatau ketinggalan zaman, sering menyalahgunakan wewenang
dan masih besarnya praktek KKN, tidak tanggap atas keragaman kebutuhan dan
kondisi daerah setempat.
Hal yang penting dalam reformasi birokrasi adalah perubahan mind-set dan
culture-set serta pengembangan budaya kerja. Reformasi Birokrasi diarahkan pada
upaya-upaya mencegah dan mempercepat pemberantasan korupsi, secara
berkelanjutan, dalam menciptakan tata pemerintahan yang baik, bersih, dan
berwibawa (good governance), pemerintah yang bersih (clean government ), dan
bebas KKN. Kondisi birokrasi memang harus segera diperbaiki.
4
Salah satu tujuan Reformasi Birokrasi juga adalah melepas stigma malas
tersebut. Tentu saja usaha untuk melepas stigma tersebut tidak berhenti di PR (Public
Relation) yang baik, tapi juga memperbaiki masalah-masalah kinerja yang ada lewat
langkah nyata. Garda terdepan Reformasi Birokrasi saat ini tentu saja Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan RB), tapi
setiap instansi pemerintah saat ini pun turut aktif membenahi kinerja pegawai-
pegawai yang mereka naungi.
Solusi peningkatan profesionalisme dan produktifitas PNS.
Untuk meningkatkan profesionalitas dan produktivitas PNS perlu melakukan
penataan kembali sistem birokrasi di Indonesia. Banyak hal yang harus dilakukan
oleh Pemerintah dalam rangka reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi pada suatu
organisasi pada hakekatnya adalah menata, mengubah, menyempurnakan dan
memperbaiki birokrasi agar lebih efisin efektif dan lebih produktif. Hal-hal yang harus
dilakukan tersebut diantaranya adalah memperbaiki kinerja PNS dalam
melaksanakan pelayanan publik, merubah perilaku pejabat untuk menghindarkan
tindak pidana korupsi, dan menata jumlah PNS agar disesuaikan dengan pekerjaan
yang ada. Sudah saatnya pemerintah memperbaiki dan memiliki program untuk
meningkatkan profesionalitas dan produktivitas kinerja PNS. Dalam perekrutan dan
penyelesaian CPNS, pemerintah harus mempunyai standar baku yang mesti dinilai
berdasarkan kompetensi, keahlian, serta profesionalitas mereka.
Pelaksanaan reformasi birokrasi memaksa kita memilih strategi yang tepat.
Mereformasi birokrasi juga berarti memutus lingkaran setan atau mata rantai KKN di
birokrasi. Dengan melihat pada permasalahan di atasmaka upaya-upaya yang harus
dilakukan untuk meningkatkan profesionalitas dan produktivitas PNS adalah :
1. Sistem Rekrutmen Pegawai yang Komprehensif
Rekrutmen sebagai suatu proses pengumpulan calon pemegang jabatan yang
sesuai dengan rencana sumber daya manusia untuk menduduki suatu jabatan
tertentu. Meskipun sistem rekrutmen telah diatur dalam peraturan pemerintah
sebagai upaya untuk menjaring SDM-PNS yang kompeten, namun dalam
implementasinya belum memenuhi kebutuhan yang dapat
menunjangkeberhasilan kinerja dan profesionalitas SDM-PNS. Kondisi SDM-PNS
demikian ini antara lain disebabkan oleh perencanaan kepegawaian saat ini belum
5
didasarkan pada kebutuhan nyata sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Rekrutmen pegawai yang dilaksanakan oleh pemerintah, belum mampu
mengungkap kompetensi SDM-PNS sesuai dengan kebutuhan. Proses prosedur
rekrutmen PNS selama ini menurut opini yang berkembang di masyarakat,
cenderung diwarnai oleh praktik-praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN)Kualitas SDM-PNS, antara lain ditentukan oleh rekrutmen yang merupakan
proses aktivitas mencari dan menemukan SDM-PNS yang memiliki motivasi,
kemampuan, keahlian dan pengetahuan yang diperlukan dalam melaksanakan
tugas jabatannya, meskipun telah ada terobosan dengan seleksi menggunakan
metode CAT. Secara organisatoris rekrutmen sebagai perencanaan sumberdaya
manusia harus terprogram secara komprehensif untuk dapat memprediksi
kebutuhan baik kuantitas maupun kualitas serta perencanaan yang profesional.
Secara teoritis, banyak metode dan teknik seleksi untuk mengevaluasi
pelamarsesuai jabatan yang lowong dalam organisasi. Rekrutmen PNS sebaiknya
menggunakan cara-cara profesional yaitu berdasarkan kualifikasi, kompetensi,
kemampuan akademis dan akhlak/moralyang baik, atau secara singkat harus
dilakukan fit and proper test (uji kelayakandan kemampuan) yang kemudian
dilanjutkan dengan psikotest oleh psikolog,untuk mengetahui apakah secara psikis
calon PNS tersebut telah siap. Rekrutmen ini berhubungan dengan kebutuhan
organisasi secara riil. Kebutuhan riil organisasi berhubungan dengan orientasi atau
tujuan yang tercermin dalam sasaran dan target organisasi yang jelas dan terukur
dalam suatu kurun waktu tertentu. Untuk menjamin adanya sasaran dan target
yang jelas, serta terukur dari instansi pemerintah maka organisasi instansi
pemerintah kedepan harus berubah, yaitu menuju struktur organisasi fungsional
yang dilakukan secara gradual, terjadwal dan dilaksanakan dengan dijiwai oleh
semangat perbaikan yang besar, untuk menjadikan instansi pemerintah seperti
yang di cita-citakan.
2. Melaksanakan Remunerasi
Peningkatan kesejahteraan melalui perbaikan struktur gaji(remunerasi).
Remunerasi adalah pemberian imbalan kerja yang dapat berupa gaji,
honorarium,tunjangan tetap, insentif, bonus atau prestasi, pesangon dan/atau
pensiun. Dengan remunerasi diharapkan adanya sistem penggajian pegawai yang
adil dan layak. Besaran gaji pokok didasarkan pada bobot jabatan. Penggajian
6
PNS juga berdasar pada pola keseimbangan komposisi antara gaji pokok dengan
tunjangandan keseimbangan skala gaji terendah dan tertinggi. Dengan
remunerasi pula, peningkatan kesejahteraan pegawai dikaitkan dengan kinerja
individu dan kinerja organisasi. Pemilihan langkah untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraan pegawai terlebihdahulu adalah untuk menangkal semakin besarnya
kerugian negara akibat KKN. Mengingat reformasi birokrasi adalah subyek yang
cukup kompleks, kelenturan dalam melaksanakan reformasi juga diperlukan.
Perhitungan besaran gaji pokok sekarang ini mengacu pada masa kerja
dangolongan PNS. PNS dengan masa kerja dan golongan yang sama akan
memilikigaji pokok yang sama walaupun bobot pekerjaannya berbeda, kondisi ini
tidak mendorong PNS untuk lebih berprestasi sesuai dengan kompetensinya.
Disamping itu, gaji dan tunjangan yang dterima saat ini belum dapat memenuhi
kebutuhan hidup, sistem penggajian tersebut mengakibatkan kurangnya insentif
untuk meningkatkan karier dan prestasi, serta mendorong terjadinya penyalah
gunaan wewenang untuk meningkatkan taraf hidupnya. Namun masalah gaji ini
menjadi dilema, disatu pihak apabila gaji akan dinaikan sesuai kebutuhan riel
masyarakat untuk dapat berkehidupan yang layak,maka akan sangat membebani
anggaran negara. Tetapi apabila tidak dilakukan maka yang terjadi adalah motivasi
untuk berprestasi dari PNS sangat berkurangatau bahkan sudah lama menguap.
3. Menciptakan Rancangan Kerja yang Menyenangkan
Unsur yang paling menentukan tingkat kinerja adalah manusia. Manusia akan
bekerja dengan baik kalau ia cukup termotivasi untuk melakukannya. Bagi PNS
keseluruhan, yang dibutuhkan bukanlah manusia yang termotivasi secara
individu,melainkan manusia yang termotivasi secara kelompok. Pada gilirannya
manusia berkelompok yang termotivasi akan dapat menggerakkan organisasi
secara keseluruhan. Sebenarnyalah, hal-hal positif yang ingin diperoleh PNS
dalam bekerja tidaklah semata-mata bersifat finansial tetapi juga hal-hal yang
sifatnya psikologis. Dalam kelesuan ekonomi seperti sekarang ini, pemerintahan
sebaiknya mulai lebih memperhatikan masalah psikologis PNS sebagai upaya
meningkatkan kinerjadibandingkan biaya untuk financial income. Pemenuhan
psychological income initidaklah memerlukan biaya yang terlalu besar.Salah satu
cara memberikan psychological income ialah dengan cara membuat rancangan
kerja yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, seperti, membuat pekerjaan lebih
7
berarti, lebih menarik dan lebih memberikan tantangan (caranya dengan
merancang pekerjaan yang melibatkan banyak variasi dalam halisinya yang
menuntut keahlian lebih tinggi; memberikan otonomi dan tanggung jawab lebih
besar pegawai untuk membuat perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pekerjaan sendiri). Memberikan tambahan tugas pada pegawai agarpekerjaan
lebih bervariasi tanpa menuntut kemampuan yang lebih tinggi. Memasukkan
tujuan kerja, feed back, insentif ke dalam pekerjaan (apabila pegawai merasa
pekerjaannya bervariasi, mempunyai otonomi luas, ada identitas tugas, ada feed
back hasil kerja, dan ada kesempatan untuk berhubungan dengan orang lain dan
membentuk suatu persahabatan, pegawai akan bekerja dengan motivasi yang
tinggi). Upaya meningkatkan kinerja PNS pada akhirnya ditentukan oleh
polahubungan dalam instansi di mana ia bekerja. Pola hubungan antara
atasandengan bawahan dalam banyak instansi kedinasan pemerintahan di negara
kitaini, masih bersifat paternalistik. Untuk meningkatkan kinerja, pola demikian
itumesti diubah dengan merangsang partisipasi aktif setiap PNS dalam bekerja.
4. Menetapan Indikator Kerja, Sistem Penilaian Kinerja PNS dan Memberikan
Reward
Dalam usaha meningkatkan kinerja aparatur, pemerintah harus menetapkan
program manajemen kepegawaian berbasis kinerja dan menetapan Indikator
Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah. Yang dimaksud dengan kinerja
instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran
ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan rencana
strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan
kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan
kebijakanyang ditetapkan. Penetapan indikator kinerja utama di lingkungan
instansi pemerintah harus memenuhi karakteristik spesifik, dapat dicapai, relevan,
menggambarkan keberhasilan sesuatu yang diukur dan dapat dikuantifikasi dan
diukur. Kinerja pegawai dijabarkan langsung dari misi organisai. Penilaian kinerjadi
lakukan secara transparan dan obyektif. Penilaian kinerja menjadi bahan diagnosis
dalam upaya peningkatan kinerja organisasi. Selanjutnya kinerja pegawai juga
menjadi istrumen utama dalam pemberian reward and punishment termasuk untuk
promosi dan rotasi pegawai.
8
Penilaian Kinerja Pegawai melalui Penilaian Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) dan
Penilaian Perilaku Pegawai masih merupakan hal yang patut mendapatkan
perhatian, mengingat fungsinya sebenarnya sangat penting untuk menilai
akuntabilitas personal (pribadi) sebagai pengganti DP3.
5. Melakukan Pendidikan dan Pelatihan
Hal lain yang dapat diupayakan pemerintah dalam memperbaiki kinerja
aparaturnya adalah dengan memberikan kesempatan kepada PNS untuk
mendapatkan pendidikan dan pelatihan, agar menghasilkan pegawai yang
profesional. Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya untuk pengembangaan
SDM, terutama untuk pengembangan kemampuan intelektual dan kepribadian.
Pendidikan pada umumnya berkaitan dengan mempersiapkan calon tenaga yang
digunakan oleh suatu organisasi, sedangkan pelatihan lebih berkaitan dengan
peningkatan kemampuan atau keterampilan pekerja yang sudah menduduki suatu
jabatan atau tugas tertentu (Buchari Zainudin).
Pendidikan dan Pelatihan dapat berupa diklat prajabatan dan diklat dalam jabatan
antara lain diklat kepemimpinan, diklat fungsional dan diklat teknis.
6. Meningkatkan Disiplin PNS, Memberikan Punishment
Disiplin bekerja mudah untuk diucapkan tetapi kenyataannya sulit untuk dilakukan.
Meskipun Gerakan Disiplin Nasional selalu digembar-gemborkan serta
disosialisaikan terus menerus dalam berbagai kesempatan, khususnya bagi PNS
yang nota-bene merupakan kepanjangan tangan pemerintah dalam memberikan
layanan terbaiknya bagi masyarakat, akan tetapi realitas di lapangan sungguh
merupakan tantangan berat. Segalanya tidak semudah membalik telapak tangan.
Ironisnya lagi, ketidak-disiplinan dalam bekerja ini hampir dilakukan oleh semua
tingkatan PNS. Dari mulai pegawai rendahan sampai para pejabat eselon ditingkat
kabupaten/kota. Di beberapa dinas pemerintah pada tingkatkabupaten/kota,
berbagai pelanggaran disiplin seringkali terlihat. Dari mulai hal-hal yang kecil
sampai hal-hal yang besar dan prinsipil. Bahkan pelanggaran tatakrama dan
sopan santun pun seakan-akan menjadi hal yang lumrah. Arogansi dan
keangkuhan, merasa dirinya orang terhormat, seakan-akan sudah merasuki
sanubari dan merusak tatanan moral yang berlaku. Sebagai abdi masyarakat dan
juga abdi negara sepertinya sudah terlupakan. Pada waktu jam kerja, sering kali
9
para PNS selepas istirahat siang entah pada kemana. Meja-meja kerja pada
melompong kosong tak berpenghuni. Satu dua orang PNS yang ada di ruangan
bukannya bekerja, tetapi masing-masing sibuk dengan kesenangan masing-
masing. Ada yang malas-malasan sambil tidur-tiduran di kursi, ada yang ngerumpi,
bahkan ada juga yang makan cemilan ramai-ramai.
7. Pola Pembinaan Karir PNS
Untuk menjamin penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan secara
berdayaguna dan berhasilguna, diperlukan sistem pembinaan PNS yang mampu
memberikan keseimbangan terjaminnya hak dan kewajiban PNS, dengan misi tiap
satuan organisasi pemerintah untuk memotivasi kinerja PNS perlu disusun pola
karier yang memungkinkan potensi PNS dikembangkan seoptimalmungkin dalam
rangka misi organisasi pemerintah yang akhirnya pencapaiantujuan nasional
dapat dilaksanakan secara lebih efektif. Ada tiga hal penting yang dapat menjadi
pertimbangan dalam pengangkatancalon pejabat struktural, yaitu; kemampuan,
kemauan, dan etika moral. (1).Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan yang dimilikioleh seorang individu untuk melakukan kegiatan
atau tugas-tugas tertentu sesuaidengan program untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan bersama. (2).Kemauan berhubungan dengan keyakinan,
komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas atau program yang telah
ditentukan. (3). Etika moral adalahberhubungan dengan nilai-nilai luhur yang
berkaitan dengan kejujuran, ketaatan, kedisiplinan, tanggung jawab, dan
menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku.
Pada PP Nomor 100 Tahun 2000 Tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
dalam Jabatan Struktural yang telah diubah pada PP Nomor 13 Tahun 2002
disebutkan bahwa untuk menjamin kualitas dan obyektifitas dalam pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan
struktural Eselon II ke bawah di setiap instansi dibentuk Badan Pertimbangan
Jabatan dan Kepangkatan (Baperjakat). Tugas pokok Baperjakat adalah
memberikan pertimbangan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam
pengangkatan, pemindahan dan pemberhentiandalam dan dari jabatan struktural
Eselon II ke bawah. Namun dalam kenyataannya, Baperjakat sering tidak
mempertimbangkan profesionalisme dankompetensi dalam pengangkatan PNS
yang lebih sering mempertimbangkan hubungan kekerabatan, sehingga bagi
10
kebanyakan PNS mengartikan Baperjakat sebagai badan Pertimbangan Jauh dan
Dekat. Persepsi itutentu tidak sehat, kendatipun realitas sosial menyatakan begitu
karena masih banyak pengangkatan pejabat yang tidak sesuai dengan kualifikasi
pendidikanmaupun keahliannya. Hakekat pola karier PNS adalah lintasan
perkembangan dan kemajuan pegawai dengan pola gerakan posisi pegawai baik
secara horizontal maupun vertikal yang selalu mengarah pada tingkat atau jenjang
posisi yang lebih tinggi. PNS diangkat dalam jabatan dan pangkat pada Jabatan
Struktural atau Jabatan Fungsional.Kualifikasi pendidikan adalah salah satu syarat
yang diperlukan bagi calonpejabat struktural, karena latar belakang pendidikan
sangat menunjang dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, disamping itu, karena
tingkat pendidikan dapat meningkatkan kemampuan dan wawasan seseorang
sehingga dapat mempermudah pejabat yang besangkutan dalam melaksanakan
tugasnya.
11
KESIMPULAN
Masalah terbesar dalam pembenahan reformasi birokrasi adalah rendahnya
profesionalisme dan produktivitas aparatur. problematika menyangkut
profesionalisme dan produktivitas PNS berawal dari pengelolaan SDM mulai dari
rekruitmen, pola karir hingga akhir masa jabatan tidak terencana dan terstruktur
dengan baik. Hal tersebut mengakibatkan jumlah PNS yang banyak, PNS yang tidak
berkompetensi, hingga Kualifikasi pendidikan yang belum mencukupi.
Agar profesionalitas dan produktivitas PNS dapat meningkat sebagaimana
yangdiharapkan, maka reformasi di bidang birokrasi harus terwujud, maka hal-hal
yangperlu segera dilakukan oleh Pemerintah adalah:
a. Melaksanakan pola rekruitmen pegawai yang komprehensif yang benar-benar
sesuai dengan keahlian dan kebutuhan serta tidak berorientasi kepada KKN.
b. Perlu adanya sistem penggajian dan insentif PNS yang lebih mampu mendorong
pengembangan prestasi dan karier, peningkatan kesejahteraan
sertamengeliminasi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang.
c. Merencanakan rancangan kerja yang menyenangkan.
d. Menetapkan indikator kinerja, Sistem Penilaian Kinerja PNS dan Memberikan
Reward
e. Melakukan pendidikan dan pelatihan
f. Memberlakukan disiplin PNS dan memberikan punishment
g. Agar pola karier dapat menjadi daya tarik bagi pegawai, maka sistem yang
dibangun hendaknya berbasis merit dan bersifat terbuka. Atau dilakukan seleksi
melalui “fit and proper test” kepada semua PNS yang akan menduduki jabatan,
baik jabatan struktural maupun jabatan fungsional.
Untuk membina kedisiplinan PNS memang tidak hanya cukup dengan
perubahan sistem saja. Tetapi juga perlu pembinaan moral PNS itu sendiri. Akan
tetapi pembinaan moral saja, juga tidak cukup tanpa disertai sistem yang kuat. Selain
itu, Pemerintah selalu mengingatkan dan mengajak para pegawainya supaya
membekali diri dengan berbagai kecakapan (kompetensi) antara conceptual
skill(kemampuan konseptual), social skill (kemampuan bersosial) dan technical
skill(kemampuan teknis) terkait dengan tugas dan fungsi masing-masing
departemen/lembaga pemerintah.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Pujiyono (22/02/2006), “Rekrutmen PNS dan Kondisi
Birokrasi.”Bambang Heru (31/01/2009), “Remunerasi dan Reformasi
Birokrasi”.
Buchari Zainun (2001), “Manajemen Sumber Daya Manusia”. PT. Gunung
Agung, Jakarta
Miftah Toha dan Dedi Supriady Brata kusumah, “Peningkatan Profesionalitas
dan Produktivitas Pegawai Negeri Sipil”
Setia Budi, Drs, MA, “Pengawasan Belum Menyentuh Manajemen Kinerja”,
Warta Pengawasan Vol XIII/No.3/Juli 2006
Yuli Indriani, Dra (29/11/2008) “Kinerja PNS Masih Dipertanyakan”
http://nofeiman.com/2008/08/pns-sumber-masalah-negeri-ini “PNS Benarkah
Sumber Masalah Negeri Kita Ini?”,
http://www.e-pns.com/2009/01/perpindahan-jabatan--truktural/, “Perpindahan
Pejabat Struktural”
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?, “Disiplin PNS Memprihatinkan”
http://www.djpbn-jateng.go.id/artikel/, “Reformasi Birokrasi Bukan
Renumerasi” oleh: Teguh Imam Santoso.
http://alfanaini.blogspot.com/2012/01/kenapa-pns-tidak-produktif.html,
“Kenapa PNS Tidak Produktif?”
http://www.tribunnews.com/regional/2014/11/19/tahun-2015-pns-tak-
produktif-bisa-diberhentikan, “Tahun 2015 PNS Tidak Produktif akan
diberhentikan.
”http://bisnis.liputan6.com/read/2128801/sofyan-djalil-kinerja-pns-kurang-
produktif, Sofyan Djalil: Kinerja PNS Kurang Produktif”