scanned by camscanner - kementerian luar … itjen 2016.pdfkementerian luar negeri dari pemeriksaan...

41
Scanned by CamScanner

Upload: dinhtruc

Post on 29-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner

1 | P a g e

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Laporan Kinerja (LKj) merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas

dan fungsi instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. LKj Inspektorat Jenderal

Tahun 2016 disusun sebagai pertanggungjawaban akuntabilitas tugas dan fungsi

berdasarkan pengukuran kinerja selama tahun anggaran berjalan beserta evaluasi

dan analisis pencapaian sasaran, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Luar

Negeri (Permenlu) Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Luar Negeri.

Selain untuk memenuhi prinsip akuntabilitas, LKj disusun sebagai implementasi

amanat Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014

tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Luar Negeri

(Permenlu) Nomor 7 Tahun 2016 tentang Pedoman Implementasi Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan

Republik Indonesia.

2 | P a g e

B. TUGAS DAN FUNGSI

Berdasarkan Permenlu Nomor 07 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Kementerian Luar Negeri, Inspektorat Jenderal Kemlu mempunyai tugas

melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Kemlu.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Permenlu tersebut,

Inspektorat Jenderal menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan perumusan kebijakan pengawasan intern di lingkungan Kementerian

Luar Negeri;

2. Pelaksanaan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri

terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pamantauan, dan

kegiatan pengawasan lainnya;

3. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Luar

Negeri;

4. Penyusunan laporan hasil pengawasan di lingkungan Kementerian Luar Negeri;

dan

5. Pelaksanaan urusan administrasi Inspektorat Jenderal.

C. STRUKTUR ORGANISASI

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Inspektorat Jenderal didukung oleh 5

(lima) unit kerja eselon II, yaitu Sekretariat Inspektorat Jenderal dan Inspektorat

Wilayah I-IV. Setiap Inspektorat Wilayah membawahi Kelompok Jabatan Fungsional

Auditor (JFA), yang terdiri dari Auditor Ahli dan Auditor Terampil. Masing-masing

Auditor mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

3 | P a g e

Struktur Organisasi Inspektorat Jenderal dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Sekretariat Inspektorat Jenderal

Sekretariat Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan sebagian

tugas Inspektorat Jenderal di bidang perencanaan dan program kerja, peraturan

perundang-undangan dan kertas kerja, kepegawaian, rumah tangga dan

perlengkapan, tata persuratan dan dokumentasi, keuangan serta laporan dan analisis

hasil pengawasan beserta tindak lanjutnya.

Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat Inspektorat Jenderal

menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan koordinasi dan penyusunan rencana dan program kerja

pengawasan;

b. Pelaksanaan koordinasi evaluasi atas pelaksanaan rencana dan program kerja

pengawasan;

c. Pelaksanaan koordinasi penyusunan naskah rancangan dan penghimpunan

peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan;

d. Pelaksanaan koordinasi penyusunan norma kebijakan pengawasan;

4 | P a g e

e. Pelaksanaan koordinasi penyelesaian laporan hasil audit dan pemantauan

penyelesaian tindak lanjut hasil audit serta pengawasan masyarakat;

f. Penyampaian laporan hasil pengawasan dan penyelesaian tindak lanjutnya

kepada instansi terkait;

g. Penyajian analisis laporan hasil pengawasan; dan

h. Pelaksanaan administrasi kepegawaian, rumah tangga dan perlengkapan, tata

persuratan dan dokumentasi, serta pengelolaan keuangan.

Struktur Organisasi Sekretariat Inspektorat Jenderal

a. Bagian Data, Program, dan

Perundang-undangan, terdiri

dari Subbagian Penyusunan

Rencana dan Evaluasi Program,

Subbagian Peraturan Perundang-

undangan dan Subbagian Data

dan Kertas Kerja;

b. Bagian Umum, terdiri dari

Subbagian Kepegawaian,

Subbagian Rumah Tangga dan

Perlengkapan, dan Subbagian

Tata Persuratan dan Dokumentasi;

c. Bagian Keuangan, terdiri dari Subbagian Anggaran dan Subbagian

Perbendaharaan;

d. Bagian Laporan dan Analisis I, terdiri dari Subbagian A, Subbagian B,Subaggian

C dan Subbagian D;

e. Bagian Laporan dan Analisis II, terdiri dari Subbagian A, Subbagian B,Subaggian

C dan Subbagian D.

115

10

14

3

12

Komposisi Pegawai Sekretariat Inspektorat

Jenderal

Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV

Staf JFD BPKRT

5 | P a g e

1

7

1

2

1

Komposisi Pegawai Inspektorat Wilayah

Struktural Auditor JFD BPKRT JFU

2. Inspektorat Wilayah I

Melaksanakan sebagian tugas Inspektorat Jenderal di bidang pengawasan intern

pada Wilayah I, yang meliputi Perwakilan RI di wilayah Asia Timur, Asia Selatan dan

Tengah serta satuan kerja Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika, Direktorat

Jenderal Kerja Sama ASEAN dan Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan.

Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Wilayah I menyelenggarakan

fungsi:

a. Penyiapan perumusan norma

kebijakan pengawasan di Wilayah I;

b. Pelaksanaan pengawasan intern di

Wilayah I terhadap kinerja dan

keuangan melalui audit, reviu,

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

pengawasan lainnya;

c. Pelaksanaan pengawasan untuk

tujuan tertentu atas penugasan Menteri Luar Negeri;

d. Penyusunan laporan hasil pengawasan intern pada Wilayah I; dan

e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Wilayah I.

3. Inspektorat Wilayah II

Melaksanakan sebagian tugas Inspektorat Jenderal di bidang pengawasan intern

pada Wilayah II, yang meliputi Perwakilan RI di wilayah Eropa Barat, eropa Tengah

dan Timur serta satuan kerja Direktorat Jenderal Amerika dan Eropa, Direktorat

Jenderal Multilateral, dan Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional.

6 | P a g e

1

8

2

11

Komposisi Pegawai Inspektorat Wilayah II

Struktural Auditor JFD BPKRT JFU

Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Wilayah II menyelenggarakan

fungsi:

a. Penyiapan perumusan norma kebijakan

pengawasan di Wilayah II;

b. Pelaksanaan pengawasan intern di

Wilayah II terhadap kinerja dan

keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan

lainnya;

c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan

tertentu atas penugasan Menteri Luar

Negeri;

d. Penyusunan laporan hasil pengawasan intern pada Wilayah II; dan

e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Wilayah II.

4. Inspektorat Wilayah III

Melaksanakan sebagian tugas Inspektorat Jenderal di bidang pengawasan intern

pada Wilayah III, yang meliputi Perwakilan RI di wilayah Afrika, Timur Tengah, dan

satuan kerja Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal.

Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Wilayah III menyelenggarakan

fungsi:

a. Penyiapan perumusan norma kebijakan pengawasan di

Wilayah III;

b. Pelaksanaan pengawasan intern di Wilayah III terhadap

kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya;

1

7

0

2

1

Komposisi Pegawai Inspektorat Wilayah III

Struktural Auditor JFD BPKRT JFU

7 | P a g e

c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Luar

Negeri;

d. Penyusunan laporan hasil pengawasan intern pada Wilayah III; dan

e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Wilayah III.

5. Inspektorat Wilayah IV

Melaksanakan sebagian tugas Inspektorat Jenderal di bidang pengawasan intern

pada Wilayah IV, yang meliputi Perwakilan RI di wilayah Pasifik, Amerika Utara dan

Tengah, Amerika Selatan dan Karibia, serta satuan kerja Direktorat Jenderal

Informasi dan Diplomasi Publik, Direktorat Jenderal Protokol dan Konsuler, Pusat

Pendidikan dan Pelatihan, Pusat Komunikasi.

Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat

Wilayah IV menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan perumusan norma

kebijakan pengawasan di Wilayah IV;

b. Pelaksanaan pengawasan intern di

Wilayah IV terhadap kinerja dan

keuangan melalui audit, reviu,

evaluasi, pemantauan, dan kegiatan

pengawasan lainnya;

c. Pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Menteri Luar

Negeri;

d. Penyusunan laporan hasil pengawasan intern pada Wilayah IV; dan

e. Pelaksanaan administrasi Inspektorat Wilayah IV.

0

7

2

01

Komposisi Pegawai Inspektorat Wilayah IV

Struktural Auditor JFD

BPKRT JFU

8 | P a g e

D. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI

Dalam rangka memperkuat pengawasan dan pengendalian atas

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di Kemlu dan Perwakilan Republik

Indonesia, Permenlu Nomor 12 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang merupakan implementasi dari

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern Pemerintah, lahir sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja dan pengelolaan

keuangan negara yang ekonomis, efektif, efisien, transparan dan akuntabel.

Penyelenggaraan SPIP tersebut pada dasarnya bertujuan untuk memberikan

keyakinan yang memadai bahwa tujuan organisasi dapat dicapai melalui

penyelenggaraan kegiatan yang ekonomis, efektif dan efisien; keandalan pelaporan

keuangan; pengamanan aset negara dan ketaatan terhadap peraturan perundang-

undangan. Pelaksanaan SPIP di Kementerian Luar Negeri telah mendapat penilaian

oleh BPKP dimana maturitas SPIP Kementerian Luar Negeri saat ini masih berada di

bawah angka 3.

Pelaksanaan tugas pengawasan mendapat dukungan dari Presiden RI dalam

berbagai kesempatan. Dukungan yang diberikan antara lain yaitu peningkatan

kapabilitas APIP. Pada saat pertemuan dengan APIP seluruh Indonesia tahun 2015,

Presiden RI mengamanatkan agar 85% dari seluruh APIP nasional berada pada level

3. Pencapaian level tersebut akan diukur dengan menggunakan metode pengukuran

Internal Audit Capability Model (IACM) dan diharapkan seluruh APIP nasional sudah

mencapai level 3 pada akhir tahun 2019.

Terkait hal tersebut, upaya peningkatan kapabilitas APIP Inspektorat Jenderal

Kementerian Luar Negeri telah dilakukan sejak tahun 2010 dan telah menghasilkan

perubahan yang mendasar dalam pelaksanaan pengawasan di lingkungan

Kementerian Luar Negeri dari pemeriksaan konvensional menuju pemeriksaan

dengan mengedepankan pengendalian intern, pemantauan potensi masalah,

pencegahan masalah, dan supervisi/asistensi. Inspektorat Jenderal bertindak sebagai

9 | P a g e

auditor dan konsultan. Kapabilitas APIP Kemlu tersebut apabila diukur dengan

Internal Audit Capability Model (IACM) telah berada pada level 2 dari level 1-5 level

IACM.

Sejalan dengan perubahan paradigma pengawasan, Inspektorat Jenderal

melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan peran aparat pengawas intern,

yaitu sebagai Pendeteksi Dini, Konsultan dan memberikan kualitas keyakinan yang

memadai (quality assurance)atas penyelenggaraan kegiatan satker. Dengan demikian,

diharapkan hasil pengawasan Inspektorat Jenderal dapat memberi kontribusi dalam

pengambilan kebijakan Pimpinan Kemlu untuk lebih meningkatkan kinerja Kemlu

secara keseluruhan.

10 | P a g e

BAB II PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS 2015-2019 Inspektorat Jenderal telah menyusun dokumen perencanaan Rencana Strategis 2015-

2019 dan Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Manual IKU, yang dilengkapi dengan

penjelasan dan sumber data yang dapat dipertanggungjawabkan.

Visi & Misi Kemlu

Visi & Misi Itjen

Visi : Memajukan kepentingan nasional melalui diplomasi total.

Misi : Meningkatkan

pengawasan intern untuk mendorong terciptanya aparatur Kementerian Luar Negeri yang bersih dan tertib.

Visi: Terwujudnya Pengawasan dan Pengendalian Intern yang dilakukan secara independen, objektif, profesional, ber-integritas dan akuntabel guna mendukung keberhasilan diplomasi untuk kepentingan rakyat

Misi: • Meningkatkan fungsi

konsultasi, deteksi dini pada pengawasan dan pengendalian intern

• Memperkuat implementasi penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di Kemlu

• Meningkatkan kualitas Audit Kinerja dalam pengawasan dan pengendalian intern

• Meningkatkan kualitas pengawasan terhadap sistem akuntabilitas kinerja dan pelaporan pertanggung-jawaban pengelolaan sumber daya publik

• Memperkuat infrastruktur manajemen pengawasan dan pengendalian intern

• Meningkatkan tata kelola yang akuntabel guna mendu-kung kemajuan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri

Sasaran Strategis & IKU Itjen

Sasaran Strategis: • Meningkatnya akuntabilitas

kinerja Satker yang terencana, terukur, ekonomis, efektif dan efisien

• Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan

• Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi akuntabillitas kinerja Satker

• Meningkatnya dukungan manajemen yang baik dalam mendukung keberhasilan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri

Indikator Kinerja Utama: • Persentase Satuan Kerja Kemlu

Pusat dan Perwakilan yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja

• Persentase Laporan Keuangan (LK) Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

• Nilai Indeks Akuntabilitas Kinerja dan Penganggaran Sautan Kerja Kemlu Pusat dan perwakilan yang memenuhi unsur Sistem Pengendalian Intern

• Persentase Peningkatan Dukungan Manajemen yang Baik dalam Mendukung Keberhasilan Pengawasan intern Kemlu

11 | P a g e

B. PERJANJIAN KINERJA UNIT ORGANISASI : INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN ANGGARAN : 2016 Alokasi anggaran Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Luar Negeri sebesar Rp. 32.441.758.000,00.

SASARAN STRATEGIS

▪ Meningkatnya

akuntabilitas kinerja Satker yang terencana, terukur, ekonomis, efektif dan efisien

▪ Meningkatnya akuntabilitas pengelolaan anggaran dan aset negara serta pencegahan dini terjadinya risiko permasalahan

▪ Meningkatnya efektifitas kegiatan pengendalian untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi akuntabillitas kinerja Satker

▪ Meningkatnya dukungan manajemen yang baik dalam mendukung keberhasilan pengawasan intern di lingkungan Kementerian Luar Negeri

ANGGARAN

Rp. 5.432.000.000 Rp. 1.400.000.000 Rp. 1.180.000.000 Rp. 24.429.758.000

INDIKATOR KINERJA SASARAN

▪ Persentase Satuan

Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja

▪ Persentase Laporan

Keuangan (LK) Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)

▪ Nilai Indeks

Akuntabilitas Kinerja dan Penganggaran Sautan Kerja Kemlu Pusat dan perwakilan yang memenuhi unsur Sistem Pengendalian Intern

▪ Persentase

Peningkatan Dukungan Manajemen yang Baik dalam Mendukung Keberhasilan Pengawasan intern Kemlu

TARGET

▪ 90%

▪ 100%

▪ INDEKS 6 (BAIK)

▪ 90%

12 | P a g e

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA TAHUN 2016

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada tahun 2016, Inspektorat Jenderal telah berhasil merealisasikan capaian

kinerja atas 4 (empat) Sasaran Strategis, sebagaimana ditetapkan dalam Rencana

Strategis (Renstra) tahun 2015 - 2019. Sasaran tersebut diukur melalui 4 (empat)

Indikator Kinerja Utama (IKU), yang merupakan ukuran keberhasilan dari suatu Tujuan

dan Sasaran Strategis organisasi. IKU menjadi tolok ukur informasi kinerja yang penting

dan diperlukan dalam peningkatan akuntabilitas kinerja.

Berdasarkan dokumen PK Tahun 2016, beberapa sasaran Inspektorat Jenderal

telah mengalami perubahan target. Perubahan tersebut disesuaikan dengan kondisi

akuntabilitas Satuan Kerja yang cenderung makin membaik, sehingga Inspektorat

Jenderal perlu menyesuaikan target capaian IKU pada dokumen Perjanjian Kinerja.

Perubahan target diharapkan mampu semakin mendorong kinerja Inspektorat Jenderal

di masa mendatang.

Berdasarkan Realisasi Rencana Aksi (Renaksi) TA 2016, tingkat capaian kinerja

Inspektorat Jenderal adalah 100,78 %. Capaian kinerja Inspektorat Jenderal pada tahun

2016 diperoleh dari hasil pengukuran kinerja, yang dilakukan dengan membandingkan

antara realisasi kinerja dengan target kinerja yang telah ditetapkan.

Pencapaian Sasaran Strategis Inspektorat Jenderal yang diukur melalui IKU,

disajikan sebagai berikut:

13 | P a g e

Sasaran Strategis 1: ‘Meningkatnya Akuntabilitas Kinerja Satker yang

Terencana, Terukur, Ekonomis, Efektif dan Efisien’ diukur melalui IKU 1.

Dalam mencapai sasaran ini, Inspektorat Jenderal telah melakukan penilaian terhadap

kinerja Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Luar Negeri untuk mengetahui apakah

Satuan Kerja tersebut telah memenuhi unsur 3E, yaitu Ekonomis, Efektif dan Efisien.

Penilaian terhadap kinerja Satuan Kerja didasarkan pada Kertas Kerja Penilaian, yang

menilai kinerja Satuan Kerja dari 4 (empat) aspek, yaitu Aspek Perencanaan dengan

bobot nilai 20%; Aspek Kepegawaian dengan bobot nilai 15%; Aspek Keuangan dengan

bobot nilai 25%; Aspek Barang Milik Negara dengan bobot nilai 25% dan Pelaporan

dengan bobot nilai 15%.

Sesuai Program Kerja Pengawasan Tahunan 2016, Inspektorat Jenderal telah

melaksanakan Audit Kinerja pada 7 (tujuh) Satuan Kerja di Pusat dan 20 (dua puluh)

Perwakilan RI untuk mengetahui Satuan Kerja yang berhasil memenuhi unsur 3E, yaitu:

a. Pada Satuan Kerja di Pusat, telah dilaksanakan Audit Kinerja pada Ditjen Aspasaf;

Ditjen Amerop; Ditjen Multilateral; Biro Perencanaan dan Organisasi; Biro

Keuangan; Ditjen IDP dan Pusdiklat.

b. Pada Satuan Kerja di Perwakilan RI telah dilaksanakan Audit Kinerja pada KBRI

Baku; KBRI Tashkent; KBRI Seoul; KJRI Hong Kong; KBRI Dili; KBRI Kuala Lumpur;

KBRI Roma; KBRI Vatikan; KBRI Bratislava; KBRI Athena; KBRI Kyiv; KBRI Madrid;

KBRI Muscat; KBRI Manama; KBRI Nairobi; KBRI Maputo; KBRI Suva; KJRI Noumea;

KJRI Sydney; KJRI Toronto; KJRI San Fransisco; dan KJRI Los Angeles.

14 | P a g e

Capaian IKU-1 Sasaran 1

Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh dari Kertas Kerja Penilaian, sebanyak 26

Satuan Kerja di Kementerian Luar Negeri telah berhasil memenuhi unsur 3E. Capaian

tersebut, seperti tergambar dalam tabel capaian di bawah ini:

Sementara target jangka menengah IKU 1 Sasaran 1 yang ditetapkan dalam Renstra

Inspektorat Jenderal, adalah sebagai berikut :

Tabel Target IKU 1 Tahun 2015-2019

No IKU Target 2015

Target 2016

Target 2017

Target 2018

Target 2019

1 Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja

80% 85% 85% 90%

90%

Analisis Capaian IKU-1 Sasaran 1:

Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat

dan Perwakilan yang memenuhi

kriteria Standar Penilaian Audit

Kinerja

Berdasarkan dokumen PK

Tahun 2016, target IKU-1 tersebut

mengalami perubahan menjadi 90%.

Perubahan tersebut disesuaikan

dengan kondisi akuntabilitas Satuan

IKU-1 Informasi Kinerja Jumlah

Persentase Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang Memenuhi Krieteria Standar Penilaian Audit Kinerja

Jumlah Satker yang memenuhi kriteria Standar Penilaian Audit Kinerja

26 Satker

Jumlah Satker yang diaudit 27 Satker

Total Realisasi 27

Target 26

Capaian 111,11%

Target Realisasi Capaian

2015 80% 80% 100%

2016 90% 100% 111,11%

80% 80%

100%90%

100%111,11%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Grafik Perbandingan Capaian IKU 1 Tahun 2015 - 2016

2015 2016

15 | P a g e

Kerja yang cenderung makin membaik, sehingga Inspektorat Jenderal perlu

menyesuaikan target capaian IKU pada dokumen Perjanjian Kinerja. Perubahan target

diharapkan mampu semakin mendorong kinerja Inspektorat Jenderal di masa

mendatang.

Selama tahun 2016, terdapat 26 Satuan Kerja yang berhasil memenuhi kriteria 3E dari total

27 Satuan Kerja yang diaudit. Realisasi capaian sebesar 100% dengan capaian kinerja

untuk IKU bersangkutan sebesar 111,11% atau mengalami peningkatan 11,11%

dibandingkan tahun sebelumnya (2015). Tingginya realisasi kinerja IKU ini disebabkan

adanya penambahan Objek Pemeriksaan (OP) sebagai bagian upaya early warning system

terhadap urgensi pengawasan maupun resiko permasalahan yang sedang dihadapi oleh

Satker Perwakilan, sehingga menambah jumlah Satuan Kerja yang dinilai.

Kendala dan Solusi

Meskipun capaian IKU 1 melebih target yang ditetapkan, namun dalam pencapaiannya

Inspektorat Jenderal masih mengalami kendala, yaitu:

a. Adanya perubahan Objek Pemeriksaan (OP)

yang tidak dapat diprediksi sebelumnya

karena pertimbangan pimpinan mengenai

urgensi pengawasan pada objek pemeriksaan

tertentu, baik di dalam negeri maupun luar

negeri (Perwakilan). Perubahan OP juga

dilakukan berdasarkan sensitivitas

permasalahan yang sedang dihadapi oleh OP

Perwakilan sebagai bagian dari upaya early warning system. Untuk mengatasi kendala

tersebut, Inspektorat Jenderal telah melakukan Audit Kinerja sesuai arahan pimpinan

sekaligus penyusunan kembali kegiatan pre-auditing dan optimalisasi pemetaan

permasalahan yang ada di Perwakilan RI untuk mengantisipasi perubahan obyek

pemeriksaan.

16 | P a g e

b. Jumlah SDM yang terbatas dengan volume pekerjaan yang tinggi, mengakibatkan

terjadinya tumpang tindih pelaksanaan tugas. Dalam mengatasi kendala ini,

Inspektorat Jenderal berupaya untuk memaksimalkan SDM yang ada dengan

memberikan dukungan partisipasi kegiatan yang lebih selektif.

c. Belum diformalkannya alat ukur IKU 1 karena masih memerlukan penyempurnaan alat

ukur. Untuk mengatasi hambatan tersebut, Inspektorat Jenderal telah melakukan

pembahasan dan koordinasi internal untuk memformalkan alat ukur capaian IKU.

Sebagai upaya perbaikan ke depan, akan dilakukan langkah antisipatif agar pencapaian

target IKU 1 menjadi lebih baik, yaitu menerapkan Audit Berbasis Risiko pada penyusunan

Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat Jenderal dan kegiatan

pengawasan lainnya.

Sasaran Strategis 2: ‘Meningkatnya Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran dan

Aset Negara serta Pencegahan Dini Terjadinya Risiko Permasalahan’ diukur melalui

capaian IKU 2, yaitu:

Sesuai tugas dan fungsinya, Inspektorat Jenderal melaksanakan reviu atas Laporan

Keuangan Kementerian Negara/Lembaga. Pelaksanaan tugas ini juga merujuk pada PMK

Nomor 255/PMK.09/2015 tahun 2015 tentang

Standar Reviu. Secara umum tujuan reviu adalah

untuk memberikan keyakinan mengenai akurasi,

keandalan, keabsahan informasi yang disajikan

dalam Laporan Keuangan, namun reviu tidak

mencakup suatu pengujian atas kebenaran

substansi dokumen sumber seperti perjanjian

kontrak pengadaan barang/jasa, bukti

17 | P a g e

pembayaran/kuitansi, serta berita acara fisik atas pengadaan barang/jasa, dan prosedur

lainnya, yang biasanya dilaksanakan dalam sebuah audit.

Dalam melakukan reviu atas laporan keuangan, aparat pengawasan intern harus

memahami secara garis besar sifat transaksi-transaksi yang dilakukan entitas, sistem dan

prosedur akuntansi, bentuk catatan akuntansi dan basis akuntansi yang digunakan untuk

menyajikan laporan keuangan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI.

Rangkaian kegiatan reviu yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal, adalah:

▪ Rekonsiliasi data SAIBA-SIMAK BMN dan Penyusunan Laporan Keuangan SATKER

Pusat dan Perwakilan RI, 7 – 14 Februari 2016;

▪ Pendampingan penyusunan dan Reviu Laporan Keuangan Satuan Kerja Pusat

Kementerian Luar Negeri TA 2015, 17-23 Februari 2016;

▪ Reviu Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri tingkat Satker Pusat dan

Perwakilan RI, 24-27 Februari 2016;

▪ Koordinasi Penyusunan Kertas Kerja Reviu (KKR) Laporan Keuangan Satker

Perwakilan RI, 29 Februari – 3 Maret 2016.

Capaian IKU-2 Sasaran 2,

Sementara target jangka menengah IKU 2 Sasaran 2 yang ditetapkan dalam Renstra

Inspektorat Jenderal, adalah sebagai berikut :

IKU-2 Informasi Kinerja Jumlah Persentase Laporan Keuangan Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintahan

Jumlah LK yang memenuhi SAP pada Wilayah Kerja I (TA 2015 dan Semester I TA 2016)

2

Jumlah LK yang di reviu (TA 2015 dan Semester I TA 2016)

2

Total Realisasi 100%

Target 100%

Capaian 100%

18 | P a g e

Tabel Target IKU-2 Tahun 2015-2019

No IKU Target 2015

Target 2016

Target 2017

Target 2018

Target 2019

1 Persentase Laporan Keuangan Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang memenuhi Standar Akuntansi Pemerintahan

90% 95% 95% 95%

95%

Analisa Capaian IKU-2 Sasaran 2:

Persentase Laporan Keuangan Satuan Kerja

Kemlu Pusat dan Perwakilan yang

memenuhi Standar Akuntansi

Pemerintahan.

Berdasarkan dokumen PK Tahun 2016,

target IKU-2 mengalami perubahan dari

95% menjadi 100%. Perubahan tersebut

disesuaikan dengan kondisi akuntabilitas

Satuan Kerja yang cenderung makin

membaik, sehingga Inspektorat Jenderal

perlu menyesuaikan target capaian IKU pada dokumen Perjanjian Kinerja. Perubahan

tersebut mempengaruhi capaian kinerja Inspektorat Jenderal tahun 2016.

Realisasi capaian IKU-2 pada tahun 2016 adalah 100%. Jika dibandingkan dengan capaian

tahun 2015, capaian tahun 2016 mengalami sedikit penurunan karena target yang

ditetapkan pada tahun 2015 adalah 90%, sedangkan target tahun 2016 adalah 100%.

Kendala dan Solusi

Dalam mencapai hasil tersebut terdapat beberapa hambatan dan kendala dalam

pencapaian target IKU 2 sebagai berikut:

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

2015

2016

2015 2016

Capaian 111.11% 100%

Realisasi 100% 100%

Target 90% 100%

Grafik Perbandingan Capaian IKU 2Tahun 2015 - 2016

Capaian Realisasi Target

19 | P a g e

1. Terdapat Satker Pusat/Perwakilan RI yang belum mematuhi batas waktu penyampaian

LK yang ditetapkan Biro Keuangan. Untuk meningkatkan kepatuhan Satker Pusat dan

Perwakilan RI dalam mengirimkan LK tepat waktu, Inspektorat Jenderal mengusulkan

kepada Sekretariat Jenderal untuk menerapkan mekanisme sanksi dan penghargaan

(reward and punishment) sebagai solusi.

2. Kendala aplikasi keuangan yang baru, belum mengakomodir transaksi-transaksi

khusus baik transaksi DIPA maupun non DIPA khususnya belanja pada Satker Luar

Negeri yang menggunakan USD. Sementara APBN dan DIPA menggunakan Rupiah,

sehingga perlu didukung oleh sistem aplikasi yang mampu mengakomodir perbedaan

tersebut. Dengan adanya beberapa perubahan pada aplikasi dalam proses penyusunan

LK, sebagai solusi, Inspektorat Jenderal mendorong Sekretariat Jenderal untuk

melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait penggunaan aplikasi

yang dapat mengakomodir perbedaan penggunaan mata uang.

3. Laporan Keuangan belum dilengkapi dengan Kartu Pengawas BPPR dan Kas Besi,

sehingga tidak dapat dilakukan reviu terhadap Kartu Pengawas BPPR dan Kas Besi

sulit untuk ditelusuri. Untuk mengatasi kendala ini, Inspektorat Jenderal bersama

Sekretariat Jenderal melakukan pendampingan penyusunan Kartu Pengawas.

4. Auditor belum sepenuhnya memahami penyusunan Kartu Pengawas, mengingat Kartu

Pengawas BPPR dan Kas Besi merupakan alat bantu baru dalam penyusunan Laporan

Keuangan. Sebagai solusi, Inspektorat Jenderal menyelenggarakan Bimbingan Teknis

penyusunan Kartu Pengawas bagi Auditor.

Sebagai upaya perbaikan ke depan, akan dilakukan langkah-langkah antisipatif agar

pencapaian target IKU 2 menjadi lebih baik, yaitu melakukan audit kinerja berbasis risiko

dan mengintensifkan peran Satgas SPIP.

20 | P a g e

Sasaran 3: ‘Meningkatnya Efektifitas Kegiatan Pengendalian untuk Memberikan

Keyakinan yang Memadai bagi Akuntabilitas Kinerja Satker’, diukur dengan IKU 3,

sebagai berikut:

Pada tahun 2016, Inspektorat Jenderal telah berhasil merealisasikan capaian IKU “Nilai

Indeks Akuntabilitas Kinerja dan Penganggaran Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan

yang Memenuhi Unsur Sistem Pengendalian Intern” sesuai target yang ditetapkan, dengan

menggunakan formulasi penghitungan capaian kinerja seperti di bawah ini:

No Kegiatan Target

1. Persentase Satker yang berhasil menerapkan unsur Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan kategori “BAIK”

40%

2. Persentase jumlah rekomendasi yang ditindaklanjuti oleh Satker 40%

3. Persentase jumlah Satker yang berhasil mendapatkan nilai evaluasi

AKIP dengan nilai “B”

20%

TOTAL 100%

TARGET IKU 3

80% < X ≤ 85% Indeks 6

Total Capaian Indeks Interpretasi dan

Karakteristik >100 10 ISTIMEWA

95 < X ≤ 100 9

90 < X ≤ 95 8 AMAT BAIK

85 < X ≤ 90 7

80 < X ≤ 85 6 BAIK

75 < X ≤ 80 5

70 < X ≤ 75 4 CUKUP

65 < X ≤ 70 3

60 < X ≤ 65 2 RENDAH

≤ 60 1 SANGAT RENDAH

21 | P a g e

Kegiatan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal untuk mencapai kinerja IKU-3 Sasaran 3

adalah sebagai berikut :

1. Penilaian Pelaksanaan SPIP dengan Kategori “Baik”

Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 12 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan SPIP di

Kemlu dan Perwakilan RI, pasal 6 mengamanatkan bahwa Inspektorat Jenderal melakukan

pengawasan intern melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan

lainnya.

Dalam pelaksanaannya, Inspektorat Jenderal memantau Pelaksanaan SPIP bersamaan

dengan pelaksanaan Audit Kinerja. Pemantauan Pelaksanaan SPIP dilakukan dengan

menggunakan alat bantu berupa kertas kerja SPIP, yang meliputi 5 (lima) unsur penilaian

SPIP, yakni Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Aktivitas Pengendalian,

Komunikasi dan Informasi dan Pemantauan.

Berdasarkan hasil pemantauan pelaksanaan SPIP di Kementerian Luar Negeri dan

Perwakilan RI Tahun 2016, secara umum ditemukan bahwa sebagian besar Satker

terutama di Pusat, telah menerapkan SPIP. Hal ini terlihat dengan telah dibentuknya

Satuan Tugas SPIP dan laporan pelaksanaan SPIP di masing-masing Satker Pusat.

Sementara pada Perwakilan RI, ditemukan fakta bahwa Satuan Tugas SPIP belum

melaksanakan tugasnya secara maksimal, sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan

Menteri Luar Negeri Nomor 12 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan SPIP di Kemlu dan

Perwakilan RI.

Untuk menunjang kegiatan pemantauan pelaksanaan SPIP, Inspektorat Jenderal melakukan

kegiatan, sebagai berikut:

a. Sosialisasi SPIP pada saat audit terhadap Satker.

b. Pendampingan dan pemberian konsultasi pada Satuan Kerja tentang SPIP.

22 | P a g e

Capaian kinerja Sub IKU “Persentase Satker yang berhasil menerapkan unsur Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan kategori “BAIK” dihitung dengan menggunakan

standar nilai, sebagai berikut:

0 – 49 Kurang Baik 70 – 89 Baik

50 – 69 Cukup Baik 90 – 100 Sangat Baik

Dari penilaian kelima unsur SPIP terhadap 26 (dua puluh enam) Satuan Kerja di Pusat dan

Perwakilan RI, diperoleh hasil sebagai berikut:

▪ 22 (dua puluh dua) Satuan Kerja yang mendapatkan kategori ‘Baik’;

▪ 2 (dua) Satuan Kerja yang mendapat kategori ‘Cukup Baik’; dan

▪ 2 (dua) Satuan Kerja mendapatkan kategori ‘Kurang Baik’

Capaian Kinerja

Rincian informasi untuk capaian kinerja Sub IKU-1 adalah sebagai berikut:

2. Rekomendasi Reviu yang Ditindaklanjuti Satker

Sesuai tugas yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 7 Tahun

2011, salah satu tugas Inspektorat Jenderal adalah melakukan reviu. Pada tahun 2016,

telah dilakukan reviu atas kegiatan Satuan Kerja di Pusat dan Perwakilan RI, dengan jumlah

total sebanyak 98 rekomendasi reviu. Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 rekomendasi

reviu telah ditindaklajuti Satuan Kerja terkait, sehingga realisasi Sub IKU-2 adalah 88,77%.

Sub IKU-1 Informasi Kinerja Jumlah Persentase Satker yang berhasil menerapkan unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dengan kategori “BAIK”

Jumlah Satuan Kerja yang memenuhi unsur SPI dengan kategori ‘Baik’ dalam penilaian SPIP

22

Jumlah Satuan Kerja yang dinilai SPIP

26

Total Realisasi 84,62%

Target 40%

23 | P a g e

Rincian informasi untuk capaian kinerja Sub IKU-2 adalah sebagai berikut :

3. Menilai Satker yang Berhasil Mendapatkan Nilai Evaluasi AKIP dengan Nilai “B”

Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 12 Tahun

2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP), mengamanatkan Inspektorat Jenderal Kementerian Luar Negeri

selaku Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) untuk melakukan penilaian

kinerja/evaluasi AKIP pada setiap Satuan Kerja (Satker) di lingkungan Kementerian Luar

Negeri.

Maksud dan tujuan pelaksanaan evaluasi AKIP adalah untuk mengidentifikasi berbagai

kelemahan dalam penerapan SAKIP di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan

Perwakilan RI. Dalam evaluasi AKIP, Inspektorat Jenderal memberikan saran perbaikan

dan/atau rekomendasi untuk peningkatan kinerja dan penguatan akuntabilitas instansi

pemerintah.

Berdasarkan hasil evaluasi AKIP yang dilakukan pada 143 Satuan Kerja di Kementerian

Luar Negeri yang terdiri dari 13 Satuan Kerja di Pusat dan 130 Perwakilan RI, terdapat 11

Satuan Kerja yang mendapat nilai kurang dari “B”, sehingga realisasi Sub IKU-3 adalah

92,31%.

Rincian informasi untuk capaian kinerja Sub IKU-3 adalah sebagai berikut:

Sub IKU-2 Informasi Kinerja Jumlah Persentase jumlah rekomendasi yang ditindak-lanjuti oleh Satker

Jumlah Rekomendasi Reviu yang Ditindaklanjuti oleh Satuan Kerja

87

Jumlah Rekomendasi Reviu yang Diberikan

98

Total Realisasi 88,77%

Target 40%

24 | P a g e

Sementara target jangka menengah IKU 3 Sasaran 3 yang ditetapkan dalam Renstra

Inspektorat Jenderal, adalah sebagai berikut :

Tabel Target IKU-3 Tahun 2015-2019

No IKU Target 2015

Target 2016

Target 2017

Target 2018

Target 2019

1 Nilai Indeks Akuntabilitas Kinerja dan Penganggaran Satuan Kerja Kemlu Pusat dan Perwakilan yang Memenuhi Unsur Sistem Pengendalian Intern

Indeks 5

Indeks 5

Indeks 6

Indeks 6

Indeks 6

Analisa IKU-3 Sasaran 3 :

Realisasi capaian IKU-3 pada tahun 2016 adalah 116%. Jika dibandingkan dengan capaian

tahun 2015, capaian tahun 2016

mengalami sedikit penurunan karena

target yang ditetapkan tahun 2015

adalah Indeks 5 dengan realisasi

capaian Indeks 7. Sedangkan pada

tahun 2016, target capaian yang

ditetapkan adalah Indeks 6 dan

capaian yang diperoleh sama dengan

capaian tahun 2015, yaitu Indeks 7.

Sub IKU-3 Informasi Kinerja Jumlah Persentase jumlah Satker yang berhasil mendapatkan nilai evaluasi AKIP dengan nilai “B”

Jumlah Satuan Kerja yang mendapatkan nilai B dalam Evaluasi AKIP

132

Jumlah Satuan Kerja yang Dievaluasi AKIP

143

Total Realisasi 92,31%

Target 20%

2015 2016

Target 5 6

Realisasi 7 7

Capaian 140% 116%

56

7 7

140% 116%012345678

Nila

i In

dek

s

Tahun

Grafik Perbandingan Capaian IKU 3Tahun 2015 - 2016

Target Realisasi Capaian

25 | P a g e

Kendala dan Solusi

Dalam mencapai hasil tersebut terdapat beberapa hambatan dan kendala dalam

pencapaian target IKU 3, sebagai berikut :

1. Masih terdapat beberapa Satuan Kerja yang belum memahami secara benar untuk

penyusunan dokumen SAKIP yang berkualitas. Untuk mengatasi kendala tersebut,

Inspektorat Jenderal bersama dengan BPO melakukan sosialisasi penyusunan

dokumen SAKIP dan Evaluasi AKIP.

2. Jumlah SDM yang terbatas, sementara beban pekerjaan meningkat dengan tuntutan

target kinerja yang lebih baik. Inspektorat Jenderal telah memaksimalkan SDM yang

ada dengan memberikan dukungan pengembangan kapasitas mandiri dan partisipasi

kegiatan yang lebih selektif, sebagai solusi.

3. Belum diformalkan pengukuran capaian IKU 3, sehingga untuk mengatasi kendala

tersebut, Inspektorat Jenderal menyusun pedoman pengukuran indeksasi untuk

memformalkan alat ukur capaian IKU.

Sebagai upaya perbaikan ke depan, akan dilakukan langkah-langkah antisipatif agar

pencapaian target IKU 3 menjadi lebih baik, yaitu mengusulkan penambahan substansi

penyusunan dokumen SAKIP pada kegiatan orientasi Pejabat Dinas Luar Negeri (PDLN);

Mengusulkan penambahan jumlah auditor ke Biro Kepegawaian; dan memformalkan IKU.

Sasaran 4: ‘Meningkatnya Dukungan Manajemen yang Baik dalam Mendukung

Keberhasilan Pengawasan Intern di Lingkungan Kementerian Luar Negeri’ diukur

melalui capaian kinerja IKU-4.

26 | P a g e

Pada tahun 2016, Inspektorat Jenderal telah berhasil merealisasikan capaian kinerja

sebesar 95,29% untuk IKU-4.

Capaian ini terealisir melalui pelaksananaan kegiatan di bidang:

a. Perencanaan dan Evaluasi Program Kerja

Selama tahun 2016, telah dilakukan kegiatan penyusunan dokumen, yaitu:

▪ Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Tahun 2016;

▪ Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016;

▪ Rencana Kerja Tahun 2017;

▪ Monitoring dan Evaluasi (Monev) per triwulan;

▪ Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP);

▪ Evaluasi Kinerja Semester I dan II;

b. Peraturan Perundang-undangan dan Kertas Kerja

Pada tahun 2016, telah dilakukan kegiatan penyusunan:

▪ Rancangan Peraturan Menteri Luar Negeri tentang Pedoman Pengawasan Intern;

▪ Dokumen Standar Operasional Prosedur (SOP) Makro dan Mikro;

▪ Bahan Masukan Pernyataa Pers Tahunan Menteri (PPTM);

▪ Bahan Paparan Inspektur Jenderal dan Sekretaris Inspektorat Jenderal dalam

berbagai forum;

▪ Bahan Rapat Kerja Pimpinan dengan DPR RI;

▪ Bahan Progress Report Menteri Luar Negeri dan Inspektur Jenderal;

▪ Bahan Monitoring Disposisi Menteri Luar Negeri dan Wakil Menteri Luar Negeri;

27 | P a g e

c. Laporan dan Analisis Hasil Pengawasan Beserta Tindak Lanjutnya

Inspektorat Jenderal sesuai tugas dan fungsinya, melakukan kegiatan analisis hasil

pengawasan beserta tindak lanjutnya. Selama tahun 2016, telah diadakan kegiatan

diantaranya Penyelesaian Tindak Lanjut Hasil Audit; Rekonsiliasi Tuntutan

Perbendaharaan / Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) dan Pemutakhiran Hasil Pengawasan

Semester I dan II.

Dari kegiatan tersebut, telah dilakukan kegiatan sebagai berikut:

1) Pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri Tahun

2015

Pada tahun 2015, Opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri

Tahun 2015 adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Terkait pemeriksaan atas

Laporan keuangan Kementerian Luar Negeri Tahun 2015 tersebut, BPK mencatat 13

temuan dan 26 rekomendasi terhadap Sistem Pengendalian Internal (SPI) serta 11

temuan dan 22 rekomendasi terhadap Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-

undangan. Atas temuan BPK tersebut, tindak lanjut Kementerian Luar Negeri yang

telah dinyatakan sesuai dengan rekomendasi adalah 25 rekomendasi, 19

rekomendasi masih dalam proses, dan 4 rekomendasi belum ditindaklanjuti.

2) Pemeriksaan BPK RI pada Perwakilan RI

Pada tahun 2016, BPK RI melakukan pemeriksaan atas Pengelolaan Penerimaan

Negara Bukan Pajak, Belanja, dan Aset di 6 (enam) Perwakilan RI, yaitu: KJRI Perth,

KJRI Sydney, KJRI Melbourne, KBRI Canberra, KJRI Los Angeles, dan KJRI San

Francisco.

Sementara itu, pemeriksaan interim untuk Laporan Keuangan Kementerian Luar

Negeri Tahun 2016 telah dilaksanakan di KBRI Hanoi, KJRI Ho Chi Minh, KBRI Seoul,

KJRI Guangzhou, KBRI Madrid, dan KBRI Beograd. Berdasarkan Laporan Hasil

Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan BPK RI Semester II Tahun 2016,

tanggal 30 Desember 2016, tercatat 46 temuan dan 84 rekomendasi. Catatan

28 | P a g e

tersebut berasal dari hasil pemeriksaan LK Kementerian Luar Negeri 2015 dan

4 (empat) Perwakilan RI yakni KJRI Perth, KJRI Sydney, KJRI Melbourne, dan KBRI

Canberra. Sedangkan temuan pada 2 Perwakilan RI lainnya (KJRI Los Angeles dan

KJRI San Francisco) belum dimasukkan ke dalam matriks pemantauan oleh BPK RI.

Dari 84 rekomendasi tersebut, 25 rekomendasi telah dinyatakan sesuai, 21

rekomendasi masih dalam proses, dan 38 rekomendasi belum ditindaklanjuti.

3) Penyelesaian Kerugian Negara

Pada tahun 2016 telah dilakukan 3 (tiga) kali Rekonsiliasi Data Tuntutan

Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR) antara Biro Keuangan dengan

Inspektorat Jenderal, yaitu pada bulan Januari, Mei dan Oktober 2016. Jumlah kasus

keseluruhan TP/TGR adalah sebanyak 1493 kasus, dengan perincian sebagai

berikut:

▪ 1359 kasus telah lunas;

▪ 105 kasus dalam proses cicilan;

▪ 13 kasus kerugian negara;

▪ 16 kasus telah diterbitkan SK Pembebasan oleh TPKN.

4) Pemutakhiran Data Hasil Pengawasan (Data Kasus)

Pada tahun 2016 telah dilaksanakan Pemutakhiran Data Kasus sebanyak 2 (dua)

kali, yaitu pada bulan Agustus dan Oktober 2016. Total kasus yang tercatat pada

bulan Agustus 2016 adalah sebanyak 89 kasus, setelah dilakukan pembahasan pada

bulan Oktober 2016 tersisa 72 kasus.

5) Penyusunan Ikhtisar Laporan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)

Pada tahun 2016 Inspektorat Jenderal telah menyusun dan menyampaikan Ikhtisar

Laporan APIP kepada KemenPAN dan RB Semester I tahun 2016 pada bulan

September 2016.

29 | P a g e

Kegiatan Tambahan

Disamping melaksanakan kegiatan utama di bidang pengawasan, Inspektorat Jenderal

melaksanakan kegiatan tambahan yang mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi

pengawasan, sebagai berikut:

1) Dukungan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Kemlu

Disamping itu, dukungan manajemen juga dilakukan untuk mendukung kegiatan

Kelompok Kerja (Pokja) Reformasi Birokrasi untuk Program Penguatan

Pengawasan, diantaranya:

▪ Penanganan gratifikasi;

Guna memudahkan pelaporan gratifikasi khususnya bagi pegawai yang bertugas

pada Perwakilan RI, Inspektorat Jenderal telah membuat aplikasi pelaporan

gratifikasi online (www.gratifikasi.kemlu.go.id). Hingga saat ini terdapat 3 (tiga)

laporan yang masuk melalui aplikasi tersebut, yaitu laporan dari Wakil Menlu

atas penerimaan parcel natal dan tahun

baru senilai Rp4.250.000,-. Ketiga

laporan tersebut telah disampaikan

melalui surel kepada KPK. Selain melalui

aplikasi online, laporan gratifikasi juga

dapat disampaikan melalui pengisian

formulir hard copy yang hingga saat ini

hanya terdapat 1 (satu) laporan yang disampaikan oleh Inspektur Jenderal.

▪ Pengelolaan pengaduan masyarakat;

Pada awal tahun 2016, Kemenlu telah melakukan integrasi sistem pengelolaan

pengaduan masyarakat dengan memanfaatkan sistem Layanan Aspirasi dan

Pengaduan Online Rakyat (LAPOR). Pengintegrasian ini juga merupakan amanat

Peraturan Presiden No 76 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Pengaduan

Pelayanan Publik dan Peraturan Menteri PAN & RB No. 3 Tahun 2015 tentang

Road Map Pengembangan Sistem Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik

30 | P a g e

Nasional (SP4N) serta merupakan bagian penting dari penilaian pelaksanaan

Reformasi Birokrasi di Kementerian Luar Negeri.

Saat ini Sistem Pengelolaan LAPOR di Kemenlu telah beroperasi secara penuh

dengan Inspektorat Jenderal sebagai pengelola akun Admin Utama dan

terintegrasi dengan seluruh pengelolaan pengaduan pelayanan publik di 132

Perwakilan dan 4 Satker Pusat yang mengelola pelayanan publik. Sosialisasi

sistem LAPOR ini terus dilakukan baik di Pusat maupun Perwakilan.

Sampai dengan Desember 2016, terdapat 57

laporan melalui sistem LAPOR yang ditujukan

kepada Kementerian Luar Negeri, yang terdiri

dari:

1) 16 laporan terkait perlindungan WNI-BHI di

luar negeri

2) 26 laporan terkait pelayanan publik

3) 10 laporan terkait permintaan informasi

4) 4 laporan terkait perilaku staf

5) 1 laporan terkait administrasi dan keuangan

▪ Whistleblowing System (WBS);

Inspektorat Jenderal saat ini juga melakukan pengelolaan 2 Whistleblowing

System (WBS) yaitu WBS Pengadaan Barang dan Jasa yang dikelola Lembaga

Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP) serta WBS yang dikelola

Inspektorat Jenderal secara mandiri dan dikhususkan bagi saluran pengaduan

internal pegawai Kemenlu.

Saluran pengaduan WBS dimaksud sampai saat ini belum dimanfaatkan secara

optimal oleh pegawai Kemenlu dan pengguna layanan pengadaan barang dan

jasa di lingkungan Kemenlu. Hal tersebut disebabkan karena pelapor sampai

saat ini masih merasa lebih nyaman untuk menyampaikan laporan secara

langsung baik secara lisan maupun melalui surat tertulis.

31 | P a g e

Kegiatan Rapat Evaluasi Pengelolaan Benturan Kepentingan dan Whistleblowing

System (WBS) di Ruang Rapat Itjen, 5 Agustus 2016.

Itjen telah menginventarisir satker yang belum melakukan Evaluasi Pengelolaan

Benturan Kepentingan dan WBS. Tercatat Satker Sekretariat Jenderal, Ditjen

Multilateral, Ditjen KS ASEAN, dan Ditjen Protokol dan Konsuler. Sehubungan

dengan hal tersebut, Itjen akan mengingatkan kembali Satker-satker tersebut

untuk segera evaluasi dimaksud.

Pemantauan dan pengelolaan WBS yang dilakukan oleh Itjen adalah WBS yang

dikhususkan bagi saluran pengaduan internal pegawai Kemlu, sementara WBS

pengadaan barang dan jasa dilakukan oleh LKPP.

Hasil pemantauan dan evaluasi WBS menunjukkan bahwa kiranya saluran

pengaduan belum dimanfaatkan secara optimal oleh pegawai Kemlu. Hal ini

disebabkan karena pelapor merasa lebih nyaman untuk menyampaikan laporan

secara langsung, baik secara informal atau formal.

Untuk mendorong pemanfaatan WBS sebagai saluran pengaduan online, Itjen

senantiasa terus melakukan sosialisasi dalam berbagai kesempatan termasuik

pada saat pelaksanaan audit Satker Pusat dan Perwakilan, Kunjungan Kerja

Pengawasan, pendampingan Satker, dan lain-lain.

▪ Penanganan benturan kepentingan;

Dalam rangka mewujudkan Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan

yang Baik dan sesuai amanat Peraturan MenPAN dan RB No. 37 Tahun 2012

tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan, Menteri Luar

Negeri telah mengeluarkan Permenlu No. 6 Tahun 2015 tentang Benturan

Kepentingan di Lingkungan Kementerian Luar Negeri.

Berdasarkan hal tersebut, Inspektorat Jenderal telah mengadakan sosialisasi

Penanganan Benturan Kepentingan di lingkungan Kementerian Luar Negeri

32 | P a g e

pada tanggal 17 Oktober 2016 dengan menghadirkan Drs. Agus Uji Hantara, Plt.

Asdep Pengelolaan Pengaduan Aparatur dan Masyarakat/Kepala Bidang

Pengaduan, Kementerian PAN & RB sebagai narasumber. Kegiatan sosialisasi

dihadiri oleh perwakilan dari Satuan Tugas Penanganan Benturan Kepentingan

di setiap Unit Eselon I dan Auditor Inspektorat Jenderal.

Hingga saat ini terdapat 7 Unit Eselon I yang telah membentuk Satgas

Penanganan Benturan Kepentingan yaitu Inspektorat Jenderal, Ditjen Amerop,

Ditjen IDP, Ditjen Aspasaf, Ditjen KS ASEAN, Ditjen Multilateral dan Setjen.

Sedangkan yang Unit Eselon I yang belum menyampaikan adalah BPPK, Ditjen

Protkons, dan Ditjen HPI.

▪ Penguatan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melalui komitmen

pimpinan, dukungan SDM, anggaran yang memadai, fokus pada client dan audit

berbasis risiko.

2) Penilaian Mandiri Kapabilitas APIP Kemlu

Upaya percepatan peningkatan kapabilitas APIP Kemenlu, BPKP telah melakukan

asesmen penilaian mandiri kapabilitas yang disusun oleh Inspektorat Jenderal pada

tanggal 17 Oktober hingga 11 November 2016. Salah satu dokumen utama yang

dipersyaratkan untuk mendukung peningkatan level IACM adalah Piagam

Pengawasan Internal (Internal Audit Charter). Piagam Pengawasan Internal

merupakan penegasan komitmen dari para pemangku kepentingan terhadap arti

penting fungsi pengawasan intern di lingkungan Kemenlu dan Perwakilan RI.

Dari penilaian BPKP, kapabilitas APIP Kemenlu saat ini telah berada pada level II.

Mengingat infrastruktur organisasi APIP yang telah baik, BPKP optimis bahwa APIP

Kemenlu dapat meningkat menuju level III sebelum tahun 2019, namun tetap

diperlukan komitmen dan kerja keras dari seluruh pemangku kepentingan

(stakeholders) APIP Kemenlu.

33 | P a g e

Terkait dengan hal tersebut, Inspektorat Jenderal telah membentuk Tim Self

Assessment Internal Audit Capability Model (IACM) APIP di Kementerian Luar Negeri

Tahun 2016 yang dikukuhkan dengan Keputusan Plt. Inspektur Jenderal Nomor:

SK.00002/PW/I/2016/10.

d. Keuangan

Di bidang keuangan, telah dilakukan penyusunan dokumen:

▪ Laporan Keuangan tahun 2016;

▪ Disbursement Plan tahun 2016;

▪ RKA-KL tahun 2016;

▪ Realisasi DIPA.

e. Kepegawaian

Di bidang kepegawaian, telah dilakukan penyelenggaran administrasi kepegawaian dan

peningkatan kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.

f. Rumah Tangga dan Perlengkapan

Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal, Sub Bagian

Rumah Tangga dan Perlengkapan telah menyelenggarakan pengadaan perangkat

pengolah data dan komunikasi dan pengadaan peralatan dan fasilitas perkantoran.

g. Tata Persuratan dan Dokumentasi

Selama tahun 2016, telah dilakukan pengelolaan tata persuratan dan dokumentasi

Inspektorat Jenderal, meliputi berita biasa, berita rahasia, surat masuk biasa dan

rahasia, surat keluar biasa dan rahasia.

Capaian IKU-4 Sasaran 4

Rincian informasi untuk capaian kinerja IKU-1 Sasaran 4 adalah sebagai berikut :

34 | P a g e

IKU Eselon II Informasi Kinerja Jumlah

Persentase laporan analisis temuan dan tindak lanjut yang dapat dimanfaatkan stake-holders terkait

Jumlah laporan analisa temuan dan tindak lanjut yang dapat dimanfaatkan stakeholders

24

Jumlah rekonsiliasi tindak lanjut 24

Persentase APIP Itjen yang memiliki kompetensi "Baik"

Jumlah APIP yang lulus sertifikasi keahlian (dan atau pelatihan)

65

jumlah peserta peningkatan kapasitas dan pelatihan

65

Persentase peningkatan akuntabilitas kinerja dan anggaran

Realisasi Dipa Rp. 28,099,011,974

Pagu Dipa Rp. 32,441,758,000

Persentase pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana Inspektorat Jenderal

Jumlah pemenuhan sarana dan prasarana 52

Jumlah permintaan pemenuhan saran prasarana 55

Sementara target jangka menengah IKU-4 Sasaran 4 yang ditetapkan dalam Renstra

Inspektorat Jenderal, adalah sebagai berikut :

Tabel Target IKU-4 Tahun 2015-2019

No IKU Target 2015

Target 2016

Target 2017

Target 2018

Target 2019

1 Persentase Peningkatan Dukungan Manajemen yang Baik dalam Mendukung Keberhasilan Pengawasan Intern Kemlu

85% 85% 85% 90% 90%

Analisa IKU 4 Sasaran 4 :

Persentase Peningkatan

Dukungan Manajemen yang

Baik dalam Mendukung

Keberhasilan Pengawasan

Intern Kemlu

Capaian kinerja IKU Persentase

Peningkatan Dukungan

Manajemen yang Baik dalam

Mendukung Keberhasilan Pengawasan Intern Kemlu Tahun 2016 sebesar 95,29% dari

0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

2015

2016

2015 2016

Capaian 109,32% 105,87%

Realisasi 92,93% 95,29%

Target 85% 90%

Grafik Perbandingan Capaian IKU-4Tahun 2015 - 2016

Capaian Realisasi Target

35 | P a g e

target PK Tahun 2016 yang ditetapkan sebesar 90%. Capaian kinerja yang melebihi target

disebabkan adanya penambahan kegiatan Peningkatan Kapabilitas APIP dengan

menggunakan metode pengukuran Internal Audit Capability Model (IACM). Kegiatan ini

untuk mengakomodir amanat Presiden RI pada saat pertemuan dengan APIP seluruh

Indonesia tahun 2015, dimana 85% dari seluruh APIP nasional agar berada pada level 3

pada akhir tahun 2019.

Jika dibandingkan dengan capaian kinerja Tahun 2015, capaian kinerja Tahun 2016 sedikit

lebih rendah. Hal ini disebabkan adanya peningkatan penetapan target capaian kinerja

pada tahun 2016 sebesar 90%, sementara penetapan capaian kinerja tahun 2015 adalah

85%.

Dalam pencapaian IKU-4 ini, Inspektorat Jenderal masih mengalami kendala, yaitu:

a. Koordinasi internal di lingkungan Inspektorat Jenderal untuk melakukan rekonsiliasi

tindak lanjut masih belum maksimal. Untuk mengatasi kendala tersebut, telah

dilakukan upaya penyesuaian jadwal koordinasi rekonsiliasi tindak lanjut.

b. Terkait temuan hasil audit BPK RI, BPKP dan Inspektorat Jenderal, terdapat beberapa

kendala yang dihadapi antara lain:

▪ Temuan yang sudah terlalu lama sehingga sulit untuk mendapatkan bukti

pendukung;

▪ Temuan yang berupa rekomendasi administratif seharusnya sudah dapat

terselesaikan, namun belum terinfokan secara resmi melalui surat/brafaks;

▪ Masih terdapat sejumlah kasus yang berpotensi sebagai kerugian negara, namun

belum ditetapkan oleh TPKN sebagai kerugian negara.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, Inspektorat Jenderal telah berkoordinasi dengan

BPK RI, BPKP dan Sekretariat Jenderal c.q. Biro Keuangan untuk mengupayakan

penyelesaian temuan tersebut dengan Kementerian Keuangan.

36 | P a g e

Sebagai upaya perbaikan ke depan, akan dilakukan langkah antisipatif untuk meningkatkan

kegiatan rekonsiliasi dengan instansi terkait, agar tindak lanjut temuan hasil audit dapat

segera diselesaikan.

B. REALISASI ANGGARAN

DIPA awal Inspektorat Jenderal tahun 2016 berjumlah Rp33.136.443.000,00.

Berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No.4 Tahun 2016 tentang Langkah-

langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja K/L dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara TA 2016, Inspektorat Jenderal melakukan penghematan

anggaran sebesar Rp694.685.000,00 dari Belanja Modal dan Belanja Barang.Selanjutnya

berdasarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia No.8 Tahun 2016 tentang Langkah-

Langkah Penghematan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) dalam rangka Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) Tahun Anggaran 2016,

Inspektorat Jenderalkembali melakukan penghematan anggaran sebesar

Rp.3.138.107.000,00 dalam bentuk self-blocking dari Belanja Layanan Perkantoran (Belanja

Pegawai dan Belanja Pemeliharaan), sehingga pagu anggaran Inspektorat Jenderal Tahun

2016 menjadi sebesar Rp.29,303,651,000.00.

Realisasi anggaran Inspektorat Jenderal Tahun 2016, sebagai berikut:

No Nama Kegiatan Pagu Realisasi

Persentase

Realisasi 1 Pengawasan Perwakilan RI Wilayah Asia

dan Kementerian Luar Negeri I 1,672,000,000 1,611,238,335 96,37%

2 Pengawasan Perwakilan RI Wilayah Eropa dan Kementerian Luar Negeri II

2,124,000,000 2,049,078,525 96,47%

3 Pengawasan Perwakilan RI Wilayah Afrika dan Timur Tengah dan Kementerian Luar Negeri III

1,953,000,000 1,881,468,725 96,34%

4 Pengawasan Perwakilan RI Wilayah Amerika, Karibia dan Pasifik dan Kemente-rian Luar Negeri IV

2,263,000,000 2,124,880,886 93,90%

5 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Inspektorat Jenderal Kementerian Luar Negeri

24,429,758,000 20,432,345,503 83,64%

37 | P a g e

C. HAL-HAL PENTING LAINNYA

Selain capaian IKU tersebut di atas, terdapat beberapa hal penting lainnya yang

mempengaruhi kinerja Inspektorat Jenderal, yaitu:

▪ Peningkatan Kapabilitas APIP menjadi level 3 IACM

Guna memenuhi RPJMN tahun 2015-2019, diharapkan seluruh APIP nasional

berada pada level 3 pada akhir tahun 2019. Dalam hal ini kapabilitas APIP

Kementerian Luar Negeri ditargetkan akan mencapai level 3 IACM tahun 2017.

Komitmen Pimpinan dalam upaya pencapaian level 3 IACM tercermin dengan telah

ditandatanganinya Piagam Pengawasan Internal (Internal Audit Charter) oleh

Inspektur Jenderal pada tanggal 9 November 2016 dan disahkan oleh Menteri Luar

Negeri serta diketahui oleh Wakil Menteri Luar Negeri dan seluruh Pejabat Eselon I

di Kementerian Luar Negeri. Piagam Pengawasan Internal merupakan penegasan

komitmen dari para pemangku kepentingan terhadap arti penting fungsi

pengawasan intern di lingkungan Kemenlu dan Perwakilan RI.

38 | P a g e

BAB IV PENUTUP

Pelaksanaan tugas dan fungsi Inspektorat Jenderal Tahun 2016 dilaksanakan

dengan merujuk pada dokumen perencanaan, sebagaimana tertuang dalam PK 2016, dan

RKA-KL 2016. Capaian sasaran pelaksanaan tugas Inspektorat Jenderal diukur melalui

indikator sasaran yang telah ditetapkan dan tercermin dari pencapaian indikator hasil

pada IKU sebesar 100,11%dengan dukungan anggaran yang terealisasisebesar

Rp28,099,011,974,- atau sebesar 95,89%.

Pencapaian tersebut diperoleh melalui proses dan mekanisme yang terstruktur dan

sistematis, mulai dari proses perencanaan, pengukuran kinerja hingga evaluasi terhadap

seluruh hasil yang dicapai.

Berdasarkan tugas dan fungsinya di bidang pengawasan intern, Inspektorat Jenderal

telah melakukan audit kinerja pada Satker Pusat dan Perwakilan RI di luar negeri.

Disamping melaksanakan kegiatan pengawasan berupa audit, Inspektorat Jenderal

melaksanakan kegiatan pengawasan lainnya, yaitu Reviu atas Laporan Keuangan Kemlu TA

2015; Pendampingan dan asistensi atas kegiatan Satker Pusat dan Perwakilan RI,

Monitoring Pelaksanaan Permenlu Nomor. 04 Tahun 2009, Legalisasi dan Verifikasi

Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Perwakilan, pertanggung jawaban keuangan,

Pendampingan terhadap kasus-kasus Kepegawaian/keuangan/perlengkapan serta

melakukan Pemantauan Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi (TP/TGR),

sosialisasi tugas pengawasan dan tugas lain sesuai instruksi pimpinan.

39 | P a g e

Mengantisipasi upaya pencapaian sasaran Program Pengawasan dan Peningkatan

Akuntabilitas Aparatur Kemenlu RI serta semakin meningkatnya tugas dan fungsi

pengawasan intern di masa mendatang, Inspektorat Jenderal melakukan langkah-langkah

antisipatif antara lain dengan melakukan penguatan fungsi pengawasan melalui

peningkatan kualitas audit kinerja dengan penajaman pada substansi dan metode audit,

pelaksanaan audit bersama, intensifikasi pemantauan tindak lanjut, peningkatan

penyelesaian kerugian negara dan penyempurnaan format laporan audit.

---000---