satuan acara penyuluhan lansia 14 januari

17
SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Keperawatan Geriatrik Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan lingkungan tempat tinggal untuk menghindari resiko jatuh pada lansia Hari/Tanggal : Jumat, 16 januari 2015 Waktu : 09.00 – 09.30 Wita Tempat : Ruang tunggu Poli Geriatri, Interna, Anastesi, dan Kebidanan RSUP Sanglah. Penyuluh : Kelompok 4 (Mahasiswa Stikes Wira Medika PPNI Bali) A. Latar Belakang Lanjut usia atau lebih dikenal dengan nama lansia merupakan istilah yang sering dipakai untuk manusia dengan usia 60 tahun ke atas. Pada usia ini seseorang akan mengalami kemunduran dari segi fisiologis dan psikologis. (Puji Astuti, 2002). Lansia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. .Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah,

Upload: freddy-hunoz

Post on 24-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

k

TRANSCRIPT

Page 1: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Keperawatan Geriatrik

Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan lingkungan tempat tinggal untuk menghindari

resiko jatuh pada lansia

Hari/Tanggal : Jumat, 16 januari 2015

Waktu : 09.00 – 09.30 Wita

Tempat : Ruang tunggu Poli Geriatri, Interna, Anastesi, dan Kebidanan

RSUP Sanglah.

Penyuluh : Kelompok 4 (Mahasiswa Stikes Wira Medika PPNI Bali)

A. Latar Belakang

Lanjut usia atau lebih dikenal dengan nama lansia merupakan istilah yang

sering dipakai untuk manusia dengan usia 60 tahun ke atas. Pada usia ini seseorang

akan mengalami kemunduran dari segi fisiologis dan psikologis. (Puji Astuti, 2002).

Lansia merupakan bagian dari proses kehidupan yang tidak dapat dihindari dan akan

di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan

baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan

kemampuan yang pernah dimilikinya. .Perubahan penampilan fisik  sebagian dari proses

penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah,

berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh,

merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. (Soejono, 2000).

Untuk mempertahankan kualitas hidup, tetap aktif dan produktif lansia

membutuhkan kemudahan dalam beraktifitas dan pemahaman tentang lingkungan

aktivitas. Kemudahan beraktifitas akan membantu lansia melakukan kegiatannya

tanpa hambatan, menggunakan energy minimal dan menghindari cedera. Pemahaman

terhadap lingkungan akan membantu lansia dalam penyesuaian aktivitas individu.

Kemunduran sistem tubuh lansia akan mempengaruhi aktivitas dalam

kegiatan sehari-hari, perubahan fisiologis ini yaitu : penurunan fungsi motorik seperti

menurunnya kekuatan jaringan tulang, otot dan sendi yang akan berpengaruh

terhadap fleksibilitas, kekuatan, kecepatan, instabilitas (mudah jatuh) dan kekakuan

tubuh diantaranya adalah kesulitan bangun dari tempat duduk atau sebaliknya,

Page 2: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

jongkok bergerak dan berjalan. Penurunan fungsi sensorik berpengaruh pada

sensitifitas indra diantaranya adalah : indra penglihatan dan perabaan yang

menimbulkan hilangnya perasaan jika dirangsang (anastesia), perasaan yang berlebih

jika dirangsang (hiperestesia), perasaan yang timbul dengan tidak semestinya

(paraestesia). Fungsi sensomotorik mengalami gangguan keseimbangan dan

koordinasi.

Jatuh salah satu kejadian yang sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut.

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan

kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya

terjadi karena tersandung / menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang

licin atau tak rata, penerangan ruang yang kurang, serta penataan kamar mandi yang

jamban nya terlalu rendah. Adapun faktor intrinsik dalam diri lansia tersebut seperti

gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, dan

sinkope, serta faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung

benda – benda, penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya.

Kejadian jatuh pada lansia harus diminimalisir sebagai salah satu cara untuk

meningkatkan derajat kesehatan pada lansia. Salah satu cara yang bisa digunakan

untuk mencegah kejadian jatuh pada lansia adalah dengan melakukan penataan

lingkungan tempat tinggal yang kondusif untuk para lansia seperti penataan

penerangan, lantai, tata letak dan furniture.

Berdasarkan masalah tersebut diatas mahasiswa tertarik untuk mengadakan

penyuluhan tentang penatalaksanaan lingkungan tempat tinggal untuk menghindari

resiko jatuh pada lansia.

B. Tujuan Penyuluhan

1. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta

penyuluhan mampu memahami tentang penatalaksanaan lingkungan tempat tinggal

untuk mengurangi resiko jatuh pada lansia.

2. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit, peserta

penyuluhan diharapkan mampu :

2

Page 3: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

a Mengetahui tentang pengertian lansia.

b Mengetahui pengetian jatuh

c Mengetahui faktor-faktor resiko jatuh

d Mengetahui penataan penerangan

e Mengetahui penataan lantai

f Mengetahui penataan tata letak ruangan

g Mengetahui penataan funiture

h Mengetahui cara pencegahan resiko jatuh pada lansia

C. Metode

1. Ceramah

2. Tanya jawab

D. Media

1. Leaflet

2. Power Point

E. Proses Pelaksanaan

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluh Kegiatan peserta Media

1 Pembuka

an

5 menit a. Salam

b. Perkenalan

c. Menjelaskan tujuan dari

pertemuan

d. Kontrak waktu

Menjawab salam

Mendengarkan

2 Penyam-

paian

materi

20

menit

a. Menjelaskan tentang

pengertian lansia.

b. Menjelaskan pengetian

jatuh

c. Menjelaskan faktor-faktor

resiko jatuh

d. Menjelaskan penataan

Memperhatikan

penjelasan perawat

Leaflet

dan LCD

3

Page 4: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

penerangan

e. Menjelaskan penataan

lantai

f. Menjelaskan penataan

tata letak ruangan

g. Menjelaskan penataan

funiture

h. Menjelaskan pencegahan

jatuh pada lansia

3 Penutup 5 menit a. Melakukan tanya jawab

dengan keluarga

Partisipasi Aktif

4 Evaluasi a. Menyimpulkan

kegiatan yang telah

disampaikan.

b. Memberikan salam

penutup

Memperhatikan

Menjawab salam

F. Sasaran

Semua pasien dan keluarga pasien yang berobat di poliklinik RSUP Sanglah.

G. Rencana Evaluasi

1. Evaluasi Sruktur:

a. Penyuluh mempersiapkan satuan acara penyuluhan satu hari sebelumnya.

b. Penyuluh mempersiapkan dan membawa media untuk penyuluhan berupa

leaflet dan power point

c. Kontrak dengan klien sudah dilakukan

2. Evaluasi Proses:

a. Waktu penyuluhan sesuai dengan rencana

b. Selama kegiatan, peserta mendengarkan penjelasan petugas dengan penuh

perhatian

c. Peserta aktif saat dilakukan tanya jawab

d. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir

4

Page 5: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

e. Kontrak waktu dan tempat telah diingatkan oleh penyuluh

3. Evaluasi Hasil:

a. Peserta mengerti tentang materi yang di jelaskan.

b. Peserta mengerti tentang pengertian lansia.

c. Peserta mengerti tentang pengertian jatuh.

d. Peserta mengerti tentang penataan penerangan.

e. Peserta mengerti tentang penataan lantai.

f. Peserta paham tentang penataan tatan letak ruang.

g. Peserta mengerti tentang penataan furniture.

h. Peserta paham tentang pencegahanan tentang

H. Pengorganisasian

1. Ketua : I Wayan Mahardyatmaja Putra

2. Moderator : Ni Made Riski Wedayanti

3. Penyaji : Ni Putu Ratna Sari Dewi

4. Observer : Ni Nyoman Ariex Novalinayanti

5. Fasilitator : I Putu Freddy Yasa Gunanthara

Wayan Novi Angga Putri

Yoni Sangabela

5

Page 6: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Lansia

Lansia adalah tahap akhir perkembangan kehidupan manusia, menurut

organisasi kesehatan dunia (WHO), seseorang disebut lanjut usia jika berumur 60-74

tahun. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun

mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah

dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuaan normal, seperti

rambutnya yang mulai memutih, kerut – kerut ketuaan di wajah, berkurangnya

ketaajaman panca indra, serta kemunduran daya tahan merupakan ancaman bagi

integrasi orang usia lanjut. Pasal 1 ayat (2),(3),(4) UU No.13 Tahun 1998 tentang

kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seserorang yang telah mencapai usia lebih

dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

B. Pengertian Jatuh

Jatuh merupakan suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang

melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di

lantai/tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka

(Darmojo, 2004).

Jatuh merupakan suatu kejadian yang menyebabkan subyek yang sadar menjadi

berada di permukaan tanah tanpa disengaja. Dan tidak termasuk jatuh akibat pukulan

keras, kehilangan kesadaran, atau kejang. Kejadian jatuh tersebut adalah dari penyebab

yang spesifik yang jenis dan konsekuensinya berbeda dari mereka yang dalam keadaan

sadar mengalami jatuh (Stanley, 2006).

6

Page 7: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

C. Faktor-faktor resiko jatuh pada lansia

Faktor – faktor resiko jatuh pada lansia dibagi dalam 2 golonga besar, yaitu:

1. Faktor Intrinsik

Faktor instrinsik dapat disebabkan oleh proses penuaan dan berbagai

penyakit seperti Stroke dan TIA yang mengakibatkan kelemahan tubuh sesisi ,

Parkinson yang mengakibatkan kekakuan alat gerak, maupun Depresi yang

menyebabkan lansia tidak terlalu perhatian saat berjalan . Gangguan penglihatan

pun seperti misalnya katarak meningkatkan risiko jatuh pada lansia. Gangguan

sistem kardiovaskuler akan menyebabkan syncope, syncope lah yang sering

menyebabkan jatuh pada lansia.Jatuh dapat juga disebabkan oleh dehidrasi.

Dehidrasi bisa disebabkan oleh diare, demam, asupan cairan yang kurang atau

penggunaan diuretik yang berlebihan.

2. Faktor Ekstrinsik

Dalam hal ini faktor ekstrinsik yang dimaksud adalah hal-hal yang ada

diluar kita yang bisa menimbulkan atau memicu terjadi resiko jatuh pada lansia.

Hal-hal yang bisa menyebabkan jatuh antara lain;

a Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di

bawah

b Tempat tidur tidak stabil

c Kamar mandi yang rendah dan tidak terdapat tempat bepegangan

d Lantai tidak datar, licin atau menurun

e Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal/menekuk pinggirnya,

dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai licin atau

basah

f Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan).

g Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya

h Tempat obat-obatan tidak terjangkau

i Kabel listrik telanjang di lantai.

Maka dari itu perlu dilakukan penataan lingkungan tempat tinggal lansia,

agar lansia terhindar dari resiko jatuh dan tetap bisa hidup mandiri. Hal ini tentu

7

Page 8: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

akan mengurangi beban ketergantungan pada keluarga. Ada beberapa hal penting

yang bisa dilakukan dalam penataan lingkungan tempat tinggal lansia, seperti :

penataan penerangan, penataan lantai, penataan tata ruang, dan penataan furniture.

D. PENATAAN PENERANGAN

Pada umumnya lansia mengalami penurunan fungsi penglihatan, sehingga lansia

memerlukan penataan penerangan yang baik untuk diterapkan di lingkungan tempat

tinggal. Penerangan harus tepat (tidak terlalu silau/ tidak reduip), adapun beberapa

tempat yang perlu diperhatikan penerangannya seperti kamar tidur, dapur, kamar mandi,

lorong, dan tangga. Tombol cahaya harus mudah dijangkau guna memudahkan lansia

untuk meraihnya saat diperlukan.

E. PENATAAN LANTAI

Lansia mengalami banyak perubahan dan penurunan fungsi baik dari segi psikis

maupun psikologis yang tentunya akan menimbulkan penurunan mobilitas pada lanjut

usia yang disebabkan oleh penurunan kekuatan, rentang gerak dan kelenturan, sehingga

perlu dilakukan penataan lantai untuk meminimalisir resiko jatuh pada lansia. Penataan

lantai perlu dilakukan di beberapa tempat seperti : kamar tidur, ruang tamu/keluarga,

kamar mandi, dapur, lorong, dan tempat-tempat yang berlantai. Secara umum, kondisi

lantai yang diharapkan yaitu :

Lantai tidak licin

Permukaan lantai harus rata

Tidak ada air yang menggenang pada lantai

Perubahan tinggi lantai tidak boleh pada tempat yang tidak terduga, jika ada

tanjakan jalan harus ada jalan miring dan pegangan khusus lansia

Tata barang-barang yang berserakan di lantai

Lantai dikamar mandi menggunakan material yang bertekstur, kasar/tidak licin

Warna lantai tidak silau yang dapat memantulkan cahaya.

F. PENATAAN TATA LETAK

Undang-undang dasar no. 20 tahun 2002 tentang persyaratan kendala bangunan

gedung dalam pasal 26 tentang kenyamanan hubungan antar ruang sebagaimana

8

Page 9: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

dimaksud dalam ayat (1) merupakan kenyamanan yang diperoleh dari tata letak

ruang dan sirkulasi antar ruang dalam bangunan gedung untuk terselenggaranya

fungsi bangunan gedung. Dalam perencanaan sebuah fasilitas dalam hal ini tempat

tinggal lansia, kebutuhan ruang akan menentukan bagaimana organisasi ruang sesuai

kebutuhannya antara lain :

Jarak kamar tidur lansia sebaiknya berdekatan dengan letak ruangan lainnya

seperti kamar mandi, dapur dan lain-lain.

Untuk letak tempat tidur di dalam kamar lansia sebaiknya diletakan tidak jauh

dari pintu masuk

Barang-barang yang diperlukan lansia (seperti kaca mata, buku bacaan dll)

sebaiknya diletakan dekat dengan tempat tidur lansia. Sebaiknya disediakan

meja disamping tempat tidur untuk meletakkan barang – barang tersebut.

Sebaiknya kamar tidur lansia ditempatkan di lantai dasar tidak di lantai atas. Bila

lansia terpaksa harus ditempatkan di lantai atas karena alasan tertentu, pada

tangga sebaiknya di lengkapi dengan pegangan.

G. PENATAAN FURNITURE

Di setiap rumah tidak bisa dipungkiri adanya beberapa furniture seperti kursi

atau meja yang dibutuhkan di dalam keluarga, namun untuk lansia perlu dilakukan

penataan yang khusus agar resiko jatuh pada lansia bisa dikurangi, adapun penggunaan

furniture harus ergonomis. Ergonomi adalah ilmu tentang manusia dalam usaha untuk

meningkatkan kenyamanan di lingkungan. Furniture ergonomis adalah furniture yang

secara keseluruhan dibuat dengan memperhatikan bagaimana tubuh bekerja, disesuaikan

dengan ukuran-ukuran dan design berbagai benda serta cara menggunakannya.

(Manuaba, 1992). Penataan furniture di lingkungan tempat tinggal lansia yang perlu

diperhatikan, seperti :

Kursi dengan pegangan yang mudah dijangkau lansia

Peralatan rumah tangga sebaiknya dirapikan dan tidak menghalangi tempat

berjalan.

Sebaiknya menggunakan meja yang memiliki ketinggian sesuai dengan lansia

(tidak terlalu tinggi tidak terlalu rendah)

9

Page 10: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

Tempat tidur tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah (mudah dijangkau oleh

lansia)

Sebaiknya tidak banyak ada tangga, jika ada tangga harus ada pegangan dan

jarak antara anak tangga tidak boleh terlalu jauh

Jika menggunakan furniture seperti meja, kursi dll sebaiknya tidak menggunakan

furniture dengan sudut tajam supaya tidak melukai lansia.

H. PENCEGAHAN RESIKO JATUH JATUH LANSIA

Menurut Shobha (2005), pencegahan jatuh yang dapat dilakukan oleh lansia

antara lain sebagai berikut;

a Latihan Fisik

Tujuan melakukan aktivitas fisik adalah meningkatkan kekuatan tungkai dan

tangan, memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan meningkatkan reaksi

terhadap bahaya lingkungan. Latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik

yang melatih kekuatan tungkai, tidak terlalu berat dan semampunya. Contonya

adalah berjalan kaki, senam lansia, dan latihan keseimbangan.

b Manajemen obat-obatan

Mengurangi penggunaan obat yang sifatnya untuk waktu lama misalnya obat

tidur. Gunakan alat bantu berjalan jika memang diperlukan selama pengobatan

c. Modifikasi Lingkungan

Atur suhu ruangan supaya tidak terlalu panas atau terlalu dingin untuk

menghindari pusing

Taruh barang-barang yang memang sering diperlukan berada dalam

jangkauan tanpa harus berjalan dulu.

Gunakan karpet antislip di kamar mandi/jaga kebersihan lantai agar tidak

licin

Penerangan/cahaya memadai

Singkirkan barang-barang yang berserakan di lantai yang

biasa untuk melintas.

Jaga lantai agar tidak licin

Pasang pegangan tangan pada tempat yang diperlukan

misalnya kamar mandi

10

Page 11: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

d. Memperbaiki Kebiasaan Lansia yang Buruk

Melakukan perubahan posisi dari posisi duduk atau jongkok

ke posisi berdiri jangan terlalu cepat

Jangan mengankat barang yang berat sekaligus

Ambil barang dengan cara yang benar dari lanti (dengan cara

jongkok, bukan membungkuk)

Hindari olahraga yang berat/berlebihan

e. Alas kaki

Hindari sepatu berhak tinggi, pakai sepatu berhak lebar

Jangan berjalan hanya dengan kaos kaki karena sulit untuk menjaga

keseimbangan

Pakai sepatu antislip (alasnya kasar)

f. Alat Bantu Jalan

Gunakan alat bantu berjalan yang sesuai

g. Memelihara fungsi penglihatan dan pendenganran dengan baik

h. Memelihara kekuatan tulang

Berhenti merokok

Hindari konsumsi alcohol

Makan-makanan yang bergizi seperti buah, sayur, dan susu untuk memelihara

kekuatan tulang

11

Page 12: Satuan Acara Penyuluhan Lansia 14 Januari

DAFTAR PUSTAKA

Darmojo & Martono. 2004. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).

Jakarta: FKUI

Kris, Pranarka Martono. 2010. Geriatri( Ilmu Kesehatan Lnjut). Jakarta: FKUI.

Maryam dkk. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba

Medika

Patricia, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

12