satuan acara penyuluhan
DESCRIPTION
SAP Ileus ObstruktifTRANSCRIPT
Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Ileus Obstruktif
LATAR BELAKANG
Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang
sering dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan
keluhan nyeri abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada
usus halus.Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus
dimana menghambat proses pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat,
2006).
Penyakit ini sering terjadi pada individu yang memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang rendah serat, dari kebiasaan tersebut akan
muncul permasalahan pada kurangnya membentuk massa feses yang
menyambung pada rangsangan peristaltic usus, kemudian saat kemampuan
peristaltic usus menurun maka akan terjadi konstipasi yang mengarah pada
feses yang mengeras dan mampu menyumbat lumen usus sehingga
menyebabkan terjadinya osbtruksi (Mansjoer, 2001)
Salah satu pelayanan kesehatan yang di lakukan di rumah sakit adalah
pelayanan pembedahan. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang
semakin maju, prosedur tindakan pembedahan pun mengalami kemajuan
pesat. Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan
adalah laparotomi. Tindakan operasi atau laparotomi merupakan peristiwa
kompleks sebagai ancaman potensial atau aktual kepada integritas seseorang
baik bio, psiko, maupun sosial (Razid, 2010).
Angka kejadian di Indonesia menunjukan kasus laparotomi meningkat
dari 162 kasus pada tahun 2005 menjadi 983 kasus pada 2006 dan 1281 kasus
pada tahun 2007 (Depkes RI, 2007) . Angka kejadian di Rumah Sakit H.
Adam Malik Medan menunjukan semakin tingginya angka terapi
pembedahan abdomen tiap tahunya, pada tahun 2008 terdapat 172 kasus
laparotomi, lalu pada tahun 2009 terdapat 182 kasus pembedahan laparotomi
(Razid, 2010). Sedangkan angka kejadian pada pasien obstruksi ileus dengan
tindakan laparotomi di ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali
dari bulan januari sampai bulan maret 2014 sebanyak 8 pasien. Pada pasien
post operasi laparotomi atas indikasi obstruksi ilues di ruang cempaka III RSUD
Pandan Arang Boyolali memerlukan perawatan khusus.
Salah satu cara penanganan pada pasien dengan obstruksi ileus adalah
dengan pembedahan laparotomi, penyayatan pada dinding abdomen.
Obstruksi ileus dapat terjadi pada setiap usia. Namun penyakit ini sering
dijumpai pada orang dewasa (Smeltzer, 2002).
Laparotomi adalah suatu pembedahan yang dilakukan pada bagian
abdomen untuk mengetahui suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh
pasien.suatu kondisi yang memungkinkan untuk dilakukan tindakan
laparotomi adalah : Kanker organ abdominal, radang selaput perut,
appendisitis, pankreasitis, obstruksi ileus (Smeltzer, 2002).
Dengan dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai “Ileus Obstruktif”
diharapkan keluarga dari pasien mampu mengenali gambaran klinis serta
penatalaksaan yang bisa dilakukan pada pasien dengan ileus obstruktif.
TUJUAN
TUJUAN INSTITUSIONAL ( TI )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan keluarga pasien
mengetahui tentang “Ileus Obstruktif”.
TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang “Ileus Obstruktif” ini,
keluarga dari pasien mampu mengenali tanda dan gejala Ileus Obstruktif.
KARAKTERISTIK/ PRASYARAT PESERTA DIDIK
Keluarga Pasien
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan mengenai Ileus Obstruktif,
Keluarga pasien mampu :
Know
Menjelaskan Ileus Obstruktif
Menjelaskan Penyebab Ileus Obstruktif
Menjelaskan Gambaran Klinis Ileus Obstruktif
Do
Melakukan Pencegahan terhadap Ileus Obstruktif
Show
Memperhatikan kegiatan penyuluhan dengan saksama
Menunjukkan antusiasme dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
RENCANA KEGIATAN
Medote : Ceramah dan Tanya Jawab
Media atau Alat Bantu : Leaflet dan PPT
Waktu : 50 menit
Hari,Tanggal : Jumat, 13 November 2015
Tempat : Ruang Tunggu Ruang 19
MATERI (Terlampir)
KEGIATAN PEMBELAJARAN
Tahap Waktu Kegiatan
Penyuluhan
Kegiatan
Mahasiswa
Metode Media
Pendahuluan 5
menit
Pembukaan:
Membuka
kegiatan dengan
mengucapkan
salam
Meperkenalkan
diri
Menjelaskan
tujuan dari
penyuluhan
Menyebutkan
materi yang
akan diberikan
Menjawab
salam
Medengarkan
dan menyimak
ceramah PPT
Penyajian 35
menit
1. Penyampaian
materi
Menjelaskan
Ileus Obstruktif
Menjelaskan
Penyebab Ileus
Obstruktif
Menjelaskan
Gambaran Klinis
Ileus Obstruktif
Mendengarka
n dan
menyimak
Bertanya
mengenai hal-
hal yang
belum jelas
dan belum
dimengerti
Ceramah,
Tanya
jawab
PPT
2. Tanya jawab
Memberikan
kesempatan
kepada peserta
untuk bertanya
Penutup 10
menit
1. Evaluasi :
Menanyakan
pada peserta
tentang materi
yang telah
diberikan
2. Menyampaikan
kesimpulan
materi
3. Mengakhiri
pertemuan dan
mengucapkan
salam
Mendengarka
n dan
menyimak
Menjawab
pertanyaan
yang diajukan
Menjawab
salam
Ceramah
Tanya
jawab
PPT
EVALUASI
1. Apa yang dimaksud dengan Ileus Obstruktif?
2. Apa penyebab dari Ileus Obstruktif?
3. Bagaimana Gambaran Klinis dari Ileus Obstruktif?
Evaluasi Struktur
1. Pendidik kesehatan menyiapkan satuan acara penyuluhan
2. Pendidik kesehatan menyiapkan materi dan media untuk
penyuluhan
3. Pendidik kesehatan melakukan kontrak waktu dengan sasaran
4. Pendidik kesehatan menyiapkan tempat untuk penyuluhan
5. Pendidik kesehatan menyiapkan pertanyaan untuk mengetahui
apakah keluarga pasien dapat memahami apa yang telah
disampaikan
Evaluasi Proses
1. Pada saat berlangsungnya penyuluhan, sasaran memperhatikan
dengan cermat
2. Jika sasaran ada yang tidak mengerti, sasaran aktif bertanya
3. Sasaran mampu menjawab pertanyaan dari pendidik kesehatan
dan mampu mengulang kembali informasi yang telah
disampaikan.
Evaluasi Hasil
1. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran
mampu menjawab ≥ 80% pertanyaan yang diberikan
2. Penyuluhan dikatakan cukup berhasil apabila sasaran mampu
menjawab 50-80% pertanyaan yang diberikan
3. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil apabila sasaran hanya
mampu menjawab < 50% pertanyaan yang diberikan
Hasil Evaluasi
Sasaran mampu menjawab pertanyaan 50-80% sehingga
pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil
LAMPIRAN
MATERI
Definisi
Ileus obstruktif merupakan penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi
karena adanya daya mekanik yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus
sehingga menyebabkan penyempitan atau penyumbatan lumen usus. Hal
tersebut menyebabkan pasase lumen usus terganggu.Ileus obstruktif disebut
juga ileus mekanik.
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstruktif dibedakan atas:
Letak tinggi: duodenum sampai jejunum
Letak rendah: kolon – sigmoid – rectum
Obstruksi letak tinggi dan letak rendah di batasi oleh iliocecal junction.
Berdasarkan stadiumnya, ileus obstruktif dibedakan atas:
Parsial: menyumbat sebagian lumen
Simple/komplit: menyumbat seluruh lumen
Strangulasi: simple dengan jepitan vasa
Etiologi
Ileus obstruktif disebabkan oleh berbagai hal:
a. Adhesi
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi
umumnya berasal dari rangsangan peritoneum akibat adanya peritonitis
setempat atau umum. Adhesi dapat berupa perlengketan mungkin dalam
bentuk tunggal maupun multiple, mungkin setempat maupun luas.
b. Hernia
Kelemahan atau defek pada dinding rongga peritoneum
memungkinkan penonjolan keluar suatu kantong peritoneal (kantong
hernia) sehingga segmen suatu dalaman dapat terjepit.
c. Askariasis
Kebanyakan cacing askariasis hidup di usus halus bagian jejunum.
Obstruksi bisa terjadi dimana-mana pada bagian usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal, tempat lumen paling sempit. Cacing tersebut
menyebabkan kontraksi lokal dinding usus yang disertai reaksi radang
setempat.
d. Invaginasi
Umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik ke kolon
asendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektrum, dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Pada bayi dan anak-anak biasanya
spontan dan irreversible, sedangkan pada dewasa jarang terjadi.
e. Volvulus
Pemuntiran usus yang abnormal dari segmen usus. Volvulus di usus
halus agak jarang ditemukan. Biasanya volvulus didapatkan di bagian
ileum.
f. Kelainan kongenital
Gangguan passase usus dapat berupa stenosis maupun atresia.
g. Radang kronik
h. Tumor
i. Tumpukan sisa makanan
Gambaran Klinis
Gambaran klinik obstruksi ileus sangat mudah dikenal, tidak
tergantung kepada penyebab obstruksinya. Hanya pada keadaan
strangulasi, nyeri biasanya lebih hebat dan menetap.
Obstruksi ileus ditandai dengan gambaran klinik, berupa nyeri
abdomen yang bersifat kolik, muntah-muntah dan obstipasi, distensi
intestinalis, dan tidak adanya flatus. Rasa nyeri perut dirasakan seperti
menusuk-nusuk atau rasa mulas yang hebat, umumnya nyeri tidak
menjalar. Pada saat datang serangan, biasanya disertai perasaan perut
yang melilit.
Bila obstruksi tinggi, muntah hebat bersifat proyektil dengan cairan
muntah yang berwarna kehijauan. Pada obstruksi rendah, muntah
biasanya timbul sesudah distensi usus yang jelas sekali, muntah tidak
proyektil dan berbau “feculent”, warna cairan muntah kecoklatan.
Ileus adinamik (ileus inhibisi) ditandai oleh tidak adanya gerakan
usus yang disebabkan oleh penghambatan neuromuscular dengan
aktifitas simpatik yang berlebihan. Sangat umum, terjadi setelah semua
prosedur abdomen, gerakan usus akan kembali normal pada: usus kecil
24 jam, lambung 48 jam, kolon 3-5 hari.
Pasien ileus paralitik akan mengeluh perutnya kembung
(abdominal distention), anoreksia, mual dan obstipasi. Muntah mungkin
ada, mungkin pula tidak ada. Keluhan perut kembung pada ileus paralitik
ini perlu dibedakan dengan keluhan perut kembung pada ileus obstruksi.
Pasien ileus paralitik mempunyai keluhan perut kembung, tidak disertai
nyeri kolik abdomen yang paroksismal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya distensi abdomen,
perkusi timpani dengan bising usus yang lemah dan jarang bahkan dapat
tidak terdengar sama sekali. Pada palpasi, pasien hanya menyatakan
perasaan tidak enak pada perutnya. Tidak ditemukan adanya reaksi
peritoneal (nyeri tekan dan nyeri lepas negatif). Apabila penyakit
primernya peritonitis, manifestasi klinis yang ditemukan adalah gambaran
peritonitis.
Gambaran klinis ileus paralitik pada umumnya sama dengan ileus
obstruktif terdapat juga perbedaannya:
Ileus paralitik Ileus obstruktif
Nyeri kontinu Kolik
Darm contour + +
Darm steifung - +
Bunyi bising usus menghilang Meningkat
Rectal toucher terowongan Kolaps
Penatalaksanaan Medis
Obstruksi mekanis di usus dan jepitan atau lilitan harus dihilangkan
segera setelah keadaan umum diperbaiki. Tindakan umum sebelum dan sewaktu
pembedahan meliputi tatalaksana dehidrasi, perbaikan keseimbangan elektrolit
dan dekompresi pipa lambung. Tindakan bedah dilakukan apabila terdapat
strangulasi, obstruksi lengkap, hernia inkarserata dan tidak ada perbaikan pada
pengobatan konservatif. (Purnawan,2009)
1. Persiapan penderita
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan
diagnosa obstruksi ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan
penderita yang baik, obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan
penderita meliputi :
Balance Penderita dirawat di rumah sakit.
Penderita dipuasakan
Kontrol status airway, breathing and circulation.
Dekompresi dengan nasogastric tube.
Intravenous fluids and electrolyte
Dipasang kateter urin untuk menghitung cairan.
2. Operatif
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :
Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.
Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat
obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
Apakah ada risiko strangulasi.
Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi
ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka
kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi
angka kematian tersebut 31%.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus :
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia
incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus
ringan.
b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati"
bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn
disease, dan sebagainya.
c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-
ujung usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi strangulate dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan
operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan
penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan
kolostomi saja, kemudian hari dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
3. Pasca Operasi
Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi
usus yang masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan
yang terkumpul dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh
karena catatan tersebut mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat
diperlukan. Pasca bedah tidak dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal,
walaupun terdengar bising usus. Hal tersebut bukan berarti peristaltik usus telah
berfungsi dengan efisien, sementara ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali
belum baik.
Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare
pasca bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta
menjaga keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap
dilaksanakan pada pasca bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila
telah terjadi strangulasi, monitoring pasca bedah yang teliti diperlukan sampai
selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain pada masa pasca bedah adalah
toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya mulai nampak pada hari ke
4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum luas dan disesuaikan
dengan hasil kultur kuman sangatlah penting. (Purnawan, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Badash, Michelle. Paralytic Ileus (Adynamic Ileus, Non-mechanical Bowel
Obstruction). EBSCO Publishing, 2005.
Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber,
A.J., and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.
Davidson, Intestinal Obstruction. 2006. Available at: http//www.mayoclinic.com.
Accessed july 9, 2012.
Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J.,
Windle, W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S.
http://www.emedicine.com. Last Updated, June 29, 2004.
Hamami, AH., Pieter, J., Riwanto, I., Tjambolang, T., dan Ahmadsyah, I. Usus
Halus, apendiks, kolon, dan anorektum. Dalam Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi
2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC, 2003. Hal:
615-681.
Levine, B.A., and Aust, J.B. Kelainan Bedah Usus Halus. Dalam Buku Ajar
Bedah Sabiston’s essentials surgery. Editor: Sabiston, D.C. Alih bahasa:
Andrianto, P., dan I.S., Timan. Editor bahasa: Oswari, J. Jakarta: EGC, 1992.
Manaf M, Niko dan Kartadinata, H. Obstruksi Ileus. 2003. Available
a
t://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_ObstruksiIleus.pdf/06_ObstruksiIleus.ht
ml. Accessed juli 20, 2012
Nobie BA. Obstruction, small bowel. 2007. Available at:
http//www.emedicine.com. Accessed juni 20, 2012.
Purnawan, Iwan. 2009. Ileus. Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Price, S.A. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Editor: Price,
S.A., McCarty, L., Wilson. Editor terjemahan: Wijaya, Caroline. Jakarta: EGC,
1994.
Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim.
Jakarta: EGC, 2003. Hal: 181-192.
Translight Medical Media, 2008 http://gasdetections.com/anatomy-
gastrointestinal-system.html#more-425 Accessed july 20, 2012.