satuan acara penyuluhan

16
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Ileus Obstruktif LATAR BELAKANG Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan keluhan nyeri abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus.Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana menghambat proses pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat, 2006). Penyakit ini sering terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat, dari kebiasaan tersebut akan muncul permasalahan pada kurangnya membentuk massa feses yang menyambung pada rangsangan peristaltic usus, kemudian saat kemampuan peristaltic usus menurun maka akan terjadi konstipasi yang mengarah pada feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga menyebabkan terjadinya osbtruksi (Mansjoer, 2001) Salah satu pelayanan kesehatan yang di lakukan di rumah sakit adalah pelayanan pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, prosedur tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan adalah laparotomi. Tindakan operasi atau laparotomi merupakan peristiwa kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang baik bio, psiko, maupun sosial (Razid, 2010).

Upload: ekaf570

Post on 02-Feb-2016

509 views

Category:

Documents


59 download

DESCRIPTION

SAP Ileus Obstruktif

TRANSCRIPT

Page 1: Satuan Acara Penyuluhan

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Ileus Obstruktif

LATAR BELAKANG

Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang

sering dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan

keluhan nyeri abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada

usus halus.Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus

dimana menghambat proses pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat,

2006).

Penyakit ini sering terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang rendah serat, dari kebiasaan tersebut akan

muncul permasalahan pada kurangnya membentuk massa feses yang

menyambung pada rangsangan peristaltic usus, kemudian saat kemampuan

peristaltic usus menurun maka akan terjadi konstipasi yang mengarah pada

feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga

menyebabkan terjadinya osbtruksi (Mansjoer, 2001)

Salah satu pelayanan kesehatan yang di lakukan di rumah sakit adalah

pelayanan pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang

semakin maju, prosedur tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan

pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan

adalah laparotomi. Tindakan operasi atau laparotomi merupakan peristiwa

kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang

baik bio, psiko, maupun sosial (Razid, 2010).

Angka kejadian di Indonesia menunjukan kasus laparotomi meningkat

dari 162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus

pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007) . Angka kejadian di Rumah Sakit H.

Adam Malik Medan menunjukan semakin tingginya angka terapi

pembedahan abdomen tiap tahunya, pada tahun 2008 terdapat 172 kasus

laparotomi, lalu pada tahun 2009 terdapat 182 kasus pembedahan laparotomi

(Razid, 2010). Sedangkan angka kejadian pada pasien obstruksi ileus dengan

tindakan laparotomi di ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali

dari bulan januari sampai bulan maret 2014 sebanyak 8 pasien. Pada pasien

post operasi laparotomi atas indikasi obstruksi ilues di ruang cempaka III RSUD

Pandan Arang Boyolali memerlukan perawatan khusus.

Page 2: Satuan Acara Penyuluhan

Salah satu cara penanganan pada pasien dengan obstruksi ileus adalah

dengan pembedahan laparotomi, penyayatan pada dinding abdomen.

Obstruksi ileus dapat terjadi pada setiap usia. Namun penyakit ini sering

dijumpai pada orang dewasa (Smeltzer, 2002).

Laparotomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian

abdomen untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh

pasien.suatu kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan tindakan

laparotomi adalah : Kanker organ abdominal, radang selaput perut,

appendisitis, pankreasitis, obstruksi ileus (Smeltzer, 2002).

Dengan dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai “Ileus Obstruktif”

diharapkan keluarga dari pasien mampu mengenali gambaran klinis serta

penatalaksaan yang bisa dilakukan pada pasien dengan ileus obstruktif.

TUJUAN

TUJUAN INSTITUSIONAL ( TI )

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga pasien

mengetahui tentang “Ileus Obstruktif”.

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )

Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang “Ileus Obstruktif” ini,

keluarga dari pasien mampu mengenali tanda dan gejala Ileus Obstruktif.

KARAKTERISTIK/ PRASYARAT PESERTA DIDIK

Keluarga Pasien

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)

Setelah mengikuti penyuluhan mengenai Ileus Obstruktif,

Keluarga pasien mampu :

Know

Menjelaskan Ileus Obstruktif

Menjelaskan Penyebab Ileus Obstruktif

Menjelaskan Gambaran Klinis Ileus Obstruktif

Do

Melakukan Pencegahan terhadap Ileus Obstruktif

Show

Memperhatikan kegiatan penyuluhan dengan saksama

Menunjukkan antusiasme dalam menjawab pertanyaan yang diberikan

Page 3: Satuan Acara Penyuluhan

RENCANA KEGIATAN

Medote : Ceramah dan Tanya Jawab

Media atau Alat Bantu : Leaflet dan PPT

Waktu : 50 menit

Hari,Tanggal : Jumat, 13 November 2015

Tempat : Ruang Tunggu Ruang 19

MATERI (Terlampir)

KEGIATAN PEMBELAJARAN

Tahap Waktu Kegiatan

Penyuluhan

Kegiatan

Mahasiswa

Metode Media

Pendahuluan 5

menit

Pembukaan:

Membuka

kegiatan dengan

mengucapkan

salam

Meperkenalkan

diri

Menjelaskan

tujuan dari

penyuluhan

Menyebutkan

materi yang

akan diberikan

Menjawab

salam

Medengarkan

dan menyimak

ceramah PPT

Penyajian 35

menit

1. Penyampaian

materi

Menjelaskan

Ileus Obstruktif

Menjelaskan

Penyebab Ileus

Obstruktif

Menjelaskan

Gambaran Klinis

Ileus Obstruktif

Mendengarka

n dan

menyimak

Bertanya

mengenai hal-

hal yang

belum jelas

dan belum

dimengerti

Ceramah,

Tanya

jawab

PPT

Page 4: Satuan Acara Penyuluhan

2. Tanya jawab

Memberikan

kesempatan

kepada peserta

untuk bertanya

Penutup 10

menit

1. Evaluasi :

Menanyakan

pada peserta

tentang materi

yang telah

diberikan

2. Menyampaikan

kesimpulan

materi

3. Mengakhiri

pertemuan dan

mengucapkan

salam

Mendengarka

n dan

menyimak

Menjawab

pertanyaan

yang diajukan

Menjawab

salam

Ceramah

Tanya

jawab

PPT

EVALUASI

1. Apa yang dimaksud dengan Ileus Obstruktif?

2. Apa penyebab dari Ileus Obstruktif?

3. Bagaimana Gambaran Klinis dari Ileus Obstruktif?

Evaluasi Struktur

1. Pendidik kesehatan menyiapkan satuan acara penyuluhan

2. Pendidik kesehatan menyiapkan materi dan media untuk

penyuluhan

3. Pendidik kesehatan melakukan kontrak waktu dengan sasaran

4. Pendidik kesehatan menyiapkan tempat untuk penyuluhan

5. Pendidik kesehatan menyiapkan pertanyaan untuk mengetahui

apakah keluarga pasien dapat memahami apa yang telah

disampaikan

Evaluasi Proses

Page 5: Satuan Acara Penyuluhan

1. Pada saat berlangsungnya penyuluhan, sasaran memperhatikan

dengan cermat

2. Jika sasaran ada yang tidak mengerti, sasaran aktif bertanya

3. Sasaran mampu menjawab pertanyaan dari pendidik kesehatan

dan mampu mengulang kembali informasi yang telah

disampaikan.

Evaluasi Hasil

1. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran

mampu menjawab ≥ 80% pertanyaan yang diberikan

2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil apabila sasaran mampu

menjawab 50-80% pertanyaan yang diberikan

3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil apabila sasaran hanya

mampu menjawab < 50% pertanyaan yang diberikan

Hasil Evaluasi

Sasaran mampu menjawab pertanyaan 50-80% sehingga

pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil

LAMPIRAN

MATERI

Definisi

Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi

karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus

sehingga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal

tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.Ileus obstruktif disebut

juga ileus mekanik.

Klasifikasi

Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstruktif dibedakan atas:

Letak tinggi: duodenum sampai jejunum

Letak rendah: kolon – sigmoid – rectum

Obstruksi letak tinggi dan letak rendah di batasi oleh iliocecal junction.

Berdasarkan stadiumnya, ileus obstruktif dibedakan atas:

Parsial: menyumbat sebagian lumen

Simple/komplit: menyumbat seluruh lumen

Strangulasi: simple dengan jepitan vasa

Page 6: Satuan Acara Penyuluhan

Etiologi

Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:

a. Adhesi

Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi

umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis

setempat atau umum. Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam

bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas.

b. Hernia

Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum

memungkinkan penonjolan keluar suatu kantong peritoneal (kantong

hernia) sehingga segmen suatu dalaman dapat terjepit.

c. Askariasis

Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.

Obstruksi bisa terjadi dimana-mana pada bagian usus halus, tetapi

biasanya di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing tersebut

menyebabkan kontraksi lokal dinding usus yang disertai reaksi radang

setempat.

d. Invaginasi

Umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon

asendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektrum, dapat

mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan

komplikasi perforasi dan peritonitis. Pada bayi dan anak-anak biasanya

spontan dan irreversible, sedangkan pada dewasa jarang terjadi.

e. Volvulus

Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus

halus agak jarang ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian

ileum.

f. Kelainan kongenital

Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia.

g. Radang kronik

h. Tumor

i. Tumpukan sisa makanan

Page 7: Satuan Acara Penyuluhan

Gambaran Klinis

Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak

tergantung kepada penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan

strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan menetap.

Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri

abdomen yang bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi

intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa nyeri perut dirasakan seperti

menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak

menjalar. Pada saat datang serangan, biasanya disertai perasaan perut

yang melilit.

Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan

muntah yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah

biasanya timbul sesudah distensi usus yang jelas sekali, muntah tidak

proyektil dan berbau “feculent”, warna cairan muntah kecoklatan.

Ileus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan

usus yang disebabkan oleh penghambatan neuromuscular dengan

aktifitas simpatik yang berlebihan. Sangat umum, terjadi setelah semua

prosedur abdomen, gerakan usus akan kembali normal pada: usus kecil

24 jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari.

Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung

(abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin

ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik

ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi.

Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai

nyeri kolik abdomen yang paroksismal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen,

perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat

tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan

perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi

peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit

primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran

peritonitis.

Page 8: Satuan Acara Penyuluhan

Gambaran klinis ileus paralitik pada umumnya sama dengan ileus

obstruktif terdapat juga perbedaannya:

Ileus paralitik Ileus obstruktif

Nyeri kontinu Kolik

Darm contour + +

Darm steifung - +

Bunyi bising usus menghilang Meningkat

Rectal toucher terowongan Kolaps

Penatalaksanaan Medis

Obstruksi mekanis di usus dan jepitan atau lilitan harus dihilangkan

segera setelah keadaan umum diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu

pembedahan meliputi tatalaksana dehidrasi, perbaikan keseimbangan elektrolit

dan dekompresi pipa lambung. Tindakan bedah dilakukan apabila terdapat

strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata dan tidak ada perbaikan pada

pengobatan konservatif. (Purnawan,2009)

1. Persiapan penderita

Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan

diagnosa obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan

penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan

penderita meliputi :

Balance Penderita dirawat di rumah sakit.

Penderita dipuasakan

Kontrol status airway, breathing and circulation.

Dekompresi dengan nasogastric tube.

Intravenous fluids and electrolyte

Dipasang kateter urin untuk menghitung cairan.

2. Operatif

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :

Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat

obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.

Apakah ada risiko strangulasi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi

ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka

Page 9: Satuan Acara Penyuluhan

kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi

angka kematian tersebut 31%.

Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada

obstruksi ileus :

a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah

sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia

incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus

ringan.

b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"

bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn

disease, dan sebagainya.

c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,

misalnya pada Ca stadium lanjut.

d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-

ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada

carcinomacolon, invaginasi strangulate dan sebagainya.

Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan

operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan

penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan

kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.

3. Pasca Operasi

Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi

usus yang masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan

yang terkumpul dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh

karena catatan tersebut mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat

diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal,

walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah

berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali

belum baik.

Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare

pasca bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta

menjaga keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap

dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila

telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai

selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah

Page 10: Satuan Acara Penyuluhan

toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke

4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan

dengan hasil kultur kuman sangatlah penting. (Purnawan, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

Page 11: Satuan Acara Penyuluhan

Badash, Michelle. Paralytic Ileus (Adynamic Ileus, Non-mechanical Bowel

Obstruction). EBSCO Publishing, 2005.

Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber,

A.J., and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.

Davidson, Intestinal Obstruction. 2006. Available at: http//www.mayoclinic.com.

Accessed july 9, 2012.

Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J.,

Windle, W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S.

http://www.emedicine.com. Last Updated, June 29, 2004.

Hamami, AH., Pieter, J., Riwanto, I., Tjambolang, T., dan Ahmadsyah, I. Usus

Halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi

2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal:

615-681.

Levine, B.A., and Aust, J.B. Kelainan Bedah Usus Halus. Dalam Buku Ajar

Bedah Sabiston’s essentials surgery. Editor: Sabiston, D.C. Alih bahasa:

Andrianto, P., dan I.S., Timan. Editor bahasa: Oswari, J. Jakarta: EGC, 1992.

Manaf M, Niko dan Kartadinata, H. Obstruksi Ileus. 2003. Available

a

t://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_ObstruksiIleus.pdf/06_ObstruksiIleus.ht

ml. Accessed juli 20, 2012

Nobie BA. Obstruction, small bowel. 2007. Available at:

http//www.emedicine.com. Accessed juni 20, 2012.

Purnawan, Iwan. 2009. Ileus. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price,

S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC,

1994.

Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku

Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim.

Jakarta: EGC, 2003. Hal: 181-192.

Translight Medical Media, 2008 http://gasdetections.com/anatomy-

gastrointestinal-system.html#more-425 Accessed july 20, 2012.