sarana prasarana trans
DESCRIPTION
transportasiprasaranasaranaTRANSCRIPT
SARANA PRASARANA TRANSPORTASI
Oleh : Ir. Joko Siswanto, MSP
Gambar Masalah Transportasi Perkotaan di Negara Berkembang
PERTAMBAHAN PENDUDUK
PERTUMBUHAN EKONOMI
PERUBAHAN POLA AKTIVITAS
SUB URBANISASI
TINGKAT MOTORISASI
RENDAHNYA MUTU KEHIDUPAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN
KONDISI ANGKUTAN UMUM
TINGKAT KEMACETAN
• Tingkat pelayanan yang rendah dan yang kurang
manusiawi (tanpa jadwal yang pasti, kecepatan sangat
lambat, berdesakan, bergelantungan)
• Pola dan sistem manajemen pengelolaan yang lemah
• Daya angkut (kapasitas) yang terbatas
• Tingkat kecelakaan yang relatif tinggi
• Tingkat eksesibilitas terhadap sistem angkutan umum
yang masih terbatas
Kondisi Objektif Sistem Angkutan Umum
Fenomena di atas terjadi karena beberapa kondisi berikut :
• Adanya tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi
• Adanya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi
• Adanya perubahan aktivitas (pola tata guna lahan) yang sangat cepat dan dinamis
• Adanya kecenderungan sub urbanisasi dan makin berkembangnya kota secara geografis
• Adanya tingkat pertumbuhan motorisasi / pemilikan kendaraan yang tinggi
• Terbatasnya dana pemerintah dalam menyediakan sistem angkutan umum
• Terbatasnya kapasitas angkutan umum yang tersedia
• Tidak adanya perencanaan angkutan umum yang komprehensif, sedemikian sehingga tidak ada koordinasi antara satu moda dengan moda lainnya dan juga tidak ada koordinasi antara rute satu dengan rute lainnya
• Orientasi pengoperasian angkutan umum terlalu menjurus pada aspek finansial dibandingkan pada aspek pelayanan masyarakat, akibatnya pengelola hanya melayani koridor-koridor gemuk, sedangkan koridor kurus dibiarkan tanpa adanya angkutan umum
Akar Permasalahan
Jika dicermati secara mendalam, persoalan ataupun permasalahan transportasi, khususnya angkutan umum perkotaan di negara berkembang disebabkan oleh tiga akar permasalahan utama, yaitu :
• Terlambatnya kesadaran semua pihak tentang perlunya penanganan transport yang sistematis dan komprehensif
• Arah pandang yang terlalu memihak pada pemilik kendaraan pribadi (private car oriented) dalam penanganan masalah transportasi
• Sistem kelembagaan angkutan umum yang terbentuk tidak berpihak pada masyarakat luas
Untuk masing-masing kota, tentu saja, akar permasalahan di atas mempunyai karakteristik dan nuansa berbeda satu dengan lainnya, tergantung kondisi lokal yang ada.
Kesadaran Yang Terlambat
Untuk kota-kota di negara maju, keterlambatan awareness ini segera diantisipasi dengan baik dan dapat diatasi secara relatif cepat sehingga permasalahan transportasi, terutama angkutan umum, dapat segera dieliminasi, meskipun tidak sepenuhnya. Hal ini dimungkinkan karena :
• Pada saat ‘transpot awareness’ mereka muncul, persoalan transportasi belum begitu parah (‘booming’ industri otomotif belum dan baru saja akan mulai)
• Sistem kelembagaan, sumber daya manusia dan sumber pendanaan mereka rata-rata sudah siap dan sangat baik.
Tetapi sebaliknya untuk kota-kota yang ada di negara-negara berkembang, keterlambatan ‘awareness’ ini rupanya berakibat fatal, sehingga persoalan tidak dengan mudah dapat diselesaikan dengan mudah. Ada 2 (dua) alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, yaitu :
• Persoalan transportasi pada saat ‘transport awareness’ muncul kondisinya sudah terlanjur akut terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi, ledakan pertumbuhan penduduk kota dan booming industri kendaraan)
• Sumber kelembagaan yang masih lemah, kondisi sumber daya manusia yang belum siap dan sumber pendanaan yang sangat terbatas.
Keberpihakan pada Pengguna Kendaraan Pribadi
Alasan ketidaktepatan dari kebijakan yang memihak ini dapat ditinjau dari penjelasan sederhana berikut ini :
• Perlu disadari bahwa masyarakat perkotaan terbagi dalam 2 (dua) segmen utama, yaitu kelompok choice dan kelompok captive.
Kelompok choice terdiri dari orang-orang yang dapat menggunakan kendaraan pribadi (dengan alasan finansial, legal dan fisik) kendaraan pribadi.
Kelompok captive terdiri dari orang-orang yang tidak dapat menggunakan kendaraan pribadi.
Bagi kelompok choice mereka mempunyai pilihan dalam pemenuhan kebutuhan mobilitasnya dengan menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan angkutan umum. Sedangkan bagi kelompok captive tidak ada pilihan tersedia bagi pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, kecuali menggunakan angkutan umum.
• Bagi kota-kota di negara berkembang jumlah kelompok choice sangat signifikan (banyak) karena kondisi perekonomian dari masyarakatnya yang relatif belum mapan (tingkat pemilikan kendaraan masih rendah). Dengan demikian jumlah pengguna angkutan umum yang terdiri dari seluruh kelompok captive dan sebagian kelompok choice akan sangat banyak. Sedangkan pengguna kendaraan pribadi yang terdiri dari sebagian besar kelompok choice, jumlahnya relatif sedikit
Sambungan………….
• Dengan demikian berati bahwa kebijakan yang berorientasi pada kendaraan pribadi
seolah-olah menafikan kelompok mayoritas. Dengan kondisi yang tingkat pemilikan
kendaraan yang masih rendah, kebijakan seperti ini pada awalnya membuahkan
hasil, yaitu terakomodasinya pergerakan kendaraan pribadi. Tetapi, dengan adanya
kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat jumlah kelompok choice
cenderung meningkat pula, yang berakibat pada kondisi prasarana yang
dikembangkan tidak dapat memenuhi ledakan pengguna kendaraan pribadi.
• Kebijakan yang memihak seperti ini menghasilkan kondisi angkutan umum
menanggung akibatnya, yaitu tingkat pelayanan menjadi jelek karena kondisi
kemacetan yang ada, yang berarti pemenuhan kebutuhan mobilitas bagi kelompok
captive menjadi sangat terganggu. Tentu saja akibat dari kondisi seperti ini
membuat sebagian dari kelompok captive mencari jalan keluar dalam usaha
pemenuhan kebutuhan mobilitasnya, yaitu dengan segala cara mungkin ada (misal
membeli kendaraan ‘second-hand’ atau kredit) untuk berubah menjadi kelompok
choice. Pada gilirannya hal ini berakibat akan semakin banyak pula kendaraan yang
memenuhi jalan.
Sistem kelembagaan
• secara umum sistem kelembagaan yang ada tidak efektif dan mempunyai kelemahan struktur, hal ini terlihat dari terlalu banyaknya pihak / lembaga yang terlibat dan juga terlalu banyaknya perusahan yang terjun dalam bisnis ini.
• Sampai saat ini belum adanya konsensus diantara pihak-pihak yang terlibat tentang bagaimana memperbaiki kelembagaan yang ada.
• Lemahnya koordinasi antara pihak-pihak / lembaga yang terlibat.
Ditinjau dari sistem kelembagaan penyelenggaraan angkutan umum dikota-kota dinegara berkembang, masalah yang kita jumpai sehari-hari
meliputi :
Ada 4 (empat) aspek mendasar yang berkaitan denga masalah penyelenggaraan angkutan umum, yaitu :
Tata laksana perencanaan
Tata laksana pengoperasian
Tata laksana administrasi dan
Tata laksana pengawasan/pemantauan.
Maka itu diperlukan perencanaan transportasi yang komprehensif