sarana dan prasarana pendidikan

12
Sarana dan Prasarana Pendidikan Standar prasarana dan sarana pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia telah terjadi kemerosotan kualitas sumber daya manusia yang sangat mengkhawatirkan. Seperti dilaporkan dalam Human Development Report UNDP tahun 1997, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada pada peringkat 99. Tahun 2000 peringkat ini merosot menjadi 109 dan bahkan tahun 2003 peringkatnya menjadi 112. Peringkat Indonesia tersebut masih berada di bawah Vietnam.Begitu berat tantangan pendidikan yang harus dihadapi, yakni tantangan globalisasi, otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan guna pengembangan pendidikan yang relevan dengan lingkungan kehidupan warga belajar yang didukung oleh masyarakat. Tantangan yang lebih berat lagi berkaitan dengan rendahnya mutu dan relevansi pendidikan. Berdasarkan survei The Political And Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di Hongkong disimpulkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia berada di urutan 12 di Asia. Urutan pertama dan kedua masing-masing diduduki Korea Selatan dan Singapura. Hasil survei yang berdasarkan kualitas tenaga kerja ini menunjukkan bahwa rendahnya kualitas tenaga kerja kita itu berhubungan dengan rendahnya kualitas sistem pendidikan sehingga dengan dibandingkan

Upload: awan-khatulistiwa

Post on 01-Jul-2015

1.025 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Sarana dan Prasarana Pendidikan

Standar prasarana dan sarana pendidikan adalah Standar Nasional Pendidikan

yang berkaitan dengan persyaratan minimal tentang lahan, ruang kelas, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat

berkreasi, perabot, alat dan media pendidikan, buku, dan sumber belajar lain, yang diperlukan

untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan

komunikasi.

Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia telah terjadi kemerosotan kualitas

sumber daya manusia yang sangat mengkhawatirkan. Seperti dilaporkan dalam Human

Development Report UNDP tahun 1997, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berada

pada peringkat 99. Tahun 2000 peringkat ini merosot menjadi 109 dan bahkan tahun 2003

peringkatnya menjadi 112. Peringkat Indonesia tersebut masih berada di bawah

Vietnam.Begitu berat tantangan pendidikan yang harus dihadapi, yakni tantangan globalisasi,

otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan guna pengembangan pendidikan yang relevan

dengan lingkungan kehidupan warga belajar yang didukung oleh masyarakat. Tantangan

yang lebih berat lagi berkaitan dengan rendahnya mutu dan relevansi pendidikan.

Berdasarkan survei The Political And Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di

Hongkong disimpulkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia berada di urutan 12 di Asia.

Urutan pertama dan kedua masing-masing diduduki Korea Selatan dan Singapura. Hasil

survei yang berdasarkan kualitas tenaga kerja ini menunjukkan bahwa rendahnya kualitas

tenaga kerja kita itu berhubungan dengan rendahnya kualitas sistem pendidikan sehingga

dengan dibandingkan dengan negara-negara tetangga Indonesia masih tertinggal.

Kualitas pendidikan merosot karena banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut

antara lain manajemen pendidikan, kualitas guru, sarana dan prasarana yang ada dan peran

serta masyarakat. Disamping itu perlu peninjauan kembali peraturan-peraturan pemerintah

yang mendukung terciptanya kondisi aktual tersebut. Oleh sebab itu perlu pemikiran kembali

pembangunan pendidikan dengan melakukan berbagai perbaikan yang mengikutsertakan

berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan. Langkah awal yang harus dilakukan adalah:

1) Menghimpun masukan dari berbagai pihak dan mengkaji isu-isu strategis pendidikan.

2) Melakukan telah kritis terhadap kondisi pendidikan.

Page 2: Sarana Dan Prasarana Pendidikan

3) Mendorong terbangunnya wacana baru dan opini publik yang konstruktif dan terarah

di bidang pendidikan.

4) Guna menjawab tantangan, permasalahan dan kondisi aktual pendidikan telah diambil

kebijakan dan penetapan kesepakatan pusat dan daerah yang berwujud.

Berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran

yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan

kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan

kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas

sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus

berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan

yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan

sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar,

serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya upaya

pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi Pendidikan.

Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi

dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas

pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang dosen atau guru, misalnya

melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat

siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem

pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggung jawab terhadap

pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap

perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota

masyarakat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses baik secara eksternal maupun

internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal mencakup guru, materi,

pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar, dan sistem. Masih ada pendidik/guru yang

kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi mahasiswa menuntut jawaban yang persis

seperti yang ia jelaskan; dengan kata lain, siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif.

Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia

mengetahui perkembangan terakhir di bidangnya (state of the art) dan kemungkinan

Page 3: Sarana Dan Prasarana Pendidikan

perkembangan yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge).

Sementara itu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memberi

contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian bersifat monoton, kurang

memanfaatkan berbagai media secara optimal.Dengan adanya hal-hal tersebut lembaga

pendidikan dituntut untuk terus berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran dan proses

penyelenggaraan pendidikan, sehingga perlu dicari strategi pencapaian kualitas pembelajaran

di lembaga pendidikan. Aspek Sistem Pengajaran ( Kurikulum ), daya serap kurikulum

nasional dan daya serap kurikulum lokal sebagian besar masih belum memenuhi standard

pelayanan minimal, hal ini karena masih adanya input yang rendah, media dan sarana

prasarana yang kurang memadai, motivasi siswa rendah dan peran wali murid belum optimal.

Aspek Pembiayaan, Pembiayaan penyelenggaraan pendidikan idealnya 20% sesuai dengan

amandemen UUD 1945. Namun pemerintah Kabupaten Sidoarjo belum mampu

mengalokasikan Anggaran sesuai amandemen tersebut untuk biaya penyelenggaraan

pendidikan baik fisik maupun non fisik. Alokasi anggaran pendidikan 20% direncanakan

secara bertahap dan pemerintah daerah mempunyai komitmen untuk mewujudkanya.

Aspek Pendukung ( Sarana dan Prasarana ) Secara umum sarana dan prasarana pendidikan

masih relatif rendah meliputi gedung sekolah, laboratorium alat dan media pendidikan (buku,

laboratorium dan lapangan olah raga). Hal ini perlu mendapatkan perhatian yang serius agar

dapat mendukung terciptanya SDM yang berkualitas dan siap pakai. Guna meningkatkan

kualitas dan relevansi pendidikan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan kualitas antara lain:

1) Faktor kebijakan

2) Manajemen sekolah dan pendidikan

3) Fasilitas

4) Sarana dan prasarana

5) Tenaga kependidikan

6) Pelayanan pendidikan.

Page 4: Sarana Dan Prasarana Pendidikan

Penekanannya pada dua hal yaitu pendidikan yang berorientasi pada akademis dan

yang berorientasi pada ragam keterampilan hidup yang esensial. prasyarat pokok dalam

menunjang peingkatan kualitas pendidikan dan relevansi pendidikan adalah : siswa yang

sehat memiliki gizi yang cukup untuk memperoleh kesiapan belajar dan berpartisipasi aktif.

Lingkungan belajar yang sehat, aman dan memiliki kohesi sosial serta memberikan sumber

dan fasilitas yang mencukupi bagi proses belajar mengajar. Kurikulum yang relevan dengan

peralatan belajar untuk memperoleh berbagai ketrampilan dasar; Proses belajar mengajar

yang dilaksanakan oleh guru profesional dan mampu meng gunakan pendekatan siswa belajar

aktif serta dapat mengelola kelas secara baik. Hasil belajar yang mencakup pengetahuan,

ketrampilan dan sikap yang memadai sehingga mampu bersaing dan mandiri.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan berbagai usaha telah dilakukan

pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Namun hasilnya belum

seperti yang diharapkan. Pada tingkat Asia saja mutu pendidikan kita berada pada rangking

yang tergolong rendah. Kondisi seperti itu cukup memprihatinkan apabila kita berbicara

tentang persaingan global. Dari segi kurikulum, semenjak tahun 1974, sudah beberapa kali

disempurnakan, diantaranya menjadi kurikulum 1984, disempurnakan lagi menjadi

kurikulum 1994, disempurnakan lagi menjadi kurikulum 2004, disempurnakan lagi menjadi

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dan sekarang disempurnakan lagi menjadi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk mendongkrak mutu pendidikan

dilakukan juga penyempurnaan sistem ujian akhir bagi siswa yang akan menamatkan

studinya pada jenjang SD, SLTP, SLTA, dengan berbagai istilah Ujian Akhir Nasional

(EBTANAS), disempurnakan lagi menjadi Ujian Akhir Sekolah (UAS), disempurnakan lagi

menjadi Ujian Akhir Nasional (UAN), dan sekarang disempurnakan lagi menjadi Ujian Akhir

Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) dengan berbagai aturan-aturan teknis seperti standar

kelulusan harus mencapai pada skor tertentu, dan sebagainya. Namun demikian mutu lulusan

dari segi nilai prestasi belajar yang diperoleh masih belum menggembirakan. Berbagai

penataran, penulisan buku ajar, perumusan Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP),

dan lain sebagainya, ternyata belum dapat menaikkan standar kelulusan.

Persoalan inilah yang perlu dicari alternatif pemecahannya. Untuk melacak atau

mendiagnosa sumber permasalahan yang berkontribusi mempengaruhi mutu lulusan.

Menurut salah seorang ahli pendidikan yaitu Bapak Mar’at, yang menyatakan bahwa

pendidikan itu terdiri atas lima komponen. Komponen tersebut adalah:

Page 5: Sarana Dan Prasarana Pendidikan

(1) Masukan (raw input),

(2) Alat pendidikan (instrumental input),

(3) Lingkungan pendidikan (environmental input),

(4) Proses pembelajaran (through put),

(5) Keluaran atau lulusan (output).

Usaha meningkatkan mutu pendidikan harus memperhatikan lima komponen

pendidikan, apapun usaha yang dilakukan tanpa memperhatikan dan menggarap masing-

masing komponen itu kiranya akan sulit untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Apa yang dilakukan selama ini masih bersifat sepotong-sepotong dan belum menyeluruh

membenahi semua aspek tersebut. Meskipun telah ada sebagian lembaga pendidikan yang

berusaha menyentuh kelima komponen tersebut namun karena jumlahnya relatif sedikit, juga

belum dapat menaikkan mutu pendidikan secara nasional. Untuk itu marilah kita analisa

masing-masing komponen pendidikan tersebut seberapa jauh kontribusinya terhadap

peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

(1) Komponen masukan (raw input), adalah kualitas siswa yang akan mengikuti proses

pendidikan. Kualitas tersebut dapat berupa potensi kecerdasan, bakat, minat belajarnya,

kepribadian siswa, dan sebagainya. Apabila kualitas masukan itu rendah atau tidak

mendukung terwujudnya prestasi belajar yang baik atau tinggi, tentunya tidak dapat

diharapkan menjadi lulusan yang bermutu tinggi, meskipun aspek-aspek lainnya

mendukung, seperti proses pembelajarannya baik, alat pendidikannya bagus. Kualitas

potensi ini terutama yang bersifat tetap seperti tingkat intelegensinya rendah, hasil

belajarnya cenderung berbeda dengan anak yang memang potensi atau tingkat

kecerdasannya tinggi, sebab hal itu akan mempengaruhi daya tangkapnya, daya

analisanya, kemampuan berhitungnya, dan lain sebagainya selama mengikuti pelajaran.

Pendidikan hanyalah mengoptimalkan berfungsinya potensi-potensi yang dimiliki oleh

siswa yang bersangkutan. Dengan kata lain tidak mungkin membuat anak yang

kecerdasannya rendah menjadi anak yang kecerdasannya tinggi, sehingga prestasi

belajarnya juga tinggi seperti anak yang memang pintar. Aspek lain yang sumbernya

dari siswa sebagai masukan yaitu kurang menguasai prasyarat penguasaan materi yang

akan dipelajari. Misal rendahnya prestasi belajar matematika seorang siswa bukan

Page 6: Sarana Dan Prasarana Pendidikan

berarti ia bodoh, tetapi ia tidak menguasai konsep-konsep tentang matematika sejak ia

belajar matematika pada jenjang pendidikan yang paling rendah (di SD). Siswa ada juga

yang tidak mampu membuat catatan yang baik, tidak berani bertanya kepada guru

meskipun ia tidak mengerti, belajar hanya apabila mau ujian saja, dan sebagainya.

Kondisi seperti itulah yang memberikan pengaruh rendahnya mutu lulusan.

(2) komponen masukan yang berperan sebagai alat pendidikan (insrumental input) adalah

semua faktor yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi proses

pembelajaran, misalnya kurikulum, media pengajaran, alat evaluasi hasil belajar,

fasilitas/sarana dan prasarana, guru, dan sejenisnya. Disamping aspek kualitas masukan

(raw input), mutu lulusan juga dipengaruhi oleh faktor instrumental input. Betapapun

tingginya kualitas masukan (peserta didik), tetapi tidak didukung oleh kurikulum yang

tepat, alat evaluasi hasil belajar yang valid, kualitas guru dan komitmennya yang baik,

dan sebagainya niscaya akan sulit untuk mewujudkan tercapainya mutu pendidikan

yang tinggi.

(3) Komponen lingkungan pendidikan (enviromental input) dapat berupa sosial budaya

masyarakat, aspirasi pendidikan orang tua siswa, kondisi fisik sekolah, kafetaria

sekolah, dan sejenisnya. Secara langsung maupun tidak langsung aspek ini akan

mempengaruhi proses pembelajaran dan muaranya pada masalah mutu lulusan.

Misalnya jam belajar efektif banyak yang hilang karena anak mengikuti acara budaya

setempat, seperti “balimau”, menyambut pejabat yang datang, guru mengisi rapor.

Aspirasi pendidikan orang tua rendah juga tidak mendukung terwujudnya proses

pembelajaran yang baik. Misalnya untuk membayar uang SPP atau foto copy buku

susahnya bukan main, tetapi untuk membeli kebutuhan lainnya begitu mudah (beli

sepeda motor, perabot rumah tangga, dsb). Hal ini menandakan perhatian orang tua

terhadap kemajuan belajar anak rendah. Anak tidak dapat konsentrasi belajar dengan

baik karena menahan kencing, sebab kalau mau ke WC air tidak ada; anak perutnya

lapar tetapi kafetaria sekolah tidak ada atau tidak menarik anak untuk berbelanja. Pada

jam belajar anak duduk-duduk, merokok di warung, yang punya warung/kedai tidak

mau peduli apalagi menyuruh anak untuk pergi belajar, yang penting dagangannya laku.

Kondisi lingkungan yang demikian jelas tidak kondusif untuk mewujudkan proses

pembelajaran yang baik.

Page 7: Sarana Dan Prasarana Pendidikan

(4) Komponen proses pembelajaran (through put) juga punya peranan penting dalam

mewujudkan mutu lulusan yang baik. Menurut tokoh pendidikan Prayitno-guru besar

UNP-proses pendidikan terlaksana dengan baik apabila dalam pembelajaran bersifat

profesional, termasuk didalamnya ada aplikasi high-touch dan high-tech. Aplikasi high-

touch yaitu adanya kewibawaan dari guru, adanya keteladanan, kasih sayang dan

kelembutan, adanya penguatan dan adanya tindakan tegas yang mendidik. Sedangkan

penerapan higt-tech yaitu penggunaan metode pembelajaran yang tepat, materi

pembelajaran yang baik. Proses pembelajaran juga menyangkut kesiapan siswa untuk

belajar, sudahkah siswa benar-benar ingin menimba ilmu dari guru? Begitu pula halnya

dengan kesiapan guru untuk membelajarkan siswa, benarkah mereka betul-betul siap

untuk melaksanakan tugas sebagai guru/ pendidik?, konsentrasikah pada saat mereka

mengajar?. Ternyata masih banyak lagi persoalan yang memberikan kontribusi terhadap

rendahnya mutu pendidikan.

(5) Komponen keluaran atau lulusan (out put). Meminjam konsep tokoh pendidikan yaitu

belum yang membagi tiga ranah kehidupan manusia yaitu ranah kognitif, afektif dan

psikomotor. Apabila mutu lulusan dilihat dari kualitas ketiga ranah tersebut, sudahkah

kurikulum, metode/strategi pembelajaran, dan tagihan-tagihan pembelajaran

mendukung untuk itu?. Untuk mengukur keberhasilan yang bersifat kognitif pada

umumnya tidak sulit dan dapat menciptakan alat ukurnya dengan mudah, namun untuk

mengukur mutu afektif, dan psikomotor, tidak semudah mengukur aspek kognitif.

Misalnya mengukur kualitas prestasi belajar agama, tidak semudah mengukur prestasi

belajar matematika.

Jadi macam apakah lulusan yang bermutu itu? Apabila prestasi yang bersifat

kognitif itu tinggi sedangkan aspek afektifnya rendah sudahkah lulusan itu dikatakan

bermutu. Penguasaan aspek kognitif tinggi afektif tinggi, tetapi tidak gesit menghadapi

tantangan kehidupan, pemalas, penakut, tidak menguasai keterampilan dalam bidang mereka

tekuni sesuai dengan tuntutan pasar kerja, sedangkan nilai hasil ujian nasionalnya tinggi,

dapatkah ia dikatakan mutu lulusan yang baik?. Aspek keluaran ini perlu dirumuskan

sebagaimana yang perlu mendapat penekanan sehingga lulusan itu dikatakan bermutu, dan

bagaimana implementasinya dalam penyusunan kurikulum dan proses pembelajaran.

Berbicara tentang usaha meningkatkan mutu pendidikan, kita harus

memperhatikan lima komponen pendidikan tersebut, dan lima komponen pendidikan itu

Page 8: Sarana Dan Prasarana Pendidikan

mesti mendapat penanganan secara proporsional. Selama ini usaha yang dilakukan masih

bersifat sepotong-sepotong (parsial) belum bersifat menyeluruh terhadap lima komponen

tersebut. Misalnya pelatihan guru bidang studi, perbaikan kurikulum, penulisan buku ajar,

sistem evaluasi, namun lupa bahwa masih ada komponen lain yang belum tertangani dengan

baik. Akibatnya mutu pendidikan Indonesia masih tergolong rendah bila dibandingkan

dengan negara-negara tetangga kita, dibandingkan dengan tuntutan kompetensi yang

seharusnya dikuasai. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, perlu memperhatikan dan

menangani secara serius lima komponen pendidikan tersebut, janganlah hanya aspek

komponen-komponen tertentu saja.