sarpus low vision
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
Penurunan tajam penglihatan dikarenakan penyebab yang masih dapat
diterapi tidak termasuk low vision. misalnya kelainan refraksi, katarak, posterior
capsular opacification (PCO) dan sikatrik kornea yang dapat ditangani dengan
keratoplasti
Penyebab penurunan tajam penglihatan pada anak – anak tersering adalah
nistagmus, stargardt's maculopathies, makulopathy (yang bukan disebabkan
Stargardt's disease), myopic macular degeneration, oculocutaneous albinism dan
amblyopia (Shah, 2011).
Penderita yang tidak dapat melihat dekat dengan baik memerlukan alat
pembesar. Anak – anak lebih senang menggunakan kacamata pembesar single-
vision karena lebih sering melakukan pekerjaan dekat disamping kerena memiliki
alat gerak yang lebih pendek dan fleksibel. Orang dewasa yang menderita low
vision justru sebaliknya, mereka menjauhkan benda yang akan mereka baca.
Keuntungan menggunakan kacamata pembesar single – vision adalah hands-free
sedangkan kerugiannya adalah karena relatif digunakan untuk melihat jarak dekat
menyebabkan kelelahan kepala dan leher jika digunakan dalam jangka waktu
lama. Hand held (Lee & Cho, 2007).
Lapangan pandang pada orang normal adalah 60o ke superior dan nasal, 70
– 75o ke inferior dan 100 – 110o ke temporal. Aktivitas sehari – hari seperti
mengemudikan mobil pada siang hari memerlukan visus > 20/200 dengan
lapangan pandang 120o, sedangkan untuk dapat membaca secara lancar
diperlukan... dan lapangan pandang minimal sebanyak empat huruf (Khanna &
Ichhpujani, 2012).
Penderita low vision dapat mandiri dengan berbagai cara diantaranya
dengan membuat segala sesuatunya lebih terang, lebih besar dan tegas.
Lingkungan yang lebih terang bisa didapatkan dari pencahayaan yang cukup,
mengontrol cahaya yang menyilaukan dan meningkatkan kontras (Natarajan,
2012).
Ada beberapa istilah yang berhubungan dengan low vision diantaranya
functional vision, fuctional vision impairment, economic blindness, legal
blindness dan low vision itu sendiri.
Functional vision merupakan penglihatan untuk melakukan pekerjaan
sehari – hari seperti mengenali wajah seseorang. Bagaimana seseorang
menggunakan penglihatannya tergantung pada pengalaman masing – masing
orang dan tergantung pada tingkat keparahannya. Fungsional vision dapat
diperbaiki dengan koreksi refraksi dan alat bantu low vision.
Functional vision impairment adalah keterbatasan dari kapasitas
penglihatan yang bermanifestasi sebagai berkurangnya resolusi visual,
menyempitnya lapangan pandang dan berkurangnya sensitivitas kontras.
Functional visual impairment menyebabkan kesulitan melakukan kegiatan sehari
– hari.
Economic blindness merupakan suatu keadaan dimana penglihatan
jauhnya < 6/60 pada mata yang lebih sehat dengan koreksi maksimal atau
lapangan pandang < 200 pada meridian terluas dari mata yang lebih sehat.
Legal blindness merupakan individu yang mengalami keterbatasan
penglihatan yaitu visus < 6/60 dengan koreksi terbaik atau lapangan pandang <
200 pada meridian terluas dari mata yang lebih sehat sehingga layak untuk
mendapatkan bantuan dari pemerintah (Khanna & Ichhpujani, 2012 ; Anonim3).
Besarnya pembesaran dirumuskan dengan formula : Magnification (M) =
Dioptric power (D)/4. Formula ini digunakan agar pasien dapat berakomodasi
untuk melihat benda pada jarak 25 cm. Pembesaran tersebut dapat berubah sesuai
dengan perubahan jarak dari lensa ke benda seperti pada kacamata dan kaca
pembesar. Pembesaran dengan formula M = D + A/2,5 dimana A merupakan
amplitudo akomodasi. Formula M = D + A – h AD/2,5
Penggunaan audio books, e-book reader dan perangkat lunak komputer
text-to-speech merupakan teknologi yang dapat membantu penderita. Produk yang
dapat memperbesar huruf sehingga memudahkan penderita untuk membaca yaitu
alat optik dan perangkat elektronik (Natarajan, 2012).
Kacamata pembesar digunakan untuk membaca, menulis dan melihat
benda dari jarak dekat. Kacamata tersebut menghasilkan pembesaran ¼ kali dari
power lensa. Kacamata prisma pada satu mata dengan full field with base in
sebagai kompensasi konvergensi mata digunakan untuk koreksi binokular.
Alat bantu optik low vision terbuat dari satu atau lebih lensa yang
ditempatkan antara mata dan objek yang akan memperbesar bayangan objek di
retina. Alat bantu optik low vision misalnya kaca pembesar, teleskop dan alat
pengontrol cahaya (Minto & Butt, 2004).
Jumlah penduduk dunia yang mengalami penurunan fungsi penglihatan
pada tahun 2002 mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,
dimana jumlah penduduk yang mengalami kebutaan karena penyakit infeksi
mengalami penurunan sedangkan jumlah penduduk yang mengalami kebutaan
karena meningkatnya angka harapan hidup mengalami peningkatan.
Kaca pembesar ada bermacam – macam yaitu yang dipegang dengan
tangan, digantung, berdiri, illuminated hand-held, illuminated stand, kacamata
binokular, kaca pembesar berbentuk batang atau kubah. Penggunaan kaca
pembesar ini adalah untuk melihat dekat seperti membaca, menulis, melihat harga
barang, menggunakan handphone, dan lain – lain. Kaca pembesar dengan lampu
dapat membantu penderita melihat dalam ruangan dengan pencahayaan redup.
Kacamata pembesar memberikan lapang pandang yang lebih luas sedangkan kaca
pembesar yang dipegang tangan menyulitkan bagi penderita tremor dan saat
melakukan kegiatan yang memakai tangan seperti menulis (Natarajan, 2012 ;
Khanna & Ichhpujani, 2012 ; Minto & Butt, 2004).
Cahaya yang menyilaukan dapat mengganggu penglihatan sehingga lensa
berwarna sering digunakan pada kaca depan mobil. Absorptive filters merupakan
lensa berwarna yang digunakan untuk menyerap cahaya yang menyilaukan.
Absorptive filters memiliki beragam tingkat penyerapan (Minto & Butt, 2004).
Gambar Kaca pembesar yang dipegang tangan (Minto & Butt, 2004)
Gambar Kaca pembesar yang berdiri (Minto & Butt, 2004)
Alat bantu optik ini akan lebih bermanfaat jika dikombinasi dengan alat
bantu non optik untuk meningkatkan pencahayaan, meningkatkan kontras
dan mengurangi silau (Anonim1).
Ukuran pembesaran sekarang ini cenderung tidak lagi menggunakan x (kali)
namun menggunakan diopter atau equivalent viewing distance (EVD).
http://www.albinism.org/publications/low-vision-aids.html
http://www.visionaware.org/reading-low-vision-optical-devices
Penurunan fungsi penglihatan : penurunan penglihatan yang tidak dapat dikoreksi
dengan kacamata.
Penyebab penurunan fungsi penglihatan diantaranya age-related macular
degeneration (AMD), retinopati diabetika, glaukoma, albinism, ambliopia,
kekeruhan kornea, miopia degeneratif, degenerasi makula, retinitis pigmentosa,
stargard’s disease, trachoma dan uveitis; Minto & Butt, 2004
Penderita low vision khususnya anak-anak dapat meningkatkan penglihatan
dekatnya dengan berakomodasi atau memincingkan mata untuk mendapatkan efek
pin hole. Penderita juga bisa mendapatkan pembesaran dengan mendekatkan diri
ke suatu objek sehingga dapat melihat objek tersebut secara lebih detail. Cara ini
disebut dengan relative distance magnifiers
Alat bantu non optik low vision merupakan alat bantu yang umumnya
berfungsi memperbesar ukuran, mengurangi silau, meningkatkan cahaya dan
kontras. Alat bantu non optik low vision misalnya lampu, jam tangan dengan
kontras tinggi, buku dengan cetakan besar, kertas dengan garis tebal, alat
elektronik. Alat elektronik ini dibagi menjadi dua yaitu alat optik elektronik
(disebut juga CCTV / closed circuit television) yang memperbesar bayangan di
monitor dan alat non optik elektronik dengan sistem konversi yang mengubah
tulisan menjadi suara. Pembesaran yang dihasilkan CCTV mencapai 3x hingga
100x, dengan jarak kerja yang normal. Alat elektronik non optik misalnya audio
books, e-book reader dan perangkat lunak komputer text-to-speech, talking
watches, talking calculators, sistem konversi huruf braille. Alat bantu untuk
mengurangi silau diantaranya topi dan visors. Absorptive filters (filter penyerap
sinar) merupakan lensa berwarna yang dapat mengurangi cahaya yang
menyilaukan. Absorptive filters ini memiliki daya serap yang bervariasi (Minto &
Butt, 2004 ; Natarajan, 2012).
Kestenbaum and Sturman 13 suggested a rule to calculatethe reading addition for a given visual acuity. Kestenbaum’s
rule is that the reading addition equals the inverse of thevisual acuity. It tends tounder estimate the reading additionfor a patient 14 and results in the person reading close to theresolution limit. Kestenbaum’s rule is mainly used as astarting point for the required reading addition.