sariana matematika pencinta · menemani perjalanan lydi.a ke semua ... mencintai jawa,"...

1
: "Pada candi di Jawa Timur, saya merasa menemukan tempat suci. Ini tak saya dapat di Prambanan dan Borobudur karena sudah banyak permainan wisata.tt ,- LYDIA KIEVEN penelitian candi-candi di Jawa Timur karena belum banyak diteliti. "Pada candi di Jawa Timur, saya merasa me- nemukan tempat suci. Ini tak saya da- pat di Prambanan dan Borobudur ka- rena sudah banyak permainan wisata," kata mantan jurnalis radio Deutsche Wel l e bagian Indonesia j.nj. Tesis berjudul "The Asceticism of Ariuna" mengantarnya meraih gelar master pada 1995. Sesuai dengan an- juran Kiai Patmo, setahun kemudian Lydia mempelajari cerita Panji dl Can- di Kendalisodo. Tapi pengumpulan ba- hannya terhenti karena ia mengidap kanker. Kembali ke Jerman. ia meng- ambil program doktoral di Cologne. Kesibukan bekeria membuat Lydia tak bisa meneruskan penelitiannya tentang Panji. Pada 2002, akibat peris- tiwa bom Bali, turis Jerman ke Indone- sia berkurang. Lydia kehilangan pe- kerjaannya. Atas anjuran Profesor Adrian Vickers, peneliti Panji di Bali, Lydia mencari beasiswa di Uni.versi- tas Southeast, Australia. Pada 2006, ia menetap di Australia. Penelitian soal Panji. ia ianjutkan kembali. Agus Bimo Prayitno, jebolan sastra Jawa Universitas Sebelas Maret yang menemani perjalanan Lydi.a ke semua Sariana Matematika Pencinta Jawa ERINGAT menetes di wajah perempuan bule itu. Kaus hitam yang berbalut kemeja putih ba- sah olehpeluh.Tapi ia sepertitak peduli pada teriknya matahari di Candi Penataran, Blitar, JawaTimur, Ahad dua pekan lalu. Ia juga tak peduli akan keri- uhan 300-an pelajar dan pelukis profe- sional vang menggambar relief candi. Perempuan itu terus mengelilingi selu- ruh candi. Dia asyik memotret re1lef dan membuat catatan di bukunya. Lydia C. Kieven, si bule itu, seakan tak puas atas gelar doktor tentang Panji yang telah diraihnya akhir tahun 1a1u. Lydia tetap mengumpulkan data yang mungkin akan diperlukannya. "Mung- kin akan ada penelitian lebih 1anjut," katanva dalam bahasa Indonesia yang cukup lancar. Perempuan kelahiran Jerman, 54 ta- hun 1alu, itu telah lama tertarik pada kekayaan Nusantara. Awal kecintaan- nya terhadap Indonesia dimulai 25 ta- hun lalu, saat berkunjung ke Bali. Te- man-temannya bercerita soal kebuda- yaan Jawa. Setahun kemudian, ia me- 76 I TEMPO 4 JULr 2o1o ngunjungi Borobudur dan Prambanan. Sarjana matematika dari Universitas Koeln ini langsung berminat mempe- Iajari bahasa Indonesia. Niat itu dila- koninya pada 1990 dengan mengambil master bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Cologne, Jerman. Keluarganya menilai Lydia aneh karena berminat pada kebudayaan Jawa. Tapi ia cuek. Bahkan ia mem- beli gamelan Jawa bersama teman-te- mannya. Nama grupnya Laras Kulon, mirip-mirip kota tempat Lydia ting- ga1, Koeln. Sembari kuliah, ia bekerja sebagai pemandu wisata ke Indonesia. Setelah mengantarkan para turis, Lydia tinggal beberapa minggu untuk mempelajari budaya negeri ini. "Saya mencintai Jawa," katanya. Saat semester pendek, ia menyem- patkan diri belajar arkeologi serta ba- hasa Jawa dan Jawa Kuno di Univer- sitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lydla bahkan sampai kursus privat kepada Ki Patmopuspito. Tujuannya mempe- laiari cerita Ariunawiwaha, yang men- iadi materi tesisnya. Ia memilih obyek candi, menilai semangat Lydia mem- pelajari kebudayaan Jawa begitu be- sar. Lydia juga tak mengenal lelah me- ngunjungi candi berkali-kali. Bahkan Lydia sampai menyewa sepeda motor untuk berkeliling Jawa Timur. "Dia se- perti Srikandi. Kaiau sudah punya ke- inginan, harus dicapai," kata Bimo, yang mengenal Lydia sejak 1993. Adapun Suprapto Suryodarmo, pe- mimpin Padepokan Seni Lemah Putih, Surakarta, yang ikut membantu riset Lydia, mengatakan Lydia, yang cukup bisa berbahasa krama inggil, tak men- jadikan Indonesia sebagai obyek diser- tasi semata. Tapi Lydia juga memiliki kepedulian terhadap kebudayaan In- donesia. Saat festival Panji di Malang tiga tahun lalu, Lydia giat membantu Prapto tanpa mendapat bayaran se- dikit pun. Lydia bahkan membiayai sendiri perjalanan dan penginapan- nya. "Kecintaannya kepada Indonesia bisa lebih tinggi ketimbang orang kita sendiri," katanya. Pramono, Bibin Bintariadi lBlitarl

Upload: lamnhan

Post on 24-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

:

"Pada candidi Jawa Timur,saya merasamenemukantempat suci. Initak saya dapat diPrambanan danBorobudur karenasudah banyakpermainanwisata.tt

,- LYDIA KIEVEN

penelitian candi-candi di Jawa Timurkarena belum banyak diteliti. "Padacandi di Jawa Timur, saya merasa me-nemukan tempat suci. Ini tak saya da-pat di Prambanan dan Borobudur ka-rena sudah banyak permainan wisata,"kata mantan jurnalis radio DeutscheWel l e bagian Indonesia j.nj.

Tesis berjudul "The Asceticism ofAriuna" mengantarnya meraih gelarmaster pada 1995. Sesuai dengan an-juran Kiai Patmo, setahun kemudianLydia mempelajari cerita Panji dl Can-di Kendalisodo. Tapi pengumpulan ba-hannya terhenti karena ia mengidapkanker. Kembali ke Jerman. ia meng-ambil program doktoral di Cologne.

Kesibukan bekeria membuat Lydiatak bisa meneruskan penelitiannyatentang Panji. Pada 2002, akibat peris-tiwa bom Bali, turis Jerman ke Indone-sia berkurang. Lydia kehilangan pe-kerjaannya. Atas anjuran ProfesorAdrian Vickers, peneliti Panji di Bali,Lydia mencari beasiswa di Uni.versi-tas Southeast, Australia. Pada 2006, iamenetap di Australia. Penelitian soalPanji. ia ianjutkan kembali.

Agus Bimo Prayitno, jebolan sastraJawa Universitas Sebelas Maret yangmenemani perjalanan Lydi.a ke semua

Sariana Matematika Pencinta JawaERINGAT menetes di wajahperempuan bule itu. Kaus hitamyang berbalut kemeja putih ba-sah olehpeluh.Tapi ia sepertitak

peduli pada teriknya matahari di CandiPenataran, Blitar, JawaTimur, Ahad duapekan lalu. Ia juga tak peduli akan keri-uhan 300-an pelajar dan pelukis profe-sional vang menggambar relief candi.Perempuan itu terus mengelilingi selu-ruh candi. Dia asyik memotret re1lef danmembuat catatan di bukunya.

Lydia C. Kieven, si bule itu, seakantak puas atas gelar doktor tentang Panjiyang telah diraihnya akhir tahun 1a1u.Lydia tetap mengumpulkan data yangmungkin akan diperlukannya. "Mung-kin akan ada penelitian lebih 1anjut,"katanva dalam bahasa Indonesia yangcukup lancar.

Perempuan kelahiran Jerman, 54 ta-hun 1alu, itu telah lama tertarik padakekayaan Nusantara. Awal kecintaan-nya terhadap Indonesia dimulai 25 ta-hun lalu, saat berkunjung ke Bali. Te-man-temannya bercerita soal kebuda-yaan Jawa. Setahun kemudian, ia me-

76 I TEMPO 4 JULr 2o1o

ngunjungi Borobudur dan Prambanan.Sarjana matematika dari UniversitasKoeln ini langsung berminat mempe-Iajari bahasa Indonesia. Niat itu dila-koninya pada 1990 dengan mengambilmaster bahasa dan sastra Indonesia diUniversitas Cologne, Jerman.

Keluarganya menilai Lydia anehkarena berminat pada kebudayaanJawa. Tapi ia cuek. Bahkan ia mem-beli gamelan Jawa bersama teman-te-mannya. Nama grupnya Laras Kulon,mirip-mirip kota tempat Lydia ting-ga1, Koeln. Sembari kuliah, ia bekerjasebagai pemandu wisata ke Indonesia.Setelah mengantarkan para turis,Lydia tinggal beberapa minggu untukmempelajari budaya negeri ini. "Sayamencintai Jawa," katanya.

Saat semester pendek, ia menyem-patkan diri belajar arkeologi serta ba-hasa Jawa dan Jawa Kuno di Univer-sitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Lydlabahkan sampai kursus privat kepadaKi Patmopuspito. Tujuannya mempe-laiari cerita Ariunawiwaha, yang men-iadi materi tesisnya. Ia memilih obyek

candi, menilai semangat Lydia mem-pelajari kebudayaan Jawa begitu be-sar. Lydia juga tak mengenal lelah me-ngunjungi candi berkali-kali. BahkanLydia sampai menyewa sepeda motoruntuk berkeliling Jawa Timur. "Dia se-perti Srikandi. Kaiau sudah punya ke-inginan, harus dicapai," kata Bimo,yang mengenal Lydia sejak 1993.

Adapun Suprapto Suryodarmo, pe-mimpin Padepokan Seni Lemah Putih,Surakarta, yang ikut membantu risetLydia, mengatakan Lydia, yang cukupbisa berbahasa krama inggil, tak men-jadikan Indonesia sebagai obyek diser-tasi semata. Tapi Lydia juga memilikikepedulian terhadap kebudayaan In-donesia. Saat festival Panji di Malangtiga tahun lalu, Lydia giat membantuPrapto tanpa mendapat bayaran se-dikit pun. Lydia bahkan membiayaisendiri perjalanan dan penginapan-nya. "Kecintaannya kepada Indonesiabisa lebih tinggi ketimbang orang kitasendiri," katanya.

Pramono, Bibin Bintariadi lBlitarl